Post on 28-Dec-2015
BAB I
PENDAHULUAN
Etika secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau
nilai-nilai dmoral. Setiap orang memilki rangkaian nilai tersebut, walaupun kita
memperhatikanya atau tidak memperhatikanya secara eksplisit. Kebutuhan etika
dalam masyarakat sangat mendesak sehingga lazim memasukkan nilai-nilai etika ini
ke dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku.
Etika dalam Auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria – kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan
independen.
Setiap auditor harus memiliki sifat independen yang artinya bebas dan tidak terikat.
Maksudnya adalah setiap auditor harus memiliki pendapat sendiri mengenai objek yang di
auditnya dan tidak mudah terpengaruh oleh pihak lain. Hal itu merupakan salah satu upaya
untuk mendapatkan kepercayaan publik terhadap kinerja auditor. Akan tetapi ada kalanya
seorang auditor mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Dalam hal
ini kepentingan auditor untuk memeriksa laporan keungan secara objektif dan independen
mendapat intervensi untuk memuluskan kepentingan pribadi pihak tertentu
Salah satu kasus korupsi yang pernah terjadi berkaitan dengan benturan kepentingan
antara auditor dan manajemen serta pelanggaran kode etik audit yaitu kasus Enron
Corporation dan KAP Artur Andersen. Enron adalah perusahaan besar yang berkembang
dengan baik. Sebagai salah satu perusahaan yang menikmati booming industri energi di tahun
1990an. Enron perusahaan energi terbesar di AS yang jatuh bangkrut itu meninggalkan
hutang hampir sebesar US$ 31,2 milyar, karena salah strategi dan memanipulasi akuntansi
yang melibatkan profesi akuntan publik yaitu Kantor Akuntan Public Arthur Andersen.
Arthur Andersen merupakan kantor akuntan publik yang disebut sebagai "The Big Five" .
Laporan keuangan maupun akunting perusahaan yang diaudit oleh perusahaan akunting
Arthur Andersen ternyata penuh dengan kecurangan dan penyamaran data serta syarat dengan
pelanggaran etika profesi.
Untuk itu kami mengangkat kasus ini untuk menganalisa kasus korupsi yang berkaitan
dengan benturan kepentingan auditor dan manajemen.
BAB II
DASAR TEORI
1. Definisi korupsi
a. Menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah penyelewengan atau
penggelapan (uang negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi atau orang
lain.
b. Menurut beberapa Ahli
1. Menurut Haryatmoko, Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan
kemampuan yang didapat dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi,
keputusan, pengaruh, uang, atau kekayaan demi kepentingan keuntungan
dirinya.
2. Menurut Brooks,Korupsi adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau
melalaikan tugas yang di ketahui sebagai kewajiban atau tanpa keuntungan
yang sedikit banyak bersifat pribadi.
2. Etika dalam audit
a. Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul
dari kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika
mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi
konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi
penggunaan nilai-nilai etika).
b. Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independent
dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur
dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan
melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
c. Etika dalam auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan ekonomi,
dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut, serta
penyampaian hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Ada beberapa
etika dalam audit adalah sebegai berikut :
1. Kepercayaan Publik
Kepercayaan masyarakat umum sebagai pengguna jasa audit atas
independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.
Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa
independensi auditor ternyata berkurang, bahkan kepercayaan
masyarakat juga bisa menurun disebabkan oleh keadaan mereka yang
berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap
independensi tersebut. Untuk menjadi independen, auditor harus secara
intelektual jujur, bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan
tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya baik merupakan
manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Kompetensi dan
independensi yang dimiliki oleh auditor dalam penerapannya akan
terkait dengan etika. Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga
standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka
bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana
akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk
menjaga integritas dan obyektivitas mereka.
(Nugrahiningsih, 2005 dalam Alim dkk 2007).
2. Tanggung Jawab Auditor Kepada Publik
Profesi akuntan di dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat
penting dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib
dengan menilai kewajaran dari laporan keuangan yang disajikan oleh
perusahaan. Ketergantungan antara akuntan dengan publik
menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung
jawab terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki
tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang
dilayani secara keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk
memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas, obyektifitas,
keseksamaan profesionalisme, dan kepentingan untuk melayani publik.
Para akuntan diharapkan memberikan jasa yang berkualitas,
mengenakan jasa imbalan yang pantas, serta menawarkan berbagai
jasa dengan tingkat profesionalisme yang tinggi. Atas kepercayaan
publik yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara terus-
menerus menunjukkan dedikasinya untuk mencapai profesionalisme
yang tinggi.
3. Tanggung Jawab Dasar Audit.
(1) Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu
merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjannya.
(2) Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem
pencatatan dan pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
(3) Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan
dan reliable untuk memberikan kesimpulan rasional.
(4) Pengendalian Intern. Bila auditor berharap untuk menempatkan
kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya memastikan
dan mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance
test.
(5) Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan. Auditor
melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan
seperlunya, dalam hubungannya dengan kesimpulan yang diambil
berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi
dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.
4. Indepedensi Auditor.
Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan
oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan
Puradireja, 2002: 26).
Dalam SPAP (IAI, 2001: 220.1) auditor diharuskan bersikap
independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia
berpraktik sebagai auditor intern). Terdapat tiga aspek independensi
seorang auditor, yaitu sebagai berikut.
(1) Independence in fact (independensi dalam fakta)
Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi,
keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
(2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan)
Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan
dengan pelaksanaan audit.
(3) Independence in competence (independensi dari sudut
keahliannya)
Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan
kecakapan profesional auditor.
3. Dilema etika seorang auditor
Dilema etika merupakan situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia
harus membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk
dilakukannya. Terdapat banyak alternatif untuk menyelesaikan dilema-dilema
etika, tetapi perhatian yang serius harus diberikan untuk menghindari
terlaksananya metode-metode yang merasionalisasikan perilaku tidak etis.
Dalam tahun-tahun terakhir, kerangka-kerangka kerja resmi telah
dikembangkan untuk membantu masyarakat menyelesaikan dilema etika.
Tujuan dari suatu kerangka kerja adalah mengidentifikasikan berbagai isu etika
dan memutuskan serangkaian tindakan yang tepat dengan menggunakan nilai
yang dianut oleh individu itu. Pendekatan enam langkah berikut ini
dimaksudkan agar dapat menjadi suatu pendekatan yang relatif sederhana untuk
menyelesaikan dilema etika.
memperoleh fakta-fakta yang relevan
mengidentifikasikan isu-isu etika berdasarkan fakta-fakta tersebut.
menentukan siapa yang akan terkena pengaruh dari
keluaran(outcome)dilema tersebut dan bagaimana cara masing-masing
pribadi atau kelompok itu dipengaruhi.
mengidentifikasikan berbagai alternatif yang tersedia bagi pribadi yang
harus menyelesaikan dilema tersebut.
mengidentifikasikan konsekuensi yang mungkin terjadi pada setiap
alternatif.
memutuskan tindakan yang tepat untuk dilakukan.
4. Benturan (Konflik) Kepentingan
Ada tiga jenis potensi terjadinya konflik kepentingan dalam diri auditor
dalam aktivitas pengauditan, salah satunya yaitu konflik kepentingan auditor
dengan perusahaan (Manajemen).
Benturan kepentingan auditor dan manjemen adalah suatu keadaan sewaktu
seseorang auditor memiliki kepentingan profesional dan yang bersinggungan terhadap
keinginan manajemen perusahaan. Persinggungan kepentingan ini dapat menyulitkan
auditor tersebut untuk menjalankan tugasnya
Laporan hasil audit dapat memberikan fakta dan evaluasi atas
perusahaan yang memungkinkan investor tidak menanamkan dananya ke
perusahaan atau kreditor membatalkan kucuran kreditnya ke perusahaan.
Selanjutnya, hal ini berdampak terhadap merosotnya nilai perusahaan yang
tercermin di dalam turunnya harga saham di pasar modal, sehingga manajemen
mendapat sorotan tajam. Dalam beberapa hal, manajemen dan pemegang saham
memiliki kesamaan pandangan atas hal ini, meskipun dengan alasan yang
berbeda, yaitu keinginan laporan keuangan yang ‘terbaik’ dan ‘impresif’ untuk
pihak ketiga. Perusahaan (manajemen) dengan persetujuan secara diam-diam,
akan berusaha mempengaruhi laporan auditor untuk memberikan laporan yang
diinginkan kepada pihak ketiga. Namun, jika auditor yang bekerja dengan
berlandaskan standar profesional dan integritas etika yang tinggi, maka akan
menciptakan konflik kepentingan.
Saat terjadinya koflik kepentingan ini ada kalanya auditor mengalami
dilema etika, yaitu situasi yang dihadapi oleh seorang auditor dimana ia harus
membuat keputusan perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya.
Terdapat banyak alternatif untuk menyelesaikan dilema-dilema etika, tetapi
perhatian yang serius harus diberikan untuk menghindari terlaksananya metode-
metode yang merasionalisasikan perilaku tidak etis.
5. Kasus Enron Corporation dan KAP Arthur Andersen
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth
(penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua
perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam
industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas
bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi.
Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading
commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron mulai
terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada
tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di
tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di
belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu
perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan
terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS
jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.
Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard
diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta
Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan
disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus
memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk
wakil presiden Amerika Serikat. Kronologis, fakta, data dan informasi dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat
penulis kemukakan sebagai berikut:
1. Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non
eksekutif) membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung
unsur konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya transaksi-
transaksi berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak
dalam perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan
bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.
2. Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang
melakukanout sourcing secara total atas fungsi internal audit
perusahaan.
a. Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula
adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik
perusahaan.
b. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
c. Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi
terhadap kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai
klien perusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan
praktek akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan
untuk tetap mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.
4. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan
praktek akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan
mengungkapkan kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada
CEO dan partner KAP Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron
menugaskan penasehat hukum perusahaan untuk melakukan investigasi
atas kekhawatiran tersebut tetapi tidak memperkenankan penasehat
hukum untuk mempertanyakan pertimbangan yang melatarbelakangi
akuntansi yang dipersoalkan. Hasil investigasi oleh penasehat hukum
tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hal-hal yang serius yang perlu
diperhatikan.
5. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan
triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron
telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode
sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron
secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia
juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi
khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang
sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi
rugi $644 juta. Para analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih
jauh mengenai beban $1 miliar tersebut, dan ternyata berasal dari
transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan
oleh CFO Enron.
6. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan
perusahaan ke pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu
terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di laporkan
senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai
investasi dan laba yang di tahan (retained earning) berkurang dalam
jumlah yang sama.
7. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam
bentuk penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas
kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap proses peradilan.
8. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham
Enron. Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir
tidak ada nilainya.
9. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan
juni 2002. sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan
Audit oleh Enron telah berakhir pada saat Enron mengajukan proses
kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
10. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari
2002 akan tetapi masih dipertahankan posisinya di dewan direktur
perusahaan. Pada tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan diri dari
dewan direktur perusahaan.
11. Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750
Juta US dollar untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang
diajukan kepada KAP Andersen.
12. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration)
melarang Enron dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan
dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
13. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis
KAP Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam
proses peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen yang
sedang di selidiki.
14. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron
berupa kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan
KAP yang lain dan pengungkapan yang meningkat mengenai
keterlibatan pegawai KAP Andersen dalam kasus Enron.
15. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer,
yang direkrut untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan
meningkatkan kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar
manajeman KAP Andersen yang ada diberhentikan dan membentuk
suatu komite yang diketuai oleh Paul sendiri untuk menyusun
manajemen baru.
16. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino
mengundurkan diri dari jabatannya.
17. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan,
yang bertindak sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku
bersalah atas tuduhan melakukan hambatan proses peradilan dan setuju
untuk menjadi saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan
Enron.
18. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran
diri sebagai presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku
efektif 1 Juni 2002.
19. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP
Andersen bersalah telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan.
BAB 3
Pembahasan
A. Identifikasi Masalah.
Identifikasi dari masalah ini adalah Bagaimana Kasus Enron dilihat dari
Perspektif Etika Bisnis dan Profesional Akuntan dan menilik adanya unsur
benturan kepentingan antara auditor dana perusahaan (manajemen).
.
B. Pembahasan Masalah
Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang
melakukan kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak
etis), yaitu opportunity; pressure; dan rationalization, ketiga hal tersebut akan
dapat kita hindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku, dan
lain sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang bermoral akan
memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust). Praktik
bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi
negatif bagi banyak pihak. Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya
investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan
dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada
umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika
dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di bursa efek. Jika
dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai
kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu
fairrness information mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam
mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini manajemen
Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest
oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat.
Pada tanggal 2 Desember 2001, dunia perekonomian dikejutkan
dengan berita yang berasal dari kota minyak Houston di Texas, Amerika.
Enron menyatakan dirinya bangkrut. Tidak kurang dari 4.500 pimpinan
menengah Enron mendadak kehilangan pekerjaan akibat perbuatan segelintir
orang di jajaran puncak Enron.
Kebangkrutan bukan disebabkan oleh perekonomian dunia yang
sedang melemah, melainkan kesalahan fatal dalam sistem akuntan mereka.
Selama tujuh tahun terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih dan
menutup-tutupi utang. Auditor independen, Arthur Andersen ikut berperan
dalam menyusun pembukuan keuangan Enron. Kejatuhan Enron bermula dari
dibukanya partnership-partnership yang bertujuan untuk menambah
keuntungan pada Enron. Partnership-partnership yang diberi nama "special
purspose vehicle” memang memiliki karateristik yang istimewa. Enron
mendirikan kongsi dengan seorang partner dagang. Partner dagang biasanya
hanya satu untuk setiap partnership dan kongsi dagang ini menyumbang
modal yang sangat sedikit, sekitar 3% dari jumlah modal keseluruhan. Secara
hukum perusahaan di Amerika, apabila induk perusahaan berpartisipasi dalam
partnership dimana partner dagang menyumbang sedikitnya 3% dari modal
keseluruhan, maka neraca partnership ini tidak perlu dikonsolidasi dengan
neraca dari induk perusahaan. Tetapi, partnership ini harus dijabarkan secara
terbuka dalam laporan akhir tahunan dari induk perusahaan agar pemegang
saham dari induk perusahaan maklum dengan keberadaan operasi tersebut.
Enron tidak pernah mengungkapkan operasi dari partnership-
partnership tersebut dalam laporan keuangan yang ditujukan kepada
pemegang saham dan Security Exchange Commission (SEC), badan tertinggi
pengawasan perusahaan publik di Amerika. lebih jauh lagi, Enron bahkan
memindahkan utang-utang sebesar $ 690 juta yang ditimbulkan induk
perusahaan ke partnership partnership tersebut. Akibatnya, laporan keuangan
dari induk perusahaan terlihat sangat atraktif, menyebabkan harga saham
Enron melonjak menjadi $ 90 pada bulan Februari 2001. Perhitungan
menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut, Enron telah melebih-
lebihkan laba mereka sebanyak $ 650 juta.
Pelanggaran Yang Dilakukan Enron
Untuk memenuhi persyaratan Moody’s dan S&P s, Enron menjaga
leverage rationya. Kegagalan untuk meningkatkan credit ratingnya
mendorong Enron untuk meningkatkan margin dengan memperbesar
paper profit dan penurunan nilai assets ditransfer ke Special Purpose
Vehicle (SPV). Untuk meningkatkan modal dan melindungi risiko, Enron
memanfaatkan SPV, bekerjasama dengan pihak luar untuk menambah
Assets dan Liabilities, termasuk tempat pembuangan asset yang
mengalami penurunan nilai, lindung nilai untuk meng-offset kerugian
Enron dan memanfaatkan derivatives. Karena tidak dikonsolidasikan,
maka laporan keuangan Enron tidak terganggu.
Kerugian yang diderita SPV tertutup dengan saham Enron. Tiga
dari 2000 SPV dipimpin Festow dari 1999 sampai July 2001, membayar
Festow lebih dari $ 30 juta untuk management fees. Jauh lebih besar dari
salarynya di Enron dengan persetujuan top Management dan BOD Enron.
Suatu SPV juga melakukan investasi ke SPV lain. November 2001, 75%
saham di mariner engine inc meningkat menjadi $ 350 Juta, hampir 2 kali
lipat nilai initial investment. Penilaian deposito deep well oil reserve, long
term future contracts dan derivatives yang tidak memiliki quoted market
price membuka peluang untuk windows dressing melalui discretionary
valuation models sesuai dengan metode dan asumsi yang digunakan.
Peranan Arthur Andersen
September 2001, pemerintah mulai mengamati adanya
ketidakberesan dalam laporan pembukuan Enron. Satu bulan kemudian,
Enron mengumumkan kerugian sebesar $ 600 juta dan nilai aset Enron
menyusut $ 1,2 triliun. Pada laporan keuangan yang sama diakui, bahwa
selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih
mereka. Akibat laporan ini, nilai saham Enron mulai turun drastis dan
saat Enron mengumumkan bahwa perusahaan harus gulung tingkar, 2
Desember 2001, harga saham Enron hanya 26 sen.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah Arthur Andersen,
sebagai auditor independen yang ditunjuk untuk memeriksa kesehatan
dari pembukuan Enron mengetahui keberadaan "akuntan kreatif" yang
diterapkan Enron dan pura-pura tidak mengetahuinya? Hukum
perusahaan Amerika menyatakan bahwa setiap perusahaan terbuka
Amerika, harus diperiksa pembukuannya oleh auditor independen dari
Certified Public Accounting Firm. Tidak jarang, akuntan publik
menerima uang lebih banyak dari jasa konsultasi daripada jasa audit,
seperti kasus Enron di mana Arthur Andersen menerima $ 27 juta dari
konsultasi dan $ 25 juta dari audit. Akibatnya, timbul kesangsian akan
kejujuran dan kejernihan dari laporan audit mereka terhadap pumbukuan
Enron.
Yang lebih mengejutkan dunia akuntan adalah peristiwa
penghancuran dokumen yang dilakukan oleh David Duncan, ketua
partner dari Arthur Andersen untuk Enron. Panik karena menerima
undangan untuk diminta kesaksiannya di Dewan Perwakilan Rakyat
Amerika (Congress), Duncan memerintahkan anak buahnya untuk
menghancurkan ratusan kertas kerja (workpapers) dan e-mail yang
berhubungan dengan Enron. Kertas kerja adalah dukumen penting dalam
dunia profesi akuntan yang berhubungan dengan laporan keuangan dari
klien. Secara umum, setiap kertas kerja, komunikasi dan laporan
keuangan harus di dokumentasikan dengan baik selama 6 tahun. Baru
setelah 6 tahun, dokumen tersebut bisa dihancurkan. Peristiwa
penghancuran dokumen ini memberi keyakinan pada publik dan kongres
bahwa Arthur Andersen sebenarnya mengetahui bisnis buruk dari Enron,
tetapi tidak mau mengungkapkannya dalam laporan audit mereka, karena
takut kehilangan Enron sebagai klien.
Informasi dan Rekayasa
Informasi adalah masalah krusial dalam pengelolaan perusahaan
publik. Regulasi telah mengatur agar perusahaan publik menyampaikan
informasi secara transparan kepada pemegang saham.
Dalam kasus Enron ini, telah terjadi rekayasa yang membuat para
pemegang saham berada pada posisi dilematis dalam memperlakukan
informasi dari perusahaan. Enron menerapkan stock option yang massif
tidak hanya kepada karyawan kunci, bahkan komite audit, karyawan
biasa, serta program pensiun karyawan juga diberikan dalam beberapa
alternatif, antara lain pensiun dengan memperoleh opsi saham
perusahaan.
Dengan opsi saham semacam itu, setiap individu dalam perusahaan
menjadi serba salah bila berusaha mengungkapkan ketidakberesan
praktik/transaksi perusahaan yang dapat mengakibatkan anjloknya harga
saham karena akan merugikan dirinya.
Bagi pejabat kunci dan anggota komite audit benturan kepentingan
untuk mengungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi itu membuat mereka
melakukan moral hazard dengan mendiamkan saja masalah yang terjadi
dan semata-mata menurut di mata manajemen dan sekaligus
mengamankan nilai saham dari opsi yang menjadi haknya masing-
masing.
Dengan memberikan stock option secara masif, perbenturan
kepentingan tidak hanya antara pemegang saham mayoritas dan direksi
dengan pemodal publik dan kreditur, tetapi lingkup benturan tersebut
menjadi semakin terpolarisasi, yaitu benturan kepentingan pemegang
saham mayoritas, direksi, komite audit, karyawan yang secara langsung
mempunyai kepentingan dengan nilai opsi sahamnya di satu pihak,
dengan kepentingan pemodal publik, kreditur dan dana pensiun
perusahaan di pihak lain.
Dampak negatif opsi saham secara masif tersebut menjadikan
direktur independen, komite audit independen, dan manajer profesional
terpaksa harus mensubordinasi-kan tugas dan tanggung jawabnya demi
melakukan 'perlindungan' harga saham yang merupakan kepentingan
mereka bersama sehubungan dengan hak opsi saham masing-masing
dengan cara menutup-nutupi kecurangan yang telah terjadi.
BAB IV
Kesimpulan
Dari kasus tersebut bisa saya simpulkan bahwa Enron dan KAP Arthur
Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam
melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran
tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat
menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen.
Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan
oleh KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai
kehancuran dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar
sedangakn KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan
kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan
yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk
mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Kesimpulan yang bisa diambil dari kasus ini
adalah :
Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagai macam pelanggaran praktik
bisnis yang sehat melakukan (Deception, discrimination of information, coercion,
bribery) dan keluar dari prinsip good corporate governance. Akhirnya Enron harus
menuai suatu kehancuran yang tragis dengan meninggalkan hutang milyaran dolar.
KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung tinggi independensi,
dan profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar
dari tanggung jawab terhadap profesi maupun masyarakat diantaranya melalui
Deception, discrimination of information, coercion, bribery. Akhirnya KAP
Andersen di tutup disamping harus mempertanggungjawabkan tindakannya secara
hukum.
Dari kasus Enron kita bisa belajar bahwa kepentingan haruslah dikelola dengan
baik. Tata kelembagaan yang kukuh, tidak hanya di dalam perusahaan namun juga
pihak-pihak lain yang juga memiliki keterkaitan kepentingan, diperlukan agar
tidak terjadi lagi pengorbanan begitu banyak pihak untuk kepentinagan segelintir
orang yang menguasai informasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://the-johan.blogspot.com/2008/10/tragedi-enron-corporation.html
http://diaryintan.wordpress.com/2010/11/25/etika-dalam-auditing-independensi-tanggung-jawab-auditor-dll/
http://jaggerjaques.blogspot.com/2012/11/etika-dalam-auditing.html
http://adhebadriah.blogspot.com/2012/11/etika-dalam-auditing.html
http://kuntowibi.wordpress.com/2012/11/17/etika-dalam-auditing/\
http://kurniapandu79.blogspot.com/
http://alfianhayqal.wordpress.com/
http://fxfebrikurniawan.wordpress.com/category/akuntansi/