Post on 22-Mar-2019
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
98
LAMPIRAN
Pedoman Wawancara:
1. Data Pribadi
a. Nama
b. Usia
c. Tempat tanggal lahir
d. Tempat tinggal saat ini, lama menetap
e. Asal suku, asal kedua orang tua, latar belakang mengenai
suku.
f. Jurusan/pekerjaan.
2. Strategi Manajemen konflik dalam Hubungan Pertemenan Beda
suku.
Pengalamana hidup dalam situasi multikulturalisme
Berteman di Surya University yang berasal dari suku berbeda
Awal pertemanan
Topik percakapan serta kegiatan yang dilakukan dengan teman
beda budaya
Cerita yang dibagikan kepada teman yang berbeda suku
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
99
Perspektif budaya , perbedaan budaya
Pandangan mengenai teman yang berbeda suku
Stereotip terhadap suku lain dalam pertemanan beda suku
Pengertian konflik, jenis konflik seperti apa pada saat
bersosialisasi dengan teman beda suku
Faktor penyebab konflik, hambatan yang muncul sehingga
menyebabkan konflik
Konflik yang terjadi dalam hubungan pertemanan
Cara menyelesaikan konflik dengan teman yang berbeda suku
Etnostentrisme dalam hubungan pertemenan beda budaya
Pengaruh Family history, budaya individualistik dan
kolektivistik dalam memanajemen konflik
Alasan memilih salah satu cara saat menghadapi konflik
Cerita mengenai budaya sendiri dan budaya lain
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
100
Transkrip Wawancara
Narasumber : Vertikasari Puspita Ningrum
Lokasi : Surya University
Tanggal/Waktu: 13 Oktober 2014/ pukul 12:00
T Halo selamat siang, kita perkenalan dulu ya, pertama nama lengkapnya
siapa? Asalnya dari mana, tempat tanggal lahir? Kalau daerah sampit itu
masuknya daerah mana, maksudnya sukunya apa gitu?
J Siang, nama lengkap aku Vertikasari Puspita Ningrum, asalnya dari Sampit,
Kalimantan Tengah. Lahirnya di Sampit, 11 juli 1994. Ehmm.. kalau
Sampit itu aslinya suku Dayak yah, cuman kalau aku sendiri itu bapak
ibuku, sukunya Jawa cuman sudah lama tinggal di Sampit, orang suku
dayak itu putih kalau aku kan enggak.. hehe.
T Awalnya bisa kalian semua tinggal di sampit itu bagaimana? kamu berapa
bersaudra dan lahirnya dimana? Keluarga besar semua tinggal di Sampit?
J Jadi tuh awalnya nih, papaku itu pas sekolah lulus STM, diajak untuk ke
Sampit sebagai pengajar marching band, kalau mama itu pas lulus SPG,
diajak sama kakaknya ke Sampit juga. Jadi ini kayak merantau gitu. Papa
mamaku lahir di Jawa, kalau saya dan adik lahir di Sampit nih,aku dua
bersaudara adik aku laki-laki kelas 9.
T Pernah nanya ke adiknya tidak, mau lanjut kuliah merantau juga apa
gimana?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
101
J Kata adikku, gak mau kuliah mau SMK aja, biar langsung bisa kerja,
soalnya aku juga capek mikir dia bilan gitu. Kan kalau SMA, kuliah baru
kerja lama, tapi kalau SMK ya tiga tahun lagi terus kerja.
T Trus, kalau kamu sendiri alasan kuliah merantau gini kenapa?
J Iya jadi sebenernya kalau aku sih pengennya ambil fisika murni kan pas
mau masuk kuliah dari SMA uda mikirin, cuman kata mama kalau fisika
murni, ya sekarang gini anggapannya kan ga tau ya kalau misalnya keluar,
di daerah Kalimantan, balik ke daerah asal lagi, tuh lapangan pekerjannya
tuh apa, kan masih kurang. Kata mama “ boleh ambil fisika tapi keguruan.
Jadi seenggaknya saya bisa mengabdi ke masyarakat, tapi kalau saya ambil
fisika murni, ya pikiran sempitnya paling di laboratorium atau peneliti kan.
T Trus ya Pita, kamu merantau dari Sampit ke Tangerang sudah berapa
tahun?
J Dari 2012 Agustus, sampe sekarang berarti uda 2 tahun 4 bulan lah di disini
T
Bagaimana perasaannya, pengalamannya selama di tangerang secara jauh
dari keluarga beda budaya semuanya, nah itu gmana boleh diceritain?
J Kalau misalnya masalah jauh dari orangtua, tuh dulu gini istilahnya bukan
pertama kali sih merantau, jadi cerita sedikit yah. Jadi dulu di Sampit itu
pernah ada kejadian , kayak konflik kerusuhan antar suku gitu, antar Dayak
dan Madura. Nah waktu itu masih SD aku kelas 1 kalau nggak salah masih
caturwulan 1. Jadi waktu itu apa namanya, waktu dulu kerusuhannya kan
langsung besar gitu kan pertama itu ngungsinya di Pangkalan Bun dulu,
ternyata pas ngungsi Pangkalan Bunnya juga kena gitu kan. Nah akhirnya
sampe diputuskan kita ngungsi ke jawa aja, ke tempat mama. Mama juga
ngungsi cuman waktu itu kondisinya susah kali mama, karena mamaku Pns,
jadi aku ditinggal di Jawa sama nenek selama 2 tahun dan Ibu aku balik ke
Sampit. Pertamanya itu kita ngungsi sekeluarga berhubung mamaku ga bisa
pindah ngajar ke Jawa jadi balik lagi ke Sampit. Ade aku ikut sama mama.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
102
Itu pertama sudah jauh dari orangtua kan, nah pas balik lagi kelas 4 sd itu
smpe SMA, Lalu setelah SMA kuliah disini, jadi kalau pisah dari orangtua
istilahnya sih ga berat karena pernah.
T Kamu tau ga sih konflik itu apa, dan sedikit penyebab konflik antar suku
Madura dan Dayak itu? Ada sedikit cerita pengalaman nggak?
J Jadi waktu itu sih denger-denger penyebabnya itu, ada yang bilang kayak
pertama ngumpul aja , trus mabuk namanya orang mabuk kan nggak
kesadar ya. Mungkin salah ngomong atau gmana jadi berkelahi. Jadi kalau
ga salah yang suku Madura ini bunuh anak dari suku Dayak ini. Jadi kan
ngelapor, dan marah. Jadi ya dari pedalaman dayak itu semua pada datang.
Jadi pas kerusuhan itu kan pas Cap Go Meh, di depan rumah ada klenteng
jadi kan rame banyak kembang api. Jadi pas itu kan pagi, mama bilang ada
suara kembang api tuh, lalu aku coba kelaur, lohhh kok ga ada kembang api
kan pikir aku, ternyata di belakang rumah itu orang-orang uda pada ngungsi
dan uda adu tembak di situ. Di belakang sudah ada pemda , yang
mengamankan orang Madura itu, okelah mereka satu suku tapi kan nggak
semua terlibat gitu kan. Diamankan lah disitu orang-orang Maduranya. Nah
yang ngeri itu kan namanya orang Kalimantan itu masih banyak mistisnya,
nah mereka punya minyak kan namanya minyak bintan itu jadi yang
Mandaunya dioleskan minyak bintan itu, mereka itu suku Dayak sekali
nebas kepala langsung putus. Jadi istilahnya di jalan ada kepala ada badan.
T Jadi yang punya minyak Bintan itu orang dari suku Dayak ya?cerita yang
suku Dayak itu bisa mencium darah suku Madura tuh bener ya?
J Oh iya, punya mereka. waktu itu pernah, jadi waktu kami sekeluarga
ngungsi ke Pangkalan Bun kami dikawal sama Brimob naik mobil, jadi pas
di perbatasan itu kan dijaga sama suku Dayaknya, lalu dia nanya bisa nggak
dibuka sebentar, jadi orang dayanknya ini cuman berdiri bentar, hidungnya
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
103
gerak-gerak itu kan, ya kalau seandainya ada orang Madura yang sembunyi
mereka tau. Iya katanya sih kalau orang Madura itu aromanya bau sapi,
orang Jawa aromanya bau kambing. Akhirnya kemarin boleh lewat satu
mobil kami. trus mereka itu hebatnya lagi, mereka itu kan istilahnya
membumibinasakan kan semua, misalkan nih ada satu komplek, satu rumah
misalnya rumah orang Madura, Jawa, Jawa nah itu kan dempet, itu kan
mereka itu biasanya dibatasi dulu pake tangan, trus ditiup sama mereka nah
yang kebakar itu yang rumah suku Madura aja, yang lainnya nggak kebakar
sama sekali. Ini beneran soalnya kan papa aku yang ngalamin, papa itu kan
kerja di Trakindo utama, nah bangunan kantor itu masih nyewa lah, kepala
sukunya ngomong ke papa “bapak bahwa rumah ini mau dibakar”, kepala
suku itu juga bantuin ngeluarin barang kan, ketika sudah yasudah tinggal
ditiup kebakar habis tapi cuman itu aja gitu loh. Trus karena sudah dibantu
nah mereka minta tolong ke papaku untuk dianter kepala-kepala suku
Dayak ke hotel Asoka di Sampit pinggir sungai. Akhirnya papa anterin
karena sudah ditolong juga
T
Ketika konflik itu, suku Dayaknya seperti gimana sih biasa aja kah untuk
pakaian atau masih ada yang menggunakan busana adat khas Suku dayak ?
J Nah mereka itu sebagaian sudah biasa aja kayak kita gini, kalau yang masih
primitif itu suku-suku yang dari pedalaman banget yang sudah tua-tua ,
sesepuhnya gitu.
T Menurut kamu pribadi, arti konflik itu apa sih secara kamu kan sudah
cukup memiliki pengalaman hidup yang berhubungan dengan konflik baik
penyebabnya dari diri sendiri maupun lingkungan?
J Konflik itu , aku sih mikirnya konflik itu sesuatu yang istilahnya itu selalu
crash, konflik itu gimana ya.. hmm kayak sesuatu yang selisih aja, nggak
bisa nyatu aja.
T Biasanya faktor pemicunya apa sih sampai terjadinya konflik antar temen
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
104
atau dengan kelompok?
J Kalau sama temen itu biasanya kadang penyebabnya karena ego juga sih,
trus kedua itu kadang kita pribadi masih merasa belum bisa menerima dia
gitu, mungkin dia lebih bagus, tapi karena kita merasa lebih benar, dan dia
kayak gitu, kita kayak mikir duh harusnya kamu kan kayak gini. Padahal
belum tentu juga kita yang benar. Kayak gitu sih.
T Berarti kayak pemikiran –pemikiran tentang budaya lain termasuk dong ya,
kayak ada stereotip gitu apalagi kamu kan dari Kalimantan merantau di
Tangerang bertemu dengan banyak orang dengan latar belakang budaya
beda-beda trus cara mengatasi stereotip itu, cara yang dilakukan sama kamu
apa ?
J Gimana, trus mencoba untuk menyesuaikan diri. Misalnya sama teman dari
Papua, oh orang Papua misalnya ada yang ngomongnya memang logat
keras, tapi itu biasa aja. Tapi ada juga orang Papua yang logatnya lembut
ngomongnya kadang kadangnya aku sampe nanya “kamu tuh ngomong
apa”? ada juga dari mereka yang sulit sekali mengkomunikasi apa yang
mereka maksud. Jadi pas aku baru sampe di sini itu , orang Papua ini
ngomong, aku kayak perlu sampai beberapa kali nanya ke dia apa yang dia
omongin, jadi mereka itu kadang mau menyampaikan apa yang mereka
maksud cuman mereka itu menyampaikannya agak berbelit
T Kamu punya teman orang papua? Sering main dan berinteraksi sama
mereka, biasanya kalian ngapain?
J Kalau teman-teman dari Papua ada, teman kuliah sering juga ngobrol sama
mereka kok. Aku biasanya sama mereka kayak ada kerja kelompok
kemarin bareng sama mereka, beberapa dari mereka ada yang aktif dan ada
juga yang pasif, kayak nggak tau harus ngapain sih. Mereka nunggu dulu
biasanya, kalau kita-kita kan biasanya aktif, aku mau kerjain yang ini
bagian ini, nah kalau mereka tuh nunggu dulu terserah yauda gitu Jadi
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
105
kadang-kadang kita yang nanya ke mereka, Mereka itu perlu diajak
ditanyain mau yang mana. Dan mereka kebanyakan lebih diam
T Teman-teman dari Papua itu lebih suka berkelompok sendiri-sendiri kah?
Trus kamu melihat itu dari sudut pandang kamu gimana? Kamu sendiri mau
membaur dengan mereka atau menutup diri nih?
J Kalau aku pribadi sih, aku membuka diri ya, mencoba membaur dengan
mereka, suku Papua itu. Mereka kan sama dengan kita kan, mereka ketika
baik sama orang baik banget. Nah kayak kemarin nih waktu pertama kali di
asrama ini, sempet pindah dari Illago, kalau illago asramanya khusus
cowok kan, nah kami anak-anak yang perempuan dari Kalimantan sempet
dipindahin ke asrama Paulus , nah kakak-kakak Papua itu kan belum kenal
sama kami, nah mereka itu bantuin kami pas turun angkat barang.
T Kamu pernah mengalami konflik sama temen dari Papua?
J Sejauh ini aku belum pernah ada konflik sama mereka, aku menghindari.
T Kamu pernah tau konflik antar suku Papua di daerah Tangerang ini enggak?
J Pernah kok aku, nah biasanya itu kami malam-malam lagi duduk di depan
asrama. Nah anak Papua itu paling senang main sepakbola main bola di jalan
depan Illago. Biasa lah main main, ketawa-ketawa gitu terus tau-taunya ada
yang ngumpul gitu kan, terus ada yang teriak, nah terus ada satu yang bawa
kayu lari ke arah kami, ya kami langsung lari masuk ke dalam tower,
langsung kunci pintu.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
106
T Teman –teman sesama suku Papua sering ada konflik dong ya berarti? Terus
ada dampak atau efek apa nih buat suku-suku lain akibat konflik ini?
J Iya sesama Papua , teman-teman mereka konflik, kemarin itu maksudnya
kena ke suku yang lain itu sih nggak, cuman kami ini khawatir aja sampai
terjadi kayak gini , salah satu dari mereka masuk kemana otomatis yang lain
pada ngejar juga. Kalau anak-anak Kalimantan yang cowok juga takut kalau
kejadian seperti itu lagi, salah satu dari mereka masuk ke tower mana. Nah
takutnya mereka kena-kena ke yang lain juga. Sampai anak-anak Kalimantan
yang cowok buat rencana, kalau sampe terjadi kelahi lagi, kita loncat dari
pagar belakang.. trus kita yang cewek-cewek dikemanain kan ga bisa loncat,
nah mereka cowok bisa.
T Berarti nih dari cerita kamu, teman-teman kamu yang dari suku Kalimantan
menghindari juga dong konflik dengan etnis Papua?
J Iya bener. Soalnya kan mereka itu apa ya namanya, mereka itu kan
solidaritasnya tinggi banget, kalau misalnya ada satu tersakiti atau apa,
mereka langsung kan padahal mereka ga tau, dia itu salah atau benar.
Mereka itu lebih keras aja ya lebih kuat, jadi kadang anak-anak dari suku
lain juga takut apalagi mereka di sini ini banyak banget.
T Trus menurut kamu sendiri, latar belakang keluarga dan budaya dari
seseorang tuh mempengaruhi karaker seseorang dalam memanajemen
konflik ga sih?
J Mempengaruhi sih,misalnya kan kadang-kadang ada yang bilang kayak
kalian harus hati-hati deh kalau misalnya cari masalah , soalnya kalau ga
salah kan preman di Jakarta kan dari timur. Nah jadi kadang kita takutnya
ketika kita mau melawan mereka dengan massa, ternyata mereka lebih
banyak lagi massanya daripada kita, gitu
T Misalnya berarti dalam budaya Indonesia, kita lebih solidaritas ya
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
107
dibandingkan individualitas ya?
J Iya nih rata-rata mereka misalnya kayak gini, mereka kadang-kadang
kelihatan yang Kalimantan-kalimantan, Palembang-palembang, Belitung-
belitung, Papua-Papua disini tuh masih mengelompok. Nah kalau di
universitas lain, kan dari berbagai daerah di Indonesia, disini kan cuman dari
beberapa daerah, seperti dari Kupang, Belitung Timur, Palembang. Nah
kadang-kadang masih ada gap diantaranya belum membaur.
T Di saat kamu menghadapi konflik, alasan kamu menghindari konflik karena
apa? Menjaga nama baik atau ada alasan lain?
J Kalau aku menghindari setiap konflik karena jaga diri aku sendiri, misalnya
kan sering cerita ke orang tua ada masalah ini masalah ini, nah orangtua juga
bilang “ udah nggak usah ikut-ikut ntar kenapa-kenapa”, soalnya kan ada
beberapa yang terlibat masalah dipulangkan.
T Berarti di sini pernah ada yang konflik sampai dipulangkan?
J Iya pernah, pokoknya itu kakak tingkat, konflik dengan suku Papua. Cuman
pernah juga kemarin disini sempet malam-malam ramai banyak polisi depan
sini, depan kampus. Malam-malam mereka, yang suku Papua ini ada konflik
sama masyarakat. Cuman masalahnya kurang jelas karena tidak dibuka
secara umum. Cuman pokoknya sempet ada konflik sama sekitar Giant
T Menurut kamu strategi manajemen konflik itu penting tidak sih dalam
menyelesaikan konflik antar budaya?
J Kemarin pas pelatihan Himafi, Himpunan Mahasiswa Fisika di sini, nah
salah satu sesinya itu, manajemen konflik kalau disitu sih ceritanya ada satu
kakak tingkat,senior gitu lagi menjelaskan di depan, masalahnya itu karena
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
108
dia pake bahasa daerah, ada salah satu dari peserta bilang pake bahasa
Indonesia aja, kan disini beberapa daerah gitu. Kakak itu menggunakan
bahasa Palembang, kan disini dari beberapa daerah takutnya mereka ga
ngerti apa gimana. Jadi sempet kemarin ada bentak-bentak, mukul meja,
lempar buku segala macem, terus disitu ada yang tereak. Yah akhirnya sudah
selesai di stop. Akhirnya kesimpulannya jadi di organisasi itu pasti ada
konflik nah bagaimana caranya menghadapi konflik yang baik yaitu dengan
menghargai satu sama lain.
T Cara kamu sendiri nih gimana jika dihadapakan dengan konflik seperti itu?
J Kalau aku sih tipenya kadang ada konflik seperti itu aku menghindari, tapi
sebelum itu aku dulu pernah konflik sama keluarga sendiri, pernah
masalahnya sepele sih, cuman namanya cewek dia kuliah di luar sampit, di
Palangkaraya. Ceritanya cuman foto di fb , kalau aku suka cerita sama
mama, kok si mba ini foto nya kayak gini ya? Trus mungkin mama ngomong
ke orangtuanya. Untuk keluarga aku sendiri, kata-kata kasar, kekerasan fisik
itu ga pernah. Kalau keluarga saudaraku itu emang keras, kalau ayahnya
marah bisa sampe pake ikat pinggang. Jadi terus mungkin bapaknya marah
atau gmana ke dia. Akhirnya saudara aku ini ngomong ke aku, kamu ngapain
urusin hidup orang gitu kan. Jadi intinya dia marah , ngomong kata-kata
kasar ke aku. Intinya aku minta maaf duluan tapi kalau ga dimaafin ya uda.
Akhirnya pas 2 kali lebaran ketemu ga negur aku, baru lebaran tahun lalu,
aku ngalah istilahnya ngerasa yang muda ngedeketin tapi dianya ga tau deh
maafin aku apa ga. Menghindari konflik juga aku kan nggak enak kalau
keluarga tahu kita nggak saling menyapa.
T Pas datang merantau ke sini, ada pemikiran apa ga sih tentang adaptasi
dengan budaya baru disini, khusunya etnis Papua ya. Hambatan yang kamu
hadapi apa ?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
109
T Oke deh Pita, makasih ya atas waktunya hehehe. Kalau ada yang kurang aku
hubungin kamu lagi ya.
J Iya, sama-sama greeta. Nanti hubungin aku aja lewat whatsapp ya.
J Pertama yang dipikiran aku, ya sama sih, kayak orang timur itu bahasanya
keras karena liat dari televisi, terus bahasanya masih bingung juga, kita
ngomongnya apa dia komunikasi baliknya apa ke kita. Kadang-kadang
kurang ngerti. Lebih ke komunikasinya sih hambatannya dan bahasa.
T Boleh nih ceritain sedikit tentang budaya jawa kamu dan Kalimantan?
J Aku lahir di Kalimantan, Sampit. Kalau kegiatan yang Jawa banget itu
belum pernah liat, cuman tau aja kalau budaya Jawa itu ada ritual Sekaten,
Sekaten itu sebenernya orang Jawa bilang dari Syahadaten, 1 Muharam 1
Suro, itu Sekaten itu biasanya sesajen dilarung ke laut gitu, di tempat mbah,
belum pernah liat sih aku, karena memang lebih banyak aku menghabiskan
waktu di Kalimantan. Nah terus itu yang di Jawa aja cuman tau aja. Cuman
kalau yang di Kalimantan itu pernah ikut, jadi kalau di Kalimantan itu
mistisnya masih kuat banget, nah itu pas kelas SMP ada kegiatan Mapaslewu
itu bahasa Dayak, yang artinya bersihkan kampung, menyapu kampung.
Jadi istilahnya roh-roh jahat dibersihin, terus itu kami di Kalimantan ada
Mandi Safar, jadi di Sampit itu ada Sungai Mentaya, sungai besar dan ada
pelabuhannya dan masyarakat pada mandi disitu. Kalau Mapaslewu itu
cuman sekai aja setelah kejadian konflik Dayak dan Madura itu aja, nah
kalau Mandi Safar itu tiap tahun di kota sih , kalau yang di pedalaman Dayak
itu tiap bulannya , atau tiap tahunnya itu suka mengadakan upacara Tiwah,
Tiwah itu misalnya ada anggota keluarga yang dikubur, nah setelah beberapa
lama, tulangnya dibersihin, trus dimasukkin ke rumah-rumahan.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
110
Transkrip Wawancara
Narasumber : Kenny Septia Anugrah
Lokasi : Surya University, Gading Serpong
Tanggal/Waktu: 21 Oktober 2014/ pukul 11:00
T Halo selamat siang! Kita mulai wawancaranya ya, pertama nih nama
lengkap kamu siapa? Dan dari mana asalnya trus tempat tanggal
lahir kamu?
J Kenny Setya Anugrah, asal aku dari Palembang, lahir di sana
tinggal di sana. Aku lahir 17 September 1995
T Ayah dan ibu kamu asalnya dari Palembang juga, trus berapa
bersaudara nih kamu?
J Iya ayah dan ibu aku semuanya asli dari Palembang. Aku 4
bersaudara, aku anak kedua, kakak aku di Palembang uda lanjut S1
sekarang lagi lanjut S2 di Palembang juga. Adik –adik aku masih
kecil semua, masih SMP semua.
T Kamu merantau ke sini, Tangerang sudah berapa lama nih
waktunya? Kamu merantau ke sini sendirian?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
111
J Kalau merantau sejak tahun pertama masuk, sejak tahun 2012 sampe
sekarang bareng sama kayak pita. Iya sendirian aku ke Tangerang ini
ga ada saudara juga.
T Terus gimana nih pertama kali pas merantau ke pulau Jawa dari
Palembang, sendirian kan. Ada perasaan sama pemikiran apa
bertemu dengan orang yang berbeda budaya dari kamu?
J Sebenernya dalam pikiran saya itu, merantau itu pergi jauh kan dari
rumah, pokoknya nggak tinggal di rumah kan. dari orang tua. Kalau
aku sih tinggal di luar rumah uda dari SMA,jadi uda biasa aja cuman
lebih excited aja ketika kita keluar dari daerah asal sendiri gitu kan.
Aku pas SMA tinggalnya di asrama cuman masih di Palembang.
Cuman pas mau merantau ke Tangerang lebih excited aja sih kan
ketemunya pasti lebih banyak orang lagi, trus juga kayak di sini kan,
di Palembang itu nggak ada tuh yang pakai bahasa Sunda, kalau di
sini kan orang rata-rata pakai bahasa Sunda gitu kan..jadi agak wahh
bahasa Sunda gini toh. Jadi kan kita pertama dikira orang Palembang
kan logatnya agak keras,trus dikira kayak marah gitu sama temen
lain padahal biasa aja gitu.
T Ohhh, memang logat asli orang Palembang yang keras ya?
J Iya memang keras, soalnya kan melayu gitu..
T Terus, pas pertama kali merantau ke sini, kan ketemu banyak
budaya,ada perasaan takut atau apa,dan ada stereotip tentang budaya
lain nggak?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
112
J Pernah, kayak merasa wah di sini bener-bener harus kerja sendiri,iya
ada sih teman-teman dari Palembang juga. Kan sekarang ini kuliah
istilahnya punya interest masing-masing, ngeliat dari suku lain tuh,
kayak misalnya ada dari daerah Belitung,Papua berarti ada semacam
perbedaan, beda banget sama kita kan,jadi kita harus menyesuaikan
lagi apalagi untuk berteman.
T Iya, baik Nah kayak kamu sama Pita kan beda budaya,perlu banyak
penyesuaian untuk menjadi akrab kayak sekarang kan? Coba ceritain
deh
J Pas waktu pertama kali, sebenernya dari logatnya aja uda
beda,takutnya kan dia dari Kalimantan logatnya agak halus juga sih
istilahnya dia ikutin ke logat halus juga kan. Nah kebanyakan
mengira tuh kita marah karean logat kita padahal biasa aja. Trus
harus bener-bener perhatiin juga apa yang kita maksud sama dia
maksud itu nangkep nggak sih dianya
T Kadang hal seperti ini yang menjadi hambatan ya dalam komunikasi
beda budaya secara latar belakang budaya masing-masing individu
itu menjadi karakter diri sendiri kan, nah berapa lama pastinya nih
kamu merantau di sini?perasaannya gimana? Pernah ada konflik?
J Lamanya aku merantau sudah 2 tahun ya dari 2012, sekarang masuk
tahun ketiga di Tangerang ini. So far sih kalau sekarang ini aku uda
nyaman ya, walaupun kadang masih suka ada beda-beda pendapat
gitu. Cuman uda biasa aja sih sekarang. Nah istilahnya tuh 1 tahun
kita beradaptasi sama mereka gitu, kayak contohnya oh suku ini
mereka nggak bisa dikerasin, atau suku yang ini mereka tuh
orangnya , kadang kita pribadi suka keceplosan sama bahasa sendiri,
nah beberapa dari mereka misalnya kayak segerombolan pake
bahasa daerah mereka sendiri, trus pas kita masuk sendirian, agak
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
113
gimana kan. ya kita mencoba menyesuaikan saja sih dengan
merekanya masalah bahasa sih.
T Kalau lebih spesifik, suku apa sih yang kamu maksud disini ken?
Apakah kamu menyesuaikan diri dengan etnis Papua secara kan
mereka mayoritas di kampus?
J Kalau aku sih secara pribadi, biasanya aku duluan yang ngedeketin
mereka, karena yang aku tau sih, denger-denger juga, cerita dari
teman-teman juga. Mereka itu, suku Papua orangnya sensitif.
Menurut kita biasa aja tuh tapi menurut mereka sensitif. Contohnya
kayak kita ngomongin budaya kita, oh kamu tuh gini-gini, oh kalian
gini-gini. Misalnya kayak di Palembang tuh ngomongin Babi masih
agak tabu kan, nah bagi mereka itu hal yang biasa aja. Karena
mereka seperti itu kita juga harus preventif sama diri kita, kalau
ngomongin masalah babi. Karena mereka di sana kan memuja babi
kan. Jadi yang menghormati aja.
T Jadi orang Papua menurut kamu, adalah orang yang sensitif kan. Nah
pernah nggak selama 2 tahun ini kamu ada konflik dengan mereka?
J Ehmm… kalau konflik yang besar banget, nggak pernah sih. Cuman
kayak konflik hal –hal sepele aja sih, kayak gini sebenernya di
asrama itu kita tidak boleh bawa tivi kan, jadi ada 1 tivi di lobby aku
kan, di lobby mereka kan beda. Kan kita tuh anak-anak Palembang,
jarang tuh nonton kan palinng balik ke kamar langsung. Biasanya
teman-teman Papua itu yang paling sering nonton tv, kalau misalnya
kan kita kana da saatnya lah pengen nonton, pengen tau berita apa
gitu, tapi yang mau mereka tonton beda kan sama yang mau kita
tonton, jadi kadang ya harus memaklumi juga, jadi jam mereka
nonton segini, mau gak mau sebelum mereka nonton kita uda duluan
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
114
nonton, jadi mereka yauda. Mereka kan biasanya nungguin tuh, nah
pas uda selesai nonton ya kita komunikasiin ke mereka “nih uda
selesai, makasih ya kak”.
T Oh berarti di sini juga ada konflik dong, kayak kamu pribadi
berusaha untuk merendam keinginan kamu supaya mereka dulu gitu
ya?
J Iya, nah kalau aku gitu, yauda kita senengin mereka dulu nih, pakai
dulu nih tvnya. Nah pas kita pengen baru pake sebentar, sebentar
doang sih aku pakainya nggak lama.
T Terus nih ya berarti kalau kamu liat nih, budaya mereka itu yang
etnis Papua, lebih bagaimana sih budayanya, lebih solidaritasnya
tinggi kan, kalau budaya kamu sendiri gimana nih solidaritas kah
atau lebih individual?
J Iya tinggi mereka solidaritasnya, kekeluargaanya juga. Ehmm kalau
menurut aku sih, ga terlalu indiviualis tapi ga terlalu solidaritas juga
sih kalau budaya Palembang itu, misalnya kan kita beda-beda
jurusan nih jadi interestnya beda-beda walaupun dari Palembang
juga, nah suatu saat kan kayak kemarin, baru-baru ini berita
Palembang berkabut kan, ya jadi kayak kita baru ngomongin tentang
Palembang, biasanya kita juga ngumpul kalau bahas tentang berita
Jokowi jadi presiden kan. Kalau dibilang budaya kita solid jika ada
interest yang sama.
T Kalau yang etnis Papua, kebanyakan dari mereka menurut sudut
pandang kamu dari budaya lain, mereka itu menyelesaikan sebuah
konflik lebih menggunakan cara seperti apa sih? Kekerasan kah atau
diajak berkomunikasi untuk cari solusi?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
115
J Aku sih pernah tau , mereka kayaknya emang suka menyelesaikan
masalah dengan kekerasaan itu. Tapi kayaknya mereka juga
menganggap hal itu biasa aja deh.
T Saat kamu sendiri mengalami konflik dengan mereka yang etnis
papua, kamu memilih cara mengurangi atau menyelesaikannya
gimana?
J Aku sih lebih milihnya, menurut aku biarin aja mereka mau ngapain
aja deh, karena di sini aku lebih menghindari konflik, lebih baik kan
ini daripada mengobati gitu kan. Mending aku aja deh yang
mengalah, karena kan secara tidak langsung aku tuh yang lebih tahu
sama diri aku, dan kalau aku kayak gini apa yang akan terjadi di
depan gitu. Menurut aku, mengalah aja jangan sampai aku berantem.
T Ohhh, berarti kamu disini menjaga diri kamu, identitas kamu juga
ya. Berarti nih ya latar belakang keluarga juga mempengaruhi
seseorang individu untuk bertindak dalam sebuah manajemen
konflik ya?
J Iya sih mempengaruhi , menurut aku mempengaruhi. Iya pastinya.
T Pada saat kamu berinteraksi dengan etnis Papua saat kelas, kamu
paham nggak apa yang mereka ingin sampaikan, secara kan mereka
budayanya berbeda, logat dan bahasanya beda, ada hambatannya ga
sih saat kamu ngobrol sama mereka?
J So far sih, kalau aku sih komunikasi sama mereka aku sih nggak
ngerti karena kan bahasa Indonesia mereka masih kurang tuh, jadi
aku kadang miss aja, omongin apa mereka ini. Aku sih minta ulangin
dua sampe tiga kali apa yang dia maksud. Kayaknya sih aku susah
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
116
mengerti dia, dan dia juga susah mengkomunikasi kan ke aku.
Menurut aku sih ini. Biasanya kan mereka nanya ke aku apa yang
dijelasin dosen ke aku, aku jelasin nih gini gini. Kayak
memahaminya menggunakan bahasa dia sendiri. Nah kesimpulan
yang mereka tangkep sama yang aku jelasin tuh dia nggak ngerti
makanya aku minta ulang.
T Nah ini pertanyaan terakhir ya, kamu cerita sedikit tentang budaya
Palembang kamu nih, apa aja sih yang menarik dan khas?
J Kalau di Palembang itu soal budayanya itu uda nggak terlalu kental
gimana, cuman di Palembang itu dulu ada kesultanan, sekarang
masih ada sih Sultan Mahmud Baddaruddin, cuman sekarang kan
nggak di ekspos aja kesultanannya. Kalau di Palembang cuman ada
sultan sebagai formalitas, nah kalau di Palembang itu lebih budaya
modern jadi kalau misalnya kayak ada acara besar gitu, kalau ada
acara lomba 17 Agustus kita punya tempat di Palembang, tempat
kongkow anak muda di samping sungai Musi, benteng Kuto Besak
kan. Biasanya suka lomba Bidar, Bidar itu perahu panjang nanti ada
tim-timnya, nah tiap timnya itu terdiri dari beberapa orang nah
merka dayung perahu Bidar itu, biasanya gambar naga depan
perahunya. Untuk budaya yang terlalu kental jarang ya. Kalau di
Palembang di tempat aku sih, pas tahun baru Muharam itu mereka
sekedar yasinan aja baca doa selesai di masjid atau di mushola.
T Untuk masyarakat Palembang sendiri cenderung sudah campur atau
gimana?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
117
T Oh .. baik Kenny, sepertinya sudah cukup, nanti kalau ada yang
kurang aku whatsapp kamu ya, terimakasih kenny.
J Iya boleh, nanti whatsapp aja. Sama-sama ya.....
J Nah kalau di kota aku itu sih kebanyakan sudah nyampur semua,
cuman ada beberapa daerah yang kayak misalnya di Jakarta, kan
masih ada yang komunitas China, China semua, komunitas Arab,
Arab semua. Nah masih ada sih di sana juga seperti itu cuman
mayoritas uda campur gitu.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
118
LAMPIRAN B:
Transkrip Wawancara
Narasumber : Dalson Albert Gipsi
Lokasi : Surya University, Gading Serpong
Tanggal/Waktu: 21 Oktober 2014/ pukul 15:00
T Halo, selamat sore. Pertama nama lengkap kamu siapa?asalnya dari?
J Sore, nama lengkap Dalson Albert Gipsi, asalnya dari Merauke.
T Kalau Merauke itu masuknya ke wilayah Papua bagian apa? Barat atau
timur? Gak mungkin Papua Nugini kan? hehehe
J Masuk Papua aja sih, ga sih tapi sudah dekat sih untuk ke Papua Nugini.
T Nah, trus kalau mau ke Papua Nugini kendaraannya gimana tuh? Kan beda
pulau apa gak sih?
J Gak sih masih satu pulau sih, kalau mau ke sana sih lewat batas darat. Tapi
sih di sana tentara jaga hehehe.
T Oh kalau seandainya mau liburan ke Papua Nugini itu harus bawa pasport
atau surat gitu gak sih? Nah kalau orang Jakarta mau ke sana gimana?
J Ga sih,kalau dekat dengan tentara di situ bisa lewat kok gratis, tapi kalau
tidak ya. Ga tau sih orang Jakarta kalau kesana gimana. Tapi kalau dari
orang papua ke sana sih mudah.
T Trus, kamu berapa bersaudara nih? Punya adik atau kakak?kamu anak ke
berapa?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
119
J Dua bersaudara, aku anak kesatu. Punya adik perempuan.
T Adiknya tinggal di sana?keluarga besar kamu tinggal di Papua atau di
Jakarta kamu ada sanak saudara?
J iya tinggal di sana,ada sih saudara, hmmm ada 2 eh tiga, satu menikah
disini,trus kalau 2 lagi masih kuliah.
T Kuliahnya di surya juga? Saudaranya perempuan apa laki-laki?
J Laki-laki semua saudaranya.
T Umur kamu berapa?kamu merantau dari sini ke Tangerang sudah berapa
lama merantau?
J Umur 21, berapa lama yaa, 3 tahun, dari 2011
T Kamu kan ada saudara disini, sering berkunjung ke sana apa tidak?
J Ada saudara sih, paling setahun cuman 2 kali kalau ada acara aja
T Memang saudaranya tinggal di sini juga dalson? Atau dimana?
J Tinggalnya di ciledug,paling mainnya ke rumah saudara pas natal aja.
T Kalau kamu sendiri Dalson tinggalnya dimana?suka main bola juga?
Biasanya main dimana sama siapa?
J Aku tinggalnya di asrama Illago. Iya suka main bola, di depan asrama
Illago, kalau ga di Kampung belakang, gatau deh nama kampungnya apa.
T Nah, kamu selama merantau dari Papua ke Tangerang sini gitu, ada
perasaan gimana gitu ga sih? Kayak kamu ada pemikiran apa sih secara
latar belakang budaya kamu berbeda dengan yang disini?
J Biasanya aja sih sebenernya, habis kan kalau di Merauke tidak seperti di
daerah Papua lainnya gitu. Sukunya lengkap, campur sukunya. Kalau di
Merauke itu bisa disebut Indonesia Mini.
T Ohh berarti di Merauke nggak hanya suku Papua aja dong ya?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
120
J Gak sih, sudah banyak kawin campur. Biasanya yang kawin campur itu
orang cina menikah dengan orang Papua, orang Toraja kawin disana sih
banyak.
T Di daerah Papua itu sendiri, ada budaya yang keras dan tidak nih menurut
apa yang aku tahu, terbagi ke suku-sukunya gitu ga sih di Papua itu?
J Wohhh, kalau yang masih keras sih yang masih primitif, di daerah gunung
sih, di Papua gunung sih di tengah, biasanya kan Papua dibagi menjadi dua
kan Papua pesisir terus Papua gunung,nah kebanyakan dari Papua pesisir
yang dipinggir pantai tuh, hidupnya uda membaur, nah kalau yang di
daerah gunung, itu hidupnya belom membaur. Karena akses nya susah
belum terjangkau yang dari daerah-daerah itu kurang bagus.
T Ohh jadi mereka itu susah juga ya buat ke kota, emang yang paling banyak
campuran budayanya itu hanya di Merauke saja atau ada di kota-kota
lain?dimana saja sih?
J Ga sih, ada banyak sih, di Jayapura lebih banyak lagi, trus di Manokwari,
Biak, Seruwi. Kalau Seruwi rata-ratanya masih hitam nih, belum operasi
plastik hehehe. Kalau di bagian Seruwi itu kulitnya terang-terang gini taoi
orang Papua. Yah, karena mereka perkawinanan mereka campur sekitar
beberapa generasi ke atas dari saya gitu. Karena di sana orangnya itu sudah
tidak kayak Papua asli gitu. Rambutnya tidak keriting lagi, sudah lurus asli.
T Berarti mereka percampuran budayanya uda macam-macam ya uda dari
Cina, Jawa, Kalimantan ya? Nah trus kalau di sana, kan mereka uda kawin
campur , emang ada konflik apa secara beda budaya kan? Itu gimana sih?
J Iya banyak campurannya. Nah yang menjadi penyebab konflik itu kalau
menurut saya itu dari misalnya dari luar pulau, tapi tidak lahir di Papua ya.
Terus jalan di sana baru nikah di sana, nah itu tuh yang jadi masalah,
konflik, kan budayanya berbeda tuh nah tapi kalau yang lahir di sana, nikah
di sana biasanya sih gak sih.
T Biasanya sih konflik-konflik apa sih yang suka terjadi di Papua karena
perbedaan budaya itu?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
121
J Paling biasanya sih kalau menurut saya sih, keluarga. Abis pengalaman nih
ada kakak nikah sama orang Betawi rubah keturunan, nah kesana, istrinya
tidak cocok tinggal di Papua pas itu.
T Ada hambatan juga dong, secara kakak kamu dan istrinya beda budaya? Itu
kan bisa menjadi penyebab konflik juga kan?
J Ga ada sih hambatan yang terlalu bagaimana, karena kakak saya tinggal di
Jakarta lama, datang dari Merauke tinggal di sini lama,terus nikah. Pas
kembali ke Papua, pas saya Sma kelas 2 mereka balik ke Papua, istri dan
kakak saya tidak cocok padahal 2 minggu saja. hehe
T Apa alasannya kenapa tidak cocok tuh dalson?apa karena perbedaan budaya
dari Betawi dan budaya Papua?
J Karena tidak terbiasa dengan keluarga di sana, nggak sih, biasanya karena
kurang cocok kan ada keluarga datang, dari pihak laki-laki. Nah kalau
banyak yang datang, wuish hitam semua tidak ada yang putih, rata-rata
suka minum sih kalau sudah kumpul.
T Terus, berarti budaya Papua itu sangat kekeluargaan banget ya?Budaya
kamu tuh kekeluargaan sekali, sering kumpul bahkan nggak kenal aja bisa
kumpul betul ya?
J Iya sih betul, kalau keluarga, yang menyangkut keluarga di Papua itu benar-
benar erat sekali. Itu kalau hubungan darah, kalau tidak hubungan darah
lebih akrab lagi. Misalnya ada saya kan bergaul di Merauke tidak hanya
dengan orang Papua saja, saya bergaul dengan ini apa orang jawa yang
tinggal di sana, terus anaknya lahir di sana, seumuran saya. Mainnya sama-
sama juga,nggak tau nama pertama,setelah tau nama akhirnya kayak
saudara. Pergi ke dalam rumah, makan sama-sama,tidur di situ. Jadi ya
persaudaraanya lebih bagus di sana ya menurut saya.
T Kalau di Tangerang sini, kan kamu merantau sudah cukup lama ya
meninggalkan Merauke,trus ada perbedaan antara di sana dan sini kan, lalu
bagaiamana penyesuaian kamu dengan teman dari budaya yang lain?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
122
J Waktu itu ada temen dari Merauke yang satu asrama sama saya, cuman su
pindah gak tau kemana, iyalah beda , di sini kayaknya ya masing-masing
orang egois.
T Sikap egois itu dari etnis yang berbeda sama kamu kah atau yang sama
etnis dengannya kamu juga egois?
J Yah sama keduanya, misalnya di kamar putar dvd wah besar sudah,
biasanya mereka ditegur dikasih kecil volumenya.
T Hambatan kecil seperti ini bisa memicu konflik juga dong ya diantara
kalian maupun yang beda suku?
J Iya sih bener, biasanya sering begitu di asrama, ya kalau di kamar lagi
belajar-belajar, teman kamar di sebelah ribut. Wuishh bikin pusing.
T Kamu pernah mengalami konflik sama orang dari etnis lain, sampe berante
gitu? Nah kalau di asrama terjadi konflik karena sebabnya itu, kamu
memilih bersikap seperti apa untuk menyelesaikan konflik itu? Menghindar
kah, membela atau melawan pakai kekerasan atau gimana nih?
J Kalau konflik, berantem dengan teman lain belum jangan sampai deh.
Hehehe.. kalau untuk jadi yaa tengah, penengah dalam konflik itu banyak
kali. Misalnya ya temen saya dari Merauke kan sering mabok yang di
asrama Illago, sering baku pukul dengan teman-teman dari daerah lain gitu.
Yasudah kalau temen-temen saya sih biasanya sedikit menghargai saya,
karena bekas ketua Mahasiswa Merauke, jadi kalau ada masalah gitu, nah
terus saya jadi kakak tingkat lah pas pertama kali sekolah di sini.
T Lalu cara menengahi sebuah konflik baku pukul itu antar teman-teman
kamu biasanya ngapain?
J Biasanya tuh caranya paling gampang, saya menghindari dia, teman saya
yang saya kenal dekat saya kasih jauh, biasanya saya bawa ke kamar, kita
cerita di kamar, ya dari temen yang baku pukul dengan dia, temen
konfliknya sudah tidak ada otomatis ya pergi hehehehe. Dibawa ke kamar
ya temen saya itu, pokoknya cerita aja, ada yang “ bikin malu”.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
123
T Nah sejak kamu merantau ke sini nih, dari 2011, kamu ada rasa apa kayak
perlu membaur lagi,perlu membuka diri dengan budaya lain seperti Jawa,
Kalimantan, Palembang gitu? Ada pemikiran apa sih tentang budaya
mereka dari sudut pandang kamu?
J Saya sih, kalau selama tinggal di sini, gak pernah mau bergaul dengan
orang lain selain di asrama.
T Ohh, ga nih maksud aku, kamu pas tinggal di Tangerang, kamu berteman
dengan etnis lain, seperti Kalimantan, Jawa, Palembang. Nah mereka kan
memiliki budaya yang berbeda dengan kamu,ada ga nih pemikiran tentang
budaya mereka tuh kayak gini loh kayak gitu loh? Dan kamu harus
menyesuaikan diri seperti apa sih?
J Ohhhh, ohhhh iya...kalau berpikir seperti itu sih tidak ya, karena kan dari
Merauke sudah ada yang Jawa, mereka logatnya su beda, ya waktu itu juga
pas SMA, juga uda ketemu banyak etnis kan jadi mencoba untuk sama aja,
dan biasa aja. Cuman di sana kan kalau di Jakarta itu banyak apa, pergaulan
yang ya sampai masukkin narkoba lah. Itu yang pas mau dateng ke sini, itu
yang buat takut, belom pernah nih liat Narkoba. Pikirnya tuh narkoba itu
apa sih, terus ya itu aja sih yang paling dipikirkan sebelum datang ke sini.
T Hmm. Terus tadi kan kamu bilang ada temen deket kamu yang baku pukul,
nah menurut kamu ada nggak sih sejarah keluarga, atau latar belakang
keluarga sehingga membentuk karakter seseorang dalam memanajemen
konflik antar budaya. Gimana menurut kamu? Keluarga kamu
mempengaruhi karakter kamu ga sih?
J Ga juga sih ya, abis pas di Merauke tinggal, hmm. Papa mama sudah
meninggal dari kecil, hehe jadi saya tinggal sama keluarga, tapi keluarga
dari mama. Tapi saya lebih suka apa bergaul dari temen-temen dari luar
bukan dari keluarga. Saya belajar sesuatu dari luar, dari lingkungan.
T Oohh gitu , kan di rumah kamu diurus sama keluarga dari mama, kamu
diajarin budaya apa sih sama keluarga kmu, kekerasan kah atau
menghormati satu sama lain selain belajar dari lingkungan luar?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
124
J Ada sih, kalau di sana diajar sederhana saja, kan di Merauke banyak
tempat, ya sama sih kayak di Jakarta aja tempat yang ada preman-preman.
Tapi di sana bukan disebut preman, tapi kompleks. Nah jadi saya tinggal di
bagian situ, jadi di Merauke ada satu tempat di daerah pelabuhan nah
tempat itu rawan , hehehe jadi disitu tuh, keluarga saya itu cuman kasih 2
syarat ke saya. Nah kalau minum, minum alkohol hehehe nggak boleh sama
anak kompleks disuruh kalau mau minum toh sama temen-temen dari
sekolah. Kalau kenal sama dorang, itu cukup tau nama aja nggak boleh
dekat.
T Apakah kamu sendiri bisa melakukan syarat itu sampai kamu meninggalkan
Merauke apa nggak nih?
J Ya bisa saya sampai meninggalkan Papua, soalnya kalau bergaul sama anak
kompleks itu pasti ujung-ujungnya masuk lembaga. Hehehe. Suer betul.
T Kenapa bisa masuk lembaga? Apa penyebabnya?
J Ya ga sih, ceritanya sederhana aja. Saya temen sama kamu, kamu buat
rusuh, saya lihat, dalam hati saya nih. Saya pikir e kenapa dia bisa buat
kacau, kenapa saya nggak bisa. Jadi saya ingin buat kacau. Hehehe.
Sederhana itu saja, cuman kacaunya itu bukan hanya baku pukul
saja,sampai ada temen saya beberapa orang ya di kompleks, sampe bunuh
orang,kasus besar besar seperti bunuh orang, pemerkosaan.
T Itu kenapa sih mereka anak kompleks seperti itu, apa karena mereka keras
budaya, atau keluarganya? Apa mereka dari orang gunung?
J Iya sih, di Merauke jarang sih dari Gunung masuknya. Itu sih mereka dari
kampung datang ke kota, sampai ke kota. Mereka dateng sekolah kan, ikut
sekolah tidak sampai selesai, putus setengah jalan.setelah itu yang mereka
lakukan tiap hari mabok aja, kan mereka kerja dapet uang, buat mabok lagi.
T Leluruh, atau sesepuh asal suku Papua ini kebanyakan itu berasal dari
daerah mana atau tersebar di setiap kota sih?
J Kalau leluhur suku Papua yang dominan sih di daerah gunung. Di Wamena
paling banyak.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
125
T Dalson,trus jadi kamu selama berteman dengan etnis yang beda sama kamu,
kamu memilih menghindari konflik ya? Biasanya kamu berteman dengan
etnis apa saja?
J Iya sih saya menghindari konflik baku pukul ya, tapi kalau konflik adu
mulut sering, biasanya sama temen dari Kupang. Anak anak dari daerah
Kupang banyak di asrama Illago, ya kadang-kadang mereka sering main
olok-olok gitu, hehehe saya yang terima juga panas. Olok-olok ke saya.
Biasanya kan main bola, kalau sepak salah wuishhh langsung olok.
Biasanya sih konflik seperti itu cuman main-main saja, saya marah-marah
ke mereka abis itu udah selesai masalahnya.karena saya kurang dekat
dengan teman-teman dari Papua, lebih suka main dengan dari Kupang, dari
Palembang, Belitung. Habisnya teman-teman dari Merauke sudah pada
pergi dari Asrama, ada sih yang dari Papua cuman kurang akrab aja. Saya
jarang bergaul sama yang dari Papua ya karena kadang merekanya masih
suka bergaul dengan kelompok mereka sendiri, kalau ngobrol-ngobrol sama
mereka sih biasa saja, namun biasanya dorang yang ngajak ngobrol saya
dulu.
T Di saat menghadapi konflik sama temen kamu yang beda suku , strategi
seperti apa sih yang kamu lakukan? Mengalah kan? Kompromi kah,
menurut aja atau berusaha menghindari?
J Saya biasanya selalu menghindar, ya sih karena saya sudah tau pribadi
saya, kalau saya lagi marah sama orang. Lebih bagus saya menghindar,
kalau saya masih di situ nanti kelahi, jadi saya lebih suka menghindar
T Jadi itu ya pilihan kamu, oke deh makasih loh wawancaranya asik sekali,
nanti kalau ada yang kurang aku hubungin lagi ya. Terima kasih ya
J Iya. Hehehe sama-sama. okay
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
126
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Maria Katarina Lamauwra
Lokasi : Asrama Paulus, Gading Serpong.
Tanggal/Waktu: Rabu 10 November 2014/pukul 16.00
T Halo, selamat sore. Nama lengkap kamu siapa?coba perkenalkan diri kamu
ya.
J Sore, nama lengkapya Maria Katarina Lamauwra, biasanya aku dipanggil
Rina.
T Ohh gitu, asal kamu dan tempat lahir kamu dimana?
J Asalnya aku dari Kaimana, kalau tempat tanggal lahir aku di Fak-fak, 17
Oktober 1995.
T Trus, kamu umurnya berapa? Kamu berapa bersaudara? Nama orangtuanya
sama asalnya sama seperti kamu?
J Aku sekarang umur 19, aku anak tunggal. Ayah Martinus Lamauwran,
kalau ibu leonia Jampeyan. Asalnya dari Papua semua, kalau mama sih dari
sorong sih, kalau papa dari Kaimana
T Trus kamu di sini merantau sudah berapa lama?
J Aku merantau sudah 2 tahun di sini.
T Kamu lahir di Fak-fak itu sebelah mananya Papua? Maksud aku dekat
dengan apa?
J Fak-fak ini di Papua Barat sih, dekat Fak-fak. Papua kan ada 2 Papua Barat
dan Papua saja.
T Trus kesini kamu pertama kali merantau ke sini dari tahun kapan?
Merantaunya dari sendirian atau ada saudara atau bareng teman?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
127
J Dari tahun 2012, ada teman-teman dari Kaimana bareng ke sini juga
merantau untuk sekolah.
T Pas dari Kaimana ke Tangerang bareng sama teman-teman juga ya? Trus
kamu pas mau merantau ke sini ada pemikiran apa ga tentang mau
merantau ini jauh dari tempat tinggal, keluarga, ketemu orang baru?
J Awalnya sih sedih ya, kan saya anak tunggal, sedih sih kan sudah terbiasa
hidup dengan keluarga, kan dekat dengan orangtua, datang ke sini sendiri,
susah juga sih sudah 2 tahun di sini, jadi terbiasa lah. Kan ada teman-teman
juga.
T Oohh, teman-teman kamu yang satu daerah sama kamu ada juga di sini? Di
asrama ini?
J Iya ada juga, seangkatan, angkatan pertama sih kebanyakan.
T Lalu, komunikasi kamu dengan orangtua bagaimana? Sering pulang
kah?atau via telpon?
J Selama di sini sih, belum pernah pulang selama 2 tahun ini, biasanya lewat
telpon sih.
T Ini pertama kali kamu merantau ya disini, sebelumnya pas di Kaimana
belum pernah ya?
J Iya ini pertama kalinya.
T Kamu merantau ke sini , Tangerang ya. Pas tinggal di sini kamu liat teman-
teman yang berbeda suku dengan kamu, bahasa, budaya tentunya kan. Nah
kamu ada pemikiran apa nggak sih tentang mereka yang beda etnis
denganmu?
J Awalnya ke sini susah menyesuaikan diri, terutama bahasanya. Kan orang
Papua itu identik nada bicaranya selalu kasar dan dengan cepat kan,waktu
ke sini susah kali untuk menyesuaikan, hehe kadang juga kan kata-kata
yang kami sampaikan ke mereka, mereka mengerti kan yang Papua itu
kebanyakan singkat-singkat kata. Jadi macam saya mau pergi, sa pi gi disini
jadi mereka itu kira, sapi yang pergi. Jadi susah menyesuaikan. Kan kadang
ada dari Palembang, Jawa, Belitung.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
128
T Kamu perlu berapa lama tuh untuk menyesuaikan diri itu dengan mereka?
J Perlu setahun lah, apalagi menyesuaikan dengan yang mereka , teman-
teman yang dari Palembang itu kan bahasanya susah dimengerti logatnya
itu.
T Jadi pertama kali di sini, yang menjadi hambatan dalam hubungan temen
antar suku, hambatan bahasa ya? Apa ada ketakutan untuk membuka diri
karena beda budaya?
J Iya sih bener apalagi yang ke Palembang, jadi waktu ke sini macam anak-
anak Papua itu identik kalau bicara kan kasar, kita tuh sudah kalau nada
bicaranya kasar mereka pikir tuh ah ini mungkin marah. Sebenernya tuh
tidak, jadi macam jarang mereka tuh mau dekat sama kita.
T Semua logat bahasa dari Papua itu seperti itu ya emang keras?
J Iya emang semua kayak gitu, tapi sebenernya tidak marah itu biasa saja
hanya logat.
T Trus, kedua orang tua kerja di Papua? Lalu selama kamu menetap di sini,
pernah ada konflik atau berantem sama orang yang beda suku dengan
kamu?
J Iya, papa kerja, Papa kerja di Pln, terus mama ibu rumah tangga. Sejauh ini
belum pernah ada konflik yang berantem besar-besar, masih baik semua
dengan teman.
T Apakah ini cara kamu juga supaya tidak terlibat konflik? Cara atau sikap
kamu lebih bagaimana sih dalam mengatur konflik antar suku ini rin?
J Aku lebih menghindari konflik sih ya selama ini, karena jaga nama baik
jaga nama kabupaten juga kan. Kan kami anak-anak yang Papua Barat beda
sama anak-anak yang Papua. Kalau yang Papua tuh lebih kasar lagi macam
anak Tolitara. Bedanya tuh gini kalau kami orang-orang Pantai itu sudah
mengerti tentang bahasa Indonesia, lebih sopan. Kalau ada masalah sedikit
lebih terkontrol. Nah kalau anak Papua yang terutama teman-teman dari
Tolitara itu lebih cepat emosi tak terkontrol, seperti konflik beberapa waktu
yang lalu itu. Yang di sampai di kampus itu.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
129
T Penyebab konflik besar itu antara etnis Papua juga ya? Itu kenapa sih?
J Itu tuh, ada masalah dengan teman-teman dari Palembang, gara-gara
Palembang dengan Papua, yasudah mereka tuh marah, makanya teman-
teman Palembang waktu itu diungsikan gara-gara masalah ini. Diungsikan
ke daerah tengah, cuman yang jadi masalah yang cowok-cowok, kalau yang
cewek tidak masalah.
T Lalu, anak yang ikut terlibat konflik itu gimana tuh konsekuensi dari Pihak
Surya Universitas? Memang parah sekali ya?
J Oh anaknya sudah dikeluarkan, parah sekali. Konflik fisik itu terjadinya,
sampai kakak Tono yang Palembang itu masuk rumah sakit.
T Papua itu memiliki unsur kekeluragaan yang sangat erat ya? Bener kan?
J Iya.satu buat masalah, walaupun ia buat salah tapi tetap dibela. Ga tau
apapun tetap dibela.
T Apa kira kira alasan mengapa daerah Papua barat dengan Papua itu beda
perilakunya? Apa pengaruh dari latar belakang keluarga juga ga sih?
J Faktor budaya mereka tuh masih terbawa budaya yang perang-perang suku.
Kalau di Papua Barat itu sudah tidak ada yang perang-perang suku, lebih
moderen. Kalau Papua yang lebih kentara sukunya itu yang dari
Pegunungan macam dari Puncak Jaya, Tolitara, Wamena. Itu lebih kasar
lagi, kalau Jayapura sudah nggak seperti itu.
T Nah terus, bilang kamu memilih untuk menghindari konflik, mencari aman
juga, jadinya kayak konsep diri kamu dong? Mksdnya kayak karakter kamu
gitu.
J Soalnya iya saya orangnya juga tidak terlalu bicara banyak sih, pendiam sih
cuman, ga mau banyak bicara aja.
T Trus misalnya kamu biasanya selama disini lingkungan asrama, kamu
berteman sama Pita, Kenny,selain itu sama siapa lagi kebanyakan berasal
dari suku yang sama atau beda? Kalau berteman dengan temen yang beda
suku pernah ada konflik?
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
130
J Sejauh ini sih belom, tapi aku sering ngumpul juga, lebih dekat sama
teman-teman yang dari Palembang di sebelah, cuman mereka orang Batak
tinggal dan dari Palembang, jadi lebih dekat. Sama mereka-mereka juga.
Ada yang kristen dari Batak, cuman mereka tinggal di Palembang, bisa
menyesuaikan diri juga sih mereka, mengerti sih logat Papua mereka. Jadi
lebih dekat sama mereka.
T Dalam pemikiran kamu bahwa budaya Jawa, Palembang, Kalimantan
seperti ini, budaya Batak seperti ini? Pemikiran seperti itu pernah terlintas?
J Pernah sih, kayak teman-teman Batak itu kayaknya sama dengan orang
Papua, gaya bicaranya juga cepat dan bernadanya juga kasar. Kalau sama
teman –teman dari Kalimantan dan Palembang identinya kan lebih lembut.
T Trus, kebiasaan kamu sehari-hari biasanya ngapain aja?
J Biasanya sehari-hari pulang dari kuliah, biasnya langsung ke sebelah. Ke
teman-teman yang di sebelah. Jarang sih biasanya mau main sama temen-
teman dari Kaimana, biasnya lebih dekat dengan teman-teman yang
Palembang. Kalau berteman dengan teman yang dari Papua kapan
berkembangnya hehehe
T Berarti kamu mau membuka diri dong untuk berteman dengan teman-teman
yang lain?
J Iya sih aku mau membuka diri untuk berteman dengan yang lain
T Kamu pernah berteman dengan teman dari suku Palembang itu , pernah ada
konflik baik konflik verbal biasanya disebabkan oleh apa sih? Coba ceritain
rina.
J Pernah konflik kok, hehehe ya kan waktu itu sempat apa namanya,kan
bermain kayak gini, sambil nonton sih, cuman nadanya terlalu kasar kan
dari saya makanya mereka tersinggung, teman dari Palembang itu Lilis
namanya. Trus jadi pas datang ke kamarnya mereka kok diam-diam. Lalu
mika yang kasih tau bahwa kalau Lilis tersinggung. Apa tuh pernah awal-
awal mereka kan kalau macamnya saya kan kalau bicara terlalu cepat
kadang kasar juga, kadang tersinggung gitu, tapi sampe sekarang sudah
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
131
baik-baik saja sih.
T Nah berarti kamu lebih mengalah juga ya dan menghindari juga ya.
Meminta maaf karena kamu tau salah dan agar bisa tetap berteman lagi ya?
J Iya sih, karena aku salah makanya aku meminta maaf dan tetep berteman
lagi sama mereka sampai sekarang sih sama Lilis dan Mika.
T Oke , kan tadi uda nanya bahwa latar belakang keluarga juga
mempengaruhi karakter seseorang, perilakunya, nah kalau keluarga kamu
sendiri diajarkan dan ditanamkan nilai-nilai seperti apa oleh kedua orangtua
mu rin?
J Kalau diajarkan sama keluarga ,di sana kan, kehidupannya bebas, seksnya
juga bebas, kehidupaanya bebas. diajarkan untuk tidak mengikuti
pergaulan, kadang-kadang anak sd sudah tidak itu lagi, disana kan tingkat
HIV/AIDSnya tinggi. Aku kan punya teman –teman di sana bebas, jadi
tidak boleh mengikutinya. Aku dari SD-SMA di sekolah katolik, karena
kan tau kalau sekolah negeri itu lebih bebas.
T Kan kamu selama ini cukup tau dan terlibat dalam sebuah konflik, baik
konflik antar suku, maupun konflik antar pribadi kayak kamu sama temen
kamu kan, nah cara apa menurut kamu, atau strategi seperti apa sih yang
terbaik untuk mengurangi konflik atau memanajemen konflik itu?
J Caranya itu sih, harus lebih menghargai perbedaan, kalau mau
menyelesaikan suatu masalah jangan pake kekerasaan, kan bisa bicara
baik-baik tidak perlu kan pakai kekerasaan. Bisa juga menghindari konflik
supaya tidak makin parah.
T Nah terakhir ini, coba dong ceritain sedikit keunikan budaya Papua tuh
seperti apa sih?
J Kalau budaya saya itu, yang pastinya tuh hubungan kekeluargaan itu tinggi,
kalau saya mau pergi kuliah, tuh pasti ada bantuan-bantuan dari keluarga
lain di sana. Di sana tuh hubungan solidaritasnya itu sangat baik kan. Kalau
macam apa namanya, kalau ada acara –acara gitu semua ikut terlibat.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
132
Biasanya tuh Natal, pelantikan kepala suku. Kan di Kaimana itu ada 8 suku
yang besar kan di Kaimana, biasanya ikut sih kalau acara pelantikan itu.
Biasanya kalau di Kaimana itu ada nama tempat apa namanya, timbunan
gitu kan. Biasanya disitu sih. Timbunan itu laut sih yang sudah ditimbun,
jadi dibikin rumah adat gitu. Kalau ada acara itu biasanya mereka bakar
batu, sama itu tuh yang idungnya ditusuk kayak gitu,Itu acara pemilihan
ketua suku, atau tidak macam anak laki-laki dari ketua sudah lahir. Di
Kaimana itu ada sukunya yang islam juga.
T Yauda deh, makasih ya Rina, buat wawancaranya.
J Oh iya, sama-sama ya hehehe
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
133
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Salima Hakim
Lokasi : Kopitiam, Summarecon Digital Center
Tanggal/Waktu: Selasa,16 Desember 2014/pukul 13.00
T Halo selamat siang kak Salima. Kita mulai ya wawancaranya sekarang.
Coba perkenalkan diri kak Salima ya.
J Siang , oke nama lengkap Salima Hakim, terus kemudian profesi ya
katanya sih dosen tidak tetap di UPH untuk ehmm beberapa mata kuliah
teori, sejarah sih kebanyakan, sejarah seni ya spesifiknya, dan pengamat
seni budaya gitu ya.
T Terus interestnya di seni bidang apa nih? Film kah atau hobinya apa nih,
selain kegiatan ngajar, ada passion dibidang lain kah?
J Ehmmm kalau setahun terakhir ini aku agak rajin ikut Pameran, Pameran
Seni Rupa mulai dari awal tahun , aku ikut beberapa. Aku ikut tiga art
exhibition, lagi agak rajin ke situ ya, hmm karena mungkin biar nggak
bosen kerja, jadi larinya kesitu. Kalau hobinya apa atau sama passionnya
apa sih aku senang hmm banyak ya. Cuman musik tuh aku suka, terus
kemudian tari tradisional aku suka, kebetulan aku dari kecil tari Bali
cuman sekarang lagi nggak, hmmm banyak sih, film juga.
T Yang aku tau, kak Salima ikut Pameran terakhir yang Pameran rusuh resah
itu ya?
J Hmm gak, terakhir yg rusuh resah itu,trus terakhir aku ikut Pameran WWF,
WWF itu tentang binatang, khususnnya tentang Gajah, concern tentang
nasib gajah, nah itu mereka lewat art, sosialiasi masyarakatnya lewat art,
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
134
ehmm terus aku ikut. Terakhir ini aku ikut Pameran illustrasi di Kemang.
T Ohh terus kak, yang pameran Rusuh Resah itu temanya tentang apa
tuh?boleh ceritain nggak sedikit?
J Okeh,hmm jadi waktu itu aku sama teman-teman kumpul, ngobrol, intinya
sehari-hari tuh banyak sesuatu yang bikin kita resah,yang ganggu gitu ya.
Ehmm either itu oke, rusuh resah itu tadi ceritanya. Kita tuh sekarang ini
pasti ada berbagai macam, apa ya, kerusuhanyang bikin kita resah. Hal-hal
yang pada dasarnya mungkin ganggu. Dari hal-hal paling kecil sampai hal-
hal yang paling besar. Kayak misalnya terus kita ngobrolin,”apa sih yang
ganggu buat lo?” kayak waktu itu sampai kemudian dapet tema rusuh resah
itu awalnya kita ngobrol dulu, gue tuh keganggu banget, ada beberapa
temen-temen yang sesederhana nonton konser , sebel banget gara-gara yang
berdiri di depannya itu, ehh nggak kayaknya nggak tau musisinya sapa,
ehmm pegang bir dan sebagainya terus bicara terus dalam bahasa inggris,
terus yang joget sebentar 10 menit-15 menit abis itu, ngomong dengan
bahasa inggris, “ ayo keluar dari sini. Padahal tuh dia juga nggak tau yang
performance itu siapa. Kayak gitu dari hal-hal kecil semacam itu
T Mungkin eksistensi aja kali ya, oke terus apa lagi nih temanya sehingga
pameran itu bisa terlaksana dengan lancar ya , dan tema Pameran dari kak
Salima sendiri apa?
J Iya mungkin. Terus ya contoh lain kayak macet gitu,siapa sih yang nggak
benci macet, siapa sih yang nggak terganggu dengan macet, tapi di sisi lain
siapa juga yang ngga terganggu lagi dengan macet, maksudnya adalah kita
belajar pelan-pelan untuk get used to,membiasakan diri dengan segala
macamnya. Dari hal paling simple, sampai hal yang ganggu kayak misalnya
toleransi beragama gitu, nah kebetulan waktu itu aku ngambil temanya
tentang itu. Karena 10 tahun terakhir, konflik tentang interaksi beragama di
Indonesia itu banyak sekali, dan dia itu semakin intens. Bukan berarti dari
dulu nggak ada, dari dulu sudah ada dari jaman kemerdekaan pun konflik
agama pun sudah ada. Cuman nggak tau kenapa menurut aku, 10 tahun
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
135
terakhir ini dia itu lebih intesif, intesify lebih tajam dan lebih apa yaa.. lebih
vulgar diekspos media, mungkin pengaruh media yang memungkinkan kita
untuk tau ini itu, terekspos dengan lumayan besar. Jadi hal-hal kayak gitu
yang kita bicarakan di Rusuh Resah. Hal –hal apa sih yang mengganggu lo
di Indonesia, Jakarta secara spesifik. Gitu jadi range itu luas banget dari ada
yang ngomongin macet, ada yang ngomongin isu kekerasaan,akhirnya
semua bikin karya, payung besarnya Rusuh Resah itu, terus Pameran.
Karyanya sendiri-sendiri.
T Trus bicarakan tentang tadi tuh, temanya yang Kak Salima ambil adalah
tentang konflik interaksi agama, agama juga kan elemen dalam suatu
budaya. Nah kalau menurut Kak Salima itu budaya itu definisinya apa ?
J Okeh, hmm budaya kalau menurut aku, berdasarkan dari apa yang aku baca
dan perhatikan juga , ehmm budaya itu cara hidup sekelompok orang yang
kemudian dipahami rame-rame, sama-sama dan disepakati sama-sama
sebagai sebuah gaya hidup gitu, sebagai sebuah cara hidup. Tentunya di
dalam situ juga ada cara bicara, simbol-simbol, ada cara berperilaku secara
sosial antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, atau individu
dengan individu lainnya. Aspeknya sebenernya banyak sekali. Elemen
dalam budaya itu sebenernya banyak sekali cuman kalau secara singkat
definisi budaya menurut aku sih mungkin cara hidu sekelompok orang.
Itutuh budaya.yang tentunya aspek lain itu banyak sekali , elemennya.
Sama hal lain tentang budaya itu nggak terbatas hanya seni-seni tradisi itu
budaya, cuman sekarang kebanyakan orang kalau bicara budaya, budaya
Indonesia langsung asumsinya tari Bali, langsung gitu. Padahal sebenernya
budaya itu kan sampai ke unit terkecil, seperti cara aku bicara, cara aku
duduk,cara aku makan,cara aku pakai baju itu kan semua budaya. Itu
culture, semua orang punya itu, semua kelompok akan selalu punya itu.
Jadi kalau menurut aku budaya sih itu.
T Di dalam budaya itu kan terdapat elemen-elemen yang banyak itu, bisa
tidak menjadi salah satu faktor penyebab terjadi konflik-konflik di jaman
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
136
modernisasi sekarang ini?
J Hmm bisa aja sih, kalau ditanya bisa nggak sih dari satu elemen budaya
muncul konflik ya bisa aja. Menurutku bisa datang dari mana-mana ya.
Cara kita hidup kan, budaya itu kan biasanya ditanamkan bahwa misalnya
ehhmm, aku terbiasa copot sepatu saat di rumah orang, itu karena di rumah
aku diajarkan copot sepatu setiap masuk. Budaya itu ditanamkan
kan,sebenerny budaya sendiri itu dari kata cultivate, kultur itu dari kultivasi
dari penanaman gitu. Jadi sebenernya ya hampir semua aspek dari elemen
budaya itu possible aja untuk menghidupkan sebuah konflik, gitu. Ehhm
Bisa banget ya kalau ditanya seperti itu, misalnya pemahaman kita,
misalnya cara bicara aku, ayah aku orang Batak, hmm Batak tentu punya
budaya sendiri, ya tradisi sendiri. Campur –campur sih sebenernya, campur
banget. Batak punya budaya sendiri, masing-masing lah. Jadi ayahku tuh
kalau bicara suaranya sangat-sangat keras, kalau orang lain nggak tau, ya
mungkin karena tradisinya dia berbicara dengan keras, budaya dia berbicara
dengan suara yang kencang gitu. Kalau untuk orang lain yang budayanya
berbeda, tentu melihat ayahku dan aku ngobrol tuh kayak berantem. Aku
kayak dimarahin sama Bapakku. Dan mungkin aja, possible aja karena
orang lain dibesarkan dengan cara yang berbeda dia kemudian punya
maksudnya punya asumsi ,persepsi yang berbeda sama ayahku
mungkin..gitu bisa juga kan sebenernya maksudnya ngomong baik-baik
tapi karena ngomongnya keras disangkanya bentak bentak, trus sehingga
crash itu kan mungkin aja gitu. Mungkin banget sih kalau ditanya elemen
budaya penyebab konflik, karena itu kan karena cara kita berinteraksi sama
orang lain juga ditentukan dari situ. Gitu ya.
T Berarti konflik itu dapat terjadi pada siapa saja ya, apakah kondlik juga
sudah menjadi suatu bagian yang tidak bisa terlepas dari kehidupan
bermasyarakat dong ya berarti?
J Iya bisa terjadi ke sapa saja, kalau konflik iya sih, menurut aku sih,ehmm
yaitu ya maksudnya masing-masing orang punya budaya yang berbeda.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
137
Pada saat kemudian kita bertemu dengan budaya lain gitu, possible aja,
mungkin aja kemudian kita memakai kacamata kita sendiri untuk melihat
budaya itu, akhirnya konflik bisa muncul dari situ, kayak ini kok gini sih
gitu kan, startnya kan dari situ. Sesuatu yang beda kan selalu menakutkan
buat orang.
T Berarti kacamata yang dimaksud kak Salima itu, merupakan stereotip kita
kepada orang lain dong yang beda budaya dong dengan kita? Bener ga?
J Iya pasti banget itu.
T Nah lalu, perbedaan seperti itu , stereotip seperti itu kan, nah budaya seperti
itu bisa menyebabkan konflik, lalu caranya untuk memanajemen sebuah
konflik antar individu dengan individu , maupun kelompok antar kelompok
sekarang ini. Nah cara yg terbaik seperti apa sih menurut Kak salima?
J Oh oke, kalau menurut aku rasa gini ya, satu hal yang mungkin masih agak
kurang disini gitu ya, di Indonesia. hmmm masalah gini kalau kita
ngomongin beda, Indonesia sejarahnya dibentuk dari berbagai macam
kebudayaan yang berbeda. Dia nggak singular, dia nggak cuman satu. Hmm
Kalau diliat sejarahnya kan yang kemudian membentuk budaya ini menjadi
budaya Indonesia itu aja udah ada, kebudayaan Hindu, ada China dengan
Buddha, ada Islam, Timur tengah, gujarat dan sekitarnya. Kemudian ada
juga Portugis, sempat datang kenapa ada keroncong itu pengaruh dari
Portugis, ada Belanda tentunya, itu saja banyak percampuran budaya di
Indonesia. Jadi kalau ngomongin berbeda yah sebenernya berbeda. Kita
dibuild dari berbagai macam perbedaan ini, gitu ya. Mungkin ya kurang
adalah pengetahuan tentang hal-hal semacam ini,hmm makanya kenapa
konflik itu bisa terjadi salah satunya menurut aku juga , selain itu memang
kalau bicara tentang konflik, masyarakat itu punya tendesi/kecenderungan
untuk apa ya, melihat sesuatu di luar mereka sendiri itu sebagai sesuatu
yang asing. Yang tidak sama dengan mereka, itu selalu ditakuti. Gitu.
konflik tuh selalu muncul salah satunya dari situ, pemahaman bahwa segala
sesuatu yang berbeda dari kita itu perlu dijauhkan gitu ya kan. Jadi kalau
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
138
ditanya bagaimana caranya kalau secara teknis aku juga agak bingung hehe.
Gimana caranya, kayaknya klise banget kalau lewat seminar hehehe apa iya
sih bisa? Cuman maksudnya kalau ditanya gimana, hmm jawaban yang
paling, secara teknis aku nggak punya jawaban gimana caranya untuk
memanajemen konflik yang terjadi karena perbedaan ya.. cuman yang
paling masuk akal buat aku sekarang untuk menghadapi konflik ya satu-
satu caranya dengan empati ya. Karena dengan empati dengan orang lain.
Kita nggak akan tahu rasanya sampai menjadi minoritas. Kita nggak akan
tahu oleh orang yang berbeda sampai kita menjadi orang yang minoritas.
Misalnya hmm aku sebagai orang asia tinggal di Eropa, aku kan minor.
Aku nggak akan tau rasanya orang-orang yang minor disini sampai aku
melakukan hal itu. Jadi memang tidak semua orang memiliki kesempatan
itu tapi setidaknya kita bisa berempati gitu. Bisa berpikir apa yang terjadi
jika gue di posisi dia? Sesimple menempatkan diri apa yang terjadi ya kalau
gue menjadi dia. Terpikir ya saat ini sama aku itu sih ya. Kalau seminar
gitu works nggak sih sejauh ini? works nggak sih apa iya? Hmm apa ya
namanya sosialisasi menurut forum yang formal, terus lewat talkshow gitu
tuh sejauh mana sih itu efektif.
T Lalu kan di Tangerang sendiri ada hubungan pertemanan dengan etnis
Papua dengan non Papua, kadang ada konflik antar budaya yang tejadi, nah
jadi pertanyaannya dengan menghindar itu pilihan yang tepat ngga,
daripada konflik mending menghindar. Menurut kak Salima bagaimana?
J Sebenernya aku nggak bisa, hmmm aku nggak bisa berbicara mewakili
teman-teman yang disini ya, karena seperti itu kan sifatnya sangat-sangat
personal ya gitu. Pilihan yang diambil itu gue menghindar atau menghadapi
aja ya, kan itu personal sekali. Aku nggak bisa berbicara mewakili teman-
teman di sini, cuman kalau ditanya mendingan menghindar atau nggak,
sebenernya hmm gimana ya jawabnya. Sebenernya menghindar itu bukan
karena konflik, tapi lebih ke ya emang nggak mau aja, kayak lo bukan dari
kelompok gue, kayaknya aku lebih nangkep ke situ ya. Jadi bukan
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
139
permasalahan bahwa menghindar itu supaya gue aman, cuman gue nggak
main karena lo nggak sama dengan gue, ehmm memang GAP itu diciptakan
secara sengaja mungkin secara nggak sadar, tapi hmm nggak neccesary
karena biar nggak berantem. Gitu. ya jadi menghindar itu sebenarnya bukan
karena biar kita nggak berantem loh, tapi karena lo nggak sama kayak gue
nih, lo bukan di daerah gue nih. Lo bukan yang sama jenisnya sama gue,
gitu. Makanya menghindar tuh aku nangkep itu seperti itu.
T Ohhh gitu, tapi beberapa dari mereka bilang yang etnis non Papua
menjelaskan bahwa itu cara mereka untuk menjaga diri , dan merupakan
konsep diri mereka, karena dia tahu dirinya seperti apa makanya dia
menjauhkan dari masalah itu, lalu tanggapan kak Salima sendiri terhadap
respon mereka apa?
J Okay gini ya, hmm mungkin gini kali menghindar ini sebenernya banyak
sebabnya juga, kalau dibilang tepat atau nggak, tergantung perspektifnya
dari mana sebenernya gitu. Ada momen-momen di mana memang gue
harus nggak ini, tapi ada momen-momen dimana mungkin nggak. Jadi
tergantung dari perspektif apa kita ngeliat dan untuk masing-masing kasus
berbeda. Cuman kalau untuk ditanya sekarang , mungkin kalau kita ngobrol
sekarang soal dari perspektif suku Papuanya misalnya gitu, pasti untuk
merekanya ada ,hmm kemungkinan kalau aku liat ada ehmm kesulitan
untuk adjusting karena mereka masuk ke suatu budaya yang dominan. Itu
jadi pasti mereka punya adjust, adjustment yang lebih kuat dibandingkan
kita-kita yang tinggal di sini. Jadi hmm kecenderungan untuk memberikan
jarak pasti ada, karena mereka masuk ke satu budaya dominan yangbukan
budaya mereka. Sama aja kayak kita misalnya pergi ke Eropa otomatis kita
pasti akan adjusting kesitu, lebih hati-hati, kita akan lebih aware juga, kta
berusaha untuk mempelajari juga, oh ini ternyata gini ya automatically.
Mungkin kalau dari perspektif itu begitu, kemudian juga ada Gap yang
dipasang sama mereka untuk tidak terlalu dekat dengam ehmm, orang-
orang di luar etnisnya. Dan selalu adalah kecenderungan ehmm untuk
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
140
berkumpul dengan etnis yang sama, apalagi posisinya kalau konteksnya
mereka berada di tempat yang bukan tempatnya mereka. Itu kan
mengingatkan mereka kan rumahnya , akan keluarganya, kekeluargaannya,
kebersamaanya, jadi itu mungkin kenapa mereka itu stick together. Ya
mungkin itu memberikan sense security, security blanketnya sebenernya
disitu. Gitu.
T Jadi apakah karena sikap kekeluargaan yang kental antara mereka, itu
menutup kemungkinan etnis dari Papua atau etnis Non Papua mau
membuka diri untuk orang lain?karena Ada beberapa dari etnis Papua pun
yang sudah mau berinteraski akrab dengan suku yang lain
J Iya yayaya, maksudnya bukan mereka menutup komunikasi sama sekali,
ehmm kemungkinan ada batasan-batasan lah yang dipasang, hmm ya itu
pasti sih ya. Ya itu karena tejadi secara umum menurutku, ada hal-hal yang
kita kasih boundaries supaya kitanya juga safe, dalam arti kata dilindungi
oleh orang yang tepat tau budaya kita seperti apa gitu makanya , mengapa
ketika kita sekolah ke luar negeri kita mencari orang Indonesia yang juga
sekolah di sana. Itukan langsung pertama mengingatkan kita sama rumah,
dia tau tradisinya, dia makan nasi bareng-bareng sama kita. Kayak gitu sih
yang membuat GAP itu terjadi tapi bukan berarti trus kemudian mereka
menutup komunikasi dengan yang lain. Harusnya sih begitu ya. Sementara
sih dari perspektif masyarakat dominan , si orang- orang di luar etnis Papua
di sini itu kan beda lagi gitu maksudnya mereka memberi jarak kan
kepentingannya berbeda lagi atau landsannya beda lagi karena kulturnya
beda. Gitu kan. Gitu jadi sebenernya hmm dari perspektif mana sih kita
melihatnya, jadi kalau ditanya nih kalau pilihan menghindari itu pilihan
tepat atau nggak, nggak pernah tepat ya menurut ku, nggak pernah jadi
pilihan yang tepat menghindar itu, kecuali lagi naik mobil terus
menghindar, atau mau dilempar terus menghindar gitu ya. Hehehe. Cuman
kalau di dalam budaya kita bersosialisasi , ya menghindar itu bukan pilhan
yang tepat sih.. jarang menjadi pilihan yang tepat.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
141
T Namun mungkin bisa juga dong menurut orang lain, strategi manajemen
konflik dengan menghindar itu tepat kak?
J Ya mungkin bisa untuk orang lain, cuman balik lagi aku kan di sini cuman
bisa berbicara berdasarkan perspektifku tapi belum tentu hal seperti ini
bekerja untuk orang lain. Bisa aja ah gue sih mending menghindar ,
mending ngindar kan bisa bisa aja. Kan setiap individu memiliki cara
masing-masing dalam menyelesaikan sebuah konflik gitu kan.
T Baik, kak Salima aku rasanya cukup ya sudah banyak menjawab dari apa
yang aku tanyain nih. Hehehe makasih banyak ya kak untuk waktunya.
J Iya, gret, sama-sama beneran udah cukup nmenjawab ya? Wahh oke deh
hehe nanti kalau ada yang kurang kamu email aku aja ya. Via email-
emailan aja.
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
142
DOKUMENTASI PENELITIAN
KeyInforman dan Informan
Vertikasari Puspita Ningrum dan Kenny Septya Anugrah
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
143
Peneliti bersama Pita dan Kenny dan Rina
Informan Dalson Albert Gipsi dan Salima Hakim
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
144
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
145
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
146
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
147
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015
148
Strategi Manajemen..., Greeta Sadeli, FIKOM UMN, 2015