Post on 30-Dec-2014
description
REVIEW JURNAL
“Penyelenggaraan Kedokteran Gigi Keluarga”
BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1415/MENKES/SK/X/2005 DAN NOMOR 39/MENKES/SK/I/2007
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
SHERLY MUTIARA (8344)
FANDY MUHAMMAD (8793)
SAFARINA SUHADA (8805)
YOHANA SETIANING (8819)
BYAK WELDA (8835)
NUR AMALIA P. (8849)
NAVILATUL ULLA (8863)
HADZIQ POHAN (8877)
GINA MEIDINA (8897)
PASCHALIA MIRANDA A (8933)
MUHAMMAD FAHMI ALFIAN (8937)
SAFIRA YASMIN (8955)
HERMIN SAFITRI (8981)
NUR AINAA AQILA (8998)
PUJANA
JURUSAN PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
KEBIJAKAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN
KEDOKTERAN GIGI KELUARGA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah terciptanya
masyarakat Indonesia yang hidup dan berperilaku dalam lingkungan sehat dan mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang diberikan di
seluruh wilayah Indonesia harus dilakukan secara adil, merata dan optimal.
Empat misi pembangunan kesehatan :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya.
Langkah yang dapat diambil untuk peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut
penduduk Indonesia yakni melalui pelayanan di tingkat pertama yang dilaksanakan secara
efisien, efekif dan berkualitas yakni melalui pendekatan pelayanan kedokteran gigi
keluarga. Dokter gigi keluarga merupakan dokter gigi yang mampu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan gigi yang berorientasi pada komunitas dengan keluarga sebagai
sasaran utama.
Di masa mendatang pemerintah akan lebih berkonsentrasi pada upaya-upaya
kesehatan yang bersifat public good atau UKM (Upaya Kesehatan Maryarakat)
sedangkan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) akan menjadi beban individu, keluarga
dan kelompok masyarakat dalam suatu sistem Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
yang akan memanfaatkan dokter dan dokter gigi keluarga sebagai lini terdepan dalam
pemberian pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu Kebijakan
Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga di Indonesia dengan maksud untuk mewujudkan
Indonesia Sehat 2010.
2
II. ANALISIS SITUASI DAN KECENDERUNGAN PELAYANAN KEDOKTERAN
GIGI KELUARGA
A. Analisis Situasi dan Kecenderungan
Hasil studi morbiditas SKRT SURKESNAS 2001 dapat dinilai bahwa besarnya
masalah penyakit gigi dan mulut tidak hanya merupakan masalah kesehatan masyarakat
namun sekaligus masalah sosial. Meskipun tidak menyebabkan kematian secara langsung
namun penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko penyakit lain.
Penyakit gigi dan mulut memiliki mengganggu sistem tubuh dan bersifat kronis dalam
jangka panjang, maka apabila dokter gigi hanya memberikan pelayanan atas dasar
keluhan pasien atau menunggu rujukan dokter gigi keluarga, sehingga penyakit sudah
dalam tahap lanjut dan penanggulangannya menjadi lebih kompleks serta mahal.
Dokter gigi keluarga akan diarahkan kepada the five star doctor yaitu sebagai care
provider (pemelihara kesehatan), decision maker (pengambil keputusan), communicator
(komunikator), community leader (pemuka masyarakat) dan manager (manajer) dalam
peningkatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi.
Peran dokter gigi keluarga dapat mendorong kemitraan unsur terkait serta akan
memacu pelayanan holistik komprehensif, pendidikan, dan riset, termasuk penyediaan
alat kesehatan gigi dan mulut, obat, dan komoditas yang berkaitan dengan kesehatan gigi
dan mulut.
Analisis situasi dan kecenderungan penyelenggaraan kedokteran gigi keluarga dari
berbagai aspek yang mempengaruhi kinerja pelayanan kesehatan gigi keluarga meliputi :
1. Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya kesehatan gigi dan mulut di Indonesia belum terselenggara secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan yang bersifat
pemeliharaan, peningkatan, dan perlindungan kesehatan gigi dan mulut masih
dirasa kurang.
2. Jangkauan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Hasil Profil Kesehatan 2001 menunjukkan jumlah Puskesmas di Indonesia
sebanyak 7.236 unit dan jumlah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut sebanyak 5.427 unit. Sementara itu rasio Puskesmas:Dokter Gigi
hanya sekitar 3 : 1.
3
3. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah. 30% dari pembiayaan tersebut
bersumber dari pemerintah dan 70% bersumber dari masyarakat termasuk swasta.
4. Sumber Daya
a. Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga kesehatan belum memadai. Rasio tenaga dokter gigi terhadap
jumlah penduduk masih rendah yaitu 1:21.500, masih jauh dari rasio ideal
yaitu 1:2000. Rasio perawat gigi terhadap jumlah penduduk adalah 1:23.000.
rasio dokter gigi dan perawat gigi terhadap Puskesmas untuk kawasan
Indonesia bagian barat, jauh lebih tinggi dibanding Indonesia bagian timur.
b. Sumber Daya Obat dan Perbekalan Kesehatan Gigi
Obat, perbekalan, dan instrument hampir semuanya masih diimport dan
dipasok oleh agen penjualan/pebisnis swasta. Obat dan perbekalan kesehatan
gigi dan mulut belum mempunyai sistemn pendistribusian yang menunjang
kemudahan akses bagi daerah terpencil.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Untuk mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih
perlu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat. Untuk itu berkembang
berbagai bentuk upaya kesehatan gigi dan mulut berbasis masyarakat, antara
lain dalam bentuk Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGS) melalui
Posyandu.
5. Manajemen Kesehatan Gigi
Manajemen kesehatan gigi dan mulut sangat ditentukan antara lain oleh
tersedianya data dan informasi, dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan gigi serta administrasi kesehatan gigi.
B. Isu Strategis
Berdasarkan semua analisis di atas, isu strategis yang dihadapi adalah :
1. Pemerataan sarana dan tenaga kesehatan gigi oleh pemerintah kurang memadai.
2. Biaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih relative tinggi.
3. Alasan berobat karena keluhan sakit gigi merupakan pendekatan yang tidak tepat
untuk menurunkan angka penyakit dan kelainan gigi dan mulut masyarakat.
4
III. KONSEP DASAR PELAYANAN KEDOKTERAN GIGI KELUARGA
A. Pengertian
Adalah upaya untuk memusatkan layanan kesehatan gigi kepada individu dalam
keluarga binaan. Layanan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan teknologi yang sesuai, faktor biologi dan lingkungan
dalam menanggulangi masalah kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan tenaga kesehatan
yang proaktif.
Dokter gigi keluarga adalah dokter gigi yang :
1. Mampu melayani kesehatan gigi dengan orientasi pada keluarga sebagai target
utama serta memandang individu yang sakit atau sehat sebagai bagian dari
keluarga.
2. Melayani masyarakat melaui unit keluarga, berfungsi sebagai kontak pertama,
menganalisis kebutuhan, rencana perawatannya dengan mengutamakan
pendekatan promotif dan preventif, penerapan IPTEKDOGI yang benar dan
berkesinambungan dengan perhatian pelayanan kesehatan gigi yang terkendali
mutu dan biayanya.
B. Visi
Kemandirian dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan tercapainya derajat
kesehatan gigi dan mulut setinggi-tinginya, melalui pelayanan dokter gigi keluarga secara
efisien, efektif, adil, merata, dan bermutu.
C. Misi
1. Mendorong kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi
dan mulut.
2. Mengusahakan tersedianya pelayanan dokter gigi keluarga yang merata,bermutu
dan terjangkau.
3. Memberikan pelayanan, memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi keluarga
binaan sehingga tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang diharapkan.
4. Meningkatkan profesionalisme dokter gigi keluarga dan mengemban peran, tugas
dan fungsinya.
5. Meningkatkan kemitraan dengan profesi, institusi pendidikan dan pihak terkait.
5
D. Tujuan
1. Tercapainya kemandirian keluarga dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi
dan mulut.
2. Terpenuhinya pelayanan kesehatan gigi keluarga yang optimal, bermutu,
terstruktur dan berkesinambungan.
3. Tertatanya pembiayaan dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga.
4. Tertatanya administrasi dan manajemen pelayanan kedokteran gigi keluarga.
5. Terbinanya profesionalisme dokter gigi keluarga secara berkesinambungan.
E. Sasaran
Pada tahun 2010 :
1. Jumlah keluarga yang dibina dokter gigi keluarga mencapai 28% dari penduduk
dengan ketentuan bahwa :
a. 80% anggota keluarga binaan mampu mandiri manjaga dan memelihara
kesehatan gigi dan mulut.
b. 80% anggota keluarga binaan yang mengeluh sakit gigi, memperoleh
pelayanan yang optimal serta rehabilitasi.
2. 80% dokter gigi dan perawat telah mendapatkan pendidikan kedokteran gigi
keluarga, sehingga sistem administrasi dan manajemen dapat memenuhi standar.
Sasaran pedoman tersebut disusun untuk digunakan pihak terkait, yaitu :
1. Departemen Kesehatan RI
2. Dinas Kesehatan Propinsi
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
4. Provider Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga
5. Profesi terkait (PDGI, PPGI)
6. Asuransi kesehatan
F. Pengertian
1. Pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah pelayanan kesehatan dasar
perorangan paripurna dalam bidang gigi dan mulut yang memusatkan
pelayanannya pada individu dalam keluarga binaan.
6
2. Pelayanan Kesehatan Dasar Perorangan adalah pelayanan kesehatan tingkat
dasar yang menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang
dilakukan individu, masyarakat, pemerintah pada perorang meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dalam bentuk rawat jalan maupun
rawat inap.
3. Dokter Gigi Keluarga adalah dokter gigi yang mempunyai pengetahuan, sikap,
dan perilaku profesional dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi dari
keluarga binaannya dengan menyelanggarakan upaya pemeliharaan kesehatan
gigi dasar paripurna dengan pendekatan holistik dan kesisteman serta proaktif
dalam antisipasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga yang
memilihnya sebagai mitra utama pemeliharaan kesehatan gigi.
4. Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga atau Praktek Dokter Gigi Keluarga
adalah pelayanan kedoteran gigi keluarga yang bersifat paripurna (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif) dan sinambung dengan mempertimbangkan
dinamika keluarga dalam layanannya, sehingga pelayanannya tidak dibatasi oleh
golongan umur, jenis kelamin, maupun sistem organ.
5. Klinik Dokter Keluarga adalah unit pelayanan kesehtaan gigi yang
menyelenggarakan pelayanan dokter gigi keluarga.
6. Pemberi Pelayanan Kesehatan adalah individu profesi yang menjalankan
peranannya dalam memberikan pelayanan kesehatan.
7. Standar adalah rumusan (ciri) tingkat kesempurnaan yang disepakati tentang
struktur, proses, maupun hasil suatu pelayanan kesehatan yang menjadi tolak
banding dalam menilai pencapaian suatu unit pelayanan kesehatan. Bakuan ini
harus dapat dicapai, diamati, dan diukur.
G. Prinsip Pelayanan
Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga sebagai Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
strata pertama merupakan pelayanan paripurna dalam bidang kesehatan gigi dan mulut
yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut yang setinggi-
tingginya dari pengguna jasa dalam konteks keluarga. Untuk itu dokter gigi keluarga
dituntut untuk memenuhi beberapa prinsip pelayanan kedokteran gigi keluarga yang
merupakan landasan berpikir dan bertindak yang profesional. Prinsip pelayanan yang
dimaksud adalah :
7
1. Dokter Gigi Kontak Pertama (First contact)
Dokter Gigi Keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama
kali ditemui oleh pasien/klien dalam menyelesaikan masalah kesehatan gigi dan
mulut.
2. Layanan Bersifat Pribadi (Personal Care)
Dokter gigi keluarga memberikan layanan kepada perorangan (pribadi) dengan
memperhatikan bahwa setiap orang merupakan bagian dari keluarganya.
3. Pelayanan Paripurna (Comprehensive)
Dokter gigi keluarga memberikan pelayanan menyeluruh dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) sesuai dengan kebutuhan
pasien/klien. Namun dalam memberikan layanannya dokter gigi keluarga lebih
menekankan pada upaya promotif, perlindungan khusus (spesific protection),
deteksi dan tindakan penanganan dini (early diagnosis & prompt treatment).
4. Paradigma Sehat
Dokter gigi keluarga mampu mendorong masyarakat untuk bersifat mandiri dalam
menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang tinggi pada pentingnya
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
5. Pelayanan berkesinambungan (Continuous Care)
Pelayanan kedokteran gigi keluarga berpusat pada pasien (patient-oriented). Prinsip
ini melandasi hubungan jangka panjang antara dokter gigi keluarga dan pasiennya
dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam beberapa tahap kehidupan
pasien.
6. Koordinasi dan kolaborasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya dokter gigi keluarga perlu berkonsultasi
dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis dan memberikan informasi yang sejelas-
jelasnya kepada pasien.
7. Family and Community Oriented
Dalam mengatasi masalah pasiennya, dokter gigi keluarga mempertimbangkan
kondisi pasien terhadap keluarga tanpa mengesampingkan pengaruh lingkungan
sosial dan budaya tempat pasien tinggal dan bekerja, dan tetap memperhatikan
dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.
8
H. Peran dan Fungsi Dokter Gigi Keluarga
1. Pemberi pelayanan dengan komitmen tinggi secara professional dan etis.
2. Ujung tombak pelayanan dalam kesehatan nasional dan kesehatan pertama.
3. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut keluarga binaan secara
harmonis.
4. Sebagai mitra yang beretika bagi pasien dalam mengambil keputusan dengan
menggunakan teknologi kedokteran gigi berdasarkan Evidence Based Dentistry.
5. Penggalang peran masyarakat untuk meningkatakan kesehatan gigi dan mulut.
I. Bidang Garapan Dokter Gigi Keluarga
1. Memandang individu sakit atau sehat sebagai bagian dari unit keluarga.
2. Mengutamakan pendekatan promotif dan preventif sesuai IPTEKDOGI.
3. Pendekatan terpadu, holistic/menyeluruh, dan berkesinambungan.
4. Manajemen efisien, efektif-biaya, penjagaan mutu.
Objek garapan dokter gigi keluarga adalah unit keluarga yang mana dengan
struktur keluarga yg menjadi target: Ibu, Bapak, anak dari janin, balita, remaja,
dewasa, lansia. Masalah kesehatan gigi apa yang sering ditemukan dalam
keluarga?
Fase tumbuh kembang janin : Gizi dan permasalahannya
Fase kanak-kanak : Gizi, kebiasaan buruk dan masalah pedodontia
Fase remaja : Masalah kesehatan gigi-mulut terkait hormon, orthogonik,
estetik
Fase ibu dan ibu hamil : Masalah kesehatan gigi-mulut terkait hormon,
penyakit gigi mulut umum, gizi
Bapak : Masalah gigi mulut terkait sistemik, stress , merokok
Lansia : Masalah terkait geriatri
Komponen perilaku kesehatan : kebutuhan modifikasi perilaku dan konseling
Komponen mutu dan kompetensi : masalah standar profesi terkait
J. Kompetensi Dokter Gigi Keluarga
Menurut uraian diatas tentang Lingkup Garapan dan Lingkup Substansi Unit
Keluarga,maka didapatkan alur pikir tentang kompetensi spesifik yang harus dimiliki oleh
seorang dokter gigi keluarga. Kompetensi spesifik inilah yang akan membedakan dokter
gigi keluarga dengan dokter gigi umum. Berikut akan digambarkan secara skematik :
9
Dokter Gigi Keluarga:Batasan Lingkup garapan
Kompetensi
Masalah kesehatan Gigi Utama pada Unit Keluarga:Faktor risikoPenyakit gigi dan mulutSikap/ perilakuPembiayaan Lingkungan Pendidikan
Ciri Utama Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga: terintegrasi, efisien, holistik, promotif – preventif, kesinambungan, efektif – biaya, penapisan, etis.
Kebijakan pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga
Berikut ini akan diuraikan peta kompetensi dokter gigi keluarga secara rinci:
Bidang Garapan
(Menurut fase tumbuh kembang
keluarga & masalahnya)
Kompetensi yang diperlukan
Fase janin
- Tumbuh kembang
- Diet, gizi
- Analisis gizi dan diet
- Konseling
Ibu/ ibu hamil
- Gangguan hormonal
- Penyakit gigi – mulut
- Oral hygiene
- Perilaku & motivasi calon ibu
- Identifikasi faktor – faktor risiko
- Modifikasi perilaku dan
kebiasaan
Anak–anak
- Masalah klinis pedodontia
- Kebiasaan buruk anak
- Awal masalah maloklusi
- Mengidentifikasi perubahan
perilaku
- Penatalaksanaan pasien anak
- Diagnosis dini & perawatan
tepat
- Mengidentifikasi faktor – faktor
10
risiko
- Orthodonti untuk diagnosis dini
& perawatan segera
Bapak
- Penyakit sistemik
- Penyakit gigi dan mulut
- Merokok dan stres
- Pembiayaan kesehatan keluarga
- Pengambilan keputusan
keluarga
- Intervensi klinik pasien dewasa
- Kontrol terhadap perokok
- Manajemen stres
- Manajemen faktor risiko
- Pengaturan dana kesehatan
keluarga
Hubungan dokter pasien
- Rasa takut & cemas
- Ketidakpuasan
- Ketidakpercayaan
- Persepsi biaya mahal
- Manajemen ketakutan dan cemas
- Komunikasi & edukasi
- Penataan klinik yang nyaman
- Perawatan sesuai S.O.P.
- Diagnosis dan perawatan klinik
Manajemen
- Data kepenyakitan
- Pembiayaan
- Data SDM
- Data fasilitas dan logistik
- Pengolahan limbah
- Manajemen data epidemiologis
klinis
- Pembiayaan
- Manajemen SDM
- Manajemen logistik
- Manajemen limbah
Etika dan hukum kedokteran gigi
keluarga masalahnya:
- Pelanggaran etik
- Malpraktik
- Pelanggaran perjanjian oleh
pihak ketiga
- Pelanggaran hukum
- Prinsip dasar etika
- Hukum kedokteran, kaitannya
dengan Undang – Undang
praktik kedokteran, dll
K. Strategi
Perlu disusun strategi – strategi yang akan dilakukan untuk meningkatkan pemerataan
pelayanan kedokteran gigi keluarga, yaitu :
11
1. Mengembangkan kebijakan dan manajemen pelyanan kedokteran gigi kelurga
2. Mengembangkan sumber daya dokter gigi
3. Pemberdayaan profesi dan masyarakat
4. Mengembangkan sistem pengawasan, pengendalian dan penilaian pelayanan
Kedokteran gigi keluarga yang mengacu pada kebijkan, standar, pedoman, dan
indikator nasional.
L. Karakteristik Dokter Gigi Keluarga
1. Bereorientasi pada pencegahan penyakit serta pemeliharaan kesehatan.
2. Memanfaatkan pendekatan menyeluruh, berorientasi pada pasien dan keluarganya
dalam menyelenggarakan setiap pelayanan kesehatan.
3. Mempunyai kemampuan dan keterampilan diagnosa, serta kemampuan merujuk
yang handal disertai pengetahuan epidemiologi untuk menemukan pola penyakit
gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat, dan juga dapat mengelola
pelbagai penyakit gigi mulut secara komprehensif.
4. Dokter gigi keluarga memiliki pengetahuan tentang hubungan timbal balik faktor
biologis, sosial dan emosional dengan penyakit yang dihadapi, serta mengetahui
teknik pemecahan masalah untuk mengatasi berbagai penyakit gigi dan mulut.
L. Manfaat Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga
1. Terpenuhinya berbagai kebutuhan dan tuntutan layanan kesehatan gigi.
2. Memudahkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
3. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
4. Mutu pelayanan kesehatan akan lebih meningkat.
5. Dapat menjadi alternatif untuk membuka praktek dan mendapatkan penghasilan
bagi penyelenggara pelayanan kesehatan.
IV. KEDUDUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA
A. Kedudukan
Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga adalah pelayanan kesehatan strata pertama,
setingkat praktik dokter/praktik dokter gigi, dan menjadi mitra Puskesmas, khususnya
12
dalam aspek kesehatan masyarakat. Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga secara
opersional berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelayanan Kedokteran
Gigi keluarga dapat bergabung menjadi bagian Dokter keluarga, atau berdiri sendiri
senagai mitra dokter keluarga.
B. Organisasi
Unit pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga dilaksanakan oleh tim terdiri dari dokter
gigi keluarga dan perawat gigi dengan diskripsi tugas yang jelas, namun tidak menutup
kemungkinan pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga menjadi satu organisasi yang lebih
besar lengkap dengan organiogramnya.
C. Tata Kerja
1. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Unit Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga (PKGK) adalah sarana kesehatan yang
ijinya dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. Dengan Puskesmas dalam wilayah kerjanya
Unit pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga wajib melaporkan kinerjanya,
khususnya hasil temuan informasi epidemiologis, sehingga dapat dibuat program
Kesehatan Masyarakat yang terintegrasi.
3. Dengan Jejaring Pelayanan Kesehatan Rujukan
Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga menjalin kerja sama yang erat dengan
berbagai pelayanan kesehatan rujukan.
4. Dengan Rumah Sakit terdekat
Unit pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga menjalin kerja sama dengan Rumah
Sakit terdekat untuk merujuk pasien terutama bila penderita dalam keadaan gawat
darurat.
5. Dengan Lintas Sektor, khususnya institusi sekolah dasar.
Menjalin kerja sama khususnya dengan UKS/UKGS pada sekolah yang muridnya
adalah individu binaan dokter gigi keluarga.
V. UPAYA, AZAS, PENYELENGGARAAN PELAYANAN
A. Upaya
Upaya Kedokteran Gigi Keluarga di kelompokkan menjadi dua lingkup yakni :
13
1. Upaya pelayanan kedokteran gigi keluarga wajib adalah paket dasar yang harus
dilakukan untuk mengatasi kebutuhan kesehatan gigi dan mulut esensial meliputi :
a). Perawatan kegawatdaruratan
b). Asuhan pencegahan
c). Perawatan sederhana
2. Upaya pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga pengembangan adalah paket
tambahan upaya yang dilakukan berdasar permasalahan kesehatan gigi dan mulut
yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan dokter gigi
keluarga. Dalam hal ini adalah : d). moderate care yaitu kemampuan pelayanan
spesialistik tetentu dengan dukungan sarana penunjang / rujukan.
B. Azas Penyelenggaraan
Penyelenggaraan pelayanan dokter gigi keluarga untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut keluarga binaan harus menerapkan azas kewilayahan dan azas
pemberdayaan masyarakat.
1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Azas penyelenggaraan dokter gigi keluarga adalah pertanggung jawaban wilayah.
Dalam arti para dokter gigi keluarga yang berada diwilayah kerjanya bertanggung
jawab meningkatkan derajat kesehatan masyrakat yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya. Setiap dokterg gig keluarga membina 1800 KK atau 9000 penduduk
(Indikator Derajat Kesehatan 2010)
2. Azas Pemberdayaan Masyarakat
Azas penyelenggaraan dokter gigi keluarga yang kedua adalah pemberdayaan
masyarakat. Dalam arti dokter gigi keluarga wajib memberdayakan perorangan,
keluarga dan masyarakat agar berperan aktif dalm penyelenggaraan pelayanan
kedokteran gigi keluarga antara lain melalui :
a). Kader Posyandu
b). Upaya Kesehatan Gigi Sekolah : dokter kecil, penyertaan guru, dan orang tua/wali
murid.
C. Model Pelayanan Dokter Gigi Keluarga
1. Dokter Gigi Keluarga Praktek Perorangan/Praktek Solo.
14
Dapat dilakukan atas inisiatif sendiri, sudah sesuai dengan standar perijinan yang
telah ditetapkan, serta telah memiliki sertifikat mengikuti program Pendidikan
Kedokteran Gigi Keluarga (PKGK) atau program diklat khusus.
2. Dokter Gigi Keluarga Praktik Berkelompok.
Terdiri dari beberapa orang sebagai mitra kerja. Standar klinik, pelayanan
kesehatan, dan asuransi kesehatan yang digunakan sesuai dengan konsep dokter
gigi keluarga.
D. Ruang Lingkup Pelayanan
Dilakukan dengan sistem Level of Care dan pendekatan Primary Health Care.
1. Ruang Lingkup Kerja Dokter Gigi
a. Pelayanan Darurat/Basic Emergency Care
Yang pertama dilakukan adalah pertolongan pertama atau basic life support
(dilakukan rujukan bila perlu), kemudian mengurangi rasa sakit atau eliminasi
infeksi, selanjutnya reposisi dislokasi sendi rahang, replantasi gigi, dan terakhir
penyesuaian oklusi (untuk tahap akut).
b. Pelayanan Pencegahan/Preventive Care
Terdiri dari pendidikan kesehatan gigi, penghilangan kebiasaan buruk, tindakan
perlindungan khusus, tindakan penanganan diri, dan pemberian advokasi untuk
menanggulangi kelainan saliva dan masalah gizi.
c. Pelayanan Medik Gigi Dasar/Simple Care
Yang terdiri dari tumpatan gigi, ekstraksi gigi, perawatan pulpa,
perawatan/pengobatan abses, penanganan dry socket, pengobatan ulkus rekuren
(aphtosa), dan pengelolaan halitosis.
d. Pelayanan Medik Gigi Khusus/Moderate Care
Pelayanan yang diberikan adalah mengenai konservasi gigi, pedodonsi,
periodonsia, bedah mulut, orthodonti, prostodonsia, dan Oral medicine.
E. Sistem Pembiayaan
Dijelaskan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) bahwa bila sistem jaminan
kesehatan telah berjalan maka Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata I akan
diselenggarakan pula, kecuali pada daerah yang sangat terpencil yang masih dilakukan
oleh Puskesmas.
15
Pada pembiayaan pelayanan dokter gigi keluarga harus dapat dikelola efisien,
transparan, akuntabel, adil dan berkelanjutan. Kondisi disamping dapat terwujud jika
kebutuhan akan pelayanan kesehatan dapat terpenuhi dengan baik.
Para dokter gigi keluarga yang telah mendapat pembayaran pra-upaya dari
penyelenggara Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK), harus dapat menekankan pada upaya
promotif dan preventif, serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang diberikan sesuai
kebutuhan.
F. Perizinan Praktik Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga
Perizinan praktik pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah suatu hal yang mutlak
didapat jika ingin melakukan pelayanan kedokteran gigi keluarga. Maka semua pihak
dalam melakukan pelayanan ini harus dapat memenuhi persyaratan, yaitu:
1. Penyelenggara
Perizinan diberikan pada pihak yang menyelenggarakan dalam bentuk:
a. Praktik perorangan (diselenggarakan oleh satu orang dokter gigi keluarga)
b. Praktik berkelompok (diselenggarakan oleh beberapa orang dokter gigi
keluarga)
2. Kewenangan Pemberi Izin
Pemberi izin dilakukan oleh instansi yang berwenang. Menurut berbagai undang-
undang dan peraturan di Indonesia pemberian izin bagi dokter dan dokter gigi
termasuk dokter gigi keluarga ini adalah kewenangan pemerintah pusat,
kabupaten/kota, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Organisasi Profesi.
3. Tata Cara Perizinan
a. Perizinan praktik dokter gigi keluarga dilaksanakan melalui:
1. Sertifikasi
Sertifikasi adalah pengakuan akan kompetensi yang dimiliki seseorang
yang diberikan oleh lembaga yang menyelenggarakan pendidikan dokter
gigi keluarga yaitu Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Kolegium
Kedokteran Gigi Indonesia (KKGI) serta Organisasi Profesi (PDGI),
Departemen Kesehatan.
2. Registrasi
16
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap dokter gigi yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lainnya serta diakui secara hukum untuk melakukan tindakan profesinya.
Surat Tanda Registrasi (STR) dokter gigi berlaku selama 5 tahun dan
registrasi ulang setiap 5 tahun sekali dengan tetap memenuhi persyaratan-
persyaratan. Untuk memperoleh STR dokter gigi keluarga oleh Konsil
Kedokteran Indonesia maka seorang dokter gigi keluarga harus :
a) Memiliki ijazah dokter gigi dan sertifikat pelatihan dokter gigi
keluarga
b) Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter
gigi
c) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki SIP
d) Memiliki sertifikat kompetensi dokter gigi keluarga
e) Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi
3. Lisensi/Surat Izin Praktik (SIP)
Lisensi/SIP adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter
gigi yang telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
b. Tata Cara Pengajuan Permohonan Izin
1) Praktik Perorangan
a) Pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan:
Foto copy kartu tanda penduduk
Foto copy SK PNS/POLRI/Pensiunan/TNI/BUMN
Denah ruangan dan denah lokasi tempat praktik
b) Foto copy STR Dokter Gigi yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia yang masih berlaku yang dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang
c) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik
d) Surat rekomendasi dari PDGI
17
e) Foto copy Surat Keputusan Penempatan dalam rangka masa bakti atau
surat bukti telah selesai menjalankan sama bakti atau surat keterangan
menunda masa bakti yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
f) Pas photo berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4
sebanyak 1 (satu) lembar
2) Praktik Kelompok
a) Surat permohonan izin menyelenggarakan praktik berkelompok
kedokteran gigi keluarga
b) Foto copy akte notaries pendirian yayasan/badan hukum
c) Studi kelayakan yang memuat antara lain rencana Jenis pelayanan
yang diberikan dengan denah bangunan dan denah lokasi /lingkungan
d) Foto copy tanda bukti penggunaan bangunan minimal 5 tahun
e) Foto copy surat izin gangguan (HO)/Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
f) Surat pernyataan dari pemohon untuk mentaati peraturan perundang-
undang yang berlaku dengan materai.
g) Struktur organisasi
h) Daftar ketenagaan beserta fotocopy ijazah
i) Data kepegawaian Penanggung Jawab Praktik berkelompok.
Surat pengangkatan sebagai penanggung jawab klinik
Surat pernyataan tidak keberatan/kesanggupan sebagai penanggung
jawab, dengan materai
Surat pernyataan tidak keberatan dari atasan langsung tempat kerja
Foto copy SIP dan Surat Persetujuan Tempat Praktik (SPTP) yang
masih berlaku
Pas foto terbaru 4x6 2 lembar
j) Data kepegawaian dokter/dokter gigi keluarga:
Foto copy Surat Izin Praktik dan ;
Surat persetujuan tempat praktik yang masih berlaku.
k) Data Kepegawaian Paramedis/Umum
Foto copy ijazah terakhir
Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Perawat Gigi (SIPG) bagi
perawat gigi
l) Daftar tarif pelayanan medis
18
m) Surat perjanjian rujukan dengan rumah sakit terdekat
n) Daftar alat-alat kedokteran/kedokteran gigi sesuai dengan pelayanan
yang dilaksanakan
o) Daftar obat-obatan yang digunakan
p) Wajib mengikuti standar perizinan kedokteran gigi keluarga
q) Wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran gigi keluarga
r) Setiap tindakan kedokteran gigi keluarga harus mendapat persetujuan
pasien
s) Persetujuan diberikan setelah pasien mendapatkan penjelasan lengkap
(diagnosis, tindakan medis, tujuan tindakan, resiko, alternatif lain,
prognosis)
t) Wajib membuat rekam medis (dibubuhi nama, waktu, tindakan)
u) Wajib menyimpan rahasia kedokteran gigi keluarga
v) Wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya
w) Wajib memberi laporan ke Puskesmas.
3. Sanksi dan Disiplin
a. Pemberian peringatan tertulis
b. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP oleh Organisasi Profesi dan
pencabutan oleh Dinas Kesehatan
c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran gigi keluarga
VI. PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PENILAIAN
A. Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan kegiatan
pelayanan kedokteran gigi keluarga akan terlaksana sesuai dengan kebijakan, rencana,
dan peraturan perundangan yang berlaku.
Tujuannya adalah agar tujuan pelayanan kedokteran gigi keluarga dapat tercapai,
sesuai rencana dan peraturan perundangan undangan yang berlaku serta berguna untuk
melindungi semua pihak supaya tetap menjaga kualitas layanannya, sehingga bila
terdapat ketidaksesuaian segera dapat diketahui, dan diinterverensi.
19
Agar pengawasan dapat berhasil, hasil pengawasan harus dijadikan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk :
a. Menghentikan dan meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, dan
ketidaktertiban dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga.
b. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan dan penyelewengan,
serta ketidak tertiban dalam pelayanan kedokteran gigi keluarga.
c. Mencari pemecahan dan cara yang lebih baik dalam meningkatkan kegiatan
pelayanan kedokteran gigi keluarga.
Sasaran pengawasannya dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Pelaksanaan kebijakan pelayanan kedokteran gigi keluarga, terutama meliputi:
pelaksanaan pelayanan kedokteran gigi keluarga secara keseluruhan serta
kerjasama lintas sektor dan lintas program.
b. Pendayagunaan tenaga dokter gigi keluarga.
c. Pelatihan dan pendidikan dokter gigi keluarga.
Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh:
1. Pemerintah Pusat
2. Konsil Kedokteran Indonesia
3. Pemerintah Daerah (Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)
4. Organisasi Profesi
B. Pengendalian
Pengendalian merupakan koreksi yang bersifat preventif sebagai tindak lanjut
kegiatan pengawasan, yang dilakukan oleh setiap atasan/pimpinan organisasi agar
pelaksanaan PKGK berjalan sesuai rencana, kebijakan, dan perda yang berlaku.
C. Penilaian
Penilaian ini merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian
tujuan pelayanan kedokteran gigi keluarga. Kegiatan yang dilakukan mencangkup:
a. Menilai penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang telah dicapai dibandingkan
rencana tahunan dan standart pelayanan
20
b. Menyusun sasaran peningkatan penyelewengan kegiatan sesuai dengan
pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun
berikutnya.
VII. PENUTUP
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan secara keseluruhan dimana untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan
mulut masyarakat indonesia dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya melalui
pelayanan di tingkat pertama yang dilaksanakan secara efisien, efekif dan berkualitas
yakni melalui pendekatan pelayanan kedokteran gigi keluarga. Dokter gigi keluarga
merupakan dokter gigi yang mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi yang
berorientasi pada komunitas dengan keluarga sebagai sasaran utama.
Namun dalam penyelenggaraan kedokteran gigi keluarga ada beberapa kendala yang
perlu diperhatikan yakni permasalahan sumber daya, biaya kesehatan, serta masalah
manajemen pelayanan yang saling memiliki hubungan keterkaitan. Dengan demikian,
tanpa adanya dorongan dan peran aktif dari pemerintah serta masyarakat,kebijakan
penyelenggaraan dokter gigi keluarga tidak akan dapat berjalan dengan baik dan akan sulit
untuk terealisasi nantinya.
21