Post on 25-Oct-2015
BAB IPENDAHULUAN
Definisi Abses adalah suatu penimbunan nanah, pada rongga yang secara
anatomis tidak ada. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa
kantong berisi nanah. Sedangkan abses vestibular adalah abses yang terjadi di
vestibular. Abses dapat terbentuk di ruang sub mandibula atau salah satu
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher. Penyebabnya suatu
infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara antaralain:1. Bakteri
masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril 2.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain3. Bakteri yang dalam
keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan
kadang bisamenyebabkan terbentuknya abses.Lebih lanjut menjelaskan peluang
terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :1. Terdapat kotoran atau benda asingdi
daerah tempat terjadinya infeksi 2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah
yang kurang 3. Terdapat gangguan sistem kekebalan. Abses vestibulsr sering
disebabkan oleh penjalaran infeksi gigi.
ini menyebabkan adanya pembengkakan didaerah vestibular yang pada
perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah
keatas dan kebelakang dapat menyebabkantrismus. Halini sering menyebabkan
sumbatan jalan napas. Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan napas makajalan napas
harus segera dilakukan trakceostomiyang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan
eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda-
tanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah,
kelainan ini disebutkan Anginaludoviva (Selulitis submandibula). Setelah dilakukan
eksplorasi diberikan antibiotika dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob.Abses
bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan otot.
Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama
jika timbul diwajah. Patofisiologi Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang
sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebgian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga
yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalalm melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan
setelah menelan bakteri. Sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah
yang memebentuk nanah yang menginsisi rongga tersebut. Akibat penimbunan
nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh
di sekliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan
mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu abses
pecah di dalam tubuh makainfeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah
permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. Tanda dan gejala - gejala dari abses
tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ.
Berikut ini akan dipaparkan sebuah laporan kasus mengenai abses vestibular
yang dirawat di RSD Kota Blitar.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Pola penyebaran abses dipengaruhi 3 kondisi yaitu virulensi bakteri,
ketahanan jaringan dan perlekatan otot. Virulensi yang tinggi mampu menyebabkan
bakteri bergerak secara leluasa ke segala arah, ketahanan jaringan sekitar yang tidak
baik menyebabkan jaringan menjadi rapuh dan muda rusak, sedangkan perlekatan
otot mempengaruhi arah gerak pus.
Dalam skema yang ada dibawah ini, mari kita mencoba mambayangkan
bahwa cavum oris manusia adalah sebuah peta perjalanan, yaitu perkiraan logis
tentang lokasi abses, dari mana arah pus, akan ke mana, dan kira – kira akan menjadi
kondisi seperti apa.
Apabila terjadi sebuah kondisi abses periapikal pada sebuah gigi yang
mengalami proses infeksi, maka pada prinsipnya, pus yang terkandung didalamnya
harus dikeluarkan, namun jika tidak dikeluarkan maka pus akan mencari jalan keluar
sendiri, kalau dibiarkan akan menyebabkan nyeri yang berbeda pada tiap individunya.
Jika abses periapikal tidak dirawat dengan baik agar terdrainase, tentunya pus
masih akan berada di dalam region periapikal, sesuai dengan pola tadi penyebaran
pus dipengaruhi oleh 3 kondisi.
Kondisi – kondisi dibawah ini adalah berkaitan dengan poin ke 2 dan 3,
karena ketahanan jaringan dan perlekatan otot mempengaruhi sampai dimana arah
gerak pus. Dengan adanya faktor – faktor tersebut, maka akan tercipta kondisi –
kondisi seperti tertera pada gambar, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku
A. Abses submukosa
Disebut submukosa karena memang dikarenakan pus terletak dibawah lapisan
mukosa, akan tetapi, jika berbeda tempat, berbeda pula namanya ada 4 huruf “a” yang
tertera pada gambar, kesemuanya merupakan abses submukosa, namun untuk yang
terletak dipalatal merupakan abses palatal, yang terletak di lidah dan diatas perlekatan
otot mylohyoid disebut abses sublingual. Yang terletak disebelah bukal gigi disebut
abses vestibular, kadangkala sering terjadi salah diagnose karean letak dan secara
klinis terlihat seperti abses bukal (bukal space abscess), tetapi akan lebih mudah
dibedakan jika kita melihat arah pergerakan polanya. Jika arah pergerakan pusnya
adalah superior dari perlekatan otot masseter (rahang atas) dan inferior dari
perlekatan otot masseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut abses bukal,
namun jika pergerakan jalur pusnya adalah inferior dari perlekatan otot masseter
(rahang atas) dan superior dari perlekatan otot masseter (rahang bawah) maka kondisi
ini disebut abses vestibular .
B. Abses bukal
Abses bukal (buccal space abscess) dan abses vestibular kadang terlihat
membingungkan keadaan klinisnya, akan tetapi akan mudah dibedakan ketika kita
melihat kearah pergerakan polanya, jika jalur pergerakan pusnya adalah superior dari
perlekatan otot masseter (rahan atas) dan inferior perlekatan otot masseter (rahang
bawah), maka kondisi ini disebut abses bukal, namun jika jalur pergerakan pusnya
adalah inferior dari perlekatan otot masseter (rahang atas) dan superior dari
perlekatan otot masseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut abses vestibular
C. Abses submandibular
Kondisi ini tercipta jika jalur pergerakan pus melalui inferior perlekatan otot
mylihyoid dan masih diatas platysma
D. Abses perimandibular
Kondisi ini unik dan khas karena keadaan klinisnya akan ditemukan tidak
terabanya tepian Body of Mandible karena pada region tersebut telah terisi oleh pus,
sehinga terasa pembesaran di region tepi mandibula
E. Abses subkutan
Sesuai namanya abses ini terletak di bawah lapisan kulit. Ditandai dengan
terlihat jelasnya pembesaran secara ekstra oral, kulit terlihat mengkilat di region yang
mengalami pembesaran, dan merupakan tahap terluar dari seluruh perjalanan abses.
Biasanya jika dibiarkan, akan terdrainase sendiri secara spontan, namun disarankan
untuk melakukan insisi untuk drainase sebagai perawatan definitifnya.
F. Sinusitis maksilaris
Sebenarnya ini merupakan sebuah kelanjutan infeksi yang lumayan ekstrim,
kareana letak akar palatal gigi molar biasanya berdekatan dengan dasar sinus
makslaris, maka jika terjadi infeksi pada periapikal akar palatal gigi molar, jika tidak
tertangani dari awal, maka perjalanan infeksi dimungkinakan akan berlanjut ke
rongga sinus maksilaris dan menyebabkan kondisi sinusitis.
BAB III STATUS PASIEN
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. t
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Blitar
Umur : 65 tahun
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Periksa : 02 Oktober 2013
2.2 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Pipi bengkak
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluhkan kalau giginya nyeri 2
minggu yang lalu, nyerinya terus menerus, kemudian diberi obat diwarung
nyerinya hilang, apabila dibuat makan tidak nyeri, kemudian dilihat ternyata
giginya berlubang. Beberapa hari terakhir pipi sebelah kanan pasien bengkak,
nyeri, kalau malam nyerinya bertambah, tetapi gigi yang berlubang tidak ada
keluhan.
Riwayat Kesehatan :
- Kelainan darah : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Kelainan endokrin : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Kelainan Jantung : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Gangguan nutrisi : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Kelainan kulit/kelamin : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Gangguan pencernaan : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Kelainan Imunologi : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Gangguan respiratori : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Gangguan TMJ : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Tekanan darah : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Diabetes Melitus : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Lain-lain : -
1. Obat-obatan yang telah/sedang dijalani : saat ini pasien tidak melaksanakan
pengobatan lain.
2. Keadaan sosial/kebiasaan : cukup,
Riwayat Keluarga :
- Kelainan darah : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Kelainan endokrin : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Diabetes melitus : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Kelainan jantung : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Kelainan syaraf : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- Alergi : Pasien mengaku tidak ada kelainan
- lain-lain : -
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. Ekstra Oral
- Muka : asimetris
- Pipi kiri : tampak normal
- Pipi kanan : bengkak
- Bibir atas : tampak normal
- Bibir bawah : tampak normal
- Sudut mulut : tampak normal
- Kelenjar submandibularis kiri : tidak teraba
- Kelenjar submandibularis kanan : teraba
- Kelenjar submental : tidak teraba
- Kelenjar leher : tidak teraba
- Kelenjar sublingualis : teraba
- Kelenjar parotis kanan : tidak teraba
- Kelenjar parotis kiri : tidak teraba
2. Intra Oral
- Mukosa labial atas : tampak normal
- Mukosa labial bawah : tampak normal
- Mukosa pipi kiri : tampak normal
- Mukosa pipi kanan : hiperemi
- Bukal fold atas : tampak normal
- Bukal fold bawah : tampak normal
- Labial fold atas : tampak normal
- Labial fold bawah : tampak normal
- Gingival rahang atas : tampak hiperemis
- Gingival rahang bawah : kanan tampak oedem, hiperemi
- Lidah : tampak bercak putih
- Dasar mulut : tampak normal
- Palatum : tampak normal
- Tonsil : tampak normal
- Pharynx : tampak normal
Keterangan :
- Sisa akar
- Gigi hilang
- Karies
2.4 DIAGNOSIS KERJA
- Abses vestibular
2.5 RENCANA PERAWATAN
- Drainage melalui pembukaan atap pulpa 44
1. Pengobatan
- R/ Amoxicilin tab 500 mg NO. XV3 dd I
- R/ Asam mefenamat tab 500 NO. X3 dd I
2. Pemeriksaan Penunjang :
Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi : Tampak gambaran radiolusent tidak berbatas jelas peradangan pada apex gigi 44
Lab.Patologi anatomi : -
Sitologi : - Biopsi : -
Lab.Mikrobiologi : -
Bakteriologi : - Jamur : -
Lab.Patologi Klinik : -
3. Rujukan :
Poli Penyakit Dalam : -
Poli THT : -
Poli Kulit & Kelamin : -
Poli Syaraf : -
VI. DIAGNOSE AKHIR :
- Abses vestibular
BAB IIIKESIMPULAN
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat atau infeksi
bakteri. abses vestibular adalah abses yang terjadi di daerah vestibulum oris.
Gambaran Klinis diantaranya, pembengkakan, teraba hangat, nyeri pada palpasi.
Untuk menetukan penyebab abses biasanya dilakukan pemeriksaan Rontgen
panoramik, lateral, atau dental.
Pemberian antibiotika terhadap kuman aerob dan anaerob diberikan secara
peroral atau parentral. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan,
suatu abses perlu dilakukan drainage pada kasus ini dengan cara membuka atap pulpa
gigi penyebab atau incise dan pemberian analgesik.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abses mandibula.www.medicastore.com. Diakses tanggal 20 Desember 2010.2. Karies gigi.http//medicascore.com. [Diakses 21 Desember 2010]3. Karies Gigi. http://id.wikipedia.org/wiki/karies gigi. [Diakses 21 Desember
2010]4. ToothEruption.http://www.adandental.com.au/tooth_eruption_dates.htm [diak
ses 21Desember 2010]5. Dental Topics. http://www.surfcitykidsdds.com/dental_topics.html [diakses
22 agustus2010]6. Periodontitis. http://www.indonesian.com [diakses 19 Desember 2010]