Post on 05-Jul-2015
description
11
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejalan dengan kepentingan dan masa depan anak-anak, maka orang tua hendaklah
menyekolahkan mereka dan karena pendidikan di sekolah termasuk rangkaian pendidikan
seumur hidup. Sistem pendidikan di sekolah yang teratur, sistematis, dan berjenjang sangat
strategis untuk membina peserta didik dalam menghadapi masa-masa selanjutnya, sampai
peserta didik tersebut berusia lanjut
Proses pendidikan seumur hidup bagi anak hendaknya menekan pada strategi dan metodologi
yang dapat menanamkan motivasi belajar dan kepribadian belajar yang kuat. Program
kegiatan disusun mulai peningkatan kecakapan baca tulis, ketrampilan dasar yang
mempertinggi daya pikir anak sehingga memungkinkan anak terbiasa untuk belajar , berpikir
kritis dan mempunyai pandangan hidup yang dicita-citakan.
2. Batasan masalah
Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah (PLS)
2. Pendidikan Luar Sekolah yang ada dalam masyarakat
3. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah
4. Tujuan Pendidikan Agama Luar Sekolah
11
BAB II
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS)
A. Filsafat Administrasi
Filsafat, kata ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘philosophia’ . Kata philosophia
merupakan gabungan dari dua kata yaitu philos dan sophia. Philos berarti sahabat atau
kekasih, sedangkan sophia memiliki arti kebijaksanaan, pengetahuan, kearifan. Dengan
demikian maka arti dari kata philosophia adalah cinta pengetahuan. Atau dengan kata lain
bisa juga diartikan sebagai orang yang senang mencari ilmu dan kebenaran.
Administrasi diartikan keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih
yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya, mengandung 3 unsur.
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat administrasi adalah
kesenangan dalam mencari ilmu ataupun kebenaran melalui proses kerjasama satu orang atau
lebih untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya . Filsafat administrasi
dalam pelaksanaannya memperhatikan unsur managemen relation kepemimpinan dan human
bicara filsafat administrasi mulai dari manusia dan berorientasi kepada manusia karena
dimulai oleh manusia untuk kepentingan manusia dan diakhiri pula oleh manusia
Menurut Soewarno Handayaningrat (1996:2), dalam buku “Pengantar Studi Ilmu
Administrasi dan Manajemen” adalah sebagai : Administrasi dalam arti sempit adalah suatu
kegiatan yang meliputi catat, mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik
agenda dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan (clerical work). Sedangkan dalam
arti luas adalah kegiatan kelompok manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
melakukan kerjasama dengan bimbingan, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Dalam impelemntasinya pada program PLS, administrasi merupakan tugas-tugas tertentu
yang harus dilaksanakan sendiri. Tugas-tugas itulah yang biasa disebut fungsi administrasi.
Pada umumnya fungsi tersebut terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerak dan
pengawasan. Semua fungsi administrasi tersebut merupakan suatu sistem yang saling terkait
dan saling mempengaruhi dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sondang P. Siagian dalam buku “Filsafar Administrasi” mengutip beberapa pendapat para
ahli mengenai fungsi administrasi, diantaranya:
1. Henry Fayol, fungsi administrasi terdiri dari:
a. Perencanaan (planning)
b. Penggonisasian (organizing)
c. Pemberian komando (commanding)
d. Pengkoordinasian (coordinating)
e. Pengawasan (controlling)
11
2. Herlod Koontz dan Cyrill O’Donnet, fungsi administrasi terdiri dari:
a. Perencanaan (planning)
b. Pengorganisasian (organizing)
c. Pengadaan tenaga kerja (staffing)
d. Pemberian bimbingan (directing)
e. Pengawasan (controlling)
3. George R Terry, fungsi administrasi terdiri dari:
a. Perencanaan (planning)
b. Pengorganisasian (organizing)
c. Penggerakan (actuating)
d. Pengawasan (controlling)
B. Manajemen
Manajeman dapat diartikan antara lain kemampuan atau keterampilan untuk memeproleh
sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan- kegiatan orang lain dengan
demikian dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan inti dari pada administrasi karena
manajemen merupakan alat pelaksanaan utama daripada administrasi (unsur utamanya
POAC)
Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.Ed., berbicara mengenai manajemen dalam tulisannya yang
berjudul “Manajemen Kelembagaan dan Pembiayaan PAUD Non Formal”. Manajemen dapat
diartikan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui orang-orang serta kelompok dengan
maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Berdasarkan pengertian tersebut,
manajemen itu tidak bisa hanya dilakukan oleh sendiri, tetapi juga menyangkut berbagai
pihak yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujujan secara bersama.
Pengertian lebih jauh bahwa manajemen itu merupakan serangkaian kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan terhadap segala
upaya dalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, sarana dan prasarana
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Manajemen memiliki keragaman dalam segi pelaksanaan ataupun dalam penyusunan
konsepnya termasuk model-model manajemen dilihat dari segi tahapannya. Maka dari itu
dapat kita lihat mengenai tahapan-tahapan manajemen, di antaranya:
Model Kesatu
1. Rekonsiderasi : Menganalisis yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Tahap ini
perlu dilaksanakan yaitu upaya program yang akan dilaksanakan secara operasional sesuai
dengan kebijakan pemerintah. Apabila sudah ada kesesuaian, maka akan memudahkan dalam
pelaksanaannya karena tidak akan terjadi tumpang tindih antara program dengan program
lainnya, atau program yang dilaksanakan tidak akan bertentangan dengan kebijakan
pemerintah terserbut.
11
2. Pengamata : Mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan dan potensi serta keadaan
daerah yang akan dijadikan tempat kegiatan.
3. Persiapan : Menyusun perencanaan berupa program kegiatan yang akan dilaksanakan
diantaranya menyangkut faktor manusia, sarana, biaya dan tempat.
4. Pelaksanaan : Melaksanakan kegiatan sesuai dengan program yang sudah direncanakan.
5. Evaluasi : Mengevaluasi seluruh program, untuk mengetahui keberhasilan yang telah
dicapai.
Model Kedua
1. Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang
tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang datang.
2. Pengorganisasian adalah usaha mengintegrasikan sumber-sumber manusiawi dan non
manusiawi yang diperlukan ke dalam suatu kesatuan untuk melaksanakan kegiatan
sebagaimana telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu.
3. Penggerakan adalah upaya-upaya pimpinan untuk menggerakkan seseorang atau
kelompok yang dipimpinnya, dengan menumbuhkan dorongan dalam dirinya untuk
melaksanakan tugas atau kegiatan yang diberikan kepadanya dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
4. Pembinaan adalah upaya pengendalian secara profesional terhadap semua unsur
organisasi, agar unsur-unsur tersebut berfungsi sehingga tujuan dapat terlaksana
secara berdayaguna dan berhasilguna.
5. Evaluasi adalah kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan.
6. Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi-potensi,
membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang telah baik.
C. Kepemimpinan
Kepemimpinan atau juga leadership sangat berperan aktif dalam aplikasi sebuah pendidikan
luar sekolah. Di dalamnya terdapat komponen-komponen yang dapat menunjang pelaksanaan
sebuah rencana yang telah disusun dalam sebuah progrrm PLS dengan diikuti suatu
manajemen dan adminitrasi yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Siagian (2002 : 62) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu
mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak
disenanginya.
11
Nimran (2004 : 64) mengemukakan bahwa kepemimpinan atau leadership adalah merupakan
suatu proses mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku seperti yang akan
dikehendaki.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan
situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni:
a. Kemampuan analitis (analytical skills), yakni kemampuan untuk menilai tingkat
pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
b. Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills), yaitu kemampuan untuk
menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terhadap siatuasi.
c. Kemampuan berkomunikasi (communication skills), yakni kemampuan untuk
menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang Anda terapkan.
Ketiga kemampuan diatas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang
pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran
pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision
making) (Gordon, 1996 : 314-315).
D. Human Relation
Human relation sering dikatakan sebagai kelanjutan merupakan inti dari pada
kepemimpinan. Didasari dan diakui bahwa di dalam setiap kegiatan administrasi, unsur
manusia dan hubungan-hubungan antar manusia itu merupakan faktor yang menentukan
sukses tidaknya proses administrasi itu dijalankan (human resources berbeda dengan non
human resources)
Cabot dan Kahl (1967) : “Human Relations“ adalah suatu sosiologi yang konkret karena
meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya.
Jadi, interaksi mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik yang
mencakup kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru.
H. Bonner (1975) : interaksi adalah hubungan antara dua atau lebih individu manusia dan
perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu
lain atau sebaliknya.
“Human Relations“dalam arti luas : Komunikasi Persuasif yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan,
sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah pihak.
Suksesnya seseorang dalam melaksanakan “Human Relations” karena ia berkomunikasi
secara etis, ramah, sopan, menghargai, dan menghormati orang lain.
Hubungan kemanusiaan ini dimaksudkan sebagai keseluruhan rangkaian hubungan, baik
formal maupun informal, antara yang memimpin dan pihak yang dipimpin, antar pihak yang
memimpin, dan antar pihak yang dipimpin. Adanya hubungan kemausian yang dimaksudkan
agar terbina kerjasama dalm suatu kesatuan yang kompak, tumbuhnya suasana kerja yang
11
akrab dan serasi, serta terwujudnya situasi yang tinggi dalam melakukanmkegiatan untuk
mencapai suatu tujuan.
Dalam hubungan kemanusiaan ini terjadi suatu proses pembinaan tingkah laku pihak yang
dipimpin, baik perorngan atau kelompok oleh pihak yang memimpin. Pembinaan tingkah
laku meliputi upaya memotivasi dan mengarahkan pihak yang memimpin agar mampu
menggunakan pengetahuan, keerampilan, sikap, dan aspirasinya untuk mencapai tujuan.
Kegiatan untyuk mempengaruhi keempat aspek tingkah laku itu akan memerlukan waktu dan
intensitas pembinaan yang berbeda.
Kesimpulan : Proses interaksi melibatkan perasaan, kata yg diucapkan dalam komunikasi,
mencerminkan perasaan dan sikap, proses penyesuaian diri. Hubungan antar manusia secara
luas mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan membahas untuk mendapatkan
pemecahan masalah.
E. Administrasi dan manajemen sebagai alternatif pemecahannya, berikut dengan
salah satu contoh kecilnya
Administrasi dan manajemen merupakan dua kategori yang saling mempengaruhi dan
berperan aktif dalam pemecahan suatu masalah:
Dalam penerapan adminstrasi dan manajemen tidak dapat dipisahkan hanya
kegiatannya yang dapat dibedakan.
Adminmistrasi bersifat konsep menentukan tujuan dan kebijaksanaan umum secara
menyeluruh sedangkan manajemen sebagai subkonsep yang bertugas melaksanakan
semua kegiatan untuk mencapai tujuan dan kebijaksanaan yang sudah tertentu pada
tingkat administrasi.
Administrasi lebih luas dari pada manajemen karena manajemen sebagai salah satu
unsur dan merupakan inti dari administrasi sebagai pelaksana yang bersifar
operasional melainkan mengatur tindakan-tindakan pelaksanaan oleh sekelompok
orang yang disebut "bawahan" jadi dengan manajemen administrasi akan mencapai
tujuannya.
Sebagai contoh: kehidupan manusia yang tidak lepas dari kebutuhan, baik itu kebutuhan
primer ataupun kebutuhan sekunder. Manusia merencanakan, memprogram, menyusun segala
sesuatu yang akan dijadikan suatu usaha demi tercapainya suatu kebutuhan yang diinginkan.
Cara/pengelolaan inilah yang disebut dengan manajemen. Orang harus mengusahakan dengan
perbuatan-perbuatan yang nyata berusaha seorang diri maupun secara bekerja sama dengan
perbuatan yang nyata, maka kebutuhan itu menjelma menjadi tujuan. Di dalam memenuhi
kebutuhannya dalam banyak hal orang harus bekerja sama atau dengan kata lain orang harus
melaksanakan suatu proses penyelenggaraan usaha kerja sama dalam mencapai tujuaannya.
Proses penyelenggaraan inilah yang disebut dengan administrasi dan pada masyarakat moden
yang makin berkembang ini makin penting pula tujuan-tujuan yang ingin dan hendak
11
dicapainya maka makin baik dan tepat pula administrasi yang harus diarahkannya oleh karena
itu makin penting pula kedudukan administrasi dan management sebagai konsep dan langkah
oprasional kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut.
F. Pengertian pendidikan luar sekolah (PLS)
Sebelum membicarakan pengertian Pendidikan Luar Sekolah, pemakalah menyajikan
beberapa rumusan sebagai berikut:
1. Menurut Soeleman Joesoef dan Slamet Santoso Pendidikan Luar Sekolah adalah
Setiap kesempatan di mana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan
seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan
usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat ketrampilan, sikap
dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta yang efisien dan efektif dalam
lingkungan keluarga, pekerjaan, bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.
2. Phillips H. Combs, mengungkapkan bahwa pendidikan luar sekolah adalah setiap
kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem formal, baik
tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk
memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
belajar.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap
kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah baik yang dilembagakan
maupun yang tidak dengan tujuan memberikan layanan kepada peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan belajar. Sedangkan Pendidkan Agama Luar Sekolah adalah setiap kegiatan
pendidikan agama yang diselenggarakan di luar sistem sekolah dengan tujuan untuk
memberikan pelayanan pada peserta didik untuk memehami, menghayati dan mengamalkan
ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pedoman hidup (way of life) dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Luar Sekolah yang ada dalam masyarakat
Jenis-jenis pendidikan yang ada pada Pendidikan Luar Sekolah menurut D. Sudjana
(1996:44) di antaranya adalah:
1. Pendidikan Massa (Mass education)
Pendidikan massa yaitu kesempatan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat luas
dengan tujuan yaitu membantu masyarakat agar mereka memiliki kecakapan dalam hal
menulis, membaca dan berhitung serta berpengetahuan umum yang diperlukan dalam upaya
peningkatan taraf hidup dan kehidupannya sebagai warga negara. Istilah Mass education
menunjukan pada aktifitas pendidikan di masyarakat yang sasarannya kepada individu-
individu yang mengalami keterlantaran pendidikan, yaitu individu yang tidak berkesempatan
memperoleh pendidikan melalui jalur sekolah, tetapi putus di tengah jalan dan belum sempat
11
terbebas dari kebuta-hurufan. Mass education ini dapat dikatakan semacam program
pemberantasan buta huruf atau program keaksaraan, tentu saja tidak bertujuan supaya orang-
orang didiknya sekedar bisa baca-tulis, tetapi juga supaya memperoleh pengetahuan umum
yang relevan bagi keperluan hidupnya sehari-hari. Individu yang menjadi sasarannya adalah
pemuda-pemuda dan orang dewasa. Pelaksanaannya melalui kursus-kursus.
2. Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education)
Pendidikan orang dewasa yaitu pendidikan yang disajikan untuk membelajarkan orang
dewasa. Dalam salah satu bukunya tentang PLS, Sudjana (1996:45) menerangkan bahwa
pendidikan orang dewasa adalah pendidikan yang diperuntukan bagi orang-orang dewasa
dalam lingkukangan masyarakatnya, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan,
memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik dan profesi yang telah
dimilikinya, memperoleh cara-cara baru serta merubah sikap dan perilakunya.
3. Pendidikan Perluasan (Extension Education)
Kegiatan yang diselenggarakan PLS adalah meliputi seluruh kegiatan pendidikan baik yang
dilaksanakan di luar sistem pendidikan sekolah yang dilembagakan ataupun yang tidak
dilembagakan.
3. Sasaran pendidikan luar sekolah
Dibagi 2 sasaran pokok:
Pendidikan luar sekolah untuk pemuda
Sebab-sebab timbulnya:
1. Banyak anak-anak usia sekolah tidak memperoleh pendidikan sekolah yang cukup,
lebih-lebih di negara yang berkembang
2. Mereka memperoleh pendidikan yang tradisional
3. Mereka memperoleh latihan kecakapan khusus melalui pola-pola pergaulan
4. Mereka dituntut mempelajari norma-norma dan tanggung jawab sebagai sangsi dari
masyarakatnya
Kelompok-kelompok kegiatan pendidikan Luar Sekolah antara lain:
1. Klub pemuda
2. Klub-Klub pemuda tani
3. Kelompok pergaulan
4. Pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa
Pendidikan ini timbul oleh karena:
1. Orang-orang dewasa tertarik terhadap profesi kerja.
2. Orang dewasa tertarik terhadap keahlian.
Dalam rangka memperoleh pendidikan di atas dapat ditempuh melalui:
1. Kursus-kursus pendek.
11
2. In service-training.
3. Surat-menyurat.
Lebih lanjut, sesuai dengan Rancangan Peraturan Pemerintah maka sasaran PLS dapat
meliputi:
A. Ditinjau dari segi sasaran pelayanan, berupa:
Usia pra-sekolah (0-6 tahun)
Usia pendidikan dasar (7-12 tahun)
Usia pendidikan menengah (13-18 tahun)
Usia pendidikan tinggi (19-24 tahun)
B. Ditinjau dari jenis kelamin
Program ini secara tegas diarahkan pada kaum wanita oleh karena jumlah mereka yang besar
dan partisifasinya kurang dalam rangka produktifitas dan efesiensi kerja.
C. Berdasarkan lingkungan sosial budaya
Masyarakat pedesaan.
Masyarakat perkotaan.
Masyarakat terpencil.
D. Berdasarkan kekhususan sasaran Pelajaran
Peserta didik yang dapat digolongkan terlantar, seperti anak yatim piatu.
Peserta didik yang mengalami pengembangan sosial dan emosional seperti anak
nakal, korban narkotika dan wanita tuna susila.
Peserta yang mengalami cacat mental dan cacat tubuh seperti tuna netra, tuna rungu,
tuna mental.
Peserta didik yang karena berbagai sebab sosial, tidak dapat mengikuti program
pendidikan persekolahan.
E. Berdasarkan pranata
A. Pendidikan keluarga.
B. Pendidikan perluasan wawasan.
C. Pendidikan keterampilan.
F. Berdasarkan sistem pengajaran
1. Kelompok, organisasi, dan lembaga.
2. Mekanisme sosial budaya seperti perlombaan dan pertandingan.
3. Kesenian tradisional, seperti wayang, ludruk, ataupun teknologi modern seperti
televisi, radio, film, dan sebagainya.
Prasarana dan sarana seperti balai desa, mesjid, gereja, sekolah dan alat-alat perlengkapan
kerja.
G. Berdasarkan segi pelembagaan program
1. Program antar sektoral dan swadaya masyarakat seperti PKK, PKN dan P2WKSS.
11
2. Koordinasi perencanaan desa atau pelaksanaan program pembangunan.
3. Tenaga pengarahan di tingkat pusat, propinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa.
4. Tujuan Pendidikan Agama Luar Sekolah
Pendidikan agama luar sekolah mempunyai dua macam tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
a. Tujuan Umum:
1) Memperluas keikut sertaan masyarakat dalam pemerataan kesempatanbelajar dan
meningkatkan mutu warga masyarakat melalui pendidikan.
2) Meningkatkan proses belajar mengajar untuk mencapai daya guna dan hasil yang optimal.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah mempersiapkan warga masyarakat untuk mengembangkan diri
pribadinya atau untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih besar .
Dari dua tujuan di atas, maka pendidikan luar sekolah bertujuan untuk memberikan
kesempatan yang luas untuk bekerja kepada anggota masyarakat, juga melatih dan
mengembangkan secara kualifikasi pengetahuan kemampuan dan sikap yang harus dimiliki
oleh peserta didik dalam penyelesaian suatu program pengajaran.
Selanjutnya telah digariskan dalam A-Qur'an, bahwa tujuanpendidikan agama adalah tujuan
hidup manusia itu sendiri, seperti digambarkan dalam Al-Qur'an
a. Surat Adz-Dzariyat : 56: Artinya: "Tiadalah aku jadikan jin dan manusia melainkan
supaya merekamenyembah-Ku". (Al Dzariyat:56)
b. "Hai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allahdengan sebenar-
benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekalikalikamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam". (AlImran : 102)
c. "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu ke kudukengkau dan jangan
pula engkau melepaskan selepas-lepasnya,nanti engkau tercela dan menyesal.
(jangan bakhil dan janganpemboros)". (Al Isra' : 29)
d. Maka apabila telah ditunaikan sembahyang, bertebarlah kamu dimuka bumi dan
carilah karunia (rezeki) Allah dang ingatlahakan Allah sebanyak banyaknya, mudah-
mudahan kamumenang (sukses)". (Al Jum'ah : 10)
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kepemimpinan atau juga leadership sangat berperan aktif dalam aplikasi sebuah pendidikan
luar sekolah. Di dalamnya terdapat komponen-komponen yang dapat menunjang pelaksanaan
sebuah rencana yang telah disusun dalam sebuah progrrm PLS dengan diikuti suatu
manajemen dan adminitrasi yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Siagian (2002 : 62) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian rupa sehingga orang lain itu
mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak
disenanginya.
B. SARAN
Di samping kita mengikuti jenjang pendidikan formal alangkah baiknya dilengkapi dengan
mengikuti pendidikan luar sekolah seperti kursus-kursus, dll. Agar kekurangan/kelemahan
yang ada pada pendidikan formal bisa tertutupi dengan pendidikan luar sekolah sehingga
diharapkan setiap lulusan bisa hidup mengikuti perkembangan zaman dan selalu dibutuhkan
oleh masyarakat seiring dengan perkembangan/kemajuan IPTEK.
11
DAFTAR PUSTAKA
Joesoef Soelaiman, 2004, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kurdie Syuaeb, 2002, Pendidikan Luar Sekolah. Cirebon: CV. Alawiyah.
Faisal Sanapiah, 1981, Pendidikan Luar Sekolah . Surabaya: CV. Usaha Nasional.
11
MAKALAH
MANAJEMEN ORGANISASI PLS
DISUSUN OLEH :
NAMA : ERNA SARI
NIM : 21215070
SEMESTER : III
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
KELAS RAHA
2013