Post on 02-Jan-2016
description
MAKALAH TUGAS ILMU KESEHATAN ANAK
“ PENDEKATAN DAN TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK ”
Disusun oleh : Kelompok 9
No. Nama NPM
1. Putu Restu Pertiwi 10700169
2. Desak Made Oka Pajarini 10700171
3. Pande Ni Putu Friska Aristia Wijaya 10700173
4. Karlina Megawati 10700175
5. Ria Ekawati Putri 10700179
6. Firman Rengga D. 10700181
7. Yehezkiel Yance Tengker 10700183
8. Febriana Ayu Permatasari 10700185
9. Intan Ayu Permatasari 10700187
10. Novita Retika 10700189
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan karunia-Nya yang telah diberikan pada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah tugas Ilmu Kesehatan Anak ini dengan baik tanpa hambatan
yang berarti dan dengan tepat waktu.
Tugas ini merupakan sebuah kewajiban yang harus kami laksanakan untuk
menambahkan nilai pada akademik mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Tugas yang
kami kerjakan ini dimaksudkan agar kami dapat mengerti dan memahami system
pembelajaran yang dilaksanakan di FK UWKS.
Kami mengucapkan banyak terima kasih pada seluruh dosen pada bagian Ilmu
Kesehatan Anak dan seluruh anggota yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan
makalah tugas ini. Tugas yang kami kerjakan ini mungkin dapat menjadi sumber
informasi bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang menyangkut makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Surabaya, 27 Juni 2013
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................................i
Daftar isi ................................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan .......................................................................................................1
A.Latar Bealakang .............................................................................................1
B.Rumusan Masalah...........................................................................................1
C.Tujuan Penulisan.............................................................................................1
D.Sistematika Penulisan ....................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka ................................................................................................2
A.Landasan Teori Topik Perkuliahan .................................................................3
BAB III Penutup .............................................................................................................13
A.Kesimpulan ...................................................................................................13
B.Saran .............................................................................................................13
Daftar Pustaka .....................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat sering terjadi pada
anak-anak. Cukup sering para orangtua menganggap bahwa demam pada anak dapat
berakibat kejang dan penurunan IQ seiring dengan pertumbuhan anak. Sedangkan
dalam dunia medis, demam merupakan suatu reaksi imun tubuh yang merupakan akibat
dari suatu masalah di dalam tubuh. Infeksi adalah salah satu masalah yang sering
menimbulkan demam. Seorang anak dapat dikatakan demam apabila suhu tubuhnya
diatas 37,5ºC. Demam pada anak sangat jarang menyebabkan masalah yang serius.
Sebelum membawa anak ke dokter, sebaiknya orang tua juga mengetahui tindakan
awal apa saja yang dapat dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama. Pengertian
yang salah mengenai demam dapat menjadi suatu penghalang dalam pemberian
pertolongan pertama. Oleh karena itu, kami membuat makalah mengenai pendekatan
dan penatalaksanaan demam pada anak. Diharapkan melalui makalah ini kita dapat
lebih memahami mengenai demam pada anak dan penatalaksanaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang harus dilakukan untuk melakukan pendekatan terhadap
orangtua ataupun anak-anak dalam mencegah dan mengatasai demam?
2. Bagaimana cara menangatasi demam pada anak?
3. Bagaimana cara mencegah demam pada anak?
C. Tujuan Penulisan
Untuk lebih memahami tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk melakukan
pendekatan, menangani, dan mencegah demam pada anak.
1
D. Sistematika Penulisan
Topik pada makalah ini adalah pendekatan dan tatalaksana demam pada anak.
Makalah ini memiliki 3 bab yang berisi :
Bab I adalah pendahuluan dimana terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II adalah tinjauan pustaka yang berisi landasan teori topik perkuliahan yang
didalamnya terdapat definisi, etiologi, klasifikasi demam, patofisiologi,
penatalaksanaan, prognosis, pencegahan.
Bab III adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Kami mengambil referensi dari beberapa buku dan jurnal kedokteran.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Topik Perkuliahan
Definisi
Demam didefinisikan sebagai setiap peninggian suhu tubuh lebih dari 100.4° F (38°
C). Suhu tubuh orang yang sehat berfluktuasi antara 97° F (36,1° C) dan 100° F (37,8°
C), dengan rata-rata 98,6° F (37° C). Demam bukan merupakan suatu penyakit. Ini adalah
bagian dari pertahanan tubuh terhadap infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang
menyebabkan infeksi melakukannya dengan baik di tubuh suhu normal. Demam dapat
membuat lebih sulit untuk bertahan hidup. Demam juga mengaktifkan sistem kekebalan
tubuh.
Etiologi
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam
akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi
bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain
pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis,
bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran
kemih, dan lain-lain (Graneto, 2010).
Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia,
influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti
H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain coccidioides
imitis, criptococcosis, dan lain-lain.
Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria,
toksoplasmosis, dan helmintiasis (Jenson & Baltimore, 2007). Demam akibat faktor non
3
infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu
lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit
autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit
Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik,
difenilhidantoin,dan antihistamin) (Kaneshiro & Zieve, 2010). Selain itu anak-anak juga
dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama
±1-10 hari (Graneto, 2010). Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi
penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status
epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan,2009).
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau oleh adanya
ketidakseimbangan antara produksi panas dan pengeluarannya. Demam pada infeksi
terjadi akibat mikroorganisme merangsang makrofag atau PMN membentuk PE (faktor
pirogen endogenik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumour necrosis factor) dan IFN (interferon).
Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan bantuan enzimcyclooxygenase pembentuk
prostaglandin. Prostaglandin yang meningkatkan set point hipotalamus. Pada keadaan
lain, misalnya pada tumor, penyakit darah dan keganasaan, penyakit kolagen, penyakit
metabolik, sumber pelepasan PE bukan dari PMN tapi dari tempat lain .1,2,3,4 Kemampuan
anak untuk beraksi terhadap infeksi dengan timbulnya manifestasi klinis demam sangat
tergantung pada umur. Semakin muda usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk
merubah set-point dan memproduksi panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat tanpa
disertai dengan gejala demam.
Epidemiologi
Demam merupakan keluhan yang banyak terjadi khususnya pada balita, karena
demam juga merupakan mekanisme pertahanan diri ataupun reaksi fisiologis terhadap
perubahan set point. Oleh karena itu demam juga merupakan gejala dari penyakit-
4
penyakit infeksi dan non infeksi. Demam sering ditemukan pada bayi dan anak. Pizzo et
al mengatakan bahwa 10-15% bayi yang berkunjung ke dokter mengeluh demam. Orang
tua menaruh perhatian lebih untuk berobat bila anaknya demam dibandingkan keluhan
yang lain, meskipun keluhan selain demam lebih dahulu diderita. Penelitian lain
menyebutkan bahwa anak-anak berusia kurang dari 2 tahun mengalami 4-6 kali serangan
sakit yang memiliki gejala demam. Selain itu, demam pada anak-anak berusia kurang dari
2 tahun seringkali merupakan manifestasi dari penyakit yang serius. Oleh karena itu perlu
diketahui karakter klinis demam pada anak agar dapat mengatasi secara komprehensif.
Klasifikasi Demam
Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien infeksi. Panas
dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid, intoksikasi aspirin atau adanya
gangguan pengeluaran panas, misalnya heatstroke. Klasifikasi dilakukan berdasar pada
tingkat kegawatan pasien, etiologi demam, dan umur.
Klasifikasi berdasarkan umur pasien dibagi menjadi kelompok umur kurang dari 2
bulan, 3-36 bulan dan lebih dari 36 bulan. Pasien berumur kurang dari 2 bulan, dengan
atau tanpa tanda SBI (serious bacterial infection). Infeksi seringkali terjadi tanpa disertai
demam. Pasien demam harus dinilai apakah juga menunjukkan gejala yang berat.11
Menurut Yale Acute Illness Observation Scale atau Rochester Criteria, yang menilai
adakah infeksi yang menyebabkan kegawatan. Pemeriksaan darah (leukosit dan hitung
jenis) dapat merupakan petunjuk untuk perlunya perawatan dan pemberian antibiotik
empirik.
Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:
1. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas, diagnosis
etiologik dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisik, dengan atau tanpa
bantuan laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
5
2. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat ditegakkan
dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri dengan tes laboratorium,
misalnya demam tifoid.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom virus.
Patofisiologi Demam
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena aliran
darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun kalau suhu
terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat,
jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga
volume darah ke ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin.
Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat
dan cepat, frekuensi napas lebih cepat.
Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan
ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi. Kerusakan jaringan
akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 41 ºC, terutama pada jaringan otak dan otot
yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang otak,
terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan. Kerusakan otot yang terjadi berupa
rabdomiolisis dengan akibat terjadinya mioglobinemia.
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen
adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen
adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah
produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu
pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri
gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen
yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6,
6
TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit,
neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika
terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit,
dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi
imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan
pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen
akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello &
Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu
sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-
mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan
mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan
produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan
menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan.
Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang
ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang
berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan
menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi
panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu
fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi
pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga
tubuh akan berwarna kemerahan.
7
Komplikasi Demam
1. Dehidrasi, kekurangan cairan tubuh
Dehidrasi - karena pada saat demam, terjadi peningkatan pengeluaran cairan tubuh
sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Ubun-ubun cekung, kencingnya sedikit dan
jarang (>6 jam), punggung tangan jika dicubit, kulitnya lambat kembali.
2. Kejang Demam
Kejang demam, tetapi kemungkinannya sangat kecil. Selain itu, kejang demam hanya
mengenai bayi usia 6 bulan sampai anak usia 3 tahun. Terjadi pada hari pertama demam,
serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun. Gejala: anak
tidak sadar, kejang tampak sebagai gerakan2 seluruh tangan dan kaki yang terjadi dalam
waktu sangat singkat. Umumnya tidak berbahaya, tidak menyebabkan kerusakan otak.
Hiperpireksia/suhu >41,8 C pada bayi dibawah 1 bulan pernah dilaporkan dapat
menyebabkan pendarahan otak.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah
infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah,
1997; 229).
8
Penatalaksanaan
Pada tahap tertentu demam dapat menguntungkan pasien dalam arti dapat
meningkatkan fagositas dan menurunkan viabilitas kuman, meskipun penelitian yang ada
belum mendukung manfaat klinisnya. Namun kecemasan orang tua dan keraguan dokter
mendorong tindakan menurunkan demam, meskipun tindakan itu dapat mengaburkan
gejala dan obat yang dipakai belum tentu aman dari risiko sindrom Reye, intoksikasi
salisilat, dan gangguan hati. Penurunan demam harus sesuai dengan klasifikasi
penyebabnya, apakah perlu menurunkan set-point atau dengan cara lain. Tata laksana
anak dengan demam terdiri dari tatalaksana fisis, dan pengobatan baik simtomatik
maupun etiologik.
Tindakan Umum Penurunan Demam secara Simtomatik
Diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun. Cukupi
cairan agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik
misalnya dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat
lain sehingga demam turun. Jangan menggunakan aliran yang terlalu kuat, karena suhu
kulit dapat turun mendadak. Ventilasi / regulasi aliran udara penting di daerah tropik.
Buka pakaian/selimut yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh
darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging).
Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi
pembuluh darah), sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi
maupun radiasi. Pada hipertermi, pendinginan permukaan kulit (surfacecooling) dapat
membantu. Tindakan simtomatik yang lain ialah dengan pemberian obat demam. Cara
kerja obat demam adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat pembuluh
darah kulit melebar sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. Obat yang sederhana
adalah asam salisilat dan derivatnya. Rentang daya kerja obat ini cukup panjang, aman
9
untuk dikonsumsi umum. Beberapa golongan antipiretik murni, dapat menurunkan suhu
bila anak demam namun tidak menyebabkan hipotermi bila tidak ada demam, seperti:
asetaminofen, asetosal, ibuprofen. Obat lain adalah obat yang bersifat antipiretik pada
dosis rendah dan menimbulkan hipotermi pada dosis tinggi seperti metamizol dan obat
yang dapat menekan pusat suhu secara langsung (chlorpromazine), mengurangi
menggigil namun dapat menyebabkan hipotermi dan hipotensi.1,2,3,4
Tatalaksana Demam yang Disebabkan Penyakit Infeksi
Pengobatan dilakukan sesuai dengan klasifikasi etiologik. Kesukaran yang dihadapi
adalah pola penyakit yang berbeda baik dari aspek geografik maupun umur pasien. Bagan
di atas tidak dapat diterapkan begitu saja pada daerah endemik malaria atau daerah
endemik demam berdarah. Sekali lagi sifat paparan, letak geografik sangat mempengaruhi
etiologi demam pada anak. Pemberian antibiotic pertama dan hospitalisasi sangat juga
dipengaruhi oleh fasilitas sarana perawatan dan pemeriksaan penunjang. Setiap rumah
sakit seharusnya mempunyai pedoman diagnosis dan terapi tersendiri, tergantung pada
pola epidemiologik penyakit tersebut. Pada penelitian MTBS tahun 1998, di Indonesia
etiologi demam pada anak sebagian besar (lebih dari 80%) adalah infeksi.
Tatalaksana Demam Menurut Umur
Tatalaksana demam pada bayi kecil telah mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Pada kelompok bayi dengan usia kurang 2 bulan, pendekatan yang umum
dilakukan ialah hospitalisasi untuk mendapatkan pengobatan antimikrobial empirik. Pada
tahun 1993, para ahli infeksi, gawat darurat dan kesehatan anak sepakat melakukan
pendekatan lebih konservatif dengan cara rawat jalan untuk kasus-kasus ini, bila risiko
terhadap SBI rendah. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
perawatan adalah dengan menggunakan penyaring: Yale Acute Illness Observation Scale
atau kriteria Rochester. Pada kelompok ini bila hasil laboratorium menunjukkan adanya
100
tanda infeksi (leukosit darah <5.000 atau >15.000, hitung neutrofil darah>1500, leukosit
urin di atas 10/lpb, leukosit tinja >5/lpb), anak segera masuk RS dan langsung
mendapatkan pengobatan antimikrobial secara empirik. Pada kelompok yang tidak
memenuhi kriteria ini, maka ada 2 pilihan yaitu: 1. melakukan kultur urin, kultur darah,
kultur cairan serebro spinalis, diberikan ceftriaxon dan diminta kontrol kembali setelah 24
jam. 2. melakukan kultur urin dan observasi dulu. Pada anak dengan usia kurang dari 28
hari, pendekatan sebaiknya lebih agresif dengan langsung memasukan ke RS untuk
mendapatkan terapi antimikrobial secara empirik. Pada kelompok usia 3-36 bulan, risiko
adanya bakteriemia pada anak dengan demam sekitar 3-11%. Bakteriemia tidak terjadi
pada kelompok ini bila: leukosit <15.000 dengan suhu >390C, sedang kemungkinan
bakteriemia akan 5 kali lipat bila lekosit >15.000. Pada kelompok belakangan ini
langsung dilakukan kultur darah dan pemberian ceftriaxon. Pada kelompok anak di atas
36 bulan, pengobatan bisa dilakukan secara etiologik, dengan memperhatikan adanya
kegawatan. Pada akhirnya apapun yang dianjurkan akan tetap menimbulkan perdebatan.
Tidak ada satu standar yang harus ditaati untuk dijadikan pegangan. Semua tindakan tetap
harus dilakukan berdasarkan pada anamnesis yang tajam dan terarah, dan pemeriksaan
fisis yang teliti. Kecenderungan dokter untuk bertindak, sangat dipengaruhi oleh
pengalaman yang mereka dapat dan keluasan pengetahuan yang dimiliki. Pilihan antara
melakukan tes atau tidak, melakukan pemberian antibiotik atau observasi, sangat
tergantung pada pendirian dan kepribadian dokter.
Anak yang tampak toksik harus segera mendapat tindakan yang segera.
Semakin muda, semakin tinggi ketidak tentuan klinisnya.
Anak yang tidak tampak toksik dapat menyulitkan, karenanya perlu pengamatan
yang sangat ketat.
11
Tidak perlu selalu melakukan pemeriksaan penunjang dan bila dilakukan
pemeriksaan penunjang, tindakan harus sesuai dengan hasilnya.
Catat dengan cermat apa yang dilakukan atau tidak dilakukan.
Tidak ada aturan baku yang harus ditaati.
Prognosis
Sebagaian besar demam disebabkan oleh infeksi biasa. Biasanya dapat pulih dengan
sendirinya atau bisa dengan cepat diidentifikasi penyebabnya dan diobati oleh dokter.
Apabila suhu tubuh yang berkelanjutan mencapai 106 derajat Fahrenheit atau di atas
dapat menyebabkan kerusakan otak yang berarti prognosa buruk.
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya demam, maka berikan nutrisi yang cukup untuk bayi.Bayi
harus mendapatkan makanan yang bisa memenuhi kebutuhan gizi sehingga dapat kuat
melawan segala bentuk bakteri, virus dan kuman penyakit.Selain itu, imunisasi dini dapat
mencegah terjadinya demam yang disebabkan oleh suatu penyakit tertentu.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam adalah peninggian suhu tubuh lebih besar ≥38oC. Demam disebabkan oleh
infeksi dan non infeksi. Infeksi berasal dari bakteri, virus, jamur, parasit, sedangkan non
infeksi berasal dari lingkungan, imun, keganasan, dan obat. Klasifikasi demam dibedakan
menurut umur anak (2 bulan, 3-36 bulan, dan lebih dari 36 bulan) dan lamanya demam
(kurang dari 7 hari, lebih dari 7 hari, dan idiopatik). Demam yang lebih dari 38,5oC
menyebabkan pasien tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah yang mengalir ke
organ vital bertambah, tetapi jumlah darah ke ekstremitas berkurang (akral dingin),
metabolisme cepat, dan napas juga semakin cepat. Komplikasi dari demam pada anak ini
adalah dehidrasi dan kejang demam. Penatalaksaan demam berbeda-beda disesuaikan
menurut simptomatik, penyakit infeksi, dan umur. Demam akibat infeksi, prognosisnya
biasanya membaik karena dapat pulih dengan sendirinya. Akan tetapi, jika suhu tubuh
berkelanjutan, maka komplikasinya lebih buruk.
B. Saran
Anak-anak sering sekali menderita demam karena masih dalam masa pertumbuhan
sedangkan faktor penyebab infeksi berada disekitarnya. Oleh karena itu, pencegahan
terhadap demam sebaiknya dilakukan oleh orang tua agar anak-anak bisa bebas
beraktivitas sesuai umurnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegman RM, Behrman RE. Fever. Dalam: Behrman RE,Kliegman RM, Nelson WE, Vaughn VC
penyunting.Nelson textbook of pediatrics, edisi 14, Philadelphia: WB Saunders, 1992;h.647-56.
2. Sinclair JC. The control of body temperature and the pathogenesis of fever: developmental
aspects.Dalam:Annales Nestle: Fever in children. Vevey, Switzerland: Nestle Nutrition SA,
1984;h.1-10.
3. Hardiono D Pusponegoro. Penatalaksanaan demam pada anak.
4. Henretig FM. Fever. Dalam: Fleisher GR, Ludwig S, penyunting. Textbook of pediatric emergency
medicine; edisi ke-3. Baltimore: Williams dan Wilkins, 1993;h.202-10.
5. Hardiono D Pusponegoro. Penatalaksanaan demam pada anak.
6. Henretig FM. Fever. Dalam: Fleisher GR, Ludwig S,penyunting. Textbook of pediatric
emergency medicine;edisi ke-3. Baltimore: Williams dan Wilkins, 1993;h.202-10.
7. Darwis D, Ismail S. Penatalaksanaan hiperpireksia pada anak. Dalam: Iwan Darmansyah
dan Suharti KS,penyunting. Penatalaksanaan demam bagian farmakologi FKUI dan IDI
JAKPUS, Jakarta:1982;h.63-70.
8. Santoso SO. Mekanisme kerja dan pemilihan obat antipiretik. Dalam: Iwan Darmansyah
dan Suharti KS,penyunting. Penatalaksanaan demam. Bagian Farmakologi FKUI dan IDI,
Jakarta, 1982;h.1-8.
9. Azis, A.latief. 2003.Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FKUNAIR.Surabaya
10. Behrman, Kliegman et.al. 2002 Nelson Ilmu Kesehatan Anak Vol. 2. EGC. Jakarta. Fam Phys.2001 (64); 1219-26
11. Ganong, William F. 2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.20. EGC.Jakarta.12. Gleadle, Jonathan. 2005.At a glance, Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Jakarta:
Erlangga13. Guyton, Arthur C. 2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Ed.9. EGC.Jakarta.14. Ismoedijanto. 2010. Pendekatan Diagnosis pada Anak dengan Demam.Tatalaksana
Mutakhir Kasus Demam pada Anak.Jember15. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/fever.html
16. http://www.sparkpeople.com/resource/health_a-z_detail.asp?AZ=568&Page=8
17. http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/2-2-6.pdf
18. www.healthplus24.com/disease/fever.aspx
19. www.clinicalkey.com/#!searchCtrl/dosearchresults/child%20fever///
20. http://Pediatrics.aapublications.org/search?
fultext=Child+fever&submit=yes&x=18&y=2
14