Post on 25-Jul-2015
TUGAS UJIAN
KOMUNIKASI MULTIMEDIA PITALEBAR
MAKALAH:
LTE DAN TANTANGAN IMPLEMENTASINYA
Disusun oleh:
Yudhi Triprasetyo0906495715
Dosen : Ir. Gunawan Wibisono M.Sc., Ph.D.
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA2010
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..........................................................................................................................i
Daftar Isi ..................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
BAB 2 LONG TERM EVOLUTION....................................................................................5
2.1. Teknologi 3GPP........................................................................................................5
2.2. Teknologi LTE.........................................................................................................6
2.2.1. Fitur LTE/SAE.................................................................................................7
2.2.2. Arsitektur LTE/SAE .....................................................................................10
BAB 3 IMPLEMENTASI LTE...........................................................................................13
3.1. Keputusan Investasi Operator.................................................................................17
3.2. LSTI........................................................................................................................19
BAB 4 KASUS STUDI: ASPEK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI LTE/SAE DI
BOSNIA DAN HERZEGOVINA........................................................................................21
4.1 Perkembangan teknologi LTE/SAE – Implementasi Komersial Rel-8...................22
4.2 Perkembangan Teknologi LTE Advanced...............................................................22
4.3 Pengembangan perangkat eNodeB menggunakan (Software Defined Radio) SDR,
multi radio dan multi-band......................................................................................23
4.4 Pengembangan perangkat terminal LTE ................................................................23
4.5 Pasar Bosnia dan Herzegovina dan tuntutan layanan pita lebar..............................23
4.6 Status terkini perkembangan teknologi nirkabel di Bosnia dan Herzegovina.........24
4.7 Spektrum frekuensi LTE di Bosnia dan Herzegovina ............................................24
4.8 Kompetisi.................................................................................................................24
iii
BAB 5 IMPLEMENTASI LTE DI INDONESIA..............................................................24
5.1 Faktor Perkembangan Teknologi Pita-Lebar di Indonesia......................................25
5.2 Operator Telekomunikasi di Indonesia....................................................................26
5.3 Kendala Implementasi LTE di Indonesia................................................................27
5.3.1 Alokasi Spektrum...........................................................................................27
5.3.2 Kompetisi Operator di Indonesia....................................................................28
5.3.3 Pangsa Pasar dan Tuntutan Layanan Akses Pita Lebar..................................28
5.3.4 Regulasi di Indonesia......................................................................................29
5.4 Solusi Implementasi LTE di Indonesia ...................................................................30
5.4.1 Solusi Alokasi Spektrum................................................................................30
5.4.2 Solusi Waktu Implementasi LTE ...................................................................31
BAB 6 PENUTUP.................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LATAR BELAKANG
Di era telekomunikasi nirkabel, manusia saat ini menjadi lebih mudah terkoneksi dan
lebih termobilisasi. Kita memiliki banyak cara dan perangkat untuk berkomunikasi. Internet
dan koneksi kabel kini mengalami konvergensi yang sangat cepat akan IP video, audio, dan
data menjadi aplikasi-aplikasi yang baru. Pengguna menginginkan akses yang sesuai dengan
permintaan (on demand) dan internet, multimedia dan konten dimana saja menggunakan
perangkat apa saja [1].
Peningkatan jumlah pelanggan mobile yang dapat dilihat pada gambar 1.1
menunjukkan peningkatan dari tahun 1998 hingga 2008 hampir sekitar 4 milyar pelanggan
mobile diseluruh dunia [2].
Gambar 1.1. Pertumbuhan Pelanggan Telekomunikasi Nirkabel [2].
Perkenalan teknologi 3G High Speed Downlink Packet Access (HSDPA)
meningkatkan penggunaan data dibandingkan saat teknologi 2G masih didominasi oleh
suara. Gambar 1.2 menunjukkan volume data downlink HSDPA pada tingkat terabyte per
hari yang berarti pengguna data meningkat hingga 8 TB/hari [2].
1
2
Gambar 1.2 Pertumbuhan data HSDPA [2].
Beberapa operator HSPA melaporkan peningkatan 6-14x penggunaan data mobile
pada tahun 2007, dan melihat peningkatan 30-50x pada 9 bulan pertama ditahun 2008.
Kebutuhan dan tuntutan akan data mobile mendorong jaringan generasi ketiga (3G) dan 3.5G
untuk menuju ke kapasitas yang lebih baik, memotivasi operator-operator untuk mencapai
solusi 4G seperti teknologi long term evolution (LTE) terkini untuk menjaga kompetisi dan
menambah kapasitas untuk mendukung layanan mobilitas pita-lebar [1].
Tuntutan pasar akan layanan data yang tidak pernah terjadi sebelumnya untuk data
mobile disebabkan oleh beberapa faktor: tarif flat, peningkatan penggunaan laptop untuk
mobilitas berkomunikasi, perangkat-perangkat yang menggunakan layar besar dengan antar
muka tertentu dan video. Terdapat peningkatan konten video yang disematkan pada situs
internet dan situs Web 2.0 yang lebih mengandalkan pada konten video. Video sendiri telah
menyebabkan tingginya penggunaan data pada jaringan kabel pita-lebar dan akan menuju ke
pasar jaringan nirkabel pita-lebar. Hal ini akan melanjutkan peningkatan konsumsi data pada
jaringan nirkabel [1].
LTE dengan evolved packet core (EPC) dapat melakukan inter-koneksi dan handover
antar akses teknologi berbasis all-IP lainnya seperti WiFi dan Digital Subscriber Line (DSL)
untuk menjalankan mobilitas media. Kemampuan LTE untuk konvergensi fixed-mobile
(FMC) memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk operator-operator melakukan
embargo pada strategi yang mengubah operator-operator menjadi provider komunikasi yang
akan menghancurkan “tembok” antar koneksi kabel dan koneksi nirkabel sehingga memberi
personalisasi konektifitas pita-lebar untuk para pengguna [1].
3
Operator yang menggunakan teknologi LTE dapat menjadi penyedia atau menjadi
tuan rumah untuk aplikasi-aplikasi terintergrasi yang memberi mobilitas media, memberi
sarana untuk konten untuk mengikuti pengguna dari satu perangkat dan satu lokasi ke
perangkat dan lokasi lainnya. Kemampuan untuk konten tersebut dapat menciptakan sumber
baru untuk pendapatan operator dan proposisi yang kuat untuk konsumen yang tidak harus
lagi untuk tinggal dirumah untuk mengunduh file-file berukuran besar atau upload video ke
Youtube [1].
Perangkat mobile yang lebih memiliki intuisi antar muka juga bertanggung jawab
untuk tingginya tuntutan data mobile. Web-friendly smart phone mengubah pelanggan mobile
menjadi pelanggan terbesar untuk layanan data nirkabel, dan memungkinkan pengguna untuk
melakukan hal yang lebih dengan perangkat mobile tidak hanya teks, e-mail dan suara.
Dengan adanya situs Web 2.0 yang telah diatur untuk akses perangkat mobile, industri
telekomunikasi mengalami keuntungan dari peningkatan tak terduga dalam lalu lintas data
yang berkaitan dengan perangkat-perangkat yang mampu mengakses internet dan konten
berbasis video. Seiring turunnya harga multimedia dan meningkatnya pilihan multimedia,
industri ini akan menembus pasar yang lebih besar [1].
Sejumlah tipe perangkat konektivitas, termasuk perangkat elektronik baru seperti
kamera digital, perangkat MP3 dan camcorder juga berkontribusi untuk penggunaan data
mobile. Mengacu pada ABI Research, pengiriman untuk perangkat jaringan pelanggan
meningkat dari 92 juta pada tahun 2007 menjadi 460 juta pada tahun 2012, yang akan
mendorong penggunaan jaringan dan kapasitas [1].
Operator-operator menjadi komponen kunci untuk konektivitas ini. Dengan adanya
tarif flat, pelanggan termotivasi untuk menggunakan perangkatnya untuk berbagi konten
multimedia, permainan online, dan menikmati video saat mobilitas. Ketika operator
menawarkan pengalaman media termobilisasi, pengguna akan terus mengandalkan perangkat
mereka sebagai bagian dari gaya hidup [1].
Meningkatnya tuntutan data mobile memberi tantangan untuk operator jaringan
dengan jaringannya sekarang menjadi terbatas pada kapasitas. Grid Radio Access Network
(RAN), backhaul, radio network controller (RNC), dan packet data core (PDC) pada
jaringan-jaringan tersebut seluruhnya dirancang untuk penggunaan suara dan data 3G. Maka
seiring lalu lintas jaringan meningkat, tarif data juga menjadi sama rata. Hal ini membuat
tantangan pendapatan untuk operator-operator. Operator membutuhkan untuk meningkatkan
4
jaringannya untuk menawarkan pengalaman pengguna yang lebih menarik namun operator
juga harus dapat mempertimbangkan dengan matang untuk akses teknologi yang akan
dikembangkan sebagai investasi yang tepat. Operator membutuhkan solusi yang menawarkan
biaya yang lebih rendah per bit, kapasitas yang lebih tinggi dan kecepatan data yang lebih
cepat. Untuk banyak operator, LTE akan menjadi solusinya [1].
BAB 2
LONG TERM EVOLUTION
2.1 Teknologi 3GPP
Teknologi 3GPP – GSM/EDGE dan Wideband Code Division Multiple Access
(WCDMA)/HSPA saat ini melayani hampir 90% dari pelanggan mobile secara global. Dapat
dilihat pada gambar 2.1 ditunjukkan persaingan teknologi 3GPP dengan teknologi 3GPP2
dalam aspek pelanggan [2].
Gambar 2.1Pasar Global Teknologi 3GPP dan 3GPP2 [2].
Perkembangan teknologi 3GPP dimulai pada tahun 1997 untuk teknologi EDGE
hingga LTE pada tahun 2008-2009 yang dapat dilihat pada gambar 2.2 yang dapat
mengindikasikan pertumbuhan teknologi telekomunikasi nirkabel 3GPP dalam meningkatkan
kecepatan data [2].
Evolusi teknologi 3GPP dari EDGE hingga LTE adalah peningkatan kecepatan rata-
rata data yang lebih tinggi seperti yang ditunjukkan gambar 2.3. WCDMA pada tahun 2002
adalah 384 Kbps, HSDPA 7.2-14.4 Mbps, HSPA evolution 21-42 Mbps dan LTE 2010 adalah
150 Mbps, menunjukkan peningkatan 300 kali lebih tinggi dari 8 tahun yang lalu. Teknologi
5
6
3GPP dirancang untuk antar kerja yang mulus dan ko-eksistensi dengan teknologi 3GPP
sebelumnya [2].
Gambar 2.2 Jadwal Standarisasi 3GPP dan Penyebaran Komersial [2]
Gambar 2.3 Perkembangan data rate teknologi 3GPP [2]
2.2 Teknologi LTE
Skema transmisi dasar LTE adalah menggunakan Orthogonal Frequency Division
Multiplexing (OFDM) dengan data ditransmisi pada sejumlah subcarrier paralel adalah inti
transmisi radio LTE. OFDM memberi kekebalan terhadap dispersi waktu pada kanal radio
dan menyederhanakan pemrosesan baseband pada receiver dengan mengurangi biaya terminal
dan konsumsi daya dan vital terhadap bandwidth transmisi LTE. Kondisi lingkup geografis
memberi spektrum radio untuk komunikasi pada pita frekuensi yang berbeda ukuran yang
dikategorikan sebagai pita frekuensi paired dan unpaired. LTE mampu beroperasi tidak hanya
pada pita frekuensi yang berbeda, juga dapat digunakan dengan bandwidth yang berbeda agar
7
dapat beroperasi pada spektrum yang berbeda ukuran, serta dapat melakukan migrasi efisien
ke teknologi akses radio lainnya. LTE mendukung kemungkinan bandwidth uplink dan
downlink yang berbeda, memanfaatkan spektrum asimetris [4].
LTE mendukung multi-antena transmisi sebagai bagian LTE dari rilis pertama, dan
pengukuran kualitas kanal untuk link adaptation dan scheduling dirancang untuk multi-
antena. Skema multi-antena yang lebih rumit juga didukung oleh LTE, termasuk keragaman
transmisi, spatial multiplexing (single Multiple Input Multiple Output), dan multiuser MIMO
[4].
LTE menyediakan sifat ortogonal untuk uplink dan doownlink, sehingga idealnya
tidak terdapat interferensi antar transmisi pada sel yang sama. LTE menggunakan
pengendalian daya sebagian (Fractional Power Control) untuk uplink yang memberi
pengendalian interferensi antar sel yang juga mengurangi konsumsi baterai pada perangkat
pengguna. LTE juga menggunakan Inter-cell Interference Coordination (ICIC) sebagai
strategi scheduling untuk membatasi interferensi antar sel [4].
2.2.1 Fitur LTE/SAE
Objektif utama LTE dibandingkan 3.5G adalah sebagai berikut: peningkatan efisiensi
spektral dan penggunaan terbaik spektrum baru, permeabilitas yang lebih baik, rata-rata
responsif jaringan yang lebih tinggi untuk layanan yang lebih rumit, biaya (CAPEX dan
OPEX) dengan menghindari pembangunan arsitektur jaringan yang kompleks dan antarmuka
yang tidak perlu, dan optimisasi protokol jaringan serta lingkungan multi-vendor [3].
LTE menghasilkan peningkatan dan pengkayaan layanan, implementasi layanan plug
and play, dan diharapkan dapat berintegrasi dengan standar terbuka yang sudah ada, seperti
dapat melakukan koneksi transparan dengan standar GSM dan (W)CDMA, dan juga dengan
WLAN dan WiMAX [3].
Arsitektur jaringan yang lahir dari persyaratan-persyaratan tersebut disebut EPS
(Evolved Packet System), EPS sebenarnya menyatukan E-UTRAN pada sisi akses dan EPC
(evolved Packet Core). Inti ini juga diketahui sebagai SAE (System Architecture Evolution),
8
dan untuk bagian akses lebih cenderung dengan istilah LTE. Standar 3GPP Rel-8 termasuk
fitur-fitur dan persyaratan jaringan LTE/SAE sebagai berikut [3]:
- Downlink Transmisi Rate: Min 100 Mb/s, 3-4 kali lebih dari HSDPA Rel-6, nilai
puncak 326.4 Mb/s untuk 4x4 sistem antena, 172.8 Mb/s untuk 2x2 sistem antena,
untuk tiap 20 MHz spektrum.
- Rate Transmisi Uplink: 50 Mb/s, 2-3 kali lebih besar dari HSUPA Rel-6, nilai
puncak untuk upload: 86.4 Mb/s untuk tiap 20 MHz spektrum.
- Lima kelas berbeda untuk terminal, dari kelas untuk pemrosesan suara dan
transmisi hingga kelas pemrosesan data pada rata-rata transmisi setinggi mungkin.
Tiap kelas dapat melakukan proses sinyal pada jangkauan 20 MHz.
- Kapasitas: sekitar 200 pengguna aktif secara stimultan tiap 5 MHz cell.
- Rata-rata respon untuk subsistem RAN < 20 msec
- Fleksibilitas penggunaan spektrum yang tinggi, dari 1.4 MHz, 1.6 MHz, 3 MHz,
3.2 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz, ke jangkauan 20 MHz untuk Time Division
Duplex (TDD) juga Frequency Division Duplex (FDD).
- Radius sel yang optimal, 5 km untuk performa yang relatif bagus, 30 km dengan
penurunan kualitas yang diperbolehkan, dan 100 km untuk performa yang dapat
diterima.
- Mobilitas tinggi: jaringan LTE harus dioptimisasi untuk penggunaan berkecepatan
0-15 kmph, mendapatkan performa yang terbaik pada kecepatan 15-120 kmph, dan
juga mendukung layanan pada 120-350 kmph.
- Ko-eksistansi dengan standar yang ada seperti 2G dan 3G, pelanggan dapat
melakukan inisiasi panggilan atau transmisi data pada area standar LTE, dan
secara transparan melanjutkan layanan pada area GSM atau W-CDMA/UMTS.
- Mendukung MBSFN (Multicast Broadcast Single Frequency Network) ketika
melakukan layanan seperti Mobile TV pada infrastruktur LTE, yang menjadi
kompetisi langsung terhadap DVB-H (Digital Video
Broadcasting-Handheld/Terrestial) berbasis penyiaran TV.
- PU2RC (Per-User Unitary Rate Control) sebagai solusi praktis untuk sistem antena
multi-user MIMO, yang menjadi awal pengembangan LTE-Advanced.
9
Tugas utama implementasi SAE termasuk penyederhanaan total dari arsitektur sistem
dalam transisi dari UMTS (kombinasi jaringan circuit+packet switched) menuju
arsitektur all-IP [2].
3GPP memberi spesifikasi pita frekuensi LTE yang ditunjukkan gambar 2.4 untuk
unpaired band dan gambar 2.5 untuk paired band. Beberapa frekuensi digunakan oleh
teknologi lainnya dan LTE dapat ko-eksis dengan teknologi sebelumnya [2].
Gambar 2.4 Unpaired band [2]
Gambar 2.5 Paired Band [2]
10
2.2.2 Arsitektur LTE/SAE
Gambar 2.6 Evolusi Arsitektur 3GPP [2]
Gambar 2.7 Sistem Arsitektur untuk Jaringan E-UTRAN [2]
11
Hasil diskusi untuk System Architecture Evolution (SAE) pada 3GPP Release 8
mengimplementasikan arsitektur flat untuk SAE. Arsitektur flat yang memberi pengurangan
node yang mengurangi latency dan meningkatkan kinerja. Perkembangan ini telah dimulai
dari 3GPP release 7 seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6.
Gambar 2.7 menjelaskan arsitektur dan elemen jaringan pada konfigurasi arsitektur
dimana hanya jaringan akses E-UTRAN dilibatkan. Sistem arsitektur ini dibagi 4 tingkat:
User Equipment (UE), Evolved UTRAN (E-UTRAN), Evolved Packet Core Network (EPC),
dan ranah “Services”. Sistem Evolved Packet System: UE, E-UTRAN dan EPC adalah layer
Internet Protocol (IP) Connectivity. Fungsi dari layer ini adalah menyediakan konektivitas
berbasis IP [2].
Sebagai perbandingan dengan arsitektur jaringan 3G-UMTS, Arsitektur LTE/SAE
tidak memiliki Radio Network Controller (RNC) dimana sebagian fungsinya dialihkan
sebagian ke eNodeB, yang menjadi base station yang mengalami peningkatan yang memiliki
koneksi dengan eNodeB lainnya (antar muka X2) dan dengan jaringan EPC (antarmuka S1)
[3].
Gambar 2.8 Arsitektur LTE/SAE [3]
Circuit Switch tidak terdapat pada inti LTE, karena tidak ada Mobile Service
Switching Center (MSC) atau Mobile Soft Switch (MSS). EPC atau inti SAE melayani GGSN
12
(Gateway GPRS Support Node) untuk LTE, yang memiliki peran yang sama seperti pada
jaringan GPRS, dan juga mewakili pengendali asli untuk jaringan non-3GPP. Elemen didalam
EPC dan elemen jaringan inti lainnya adalah sebagai berikut [3]:
- Serving GPRS Support Node (SGSN) : menyediakan koneksi untuk jaringan
GERAN dan UTRAN, sebagai jangkar mobilitas lokal untuk mobilitas UTRAN;
- Packet Data Network (PDN) Gateway : adalah akses permanen IP point-of-
attachment untuk UTRAN, PDN ini menangani layanan IP seperti lalu lintas
routing, pengalamatan, manajemen keamanan, dan menyiapkan akses untuk
jaringan 3GPP;
- Mobility Management Entity (MME) : menangani lalu lintas persinyalan,
autentifikasi dan autorisasi;
- User Plane Entity (UPE) : menangani data pengguna, pengkodean, routing lalu
lintas paket dan mobilitas berdasarkan TR 25.912;
- Platform 3GPP : menangani mobilitas dalam jaringan 2G/3G dan LTE/SAE;
- Platform SAE : menangani mobilitas untuk RAT non-3GPP;
- Policy Control and Charging Rules Function (PCRF) : menangani metode
penagihan dan Quality of Service (QoS);
Gambar 2.8 menunjukkan arsitektur LTE/SAE yang termasuk relasi dan antarmuka antar EPC
dan inti jaringan lainnya berdasarkan Rel-8 [3].
BAB III
IMPLEMENTASI LTE
LTE yang populer sebagai teknologi 4G adalah teknologi all-IP berbasis pada
orthogonal frequency-division multiplexing (OFDM), yang berarti spektrum yang lebih
efisien sehingga dapat mengantarkan bit per Hertz yang lebih banyak [1].
Gambar 3.1. Tingkatan kebutuhan Bandwidth dengan Tingkatan Latency [5]
Perkembangan layanan pengguna berimbas pada bandwidth yang digunakan serta
latency jaringannya. Grafik pada gambar 3.1 menunjukkan kebutuhan bandwidth serta tingkat
latency yang dibutuhkan untuk layanan-layanan multimedia seperti video streaming, game
online, hingga SMS. Kebutuhan tersebut menjadi salah satu sebab implementasi LTE untuk
operator mencapai pendapatan pada layanan konten [5].
Prediksi menurut referensi [5] untuk tren yang dapat mempengaruhi komunikasi
mobile adalah [5]:
- Akses aplikasi internet
- Aplikasi Web 2.0
- Layanan streaming seperti video dan TV
- Aplikasi game online dan game waktu nyata.
13
14
- Perangkat mobile office.
Kemampuan untuk mewujudkan tren-tren tersebut adalah [5]:
- Kapasitas jaringan
- Waktu respon, latency
- Jangkauan frekuensi
- Kontinuitas layanan antar akses jaringan
- Harga yang kompetitif.
Gambar 3.2. Hubungan Pendapatan Dengan Biaya Jaringan (LTE) [5]
Operator membutuhkan teknologi yang dapat menurunkan biaya jaringan. Jaringan
suara mendominasi pendapatan yang proporsional dengan peningkatan volume lalu lintas
komunikasi. Pada jaringan data, yang diharapkan adalah peningkatan volume lalu lintas data
yang meningkat secara eksponensial. Namun pendapatan hanya meningkat sedikit, konstan,
atau bahkan tidak diterima pada pangsa pasar. Untuk menjaga keuntungan dari jaringan data,
operator harus menggunakan teknologi yang menawarkan biaya rendah yang tidak mengikuti
volume lalu lintas data. LTE diharapkan mengurangi biaya operasional dan meningkatkan
pelanggan data [5].
LTE memiliki keunggulan teknologi dengan perkembangan algoritma pemrosesan
sinyal digital yang dioptimasikan dan keunggulan dari perkembangan teknologi antena yang
dapat menekan efisiensi spektrum interface udara mendekati batas teoritisnya. IP transport
yang terimprovisasi, jaminan QoS (Quality of Service) meningkatkan paket jaringan data dan
performa suara, efisiensi dan reliabilitas tingkat carrier. Keseluruhannya dengan kemajuan
15
pada integrasi IP dalam perangkat jaringan dan implementasi teknik VoIP dengan efisiensi
spektrum, akan membuat visi jaringan berbasis IP menjadi nyata. LTE/SAE memungkin
untuk digunakan operator untuk mengimplemetasikan seluruh layanannya pada IP-sentris
tunggal, yang berbasis jaringan paket (packet based). Hal tersebut akan membuat aplikasi IP
seperti mobile sebagai jaringan suara pada jaringan mobile. Dengan kelebihan tersebut dan
arsitektur yang lebih sederhana, akan memberi pengurangan pengeluaran operasional dan
juga pengurangan biaya sirkulasi jaringan [5].
Umumnya konsumen tidak memiliki ketertarikan pada teknologi, namun mereka
mengharapkan akses internat dan layanan personalisasi, saat kapanpun dan dimanapun. Akses
pita-lebar saat ini memenuhi kebutuhan konsumen untuk akses internet dan persepsi atas
performa jaringan. Performa jaringan ini dibentuk dengan percampuran pengguna data rate,
average user throughput, cell throughput, signaling delay, dan user data latency. Dimana
perkembangan teknologi ini menuntut improvisasi performa mobile pita-lebar [5].
Gambar 3.3. Perbandingan LTE dengan metode akses lainnya [5].
Gambar 3 menunjukkan 4 grafik perbandingan performa LTE dengan metode akses
lainnya. Dimana LTE memiliki maksimum peak data rate, throughput, dan kapasitas VoIP
yang lebih tinggi dari HSPA, serta latency yang lebih baik. Ko-eksistensi, interoperabilitas,
16
roaming dan handover antar LTE/SAE dengan jaringan 2G/3G yang sudah ada serta layanan-
layanan adalah tujuan rancangan teknologi ini dan teknologi sebelumnya, maka dukungan
mobilitas penuh harus dipenuhi untuk keuntungan pengguna [5].
Keuntungan pengguna diperhitungkan oleh penyelenggara jaringan selular sebagai
potensi pendapatan. Untuk mendatangkan keuntungan, operator harus mengoptimisasikan
pendapatan dengan biaya operasional. Untuk meningkatkan efisiensi biaya adalah
peningkatan lalu lintas data dengan harga per-MB yang diturunkan [5].
Operator-operator memformulasikan ekspetasi performa interface udara LTE [5]:
- Efisiensi spektral tinggi (3-4 kali DL HSPA rel.6 2-4 kali UP HSPA) dan performa cell edge.
- Peak data rate >100 Mbps DL, >50 Mbps UL untuk bandwidth 20 MHz
- Low Latency (<20 ms)
- Flexibel dan skalabilitas bandwidth pada seluruh spektrum IMT2000
Gambar 3.4. 1)Peningkatan performa LTE terhadap HSPA. 2) Perbandingan biaya jaringan
[5]
LTE dapat menjadi teknologi pilihan untuk operator-operator mobile Third
Generation Partnership Project (3GPP) dan 3GPP2. LTE memberi keuntungan ekonomi dan
penggunaan ulang spektrum. LTE menawarkan integrasi dan handover dan dari jaringan
3GPP dan 3GPP2 yang ada, mendukung mobilitas penuh dan roaming yang global, dan
memastikan operator-operator dapat menerapkan LTE secara bertahap dengan menaikkan
jaringan sebelumnya untuk kelanjutan layanan. LTE juga membawa subscriber jaringan pita-
17
lebar mobile yang “sebenarnya” (~5-10 Mbps/~15 ms latency) yang memberi kualitas video
dan mobilitas media [1].
Standar LTE telah ditentukan dengan sebanyak mungkin fleksibilitas sehingga
operator-operator dapat mengembannya pada seluruh frekuensi-frekuensi yang ada maupun
spektrum baru. Operator dapat mengemban teknologi ini dengan spektrum sekecil 1.4 MHz
atau sebanyak 20 MHz dan menumbuhkan jaringan sebagai tuntutan untuk tumbuhnya
layanan data [1].
LTE juga muncul dalam sejumlah spektrum pita, termasuk pita baru 2.6 GHz, yang
berarti sempurna sebagai pita kapasitas karena operator dapat menggunakan spektrum 2x20
MHz. LTE juga dapat diluncurkan pada pita GSM 900 MHz dan 1800 MHz dan spektrum
digital dividend (seperti 700 MHz dalam Amerika Serikat), menyediakan cakupan superior
dan roaming global pada pasar 3GPP [1].
Dengan peningkatan pada kapasitas, kecepatan, dan latency, LTE tidak hanya
membuat akses aplikasi lebih cepat, namun akan memberi keuntungan dari aplikasi-aplikasi
baru yang sebelumnya hanya didapati pada koneksi internet kabel. Beberapa keuntungan
pengguna untuk akses LTE sebagai berikut [1]:
- Melanjutkan menyaksikan program TV secara mobile.
- Upload konten ke profil jejaring sosial
- Upload foto terkini menggunakan perangkat kamera yang sudah didukung
teknologi LTE.
- Dan sebagainya.
3.1 Keputusan Investasi Operator
Skenario LTE ini berbeda untuk 2G, 2,5G , 3G, 3.5G dan operator Time Division
Duplex (TDD). Motorola meyakini LTE akan menjadi teknologi pilihan untuk kebanyakan
operator mobile 3GPP dan 3GPP2 karena LTE dapat diterapkan pada pita spektrum yang ada
dan pita spektrum baru Frequency-Division Duplex (FDD). Sebagai tambahan, LTE
menawarkan integrasi dengan kemampuan untuk tetap dengan kesepakatan global roaming
dan panggilan handover ke jaringan 3GPP dan 3GPP2 yang ada, yang berarti memberi
keuntungan cakupan untuk jaringan 2G dan 3G yang ada [1].
18
Untuk kebanyakan operator 3GPP2, LTE menjadi pilihan untuk teknologi 4G. Seiring
munculnya LTE, operator 2G dan 2.5G pada pasaranya memiliki jaringan GSM dan EDGE
dapat melakukan peningkatan teknologi langsung ke LTE. Dengan LTE, operator-operator
tersebut menurunkan biaya per bit dan meningkatkan kapasitas jaringan [1].
Operator-operator TDD juga mendapat keuntungan untuk beralih ke LTE karena
LTE dapat menggunakan spektrum TDD. Hal ini memberi operator global menstandarisasi
pada satu teknologi pita-lebar mobile pada pasar mereka dan menyediakan roaming antar
TDD dan FDD LTE [1].
Untuk operator 3G dan HSPA+ terdapat beberapa konsiderasi lainnya. Ketika HSPA
akan beranjak ke HSPA+, yang memberi peningkatan terutama pada puncak data rate untuk
pelanggan paling dekat terhadap situs cell, namun sangat kecil peningkatannya pada
kapasitas, sekitar 20 persen melebihi HSPA. Sehingga operator HSPA menghadapi pilihan
antar menggunakan teknologi HSPA+ atau langsung menuju teknologi LTE untuk secara
simultan untuk kapasitas, biaya per bit yang terendah dan meingkatkan kepuasan pelanggan.
Sehingga operator ini harus memperhatikan dampak untuk migrasi ke HSPA+ pada basis
situs ke situs [1].
64-Quadrature Amplitude Modulation (QAM) HSPA+ adalah mungkin pada beberapa
generasi terbaru eNodeB, menyediakan upgrade berbiaya rendah. Namun untuk HSPA+ 2x2
Multiple-Input Multiple-Output (MIMO) akan membutuhkan perangkat-perangkat baru,
sehingga untuk langsung menuju ke LTE akan lebih baik [1].
Untuk menjadi perhatian lainnya, untuk investasi HSPA+, akan berisiko untuk
kekurangan kapasitas untuk beberapa tahun berikutnya (berdasarkan prediksi peningkatan
data dan keterbatasan peningkatan kapasitas untuk HSPA+) atau dan resiko dari kompetitor
yang menggunakan LTE lebih awal hingga operator HSPA+ mengalami kerugian [1].
Lebih dari 20 operator dunia telah menyatakan komitmennya pada LTE. Seluruhnya
operator-operator tersebut memiliki pelanggan lebih dari 1.8 milyar dari total pelanggan
dunia sebesar 3.5 milyar. ABI Research memprediksi lebih dari 32 juta pelanggan LTE pada
tahun 2013. Walau jaringan LTE belum komersial hingga tahun 2010. Kesimpulan tersebut
berdasarkan operator-operator terbesar seperti NTT Docomo, China Mobile, Vodafone,
Verizon Wireless, T-Mobile, AT&T dan lain-lain telah mengumumkan rencana
mengimplementasikan LTE [1].
19
Aliansi Next Generation Mobile Networks (NGMN), grup global yang kini mewakili
70 persen operator mobile, telah mengakui LTE sebagai teknologi pertama yang memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan oleh NGMN. Dan pada 2008, Qualcomm mengumumkan
untuk memfokuskan pada LTE [1].
3.2 LSTI
3GPP Release 8 (Rel-8), menyatakan LTE sebagai jaringan Global Mobile (GMB),
yang telah dicapai pada Desember 2008. Standar ini menjadi fokus utama dalam peningkatan
UMTS menuju generasi keempat (4G) teknologi komunikasi mobile, sebagai awalan untuk
ITU mendefinisikan proses pengembangan dari jaringan mobile menuju IMT Advanced.
Standar 3GPP Release-8, cukup untuk manufaktur hardware merancang dan memproduksi
perangkat LTE, peralatan tes dan base station. Peralatan tes untuk LTE telah dihadirkan pada
Februari 2008 pada Mobile World Congress di Barcelona. Beberapa perusahaan peralatan
manufaktur bersama operator mulai melakukan tes jaringan LTE dan akan mempublikasikan
hasilnya sebagai LTE Intitiators (LTSI) [6]. Ahli riset dan pengembangan, yang mewakili
sekitar 60 operator, manufaktur dan pusat riset dunia, berpartisipasi dalam kerja sama pada
standarisasi akses radio LTE dan jaringan inti [7].
Jangkauan frekuensi untuk LTE belum ditentukan dengan pasti. Operator-operator
melakukan tes LTE / Evolved (E)-UTRAN pada frekuensi 700 MHz, 800 MHz dan 2.6 GHz,
mencoba untuk menentukan kebutuhan untuk pita lebar, mobilitas dan jangkauan frekuensi
yang dibolehkan. Sebagian besar regulator Eropa, dan juga penyiaran TV, mengikuti contoh
dari Amerika Serikat (FCC menawarkan jangkauan 62 MHz pada 700 MHz untuk LTE
dalam suatu lelang) dan telah dimulai untuk membebaskan spektrum UHF dan memindah TV
analog menjadi TV digital. Jangkauan utama LTE pada Eropa adalah 790-862 MHz yang
disebut sebagai jangkauan digital dividend, namun jangkauan 2.6 GHz juga akan digunakan
(2x70 MHz untuk Frequency Division Duplex-FDD dan 50 MHz Time Division Duplex-
TDD untuk WiMAX). Terdapat juga beberapa ide untuk membebaskan frekuensi GSM 900
MHz dengan mendorong pengguna untuk menggunakan jaringan 3G, maka frekuensi tersebut
dapat juga digunakan untuk LTE (terutama untuk kanal 1.4 MHz) atau menggunakan 1800
MHz. Regulator-regulator di negara-negara Eropa telah mengumumkan lelang (Norwegia dan
Swedia telah meluncurkan ujicoba LTE). Di Asia, mereka mendukung
“daur ulang” jangkauan UMTS [3].
20
LSTI yang dibentuk pada Mei 2007 oleh perusahaan telekomunikasi Alcatel-Lucent,
Ericsson, Nokia, Nokia Siemens Networks, Nortel, Orange, T-Mobile dan Vodafone
bertujuan untuk mengkordinasi hal-hal yang dibutuhkan untuk dapat menerapkan teknologi
LTE menjadi peluncuran komersial atau dapat disebut LSTI melakukan pengujian teknologi
pada implementasi aktual dari standar yang ada. LSTI membandingkan pengukuran dari
perangkat laboratorium dan pengukuran lapangan terhadap kebutuhan dan target rancangan
dari 3GPP dan NGMN (Next Generation Mobile Networks) [8]
Hasil kerja LSTI dibagi menjadi beberapa aspek yaitu Proof of Concept (POC),
Interoperability Testing (IOT) dan Friendly Customer Trials (FPC). POC adalah pengujian
dari rancangan yang yang dibutuhkan NGMN dan 3GPP. Faktor-faktor yang diuji pada POC
adalah [8]:
- Data rate, dengan faktor peak rate, dampak rate untuk pengguna, dampak dari
kondisi frekuensi radio (RF) seperti kualitas sinyal dan kecepatan UE, throughput
sel antar banyak pengguna, dampak protokol pada throughput aplikasi dan data
rate pengguna.
- Latency dengan target C-plane latency, U-plane latency, Air interface latency,
End-to-End U-plane latency.
- Dukungan QoS dan VOIP
- Handover antar sel
IOT memverifikasi bahwa semua memiliki interpretasi yang sama pada standar 3GPP
yang memastikan terminal, BS dan jaringan inti dari seluruh vendor yang berpartisipasi
saling mendukung (interoperable) dan standar yang berkaitan tervalidasi pada prakteknya.
FPC melaporkan proses pengujian lapangan operator, mengindikasi apa yang diharapkan oleh
operator dan pengguna pada performa dan aplikasi [8].
BAB 4
KASUS STUDI: ASPEK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
LTE/SAE DI BOSNIA DAN HERZEGOVINA
Terdapat beberapa hambatan utama pada LTE/SAE sebagai teknologi baru. Pemilihan
vendor untuk produk LTE/SAE adalah penting untuk operator. Operator harus dapat untuk
memilah kinerja produk seperti yang ditawarkan saat proses pemilihan vendor, yang
termasuk seluruh fase pengujian, terutama diharapkan dari vendor untuk memberi tambahan
dari spesifikasi dasar untuk memberi perbedaan solusi mereka pada pasar. Hal ini dapat
membantu operator untuk menghindari sumber daya yang sia-sia dan memastikan bahwa
LTE/SAE dapat diintegrasikan secara sukses kedalam jaringan [3].
Produk dan protokol baru sebagai bagian dari LTE, lebih cenderung rentan terhadap
isu kehandalan, kemampuan dan keamanan daripada teknologi turunan yang telah dibuktikan
dilapangan. Pelanggan sangat cepat frustasi dengan kualitas layanan yang buruk, hingga
pelanggan beralih ke operator lain, kemudian berdampak pada peningkatan biaya pendukung
dan penurunan pendapatan per pengguna. Ketika operator beralih ke layanan mobile
berkecepatan yang lebih tinggi, jaringan LTE harus mendukung pelanggan dengan teknologi
sebelumnya untuk melindungi pendapatan dasar. Pelanggan akan lebih cenderung berpindah
ke operator lain jika layanan yang digunakan saat itu menerima dampak negatif oleh layanan
LTE dan sebaliknya [3].
Teknologi LTE dapat diterapkan di Bosnia dan Herzegovina dengan
mempertimbangkan parameter-parameter yang mempengaruhi operator jaringan untuk
memutuskan untuk mengimplementasikan teknologi LTE. Memperhatikan infrastruktur
jaringan akses 2G/3G dengan 3 operator yang ada dan telah menyebarkan jaringan akses 2G
yang menyediakan persentase tinggi pada cakupan wilayah di Bosnia dan Herzegovina.
Operator mobile saat ini akan mendapatkan keuntungan ketika menerapkan teknologi LTE
dalam cakupan waktu implementasi dan CAPEX [3].
Parameter umum yang mempengaruhi penerapan teknologi LTE/SAE ditentukan
sebagai berikut: perkembangan teknolgi LTE/SAE pada sisi implementasi komersial Rel-8,
21
22
pengembangan lebih lanjut dari teknologi LTE/SAE pada sisi standarisasi Rel-9 dan Rel-10
(LTE Advanced), pengembangan perangkat terminal LTE, pengembangan perangkat eNodeB
dengan Software Defined Radio (SDR) dan teknologi multi-radio, seta isu penggunaan
spektrum. Parameter tertentu yang berhubungan dengan Bosnia dan Herzegovina adalah:
pasar telekomunikasi, tuntutan pelanggan, teknologi pita lebar terkini, dan investasi,
pengembangan teknologi lain pada aspek melepaskan spektrum frekuensi, kompetisi, dan
seterusnya [3].
4.1 Perkembangan teknologi LTE/SAE – Implementasi Komersial Rel-8
Pengujian LTE oleh vendor terdepan pada bidang komunikasi mobile, serta,
komersial pertama telah diumumkan, hingga beberapa operator terdepan memasukkan
teknologi LTE/SAE pada portofolio mereka pada tahun 2009. Namun, sangat mungkin
implementasi komersial pertama harus menunggu beberapa waktu hingga teknologi ini
menjadi “matang”. Dengan memperhatikan pengalaman sebelumnya yang berkaitan pada
waktu untuk implementasi teknologi baru di Bosnia dan Herzegovina, diharapkan teknologi
LTE dapat diimplementasikan sebelum 2012. Terdapat asumsi ketika teknologi yang sudah
matang mulai diimplementasikan di Bosnia dan Herzegovina setelah mengamati dari
pengembangan operator lainnya [3].
4.2 Perkembangan Teknologi LTE Advanced
Teknologi LTE-Advanced akan membawa fungsi-fungsi baru dan kinerja untuk
transmisi data melalui jaringan mobile, seperti LTE MBMS (Multimedia Broadcast Multicast
Service), Self Optimization Networks, peningkatan VoIP pada LTE, penggunaan teknik akses
multi-radio dan multi-band (MRMB) dan seterusnya. Rata-rata akses untuk LTE-Advanced
adalah 1 GB/s untuk pengguna yang stasioner dan 100 Mbps untuk pengguna yang bergerak
pada kecepatan tinggi. LTE-Advanced ini diharapkan mulai diimplementasikan pada tahun
2013. LTE diasumsikan memiliki umur yang pendek untuk sebagai akses teknologi di Bosnia
dan Herzegovina. Sehingga isu implementasi teknologi LTE akan menjadi indikator
teknologi Rel-8 dan Rel-9. Pengembangan kedepan untuk LTE-Advanced akan memberi
dampak pemilihan teknologi yang pantas untuk kebanyakan operator yang tidak memulai
akses teknologi LTE Rel-8 [3].
23
4.3 Pengembangan perangkat eNodeB menggunakan (Software Defined Radio) SDR,
teknik multi-radio dan multi-band
Salah satu faktor yang paling penting untuk implementasi teknologi LTE yang
dinamis adalah pengembangan BS dalam jaringan akses dengan teknik SDR MRMB.
Perusahaan manufaktur teknologi mobile telah mendemonstrasikan dan mengumumkan
pengembangan cepat BS dengan kemampuan untuk definisi perangkat lunak teknologi akses
dalam jangkauan yang berbeda. Hal ini dapat memberi keuntungan tambahan untuk operator
mobile yang belum mengimplementasikan teknologi GSM/WCDMA, memberi operator
tersebut fleksibilitas ketika membangun jaringan nirkabel [3].
Operator-operator akan cenderung mengganti BS yang sudah ada secara bertahap
untuk mendapatkan fleksibilitas tambahan dengan BS SDR dan untuk melakukan
peningkatan regular dan modernisasi jaringan akses yang lama. Operator mobile di Bosnia
dan Herzegovina, saat implementasi teknologi WCDMA/HSPA telah menyediakan BS yang
dapat ditingkatkan untuk teknologi HSPA+ dan LTE [3].
4.4 Pengembangan perangkat terminal LTE.
Pasar pada perangkat pengguna di Bosnia dan Herzegovina cenderung mengikuti
trend dunia yang didukung oleh distributor yang terus memperbarui penawaran perangkat.
Namun masih terdapatnya isu pengguna yang berhutang di Bosnia dan Herzegovina, dapat
mempengaruhi implementasi teknologi LTE [3].
4.5 Pasar Bosnia dan Herzegovina dan tuntutan layanan pita lebar
Selain keuntungan utama teknologi LTE, terdapat kemungkinan layanan baru dan
peningkatan kualitas layanan dari layanan yang ada. Teknologi LTE dapat menghadirkan
layanan video waktu nyata, layanan periklanan, jejaring sosial, termasuk fixed mobile
convergence (FMC). Jumlah pengguna layanan data mobile di Bosnia dan Herzegovina terus
meningkat, namun penetrasinya dibawah 10% dari total pelanggan secara keseluruhan.
Dengan hadirnya teknologi UMTS/HSPA dan layanan baru diharapkan untuk meningkatkan
pertumbuhan pengguna layanan data [3].
24
4.6 Status terkini perkembangan teknologi nirkabel di Bosnia dan Herzegovina.
Era komunikasi 3G di Bosnia dan Herzegovina dimulai sejak operator BH telecom
mengembangkan teknologi UMTS/HSPA pada mei 2009 dan diikuti dua operator lainnya. 3G
License berarti pengembangan jangka panjang teknologi 3G, sehingga tiap operator di Bosnia
dan Herzegovina akan kesulitan untuk menentukan investasi tambahan untuk implementasi
teknologi LTE, hingga teknologi 3G yang ada sudah mencapai tingkat yang memuaskan [3].
4.7 Spektrum frekuensi untuk LTE dan Bosnia dan Herzegovina
Strategi transisi dari analog ke digital terrestrial radio transmission (DTT)
menggunakan jangkauan frekuensi 174-230 MHz dan 470-862 MHz telah resmi
diimplementasikan pada juni 2009 di bosnia dan herzegovina, sehingga memberi dampak
pada jangkauan frekuensi LTE terutama pada 700/800 MHz yang cocok pada aspek
propagasi dan cakupan. Penulis menyarankan untuk mempertimbangkan kembali frekuensi
tersebut karena menjadi frekuensi utama LTE di Eropa (790-862 MHz) [3].
4.8 Kompetisi
Salah satu permasalahan pada implementasi teknologi LTE di Bosnia dan
Herzegovina adalah kompetisi pada bidang telekomunikasi nirkabel. Implementasi LTE oleh
salah satu operator dapat mempengaruhi operator lain untuk turut serta melakukan
implementasi LTE, seperti yang terjadi pada pengembangan teknologi sebelumnya [3].
BAB 5
IMPLEMENTASI LTE DI INDONESIA
5.1 Faktor Perkembangan Teknologi Pita-Lebar di Indonesia
Internet sebagai platform utama untuk teks, musik, video dan konten multimedia
lainnya, menjadi salah satu sebab pertumbuhan teknologi pita lebar. Saat ini, terjadi
peningkatan yang signifikan untuk pengguna internet. Untuk negara Indonesia, menurut data
[9] pertumbuhan pengguna internet dalam satu dekade ini meningkat dari sekitar 2000.000
pengguna pada tahun 2000 menjadi sekitar 30.000.000 pengguna pada tahun 2009. Indonesia
menduduki peringkat 11 (2008) dalam hal jumlah pengguna internet. Dengan host internet
sebanyak 865.309 (2008) [10]. Hal ini didukung dengan akses jaringan melalui jaringan
selular maupun melalui jaringan fixed. Sehingga saat ini, di Indonesia terdapat banyak
pengguna internet dengan berbagai ISP sebagai penyedia layanannya. Namun dibandingkan
dengan total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta penduduk lebih, persentase
terhadap jumlah pengguna internet adalah sekitar 10%. Sedangkan layanan internet pita-lebar
di indonesia masih kurang diminati. Pengguna internet di Indonesia dianggap dibawah
kategori komunikasi pita-lebar. Walaupun banyak ISP menawarkan kecepatan pita lebar.
Pada faktanya, layanan internet berkecepatan tinggi masih bergantung dengan harga
paket berdasarkan kecepatan datanya, dapat dikatakan jaringan pita-lebar namun kecepatan
belum tentu pita-lebar. Hal ini didukung dengan referensi badan survey online [11] dimana
disebutkan, dipenghujung akhir 2009, layanan pita-lebar hanya 18% dari internet subscriber,
dan diperkirakan hanya 1,2 juta pengguna layanan pita-lebar di Indonesia. dari badan survey
tersebut, disebutkan bahwa infrastruktur telekomunikasi dianggap menghambat pertumbuhan
internet, walaupun indonesia dianggap berpotensial sebagai pasar online. Namun selain faktor
infrastruktur telekomunikasi, kurangnya pertumbuhan internet karena pendapatan rata-rata
bangsa Indonesia untuk memiliki fasilitas untuk akses internet sendiri masih kurang, selain
itu layanan pita-lebar masih kurang diminati karena umumnya pengguna lebih memilih akses
internet yang murah untuk jaringan fixed. Sedangkan untuk penggunaan jaringan selular,
perangkat end user seperti handphone sebagian besar belum berbasis pita-lebar (akses 3G).
25
26
Nokia Siemens Networks [5] memprediksikan 5 milyar orang didunia akan menikmati
layanan internet ditahun 2015 dan lalu lintas jaringan meningkat hingga 100 kali. Mobile
pita-lebar akan menjadi layanan yang dapat dinikmati pengguna dimana saja, kapan saja.
Perkembangan pita-lebar ini memberi peluang bisnis yang menjanjikan untuk operator
jaringan, seperti yang terjadi dengan respon peluncuran HSDPA pada tahun 2006 yang
menarik para pengguna bisnis. Pengguna mobile pita-lebar tentu saja mengharapkan layanan,
kecepatan data, VoIP dan kemampuan multimedia yang serupa dengan yang dinikmati
pengguna jaringan fixed saat ini, dengan harga yang terjangkau.
5.2 Operator Telekomunikasi di Indonesia
Perkembangan teknologi LTE tentu saja merambat ke Indonesia. Tiga operator
terkemuka di Indonesia yang sejak awal bersaing dengan kemapanan teknologi tentu saja
akan berlomba-lomba untuk memperoleh teknologi yang unggul baik untuk pengguna
maupun sebagai profit operator.
Telkomsel sebagai salah satu operator telekomunikasi selular di Indonesia mulai
mengemban teknologi LTE. Penggunaan teknologi LTE dikatakan untuk mengakomodasi
perkembangan kebutuhan kapasitas dan kualitas layanan mobile pita-lebar yang handal. Saat
ini Telkomsel telah memasuki tahap finalisasi kesiapan infrastruktur teknologi yang akan
diujicoba, seperti e-Node B, Mobility Management Entity (MME), System Architecture
Evolution Gateway (SAE-GW), IP Multimedia Subsystem (IMS), dan lain-lain.
Pengembangan komunikasi pita-lebar oleh Telkomsel diawali dengan layanan 3G pertama
kali di Indonesia secara komersial pada 14 November 2006. Selanjutnya, Telkomsel
meluncurkan layanan mobile pita-lebar Telkomsel Flash berbasis teknologi HSDPA (High
Speed Downlink Packet Access) pada 6 April 2007 serta proyek Telkomsel Next Generation
Flash dengan mengimplementasikan teknologi HSPA+ (High Speed Packet Access Plus) di
24 broadband city di Indonesia mulai 4 November 2009. [12].
Operator selular lainnya, PT XL Axiata Tbk (XL) juga akan melakukan pengkajian
ujicoba teknologi LTE untuk mengetahui kemungkinan penerapan teknologi telekomunikasi
terbaru dan tercanggih itu di Indonesia. Untuk melakukan uji coba LTE ini kerjasama
Ericsson dengan XL yang menunggu proses perijinan dari pemerintah. Uji coba ini
rencananya akan diadakan pada semester kedua tahun ini. Dalam ujicoba ini Ericsson akan
27
menyediakan perangkat dan tenaga ahlinya. Selain itu, ujicoba LTE ini nantinya juga
melibatkan pemerintah dan dunia pendidikan (dengan menggandeng akademisi dan
universitas)[13].
Sedangkan pihak operator selular Indosat baru-baru ini meluncurkan teknologi Dual
Carrier HSPA+ yang dapat mencapai kecepatan hingga 42 Mbps. Sebagai peningkatan
kecepatan untuk konsumen, 3 tahun kesepakatan untuk modernisasi jaringan mobile dan
persiapan untuk 4G, dan jaringan ramah lingkungan dengan sumber daya alternatif yang
memberi pengurangan konsumsi energi hingga 50%. Indosat berkerja sama dengan Ericsson
untuk meluncurkan jaringan mobile tercepat se-Asia dan kedua di dunia setelah Australia,
yang berdasarkan teknologi HSPA Evolution Ericsson yang mampu mencapai 42 Mbps.
Indosat hingga kini melayani 39.1 juta pelanggan di Indonesia. sebagai bagian dari
kerjasamanya, Ericsson menyediakan teknologi terkini yang ada: Radio Base Station (RBS)
6000, MSS Blade Cluster, dan MINI-LINK TN. Rancangan jaringan, penempatan, pelatihan
dan layanan pendukung juga bagian dari kesepakatan. Modernisasi ini akan menyediakan
Indosat sebagai operator dengan fleksibilitas untuk berevolusi ke teknologi generasi berikut
seperti LTE [14].
5.3 Kendala dan Faktor Penunjang Implementasi LTE di Indonesia
Hingga saat ini, pemerintah menyatakan bahwa indonesia belum terburu-buru untuk
menerapkan LTE [15]. Beberapa pertimbangan untuk menerapkan LTE adalah memerlukan
sejumlah prosedur terlebih dulu, termasuk merancang regulasinya, aturan konten lokal,
kompetisi tarif yang akan berlaku. Beberapa aspek yang mendukung implementasi LTE di
Indonesia serta kendalanya menjadi isu utama kapan teknologi LTE dapat di implementasi di
Indonesia.
5.3.1 Alokasi Spektrum
Masalah spektrum menjadi penghambat implementasi LTE di Indonesia, disebutkan
teknologi pita-lebar global umumnya menggunakan spektrum 2.5 GHz, 2.3 GHz dan di 700
MHz dan 900 GHz, namun spektrum 2.5 GHz di Indonesia saat ini digunakan untuk satelit
milik PT.Indovision dan spektrum 2,3 GHz digunakan untuk WiMax. Spektrum 700 MHz
28
dialokasikan untuk transisi penyiaran televisi dari analog ke siaran digital, sedangkan 900
MHz dimanfaatkan untuk layanan suara. Apabila digunakan selain spektrum tersebut,
implementasinya akan membutuhkan perangkat khusus. Sementara itu, membuat perangkat
dengan banyak frekuensi pun juga mahal [16].
Pemilihan spektrum untuk implementasi juga harus dipertimbangkan. Spektrum 2.5
GHz sebaiknya dialokasikan pada implementasi LTE karena secara global digunakan.
Banyak operator dan industri telekomunikasi di dunia mendukung spektrum ini. Sehingga
ketersediaan perangkat menjadi lebih mudah didapatkan di pasaran baik perangkat
infrastruktur maupun terminal, harga lebih murah dan isu interoperability lebih minim.
Apabila tidak menggunakan spektrum tersebut, maka operator harus membutuhkan perangkat
khusus yang susah didapat dipasaran. Dan dampaknya juga pada pelanggan yang harus
menggunakan perangkat yang tidak global yang dapat menyebabkan mahalnya perangkat
tersebut.
5.3.2 Kompetisi Operator di Indonesia
Disisi operator, implementasi LTE diharapkan dapat memberi keuntungan dari segi
pengguna maupun operator. Sehingga wajar operator di Indonesia ingin segera melakukan
uji-coba implementasi LTE atau bahkan implementasi langsung LTE. Selain bermanfaat
sebagai pencitraan, dimana operator yang mengemban teknologi terbaik selalu dicari,
implementasi LTE ini juga dapat meningkatkan pendapatan operator. Beberapa pertimbangan
tersebut membuat LTE efektif pada sisi operator.
5.3.3 Pangsa Pasar dan Tuntutan Layanan Akses Pita Lebar
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam implementasi LTE di Indonesia.
sepertinya tujuan untuk akses data yang cepat yang harus dipertimbangkan dengan
banyaknya pelanggan yang dapat atau akan pindah ke jaringan LTE. Seperti yang telah
disinggung diatas beberapa faktor dari Nokia Siemens Networks akan prediksi tren
komunikasi mobile. Namun tren-tren tersebut masih terbatas dengan perangkat pengguna dan
kemampuan untuk memperolehnya. Sedangkan layanan konten yang sedang popular di
Indonesia adalah layanan internet dengan konten jejaring sosial seperti facebook dan twitter.
29
Berdasarkan statistik [17], Indonesia merupakan negara pengguna facebook keempat
terbanyak setelah Amerika, Inggris dan Turki. Total pengguna pada bulan maret 2010 adalah
18.9 juta pengguna, dengan persentase terhadap total penduduk indonesia adalah 7.88% dan
dapat dikatakan lebih dari 50% dari total pengguna internet di Indonesia saat ini. Akses pada
jejaring sosial hingga kini masih dapat diakses tanpa membutuhkan koneksi pita-lebar seperti
2G/EDGE, dimana pada perangkat mobile hanya membutuhkan transfer data yang sedikit dan
internet mobile yang memberi akses halaman khusus untuk mobile hingga tidak
membutuhkan transfer data yang besar. Kecenderungan pengguna memilih akses murah patut
dipertimbangkan dalam biaya akses LTE.
5.3.4 Regulasi di Indonesia
Pemerintah harus dapat menaungi dua teknologi pita-lebar terkini yang adalah WiMax
dan LTE agar Indonesia tidak hanya semata-mata menjadi pengguna produk asing saja.
Perkembangan teknologi selular saat ini di Indonesia seperti menganut pada 3GPP. Mulai
dari LTE, HSPA+, HSUPA dan seterusnya sehingga berkesan mengikuti produk asing.
Lemahnya regulasi di Indonesia menyebabkan banyaknya operator-operator di
Indonesia baik teknologi CDMA maupun teknologi 3GPP. Persaingan antar operator dalam
memperoleh pelanggan menyebabkan para operator mencari cara untuk meningkatkan
pelanggan tanpa kehilangan profit. Seperti kompetisi harga layanan yang ditawarkan
semurah-murahnya oleh satu operator memaksa operator lainnya terpaksa ikut menurunkan
harga agar pelanggannya tidak pindah ke operator lain. Namun penurunan harga
menyebabkan profit menipis karena biaya operasional. Adalah wajar untuk operator ingin
melakukan implementasi LTE pada sistemnya guna memperoleh sistem yang biaya
operasionalnya lebih murah dan memberi akses yang lebih cepat. Sehingga pelanggan akan
memilih operator yang memberi layanan lebih baik dengan harga yang murah.
Adapun faktor yang dapat menyebabkan layanan dengan harga murah karena
Indonesia memiliki lebih dari 10 operator. Menipisnya profit juga dapat disebabkan oleh
cepatnya pertumbuhan teknologi saat ini. Untuk mendapatkan pelanggan, operator harus
mengikuti teknologi yang membuat pelanggan tetap pada satu operator, seperti layanan akses
data yang cepat dan dapat diandalkan. Sedangkan aset perangkat teknologi sebelumnya akan
tergantikan karena alasan kemampuan, kapasitas ataupun alasan lain. Padahal perangkat
30
teknologi tersebut merupakan aset yang masih bernilai mahal yang mungkin dapat digunakan
hingga 5 sampai 10 tahun mendatang secara finansial. Biaya mengantar layanan kini semakin
tinggi sedangkan tarif yang dikenakan pada pelanggan semakin murah. Banyaknya akses data
layanan konten membuat peningkatan penggunaan bandwidth pada jaringan. Untuk
menyeimbangi akses data dan bandwidth, operator harus meningkatkan bandwidth agar
pelanggan tidak dikecewakan dengan layanan yang buruk. Sedangkan peningkatan bandwidth
menyebabkan peningkatan biaya bagi operator yang menjadi sebab menurunnya profit.
5.4 Solusi Implementasi LTE di Indonesia
Beberapa kendala dan pertimbangan yang telah dibahas pada sub-bab sebelumnya
dapat memberi beberapa kesimpulan dan solusi untuk peluang LTE dapat dikembangkan di
Indonesia. Berikut ini adalah beberapa opsi yang ditawarkan untuk implementasi LTE
sebagai solusi dari kendala implementasi LTE di Indonesia.
5.4.1 Solusi Alokasi Spektrum
Permasalahan spektrum yang direkomendasikan untuk negara Indonesia salah satunya
adalah pada spektrum 2.6 GHz dimana saat ini masih digunakan oleh penyedia layanan TV
satelit. Opsi yang ditawarkan adalah dengan melakukan negosiasi alokasi spektrum tersebut
dengan pihak regulator dan pihak penyedia layanan TV satelit tersebut, dengan hasil
Indonesia dapat mengimplementasikan teknologi LTE dengan konfigurasi FDD (Frequency
Division Duplex) dengan menggunakan jangkauan spektrum antara 2500-2570 MHz untuk
uplink dan 2620-2690 MHz untuk downlink.
Opsi kedua adalah menerapkan LTE TDD (Time Division Duplex) dengan
menggunakan jangkauan spektrum pada 2.3 GHz, walaupun terdapat spektrum yang
dialokasikan pada teknologi Wimax pada spektrum 2.3 GHz. Namun eksistensi teknologi
Wimax hingga beberapa tahun kedepan dapat menjadi unsur pertimbangan badan regulasi
indonesia untuk mengalokasikan spektrum tersebut untuk LTE TDD, dengan catatan
teknologi Wimax benar-benar disepakati oleh para pemenang tender lisensi Wimax untuk
tidak dilanjutkan implementasinya.
31
5.4.2 Solusi Waktu Implementasi LTE
Beberapa pertimbangan utama untuk operator adalah meningkatkan kapasitas dengan
implementasi LTE dengan mengorbankan investasi teknologi HSPA atau teknologi 3G
lainnya yang sedang diimplementasikan di Indonesia. Solusi yang ditawarkan untuk operator
adalah mempersiapkan dengan matang dengan melakukan studi terhadap negara yang telah
mengimplementasikan LTE, terutama dengan negara yang memiliki kondisi serupa seperti
Indonesia. Parameter studi dapat meninjau pada segi dampak operator yang
mengimplementasikan LTE dengan teknologi sebelumnya yang belum mencapai waktu pakai
sesuai dengan investasinya digantikan oleh LTE. Selain melakukan studi implementasi,
operator dapat melakukan investigasi untuk solusi implementasi LTE yang tepat dari segi
vendor infrastruktur, alokasi teknologi sebelumnya, tahapan implementasi LTE, dan area
yang akan diimplementasikan LTE.
Untuk mencapai nilai investasi yang cukup untuk teknologi sebelumnya dan
mengimplementasi LTE yang “matang”, waktu implementasi LTE yang terbaik adalah 2-3
tahun lagi dengan mempertimbangkan nilai investasi yang cukup untuk teknologi sebelumnya
dan prediksi meningkatnya pengguna akses data. Dengan melakukan optimisasi teknologi 3G
yang saat ini diimplementasikan untuk memenuhi kebutuhan data pengguna diharapkan dapat
meningkatkan tingkatan kebutuhan data pengguna hingga mencapai tingkatan yang sesuai
dengan kebutuhan teknologi LTE.
Implementasi LTE untuk Indonesia pada 2-3 tahun lagi dapat dilakukan secara
bertahap untuk kota-kota besar yang paling membutuhkan kapasitas lebih untuk akses data,
sehingga operator masih memiliki waktu untuk melakukan optimasi pada teknologi 3G
sebelumnya pada kota-kota yang baru diimplementasikan teknologi 3G seperti HSPA hingga
pada saatnya harus mengimplementasikan teknologi LTE.
BAB 6
PENUTUP
Disisi Pemerintah, dalam pengaturan spektrum masih terdapat kendala untuk
implementasi LTE. Dan pemantapan regulasi dan konten lokal yang harus dikaji membuat
pemerintah masih mempertimbangkan implementasi LTE. Tingkat kebutuhan LTE masih
belum layak menjadi prioritas utama dari Pemerintah. Pemerintah harus dengan bijak
memberi prioritas telekomunikasi untuk perkembangan Indonesia dalam segi telekomunikasi,
yaitu mencakup seluruh kawasan nusantara. Sementara saat ini hanya kota-kota besar yang
baru menikmati teknologi pita-lebar, sedangkan daerah-daerah terpencil masih terbatas untuk
jaringan informasi. Beberapa pertimbangan tersebut membuat implementasi LTE saat ini
masih terburu-buru.
Optimalisasi teknologi sebelumnya seharusnya dilakukan oleh para operator di
Indonesia dengan merambah ke daerah yang cukup potensial untuk pasar 3G. Optimalisasi
teknologi sebelumnya juga termasuk memanfaatkan hingga usia pakai berakhir. Peningkatan
kualitas juga patut dilakukan karena kecepatan pita-lebar hanya dapat dirasakan pada tingkat
biaya tertentu, sedangkan pasar terbesar untuk pengguna akses pita-lebar adalah pengguna
yang menggunakan paket layanan (seperti internet) dengan biaya rendah. Sehingga dengan
kondisi ini, pengguna cepat beralih ke kualitas yang lebih baik dengan harga yang terjangkau.
Implementasi LTE saat ini hanya merupakan pangsa pasar para pengguna akses
internet pita-lebar dan corporat. Kemungkinan LTE hanya diimplementasikan hanya untuk
kota-kota yang telah diimplementasikan teknologi 3G adalah sangat besar. Untuk
perkembangan telekomunikasi yang vital masih belum menjadi prioritas di Indonesia karena
dapat digunakan alternatif lain selain LTE. Teknologi LTE dapat diimplementasikan dengan
opsi menggunakan spektrum 2.6 GHz untuk LTE FDD atau spektrum 2.3 GHz untuk LTE
TDD. Implementasi LTE dilakukan dengan mempertimbangkan optimasi teknologi 3G
sebelumnya hingga mencapai nilai investasi yang cukup untuk implementasi teknologi 3G
tersebut.
32
33
REFERENSI
[1] Mcqueen, D., “The momentum behind LTE adoption”, Communications Magazine, IEEE
Vol.47 pp.44-45, IEEE Journals, 2009
[2] Holma, Harri., Toskala, Antti. “LTE for UMTS OFDMA and SC-FDMA Based Radio
Access”. John Wiley & Sons. UK . 2009
[3] Skopljak-Ramovic, A.; Pivac, S., “The challenge of implementation of long term
evolution / system architecture evolution (LTE/SAE)”, MELECON 2010 - 2010
15th IEEE Mediterranean Electrotechnical Conference pp. 1241 – 1246, 2010
[4] Astely. D,, Dahlman, E., Furuskar, A., Jading, Y., Lindstrom, M., Parkvall, S, “LTE: The
Evolution of Mobile Broadband”. Communication Magazine, IEEE. Vol 47 , Issue 4,
Pp.44-51, 2009
[5] http://www.nokiasiemensnetworks.com/
[6] http://www.lstiforum.org
[7] http://www.3gpp.org
[8] Robson, J., “The LTE/SAE trial initiative: Taking LTE-SAE from specification to rollout”,
Communications Magazine, IEEE Vol.47 pp.82 - 88 , 2009
[9] http://www.internetworldstats.com/
[10] https://www.cia.gov
[11] http://www.budde.com.au/Research/Indonesia-Internet-and-Broadband-Services.html
[12] http://www.telkomsel.com/web/corporate_news?cnid=NjA0
[13] http://www.ericsson.com/id/ericsson/press/2010/26042010.shtml
[14] http://www.ericsson.com/thecompany/press/releases/2010/05/1412992
[15] http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/indonesia-tak-buru-buru-terapkan-lte/
[16] http://bataviase.co.id/node/175317
34
[17] http://www.greyreview.com/2010/03/02/facebook-in-asia-total-users-and-age-groups-
latest-stats/
[18] http://www.nokiasiemensnetworks.com/news-events/press-room/press-releases/nokia-
siemens-networks-to-demonstrate-112-mbps-hspa-data-call-