Post on 19-Jan-2016
GIZI DAUR HIDUP
INISIASI MENYUSU DINI
Disusun oleh:
Fitriana Kusuma Wardani 25010110120170
Rias Istyanti Fajri 25010110120170
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
INISIASI MENYUSU DINI
Inisiasi Menyusu Dini adalah pemberian ASI segera setelah bayi
dilahirkan yaitu 30 menit pertama setelah kelahiran bayi. Menurut Depkes, inisiasi
menyusu dini adalah meletakkan bayi menempel di dada atau perut ibu setelah
lahir, membiarkannya merayap mencari puting kemudian menyusu sampai puas.
Manfaat IMD
Depkes (2007) manfaat menyusu dini dan kontak kulit dengan ibu adalah:
1. Keuntungan kontak kulit ibu dengan kulit untuk bayi
Kontak memastikan perilaku optimum menyusui berdasarkan insting dan
bisa diperkirakan akan dapat menstabilkan pernafasan, mengendalikan
temperatur tubuh bayi, memperbaiki atau mempunyai pola tidur dengan
lebih baik, mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu dengan lebih
cepatdan efektif, meningkatkan kenaikan berat badan (kembali ke berat
lahirnya dengan lebih cepat), meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi,
tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama, menjaga
kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut bayi sehingga
perlindungan terhadap infeksi, bilirubin akan lebih normal dan
mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian
ikterus. Pada bayi baru lahir, kadar gula dan parameter biokimia lain yang
lebih baik selama beberapa jam pertama.
2. Kontak kulit untuk ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu. Oksitosin
berfungsi membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca
persalinan lebih rendah, merangsang pengeluaran kolostrum, penting
untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi, ibu lebih tenang dan lebih tidak
merasa nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan
lainnya. Prolaktin berfungsi meningkatkan produksi ASI, membantu ibu
1
mengatasi stress. Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi
selesai menyusu, menunda ovulasi.
3. Keuntungan inisiasi menyusu dini untuk bayi
a. Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum
segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
b. Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
c. Meningkatkan kecerdasan
d. Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan, dan napas
e. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
f. Mencegah kehilangan panas
g. Merangsang kolostrum segera keluar
4. Keuntungan menyusu dini untuk ibu
a. Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
b. Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
c. Meningkatkan jalinan kasih sayang Ibu-bayi
5. Memulai menyusu dini akan:
a. Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah. Menurut
penelitian Edmond (2006) dalam roesli (2008) bahwa jika bayi
diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan
dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam)
maka 22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatkan.
Sedangkan jika menyusu pertama dimulai saat bayi berusia di atas
dua jam dan dibawah 24 jam pertama maka tinggal 16% nyawa
bayi dibawah 28 hari yang dapat diselamatkan.
b. Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan
meningkatkan lamanya bayi disusui. Menurut penelitan Fikawati
(2003) yang dilakukan di Jakarta Indonesia ini menunjukkan bayi
yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali
berhasil ASI eksklusif.
c. Merangsang produksi susu
2
d. Memperkuat refleks menghisap bayi, refleks menghisap awal pada
bayi paling kuat beberapa jam pertama setelah lahir.
Pengertian Kolostrum
Kolostrum adalah cairan pertama yang disekresi oleh kelenjar payudara
(Soetjiningsih, 1997). Kolostrum dikeluarkan pada hari pertama sampai hari
keempat atau ke tujuh setelah melahirkan. Kolostrum berwarna kuning keemasan
yang disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup.
Kolostrum penuh dengan zat antibody (zat pertahanan tubuh untuk melawan zat
asing yang masuk ke dalam tubuh) dan immunoglobulin (zat kekebalan tubuh
untuk melawan infeksi penyakit). Kandungan dari kolostrum antara lain:
1. Protein : 8,5%
2. Lemak : 2,5%
3. Karbohidarat : 3,5%
4. Garam dan Mineral : 0,4%
5. Air : 85,1%
6. Vitamin A,B,C,D,E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit.
7. Leukosit (sel darah putih)
8. Sisa epitel yang mati.
Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat-zat dan vitamin
yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume kolostrum yang meningkat
dan ditambah dengan adanya isapan bayi baru lahir secara terus menerus. Hal ini
yang mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke payudara ibu, agar
bayi dapat sesering mungkin menyusui.
Manfaat Kolostrum
Kolostrum sangat penting bagi pertahanan tubuh bayi karena kolostrum
merupakan imunisasi pertama bagi bayi. Manfaat kolostrum antara lain :
1. Membantu mengeluarkan mekonium dari usus bayi karena kolostrum
merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan
3
mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan
siap menerima ASI.
2. Melindungi bayi dari diare karena kolostrum mengandung zat kekebalan
tubuh 10-17 kali lebih banyak dibandingkan susu matang.
3. Melawan zat asing yang masuk ke tubuh bayi
4. Melawan infeksi penyakit oleh zat-zat kekebalan tubuh
5. Menghalangi saluran pencernaan menghidrolisis (menguraikan) protein
6. Mengeluarkan kelebihan bilirubin sehingga bayi tidak mengalami jaundice
(kuning) dimana kolostrum mempunyai efek laktasif (Pencahar).
7. Berperan dalam gerak peristaltik usus (gerakan mendorong makanan)
8. Menjaga keseimbangan cairan sel
9. Merangsang produksi susu matang (mature)
10. Mencegah perkembangan kuman-kuman patogen
Aspek kekebalan Tubuh Pada Kolostrum
Aspek-aspek kekebalan tubuh pada kolostrum antara lain :
1. Immunoglobin
Fraksi protein dari kolostrum mengandung antibody yang serupa dengan
antibody yang terdapat di dalam darah ibu dan yang melindungi terhadap
penyakit karena bakteri dan virus yang pernah diderita ibu atau yang telah
memberikan immunitas pada ibu. Immunoglobulin ini bekerja setempat
dalam saluran usus dan dapat juga diserap melalui dinding usus dalam
sistem sirkulasi bayi. Yang termasuk dalam antibody ini adalah IgA, IgB,
IgM, IgD, dan IgE.
2. Laktoferin
Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap zat besi. Bersamaan dengan salah satu immunoglobulin (IgA),
laktoferin mengambil zat besi yang diperlukan untuk perkembangan
kuman E.coli, stafilokokus dan ragi. Kadar yang paling tinggi dalam
kolostrum adalah 7 hari hari pertama postpartum. Efek immunologis
laktoferin akan hilang apabila makanan bayi ditambah zat besi.
4
3. Lisosom
Bersama dengan IgA mempunyai fungsi anti bakteri dan juga menghambat
pertumbuhan berbagai macam-macam virus. Kadar lisosom dalam
kolostrum dan ASI lebih besar dibandingkan dalam air susu sapi.
4. Faktor antitripsin.
Enzim tripsin berada di saluran usus dan fungsinya adalah untuk memecah
protein, maka antitripsin di dalam kolostrum akan menghambat kerja
tripsin.
5. Faktor bifidus
Lactobacilli ada di dalam usus bayi yang membutuhkan gula yang
mengandung nitrogen, yaitu faktor bifidus. Faktor bifidus berfungsi
mencegah pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti E.coli,
dan ini hanya terdapat di dalam kolostrum dan ASI.
6. Lipase
Berfungsi sebagai zat anti virus.
7. Anti stafilokokus
Berfungsi melindungi bayi terhadap bakteri stafilokokus
8. Laktoferoksidase
Berfungsi membunuh streptokokus
9. Komponen komplemen
Mengandung komplemen C3 dan C4 yang berfungsi sebagai faktor
pertahanan.
10. Sel-sel fagositosis
Dapat melakukan fagositosis terutama terhadap stafilokokus, E.coli dan
candida albican.
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Faktor – faktor pelindung ini
semua ada di dalam ASI yang mature maupun di dalam kolostrum. Pemberian
kolostrum secara awal pada bayi dan pemberian ASI terus menerus merupakan
perlindungan terbaik yang dapat diberikan kepada bayi terhadap penyakit
(Pusdiknakes, 2003).
5
Permasalahan Inisiasi Menyusui Dini
1. Terganggunya kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan
payudara ibunya.
Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alam bayi
untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya:
a. Pemberian obat kimiawi pada ibusaat melahirkan karena obat tersebut
bisa sampai ke janin melalui ari – ari dan mungkin menyebabkan bayi
sulit menyusu pada payudara ibu
b. Kelahiran dengan obat – obatan atau tibdakan seperti operasi Caesar,
vakum, forcep.
c. Perasaan sakit di saerah kulit yang dilakukan episiotomy dapat
mengganggu kemampuan alamiah bayi.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat kolustrum.
Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu
dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru
lahir. Keseluruhan manfaat daripada kolostrum banyak tidak diketahui
oleh ibu-ibu setelah melahirkan. Padahal manfaat tersebut sudah seringkali
diberitakan melalui media, ataupun melalui penyuluhan yang diberikan
oleh bidan desa. Namun banyak ibu tetap tidak mau segera memberikan
kolostrum kepada bayi baru lahir dengan alasan mereka belum diberitahu
tentang manfaat kolostrum tersebut.
3. Persepsi
Hal ini dibuktikan oleh penelitian survey yang dilakukan oleh Cahyaning
(2000), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
pertama kali menunjukkan bahwa persepsi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI segera setelah bayi
dilahirkan selain umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, nasehat, berat
badan bayi saat lahir, tempat persalinan dan tidak adanya kunjungan
petugas kesehatan.
4. Dukungan social
Menurut Lubis (1993), jika seorang ibu tidak pernah mendapatkan nasehat
6
dan penyuluhan tentang ASI dari keluarganya maka dapat mempengaruhi
sikapnya pada saat ibu tersebut menyusui sendiri bayinya. Selain itu
dukungan dari petugas kesehatan seperti bidan juga mempengaruhi
perilaku pemberian ASI. Berdasarkan penelitian survey yangdilakukan
Yefrida (1997), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
ibu dalam pemberian ASI exklusif, menunjukkan hasil bahwa dukungan
petugas kesehatan dan dorongan dari keluarga sangat mempengaruhi
perilaku ibu dalam memberikan ASI exklusif termasuk dukungan terhadap
pemberian ASI kolostrum.pada bayi.
5. Sosial budaya
Menurut Green (1980) dalam Notoatmodo (2003), budaya merupakan
faktor predisposisi yang dapat menjadi faktor pendukung atau faktor
penghambat suatu perilaku kesehatan seperti perilaku pemberian ASI
kolostrum. Adat kebiasaan atau sosial budaya yang sering dilakukan dalam
masa menyusui seperti menunda menyusui 2-3 hari setelah melahirkan,
membuang kolostrum sebelum menyusui bayi dan memberi makanan
selain ASI sebelum ASI keluar.
6. Sumber informasi
Menurut Widjaja (2004) salah satu faktor keengganan menyusui apalagi
memberikan kolostrum adalah kurangnya informasi tentang manfaat dan
keunggulan ASI terutama pentingnya kolostrum.
7. Penghambat inisiasi menyusu dini
Berikut ini beberapa pendapat masyarakat yang tidak benar yang dapat
menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi:
a. Bayi kedinginan. Bayi berada dalam suhu aman jika melakukan kontak
kulit dengan ibu. Suhu payudara ibu akan meningkat 0,50C dalam dua
menit jika bayi diletakkan di dada ibu
b. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui.
c. Tenaga kesehatan kurang tersedia
d. Ibu harus dijahit. Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area
payudara sedangkan yang dijahit adalah perineum ibu.
7
e. Suntikan vitamin K dan tetes mata harus diberikan setelah lahir.
Menurut American College of Obstetric and Gynecology dan Academy
Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda
setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa
membahayakan bayi
f. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur.
Menunda memandikan bayi berarti mencegah hilangnya panas tubuh
bayi. Selain itu memberi kesempatan verniks untuk meresap,
melunakkan dan melindungi bayi lebih besar. Bayi dapat dikering
segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda
sampai menyusu awal selesai.
g. Bayi kurang siaga
Pada 1 – 2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga. Setelah itu,
bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat
yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi
memerlukan bantuan lebih untuk bounding. Menurut Hamilton (1995)
periode reaktivitaas (pada 30-60 menit setelah lahir) bayi dalam
keadaan terjaga dengan mata terbuka, memberikan respon terhadap
stimulus, menghisap dengan penuh semangat dan menangis, kecepatan
pernapasan sampai 82x/menit, denyut jantung sampai 180x/menit.
h. Kolustrum tidak keluar atau jumlahnya tidak memadai sehingga perlu
cairan lain. Kolustrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru
lahir. Volume kolustrum berkisar 150-300 ml/24 jam
Solusi:
1. Petugas kesehatan setempat disarankan untuk memberi informasi kepada
ibu selama proses kehamilan tentang manfaat inisiasi menyusu dini. Peran
petugas kesehatan sangat penting karena dapat sebagai factor penguat
terhadap persepsi ibu mengenai inisiasi menyusu dini.
2. Disarankan suami atau keluarga mendampingi ibu saaat persalinan serta
sarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat
8
persalinan yang dapat diganti dengan cara non-kimiawi misalnya pijat,
aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing.
3. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit bayi ibunya
setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama
sebelum satu jam. Jika belum menemukan putting payudara ibunya dalam
waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya
sampai berhasil menyusu pertama (Roesli, 2008)
4. Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar tidak dapat
dilakukan pada persalinan operasi Caesar. Namun, jika diberikan anestesi
spinal atau epidural dan ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera
memberi respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan untuk terjadi
kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi. Usahakan menyusu pertama
dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum
memungkinkan, bayi diberikan ke ibu pada kesempatan tercepat. Jika
dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu
sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh
obat bius. (Roesli, 2008)
5. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi
harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu
ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan.
9
REFERENSI
Cahyaning, R (2000). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Pertama Kali di Puwarkarta. Jabar. Skripsi FKM-UI.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Panduan Konseling Menyusui, Direktorat Bina kesehatan Gizi Masyarakat, Jakarta
Fikawati, Sandra dan Ahmad Syafiq. 2003. Hubungan Antara Menyusui Segera (Immediate Berastfeeding) dan Pemberian Asi Eksklusif samapai Empat Bulan. Jakarta: Kedokteran Trisakti.
Hubungan Karakteristik Pengetahuan dan sikap Ibu Dengan Praktek Inisiasi Menyusu Dini Pada Bayi Baru Lahir di RSUP Fatmawati Tahun 2011. 2011. Jakarta: Keperawatan Universitas Veteran Jakarta http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FIKESS1KEPERAWATAN/1010712033/BAB%20II.pdf diakses pada 19 April 2013
Notoatmojo, Soekijo. 2007. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Aneka Cipta
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Bidan Kelurahan Siaga dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kota Dumai. Medan: Universitas Sumatra Utara http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29086/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 19 April 2013
Purnamasari Nazara. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan Kolostrum Kepada Bayi Baru Lahir di Desa Sifalaete Ulu Kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias Tahun 2007. Medan: Universitas Sumatra Utara http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23781/4/Chapter%20II.pdf diakses pada 19 April 2013
PUSDIKNAKES. 2003. Buku 4 Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta : Pusdiknakes.
Roesli (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk V Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.
Utami, Roesli. 2004. ASI Eksklusif. Edisi II. Jakarta : Trubus Agrundaya
10