Post on 30-Dec-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam lemak adalah karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki
jumlah atom karbon genap, dan dapat memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua
(tidak jenuh). Tingkat kejenuhan dan ketidak jenuhan dari asam lemak
menentukan titik leleh dari trigliserida yang dibentuknya.
Minyak dan lemak adalah trigliserida atau triasilgliserol (merupakan ester
asam lemak dengan gliserol). Minyak dan lemak dapat dibedakan berdasarkan
pada titik lelehnya. Pada suhu kamar minyak berwujud cair, sedangkan lemak
berwujud padat. Titik leleh dari minyak dan lemak tergantung pada strukturnya,
umumnya meningkat dengan bertambahnya jumlah atom karbon. Banyaknya
ikatan ganda dua karbon-karbon dalam komponen asam lemak juga sangat
berpengaruh. Selain itu, minyak dan lemak dapat juga dibedakan berdasarkan
sumbernya. Pada umumnya minyak berasal dari tumbuhan (minyak nabati),
sedangkan lemak pada umumnya berasal dari hewan (lemak hewani).
Minyak dan lemak dapat diperoleh dengan tiga cara ekstraksi jaringan
tumbuhan atau hewan itu, antara lain rendering, pengepresan dan ekstraksi
pelarut, tergantung pada sumber, jumlah, dan jenis minyak atau lemak tersebut.
Khusus untuk ekstraksi pelarut biasanya digunakan untuk bahan yang kandungan
minyaknya rendah.
Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak atau lipida pada
umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam bahan pelarut organik.
Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah
menentukan derajat polaritasnya. Derajat polaritas lipida berbeda-beda, maka
tidak ada bahan pelarut umum untuk semua macam lipida. Begitupun dengan
pelarut, memiliki kepolaran yang berbeda sehingga dengan demikian pelarut
memiliki kemampuan yang berbeda dalam melarutkan minyak.
Untuk dapat memilih pelarut yang baik untuk ekstraksi minyak dan lemak,
maka diadakanlah percobaan ini, yaitu dengan cara melihat besarnya diameter
noda yang timbul pada kertas saring.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk dapat memilih pelarut yang baik
untuk ekstraksi minyak dan lemak dalam suatu bahan.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan beberapa
pelarut.
2. Menentukan jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi minyak dan lemak.
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Kelarutan minyak dan Lemak
Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan cara melarutkan minyak
dan lemak dalam beberapa pelarut (air, etanol, n-heksana dan kloroform) lalu
diteteskan di kertas saring dan dikeringkan. Kemudian diukur diameter noda yang
dihasilkan.
1.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Mengekstraksi minyak dan lemak dengan penambahan kloroform dan n-
heksana ke dalam campuran minyak dan air sebanyak dua kali lalu diteteskan
pada kertas saring dan dikeringkan. Kemudian diukur diameter noda yang
dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut
di dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar,
seperti kloroform atau eter. Jenis lipida yang paling banyak adalah lemak atau
triasilgliserol, yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme.
Golongan ini adalah bentuk energi kimia simpanan yang paling penting
(Lehninger, 1982).
Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom
karbon dari 4 sampai 24, asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor
hidrokarbon nonpolar yang panjang, yang menyebabkan kebanyakan lipida
bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Asam
lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk tunggal di dalam sel atau
jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada berbagai
kelas lipida yang berbeda; asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini oleh
hidrolisis kimia atau enzimatik (Lehninger, 1982).
Lemak atau minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan
bagian terbesar dalam kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Secara umum,
lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam
keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang
berbentuk cair (Sudarmadji, 1996).
Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam
lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau
trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak
(Poedjiadi, 1994) :
Asam lemak trans adalah lemak tidak jenuh yang terbentuk dari sebuah
proses hidrogenasi. Proses hidrogenasi adalah proses dimana lemak tidak jenuh
(MUFA/PUFA) dipanaskan pada suhu tinggi dan ditambahkan zat hidrogen.
Proses ini bertujuan untuk lebih mengentalkan lemak tidak jenuh yang bersifat
cair dan mencegahnya agar tidak cepat teroksidasi dan basi. Asam lemak tidak
jenuh secara alamiah lebih mudah teroksidasi dan berbau busuk karena tidak
memiliki ikatan hidrogen yang penuh. Hal ini sangat berbeda dengan asam lemak
jenuh pada fermikel yang lebih tahan terhadap proses oksidasi dan tidak mudah
berbau busuk karena memiliki ikatan hidrogen yang penuh (Soeka, 2008).
Sifat fisika dari lemak adalah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
satu atau lebih dari pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena,
yang sering disebut juga pelarut lemak; (2) ada hubungan dengan asam-asam
lemak atau esternya; (3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk
hidup. Jadi berdasarkan sifat fisika tadi, lipid dapat diperoleh dari hewan atau
tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan alkohol panas, eter atau pelarut
lemak yang lain. Macam-macam senyawa serta kuantitasnya yang diperoleh
melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang
digunakan. Jaringan bawah kulit disekitar perut, ginjal mengandung banyak lipid
terutama lemak kira-kira 90% (Poedjiadi, 1994).
Hampir semua bahan pangan banyak mengandung lemak dan minyak,
terutama yang berasal dari hewan. Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada
jaringan adiposa. Dalam tanaman, lemak disintesis dari satu molekul gliserol
dengan tiga molekul asam lemak yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi
karbohidrat dalam proses respirasi. Proses pembentukan lemak dalam tanaman
dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu pembentukan gliserol, pembentukan
molekul asam lemak dan kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol
membentuk lemak (Winarno, 2004).
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali
campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar
sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah
dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat
erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia
dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam. itu, seringkali
ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin
paling ekonomis (Rahayu, 2009).
Ekstraksi pelarut atau disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan yang paling baik dan populer diantara berbagai jenis metode
pemisahan lainnya. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan
baik dalam tingkat makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling campur, seperti benzen, karbon tetraklorida, atau kloroform. Batasannya
adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase
pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian,
memperkaya, pemisahan serta analisa pada semua skala kerja. Mula-mula metode
ini dikenal dalam bidang kimia analitik, kemudian berkembang menjadi metoda
yang baik, sederhana, cepat, dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang
bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makrologam
(Khopkar, 1990).
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara cairan-cairan yang tidak dapat
campur ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat pelarut dalam kedua
fase kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi diri antara dua cairan yang
tidak dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada
keseimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur. Transfer semua atau sama
sekali tidak semacam itu dari satu ke lain pelarut adalah langka, dan boleh jadi
bahwa kita menjumpai campuran zat-zat yang hanya berbeda sedikit dalam
kecenderungannya untuk beralih dari satu ke lain pelarut. Jadi satu transfer
tidaklah menimbulkan pemisahan yang bersih. Dalam hal semacam ini, haruslah
kita pertimbangkan cara terbaik untuk menggabung sejumlah pemisahan parsial
yang berurutan sampai akhirnya kita capai derajat kemurnian yang diinginkan
(Day dan Underwood, 1992).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain tabung reaksi, rak
tabung, sikat tabung, pipet tetes 2 ml, pipet skala, oven, penggaris, pensil.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain minyak, air, etanol,
n-heksana, kloroform, kertas saring, kertas label, tissue roll.
3.3 Prosedur
3.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Disiapkan 5 buah tabung reaksi. Diisi masing-masing tabung reaksi
dengan 5 tetes minyak. Ditambahkan tabung (1) dan (2) dengan air, tabung (3)
dengan etanol, tabung (4) dengan kloroform, dan tabung (5) dengan n-heksana,
masing-masing 2 ml. Dikocok dan dipipet masing-masing tabung tersebut,
kemudian diteteskan di atas kertas saring sebanyak 2 tetes, kertas saring tersebut
masing-masing diberi tanda. Dikeringkan di dalam oven. Diukur diameter noda
yang timbul pada masing-masing kertas saring.
3.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Diambil tabung reaksi (1) dan (2) yang berisi campuran air dan minyak
(dari percobaan kelarutan di atas). Tabung (1) ditambahkan kloroform dan tabung
(2) ditambahkan n-heksana masing-masing 1 ml. Dikocok dan dibiarkan sampai
terbentuk dua lapisan. Untuk tabung (1), lapisan yang berada diatas dipindahkan
ke tabung reaksi yang lain. Lapisan air ditambahkan lagi dengan 1 ml kloroform.
Kemudian dikocok dan dibiarkan terbentuk dua lapisan. Lapisan yang berada
diatas dipindahkan dan digabungkan dengan yang pertama. Hal yang sama juga
dilakukan untuk larutan yang ditambahkan n-heksana. Masing-masing tabung
yang berisi air dan campuran minyak dengan kloroform atau n-heksana dipipet
dan diteteskan sebanyak 2 tetes di atas kertas saring. Diberi tanda pada masing-
masing kertas saring. Dikeringkan di dalam oven. Diukur diameter noda yang
timbul pada masing-masing kertas saring.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Besarnya kelarutan suatu zat
dalam pelarut organik maupun dalam air bergantung pada jenis zat tersebut.
Zat-zat yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar (seperti air) dan zat-zat
yang nonpolar akan larut dalam pelarut-pelarut nonpolar (umumnya
pelarut-pelarut organik).
Data pengamatan diameter noda yang dihasilkan oleh minyak dengan
berbagai pelarut dapat dilihat pada tabel berikut :
PelarutDiameter Noda (cm) Diameter Noda
rata-rata (cm)I II
Air 5,10 5,25 5,175
Etanol 3,00 2,80 2,925
n-Heksana 2,60 2,80 2,7
Kloroform 2,55 2,75 2,650
Pada percobaan kelarutan minyak, diuji kelarutan sampel minyak pada
berbagai pelarut. Pada pelarut air, di mana noda yang tampak pada kertas saring
paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa sampel minyak tidak larut dalam air.
Pada pelarut etanol, terbentuk noda dengan diameter 3,00 cm dan 2,80 cm. Pelarut
n-heksana menghasilkan noda dengan diameter 2,60 cm dan 2,80 cm. Pada pelarut
kloroform diameter noda yang dihasilkan ialah 2,55 dan 2,75 cm.
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka kelarutan minyak dalam berbagai
pelarut yang digunakan dapat diurutkan berdasarkan ukuran diameter yang
terbentuk. Semakin besar diameter noda yang dihasilkan, berarti semakin banyak
minyak yang tak larut dalam pelarut, sehingga kelarutan minyak dalam pelarut
rendah. Maka, urutan kelarutan minyak dalam berbagai pelarut yaitu kloroform >
n-heksana > etanol > air. Hal ini sesuai dengan teori yang ada.
4.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Pada
percobaan ekstraksi minyak dan lemak ini dilakukan pencampuran antara sampel
campuran air dengan minyak dengan kloroform dan n-heksana. Lapisan
organiknya dipisahkan dan dimasukkan dalam tabung reaksi lain. Lapisan air
yang tetap ada ditambahkan lagi kloroform. Perlakuan yang sama dilakukan juga
untuk n-heksana.
Data pengamatan hasil ekstraksi sampel minyak dapat dilihat pada tabel
berikut :
Lapisan Diameter Noda (cm) keterangan
Kloroform n-Heksana
Air 2,05 3,75 2 fasa
Organik 1,30 2,95 1 fasa
Pada percobaan ekstraksi minyak, diperoleh hasil bahwa pada lapisan air
diameter noda kloroform adalah 2,05 cm, sedangkan pada lapisan organik
diameter nodanya adalah 1,30 cm. Selanjutnya pada n-heksana diperoleh diameter
noda pada lapisan air adalah 3,75 cm, sedangkan pada lapisan organik diameter
nodanya 2,95 cm. Hal ini menunjukkan hasil ekstraksi minyak dengan pelarut n-
heksana lebih banyak dibanding dengan pelarut kloroform. Hal ini telah sesuai
dengan teori di mana minyak lebih baik diekstraksi dengan pelarut yang lebih
nonpolar. Namun, berdasarkan hasil di atas kita lihat bahwa pada lapisan air
diameternya lebih besar dibandingkan pada lapisan organik. Hal ini tidak sesuai
dengan teori yang ada, yang seharusnya diameter noda pada lapisan organik lebih
besar dibandingkan pada lapisan air. Hal ini mungkin disebabkan karena
kesalahan pada saat sampel diteteskan pada kertas saring.
4.3 Reaksi
1. Reaksi minyak dengan air
+ H2O
2. Reaksi minyak dengan etanol`
3.
Reaksi minyak dengan kloroform
4. Reaksi minyak dengan n-heksana
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Urutan kelarutan minyak yang paling besar dari pelarut yang digunakan
adalah kloroform > n-heksana > etanol > air.
2. Pelarut yang paling baik digunakan untuk ekstraksi minyak dan lemak adalah
pelarut n-heksana.
5.2 Saran
1. Untuk laboratorium, agar peralatan yang akan digunakan pada saat praktikum
diperiksa terlebih dahulu sebelum praktikum berlangsung.
2. Untuk percobaan, agar dalam melakukan percobaan harus lebih hati-hati
terutama pada saat meneteskan sampel pada kertas saring.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A., dan Underwood, A. L., 1996, Analisis Kimia Kuantitatif, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Lehninger, A.L., 1982, Dasar-dasar Biokimia diterjemahkan oleh Maggy Thenawijaya, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Rahayu, S. S., 2009, Ekstraksi, (online), (http://bcrec.ac.id, diakses tanggal 19 Maret 2011, pukul 10:30 wita).
Soeka, Y. S., dkk., 2008, Analisis Biokimia Minyak Kelapa Hasil Ekstraksi secara Fermentasi, Biodiversitas (online), vol. 9 (2), hal 91-95, (http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl& smod=mki&sp=public&key=MTA1LTE3, diakses tanggal 19 Maret 2011, pukul 10:30 wita).
Sudarmadji, 1996, Analisa Bahan Makanan, Liberty, Yogyakarta.
Winarno, F. G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN