Post on 20-Oct-2015
I
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
1.1. Identitas Perusahaan dan Sejarah Pendirian Perusahaan
PT. Villa Domba Niaga Indonesia atau lebih dikenal dengan PT. Villa
Domba merupakan perusahaan yang bergerak dibidang usaha peternakan domba
dan perkebunan vanilla yang pertama kali dirintis sebagai usaha keluarga oleh Ir.
Suhadi Sukama dan saat ini diteruskan oleh putra-putrinya. Pemberian nama Villa
Domba sendiri datang dari masyarakat lingkungan desa sekitar.
Pada tahun 2000, Ir. Suhadi Sukama masih menjadi karyawan PT.
Pertamina Gas yang berada di Jakarta. Ir. Suhadi Sukama berpikir untuk memiliki
bisnis vanilla karena harga vanilla tidak pernah turun dari tahun ke tahun. Setelah
banyak mempelajari literatur tanaman Vanila, tahun 2002 secara bertahap Suhadi
membeli lahan di kawasan Banjaran, Kabupaten Bandung. Setelah penanaman
Vanilla berlangsung, Suhadi tidak menyangka jika ternyata kebutuhan pupuk
untuk merehabilitasi tanah begitu besar. Sekitar 30 ton per hektar lahan yang
ditanami vanila.
Ir.Suhadi Sukama akhirnya berpikir untuk beternak domba agar
kotorannya bisa ditampung dan dijadikan pupuk, ketimbang harus membeli pupuk
dengan harga yang mahal. Awalnya hanya 8 ekor domba yang dipelihara. Namun,
tak lama berselang, jumlah itu bertambah menjadi 30 ekor, dan terus
berreproduksi hingga memenuhi kapasitas pemupukan yang ideal.
Bentangan lahan seluas 7 hektar, persis di belakang rumah peristirahatan
di daerah Jatisari, Desa Cangkuang Kabupaten Bandung yang terdiri dari lahan
pastura, kebun vanilla, dan kandang domba. Sekarang peternakan domba milik Ir.
Suhadi Sukama bergerak dalam bidang usaha breeding farm yang berbentuk
perseroan terbatas (PT). selain dimanfaatkan untuk budidaya Vanila, juga
tanaman lainnya semisal kopi, jati dan tentunya peternakan domba. Total aset
usahanya kini mencapai milyaran rupiah.
2
1.2. Lokasi Perusahaan
PT. Villa Domba Niaga Indonesia berlokasi di dua tempat. Pertama ialah
lokasi peternakan yang terletak di Desa Jatisari, Kecamatan Cangkuang,
Kabupaten Bandung Selatan, Provinsi Jawa Barat, sedangkan kantor administrasi
terletak di Griya Bintara Indah, Blok. BB 3, No. 12A, Bekasi Barat, 17134,
Indonesia. Pemilihan lokasi kantor yang terpisah didasarkan kepada sulitnya
mengurus perijinan usaha untuk wilayah Bandung, sehingga kota Bekasi menjadi
pilihan untuk penempatan kantor administrasi. Luas lahan yang dimiliki 7 Ha
yang diperuntukan sebagai perkebunan vanilla, kandang domba, dan lahan
rumput. Batas-batas lokasi kegiatan :
a. Sebelah utara : Bukit dan kebun warga
b. Sebelah timur : Sawah dan kebun sayur
c. Sebelah selatan : Pemukiman
d. Sebelah barat : Perkebunan Warga
Morfologi wilayah pegunungan dengan rata-rata kemiringan lereng antara
0-8 %, 8-15% hingga di atas 45%. Kabupaten Bandung beriklim tropis yang
dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm
sampai dengan 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 120 C sampai 240
C dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim
kemarau. Mempunyai rata-rata ketinggian 110 meter dan Maksimum 2.2429
meter dari permukaan laut. (Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, 2012).
3
1.3. Struktur Organisasi
Keterangan:
---- : Garis Koordinasi
: Garis Instruksi
Sumber. PT. Villa Domba Niaga Indonesia, 2013
Komisaris
Komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam
menjalankan perusahaan demi kepentingan perusahaan dan pemegang saham,
serta memastikan perusahaan selalu melaksanakan tanggung jawab sosial
kemasyarakatannya (Corporate Social Responsibility).
Direktur Utama
Memimpin seluruh aktivitas kegiatan perusahaan, khususnya kegiatan
yang sesuai dengan ketetapan anggaran dasar perusahaan atau ketentuan
kebijaksanaan lain yang telah disepakati bersarna dengan dewan komisaris dan
Direktur Utama:
Implementasi Kebijakan
RK/Anggaran
Representatif Perusahaan
Komisaris:
Direction
Persetujuan RK/Anggaran
Target Pertumbuhan
Direktur Keuangan:
Adm. Keuangan
Otoritasi Keuangan
Pajak
Sr. VP. Marketing dan New
Ventures:
Penjualan
Pengembangan Pasar
Analisa Profit
Pajak
Sr. VP. Coorporate Finance:
Pendanaan
Analisa Keuangan
Pengembangan Proyek
General Manager:
Kelola Lapangan
Pelaksanaan
Representatif Lapangan
Finance dan Admin
Manager Manager Ternak Manager Kebun Manager Rencana
Pembangunan
4
direksi. Memiliki wewenang penuh dan tanggung jawab tertinggi dalam
pengambilan keputusan, berupa kebijakan dalam pengembangan usaha
Direktur utama atas nama dewan direksi berkewajiban menyampaikan
laporan pertanggungjawaban tahunan perusahaan dihadapan rapat dewan
komisanis yang dihadiri oleh para pemegang saham.
Direktur (General Manager)
Dapat mewakili tugas direktur utama apabila yang bersangkutan sedang
berhalangan, dan berkenan memimpin dan mengawasi seluruh pelaksanaan
kegiatan proyek berdasarkan ketentuan yang telah disepakati bersama.
Membantu kelancaran tugas direktur utama, khususnya yang terkait
dengan kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan serta menjalankan bagian
tugasnya secara baik, sebagaimana job description yang melekat pada
kedudukannya dalam memangku jabatan sebagai direktur administrasi, keuangan
dan pemasaran. Memimpin dan mengelola usaha perusahaan sesuai dengan tujuan
perusahaan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja
perusahaan. Menguasai, memikirkan dan mengurus kekayaan perusahaan agar
dapat tetap berdayaguna dan berhasilguna.
Menyampaikan taporan pertanggungjawaban secara periodik yang
dituangkan dalam laporan keuangan lengkap kepada direktur utama sebagai bahan
pertanggungjawaban di hadapan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Direktur Keuangan
Menerapkan fungsi korporasi terkait dengan direktorat keuangan dan
bertanggung jawab melaksanakan fungsi keuangan terpusat, termasuk mengelola
fungsi operasi keuangan di seluruh unit usaha perusahaan, melalui finance billing
and collection center, serta memastikan pengendalian seluruh kegiatan investasi
anak perusahaan.
5
Sr. Vp. Coorporate Finance
Mengatur dan mengawasi penempatan karyawan, kegiatan logistik,
administrasi dan kesekretariatan guna mendukung kelancaran usaha secara
keseluruhan. Bagian ini membawahi secara fungsional dan organisasi yang
mempunyai kaitan lintas sektoral dengan manajemen setingkat lainnya.
Melakukan pengawasan terhadap tatalaksana dalam pengelolaan keuangan
perusahaan agar harta perusahaan tetap bemilai optimal dan berdayaguna
maksimal, berikut mengoptimalkan fungsi kerja setiap unit-unit kerja yang terkait
dengan kegiatan teknis administratif keuangan.
Membuat anggaran per minggu, invoice, laporan pengeluaran harian,
rekonsiliasi bank, laporan keuangan, laporan pengeluaran dan penerimaan, berikut
mengecek semua due date cheque yang beredar, melaksanakan pembayaran
cash/cheque, menagih piutang dan memonitor tanggal jatuh tempo supplier.
Seluruh aktifitas kerja yang dilakukan oleh personil atau jabatan
yang ada dibawahnya adalah diharuskan membuat laporan secara berkala,
menyangkut kegiatan rutin yang dilakukan, khususnya yang menyangkut
pembiayaan dan penerimaan serta membantu tugas manager ternak dan kebun.
Bertanggung jawab kepada general manager dan direktur utama mengenai
operasional keuangan perusahaan. Memberikan petunjuk kepada unit yang
dibawahinya, tentang kegiatan teknis keuangan perusahaan agar peredaran uang di
dalam perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
Sr.Vp. Marketing & New Ventures
Membantu tugas general manager dalam hal penyusunan rencana
pemasaran, pengolahan data statistik, evaluasi dan pelaporan program kerja
proyek. Berikut menilai potensi dan perkembangan pemasaran berdasarkan
laporan yang valid, serta berkonsultasi dengan general manager dan manager
lainnya untuk menentukan daftar harga dan syarat penyerahan dan anggaran
promosi.
6
Seluruh aktifitas kerja yang dilakukan oleh personil atau jabatan yang ada
di bawahnya adalah diharuskan membuat laporan berkala, menyangkut kegiatan
rutin maupun upaya terobosan yang dilakukan. Berikut merencanakan dan
mengorganisasikan program pemasaran meliputi waktu dan cara pembayaran.
Merencanakan dan mengorganisasikan program pemasaran meliputi
metode penjualan, mengawasi dan mengatur kegiatan unit penjualan, diskusi
dengan bawahan tentang perkembangan yang sedang berlangsung termasuk reaksi
pembeli atau calon pembeli pada kualitas produk yang dijual dan memutuskan
masalah yang timbul dalam kegiatan unit penjualan.
Merencanakan dan mengawasi penelitian pasar, khususnya masalah yang
berhubungan dengan kegiatan penjualan serta mangatur dan menjalankan
kebijakan general manager setelah berkonsultasi dengan manager ternak dan
manager lainya sehubungan dengan tugasnya dalam bidang pemasaran.
Lingkup kerja yang ada di bawahnya adalah dimaksudkan untuk dapat
membantu tugasnya sehingga tujuan bisnis perusahaan dapat tercapai, dan seluruh
aktifitas kerja yang dilakukan oleh personil ini diharuskan membuat laporan
berkala, menyangkut kegiatan rutin dan upaya terobosan yang dilakukan bagian
penjualan.
Manager Ternak & Kebun
Dapat mewakili tugas General Manager apabila yang bersangkutan sedang
berhalangan, dan bertanggung jawab terhadap kebijakan yang diambil di tingkat
proyek di lapangan. sehingga berkenaan memimpin dan mengawasi seluruh
kegiatan usaha perusahaan atas dasar ketentuan oleh general manager.
Membantu general manager, khususnya yang terkait dengan kegiatan
usaha ternak dan bibit. Disamping itu merencanakan, mengkoordinasikan tugas
pekerjaan pada koordinator atau kepala bagian dibawahnya.
Menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara periodik yang
dituangkan dalam laporan keuangan sebagai bahan pertanggungjawaban.
7
Berkenaan menyusun rencana atau program pembiayaan (budgeting), pengolahan
data statistik, evaluasi dan pelaporan program kerja proyek. Menilai potensi
pasaran dan perkembangan pemasaran berdasarkan laporan yang valid, serta
berkonsultasi dengan kepala bidang penjualan (manajer pemasaran).
Membuat planning produksi, menjalankan semua tugas yang diberikan
oleh general manager, membuat target berdasarkan instruksi dari general manager,
memastikan kelancaran aktifitas produksi, mengecek kelengkapan proyek,
mengadakan contact supplier mengenai pembelian dan mengurus dokumen
penjualan.
Membawahi seluruh kegiatan pembibitan yang bersifat teknis dan
melakukan pengawasan terhadap upaya pemeliharaan, pengamanan harta
perusahaan, khususnya yang terkait dengan peralatan utama agar dapat tetap
berfungsi sesuai standar kerja peralatan serta mengoptimalkan fungsi kerja setiap
unit-unit kerja yang terkait dengan kegiatan teknik operasional.
Membuat dan memberitahukan schedule produksi sesuai permintaan
buyer, membuat job order, menyiapkan lembar data produksi (untuk proses
produksi, finishing, gudang dan semua divisi yang ada), serta membuat filling
semua dokumen administrasi, membuka surat jatan dan lain-lain.
1.4. Pola Usaha Peternakan
Sistem peternakan yang diterapkan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia
ini masih menggunakan sistem integrasi pertanian antara peternakan domba
dengan perkebunan vanilla. Integrasi pertanian ini dengan penggunaan dedaunan
leguminosa seperti daun gamal, kaliandra, dan turi yang dihasilkan di kebun
vanilla sebagai pohon peneduh vanilla. Akan tetapi, penggunaan dedaunan
tersebut tidak terlalu banyak karena fungsi utama pohon leguminosa tersebut
sebagai pohon peneduh dan pakan domba kebanyakan rumput yang diperoleh dari
lahan pastura di areal perkebunan vanilla.
8
Jumlah populasi domba yang ada di PT. Villa Domba Niaga Indonesia
mencapai ratusan ekor domba. Di daerah Jatisari Soreang populasinya sebanyak
37 ekor domba, 3 ekor domba jantan dan 34 domba betina termasuk anak domba
yang belum sapih. Populasi domba yang ada di cabang perusahaan seperti
Sukabumi, Cirebon, Purwakarta, dan daerah lainnya data jumlah ternak belum ada
pendataan secara pasti.
Struktur populasi peternakan domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia
khususnya dalam pembibitan perbandingan jantan dan betina sekitar 1 ekor jantan
berbanding 10 ekor betina dengan menggunakan kandang koloni yang diisi
dengan domba betina maksimal 10 ekor.
1.5. Pola Pemasaran dan Kerjasama
Konsep kemitraan perusahaan inti dapat tambahan pasokan ternak dari
mitra plasma dengan biaya lebih effisien. Adanya kemitraan dimungkinkan untuk
mendekatkan sumber ternak dengan pasar sehingga menghemat biaya
transportasi. Mendapatkan harga pokok ternak yang lebih kompetitif, tidak
membatasi perusahaan inti berdomisili di satu tempat sehingga menguntungkan
dari sisi pemasaran dan jenis ternak, harus sama walaupun berbeda sumber.
Kemitraan adalah pola kerjasama antara pemilik ternak dengan pemelihara
dimana pihak pemelihara adalah peternak rakyat yang tinggal di desa, dan disebut
sebagai peternak plasma, sementara pemilik ternak disebut inti. Pola kerjasama
pemeliharaan dapat berupa ternak untuk breeding atau ternak untuk
penggemukan. Pemilihan peternak plasma didasarkan pada penilaian peternak inti
antara lain kelayakannya dinilai dari aspek :
a. Lokasi peternak plasma harus mempunyai kecukupan pakan berupa hijauan
dan atau sumber pakan lain yang murah seperti limbah pasar, limbah makanan.
b. Memiliki populasi calon peternak yang cukup banyak dan memiliki kemauan,
kemampuan, dan komitmen kerjasama.
c. Kondisi lokasi dapat dijangkau dengan kendaraan dalam waktu yang tidak
terlalu lama, untuk menghemat biaya transportasi.
9
Kemitraan inti plasma memerlukan sistem yang dibangun berdasarkan
beberapa kriteria, antara lain :
a. Kesepakatan antara inti dan plasma mengenai pembagaian hasil penjualan.
Para pihak yang terkait dan mendapatkan bagian secara proposional adalah
sebagai berikut :
Plasma, 50% dari hasil penjualan berat hidup
Pembina kelompok, 10% dari penjualan berat hidup
Peternak inti, 40% dari penjualan berat hidup
Peternak inti adalah pemegang hak beli dengan harga yang ditetapkan
sebelumnya, kecuali bila peternak plasma mau membayar lebih tinggi atau
ada pasar dengan harga yang lebih tinggi
Harga beli ternak dari plasma ditetapkan sebagai berikut :
Transaksi berdasarkan berat timbang (bukan berat taksir)
Transaksi dilaksanakan setelah lepas sapih (usia 4 bulan) untuk
plasma breeding, atau dilaksanakan per 5 bulan setelah
pemeliharaan penggemukan untuk plasma penggemukan
Untuk ternak hasil breeding, lepas sapih dihargai Rp 30.000,-/kg ,
sedangkan untuk hasil penggemukan penambahan berat dihargai
Rp 35.000,-/kg
Ternak hasil plasma setelah ada transaksi akan diambil oleh peternakan
inti, dimana pihak inti telah menyiapkan penggantinya untuk proyek
berikutnya
b. Aturan berupa hak dan kewajiban secara jelas.
Peternak Inti :
Menyediakan ternak hamil, atau bakalan untuk penggemukan
Menarik ternak dari plasma berupa induk dan anakan lepas sapih
Mengganti indukan yang ditarik dengan ternak hamil baru
Membayar hak (bagian) plasma dan pembina kelompok
Menyediakan obat-obatan
Melakukan monitoring secara periodik
10
Menerima laporan dari pembina kelompok mengenai kondisi ternak
plasma
Memberikan pelatihan kepada plasma dan pembina kelompok
Melakukan pertemuan rutin dalam rangka sosialisasi dan evaluasi
Pembina Kelompok :
Mengkoordinasikan kegiatan plasma yang menyangkut pemeliharaan,
pelaporan, dan mengawasi pelaksanaan kewajiban-kewajiban plasma
terhadap inti
Memberikan laporan kepada inti yang menyangkut ternak, SDM, keadaan
darurat yang perlu diketahui oleh inti
Mencari dan membina calon-calon mitra plasma baru di suatu desa atau
desa yang lain
Peternak Plasma :
Memiliki kandang & sumber pakan
Memelihara kesehatan dan kondisi ternak dalam keadaan baik
Dapat melaksanakan pengobatan ternak baik secara medis maupun
tradisional
Mencatat dan melaporkan data ternak kepada inti melalui pembina
kelompok seperti kelahiran, kematian,
Dapat mengajukan pinjaman kepada inti sesuai dengan syarat-syarat
simpan pinjam
11
c. Bagi hasil yang menarik antara kedua belah pihak.
Tabel 1. Perhitungan Bagi Hasil Penjualan Domba
Kemitraan Breeding Kemitraan Fattening
Perhitungan :
1 Ekor Anak Jantan @ 15 Kg
x Rp 30.000,-
= Rp 450.000,-
Perhitungan :
(Berat AkhirBerat Awal)x Rp 35.000,-
( 30 Kg 10 Kg ) x Rp 35.000,- = Rp 700.000
HAK PLASMA (50%) :
Rp 225.000,-
HAK PLASMA (50%) : Rp
350.000,-
HAK PEMBINA (10%) : Rp
45.000,-
HAK PEMBINA (10 %) : Rp
70.000,-
Total Bagian Mitra = Rp
270.000
Total Bagian Mitra = Rp
420.000
d. Terorganisasi dengan penerapan sistem administrasi dan keuangan, serta
monitoring yang baik dan adanya pengelompokan-pengelompokan peternak
dengan diketuai oleh pembina kelompok.
Tabel 2. Sistem Administrasi Keuangan
Sistim administrasi ternak & Plasma
Sistim administrasi keuangan
Data ternak meliputi: data induk dan anak, Jenis Kelamin, kelahiran, kehamilan
Data penebusan (bagi hasil) ternak
Data kesehatan, meliputi pemberian obat,kondisi ternak,stok obat
Simpan/pinjam
Data keluar masuk ternak
Bio data plasma dan identifikasi ternak
12
II
TATALAKSANA PEMBERIAN RANSUM DOMBA DI
PT. VILLA DOMBA NIAGA INDONESIA
Bambang Kholiq Mutaqin
200110100277
2.1. Abstrak
Praktek kerja lapangan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia desa Jatisari
kecamatan Cangkuang, kabupaten Bandung yang dilaksanakan pada tanggal 14
Januari sampai tanggal 14 Februari 2013. Pengamatan yang dilaksanakan
mengenai tatalaksana pemberian ramsum pada domba. Pakan hijauan untuk
domba merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi meliputi rumput dan
legum karena hijauan tersebut mengandung serat kasar yang diperlukan oleh
domba untuk keberlangsungan hidup. Tujuan dari pengamatan tersebut adalah
untuk mengetahui proporsi dan jenis pakan hijauan yang diberikan untuk domba
yang dipelihara. Pengamatan yang dilakukan dengan cara observasi dan praktek
kerja di perusahaan. Berdasarkan hasil data pengamatan yang telah diperoleh,
untuk 33 ekor domba betina dan 3 ekor domba jantan untuk seharinya
menghabiskan hijauan 7 karung (1 karung 39 kg) = 273 kg, berarti satu ekor
domba menghabiskan pakan hijauan sebanyak 7,5 kg/hari untuk dua kali
pemberian pakan pagi dan sore hari. Hasil pengamatan yang lain mengenai
proporsi hijauan berupa rumput dan legum yang diberikan untuk umur fisiologis
domba yang berbeda, pemberian pakannya disamakan untuk semua umur
fisiologis, diperoleh perbandingan antara rumput dengan legum sekitar 89%
rumput dan 11 % legume yang diberikan untuk domba umur fisiologis yang
berbeda dilihat dari berat rumput dan legume yang diperoleh dalam satu karung
yang dirata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase.
Kata Kunci : ransum, pakan, hijauan, umur fisiologis.
2.2. Latar Belakang
Tatalaksana pemberian ransum pada ternak merupakan hal yang sangat
penting dan penentu produktivitas ternak, baik dari segi komposisi ransum yang
diberikan pada ternak dan tatalaksana pemberian ramsum yang efektif akan
menentukan pula produktivitas ternak tersebut.
Ransum adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24
jam, ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan
13
selain hijauan makanan ternak. Ransum yang diberikan kepada ternak hendaknya
dapat memenuhi beberapa persyaratan seperti mengandung gizi yang lengkap,
digemari oleh ternak, mudah dicerna, sesuai dengan tujuan pemeliharaan, serta
harganya murah dan terdapat di daerah setempat. Oleh sebab itu perlu diketahui
bagaimana tatalaksana pemberian ransum yang baik untuk mendukung
produktivitas suatuatu ternak. Tatalaksana pemberian ransum di PT. Villa Domba
Niaga Indonesia apakah sudah menerapkan tatalaksana pemberian ransum secara
benar dalam meningkatkan produktivitas ternak.
Di peternakan domba PT. Villa Domba Niaga Indonesia memiliki
beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas diantaranya faktor internal
seperti genetik dan fakor eksternal seperti pakan.
Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang menentukan produksi
ternak, ketergantungan penampilan reproduksi terhadap pengaruh pakan paling
besar (sekitar 60%). Ini berarti bahwa walaupun potensi genetik tinggi (bibit
unggul), apabila pemberian pakan tidak memenuhi kebutuhan nutrien (baik
kuantitas maupun kualitas), maka ternak domba tidak akan mencapai produksi
tinggi. Pengaturan pemberian ransum domba menjadi faktor penentu produktivitas
yang paling besar. Hal inilah yang menjadi alasan untuk mengamati tatalaksana
pemberian ransum domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia.
Pemberian pakan yang baik juga memungkinkan ternak domba untuk
beranak kembar (lebih dari satu anak perkelahiran). Sehingga untuk menjunjang
kebutuhan pokok domba dan produktivitas domba harus dilakukan pengaturan
pemberian pakan domba yang tepat.
2.3. Maksud dan Tujuan
Tujuan pengamatan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia adalah untuk
mengetahuai tatalaksana pemberian ransum pada domba di PT. Villa Domba
Niaga Indonesia yang meliputi jenis, bahan pakan, dan komposisinya.
14
2.4. Metode Pengamatan
Metode pengamatan yang dilakukan meliputi :
1. Praktek kerja di perusahaan.
2. Wawancara yaitu pencarian data dengan cara diskusi yang dilakukan
dengan pihak-pihak terkait meliputi General Manager, Manager,
Supervisor, dan pegawai di perusahaan tersebut.
3. Observasi, yaitu mendata aspek-aspek penting yang terkait dengan
peternakan seperti survey lahan pastura dan jenis rumput yang ditanam di
PT. Villa Domba Niaga Indonesia.
2.5. Hasil dan Pembahasan
Setelah dikaksanakan observasi dan praktek kerja di PT. Villa Domba Niaga
Indonesia diperoleh beberapa data pengamatan yang cukup lengkap dari segi
penyediaan pakan yang diberiakan sebagai salah satu faktor tatalaksana pemberian
ransum pada domba yang dipelihara untuk mendukung produktivitas ternak.
Tatalaksana pemeliharaan khususnya dari segi pemberian ransum pada
domba, di PT. Villa Domba Niaga Indonesia melakukan penjadwalan rutin
pemberian pakan setiap harinya. Jadwal rutin pegawai kandang meliputi
pemberian pakan, pencarian pakan hijauan di areal kebun rumput PT. Villa
Domba Niaga Indonesia, pengelolaan dan perbaikan kandang domba,
pemeliharaan kesehatan domba. Jadwal piket rutin pegawai kandang sendiri setiap
harinya, ada yang rutin dilakukan ada juga yang merupakan pekerjaan yang tidak
tentu misal, memandikan ternak, pencukuran bulu ternak. Jadwal piket rutin
pegawai kandang sebagai berikut:
15
Tabel 3. Jadwal Piket Rutin Pegawai Kandang.
Waktu Kegiatan Sifat
07.00-09.00 Pemberian pakan domba dan dilanjutkan
beres-beres kandang
Rutin
09.00-12.00 Kegiatan lain (pemberian obat,
memendikan ternak, pencukuran bulu
ternak, dan lainnya).
Tentativ
12.00-13.00 Istirahat Rutin
13.00-15.00 Kegiatan lain (program perkebunan vanilla,
penanaman rumput, penanaman pohon, dan
lainnya).
Tentativ
15.00-17.00 Pemberian pakan domba dan dilanjutkan
beres-berse kandang.
Rutin
17.00-07.00 Istirahat Rutin
Sumber. PT. Villa Domba Niaga Indonesia, 2013
Pengaturan jenis pakan domba yang digunakan di PT. Villa Domba Niaga
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak domba dan yang mutlak harus
tersedia dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan air. Bahan pakan yang digunakan dan dipilih sebagai berikut:
1. Golongan Rerumputan, seperti rumput gajah, sertaria, dan rumput alam.
2. Golongan Legum, seperti daun lamtoro, turi, gamal, kaliandra, dan siratro.
3. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun jagung, dan daun ketela pohon.
Pengaturan pakan domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia tergolong
sederhana dan terkesan tradisional karena pengunaan hijauan keseluruhan untuk
pakan domba seperti rumput gajah, rumput raja, sertaria, gamal, kaliandra, turi
dan jenis hijauan lainnya. Padahal penggunaan konsentrat secara efisien untuk
16
pakan domba harus diperhitungkan untuk pertumbuhan domba seperti pernyataan
(Purbowati, 2001) bahwa penggunaan konsentrat (terutama yang banyak
mengandung biji-bijian) yang lebih tinggi akan mempercepat pertambahan bobot
tubuh dan efisiensi pakan lebih baik. Penentuan jumlah konsentrat yang tepat
merupakan salah satu cara optimasi kapasitas pencernaan untuk mendapatkan
efisiensi pemanfaatan pakan yang lebih baik. Di PT. Villa Domba Niaga
Indonesia beranggapan bahwa penggunaan konsentrat untuk domba yang
dipelihara akan menambah biaya produksi. Padahal pemberian pakan yang cukup
dapat digunakan oleh ternak untuk kebutuhan energi pertumbuhan dan
reproduksinya sebagaimana dijelaskan bahwa jumlah pakan yang diberikan pada
ternak sehari-hari harus lebih banyak dari kebutuhan hidup pokok agar ternak
tidak mengalami kesulitan berproduksi (Parakkasi, 1999), didukung pula oleh
Mulyono (2004), pemberian pakan yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan
nutrisi tubuh domba yang digunakan dalam proses metabolismenya. Pakan yang
biasa diberikan pada domba adalah hijauan, tetapi karena nutrisi hijauan yang
masih rendah biasanya diberikan pakan penguat (konsentrat) sebagai tambahan.
Pemberian konsentrat yang efektif selain hijauan dapat meningkatkan
pertumbuhan secara maksimal.
Pengaturan pakan untuk domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia juga
tidak memperhatikan perbedaan umur fisiologis domba dari segi pemberian pakan
diberikan untuk domba yang berbeda umur fisiologisnya ternyata disamaratakan
untuk semua domba baik itu domba dewasa, dara, bunting, menyusui, dan belum
lepas sapih. Pengaturan pakan seharusnya memperhatikan umur fisiologis seperti
dijelaskan oleh Siregar (1984) bahwa jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas, dan
lingkungan seperti suhu lingkungan dan kelembaban udara juga mempengaruhi
tingkat konsumsi.
Pengaturan proporsi pakan antara rumput dengan dedaunan harus
diperhatikan dan sebagai tambahannya adalah konsentrat. Persentase
perbandingan antara rumput dengan dedaunan yang baik memperhatikan umur
fisiologis domba, sebaiknya proporsi berupa campuran dari rumput dan legum
17
yang disesuaikan dengan tingkatan umur fisiologis. Adapun proporsinya adalah
sebagai berikut:
a) Ternak dewasa : rumput 75%, daun 25%
b) Induk bunting : rumput 60%, daun 40%, konsentrat 200-300 gram.
c) Induk menyusui : rumput 50%, daun 50%, konsentrat 200-300 gram.
d) Anak belum sapih : rumput 50%, daun 50%
e) Anak lepas sapih : rumput 60%, daun 40%, konsentrat 50-100 gram.
Akan tetapi proporsi untuk setiap umur fisiologis ternyata disamakan,
selain itu juga proporsi rumput dengan legum tidak mendekati proporsi yang baik.
Tabel 4. Perbandingan Rumput Dengan Legum Hasil Panen Pekerja
Selama Dua Hari.
Total hijauan 588 kg dengan rumput 524 kg (89%) dan dedaunan 64 kg (11%).
Sumber. PT. Villa Domba Niaga Indonesia, 2013.
Karung
ke-
Rumput
(kg)
Daun
(kg)
Total
(kg)
Karung
ke-
Rumput
(kg)
Daun
(kg)
Total
(kg)
1 34 4 38 1 34 4 38
2 35 4 39 2 37 4 41
3 34 5 39 3 34 4 38
4 36 4 40 4 36 4 40
5 34 4 38 5 34 5 39
6 35 4 39 6 34 5 39
7 35 5 40 7 37 4 41
Total 243 30 273 8 35 4 39
Total 281 34 315
18
Tabel 5. Data Produksi Rumput.
Sumber PT. Vila Domba Niaga Indonesia, 2013.
Pengaturan hijauan menunjukan bahwa tingkat kebutuhan masing-masing
domba berdasarkan umur fisiologis pasti berbeda karena kebutuhan protein
domba dipengaruhi oleh umur fisiologis, kondisi tubuh dan rasio energi protein
(Ensminger, 1991). Selain itu kebutuhan ternak akan zat-zat gizi bervariasi antar
spesies ternak dan umur fisiologis yang berlainan.(Haryanto, 1992).
Perkembangan dan pertumbuhan berbanding dengan pemberian ransum
yang berkualitas, menurut Pond, dkk., (1995), konversi pakan ternak ruminansia
No Lokasi Panjang Lebar Luas Jenis
Rumput
Lapangan
Prod.
(karung)
total
prod.
(kg)
prod
/m2
1 C 23 3 72 Setaria, KG 0,25 7,5 0,3
2 E 32 16 512 Kipait 6 180 5,6
3 O 20 8,5 170 KG, Kipait 3 90 3,5
3 I1 33 7 238 KG 3 120 3,5
5 I2 72 2,5 180 BD 2 60 0,8
6 I1 luar 18 1 18 BD 1 30 1,7
7 J1 18 2 36 BD, Kipait 2 60 3,3
8 J2 39 3 137 BD, Kipait 1 30 0,6
9 Yongki 39 19 931 BD 15 350 9,2
10 Toto 23 15 335 BD 6 180 7,8
11 Kolam 27 5 135 Setaria 3 120 3,3
12 Pamoyanan 25 9 225 KG 1 30 1,2
13 Pangancaran
1 & F 11 11 121 BD 2 60 5,5
13 Pangancaran
2 51 5 255 Setaria 3 90 1,8
15 Uka 30 5 150 Setaria, BD 3 120 3,0
16 Iim 10 5 50 BD, Setaria
& KG 1 30 3,0
17 Lapang 105 18 1890 Kipait 1 30 0,3
18 Gulampeng 105 89 9335 Kipait 3 120 1,1
19 Lahan
Gudang 75 35 2625 Kipait 1 30 0,3
Total 17335 1837,5
19
dipengaruhi oleh kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat
gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak makin baik kualitas
ransum yang dikonsumsi ternak, akan diikuti dengan pertambahan bobot tubuh
yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan pakan. Jenis pakan hijauan di
PT. Villa Domba Niaga Indonesia dari golongan rumput adalah rumput gajah,
raja, sertaria, dan rumput lapang sedangkan dari golongan legume adalah gamal,
kaliandra,dan turi.
Pengaturan pakan untuk domba juga harus diperhatikan pengolahan bahan
pakan hijauan seperti dijelaskan (Tangendjaja, dkk.,(1991) bahwa pengeringan
daun glirisidia menggunakan panas dari sinar matahari dapat berpengaruh positif
dalam meningkatkan konsumsinya pada ternak ruminansia kecil. Kandungan
tannin pada daun kaliandra tinggi, begitu pula kandungan senyawa fenolatnya.
Intinya dari pemberian pakan harus diperhatikan apakah pakan tersebut akan
menimbulkan efek samping bagi ternak. Rangkuti, dkk., (1984) menyatakan
bahwa pakan mengandung daun glirisidia memberikan respon pertumbuhan
paling baik pada ternak domba.
Pemberian hijauan untuk memenuhi kebutuhan domba di PT. Villa Domba
Niaga Indonesia setiap harinya diperoleh hijauan untuk pakan domba 7 karung
dengan bobot keseluruhan 273 kg, dimana habis untuk 36 ekor domba, berarti
satu ekor domba menghabiskan 7,5 kg/ekor/hari tapi itu tidak habis termakan
sebagian tersisa dan menjadi rarapen. Satu ekor domba dengan bobot badan 57 kg
diperlukan hijauan (rumput dan dedaunan/legum) minimal 4,9 kg.
(Devendra,1981 )
Pemberian ransum domba yang mengacu pada pernyataan Devendra
(1981) tentang keperluan hijauan dilihat dari bobot badan domba. Tatalaksana
pemberian ramsum di PT. Villa Domba Niaga Indonesia sudah memperhitungkan
kebutuhan hijauan untuk domba. Selain itu, dalam pemberian hijauan pakan
domba diberikan secara teratur walaupun ditinjau dari pengaturan proporsi
hiajuan berupa rumput dan legum tidak terlalu diperhatikan. Pemberian hijauan
20
kepada ternak domba di PT. Villa Domba Niaga Indonesia tidak melalui proses
pengolahan, pemberian hijauan makanan ternak dalam keadaan segar namun hal
tersebut lebih disenangi oleh ternak. Perlu diperhatikan untuk beberapa jenis
hijauan/daun, pemberian dalam bentuk segar ada yang tidak disenangi dan
terkadang mengandung racun yang mana dapat berakibat fatal yaitu kematian
pada ternak. Oleh karenanya maka jenis hijauan perlu diolah/diproses agar
kandungan racunnya dapat dihilangkan atau dikurangi misalnya, daun singkong
dan daun gamal.
Ada beberapa cara sederhana dan murah yang dilakukan pekerja di PT.
Villa Domba Niaga Indonesia yaitu dilayukan /dibiarkan satu malam. Pengolahan
tersebut akan memberikan pertumbuhan yang lebih cepat karena hijauan tersebut
bernilai tinggi bentuk kandungan gizinya
Pemberian pakan hijauan di PT. Villa Domba Niaga Indonesia sudah lebih
dari cukup yaitu pemberian hijauan 7,5 kg/ekor/hari, hanya saja tidak ada pakan
penguat tambahan seperti konsentrat akan tetapi bila pemenuhan hijauan
memenuhi kebutuhan pokok maka hal tersebut tidak terlalu bermasalah seperti
dijelaskan oleh (Tillman, dkk., 1991) bila hewan diberi makan protein, dan energi
yang dihasilkan melebihi kebutuhan hidup pokoknya, maka hewan tersebut akan
menggunakan kelebihan zat makanan tersebut untuk pertumbuhan dan produksi.
Pemberian dan pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral di PT. Villa
Domba Niaga Indonesia menggunakan vitamin kompleks yaitu Injektamin. Secara
keseluruhan pengaturan pekan sudah cukup baik hanya belum menggunakan
pakan konsentrat sebagai pakan tambahan untuk ternak karena dirasa akan
menambah biaya produksi.
Pemberian konsentrat bukannya tidak akan digunakan dalam peternakan di
PT. Villa Domba Niaga Indonesia akan tetapi penggunaan konsentrat akan
digunakan bila dari segi perhitungan biaya produksi tidak lagi membebani.
21
2.6. Kesimpulan
Hasil pengamatan praktek kerja lapangan yang dilakukan di PT. Villa
Domba Niaga Indonesia dapat disimpulkan bahwa:
1. Tatalaksana pemberian ramsum pada domba di PT. Villa Domba Niaga
Indonesia sudah cukup baik karena sudah memenuhi kebutuhan hidup
pokok ternak yaitu pemberian hijauan lebih dari 5 kg/ekor/hari untuk berat
ternak kisaran 50 kg, hanya saja tidak ada pakan penguat tambahan seperti
konsentrat karena manager kandang beranggapan penggunaan konsentrat
akan menambah biaya produksi, padahal bila dilakukan dengan tepat
justru akan menguntungkan peternak.
2. Pengaturan pakan domba berupa pengaturan proporsi hijauan antara
rumput seperti jenis rumput gajah, sertaria, dan gajah sekitar (89%)
dengan legume seperti gamal, kaliandra, dan turi (11%). Pemilihan hijauan
yang baik untuk ternak, baik dari segi gizi, palatabilitas, dan harga. Selain
itu pengolahan bahan pakan harus diperhatikan untuk efektivitas pakan
yang diserap tubuh ternak yang nantinya dijadikan sumber energi dan
pertumbuhan. Penambahan konsentrat dapat digunakan untuk menunjang
produktivitas ternak disamping penambahan vitamin dan mineral.
2.7. Daftar Pustaka
Devendra, C. 1981. In Int. Sympt. on Nutrition and Systems of Goat Feeding, 1215th May, 1981, Tours, France, Vol. 1: 395440.
Ensminger, M. E. 1991. Animal Science. Animal Agriculture Series. 9th Edition.
Interstate Publishers, Inc. Danville, Illionis.
Haryanto, B. 1992. Pakan domba dan kambing. Prosiding Sarasehan Usaha
Ternak Domba dan Kambing Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana
Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia (ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan
Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor.
Mulyono, S. 2004. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Parakkasi , A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI Press,
Jakarta.
22
Pond, W. G., D. C. Church, K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and
Feeding. 4th edition. John Wiley and Ponds Press, New York.
Purbowati, E. 2001. Balance energi dan nitrogen domba yang mendapat berbagai
aras konsentrat dan pakan dasar yang berbeda. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian, Bogor.
Rangkuti, M., I.W. Mathius dan J.E. Van Eyes. 1984. Penggunaan Gliricidia
maculata oleh ruminansia kecil: konsumsi, kecernaan dan performans.
Procedings Ilmiah Penelitian Ruminansia Kecil. Puslitbangnak. Bogor.
Halaman: 3-7.
Siregar, S.B. 1984. Pengaruh ketinggian tempat terhadap konsumsi makanan dan
pertumbuhan kambing dan domba lokal di daerah Yogyakarta. Jurnal Ilmu
dan Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 1 (5) : 177-182.
Tangendjaja, B., E. Wina dan I. G. M. Budiarsana. 1994. Ransum penggemukan
domba dengan bahan lokal. Prosiding Seminar Nasional Sains dan teknologi
Peternakan. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Bogor.
Tillman, A.D., H. Hari, R. Soedomo, P. I. Soeharto dan L. Soekanto. 1991. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press. Fakultas Peternakan,
UGM, Yogyakarta.
23
III
EVALUASI KECUKUPAN NUTRISI HIJAUAN PAKAN YANG
DIBERIKAN PADA DOMBA DI PT . VILLA DOMBA NIAGA
INDONESIA
Gagan Setiawan
200110100283
3.1. Abstrak
Praktik kerja dengan judul Evaluasi Kecukupan Nutrisi Hijauan Pakan
yang Diberikan pada Domba di PT . Villa Domba Niaga Indonesia Desa Jatisari
Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung dilaksanakan pada tanggal 14 Januari
sampai dengan tanggal 14 Februari 2013 di PT . Vila Domba Niaga Indonesia
yang berlokasi di Desa Jatisari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat. Studi mendalam yang dibahas mengenai Evaluasi Kecukupan Nutrisi Hijauan Pakan yang Diberikan pada Domba Di PT. Villa Domba Niaga
Indonesia Desa Jatisari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung yang bertujuan untuk mengetahui jumlah asupan dan jenis hijauan yang diberikan
kepada ternak bibit serta menganalisis sistem pemberian pakan yang
menyebabkan pertumbuhan ternak tidak optimal. Metode pengamatan yang
digunakan adalah pengamatan langsung dan partisipasi, wawancara, dan analisa
data. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk seekor betina menghabiskan 3-5 kg
hijauan setiap harinya dengan pemberian 3 kali sehari, pagi pukul 07.00 WIB dan
sore pukul15.30 WIB. Jumlah ternak bibit yang ada di PT.Villa Domba Niaga
Indonesia ada 33 Betina dan 3 jantan.
Kata Kunci : evaluasi, hijauan, nutrisi.
3.2. Latar Belakang
Hijauan merupakan kebutuhan pokok bagi pakan ternak ruminansia. Ada
dua macam hijauan yang biasa di berikan kepada terak ruminansia yaitu rumput
dan legum, kedua hijauan tersebut mengandung serat kasar yang diperlukan oleh
ternak ruminansia. Hijauan merupakan salah satu bahan makanan ternak yang
sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan
populasi ternak. Oleh karenanya, hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan
makanan merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan domba terutama
bagi peternak domba bibit di PT Villa Domba Niaga Indonesia kambing etawa
yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak.
24
Kebutuhan hijauan makanan ternak (HMT) masih sulit dipenuhi oleh
masing-masing peternak, karena hanya memiliki lahan sempit dan sangat
tergantung pada musim. Apalagi dengan meningkatnya kepemilikan ternak
misalnya domba, peternak akan menghabiskan waktu untuk pemeliharaan dan
pengelolaan domba, tidak memiliki waktu lagi untuk menyediakan pakan hijauan.
Demi ketersediaan hijauan makan ternak yang tetap sepanjang tahun,
maka diperlukan budidaya hijauan pakan, baik dengan usaha perbaikan
manajemen tanaman keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman rumput
unggul. Dengan cara demikian kekurangan akan hijauan pakan dapat diatasi,
sehingga nantinya dapat mendukung pengembangan usaha ternak domba bibit.
3.3. Maksud dan Tujuan
Tujuan dilakukannya observasi mengenai pemberian hijauan pakan domba
bibit di PT Villa Domba Niaga Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengamati pemberian hijauan pakan dan komposisi serta kuantitas
pemberian.
2. Menganalisis pakan hijauan yang diberikan apakah sesuai dengan
kebutuhan ternak.
3.4. Metode Pengamatan
1. Partisipasi (participant observation), yaitu ikut serta dan berpartisipasi
secara aktif dalam praktek kerja di lapangan.
2. Mengutip catatan laporan (recording), yaitu pengambilan data atau
informasi yang berkaitan dengan objek yang diamati dari pihak
perusahaan, data yang tercatat diperoleh atas persetujuan manajer.
3. Wawancara (interview), yaitu diskusi yang dilakukan dengan pihak-pihak
terkait meliputi General Manager, Manager, Asisten Manager,
Supervisor, dan pegawai di farm tersebut.
25
3.5. Hasil dan Pembahasan
Ruminansia
Ternak ruminansia memiliki mikroba (bakteri dan protozoa) di dalam alat
pencernaannya yang merombak nutrien secara fermentatif sehingga menjadi
senyawa lain yang berbeda dari molekul nutrien asalnya (Sutardi,1980). Produk
akhir yang terpenting dari fermentasi adalah asam lemak terbang atau volatile
fatty acids (VFA) terutama asetat, propionat, butirat serta produk lainnya
termasuk CO, methan, dan panas. Ruminansia menggunakan VFA sebagai sumber
energi untuk proses hidupnya (Church dan Pond, 1988; Sutardi 1980). Beberapa
spesies bakteri memproduksi amonia dan VFA berantai cabang dari asam-asam
amino tertentu. Konsentrasi VFA dalam abomasum adalah setengahnya dari yang
ada di dalam cairan rumen. Meskipun sebagian besar absorpsi VFA terjadi dalam
omasum, tetapi sejumlah besar masuk ke dalam abomasum (Arora, 1989).
Volatile Fatty Acid (asam lemak terbang) merupakan salah satu produk
fermentasi karbohidrat di dalam rumen yang menjadi sumber energi utama bagi
ternak ruminansia dan dapat menyumbang 55-60% dari kebutuhan energinya.
Konsentrasi VFA dapat dijadikan salah satu tolak ukur fermentabilitas pakan dan
sangat erat kaitannya dengan aktivitas mikroba rumen (Parakkasi, 1999).
Amonia yang dibebaskan dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh
mikroba untuk mensintesis protein tubuhnya (Arora, 1989). Menurut McDonald et
al. (2002), kisaran konsentrasi NH yang optimal untuk sintesis protein oleh
mikroba rumen adalah 6 - 21 mm. Konsentrasi nitrogen amonia sebesar 5% sudah
mencukupi kebutuhan nitrogen mikroba. Amonia di dalam rumen akan diproduksi
terus menerus walaupun sudah terjadi akumulasi (Sutardi, 1977). Faktor utama
yang mpengaruhi penggunaan NH3 adalah ketersediaan karbohidrat dalam
ransum yang berfungsi sebagai sumber energi untuk pembentukan protein
mikroba. Menurut Sutardi (1977), agar NH 3 dapat dimanfaatkan oleh mikroba
penggunaannya perlu disertai dengan sumber energi yang mudah difermentasi,
misalnya dedak padi.
Rumansia adalah hewan yang mempunyai kemampuan untuk
memanfaatkan pakan berserat kasar tinggi. Kemampuan tersebut terkait dengan
26
adanya retikulorumen yang sebagai tempat pencernaan fermentatif pakan yang
dikonsumsi hewan tersebut. Fermentasi yang terjadi di dalam retikulo-rumen
melibatkan mikroorganisme baik bakteri, protozoa dan jamur. Namun bakteri
merupakan mikroorganisme paling dominan dalam fermentasi tersebut. Beberapa
bakteri rumen yang dominan adalah bakteri selulolitik. Bakteri dapat digolongkan
ke dalam bakteri selulolitik, bakteri amilolitik, bakteri selulolitik, bakeri
proteolitik dan lipolitik. Bakteri selulolitik diantarnya adalah Bacteriodes
succinogenes, Butyrivibrio fibrisolvens, Ruminococcus albus, Clostridium
lochheadii, Clostridium longisporum, Cillobacterium cellulosolvens. Bakteri
amilolitik diantaranya yaitu Streptococcus bovis, Bacteroides amylophilus,
Bacteroides ruminicola, Succinimonas amylolytica, dan Selenomonas
ruminantium. Bakteri selulotik juga merupakan bakteri amilolitik contohnya
Clostridium lochheadii, Bacteriodes succinogenes, Butyrivibrio fibrisolvens
(Hungate, 1966). Bakteri hemiselulolitik diantaranya Eubacterium, Bacteroides
amylogenes, Bacteroides ruminicola, Butyrivibrio fibrisolvens, Ruminococcus
flavefaciens, dan Ruminococcus albus. Bakteri metanogenik yaitu
Methanobacterium ruminantium. Mikroorganisme rumen tumbuh pada kondisi
dengan cairan rumen anaerob, pH 5 7,5. Temperatur di dalam rumen adalah 38-
42 C (Arora, 1989; Ogimoto dan Imai, 1981; Hungate, 1966).
Pakan Hijauan
Hijauan pakan merupakan bagian tanaman terutama rumput dan
leguminosa yang digunakan sebagai pakan ternak (Hartadi et al., 1993). Wilkins
(2000) menyatakan bahwa hijauan merupakan bagian tanaman yang dapat
dimakan, termasuk padi yang diberikan dengan cara menggembalakan ternak
maupun dipanen untuk diberikan langsung pada ternak. Menurut keberadaannya,
hijauan makanan ternak terdiri dari hijauan yang tumbuh secara alami tanpa
campur tangan manusia seperti pastura alami dan hijauan yang sengaja ditanam
oleh petani seperti rumput gajah, gamal, lamtoro, dan waru (Budiasa, 2005).
27
Pemanfaatan produksi hijauan yang berlebih serta untuk mengatasi
kekurangan pakan ternak saat musim kemarau, rumput dapat diawetkan dalam
bentuk silase maupun hay. Silase merupakan hijauan pakan ternak yang
diawetkan dengan cara peragian atau fermentasi asam laktat (Siregar, 1996).
McIlroy (1976) menyatakan bahwa rumput gajah merupakan rumput yang sangat
baik untuk silase. Hay merupakan hijauan pakan ternak yang diawetkan melalui
pengeringan hingga kadar air 15% (Siregar, 1996). Waktu panen hijauan yang
akan dibuat hay adalah pada masa pertumbuhan terbaik saat fase mulai berbunga
(McIlroy, 1976).
Rumput
Rumput (Gramineae) merupakan famili tumbuh-tumbuhan yang paling
luas penyebarannya. Rumput sebagai pakan ternak berupa rumput lapang (liar)
dan rumput pertanian. Rumput pertanian disebut juga dengan rumput unggul
merupakan rumput yang sengaja diusahakan dan dikembangkan untuk persediaan
pakan bagi ternak. Rumput unggul ini dibagi menjadi dua jenis yaitu pertama
rumput potongan seperti rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum.), rumput
benggala (Pannicum maximum Jacq.), rumput mexico (Euchlaena mexicana
Schrad.), dan Setaria spachelata Schum. Kedua yaitu rumput gembala seperti
Brachiaria brizantha (Hochst. ex A. Rich.) Stapf., rumput ruzi atau rumput kongo
(Brachiaria ruziziensis R. Germ.and C. M. Evrard), rumput australia (Paspalum
dilatatum Poir.), Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., Cynodon plectostachyus (K.
Schum.) Pilg., rumput pangola (Digitaria decumbens Stent.), dan Chloris gayana
Kunth. (Sudarmono dan Sugeng, 2009).
Rumput memiliki sistem perakaran berbentuk serabut yang mempunyai
peranan dalam pembentukan struktur tanah, titik tumbuh yang berada dekat pada
pangkal tanaman memungkinkan tumbuh kembali setelah pemotongan,
kemampuan membentuk anakan membantu menutup tanah dengan cepat pada fase
pertumbuhan pertama (McIlroy, 1976).
28
Rumput daerah tropika mengandung kadar protein yang rendah dan sera
kasar yang tinggi bila dibandingkan dengan rumput daerah beriklim sedang yang
dipotong pada fase pertumbuhan yang sama. Di lain pihak produksi kadar bahan
kering jenis rumput daerah tropika sering jauh lebih tinggi dari pada rumput
daerah sedang (McIlroy, 1976; Close dan Menke, 1986). Arora (1989)
menyatakan bahwa rumput tropika memiliki banyak lignin daripada rumput yang
tumbuh di daerah beriklim sedang. Lignin dinding sel mempengaruhi proses
pencernaan pakan dalam saluran pencernaan. Rumput dengan kandungan lignin
rendah tetapi mempunyai lebih banyak dinding sel kurang dapat dicerna
dibanding legum yang mempunyai lignin dua kali lebih banyak karena
mempunyai kandungan dinding sel yang lebih rendah dari pada rumput atau
graminae (Arora, 1989; Ogimoto dan Imai, 1981).
Kacangan
Kacangan merupakan jenis hijauan lain yang digunakan untuk pakan
ternak dari famili Leguminoceae. Gutteridge dan Shelton (1993) menyatakan
bahwa Leguminoceae terdiri lebih dari 1.800 spesies. Leguminoceae terbagi
menjadi tiga subfamili yaitu Papilionoideae, Mimosoideae, dan Caesalpinioideae
(Wojciechowski, 2006). Papilionoideae (Papilionaceae) merupakan subfamilia
yang spesiesnya merupakan tanaman legum makanan manusia dan ternak,
sedangkan Mimosoideae (Mimosaceae) dan Caesalpinioideae (Caesalpiniaceae)
merupakan tanaman legum yang khusus untuk hijauan makanan ternak
(Reksohadiprodjo, 1985).
Rukmana (2005) menyatakan bahwa kacangan dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu kacangan yang tumbuh menjalar, kacangan yang tumbuh tegak
berupa pohon, dan kacangan hasil sisa tanaman pangan. Kacangan yang tumbuh
menjalar digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan, seperti sentro, kalopo,
dan kudzu. Kacangan yang tumbuh tegak biasanya ditanam di tegalan atau pinggir
kebun, seperti lamtoro, gamal, kaliandra. Sedangkan kacangan hasil sisa tanaman
pangan merupakan hasil ikutan dari proses usaha tani seperti kacang tanah dan
29
kacang kedelai. Legum (kacangan) memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
daripada Gramineae. Kandungan protein kacangan (Leguminoceae) lebih dari
20%, sedangkan rumput kurang dari 10%. Selain kandungan protein yang tinggi,
Leguminoceae mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, tembaga
dan kobal (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Gutteridge dan Shelton (1993)
menyatakan bahwa saat musim kemarau, jenis kacangan pohon mampu
menyediakan hijauan dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi.
Ramban
Ramban merupakan jenis lain hijauan pakan yaitu selain rumput dan
legum. Kelompok tumbuhan lain ini mencakup tumbuhan tahunan, serta
tumbuhan semak dan pohon berkayu (Martin, 1993). Suminar (2011) menyatakan
bahwa hijauan yang termasuk jenis ramban di Desa Cigobang yaitu daun
kedondong kecil (Spondias luteaLINN.), daun kelor (Moringa oleifera LAMK.),
daun singkong (Manihot utilissimaPOHL.), daun jambu air (Eugenia aquena
BURM.f.), daun randu (Ceiba petandra GAERTN.), daun nangka (Artocarpus
heterophyllus LAMK.), daun mangga (Mangifera indica L.), daun kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis LINN.), daunkersem (Mutingia calabura L.), daun
kawijaran (Lannea grandis ENGL.), daun benalu mangga (Dendrophthoe
pentandra (L.) Miq.)
30
Tabel 6. Area Kebun dan Produksi Rumput PT.Villa Domba Niaga
Indonesia.
Sumber: PT . Villa Domba Niaga Indonesia, 2013
Konsumsi Pakan Hijauan dan Komposisi
Makanan yang diperlukan oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia
dalam jumlah yang cukup adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral
dan air. Bahan pakan untuk domba pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan
sebagai berikut:
a. Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala,
brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
No Lokasi Panjang Lebar Luas Jenis
Rumput
Lapangan
Prod.
(karung)
total
prod.
(kg)
prod
/m2
1 C 23 3 72 Setaria, KG 0,25 7,5 0,3
2 E 32 16 512 Kipait 6 180 5,6
3 O 20 8,5 170 KG, Kipait 3 90 3,5
3 I1 33 7 238 KG 3 120 3,5
5 I2 72 2,5 180 BD 2 60 0,8
6 I1 luar 18 1 18 BD 1 30 1,7
7 J1 18 2 36 BD, Kipait 2 60 3,3
8 J2 39 3 137 BD, Kipait 1 30 0,6
9 Yongki 39 19 931 BD 15 350 9,2
10 Toto 23 15 335 BD 6 180 7,8
11 Kolam 27 5 135 Setaria 3 120 3,3
12 Pamoyanan 25 9 225 KG 1 30 1,2
13 Pangancaran
1 & F 11 11 121 BD 2 60 5,5
13 Pangancaran
2 51 5 255 Setaria 3 90 1,8
15 Uka 30 5 150 Setaria, BD 3 120 3,0
16 Iim 10 5 50 BD, Setaria
& KG 1 30 3,0
17 Lapang 105 18 1890 Kipait 1 30 0,3
18 Gulampeng 105 89 9335 Kipait 3 120 1,1
19 Lahan
Gudang 75 35 2625 Kipait 1 30 0,3
Total 17335 1837,5
31
b. Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun
kacang tanah, daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
siratro.
c. Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap,
daun kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon,
daun ketela rambat dan daun beringin.
d. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung
karing, garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai,
ampas tahu, ampas kecap dan biji kapas.
Asikin (1979 ) menyatakan untuk pemeliharaan domba membutuhkan
rumput segar 4000 gr/ekori hari atau 161.57-188.9 gr/kg berat badan. Konsumsi
bahan kering pakan oleh ternak ruminansia dapat berkisar antara 1,5 3,5%,
tetapi pada umumnya 2 3% dari berat badannya (Bamualim, 1988). Pemberian
pakan di PT . Villa Domba Niaga Indonesia untuk domba bibit tidak
menggunakan konsentrat, hijauan yang diberika pada ternak sendiri meliputi 90%
rumput dan 10 % legume walaupun kadang-kadang ditemukan ramban.
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi pukul 07:00 WIB dan sore
sekitar pukul 15:00 WIB. Dengan jumlah pemberian rata- rata tiap domba 3-5 kg/
hari. Hijauan yang biasa di berikan di PT Villa Domba Niaga Indonesia biasanya
setaria, benggala, rumput lapang dan gamal yang cukup melimpah di area
perkebunan vanilli. Ketika produksi hijauan yang tidak cukup untuk kebutuhan
domba bibit biasanya karyawan PT Villa Domba mencari rumput ke area sekitar
peternakan.
Contoh, seekor domba jantan dengan bobot badan 50 kg, setiap harinya
membutuhkan sejumlah pakan yang terdiri dari rumput dan legum dengan
perbandingan 70 % rumput dan 30 % legum. Bila BK rumput (gajah) 22,7 % dan
legume (Gamal) 27%, berapa jumlah rumput dan legum yang harus diberikan?
Penyelesaian :
= 18,80
Kebutuhan BK domba/hari 18,80 X 54 gr (Devendra,1981). = 1015,2 gram
32
BK dari rumput = 0,7 X 1015,2 = 710,64 gr
BK dari legum = 0,3 X 1015,2 = 304,56 gr
Jadi rumput (Gajah) yang harus diberikan :
X 710,64 gr = 4472,25 gram = 4500 gram
legum (Gamal ) yang harus diberikan :
X 304,56 gr = 1128 gram = 1200 gram
Total Hijauan Campuran Legum dan Rumput yang diberikan:
4500 gr (rumput) + 1200 gr ( legum) = 5700 gram hijauan. = 5,7 kg
*Kebutuhan BK/hari berdasarkan 1 kg Bobot Badan: 54 g BK/Kg W 0.75
(Devendra,1981)
Untuk satu ekor domba dengan bobot badan 50 kg diperlukan hijauan
(rumput dan dedaunan/legum) minimal 5,7 kg.
Tabel 7. Komposisi Nutrien Pakan Hijauan di PT.Villa Domba Niaga
Indonesia.
Bahan Pakan BK Abu PK SK LK BETN Ca P
Rumput
Lapang
23,3 13,5 8,2 31,7 1,13 33,16 0,37 0,23
Rumput Gajah 22,2 11,5 9,2 38,2 2,00 38,8 0,38 0,35
Rumput Raja 20,07 9,80 7,82 39,96 1,32 31,00 0,38 0,35
Setaria 13,00 9,50 12,70 35,00 2,00 30,8 - -
Benggala 19,70 11,00 12,80 30,80 1,60 33,90 - -
Brachiaria 13,90 8,50 13,50 32,70 1,90 35,60 - -
Kaliandra 25,00 5,00 23,00 27,00 3,00 31,00 0,53 0,33
Gamal 25,00 6,30 18,80 15,50 3,70 53,7 0,66 0,11
Sumber : Hartadi, 1986
Perlu diperhatikan jenis ramban yang diberikan pada domba, ramban yang
memiliki zat antinutrisi harus diidentifikasi agar penyerapan nutrisi baik.
33
Tabel 8. Contoh Campuran Hijauan Pakan Domba Untuk Kondisi
Pedesaan.
Status Ternak Rumput(%) Kacang-kacangan(%)
Sedang Tumbuh 60 40
Betina Dewasa 75 25
Betina Bunting 60 40
Betina Menyusui 50 50
Pejantan Pemacek 75 25
Sumber: Mekel dan Subandriyo,1997
3.6.Kesimpulan
Dari hasil pengamatan saat praktek kerja lapangan yang dilakukan di PT .
Villa Domba Niaga Indonesia dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian pakan pada domba bibit cukup jika dibandingkan dengan
berat badan dari domba.
2. Pemberian legume dapat memenuhi kebutuhan protein jika rumput
yang di berikan kandungan Protein kasarnya rendah.
3.7. Daftar Pustaka
Bharoto. 2005. Kemampuan Pertumbuhan Berat Badan Ternak Domba
Dengan Pemberian Pakan Jerami Padi Dengn Perlakuan Natrium
Hidroksida Sebagai Pengganti Hijauan. Sekolah Tinggi
PenyuluhanPertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian,
Yogjakarta.
Budiman, Hadi. 2006. Perbaikan Manajemen Pakan dalam Penggemukan Domba
di Tingkat petani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Devendra.1981.Potensial of sheep and goats in less develoved countries. J. Anim.
Sci.
Hartadi, Hari. Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk
Indonesia. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Ismartoyo. 2011. Ilmu nutrisi ruminansia. Universitas Hasanudin. Makasar.
Rismayanti, Yayan. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian , Bandung.
34
Lampiran 1. Denah Lokasi Usaha PT Villa Domba Niaga Indonesia
A. Denah PT. Villa Domba Niaga Indonesia Kavling Bawah.
B. Denah PT. Villa Domba Niaga Indonesia Kavling Atas.
35
Lampiran 2. Kondisi dan Keadaan Ternak
A. Ternak Domba Di Kandang Koloni B. Ternak yang Terkena Penyakit Orf
Lampiran 2. Obat-Obatan dan Bahan Pendukung Peternakan.
A. Deea GestDect. B. Injectamin (Vitamin Tambahan)
C. Gusanex (Anti Serangga) D. Obat Mata
36
Lampiran 3. Jenis Hijauan Di PT.Villa Domba Niaga Indonesia.
A. Lahan Rumput Kipait B. Rumput Gajah
C. Gamal (Kihujan) D. Daun Marapi
Lampiran 3. Fasilitas Pendukung dan Peralatan Kandang
A.Mobil Perusahaan B. Karung
37
LAMPIRAN