Post on 04-Jul-2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Sedangkan dalam arti yang luas, korupsi adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan rentan
korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Penyakit yang sangat menakutkan di badan Negara adalah korupsi. Karena
korupsi dapat mengakibatkan penegakan hukum dan layanan masyarakat menjadi
amburadul. Misalnya dalam pengurusan SIM sampai sidang kasus tilang, tidak ada
lagi yang berjalan sebagaimana mestinya. Pasti ujung-ujungnya uang dan kekuasaan
yang bicara.
Pembangunan fisik jadi terbengkalai. Seperti jalanan berlubang atau
gedung sekolah yang gampang roboh. Kerena banyak yang mengorbankan kualitas
bahan bangunan supaya uangnya bisa ditilep, sampai bikin proyek yang sebenarnya
tidak ada.
Prestasi yang tidak beraarti. Seharusnya, orang bias mendududki jabatana
tertentu karena dia memang berprestasi dan kompeten. Tapi kenyataan bicara lain:
siapa saja bisa menduduki posisi apa saja. Syaratnya adalah punya uang atau
kekuasaan. Hansilnya pun banyak sekali posisi penting yang diduduki oleh orang
yang nggak becus.
Demokrasi jadi tidak jalan. Pemilihan wakil daerah bisa jadi contoh yang
menarik. Setelah repot-repot dipilih, sebagian tetep saja lebih mengutamakan
1
kepentingan mereka yang punya uang ketimbang mereka yang memilih. Melihat
situasi ini, jangan heran rakyat bisa jadi tidak percaya pada demokrasi.
Ekonomi jadi hancur. Ada dua kuncinya: tidak efesien. Jika ingin
membangun pabrik, musti menyogok sana-sini. Jika ingin membuka usaha dengan
modal kecil, kalah dengan perusahaan-perusahaan bermodal besar yang dekat oleh
pemegang kekuasaan. Tidak heran orang asing mulai merasa malas berinvestasi di
Indonesia. Yang berujung kita jadi sengsara. Mencari pekerjaan pun menjadi susah,
bertahan hidup apa lagi.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa yang yang dimaksud dengan korupsi?
2. Apa saja jenis-jenis korupsi?
3. Apa saja Faktor pendorong seseorang melakukan Korupsi?
4. Apa saja dampak dari korupsi?
5. Apa saja bentuk-bentuk penyalahgunaan?
6. Bagaimana hukum yang berlaku dalam menanggulagi korupsi di Indonesia
khususnya di kota Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui korupsi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis korupsi
3. Untuk mengetahui Faktor pendorong seseorang melakukan Korupsi
4. Untuk mengetahui dampak dari korupsi
5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyalahgunaan
6. Untuk mengetahui hukum yang berlaku dalam menanggulagi korupsi di
Indonesia khususnya di kota Bandung
2
1.4 Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Kami melakukan obsevasi secara langsung di RUTAN Negara kelas I
Bandung
2. Cara Pengambilan data
Pengambilan data kami lakukan secara dengan metode wawancara secara
langsung. Kami pun menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan cara
mengumpulkan sumber-sumber yang ada hubungannya dengan hasil
observasi, sebagai bahan referensi observasi kami.
1.5 Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini dapat memberikan pengetahuan
kepada kita tentang bahaya korupsi dan mengetahui hukum yang menanggulangi
korupsi khususnya didaerah kota bandung .
3
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian(astriani)
1. Asal kata Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin Corruption atau corruptus. Corruption berasal
dari kata corrumpere, suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah
turun ke banyak bahasa Eropa seperti Inggris yaitu corruption, corrupt; Perancis
yaitu corruption; dan Belanda yaitu corruptive, korruptie. Dari bahasa Belanda
inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia yaitu korupsi. (Andi Hanzah, 2005:4)
2. Arti kata korupsi
a. Korup: busuk; palsu; suap (kamus Bahasa Indonesia, 1991)
b. buruk; rusak; suka menerima uang sogok; menyelewengkan uang/barang
milik perusahaan atau Negara; menerima uang dengan menggunakan
jabatannya untuk kepentingan pribadi (kamus Hukum, 2002)
c. korupsi: kebejatan; ketidak jujuran; tidak bermoral; penyimpangan dari
kesucian (The Lexicon Webster Dictionary, 1978)
d. penyuapan; pemalsuan (kamus Bahasa Indonesia, 1991)
e. penyelewengan atau penggelapan uang Negara atau perusahaan sebagai
tempat seseorang bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang lain (kamus
Hukum, 2002)
f. menurut transparency Internasional
korupsi adalah perilaku pejabat public, mau politikus atau pegawai negeri,
yang secara nggak wajar dan nggak legal memeperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengan dirinya, dengan cara
menyalahgunakan kekuasaan public yang dipercayakan kepada mereka.
4
g. Berdasarkan pemahaman pasal 2 UU no. 31 tahun 1999 sebagaimana yang
diubah dengan UU no.20 tahun 2001, korupsi adalah perbuatan secara
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain
(perseorangan atau korporasi) yang dapat merugikan keunagan/
perekonomian negara.
5
BAB II
PEMBAHASAN
(EVITA) Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik
politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Sedangkan dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi
berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi
berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi,
yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele
atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan
kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu
sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan
membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan
kriminalitas|kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang
dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang
legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
6
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup
unsur-unsur sebagai berikut :
a. Perbuatan melawan hukum
b. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana
c. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi
d. Merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara
3.1 Jenis-jenis korupsi antara lain : (ASTRI)
1. Korupsi waktu
Yaitu korupsi yang berkaitan dengan penyalahgunaan waktu, korupsi waktu
ini lebih biasa dikenal dalam bahasa awam jam karet. Jenis korupsi waktu
ini mrupakan suatu bentuk korupsi yang menyebabkan minimnya efisiensi
dan kurangnya hasil yang dicapai dalam suatu pekerjaan, misalnya saja
suatu pekerjaan yang seharusnya dimulai pukul 08.00 dan selesai pukul
14.00, ternyata dilakukan dengan dimulai pada pukul 09.00 dan diakhiri
pukul 12.00. Hal ini tentu saja mengakibatkan ketidakefektifan dan akan
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit bagi instansi bersangkutan
dimana korupsi waktu terjadi.
2. Korupsi ilmu pengetahuan
Yaitu korupsi dimana seseorang meminta supaya penemuan/pendapatnya
dibenarkan dari sudut pandang suatu ilmu pengetahuan tertentu, padahal
sebenarnya pendapat itu salah. Korupsi ilmu pengetahuan ini dalam suatu
bidang pemerintahan terjadi ketika seorang pejabat administrasi negara
melakukan tindakan pembenaran atas nama ilmu pngetahuan atas
tindakannya yang salah, misalnya dengan doktrin hukum mengenai asas
diskresi, pejabat administrasi meminta pembenaran atas tindakannya yang
sewenang-wenang.
7
3. Korupsi Politik
Yaitu korupsi yang dilakukan dalam bidang politik, misalnya adalah money
politik dalam kerangka pemilu, intimidasi dalam suatu proses politik.
Korupsi politik ini tentu saja akan menghasilkan suatu pemerintahan yang
korup karena pemerintahan tersebut didapat dari hasil korupsi politik
sehingga dapat dipastikan pelaksanaan dari pemerintahan tersebut akan
lebih memungkinkan dan menyuburkan korupsi jenis lainnya. Korupsi
politik ini berkembang dan tumbuh subur pada masa orde baru dimana
pemilihan umum selalu diwarnai oleh jualbeli suara, mengakibatkan
pengaburan demokrasi dengan tindakan penyuapan untuk mendapatkan
kekuasaan. Pada masa orde baru, korupsi politik ini tersamar dan tidak
terlihat, dilindungi oleh rezim militer dan kekuasaan otoriter yang ada. Pada
saat ini pun, korupsi politik masih menjadi penyakit yang mempengaruhi
kinerja administrasi publik.
4. Korupsi Materiil
Yaitu Korupsi materiil adalah korupsi yang berhubungan dengan materi atau
keuangan. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis korupsi materiil ini yang
sering dilakukan oleh pejabat administrasi negara dan menjadi penyakit
birokrasi yang mengakar dan sulit disembuhkan. Korupsi materiil ini
menjadi sumber utama krisis ekonomi yang melanda Indonesia sebagai buah
dari tindakan-tindakan korupsi para pejabat administrasi negara terhadap
keuangan negara baik di tingkat pejabat atasan sampai level bawahan.
Pejabat atasan melakukan korupsi dengan menggelapkan dana proyek
pembangunan, dan pejabat administrasi baawahan melakukan korupsi dalam
penyelenggaraan pelayanan terhadap masyarakat, dengan berdalih sebagai
uang rokok ataupun uang lelah. Korupsi materiil ini tumbuh subur dan
8
berkembang pesat pada masa orde baru dan bertahan sampai saat ini,
sehingga dapat dikatakan bahwa hampir semua pelayanan dan pelaksanaan
pemerintahan diselimuti oleh tindakan korupsi yang menggerogoti keuangan
negara.
5. Korupsi hati nurani
Yaitu Korupsi yang terjadi apabila seseorang tidak berani mengatakan yang
benar itu benar dan yang salah itu salah.
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di
antaranya : (ILHAM)
a. memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan)
b. penggelapan dalam jabatan
c. pemerasan dalam jabatan
d. ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)
e. menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara)
3.2 Faktor pendorong seseorang melakukan Korupsi
a. Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung
jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim
yang bukan demokratik.
b. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
c. Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar
dari pendanaan politik yang normal.
d. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
e. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman
lama".
f. Lemahnya ketertiban hukum.
g. Lemahnya profesi hukum.
h. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
9
i. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding
dengan kebutuhan hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas
oleh B Soedarsono yang menyatakan antara lain " pada umumnya orang
menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling
gampang dihubungkan adalah kurangnya gaji pejabat-pejabat....." namun B
Soedarsono juga sadar bahwa hal tersebut tidaklah mutlak karena banyaknya
faktor yang bekerja dan saling memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji
bukanlah faktor yang paling menentukan, orang-orang yang berkecukupan
banyak yang melakukan korupsi. Namun demikian kurangnya gaji dan
pendapatan pegawai negeri memang faktor yang paling menonjol dalam arti
merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini dikemukakan oleh Guy J
Parker dalam tulisannya berjudul "Indonesia 1979: The Record of three
decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 : 123). Begitu pula J.W Schoorl
mengatakan bahwa " di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi begitu
merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai, gaji sebulan
hanya sekadar cukup untuk makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa
dalam situasi demikian memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak
diantaranya mereka mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk
pelayanan yang diberikan". ( Sumber buku "Pemberantasan Korupsi karya
Andi Hamzah, 2007)
Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal
memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau
"sumbangan kampanye".
3.3 Bentuk-bentuk penyalahgunaan Korupsi (MIRA)
Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti
penggelapan dan nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan
10
sektor swasta dan pemerintahan seperti penyogokan, pemerasan, campuran
tangan, dan penipuan.
1) Penyogokan: penyogok dan penerima sogokan
Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan
(penyogok) dan penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan
mencakup semua aspek hidup sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk
berniaga tanpa terlibat penyogokan.
Negara-negara yang paling sering memberikan sogokan pada
umumnya tidak sama dengan negara-negara yang paling sering menerima
sogokan. Duabelas negara yang paling kurang korupsinya, menurut survey
persepsi (anggapan ttg korupsi oleh rakyat) oleh Transparansi Internasional di
tahun 2001 adalah sebagai berikut:
Australia
Kanada
Denmark
Finlandia
Islandia
Luxemburg
Belanda
Selandia Baru
Norwegia
Singapura
Swedia
Swiss
Israel
Menurut survei persepsi korupsi , tigabelas negara yang paling korup adalah:
Azerbaijan
11
Bangladesh
Bolivia
Kamerun
Indonesia
Irak
Kenya
Nigeria
Pakistan
Rusia
Tanzania
Uganda
Ukraina
Namun demikian, nilai dari survei tersebut masih diperdebatkan
karena ini dilakukan berdasarkan persepsi subyektif dari para peserta survei
tersebut, bukan dari penghitungan langsung korupsi yg terjadi (karena survey
semacam itu juga tidak ada)
2) Sumbangan kampanye dan "uang haram"
Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun
lebih sulit lagi untuk membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering
banyak ada gosip menyangkut politisi.
Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk
meminta sumbangan keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka
terlihat untuk bertindak hanya demi keuntungan mereka yang telah
menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan munculnya tuduhan
korupsi politis.
3) Tuduhan korupsi sebagai alat politik
12
Sering terjadi dimana politisi mencari cara untuk mencoreng lawan
mereka dengan tuduhan korupsi. Di Republik Rakyat Cina, fenomena ini
digunakan oleh Zhu Rongji, dan yang terakhir, oleh Hu Jintao untuk
melemahkan lawan-lawan politik mereka.
4) Mengukur korupsi
Mengukur korupsi - dalam artian statistik, untuk membandingkan beberapa
negara, secara alami adalah tidak sederhana, karena para pelakunya pada
umumnya ingin bersembunyi. Transparansi Internasional, LSM terkemuka di
bidang anti korupsi, menyediakan tiga tolak ukur, yang diterbitkan setiap tahun:
Indeks Persepsi Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli tentang seberapa
korup negara-negara ini); Barometer Korupsi Global (berdasarkan survei
pandangan rakyat terhadap persepsi dan pengalaman mereka dengan korupsi); dan
Survei Pemberi Sogok, yang melihat seberapa rela perusahaan-perusahaan asing
memberikan sogok. Transparansi Internasional juga menerbitkan Laporan Korupsi
Global; edisi tahun 2004 berfokus kepada korupsi politis. Bank Dunia
mengumpulkan sejumlah data tentang korupsi, termasuk sejumlah Indikator
Kepemerintahan
3.4 Dampak Korupsi antara lain : (REGINA)
a. Dampak korupsi yang paling jelas adalah negara mengalami kerugian dan
membuat rakyat semakin miskin. Uang yang seharusnya diperuntukan
bagi kesejahteraan rakyat, malah masuk ke kantonh-kantong pejabat
b. Saat satu tindakan korupsi berhasil dilakukan dan tidak mendapat sangsi
hukum yang sesuai, hal ini akan memicu tindakan korupsi yang lain. Hal
ini bisa menjadikan Indonesia sebagai negara paling korup di dunia karena
menjamur dengan suburnya
Pemilu tidak akan berjalan lancar sebagai mana mestinya. Hal ini
disebabkan masyarakat sudah malas untuk memilih pimpinan.
13
c. Menurut masyarakat, mengikuti pemilu sama saja memilih koruptor.
Berikutnya, Bila kasus korupsi dibiarkan terus menerus dampak korupsi
yang paling besar adalah perlawanan dari rakyat karena ketidakpuasan
pemerintah. Misalnya tidak ada lagi masyarakat yang mau membayar
pajak, terjadi demo besar-besaran yang memungkinkan bisa
menggulingkan pemerintahan dan keadaan negara akan kacau galau karena
rakyatnya marah.
d. Pemilu tidak akan berjalan lancar sebagai mana mestinya. Hal ini
disebabkan masyarakat sudah malas untuk memilih pimpinan.
.
14
3.5 RUTAN Negara Kelas I KebonWaru Bandung (RIFKI)
A. Sejarah singkat
Rumah Tahanan Negara kelas 1 Bandung dibangun tahun 1927,
sebelumnya digunakan untuk LAPAS Militer yang diperuntukan bagi
tahanan politik dan militer dari tahun 1960 sampai dengan tahun 1980.
Kemudian dipergunakan untuk LAPAS kelas II A Banceuy, pada tanggal
01 Juli 1990 resmi digunakan untuk RUTAN kelas1 Bandung .
Terletak dijalan Jakarta no.29 Bandung dengan luas areal sekitar
42.650 m, disebelah barat berbatasan dengan Kantor Wilayah
Departement Hukum dan HAM Jawa Barat, sebelah utara dan timur
berbatasan dengan Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung, sebelah
selatan berbatasan dengan jalan Jakarta.
B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
1. Kedudukan : RUTAN Negara Kelas 1 Bandung merupakan unit
pelaksanaan teknik di bidang pelayanan tahanan dalam rangka untuk
kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan sidang di
pengadilan. Kedudukannya dibawah Kanwil Depkumham Jawa Barat,
serta bertanggungjawab pada Direktorat Jendral Pemasyarakatan
Depkumham RI.
2. Tugas pokok : melaksanakan perawatan terhadap tersangka atau
terdakwa sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku.
15
3. Fungsi : melaksanakan pelayanan tahanan, pemeliharaan keamanan
dan tata tertib, pengelolaan dan tata usaha rutan.
C. Sasaran (SAEPUL)
1. Perawatan dan pembinaan :
a. Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan YME.
b. Kualitas intelektual
c. Kualitas sikap dan prilaku
d. Kualitas profesionalisme, keterampilan, serta
e. Kualitas kesehatan jasmani dan rohani
2. Pelaksanaan :
a. Isi lebih rendah dari kafasitas
b. Menurunkan angka pelarian dan gangguan kamtib
c. Meningkatkan secara bertahap jumlah navi yang bebas sebelum
waktunya melalui proses asimilasi dan integrasi
d. Semakin menurunnya angka residivis
e. Prosentase kematian dan sakit sama dengan prosentase yang ada di
masyarakat
f. Biaya perawatan sama dengan kebutuhan minimal manusia pada
umumnya
g. Rutan dalam keadaan bersih dan terpelihara
h. Semakin terwujudnya lingkungan pembinaan yang
menggambarkan proyeksi nilai-nilai masyarakat dan semakin
berkurangnya nilai-nilai sub kultur penjara.
D. Kondisi Bangunan (SAVITRI)
Luas bangunan mencapai 18.000 m. Meliputi ; bangunan utama, sarana
ibadah dan olahraga, halaman depan, halaman dalam, branggang yang
dibatasi oleh tembok keliling.
Bangunan utama terdiri atas ruang perkantoran, ruang serbaguna, ruang
kunjungan, rumah sakit, gudang, pos jaga, kantin, dan kamar-kamar hunian.
16
Kapasitas kamar hunian mencapai 780 orang terdiri atas lima blok,
yaitu blok A,B,C ,D & E dengan jumlah kamar sebanyak 75 kamar.
Bangunan blok sell dalam proses penyelesaian :
Jumlah lantai = 3 lantai, luas bangunan = 3.231 m
Jumlah Kamar = 36 Kamar, Kapasitas = 720 orang
E. Kegiatan Perawatan dan Pembinaan
1. Penyuluhan
a. Penyuluhan hukum
b. Penyuluhan kesehatan dan kebersihan
c. Penyuluhan wawasan kebangsaan, persatuaan dan kesatuaan
2. Pemberian remisi 17 agustus dan hari raya keagamaan
3. Pemberian cuti menjelang bebas dan pembebasan bersyarat, cuti
bersyarat.
4. Keagamaan
a. Pondok pesantren Daarut Taubah
b. Kegiatan keagamaan nasrani
5. Keterampilan
Keterampilan menjahit, keterampllan potong rambut,
pertukangan/perkayuan, elektronika, jasa setrika, pengolahan sampah,
dan perikanan.
6. Olahraga dan kesenian
a. Senam pagi, tenis meja, bola voli, tenis lapangan
b. Waru band, qosidah
c. Latihan lagu-lagu rohani
7. Pendidikan (YANDRA)
a. Pendidikan anak
b. Perpustakaan
F. Kondisi Penghuni
17
NO TAHANAN DEWASA PEMUDA ANAK
1 Tahanan A I - - -
2 Tahanan A II 151 6 5
3 Tahanan A III 354 153 6
4 Tahanan A IV 17 - -
5 Tahanan A V 3 - -
6 Tahanan Asing - - -
JUMLAH 525 159 11
NO NARAPIDANA DEWASA PEMUDA ANAK
1 Narapidana BI 236 103 21
2 Narapidana B II A 176 39 12
3 Narapidana B II B - - -
4 Narapidana B III 4 - -
5 Narapidana Asing - - -
JUMLAH 416 142 33
3.6 Wawancara (WINDA)
Nama : Basuki
Usia : 45 th
Asal : Jatim
Anak : 3 (16 th, 12 th, 6 th)
Pekerjaan awal : Wiraswasta
Jabatan : Direktur
Lulusan : SI univ. BRAWIJAYA Malang, Teknik Sipil
18
Beliau tertangkap karena kesalahan prosedur dalam penyalahgunaan pengaturan
pelelangan pengadaan barang didinas pendidikan kota Bandung, yang dilakukan
oleh beliau sendiri.
Beliau tertangkap di jakarta tepatnya dikediamannya didaerah cibubur. Setelah
tertangkap beliau menjalani 17 kali sidang dalam sidang tersebut hampir dari ke-5
saksi memberatkan beliau sehingga ia dijatuhkan dalam Pasal 2 UU 20 tahun
tahun 21 dengan jenis perbuatan yaitu melawan hukum, memperkaya diri
sendiri/orang lain/korporasi yang dapat merugikan keuangan/perekonomian
Negara.
hukuman yang dijalaninya adalah beliau mendapat: vonis 4 tahun 3 bulan, denda
500 juta.melakukan korupsi sebesar 950 juta. Sudah menjalani hukuman selama 2
tahun. Beliau tidak mau naik banding Karena menurut beliau itu akan menguras
energy dan dana, jadi beliau menerimanya saja dengan lapang dada.
Kegiatan para napi selama di lapas yaitu, apel setiap 2 jam sekali, diatur setiap
blok. Jam 6 pagi para napi keluar dari ruang tahanan, kembali lagi ke ruangan jam
12 siang, kemudian keluar lagi dari tahanan jam 5 sore sampai jam 6 magrib, jam
8 malam para napi dikumpulkan lagi diruang tahanan masing-masing untuk di
check ulang kehadirannya .
Pa Basuki berperan aktif di kepengurusan mesjid lapas. Meskipun ia mualaf
tetapi ia pandai dalam keagamaan yaitu mengajar ngaji bagi para napi yang
belum bisa mengaji, selain itu beliau juga sering dimintai bantuan untuk membuat
skripsi dan tesis para petugas lapas yang sedang melanjutkan pendidikannya.
6 bulan pertama beliau menjalani hukuman, beliau merasa minder tetapi karena
waktu terus berjalan beliaupun sudah dapat menerima dan terbiasa dengan
keadaannya saat ini .
Pesan beliau kepada kita selaku mahasiswa yaitu : “ KITA HARUS LEBIH
MENGKRITISI DARI BERBAGAI SEGI , UNTUK LEBIH BERANI
MENGELUARKAN PENDAPAT “
19
Pertanyaan
Untuk : nara pidana
1. Nama
2. Usia
3. Alamat
4. Memiliki anak berapa dan usia anak berapa serta jenjang sekolah
5. Jabatan sebelumnya/ pekerjaan sebelumnya
6. Penyebab masuk penjara
7. Vonis yang di berikan, baik hukuman penjara maupun denda
8. Pasal yang dilanggar
9. Berapa lama melakukan korupsi
10. Berkelompok atau sendiri dalam korupsi
11. Jika berkelompok, apakah anggota lain juga tertangkap dan diberikan
sanksi yang sama?
12. Setelah di vonis di pengadilan apakah melakukan banding atau langsung di
jebloskan ke penjara?
13. Sudah berapa lama mendekam di penjara?
14. Sarana di penjara apakah buruk, baik, atau biasa saja?
20
15. Jika buruk, bagaimana tanggapannya jika melihat kasus artalita di mana ia
sama melakukan korupsi, namun bisa mendapatkan fasilitas yang sangat
nyaman?
16. Kegiatan apa saja yang dilakukan selama di penjara?
17. Apa rencana yang akan dilakukan jika sudah terbebas dari penjara?
18. Apakah ada pesan yang ingin disampaikankepada kami para mahasiswa?
Daftar Pustaka
Meheka, Arya. Mengenali Dan Memberatas Korupsi. Jakarta: KPK republic
Indonesia.
Subandy, Idy dan Yosal Iriantara. 2003. Malawan Korupsi Di Sector
Publik.Bandung: Saresehan Warga Bandung (Sawarung)
http://www.anneahira.com/akibat-korupsi.htm
http://rechtboy.wordpress.com/
http://myblog4famouser.com/2008/12/jenis-jenis-korupsi-sudahkah-anda-tahu/
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Korupsi&action=edit
21
http://amisiregar.multiply.com/journal/item/36/Anak_Didik_Pemasyarakatan
22