Post on 04-Mar-2020
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Impor
2.1.1 Definisi Impor
Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean (UURI
No.17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas UU No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan Pasal 1). Yang dimaksud dengan daerah pabean adalah wilayah
Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di
atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang ini.
Menurut Susilo (2008:101) impor bisa diartikan sebagai kegiatan
memasukkan barang dari suatu negara (luar negeri) ke dalam wilayah pabean
negara lain (dalam negeri). Pengertian ini memiliki arti bahwa kegiatan impor
berarti melibatkan dua negara. Dalam hal ini bisa diwakili oleh kepentingan dua
perusahaaan antar dua negara tersebut, di mana satu pihak bertindak sebagai penjual
(eksportir) dan satunya sebagai pembeli (importir).
Sedangkan menurut Tanjung (2011: 379) transaksi impor adalah
perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam daerah
pabean Indonesia dengan mematuhi ketentuan peraturan perudang-undangan
yang berlaku.
Jadi dapat dikatakan bahwa sederhananya Impor merupakan kegiatan
pembelian produk dari penjual yang berada di luar negeri, yang dikarenakan adanya
13
perbedaan mata uang dan peraturan perdagangan, serta risiko bisnis yang lebih
besar maka diatur khusus ketentuan tata laksananya dalam Keputusan Direktur
Jendral Bea dan Cukai Nomor KEP-07/BC/2003 dan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 453/KMK.04/2002.
2.1.2 Importir
Dalam pasal 1 Peraturan Menteri Perdagangan No. 48 tahun 2015, yang
dimaksud importir adalah orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum, yang melakukan impor.
Pihak-pihak tersebut terlebih dahulu harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Memiliki perusahaan berbadan hukum yang mempunyai akte pendirian
perusahaan, NPWP, SIUP, tanda daftar perusahaan, surat keterangan domisili
perusahaan dan dokumen dasar lainnya sebagai perusahaan.
2) Memiliki dokumen Angka Pengenal Impor (API), nomor registrasi importir
dari Departemen Perdagangan/Kementrian Perdagangan. API dibagi menjadi
dua jenis:
a. dokumen API untuk importir produsen (memiliki pabrik)
b. dokumen API-U untuk importir umum yang biasanya hanya perusahaan
dagang yang mengimpor barang dan selanjutnya untuk dijual lagi ke
pasar, tidak punya pabrik dan bisnis pengolahan tertentu.
3) Memiliki Nomor Induk Kepabeanan (NIK) dan nomor surat registrasi yang
didapat setelah registrasi ke Bea Cukai. Proses registrasi tersebut meliputi
pemeriksaan pembukuan perusahaan, eksistensi dan auditability-nya.
14
Dan mengetahui ketentuan-ketentuan lainnya mengenai tata laksana impor di
Indonesia yang dapat diakses melalui portal http://inatrade.kemendag.go.id/
2.1.3 Barang Impor
Permendag No. 48/M-DAG/PER/7/2015 pasal 4 mengelompokkan barang
impor menjadi tiga golongan, yaitu :
A. Barang bebas Impor
Semua barang dapat diimpor, kecuali barang dibatasi Impor, barang dilarang
Impor, atau ditentukan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.
B. Barang dibatasi Impor
Diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
1814/KM.4/2016 tentang Daftar Barang Yang Dibatasi Untuk Diimpor atau
Diekspor.
Pengaturan atas barang dibatasi Impor dilakukan melalui mekanisme
perizinan impor:
1. Pengakuan sebagai Importir produsen;
2. Penetapan sebagai Importir terdaftar;
3. Persetujuan Impor;
4. Laporan surveyor; dan/atau
5. Mekanisme perizinan Impor lain.
C. Barang dilarang Impor
Diatur oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
(www.kemendag.go.id), di antaranya:
15
Peraturan Bersama Menteri Perdagangan dan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 52/M-DAG/PER/12/2010 dan No. PB.02/MEN/2010
Tahun 2010 tentang Larangan Impor Udang Spesies Tertentu ke
Wilayah Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-Dag/Per/7/2015 Tahun
2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas.
Larangan impor untuk Jenis Bahan Perusak Lapisan Ozon yang
disebutkan di dalam Lampiran II Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 83/M-DAG/PER/10/2015 Tahun 2015 tentang Ketentuan Impor
Bahan Perusak Lapisan Ozon.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
520/MPP/KEP/8/2003 Tahun 2003 tentang Larangan Impor Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 2 Tahun 2017
tentang Larangan dan Pembatasan Impor dan Ekspor Barang
Konsumen, Sumber Radiasi Pengion, dan Bahan Nuklir.
2.1.4 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Transaksi Impor
Berikut para pihak yang terkait dalam transaksi ekspor impor dengan fungsi
masing masing menurut Sutedi (2014:16), yaitu :
A. Kelompok Indentor
Pihak yang memiliki kebutuhan dan menginginkan produk dari luar negeri
(impor) antara lain pedagang, pengusaha perkebunan, industriawan, dan instansi
pemerintah.
16
B. Kelompok Importir
Pihak yang melaksanakan pemesanan produk dan melakukan kegiatan
importasi. Kelompok ini umumnya terdiri dari:
Pengusaha Impor
Disebut juga Import Merchant, diberi izin oleh pemerintah dalam
bentuk TAPPI (Tanda Pengenal Pengakuan Importir) untuk mengimpor
jenis barang yang hanya disebutkan dalam TAPPI tersebut.
Approved Importer (Approved Traders)
Pengusaha impor biasa yang secara khusus diistimewakan oleh
pemerintah dan Departemen Perdagangan untuk mengimpor komoditi
tertentu untuk tujuan tertentu pula yang dipandang perlu oleh
pemrintah. Misalnya importir cengkeh, importir bahan baku plastik,
dan importir gandum.
Importir Terbatas
Pemberian izin dalam bentuk Angka Pengenal Importir Terbatas
(APIT) dari pemerintah kepada perusahaan Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang digunakan
untuk mengimpor mesin-mesin dan bahan baku yang diperlukannya
sendiri (bukan untuk diperdagangkan). Izin ini dikeluarkan oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPN) atas nama Menteri
Perdagangan.
17
Importir Umum
Umumnya diperolehkan untuk persero niaga atau perusahaan dagang
negara yang lazim disebut Trading House atau Wisma Dagang. Trading
House adalah badan usaha yang mengumpulkan barang-barang
keperluan untuk diekspor dan diimpor.
Agent Importers
Kantor perwakilan atau Agen Tunggal yang ditunjuk perusahaan asing
untuk memasarkan produknya di Indonesia. Alat-alat besar, kendaraan
bermotor, dan barang elektroik umumnya mempunyai Sole Agent
Importers yang bertugas mengimpor mesin dan suku cadangnya dari
negara asalnya.
Buying Agent
Pihak ini bertindak sebagai agen untuk satu atau lebih pembeli tertentu
di luar negeri.
C. Kelompok Pendukung
Badan Usaha Transportasi
Dengan berkembangnya ekspor-impor dan juga dengan adanya
perombakan dalam bidang angkutan baik darat, laut maupun udara,
muncul jasa pengangkutan yang dikenal dengan istilah Freight
Forwarder. Tugas dari badan ini adalah pengumpulan muatan,
penyelenggaraan pengepakan sampai membukukan muatan yang
diperdagangkan.
18
Bank Devisa
Pihak yang memberikan jasa perkreditan dan pembiayaan, baik dalam
bentuk kredit ekspor maupun sebagai uang muka jaminan L/C impor.
Bank devisa juga diperlukan pada pembukan L/C impor, penerimaan
L/C ekspor, penyampaian dokumen-dokumen maupun pada saat
menegosiasi dokumen dokumen tersebut, serta sebagai peneliti
keaslian dokumen pengapalan serta verifikasi jenis dan isi masing-
masing dokumen pengapalan.
Maskapai Pelayaran
Selain bertugas untuk mengantarkan barang melalui laut, juga
menerima barang dari Shipper/eksportir/Freight Forwarder, mengatur
pengangkutan barang, dan menerbitkan Bill of Lading (B/L).
Maskapai Asuransi
Bertugas mengasuransikan barang yang dikapalkan sesuai nilai yang
disyaratkan dan mengeluarkan sertifikat/polis asuransi untuk menutupi
risiko yang dikehendaki, dan menyelesaikan tagihan/tuntutan kerugian
bila ada.
Kantor Perwakilan atau Kedutaan
Dapat mengeluarkan dokumen legalitas seperti Consuler Invoice yang
berfungsi mengecek dan mengesahkan pengapalan suatu barang dari
negara tertentu.
19
Surveyor
Badan ini bertugas sebagai juru periksa terhadap kualitas, cara
pengepakan, keabsahan dokumen bagi barang yang akan diekspor atau
diimpor. Di Indonesia perusahaan yang ditunjuk sebagai juru periksa
adalah PT.Sucofindo.
Bea Cukai
Bea Cukai sebagai alat pemerintah bertindak sebagai pengaman
lalulintas barang serta dokumen yang masuk ke wilayah pabean. Bagi
importir, bea cukai bertindak sebagai agen dan akan memberikan izin
pelepasan barang bila telah dilakukan pembayaran, dengan
menunjukkan dokumen B/L atau Pemberitahuan Pemasukkan Barang
Untuk Dipakai (PPUD).
2.1.5 Prosedur Impor
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 548/KMK.04/2002,
berikut merupakan prosedur umum impor barang ke Indonesia:
20
Gambar 2.1 Prosedur Impor di Indonesia
Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2002
1. Importir dalam negeri dan supplier dari luar negeri mengadakan
korespondensi dan tawar-menawar harga yang akan diimpor.
2. Jika sudah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, maka dibuat
perjanjian jual-beli (sales contract).
3. Importir membuka L/C ke Bank Devisa dalam negeri.
4. Bank Devisa dalam Negeri memberitahukan kepada Bank
Korespondensi Luar Negeri tentang pembukaan L/C nya.
5. Bank Koresponden Luar Negeri menghubungi Eksportir Luar Negeri.
6. Eksportir Luar Negeri pesan tempat (ruangan) ke agen-agen pelayaran,
dengan maksud agar dapat dimuat-dikirim.
21
7. Eksportir menyerahkan Invoice, Packing List lembar asli kepada Bank
Luar Negeri dan menarik weselnya sedangkan duplikat dokumen-
dokumen di atas dikirim langsung kepada importir.
8. Bank Luar Negeri mengirim dokumen kepada Bank Devisa dalam
Negeri.
9. Bank Devisa dalam negeri menyerahkan dokumen-dokumen asli
kepada importir.
10. Importir menyerahkan dokumen-dokumen surat kuasa ke EMKL
11. EMKL menukar konosemen asli dengan D.O. kepada agen perkapalan
dan membuat PPUD berdasarkan dokumen, serta membayar bea masuk
PPN importir dll.
12. Barang keluar ke peredaran bebas/diserahkan kepada importir.
2.1.6 Dokumen yang Diperlukan dalam Melakukan Impor
Dokumen adalah suatu formulir yang dicetak atau ditulis yang digunakan
untuk mencatat atau membuktikan sesuatu. Sarpini (2007:26) menyebutkan
dokumen yang biasa dipergunakan untuk transaksi kredit dokumenter antara lain
sebagai berikut:
A. Dokumen Finansial
1. Draft / Bill of Exchange / Wesel
Surat berharga yang berisi perintah tak bersyarat dari penerbit wesel
tersebut (penarik) kepada pihak lainnya (tertarik) untuk membayar
sejumlah uang kepada seseorang tertentu atau orang yang ditunjuknya
pada waktu yang ditentukan.
22
2. Surat Aksep (Promisory Notes)
Surat berharga yang mengandung pernyataan kesanggupan tanpa syarat
untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak yang
ditunjuknya pada suatu tanggal tertentu.
B. Dokumen Komersial
1. Dokumen-dokumen pengangkutan
a. Bill of Lading (B/L)
Dokumen bertanggal yang dikeluarkan oleh maskapai
pengangkutan (pihak pengangkut/pelayaran) yang menerangkan
telah menerima barang tertentu untuk diangkut dan diserahkan
kepada pihak terntentu berdasarkan syarat-syarat penyerahan
yang disepakati.
b. Air Way Bill
B/L jika diangkut dengan pesawat terbang.
c. Railway Consignment Note
B/L jika diangkut dengan kereta api.
2. Invoice (Faktur)
Dokumen perdagangan yang menginformasikan jumlah wesel yang
akan ditarik, jumlah penutupan asuransi, dan penyelesaian bea masuk.
a. Proforma Invoice
Faktur penawaran barang dari penjual ke pembeli, seringkali
disertakan permintaan izin impor atau izin devisa kepada instansi
berwenang di negara importir.
23
b. Commercial Invoice
Sering disebut Invoice, merupakan nota perincian keterangan dan
harga barang yang dijual.
c. Consular Invoice
Invoice yang dikeluarkan oleh instansi resmi yakni kedutaan-
kedutaan (konsulat).
3. Dokumen Asuransi
a. Insurance Policy
Menyatakan bukti kontrak asuransi barang yang akan diangkut
dengan kapal atas nama si tertanggung membayar premi.
b. Insurance Certificate
Surat keterangan yang menyatakan telah dilakukan penutupan
open policy
c. Cover Note
Pemeritahuan dari perusahaan asuransi menyatakan bahwa
sebuah asuransi telah ditutup sementara menunggu polis atau
sertifikat asuransi dikeluarkan.
4. Dokumen Pendukung
a. Packing List
Dokumen yang dibuat oleh eksportir yang menerangkan uraian
barang yang dikemas dalam peti dan biasanya diperiksa oleh
pejabat bea cukai untuk memudhkan pemeriksaan seketika dan
pemeriksaan yang mendalam atas isi dari suatu pengapalan.
24
b. Certificate of Origin
Pernyataan keterangan bukti asal-usul barang yang diekspor dan
umumnya dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan, Kamar
Dagang, Jawatan Kehutanan, Bea Cukai, dsb.
c. Certificate of Quality
Umumnya dibuat oleh Badan penelitian dan Pengembangan
Industri suatu negara yang disahkan oleh pemerintahnya untuk
memeriksa mutu barang ekspor.
d.
Surat pernyataan yang dibuat oleh produsen dan menyatakan
barang-barang tersebut adalah hasil produksinya dan membawa
merek dagangannya (Trade Mark).
e. Certificate of Analysis
Dokumen sertifikat yang menerangkan bahan-bahan serta
proporsinya yang ada dalam suatu barang, penelitiannya
dilakukan oleh badan analis bahan-bahan kimia atau obat-obatan
yang berdiri sendiri.
f. Weight Certificate (Weight Note/List)
Surat pernyataan rincian lengkap jenis, jumlah satuan, berat kotor
dan berat bersih tiap kemasan. Dikeluarkan oleh adang yang
disahkan pemerintah atau oleh eksportir sendiri kecuali syarat
L/C melarang.
25
g. Measurement List (Daftar Ukuran)
Dokumen yang dibuat oleh eksportir menerangkan ukuran
panjang, tebal, garis tengah, dan isi barang yang bersangkutan.
Ukuran-ukurannya harus sama dengan syarat-syarat yang
dicantumkan di L/C. Volume pengepakan barang digunakan
antara lain untuk menghitung ongkos angkut.
h. Sanitary, Health, and Veterinary Certificate
Sanitary Certificate diperlukan untuk menyatakan bahwa bahan
baku ekspor, tanaman-tanaman atau bagian-bagian dari hasil-
hasil tanaman telah diperiksa dan bebas dari hama-hama
penyakit. Veterinary certificate dan atau Health Certificate
diperuntukkan bagi produksi-produksi laut serta tulang hewan
dan ternak.
5. Dokumen Lain-lain
a.
Perusahaan Freight Forwarder memberikan tanda penerimaan
(resi) barang kepada eksportir dan importir yang menggunakan
jasanya, umumnya receipt House B/L
b. Delivery Order (D.O.)
Umumnya dikeluarkan oleh bank, fungsinya sebagai surat
perintah kepada gudang tempat menyimpan barang untuk
menyerahkan kepada pihak yang berwenang (pemilik/pihak yang
disebutkan dalam D.O.). Atau sebagai surat jalan yang
26
dikeluarkan oleh Bea Cukai untuk mengeluarkan barang dari
pelabuhan.
c. Warehouse Receipt
Tanda terima yang dikeluarkan oleh sebuah gudang atas
penerimaan barang.
d. Trust Receipt
Dokumen atau instrumen yang digunakan oleh seorang importir
untuk mendapatkan atau memiliki dokumen-dokumen
pengapalan sebuah L/C agar importir tersebut dapat menjual
barang-barang yang bersangkutan sebelum membayar/menebus
dokumen-dokumen pengapalan tersebut kepada bank.
2.1.7 Cara Pembayaran Impor
Sarpini (2011:3) menyebutkan 5 metode pembayaran dalam perdagangan
internasional, dalam hal ini impor, yaitu:
1. Pembayaran di Muka (Cash in Advance / Advance Payment)
Importir (pembeli) melakukan pembayaran, umumnya melalui
Telegraphic Transfer (TT) melalui bank, sebelum barang diterima.
Importir tidak memiliki perlindungan bila terjadi wanprestasi dari
eksportir dalam metode ini.
2. Pembayaran Kemudian (Open Account)
Importir melakukan pembayaran (TT) setelah menerima barang. Tidak
ada perlindungan bagi eksportir bila importir nantinya tidak melakukan
pembayaran setelah barang dikirim dan diterima.
27
3. Konsinyasi
Eksportir mengapalkan barang sebelum pembayaran diterima. Mirip
dengan Open Account tetapi terdapat agen penengah atau makelar yang
nantinya menerima barang dan dokumen dari eksportir kemudian
meneruskan kepada importir setelah ada pembayaran darri importir.
Tidak ada perlindungan bagi eksportir.
4. Inkaso (Collection Basis)
Dilaksanakan oleh bank untuk melindungi pemilik dokumen (eksportir)
atas barang miliknya (title documents) dan menghindarkan importir
mendapatkan barang tanpa melakukan pembayaran/akseptasi dan
semacamnya.
5. Letter of Credit
Mirip dengan Inkaso, tetapi dalam kontrak dagangnya melibatkan bank
sebagai pengatur lalu lintas barang, dokumen, dan pembayaran. Bank
bertanggung jawab atas prestasi (terselesaikannya kewajiban importir
dan eksportir).
2.1.8 Pungutan-Pungutan Impor
1. Bank Charges
Jenis biaya-biaya transaksi impor di Bank adalah sebagai berikut :
a. Komisi/Provisi Penerbitan/Amendment L/C
Dibebankan kepada nasabah pada saat dilaksanakan
pembukaan / perubahan L/C.
28
b. Komisi Akseptasi / Deffered Payment
Dibebankan kepada nasabah pada saat akseptasi atau pada
saat dokumen disetujui.
c. Reimbursing Fee / Pembayaran Wesel
Dibebankan kepada Negotiating Bank pada saat pelaksanaan
pembayaran impor atau sesuai syarat L/C.
d. Discrepancy Charges
Dibebankan kepada Negotiating Bank atau sesuai syarat L/C
jika terjadi penyimpangan (discrepancy) dokumen.
Dibebankan pada saat pelaksanaan pembayaran impor.
e. Cancellation Fee
Dibebankan kepada nasabah atau sesuai syarat L/C jika L/C
dibatalkan.
f. Inward Documentary / Collection Fee
Dibebankan kepada nasabah sebelum dokumen impor tanpa
L/C diserahkan.
g. Fee Penerbitan / Perubahan Shipping Guarantee
Dibebankan kepada nasabah dalam rangka penerbitan
Shipping Guarantee, yaitu dalam hal barang tiba mendahului
dokumen.
h. B/L Endorsment Fee
Dibebankan kepada nasabah pada saat endorsemen B/L
dialksanakan dalam hal B/L diterima langsung oleh nasabah.
29
2. Pungutan-Pungutan Pemerintah
Tarif pungutan impor ditetapkan olehMenteri Keuangan dan berlaku
sama untuk seluruh wilayah Indonesia, berikut beberapa jenisnya :
a. Bea Masuk (BM) / Bea Masuk Tambahan (BMT)
b. Pajak Penambahan Nilai (PPN) / Pajak Penambahan Nilai
Barang Mewah (PPn BM)
c. PPH Pasal 22
2.2 Perbankan
2.2.1 Definisi Bank
Dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, bank didefinisikan sebagai
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2.2.2 Fungsi Bank
Kasmir dalam bukunya (2006:3) menjelaskan bahwa secara umum simpanan
yang ada di bank terdiri dari simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan
(saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit). Sedangkan penyaluran
kredit (pemberian pinjaman) diberikan kepada masyarakat yang mengajukan
permohonan. Dan yang dimaksud dengan bentuk-bentuk lain adalah jasa
pendukung kegiatan pokok bank (menghimpun dan menyalurkan dana) seperti
pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam
kota (kliring), penagihan surat-surat berharga dari luar kota dan luar negeri (inkaso),
30
letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes, travellers cheque
dan jasa lainnya.
2.2.3 Jenis Bank
Berdasarkan Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998, di Indonesia terdapat
dua jenis bank yang dibedakan berdasarkan fungsinya, hal ini berhubungan dengan
luasnya kegiatan atau jumlah produk yang ditawarkan serta jangkauan wilayah
operasinya;
1. Bank Umum
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti
dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada., bank umum sering
disebut bank komersil (commercial bank).
Menurut Kasmir (2006:21), dari segi kemampuan melayani
masyarakat, jenis bank umum dibagi menjadi 2 status;
a. Bank Devisa
Dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan
dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar
negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan
pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk
menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
31
b. Bank non Devisa
Bank yang memberikan layanan transaksi terbatas dalam suatu negeri
dan tidak berbisnis dalam valuta asing.
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. BPR hanya mengimpun dana dalam bentuk
simpanan tabungan dan simpanan deposito serta menyalurkan dana dalam
bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan. Karena
keterbatasannya, BPR dalam operasinya dilarang melakukan penerimaan
simpanan giro, mengikuti kliring, melakukan kegiatan valuta asing, dan
melakukan kegiatan perasuransian.
2.3 Letter of Credit
2.3.1 Definisi Letter of Credit
Menurut Redjeki (2016:24) Letter of Credit (L/C) atau Documentary Credit
(D/C) adalah surat janji bayar bersyarat yang diterbitkan oleh Bank Penerbit / Bank
Aplikan (A ) atas permintaan Aplikan / Pembeli (Applicant / Buyer)
kepada Beneficiary / Seller (Penerima Jaminan / Penjual) melalui bank
koresponden, dan pembayaran dilakukan oleh nominated bank (bank yang
ditunjuk) ataupun negotiating bank (bank penegosiasi) kepada beneficiary sesuai
jangka waktu yang disepakati, apabila Beneficiary
(Complying Presentation).
32
2.3.2 Mekanisme Umum
Gambar 2.2 Mekanisme Umum Pembayaran Perdagangan Internasional dengan Letter of Credit
Sumber : Perdagangan Internasional Edisi Peraturan & Praktek. Sarpini, 2011.
1. Importir dan eksportir sepakat membuat perjanjian jual/beli (Sales
Contract)
2. Importir/aplikan/pembeli menyerahkan aplikasi pembukaan L/C impor
kepada Bank Penerbit.
3. Bank Penerbit mengirimkan L/C ke Advising Bank
4. Advising Bank meneruskan L/C kepada pihak
eksportir/beneficiary/penjual/supplier
5. Eksportir mengirimkan barang kepada importir
6. Eksportir menyerahkan dokumen ekspor kepada negotiating bank
untuk dilakukan penagihan pembayaran ekspor
7. Negotiating bank meneruskan dokumen kepada Bank Penerbit guna
memperoleh persetujuan pembayaran
8. Bank Penerbit meneruskan dokumen ke Importir
33
9. Importir melunasi kewajiban ke Bank Penerbit
10. Bank Penerbit membayar hasil ekspor ke Bank Penegosiasi.
11. Kredit rekening Beneficiary.
12. Proses pengeluaran barang dari pabean.
2.3.3 Jenis berdasarkan Fungsi
Ramlan Ginting (2003:33) mengemukakan bahwa L/C berdasarkan fungsinya
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. L/C sebagai Alat Pembayaran
Sebagai alat pembayaran, L/C memberi rasa aman kepada penerima
jaminan. L/C sebagai alat pembayaran dapat dilaksanakan jika semua
dokumen yang diminta L/C telah dipenuhi penerima. Dalam UCPDC 600
dijelaskan jenis-jenis L/C sebagai alat pembayaran yaitu;
a. Revocable L/C adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan oleh bank
penerbit setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada
penerima.
b. Irrevocable L/C adalah L/C yang perubahan atau pembatalannya harus
dengan persetujuan penerima.
c. Sight Payment L/C adalah L/C yang pembayarannya dilakukan secara
tunai.
d. Acceptance L/C adalah L/C yang pembayarannya secara berjangka.
e. Negotiation L/C adalah L/C yang pembayarannya dengan cara membeli
wesel dan/atau dokumen-dokumen yang diajukan penerima.
34
f. Deferred Payment L/C adalah L/C yang pembayarannya di kemudian
hari.
g. Confirmed L/C adalah L/C yang kewajiban membayar dari bank
penerbitnya dijamin oleh bank pengkonfirmasi.
h. Transferable L/C adalah L/C yang dapat dialihkan oleh penerima
kepada pemasok melalui perantaraan bank.
i. Assignment L/C adalah L/C yang membolehkan pengalihan hasil
pembayaran atas L/C kepada pihak lain atas permintaan penerima.
2. L/C sebagai Alat Penjamin
Sebagai alat penjamin, L/C memberi rasa aman kepada pihak terjamin. L/C
sebagai alat penjamin dapat dilaksanakan jika pelaksanaan kontrak dasar
yang dijamin L/C tidak dapat dilakukan pihak terjamin. L/C sebagai alat
penjamin dinamakan Standby Letter of Credit (SBLC) atau L/C yang
fungsinya untuk berjaga-jaga seandainya terjadi wanprestasi.
2.4. Standby Letter of Credit
2.4.1. Pengertian Standby Letter of Credit
Menurut Sarpini (2011:165) Standby Letter of Credit merupakan suatu janji
tertulis apapun namanya atau maksudnya yang merupakan jaminan dari Bank
yang bersifat irrevocable yang diterbitkan atas permintaan applicant untuk
membayar kepada pihak ketiga atau beneficiary terhadap kemungkinan
terjadinya wanprestasi dari applicant.
Berbeda dengan Commercial L/C yang memang untuk direalisir, fungsi
Standby L/C pada umumnya hanya untuk berjaga-jaga (standby), namun
35
demikian SBLC dapat juga dipergunakan sebagai alat penjaminan untuk
berbagai macam bentuk transaksi yang bersifat komerisal dan finansial.
Aturan main SBLC sangat berbeda, walaupun diproses menyerupai
seluruh elemen-elemen commercial L/C yang mengacu pada ketentuan UCP.
SBLC cenderung lebih dipergunakan sebagai suatu performance guarantee,
sebagai contoh hal yang berkaitan dengan pelaksanaan construction contracts
atau pelaksanaan penjualan jangka panjang. Namun ada kemungkinan SBLC
dipergunakan untuk maksud-maksud lain seperti guarantee, sebagai contoh,
suatu induk perusahaan memberikan jaminan kredit untuk cabang-
cabangnya.
Sesuai dengan yang disebutkan dalam ISP 98 pasal 1.06, Standby L/C
bersifat irrevocable, indpenden, berdokumen, dan bersifat mengikat ketika
diterbitkan.
2.4.2. Tujuan Standby L/C
Standby L/C diberikan oleh bank kepada aplikan dengan maksud di satu
pihak memberikan bantuan fasilitas, di lain pihak adalah untuk memperlancar
transaksi dengan aplikan; dan beneficiary tidak akan menderita kerugian bila
aplikan melalaikan kewajiban karena beneficiary akan mendapatkan ganti
rugi (pembayaran) dari bank.
36
2.4.3. Fitur dan Manfaat Standby L/C
2.4.3.1. Fitur Standby L/C adalah :
1) Standby L/C merupakan jaminan membayar dari Bank Penerbit kepada
Beneficiary apabila pihak Aplikan gagal memenuhi kewajibannya.
2) Standby L/C bersifat tidak dapat dibatalkan secara sepihak
(irrevocable) dan terpisah dari kontrak dasar maupun kontrak lainnya
(independent).
3) Kebenaran Standby L/C dapat dipertanggung jawabkan, karena
otentikasi dilakukan oleh Bank yang saling mempunyai hubungan
koresponden.
4) Syarat dan kondisi Standby L/C mengikat pada masing-masing pihak
terkait.
5) Dokumen sebagai dasar pengajuan klaim lebih sederhana.
6) Standby L/C dapat tunduk pada UCPDC (Uniform Customs and
Practices for Documentary Credit) atau ISP (International Standby
Practices) yang berlaku.
2.4.3.2. Manfaat Standby L/C adalah :
1) Bagi Beneficiary akan terjamin pembayarannya, meskipun Aplikan
gagal memenuhi kewajibannya.
2) Masing-masing pihak terkait dalam Standby L/C mempunyai kepastian
hukum.
3) Biaya relatif lebih murah dibandingkan dengan kredit, misalnya :
a. Provisi Standby L/C akan lebih murah dibanding provisi Kredit.
37
b. Pemberian fasilitas Non Cash Loan kepada nasabah utuk
penerbitan fasilitas Cash Loan (kredit) akan diperhitungkan
bunga.
4) Relatif aman bagi semua pihak yang terkait dalam Standby L/C.
5) Memudahkan transaksi bagi pihak-pihak yang terlibat karena adanya
jaminan bank apabila terjadi wanprestasi.
2.4.4. Perbandingan Standby L/C dengan Produk Trade Service Serupa
2.4.4.1. Perbandingan SBLC dengan L/C
Standby L/C secara teori maupun dalam praktiknya mempunyai
kesamaan dengan Letter of Credit (L/C) antara lain :
a. Standby L/C maupun L/C merupakan kontrak yang terpisah dari
kontrak dasar atau kontrak lainnya.
b. Merupakan jaminan pembayaran yang didasarkan pada kesesuaian
dokumen-dokumen yang diajukan dengan persyaratan dan kondisi
masing-masing instrumen tersebut.
c. Bank hanya berurusan dengan dokumen-dokumen dan bukan dengan
barang atau jasa.
d. Mengandung unsur jaminan pembayaran oleh Bank Penerbit pada Bank
Pengkonfirmasi (Confirming Bank).
e. Berlaku ketentuan bahwa Bank berkewajiban meneliti dokumen-
dokumen yang diajukan/dipresentasikan.
f. Berlaku ketentuan mengenai perlunya ketegasan dan kepastian
instruksi atas dokumen.
38
g. Berlaku ketentuan masa berlaku atau batas waktu pengajuan dokumen.
Perbedaan antara Standby L/C dengan L/C antara lain :
a. Standby L/C dibayar atas dasar pengajuan dokumen yang menyatakan
adanya wanprestasi atas transaksi dasar.
b. L/C dibayar atas dasar pengajuan dokumen yang menyatakan adanya
prestasi atas transaksi dasar.
2.4.4.2. Perbandingan Standby L/C dan Bank Garansi
Standby L/C dan Bank Garansi merupakan jaminan Bank yang dapat
dicairkan apabila kontrak dasar (underlying contract) yang mendasari
penerbitan jaminan bank tersebut mengalami wanprestasi.
Sedangkan perbedaan Standby L/C dengan Bank Garansi adalah :
a. Pencairan Standby L/C tergantung pada ketentuan yang dimuat dalam
Standby L/C itu sendiri dan biasanya dilakukan atas pengajuan
dokumen tertentu. Pembuktian fakta wanprestasi pada umumnya tidak
diperlukan dalam pencairan Standby L/C. sedangkan Bank Garansi
merupakan perjanjian ikutan yang keberadaannya tergantung pada
keberadaan kontrak dasarnya. Pencairan Bank Garansi pada dasarnya
memerlukan pembuktian fakta wanprestasi atas kontrak dasarnya.
b. Standby L/C tunduk pada konvensi internasional, sedangkan Bank
Garansi tunduk pada hukum nasional sehingga persyaratan
pencairannya pun tunduk pada hukum nasional suatu Negara yang
mensyaratkan perlunya pembuktian fakta wanprestasi atas kontrak
dasar.
39
Dilihat dari kepentingan pihak pemegang jaminan (pihak terjamin /
aplikan), Standby L/C lebih menguntungkan dibandingkan dengan
Bank Garansi karena pencairan Standby L/C relatif lebih mudah
daripada pencairan Bank Garansi.
2.4.5. Regulasi Standby L/C
Seperti yang telah disampaikan, SBLC dalam praktiknya dapat menggunakan
ISP maupun UCPDC latest version, meskipun begitu, terdapat perbedaan antara
keduanya, antara lain sebagai berikut :
1. ISP 98 digunakan khusus untuk SBLC karena beberapa aturan pada UCP 600
tidak relevan untuk SBLC, contohnya klausula-klausula pada dokumen
transportasi.
2. ISP 98 memperbolehkan antar cabang bank dalam satu negara bertindak
sesuai kapasitasnya dan akan diperlakukan sebagai pihak yang berbeda, UCP
harus cabang di negara yang berbeda.
3. ISP 98 menyatakan SBLC bisa ditransfer lebih dari satu kali di mana
trasnsferee menjadi beneficiary yang baru yang mempunyai hak sepenuhnya.
4. ISP 98 menyatakan SBLC tidak boleh ditransfer sebagian-sebagian.
5. ISP 98, apabila hari terakhir presentasi dokumen bank tutup dengan alasan
apapun, maka otomatis ke hari kerja berikutnya, sedangkan UCP tidak
mengakomodasi apabila bank tutup karena force majeure.
6. ISP 98 memungkinkan presentasi dokumen yang tidak konsisten, sedangkan
UCP dokumen harus konsisten.
40
7. ISP 98 memperbolehkan presentasi dokumen di luar waktu yang ditetapkan,
sedangkan UCP mempunyai batas akhir presentasi dokumen.
2.4.6. Mekanisme Umum
Sumber : Perdagangan Internasional Edisi Peraturan & Praktek. Sarpini, 2011.
Keterangan :
1. Adanya kontrak perjanjian pembelian barang atau jasa antara Aplikan (pihak
terjamin) dan Beneficiary (pihak yang menerima Jaminan) sebagai kontrak
dasar penerbitan Standby L/C.
2. Aplikan mengajukan aplikasi permohonan pembukaan Standby L/C kepada
Bank Penerbit dengan melengkapi seluruh persyaratannya dan menyerahkan
setoran jaminan pembukaan Standby L/C, untuk menjamin kepastian
pembayaran dari Aplikan kepada Beneficiary atas perjanjian jual beli
barang/jasa tersebut.
3. Bank Penerbit memproses penerbitan Standby L/C sesuai aplikasi
permohonan yang diajukan Aplikan, dan meneruskannya melalui Advising
Bank.
Gambar 2.3 Mekanisme Umum Penggunaan Standby L/C dalam Perdagangan Internasional
41
4. Advising Bank meneruskan Standby L/C yang diterima kepada pihak
Beneficiary.
5. Adanya pengiriman barang / jasa dari Beneficiary kepada Aplikan.
6. Apabila Aplikan gagal memenuhi kewajiban membayar pengiriman barang /
jasa (wanprestasi) kepada pihak Beneficiary, maka Standby L/C tersebut
menjadi efektif.
7. Apabila sampai dengan waktu yang ditentukan pembayaran dari pihak
Aplikan belum diterima, maka sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
Standby L/C, Beneficiary akan melakukan klaim atas wanprestasi tersebut
melalui Claiming Bank.
8. Claiming Bank akan meneruskan klaim Beneficiary tersebut kepada Bank
Penerbit sesuai syarat dan kondisi yang tercantum dalam Standby L/C.
9. Setelah klaim dan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan lainnya
diterima, Bank Penerbit harus membayar klaim tersebut kepada Claiming
Bank.
10. Pembayaran klaim yang diterima dari Bank Penerbit akan diteruskan oleh
Claiming Bank kepada Beneficiary.
11. Aplikan melunasi kewajiban kepada Bank Penerbit.
42
2.4.7. Pihak-pihak yang Terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam transaksi Standby L/C pada dasarnya sama
dengan pihak-pihak yang terkait dalam transaksi impor, yaitu :
a. Aplikan / Principal / Pemohon adalah pihak yang dijamin oleh Bank apabila
terjadi wanprestasi. Ketentuan dan persyaratan nasabah / Aplikan untuk
transaksi penerbitan Standby L/C sama dengan ketentuan dan persyaratan
bagi importir.
b. Beneficiary / Penerima Jaminan adalah pihak yang menerima jaminan bank
apabila Aplikan wanprestasi.
c. Issuing Bank / Guarantor / Bank Penerbit adalah pihak yang menjamin
bahwa bila terjadi wanprestasi maka Beneficiary akan menerima pembayaran
dari bank.
d. Advising Bank adalah pihak yang memiliki fungsi sebagai penerus proses
transaksi Standby L/C.
e. Claiming Bank adalah pihak yang ditunjuk oleh Beneficiary penerima
jaminan untuk melakukan klaim penagihan kepada Bank Penerbit.
f. Instructing Party adalah pihak yang mengeluarkan counter guarantee bagi
guarantor.
2.4.8. Jenis-jenis Standby L/C
Jenis-jenis Standby L/C tergantung dari transaksi yang mendasari Standby
L/C tersebut atau kontrak dasarnya.
43
2.4.8.1. Commercial Standby L/C
Merupakan jaminan pembayaran dari Bank Penerbit kepada pihak ketiga atau
Beneficiary apabila Aplikan gagal memenuhi kewajiban membayar barang
atau jasa yang dibelinya.
Gambar 2.4 Mekanisme Penggunaan Standby L/C Komersil dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Perdagangan Internasional Edisi Peraturan & Praktek. Sarpini, 2011.
Keterangan :
1. Adanya kontrak perjanjian pembelian barang atau jasa antara Aplikan
(pihak terjamin) dan Beneficiary Bank (pihak yang menerima Jaminan)
sebagai kontrak dasar penerbitan Standby L/C.
2. Aplikan mengajukan aplikasi permohonan pembukaan Standby L/C kepada
Bank Penerbit dengan melengkapi seluruh persayaratannya dan
menyerahkan setoran jaminan pembukaan Standby L/C untuk menjamin
kepastian pembayaran dari Aplikan kepada Beneficiary atas perjanjian jual
beli barang / jasa tersebut.
44
3. Bank Penerbit memproses penerbitan Standby L/C sesuai aplikasi
permohonan yang diajukan Aplikan, dan meneruskannya melalui Advising
Bank.
4. Advising Bank meneruskan Standby L/C yang diterima kepada pihak
Beneficiary.
5. Adanya pengiriman barang / jasa dari Beneficiary kepada Aplikan.
6. Apabila Aplikan gagal memenuhi kewajiban membayar pengiriman barang
/ jasa (wanprestasi) kepada pihak Beneficiary, maka Standby L/C tersebut
menjadi efektif.
7. Apabila sampai dengan waktu yang ditentukan pembayaran dari pihak
Aplikan belum diterima, maka sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
Standby L/C, Beneficiary akan melakukan klaim atas wanprestasi tersebut
melalui Claiming Bank.
8. Claiming Bank akan meneruskan klaim Beneficiary tersebut kepada Bank
Penerbit sesuai syarat dan kondisi yang tercantum dalam Standby L/C.
9. Setelah klaim dan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan lainnya
diterima, Bank Penerbit harus membayar klaim tersebut kepada Claiming
Bank.
10. Pembayaran klaim yang diterima dari Bank Penerbit akan diteruskan oleh
Claiming Bank kepada Beneficiary.
11. Aplikan melunasi kewajiban kepada Bank Penerbit.
45
2.4.8.2. Performance Standby L/C
Merupakan jaminan pembayaran dari Bank Penerbit kepada Beneficiary
apabila Aplikan gagal memenuhi kewajiban kontraktual atau performa kerja
(non financial) sebagaimana tertera dalam kontrak dasar. Transaksi dasar dari
Performance Standby misalnya pembelian jasa perawatan / maintenance, jasa
kontraktor, atau jasa konsultan. Beneficiary akan melakukan klaim atas
Standby L/C apabila sampai dengan waktu yang ditentukan, Aplikan tidak
dapat melaksanakan kewajibannya sesuai kontrak.
Gambar 2.5 Mekanisme Penggunaan Performance Standby L/C dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Perdagangan Internasional Edisi Peraturan & Praktek. Sarpini, 2011.
Keterangan :
1. Adanya kontrak perjanjian pembelian jasa maintenance / jasa kontraktor /
jasa konsultan antara Aplikan (pihak terjamin) dan Beneficiary Bank (pihak
yang menerima Jaminan) sebagai kontrak dasar penerbitan Standby L/C.
2. Aplikan mengajukan aplikasi permohonan pembukaan Standby L/C kepada
Bank Penerbit dengan melengkapi seluruh persayaratannya dan
menyerahkan setoran jaminan pembukaan Standby L/C untuk menjamin
46
kepastian pembayaran dari Aplikan kepada Beneficiary atas perjanjian jual
beli jasa tersebut.
3. Bank Penerbit memproses penerbitan Standby L/C sesuai aplikasi
permohonan yang diajukan Aplikan, dan meneruskannya melalui Advising
Bank.
4. Advising Bank meneruskan Standby L/C yang diterima kepada pihak
Beneficiary.
5. Beneficiary melaksanakan performance kerja / services kepada Aplikan.
6. Apabila Aplikan gagal memenuhi kewajiban membayar pembelian jasa
(wanprestasi) kepada pihak Beneficiary, maka Standby L/C tersebut
menjadi efektif.
7. Apabila sampai dengan waktu yang ditentukan pembayaran dari pihak
Aplikan belum diterima, maka sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
Standby L/C, Beneficiary akan melakukan klaim atas wanprestasi tersebut
melalui Claiming Bank.
8. Claiming Bank akan meneruskan klaim Beneficiary tersebut kepada Bank
Penerbit sesuai syarat dan kondisi yang tercantum dalam Standby L/C.
9. Setelah klaim dan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan lainnya
diterima, Bank Penerbit harus membayar klaim tersebut kepada Claiming
Bank.
10. Pembayaran klaim yang diterima dari Bank Penerbit akan diteruskan oleh
Claiming Bank kepada Beneficiary.
11. Aplikan melunasi kewajiban kepada Bank Penerbit.
47
2.4.8.3. Advance Payment Standby L/C
Merupakan jaminan pembayaran dari Bank Penerbit kepada Beneficiary
apabila Aplikan gagal memenuhi kewajiban mengembalikan uang muka yang
telah diterimanya terlebih dahulu. Dalam kontrak dasar, Beneficiary tersebut
adalah merupakan Aplikan yang sebenarnya, sementara Aplikan adalah
merupakan Beneficiary yang sebenarnya.
Transaksi dasar dari Advance Payment Standby misalnya jual beli
barang / jasa dengan cara di mana pembeli barang / jasa bersedia memberikan
uang muka. Atas pembayaran uang muka, pembeli menginginkan jaminan
pengembalian uang muka yang dikeluarkan oleh bank apabila penjual tidak
dapat memenuhi kewajibannya mengirim barang.
Gambar 2.6 Mekanisme Penggunaan Advance Payment Standby L/C dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Perdagangan Internasional Edisi Peraturan & Praktek. Sarpini, 2011.
Keterangan :
1. Adanya kontrak jaminan pengembalian uang muka atas pembelian barang /
jasa antara Aplikan (pihak terjamin) dan Beneficiary (pihak yang menerima
Jaminan) apabila pihak penjual tidak dapat memenuhi kewajibannya
48
mengirimkan barang dimaksud yang menjadi kontrak dasar penerbitan
Standby L/C. Dalam kontrak dasar tersebut, Beneficiary adalah merupakan
yang sebenarnya.
2. Aplikan mengajukan aplikasi permohonan pembukaan Standby L/C kepada
Bank Penerbit dengan melengkapi seluruh persayaratannya dan
menyerahkan setoran jaminan pembukaan Standby L/C untuk menjamin
kepastian pengembalian uang muka apabila pihak penjual (Aplikan) tidak
dapat memenuhi kewajibannya mengirimkan barang / jasa.
3. Bank Penerbit memproses penerbitan Standby L/C sesuai aplikasi
permohonan yang diajukan Aplikan, dan meneruskannya melalui Advising
Bank.
4. Advising Bank meneruskan Standby L/C yang diterima kepada Beneficiary.
5. Adanya pembayaran uang muka pembelian barang / jasa dari Beneficiary
kepada Aplikan.
6. Apabila sampai dengan waktu yang ditentukan Aplikan tidak dapat
melaksanakan kewajibannya sesuai kontrak, maka sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Standby L/C, Beneficiary akan melakukan klaim atas
wanprestasi tersebut melalui Claiming Bank.
7. Claiming Bank akan meneruskan klaim Beneficiary tersebut kepada Bank
Penerbit sesuai syarat dan kondisi yang tercantum dalam Standby L/C.
49
8. Setelah klaim dan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan lainnya
diterima, Bank Penerbit harus membayar klaim tersebut kepada Claiming
Bank.
9. Pembayaran klaim yang diterima dari Bank Penerbit akan diteruskan kepada
Claiming Bank.
10. Claiming Bank meneruskan pembayaran klaim ke Beneficiary.
11. Aplikan melunasi kewajiban kepada Bank Penerbit.
2.4.8.4. Bid Bond / Tender Bond Standby L/C
Merupakan jaminan pembayaran dari Bank Penerbit kepada Beneficiary
apabila Aplikan gagal memenuhi kewajiban atas penawaran atau pekerjaan.
Transaksi dasar Bid Bond / Tender Bond Standby misalnya perusahaan
mengikuti tender suatu proyek, tetapi pemberi / pemilik proyek mensyaratkan
Bid Bond / Tender Bond Standby.
Beneficiary akan melakukan klaim atas Standby L/C apabila sampai
dengan waktu yang ditentukan, Aplikan gagal melanjutkan proses setelah
dinyatakan sebagai pemenang tender.
50
Gambar 2.7 Mekanisme Penggunaan Bid Bond / Tender Bond Standby L/C dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Perdagangan Internasional Edisi Peraturan & Praktek. Sarpini, 2011.
Keterangan :
1. Adanya kontrak penawaran suatu pekerjaan antara Aplikan (pihak terjamin)
dan Beneficiary (pihak yang menerima Jaminan) untuk mengikuti tender
suatu proyek, yang menjadi transaksi dasar penerbitan Standby L/C. Dalam
transaksi dasar tersebut, Beneficiary adalah merupakan
(Project Owner / Bowheer)
2. Aplikan mengajukan aplikasi permohonan pembukaan Standby L/C kepada
Bank Penerbit dengan melengkapi seluruh persayaratannya dan
menyerahkan setoran jaminan pembukaan Standby L/C untuk menjamin
pelaksanaan proyek yang dikerjakan Aplikan diyatakan sebagai pemegang
Tender.
3. Bank Penerbit memproses penerbitan Standby L/C sesuai aplikasi
permohonan yang diajukan Aplikan, dan meneruskannya melalui Advising
Bank.
51
4. Advising Bank meneruskan Standby L/C yang diterima kepada pihak
Beneficiary.
5. Adanya penyerahan pelaksanaan pekerjaan proyek dari Beneficiary kepada
Aplikan.
6. Apabila Aplikan gagal memenuhi kewajibannya melanjutkan proses setelah
dinyatakan sebagai pemenang tender, maka Standby L/C tersebut menjadi
efektif..
7. Apabila sampai dengan waktu yang ditentukan Aplikan tidak dapat
melaksanakan kewajibannya sesuai kontrak, maka sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Standby L/C, Beneficiary akan melakukan klaim atas
wanprestasi tersebut melalui Claiming Bank.
8. Claiming Bank akan meneruskan klaim Beneficiary tersebut kepada Bank
Penerbit sesuai syarat dan kondisi yang tercantum dalam Standby L/C.
9. Setelah klaim dan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan lainnya
diterima, Bank Penerbit harus membayar klaim tersebut kepada Claiming
Bank.
10. Pembayaran klaim yang diterima dari Bank Penerbit akan diteruskan oleh
Claiming Bank kepada Beneficiary.
11. Aplikan melunasi kewajiban kepada Bank Penerbit.
2.4.8.5. Financial Standby L/C
Jaminan yang diberikan oleh Bank Penerbit kepada bank lain agar bank
tersebut memberikan finance / pembiayaan kepada beneficiary, jika
52
beneficiary gagal memenuhi kewajibannya, maka Bank Penerbit akan
membayar kepada bank pemberi fasilitas pembiayaan.
Gambar 2.8 Mekanisme Penggunaan Financial Standby L/C dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Perdagangan Internasional Edisi Preaturan & Praktek. Sarpini, 2011.
Keterangan :
1. Adanya kontrak perjanjian pembayaran kembali (repayment) uang yang
telah diterima Aplikan (pihak terjamin) kepada Beneficiary (pihak yang
menerima Jaminan) yang menjadi transaksi dasar penerbitan Standby L/C.
2. Aplikan mengajukan aplikasi permohonan pembukaan Standby L/C kepada
Bank Penerbit dengan melengkapi seluruh persayaratannya dan
menyerahkan setoran jaminan pembukaan Standby L/C.
3. Bank Penerbit memproses penerbitan Standby L/C sesuai aplikasi
permohonan yang diajukan Aplikan, dan meneruskannya melalui Advising
Bank.
4. Advising Bank meneruskan Standby L/C yang diterima kepada pihak
Beneficiary.
5. Adanya pembayaran dana dari Beneficiary kepada Aplikan.
53
6. Apabila Aplikan gagal memenuhi kewajiban membayar kembali uang yang
telah diterimanya tersebut (wanprestasi) kepada pihak Beneficiary, maka
Standby L/C tersebut menjadi efektif..
7. Apabila sampai dengan waktu yang ditentukan pembayaran dari pihak
Aplikan belum diterima, maka sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
Standby L/C, Beneficiary akan melakukan klaim atas wanprestasi tersebut
melalui Claiming Bank.
8. Claiming Bank akan meneruskan klaim Beneficiary tersebut kepada Bank
Penerbit sesuai syarat dan kondisi yang tercantum dalam Standby L/C.
9. Setelah klaim dan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan lainnya
diterima, Bank Penerbit harus membayar klaim tersebut kepada Claiming
Bank.
10. Pembayaran klaim yang diterima dari Bank Penerbit akan diteruskan oleh
Claiming Bank kepada Beneficiary.
11. Aplikan melunasi kewajiban kepada Bank Penerbit.
2.4.8.6. Direct Pay Standby L/C
Merupakan jaminan pembayaran dari Bank Penerbit kepada pihak ketiga atau
atas dasar performa / prestasi yag dimaksud dalam klausula SBLC yang
dilakukan oleh beneficiary tanpa menunggu adanya kegagalan aplikan untuk
memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang terkait dengan jual-beli barang,
Direct Pay Standby L/C ini dapat dikatakan berfungsi hampir sama seperti
commercial L/C. Di samping itu, dalam utang-piutang, direct pay standby
merupakan jaminan pembayaran dari Bank Penerbit kepada beneficiary pada
54
saat jatuh tempo dengan mengabaikan kegagalan aplikan secara khusus
berkaitan dengan financial SBLC.
Gambar 2.9 Mekanisme Penggunaan Direct Pay Standby L/C dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Perdagangan Internasional Edisi Preaturan & Praktek. Sarpini, 2011.
Keterangan :
1. Adanya kontrak perjanjian antara Aplikan (pihak terjamin) kepada
Beneficiary (pihak yang menerima Jaminan) yang menjadi transaksi dasar
penerbitan Standby L/C.
2. Aplikan mengajukan aplikasi permohonan pembukaan Standby L/C kepada
Bank Penerbit dengan melengkapi seluruh persayaratannya dan
menyerahkan setoran jaminan pembukaan Standby L/C.
3. Bank Penerbit memproses penerbitan Standby L/C sesuai aplikasi
permohonan yang diajukan Aplikan, dan meneruskannya melalui Advising
Bank.
4. Advising Bank meneruskan Standby L/C yang diterima kepada pihak
Beneficiary.
55
5. Atas dasar Standby L/C yang diterima, Beneficiary melakukan pembayaran
langsung kepada Aplikan.
6. Pada saat jatuh tempo yang disepakati dalam Standby L/C, Beneficiary
mengajukan klaim melalui Claiming Bank kepada Bank Penerbit.
7. Claiming Bank akan meneruskan klaim Beneficiary tersebut kepada Bank
Penerbit sesuai syarat dan kondisi yang tercantum dalam Standby L/C.
8. Setelah klaim dan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan lainnya
diterima, Bank Penerbit harus membayar klaim tersebut kepada Claiming
Bank.
9. Pembayaran klaim yang diterima dari Bank Penerbit akan diteruskan oleh
Claiming Bank untuk keuntungan Beneficiary.
10. Aplikan melunasi kewajiban kepada Bank Penerbit.
2.4.8.7. Insurance Standby L/C
Merupakan jaminan pembayaran dari Bank Penerbit kepada pihak ketiga atau
Beneficiary apabila Aplikan (insurance / reinsurance) gagal memenuhi
kewajiban membayar klaim asuransi.
Transaksi dasar dari Insurance Standby misalnya penutupan asuransi
atau reasuransi. Beneficiary akan melakukan klaim atas Standby L/C apabila
Aplikan / perusahaan asuransi / reasuransi gagal membayar klaim asuransi
dari Beneficiary.
56
Gambar 2.10 Mekanisme Penggunaan Insurance Standby L/C dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Perdagangan Internasional Edisi Preaturan & Praktek. Sarpini, 2011.
Keterangan :
1. Adanya kontrak penjaminan pembayaran klaim asuransi oleh Aplikan
(pihak terjamin) kepada Beneficiary (pihak yang menerima Jaminan)
sebagai transaksi dasar penerbitan Standby L/C.
2. Aplikan mengajukan aplikasi permohonan pembukaan Standby L/C kepada
Bank Penerbit dengan melengkapi seluruh persayaratannya dan
menyerahkan setoran jaminan pembukaan Standby L/C, untuk menjamin
kepastian pembayaran klaim asuransi oleh Aplikan kepada Beneficiary.
3. Bank Penerbit memproses penerbitan Standby L/C sesuai aplikasi
permohonan yang diajukan Aplikan, dan meneruskannya melalui Advising
Bank.
4. Advising Bank meneruskan Standby L/C yang diterima kepada pihak
Beneficiary.
5. Berdasarkan kontrak / persetujuan perusahaan asuransi / reasuransi
menerbitkan polis asuransi kepada Beneficiary.
57
6. Apabila Aplikan gagal memenuhi kewajiban membayar klaim asuransi
tersebut (wanprestasi) kepada pihak Beneficiary, maka Standby L/C tersebut
menjadi efektif.
7. Apabila sampai dengan waktu yang ditentukan pembayaran dari pihak
Aplikan belum diterima, maka sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
Standby L/C, Beneficiary akan melakukan klaim atas wanprestasi tersebut
melalui Claiming Bank.
8. Claiming Bank akan meneruskan klaim Beneficiary tersebut kepada Bank
Penerbit sesuai syarat dan kondisi yang tercantum dalam Standby L/C.
9. Setelah klaim dan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan lainnya
diterima, Bank Penerbit harus membayar klaim tersebut kepada Claiming
Bank.
10. Pembayaran klaim yang diterima dari Bank Penerbit akan diteruskan oleh
Claiming Bank untuk keuntungan Beneficiary.
11. Aplikan melunasi kewajiban kepada Bank Penerbit.
2.4.8.8. Counter Standby L/C
Merupakan jaminan pembayaran dari Bank Penerbit kepada pihak ketiga
yang menerbitkan Standby L/C secara terpisah kepada Beneficiary apabila
Aplikan gagal memenuhi kewajibannya.
58
Gambar 2.11 Mekanisme Penggunaan Counter Standby L/C dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Perdagangan Internasional Edisi Preaturan & Praktek. Sarpini, 2011.
Keterangan :
1. Adanya kontrak penjaminan apabila Aplikan (pihak terjamin) gagal
memenuhi kewajibannya melakukan pembayaran kepada Beneficiary
(pihak yang menerima Jaminan) sebagai transaksi dasar penerbitan Standby
L/C.
2. Aplikan mengajukan aplikasi permohonan pembukaan Standby L/C kepada
Bank Penerbit dengan melengkapi seluruh persayaratannya dan
menyerahkan setoran jaminan pembukaan Standby L/C, untuk menjamin
kewajiban Aplikan kepada Beneficiary.
3. Bank Penerbit memproses penerbitan Standby L/C sesuai aplikasi
permohonan yang diajukan Aplikan, dan meneruskannya melalui Advising
Bank.
4. Advising Bank yang dalam hal ini juga berfungsi sebagai Reissuing Bank,
menerbitkan Standby L/C baru (dengan transaksi dasarnya Standby L/C
dari Bank Penerbit) dan meneruskannya kepada Beneficiary.
59
5. Adanya pelaksanaan / pemenuhan isi kontrak perjanjian dari Beneficiary
kepada Aplikan.
6. Apabila Aplikan gagal memenuhi kewajiban membayar (wanprestasi)
kepada pihak Beneficiary, maka Standby L/C tersebut menjadi efektif.
7. Apabila sampai dengan waktu yang ditentukan pembayaran dari pihak
Aplikan belum diterima, maka sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
Standby L/C, Beneficiary akan melakukan klaim atas wanprestasi tersebut
melalui Claiming Bank.
8. Claiming Bank akan meneruskan klaim Beneficiary tersebut kepada Bank
Penerbit sesuai syarat dan kondisi yang tercantum dalam Standby L/C.
9. Setelah klaim dan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan lainnya
diterima, Bank Penerbit harus membayar klaim tersebut kepada Claiming
Bank.
10. Pembayaran klaim yang diterima dari Bank Penerbit akan diteruskan oleh
Claiming Bank untuk keuntungan Beneficiary.
11. Aplikan melunasi kewajiban kepada Bank Penerbit.