Post on 05-Nov-2020
_, KEMENTERIAN
• 111 KESEHATAN.... REPUBLIK._ INDONESIA
GerakanMasyarakatHidup Sehat
LAPORAN KINERJATAHUN 2019
DIREKTORAT PENCEGAHAN DANPENGENDALIAN PENY AKIT TULAR
VEKTOR DAN ZOONOTIK.
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DANPENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
------- --.~~~~-
LAKI P P2P1VZ 20191
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan RahmatNya
kepada kami sehingga kami dapat menyusun Laporan Kinerja Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Tahun 2019 dengan pencapaian yang
maksimal.
Laporan Kinerja kami susun sesuai pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Tahun 2019 merupakan tahun puncak dalam pencapaian indikator kinerja selama 5 tahun
(2015 - 2019), oleh karenanya menjadi penentu pula dalam menyusun rencana aksi
kegiatan Direktorat P2PTVZ untuk 5 tahun mendatang.
Kiranya Laporan Kinerja ini dapat menjadi media informasi tentang pencapaian kinerja
serta pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik di tahun 2019 yang juga disandingkan
dengan tahun - tahun sebelumnya dengan harapan menjadi bahan masukan untuk
perbaikan di tahun yang akan datang.
Jakarta, Januari 2020
Direktur P2PTVZ,
dr. Siti Nadia armizi, M.EpidNIP 197208312000032001
LAf\lP PZPTVL ·ZO'" IDAFTAR 151
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI ii
DAFTAR GRAFIK iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
RINGKASAN EKSEKUTIF vii
BABI.PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1
C. STRUKTUR ORGANISASI 2
D. SUMBER DAYA MANUSIA 4
E. SISTEMATIKA PENULISAN 6
BAB II. PERENCANAAN KINERJA 7
A. PERENCANAAN KINERJA 7
B. PERJANJIAN KINERJA 8
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 11
A. CAPAIAN KINERJA 11
B. REAL.ISASIANGGARAN 42
BAB IV. PENUTUP 56
LAMPIRAN - LAMPIRAN
1i
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Proporsi ASN di Direktorat P2PTVZ Tahun 2019 4
Grafik 2. Proporsi PNS Berdasarkan jenjang Pendidikan diDirektorat P2PTVZ Tahun 2019 5
Grafik 3. Proporsi ASN Non PNS di Direktorat P2PTVZTahun 2019 berdasarkan jenjang Pendidikan............................. 5
Grafik 4. Target dan Capaian Jumlah Kabupaten/Kota dengan API< 1/1.000 penduduk tahun 2019............................................... 13
Grafik 5. Target dan Realisasi Kabupaten/Kota yang mencapai API< 1/1.000 penduduk selama tahun 2015 - 2019 14
Grafik 6. Capaian Persentase Pemeriksaan Sediaan Darah Tahun 2019 21
Grafik 7. Capaian Persentase Pasien Malaria positif yang Diobati sesuaistandar ACT tahun 2019 21
Grafik 8. Target dan Capaian Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasisyang melakukan POPM Filariasis Tahun 2019 24
Grafik 9. Target dan Capaian Jumlah kab/kota endemis filariasis yangmelakukan POPM Filariasis Tahun 2015 - 2019 24
Grafik 10. Jumlah Kab/Kota endemis filariasis berhasil menurunkanMF Rate <1% Tahun 2019 29
Grafik 11. Jumlah Kab/Kota endemis filariasis berhasil menurunkanMF Rate <1% Tahun 2015 - 2019 30
Grafik 12. Perbandingan target dan capaian Kabupaten/Kota yangmelakukan Pengendalian Vektor Terpadu dari tahun2015 - 2019............... 32
Grafik 13. Persentase kabupaten/kota yang telah melakukan PVT diIndonesia sampai dengan tahun 2019...... 33
Grafik 14. Target dan Realisasi Indikator Tahun 2019 37
Grafik 15. Target dan Capaian Kinerja Tahun 2015 - 2019 37
Grafik 16. Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Tahun 2015 - 2019 38
iii
Grafik 17. Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Tahun 2015 - 2019 38 '
Grafik 18. Persentase Kab/Kota yang eliminasi rabies............................. 41
Grafik 19. Perbandingan target dan capaian terhadap jumlah
Kabupaten/Kota yang eliminasi Rabies tahun 2015 - 2019 41
Grafik 20. Perbandingan target dan capaian terhadap Jumlah
Kabupaten/Kota yang eliminasi rabies tahun 2015 - 2019 41
Grafik 21. Grafik Perbandingan Persentase Realisasi Anggaran
Direktorat P2PTVZ Tahun 2015 - 2019 54
Grafik 22. Perbandingan Realisasi Anggaran terhadap Nilai Kinerja
tahun 2019 pada Direktorat P2PTVZ 54
Grafik 23. Perbandingan antara Realisasi Anggaran terhadap nilai
kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tular Vektor dan Zoonotik dari tahun 2015 - 2019 55
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rencana Kerja Tahunan sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2019 vii
Tabel 2. Indikator Kinerja Direktorat P2PTVZ, target dan capaiantahun 2019 viii
Tabel 3. Indikator Kinerja Direktorat Pencegahan dan PengendalianPenyakit Tular Vektor dan Zoonotik Tahun 2015 - 2019 7
Tabel 4. Perjanjian Kinerja Direktur P2PTVZ Tahun 2019per 17 Desember 2018 8
Tabel 5. Lampiran Perjanjian Kinerja Direktur Tahun 2019 9
Tabel 6. Lampiran pada Revisi Perjanjian Kinerja Direktur P2PTVZTahun2019........................................................................ 10
Tabel 7. Target dan Capaian Indikator Kinerja Direktorat P2PTVZTahun 2019 11
Tabel 8. Kendala/masalah serta pemecahan masalah 22
Tabel 9. Indikator Kinerja bersanding Pagu Anggaran dan Realisasi 43
Tabel 10. Realisasi anggaran tahun 2019 Direktorat P2PTVZ perlayanan output............ ........ ... .... ... ... ..... .... ... ... ... ... ......... .. 43
Tabel 11. Pagu Anggaran dan Realisasi Direktorat P2PTVZTahun 2015 - 2019 51
LAr<lP P2PTVZ '201' IDAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Organisasi Direktorat Pencegahan dan PengendalianPenyakit Tular Vektor dan Zoonotik 3
Gambar 2. Foto Workshop Jejaring Laboratorium Pemeriksa Malaria........ 15
Gambar 3. Foto External Competency Assesment MalariaMicroscopy di Bali........................................................... 15
Gambar 4. Foto Workshop Mikroskopis Malaria Fasyankes(Lomba Mikroskopis) 15
Gambar 5. Pelatihan Manajemen Quality Assurance LaboratoriumMalaria 16
Gambar 6. Foto On the Job Training Tata Laksana Malaria di lingkunganKementerian Pertahanan dan TNI di Provinsi Bengkulu 17
Gambar 7. Pertemuan Penyusunan Rencana Aksi MalariaTahun 2020-2024 17
Gambar 8. Pertemuan Evaluasi Tahun 2018 dan Perencanaan Tahun2019 Program Malaria Tingkat Nasional di Jakarta. Integrasidengan Program AIDS, Tuberkulosis dan Imunisasi 19
Gambar 9. Workshop Evaluasi Penanganan KLB Malaria dan Bencanadi Daerah Reseptif / Endemis Malaria Tahun 2014 -2019........ 19
Gambar 10. Foto Rangkaian kegiatan Hari Malaria sedunia di Bali.Penandatanganan komitmen Eliminasi Malaria oleh 7Gubernur di pulau Jawa dan Bali, Penyerahan SertifikatElirninasl Malaria tahun 2019 oleh Menteri Kesehatan RIkepada Kepala Daerah disaksikan oleh Menteri DalamNegeri 20
Gambar 11. Status Program Eliminasi Filariasis Dunia berdasarkanamanat WHO tahun 2018 .
,25'
Gambar 12. Pemberian Sertifikat Eliminasi Filariasis oleh MenteriKesehatan RI 26
Gambar 13. Sosialisasi POPM Filariasis melalui radio........................... 27
vi
LAr\!P P2PiVZ '20'" IRINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor danZoonotik merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yangdipercayakan kepada Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektordan Zoonotik atas penggunaan anggaran dan pencapaian indikator kinerja.
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik mempuhyaitugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi sertapemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakittular vektor dan zoonotik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PenyakitTular Vektor dan Zoonotik tahun 2019 maka disusunlah Rencana Kerja Tahunan untukTahun 2019 seperti berikut:
Tabel1. - Rencana Kerja Tahunan sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2019
endemis Filariayangmenurunkanangkamikrofilaria menjadi < 75
IP..,,,,..nlt,.,,, .. KabupatenlKotadengan IR DBD <per 100.000penduduk
400
115
80
68
6 PersentaseKabupatenlKotayang EliminasiRabies 85
Anggaran : Rp. 136.714.698.000,-
Pada tahun 2019, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor danZoonotik telah melakukan Revisi Anggaran sebanyak 4 kali. Pada awalnya diterima paguAnggaran sebesar Rp. 68.343.875.000,-, kemudian dilakukan Revisi ke 2 pada tanggal 6Mei 2019 menjadi sebesar Rp 73.806.177.000,-, kemudian dilakukan Revisi ke 3 padatanggal September 2019 dimana pagu anggaran tetap sama namun dilakukan bukablokir, kemudian Revisi ke 4 pada tanggal 4 Desember 2019 dengan pagu sebesar Rp136.714.698.000,-
Untuk realisasi anggaran tahun 2019, berdasarkan DIPA Revisi ke 4 dengan nilai paguanggaran sebesar Rp. 136.714.698.000,- telah terealisasi sebesar Rp. 130.094.686,411,atau persentase sebesar 95,16%. ,
vii
LAf<lP P2PTVZ "2Q'" INilai Kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor danZoonotik atas 6 indikator capaian adalah sebesar 110,52%.Capaian indikator kinerja Direktorat Pencegahan Direktorat Pencegahan danPengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik tahun 2019 adalah sebagai berikut:1. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API < 1 per 1.000 penduduk dengan target 400
Kabupaten/Kota mencapai target dengan realisasi sebesar 464 Kabupaten/Kota ataupersentase 116%
2. Jumlah Kabupaten/Kota endemis yang melakukan pemberian obat masalpencegahan (POMP) Filariasis dengan target 115 Kabupaten/Kota, mencapai targetdengan realisasi sebesar 118 Kabupaten/Kota atau persentase sebesar 102,61%
3. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria yang berhasil menurunkan angka rnikrofilariamenjadi < 1% dengan target 75 Kabupaten/Kota, mencapai target dengan realisasisebesar 114 Kabupaten/Kota atau persentase sebesar 152% . .
4. Persentase Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu dengantarget 80%, mencapai target dengan capaian sebesar 88,72% atau persentasesebesar 110,90%
5. Persentase Kabupaten/Kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk denqantarget sebesar 68% namun tidak mencapai target dengan realisasi sebesar 63,~1%atau persentase sebesar 93,84% .
6. Persentase Kabupaten/Kota yang Eliminasi Rabies dengan target sebesar 85%namun tidak mencapai target dengan realisasi sebesar 74,6% atau persentasesebesar 87,76%.
Bila ditampilkan dalam bentuk tabel, maka capaian terhadap indikator kinerja DirektoratPencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik tahun 2019 adalahsebagai berikut:
Tabel 2. - Indikator Kinerja Direktorat P2PTVZ, target dan capaian tahun 2019
400 464 116,00
115 118 102,61
75 114 152,00
4Persentase Kabupaten/Kota yang melakukan
80 88,72 110,90pengendalian vektor terpadu
5Persentase Kabupaten/Kota dengan IR DBD
68 63,81 93,84< 49 per 100.000 penduduk
6Persentase Kabupaten/Kota yang Eliminasi
85 74,6 87,76Rabies
viii
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsiyang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Halterpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukurankinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil anal isisterhadap pengukuran kinerja, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri PemberdayaanAparatur Negara No. 53 Tahun 2014.
Tujuan pelaporan kinerja adalah memberi informasi kinerja yang terukur kepadapemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai, juga sebagai upayaperbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya.
Format penyusunan Laporan Kinerja pada dasarnya menyajikan informasi tentanguraian singkat organisasi, rencana dan target kinerja yang ditetapkan, pengukurankinerja, dan evaluasi dan analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau hasilprogram/kegiatan dan kondisi terakhir yang seharusnya terwujud. Berdasarkan denganketentuan tersebut, maka disusun Laporan Kinerja Tahunan Direktorat Pencegahandan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik.
B. Tugas Pokok dan FungsiSesuai Permenkes 64 Tahun 2015, nama Direktorat Pengendalian PenyakitBersumber Binatang berubah nama menjadi Direktorat Pencegahan danPengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik.
Direktorat P2PTVZ mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaankebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan pemberianbimbingan teknis dan supervise serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidangpencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PenyakitTular Vektor dan Zoonotik menyelenggarakan fungsi:a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian malaria,
zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor dan binatangpembawa penyakit;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalianmalaria, zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor danbinatang pembawa penyakit;
1
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidangpencegahan dan pengendalian malaria, zoonosis, filariasis dan kecacingan, danarbovirosis, serta vektor dan binatang pembawa penyakit;
d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pencegahan danpengendalian malaria, zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, sertavektor dan binatang pembawa penyakit;
e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalianmalaria, zoonosis, filariasis dan kecacingan, dan arbovirosis, serta vektor danbinatang pembawa penyakit;
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
"
C. Struktur OrganisasiDirektorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dirnariasebelumnya Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang yang kemudianberubah sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 64 liahun2015 merubah organisasi dan tata kerja di lingkungan Kementerian KesehatanRepublik Indonesia. Hal ini pun merubah struktur organisasi di lingkungan DirektofatP2PTVZ menjadi sebagai berikut:1. Subdirektorat Malaria2. Subdirektorat Zoonosis3. Subdirektorat Filariasis dan Kecacingan4. Subdirektorat Arbovirosis5. Subdirektorat Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit6. Sub Bagian Tata Usaha
Perubahan struktur organisasi tata kerja di Direktorat P2PTVZ dapat dilihat padagambar di bawah ini:
. 2
Gambar 1. Bagan Organisasi Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektordan Zoonotik
I='Ii..3
i!i0
'111
§'u,<:::
'"11>..c'"-,
II) • ..::.t!.0
"I "eo g-"I:: (,) ..Q..&II iJ '"u::: ~ ::.::"III
~]III)en
LAr<lP P2PTVZ 2()'" ID. Sumber Daya Manusia
Berdasarkan Undang - Undang NO.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negaraadalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjiankerja yang bekerja pada instansi pemerintah (non PNS).
Sumber Daya Manusia di lingkungan Direktorat Pencegahan dan PengendalianPenyakit Tular Vektor dan Zoonotik tahun 2018 sebanyak 118 orang Aparatur SipilNegara yang terdiri dari pegawai negeri sipil sebanyak 85 orang, dan non pegawainegeri sipil berjumlah 33 orang.
Berikut adalah proporsi Aparatur Sipil Negara atas pembagian antara pegawai negerisipil dan non pegawai negeri sipil:
Grafik 1. - Proporsi ASN di Direktorat P2PTVZ Tahun 2019
PROPROSI ASN DI DIREKTORA T P2PTVZTAHUN 2019
• PNS
Non PNS
Dari grafik pie diatas, dari 118 orang Aparatur Sipil Negara di Direktorat Pencegahandan Pengendalian Penyakit Tular Vektor pada tahun 2019, 85 orang pegawai negerisipil atau persentase sebesar 72,03% dan jumlah non pegawai negeri sipil sebanyak33 orang atau 27,97%.
Selanjutnya Aparatur Sipil Negara dipilah berdasarkan jenjang Pendidikan, Berikutadalah Pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Pencegahan dan PengendalianPenyakit Tular Vektor dan Zoonotik tahun 2019 berdasarkan jenjang Pendidikan:
L,AKlP P2PTVZLe'" IGrafik 2.- Proporsi PNS Berdasarkan jenjang Pendidikan
di Direktorat P2PTVZ Tahun 2019
PROPORSI PNS BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKANDI DIREKTORAT P2PTVZ
TAHUN 2919
.SMP
·SMA
.03
Pegawai Negeri sipil di lingkungan Oirektorat Pencegahan dan Pengendalian PenyakitTular Vektor pada tahun 2019 dengan jenjang Pendidikan S3 sebanyak 2 orang, S2sebanyak 35 orang, S1 sebanyak 37 orang, 03 sebanyak 5 orang, SMA sebanyak 5orang, dan lulusan SMP sebanyak 1 orang.Aparatur Sipil Negara non pegawai negeri sipil jika dipilah berdasarkan jenjangpendidikan dapat dilihat pada grafik dibawah:
Grafik 3. - Proporsi ASN Non PNS di Direktorat P2PTVZ Tahun 2019berdasarkan jenjang pendidikan
PROPORSI ASN NON PNS DI DIREKTORATP2PTVZ BERDASARKAN JENJANG PENDIDIKAN
-SMA
- D3
51
- 52
1
Jumlah Aparatur Sipil Negara Non PNS yang ada di Oirektorat Pencegahan danPengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik tahun 2019 sesuai dengan jenjangpendidikannya terbagi atas 4 klasifikasi yaitu lulus SMA sebanyak 8 orang, lulus 03sebanyak 1 orang, lulus S2 sebanyak 19 orang dan lulus S2 sebanyak 5 orang.Oengan demikian jumlah ASN Non PNS di Oirektorat P2PTVZ tahun 2019 semuanyaberjumlah 33 orang.
oS"
E. Sistematika PenulisanBerikut adalah sistematika penulisan Laporan Kinerja Direktorat Pencegahan danPengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik tahun 2019:"II. Kata Pengantar4 Daftar lsi
'* Daftar Tabel'* Daftar GrafikIii!. Daftar Gambar!ill Ringkasan Eksekutif.:;Ii, Bab I Pendahuluan
A. Latar BelakangB. Tugas Pokok dan FungsiC. Struktur OrganisasiD. Sumber Daya ManusiaE. Maksud dan TujuanF. Sistematika Penulisan
_. Bab II Perencanaan Kinerja_. Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja OrganisasiB. Realisasi Anggaran
.. Bab IV PenutupA. KesimpulanB. Tindak Lanjut
.Qi, Lampiran - lampiran
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
Indikator pencapaian sasaran selama tahun 2015 - 2019 di Direktorat Pencegahandan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik sesuai Rencana Aksi Kegiatanadalah sebagai berikut:1. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API < 1/1.000 penduduk sebanyak 400
Kabupaten/Kota2. Jumlah Kabupaten/Kota endemis yang melakukan pemberian obat massal
pencegahan (POMP) Filariasis sebanyak 115 Kabupaten/Kota3. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria berhasil menurunkan angka rnikrofilaria
menjadi 1% sebanyak 75 Kabupaten/Kota4. Presentase Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu sebesar
80%5. Persentase Kabupaten/Kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk sebesar:
68%6. Persentase Kabupaten/Kota yang eliminasi rabies sebesar 85%
Berikut ditampilkan Indikator Kinerja tahun 2015 - 2019 sesuai penjabaran di atas:
Tabel 3. Indikator Kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan ZoonotikTahun 2015 - 2019
sasaranIndlkator K1nelja
TargetProlJBll' 2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya 1 Jumlah Kabupaten/Kotadengan API < 1 per340 360 375 390 400Pencegahan dan 1.000penduduk
Pengendalian 2 Jumlah Kabupaten/Kota endemis yangPenyak~Tular melakukan pemberian obat massal 140 170 140 125 115Vektor dan pencegahan (POMP) FilariasisZoonotik 3 .lumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria
berhasi menurunkan angka mikrofilaria 35 45 55 65 75menjadi 1%
4 Presentase Kabupaten/Kota yang40 50 60 70 ·80melakukan pengendalianvektor terpaciJ
5 Persentase Kabupaten/Kota dengan IRDBD < 49 per 100.000 60 62 64 66 ·68
6 Persentase Kabupaten/Kota yang efiminasirabies 25 40 55 70 85
7
LAf<lP P2PiVZ 20'" IB. Perjanjian Kinerja
Dengan penyusunan Rencana Strategis maka dibuatlah Perjanjian Kinerja DirekturPencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik kepada DirekturJenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit untuk Tahun 2019 pada bulanDesember 2018 sebagai berikut:
Tabel4. - Perjanjian Kinerja Direktur P2PTVZ Tahun 2019 per 17 Desember 2018
----Meningkatnya 1. Jumlah Kabupaterr/Kota dengan API<1/1.000 400pencegahan dan pendudukpengendalianpenyakit tular vektor 2. Jumlah Kabupaten/Kota endemis yang 115
dan zoonotik melakukan pemberian obat massal pencegahan(POMP)Filariasis
3. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria 75berhasil menurunkan angka mikrofilaria < 1%
4. Persentase Kabupaten/Kota yang melakukan 80pengendalian vektor terpadu
5. Persentase Kabupaterr/Kotadengan IR DBD< 6849 per 100.000 penduduk
6. Persentase Kabupaterr/Kotayang eliminasi 85Rabies
Anggaran Direktorat P2PTVZ : Rp. Rp. 73.806.177.000,-
Dibawah berikut adalah lampiran Perjanjian Kinerja Direktur P2PTVZ Tahun 2019 yangberisi kegiatan dan volume keluaran beserta anggaran.
. 8
LAr<lP P2PTVZ 20'" ITabel 5. - Lampiran Perjanjian Kinerja Direktur Tahun 2019
Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK)Pencegahan dan PengendalianArbovirosis
12 Janis
4Dokumen
2 Dokumen
b. Norma/Standar/Prosedur/Kriteria(NSPK)Pencegahan dan PengendaJianZoonosis Dokumen
Penyusunan NSPK Pencegahan danc. Pengendalian Vektar dan Binatang Pembawa 1 Dokumen
Sumbar Daya Manusia Pencegahan danPegendalian Penyakit Tular Veldar dan Zoonotik
2. 112Orang
Sumbar Daya Manusia Pencegahan danPegendalian Zoonosis
50 Oranga.
Sumber Daya Manusia Pencegahan danb. Pegendalian Vektor dan Binatang Pembawa 62 Orang
Sarana dan Prasarana Pecegahan danPengendalian Penyakit Tular Veldar dan Zoonotik
3. 34 Jenis
Sarana dan Prasarana Pecegahan danPengendalian Arbovirosis
10 Jenis
Sarana dan Prasarana Pecegahan danPengendalian Zoonosis
Sarana dan Prasarana Pecegahan danP~ngendalianVektor dan Binatang Pembawa
4.
5.
6.
7.
8.
c. 60 Layanan
Pelaksanaan Penyediaan Sarana dand. Prasarana Pencegahan dan Pengendalian
Filariasis dan29 Layanan
9.
dalam rangka
10. Layanan
11. Layanan
Di akhir tahun 2019, dikarenakan dengan masuknya Dana Hibah Luar Negeri ke dalamDIPA maka dilakukan perubahan atau revisi terhadap Perjanjian Kinerja, dimana yangberubah adalah Pagu Anggaran dan Volume Output Kegiatan tanpa merubah targetIndikator Kinerja.Berikut adalah perubahan volume output dan anggaran pada revisi Perjanjian KinerjaDirektur P2PTVZ Tahun 2019:
TabelS. - Lampiran pada Revisi Perjanjian Kinerja Direktur P2PTVZ Tahun 2019
2
3
4
6
7
6
6 dokumen
2 dokumen 462.900.000
1 dokumen 199.564.000
3 dokumen 1.210.129.000
112 orang 1.591.200.000
50 orang 1.102.600.000
62 orang 466.600.000
34 Jenis 6.666.690.000
10 Jenis
12 janis 1.646.700.000
12 jenis 3.531.950.000
279 Layanan 63.676.704.000
97 Layanan 56.619.669.000
55 Layanan 25.035.399.000
261.200.000
60 Layanan 941.860.000
34 Layanan 10.969.278.000
58 Layanan 7.735.923.000
10
LAt<lP P2PTvz "2()'" IBAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJACapaian Kinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor danZoonotik pada tahun 2019 berdasarkan Perjanjian Kinerja dapat ditampilkan sesuaitabel berikut ini:
Tabel 7. -: Target dan Capaian Indikator Kinerja Direktorat P2PTVZ Tahun 2019
400 464 116,00
115 118 102,61
75 114 152,00
4Persentase Kabupaten/Kota yang melakukan
80 88,72 110,90pengendalian vektor terpadu
5Persentase KabupatenlKota dengan IR DBD
68 63,81 93,84< 49 per 100.000 penduduk
6Persentase KabupatenlKota yang Eliminasi
85 74,6 87,76Rabies
Indikator kinerja di lingkungan Direktorat P2PTVZ sebanyak 6 indikator kinerja, dimana4 indikator telah mencapai target dan 2 indikator belum mencapai target. Dapat dilihatpada tabel di atas dimana nilai kinerja Direktorat Pencegahan dan PengendalianPenyakit Tular Vektor dan Zoonotik sebesar 110,52%.
Dibawah ini kami sajikan narasi terhadap capaian indikator kinerja DirektoratPencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik tahun 2019:
1. Jumlah Kabupaten/Kota dengan API < 1 per 1.000 pendudukMalaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit yang ditandaidengan demam akut yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti dengandemam tinggi kemudian berkeringat banyak, selain gejala klasik tersebut dapatditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dannyeri otot. Penyakit malaria secara alami ditularkan melalui gigitan nyamukAnopheles betina. Plasmodium penyebab malaria hidup dan berkembang. biakdalam sel darah merah manusia. Malaria pada manusia disebabkan oleh 4 jenisplasmodium yaitu P. Falciparum, P. Vivax, P. Malariae dan P. Ovale. Beberapatahun terakhir di Indonesia ditemukan penularan malaria yang disebabkan P.knowlesi yang dapat menginfeksi manusia dimana sebelumnya hanya menginfeksihewan primata/monyet dan sampai saat ini masih terus diteliti.
11
LAJ<lP P2PTVZ20'" IPengendalian malaria merupakan program yang didukung oleh komitmen global,setelah MDG's berakhir pada tahun 2015 pengendalian malaria kembali masukdalam salah satu tujuan komitmen global yang disebut Sustainable DevelopmentGoals (SDG's) dalam target 3.3 mengakhiri epidemi AIDS, tuberkulosis, malaria,dan penyakit tropis yang terabaikan serta memerangi hepatitis, penyakitbersumber air, dan penyakit menular lainnya.
Program prioritas nasional dalam bidang kesehatan khususnya mengenaipencegahan dan pengendalian penyakit memprioritaskan upaya eliminasi malariadi Indonesia, hal tersebut terlihat dalam Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan Rencana StrategisKementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019 yang memuat target eliminasimalaria. Untuk mencapai target tersebut telah diterbitkan Keputusan MenteriKesehatan RI Nomor : 293/Menkes/SKlIV/2009 tanggal 28 April 2009 tentangEliminasi Malaria di Indonesia dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri kepadaseluruh Gubernur dan BupatilWalikota Nomor : 443.41/465/SJ tanggal 8 Februari2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Indonesia yangharus dicapai secara bertahap mulai dari tahun 2010 sampai seluruh wilayahIndonesia bebas malaria selambat-Iambatnya tahun 2030.
Untuk mencapai indikator kinerja program (IKP) yaitu jumlah kabupaten/kota yangmencapai eliminasi malaria maka diperlukan indikator yang mendukung haltersebut yang tertuang dalam indikator kinerja kegiatan (IKK) yaitu jumlahkabupaten/kota dengan API<1 per 1000 penduduk. Annual Paracites Incidence(API) adalah jumlah kasus positif malaria per 1000 penduduk pada periode satutahun. API ini digunakan untuk menentukan trend morbiditas malaria danmenentukan endemisitas suatu daerah (masih terjadi penularan malaria). API jugamerupakan salah satu syarat suatu daerah kabupaten/kota masuk dalam fasepembebasan yaitu jika API kurang dari 1 per 1000 penduduk.Pengendalian penyakit malaria telah menunjukkan pencapaian program yangcukup baik. Annual Parasite Incidence (API) yang menjadi indikator keberhasilanupaya penanggulangan malaria cenderung menurun dari tahun ke tahun.
•Berdasarkan Laporan Word Malaria Report (WMR) tahun 2018 melaporkan bah,waterjadi penurunan insiden malaria di dunia sebanyak 8% antara tahun 2010-2017,yaitu 239 juta kasus tahun 2010 menjadi 219 juta kasus tahun 2017. Penurunankasus di Indonesia lebih tinggi yaitu sebanyak 44% dari tahun 2010-2017, kasustahun 2010 sebanyak 465.764 dan tahun 2017 sebanyak 216.617.
Target global dari program malaria adalah eliminasi pada tahun 2030, hal tersebutsejalan dengan target dalam SDGs goals 3.3, untuk mencapai hal tersebut makaIndonesia membuat target eliminasi per kabupaten/kota bertahap sampai tahun2030.
12
--- ----
a. Definisi OperasionalJumlah Kumulatif Kabupaten/Kota dengan API < 1 per 1.000 penduduk tahun2019
b. Rumus/Cara perhitungan(1) Rumus perhitungan API tahun 2019:
Jumlah kasus positif malaria tahun 2019x 1000
Jumlah Penduduk tahun 2019
(2) Rumus Perhitungan Indikator :Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang mencapai API < 1 per 1.000penduduk di akhir tahun 2019
c. Capaian indikatorTarget Jumlah Kabupaten/Kota yang mencapai API < 1 per 1.000 pendudukpada tahun 2019 adalah 400 Kabupaten/Kota, dengan capaian sebesar 4Q4Kabupaten/Kota. Hal tersebut berarti sampai dengan tahun 2019 sebanyak 464Kabupaten/kota telah mencapai API < 1/1.000 penduduk. Berikut adalah grafikperbandingan target dan realisasi pada tahun 2019:
Grafik 4. - Target dan Capaian Jumlah Kabupaten/Kotadengan API < 1/1.000 penduduk tahun 2019
Targetdan CapaianJumlah Kabupaten/Kotadengan API < 1/1.000 penduduk tahun 2019
464
470460450440430 400420410400390380370360
Target Capaian
Jika membandingkan antara target dengan capaian diperoleh hasil bahwaindikator ini telah mencapai target dengan persentase capaian sebesar 116%.Berikut adalah grafik perbandingan target dan realisasi dari tahun 2015 - 2019:
13
Grafik 5. - Target dan Realisasi Kabupaten/Kotayang mencapai API < 1/1.000 penduduk selama tahun 2015 - 2019
Target dan (apaian lumlah Kabupaten/Kota dengan API 1/1.000 penduclukTahun 2015 - 2019
410 500
438 453400
40~
~. 450
390379 400'-380 350
370 300
360 250
350 200
340 150
330 100
320 50
3102015 2016 2017 201" 2019
Sejak tahun 2015, capaian indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang mencapaiAPI < 1/1.000 penduduk selalu meningkat setiap tahunnya. Dari grafik di atasdapat dilihat bahwa setiap tahun indikator ini selalu mencapai target.Persentase capaian pada indikator ini setiap tahun dari sejak tahun 2015adalah sebagai berikut, tahun 2015 capaian sebesar 111,47%; tahun 2016111,11%; tahun 2017 116,80%; tahun 2018 116,15% dan tahun 2019 116%.
d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikatorBeberapa upaya telah dilakukan untuk mencapai indikator tersebut, antara lain:1. Diagnostik Malaria
Kebijakan Pengendalian Malaria terkini dalam rangka mendukung efiminasimalaria adalah bahwa diagnosis malaria harus terkonfirmasi melaluipemeriksaan laboratorium baik dengan mikroskop ataupun Rapid DiagnosticTest (ROT). Penegakkan diagnosa tersebut harus berkualitas dan bermutusehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan memberikandata yang tepat dan akurat.
Berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan mutu diagnosis terusdilakukan. Kualitas pemeriksaan sediaan darah dipantau melalui mekanismeuji silang di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Kualitas pelayananlaboratorium malaria sangat diperlukan dalam menegakan diagnosis dansanqat tergantung pada kompetensi dan kinerja petugas laboratorium disetiap jenjang fasilitas pelayanan kesehatan. Penilaian kompetensi dilakukanmelalui kegiatan tes panel dan uji kompetensi. Penguatan laboratoriumpemeriksaan malaria yang berkualitas dilakukan melalui pengembanganjejaring dan pemantapan mutu laboratorium pemeriksa malaria mulai daritingkat pelayanan seperti laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit sertalaboratorium kesehatan swasta sampai ke laboratorium rujukan uji silang ditingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.Kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas diagnostik malaria telahdilaksanakan sepanjang Tahun 2019, antara lain:1) Revisi Juknis Jejaring dan Pemantapan Mutu Laboratorium Malaria
14-
2) External Competency Assessment Malaria Microscopy 2 angkatan3) Pelatihan Manajemen Quality Assurance Laboratorium Malaria 2
angkatan4) Workshop Mikroskopis Malaria Fasyankes (Lomba Mikroskopis)5) Penyusunan draft Pelatihan Laboratorium Malaria Jarak Jauh (E
Learning)6) Workshop Jejaring Laboratorium Pemeriksa Malaria Nasional7) Workshop peningkatan kapasitas diagnosis molekuler malaria
(PCR/Polymerase chain reaction)
Gambar 2. - Foto Workshop Jejaring Laboratorium Pemeriksaan Malaria
Gambar 3. - Foto External Competency Assessment Malaria Microscopy di Bali
Gambar 4. - Foto Workshop Mikroskopis Malaria Fasyankes (Lomba Mikroskopis) .
LAr<lP P2PTVZ20'" IGambar 5. - Pelatihan Manajemen Quality Assurance Laboratorium Malaria
2. Tatalaksana Kasus MalariaPemerintah telah merekomendasikan pengobatan malaria menggunakanobat pilihan yaitu kombinasi derivate artemisinin dengan obat anti malarialainnya yang biasa disebut dengan Artemisinin based Combination Therapy(ACT). ACT merupakan obat yang paling efektif untuk membunuh parasitsedangkan obat lainnya seperti klorokuin telah resisten. Untuk memberikanpelayanan penatalaksanaan malaria yang sesuai standar dan mengikutiperkembangan dalam pengobatan malaria maka buku saku tata laksanamalaria yang telah disusun oleh program malaria dan kelompok kerjadiagnosis dan pengobatan malaria nasional bersama dengan organisasiprofesi telah diperbaharui pada akhir tahun 2019.
Kelompok kerja diagnosis dan pengobatan malaria secara rutin dan minimal1 kali setahun mengadakan rapat kerja yang membahas isu-isu diagnosisdan pengobatan di lapangan serta perkembangan pengobatan malariadengan hasil rekomendasi yang diberikan pada program malaria.Rekomendasi ini sebagai masukan dalam melakukan strategi programterkait pengobatan malaria.
Salah satu rekomendasi yang dikeluarkan oleh kelompok kerja diagnosisdan pengobatan malaria terkait pemberian pengobatan malaria pada ibuhamil dan pada anak termasuk startegi dalam pelayanan terpadu malariadengan pelayanan kesehatan ibu hamil dan balita. Buku pedomanpelayanan terpadu malaria dengan pelayanan kesehatan ibu hamil dan balitayang disusun untuk revisi telah dicetak pada tahun 2019.
Pada tahun 2019 telah ditetapkan Pedoman Nasional Pelayanan KedokteranTata Laksana Malaria dalam bentuk Keputusan Menkes RI NomorHK.01.07/Menkes/556/2019. Berdasarkan Kepmenkes tersebut jugaditerbitkan buku pedoman tata laksana kasus malaria terkini sesuai denganperkembangan terkini dan hasil riset mutakhir. Adapun penggunaan ACTharus berdasarkan hasil terjadinya resistensi.
Selain hal tersebut pencegahan resistensi dilakukan dengan monitoringefikasi obat anti malaria. Tahun 2019 bekerjasama dengan BTKL, Fakultas
16
Kedokteran Universitas Indonesia dan lembaga Eijkman di beberapa daerahyang representatif.
Salah satu pilar untuk mencapai eliminasi malaria adalah menjamin universalakses dalam pencegahan, diagnosis dan pengobatan, sehingga diperlukanketerlibatan semua sektor terkait termasuk swasta. Berikut beberapakegiatan yang telah dilakukan dalam mendukung kualitas tatalaksanamalaria tahun 2019 yaitu Pertemuan Penyusunan Pedoman SurveilansPlasmodium Knowlesi di Indonesia.Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan terkait tatalaksana kasus malaria:1. Pengembangan pedoman sistem surveilans plasmodium knowlesi di
Indonesia2. Memberikan usulan obat malaria untuk DOEN dan Formularium Nasional
tahun 20193. Pertemuan Kelompok Kerja Diagnosis dan Pengobatan Malaria yang
memberikan rekomendasi terkait DHP (Dhydroartemisinin-piperakuin)dispersible, Obat malaria Artequick®, Primakuin high dose
4. Workshop Evaluasi Monev Efikasi Obat Malaria DHP5. Monev Efikasi DHP di 10 Lokasi6. Bimtek Evaluasi Diagnosis dan Tata Laksana Malaria di 6 lokasi (Provinsi
Jawa Barat ; Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Bali;Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Karang Asem, Provinsi NusaTenggara Barat ; Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten LombokBarat, Provinsi Sulawesi Tengah : Kabupaten Donggala dan Kota Palu,Provinsi Kalimantan Barat : Kabupaten Sambas dan Provinsi SulawesiTenggara: Kabupaten Kolaka Timur)
7. Workshop Tata Laksana Kasus Malaria Bagi dokter RS dan Puskesmasdi Provinsi Riau
8. Penyusunan Update Buku Saku Tata Laksana Malaria9. Pencetakan Buku Pedoman Pelayanan Terpadu Malaria denqan
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Balita10. Penyusunan PNPK Tatalaksana Malaria11. On the Job Training Tata Laksana Malaria di lingkungan Kemhan dan
TNI di Provinsi Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Bangka Belitung
Gambar 6. - Foto On the Job Training Tata Laksana Malaria di lingkunganKementerian Pertahanan dan TNI di Provinsi Bengkulu
17
LAf<lP PZPlYZ Z()'" I3. Surveilans, Sistem Informasi dan Monitoring dan Evaluasi
Surveilans merupakan kegiatan penting dalam upaya eliminasi, karena salahsatu syarat eliminasi adalah pelaksanaan surveilans yang baik, surveilansyang baik merupakan hal yang sangat penting untuk mengidentifikasi daerahatau kelompok populasi yang berisiko malaria serta melakukan perencanaansumber daya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan pengendalianmalaria.Kegiatan surveilans malaria dilaksanakan sesuai dengan tingkatendemisitas. Daerah yang telah masuk pada tahap pembebasan danpemeliharaan harus melakukan penyelidikan epidemiologi terhadap setiapkasus positif malaria sebagai upaya kewaspadaan dini kejadian luar biasamalaria dengan melakukan pencegahan terjadinya penularan. Berikutbeberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam mendukung kegiatansurveilans, sistem informasi dan monitoring dan evaluasi malaria:1) Pertemuan Validasi Data Program Malaria Tahun 2018 dan Evaluasi
Sismal Versi 22) Pertemuan Evaluasi Tahun 2018 dan Perencanaan Tahun 2019
Program Malaria Tingkat Nasional. Integrasi dengan Program AIDS,Tuberkulosis dan Imunisasi.
3) Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Percepatan Eliminasi Malaria diWilayah Jawa
4) Workshop Penanggulangan Malaria di Wilayah Khusus Tahun 20195) Workshop Evaluasi Pelaksanaan Surveilans Migrasi Malaria di KKP dan
Fasyankes6) Workshop Evaluasi Penanganan KLB Malaria dan Bencana di Daerah
Reseptif / Endemis Malaria Tahun 2014 -20197) Penyusunan Update Petunjuk Teknis Penyelidikan Epidemiologi Kasus
dan Fokus Malaria Tahun 20198) Pertemuan Review Program Malaria (integrasi dengan program AIDS
dan Tuberkulosis)9) Pertemuan Penyusunan Rencana Aksi Malaria Tahun 2020-2024
Gambar 7 - Pertemuan Penyusunan Rencana Aksi Malaria Tahun 2020-2024
18
LAr<lP P2PTVZ '20'" IGambar8. - PertemuanEvaluasiTahun2018dan PerencanaanTahun2019
ProgramMalariaTingkatNasionaldi Jakarta.IntegrasidenganProgramAIDS,Tuberkulosisdan Imunisasi.
Gambar9. - WorkshopEvaluasiPenangananKLB Malariadan Bencanadi DaerahReseptifI EndemisMalariaTahun2014-2019
4. Pengendalian dan Surveilans Vektor MalariaSampai saat ini nyamuk Anopheles telah dikonfirmasi menjadi vektor malariadi Indonesia sebanyak 26 jenis (species). Jenis intervensi pengendalianvektor malaria dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: memakaikelambu berinsektisida (LLINs = Long lasting insecticide nets), melakukanpenyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS = Indoor ResidualSpraying), melakukan larviciding, melakukan penebaran ikan pemakan larva,dan pengelolaan lingkungan. .Penggunaan kelambu berinsektisida merupakan cara perlindungan darigigitan nyamuk anopheles. pembagian kelambu ke masyarakat dilakukandengan 2 metode, yaitu pembagian secara massal (mass campaign) danpembagian rutin. Pembagian secara massal dilakukan padadaerah/kabupaten/kota endemis tinggi dengan cakupan minimal 80%.Pembagian ini diulang setiap 3 tahun, jika belum ada penurunan tingkatendemisitas.Pembagian kelambu secara rutin diberikan kepada ibu hamil yang tinggal didaerah endemis tinggi. Kegiatan ini bertujuan untuk melindungi populasiprioritas, yaitu ibu hamil dari risiko penularan malaria. Selain kegiatantersebut, pembagian kelambu juga dilakukan pada daerah yang terkena
LAr<lP P2PTVZ 2()'" Ibencana. Berikut beberapa kegiatan dalam mendukung kegiatanpengendalian dan surveilans vektor malaria yaitu :1. Pelatihan Penyemprotan Dinding Rumah/lndoor Residual Spraying (IRS)
Bagi Tenaga Penyemporat Malaria2. Pembagian kelambu rutin integrasi dengan program ibu dan anak
5. Promosi, Advokasi dan Kemitraan dalam upaya Pengendalian MalariaSosialisasi pentingnya upaya pengendalian malaria merupakan hal yangpenting, sasaran kegiatan meliputi pengambil kebijkan, pelaksana teknis danmasyarakat luas. Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE) kepadamasyarakat luas dilakukan upaya promosi kesehatan Mengenai Malaria.Berikut beberapa kegiatan selama Tahun 2019 dalam mendukung promosi,Advokasi dan kemitraan dalam upaya pengendalian malaria:1) Pertemuan Reorientasi Eliminasi Malaria Wilayah Pembebasan2) Peringatan Hari Malaria Sedunia Tahun 20193) Pertemuan Review Forum Nasional Gebrak Malaria (FNGM) Komisi Ahli
Malaria
Gambar 10. - Foto Rangkaian kegiatan Hari Malaria sedunia di Bali. Penandatanganan komitmen EliminasiMalaria oleh 7 Gubernur di pulau Jawa dan Bali, Penyerahan Sertifikat Eliminasi Malaria tahun 2019 .oleh
Menteri Kesehatan RI kepada Kepala Daerah disaksikan oleh Menteri Dalam Negeri~--~-r--~ --~--~
e. Analisa Penyebab Keberhasilan/KegagalanAnnual Parasite Incidence (API) adalah jumlah kasus positif malaria per 1000penduduk pada satu tahun. Indikator tersebut digunakan untuk menentukantrend morbiditas malaria dan menentukan endemisitas suatu daerah, Salahsatu syarat suatu daerah masuk dalam fase pembebasan dan jugapemeliharaan yaitu API kurang dari 1 per 1000 penduduk. Tahun 2019 'i~rgetjumlah kabupaten/kota yang mencapai API <1 yaitu sebanyak 400kabupaten/kota. Dari angka tersebut telah berhasil melampaui target padatahun 2019 yaitu sebesar 464 kabupaten/kota.Keberhasilan tersebut merupakan hasil dari keberhasilan berbagai indikatorpendukung, seperti:1. Persehtase Pemeriksaan Sediaan Darah
Persentase pemeriksaan sediaan darah adalah persentasi suspek Malariayang dilakukan konfirmasi laboratorium baik menggunakan mikroskop
.'
20
LAK.!P P2PTVZ 2()'" Imaupun Rapid Oiagnostik Test (ROT) dari semua suspek yang ditemukan.Target yang diharapkan adalah di atas 95%. Capaian yaitu sebesar 97%dengan jumlah suspek sebanyak 1.256.040 dan Jumlah pemeriksaansediaan darah dikonfirmasi laboratorium sebanyak 1.212.909. (data per 9Januari 2019)
Grafik 6 - Capaian Persentase Pemeriksaan Sediaan Darah Tahun 2019
2. Persentase Pasien Malaria positif yang diobati sesuai standar ACTPersentasi Pasien Malaria positif yang diobati sesuai standar ACT(Arleinisinin based Combination Therapy) adalah proporsi pasien Malariayang diobati sesuai standar tata laksana malaria dengan menggunakanACT. Arlemisinin based Combination Therapy (ACT) saat ini merupakanobat yang paling efektif untuk membunuh parasit Malaria. Pemberian ACTharus berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Target capaianpengobatan ACT yaitu sebesar 90% dan capaian pada tahun 2019 yaitusebesar 91% dengan jumlah positif malaria sebanyak 212.626 dan jumlahpengobatan standar ACT sebesar 190.366. (data per 9 Januari 2019).
Grafik 7 - Capaian Persentase Pasien Malaria positifyang Diobati sesuai standar ACT tahun 2019
21
f. Kendalalmasalah yang dihadapi dan pemecahan masalah
Kegiatan pencegahan dan pengendalian malaria di Indonesia telah rnencapai
target-target yang ditetapkan, namun masih terdapat permasalahan yang
menjadi tantangan antara lain sebagai berikut:
Tabel 8 - Kendala/masalah serta pemecahan masalah
• Kendala Pemecahan Masalah/RTL
1. Tingginya angka kejadian malaria di Pendampingan intensif;wilayah Papua pembentukan 5 malaria center
di Prov Papua; Permenkespenemuan kasus malaria olehkader malaria terlatih
2 Didaerah endemis rendah banyak Membuat surat edaran menteriterdapat daerah fokus malaria yang sulit untuk Bupati di wilayah-wilayah(tambang liar, illegal logging, tersebut; membuat permodelanperkebunan illegal, tambak terbengkalai) penanggulangan malaria di
daerah outdoor transmission dgadanya mobile migrantpopulation
3 Rendahnya capaian kasus malaria yang Sosialisasi penggunaan danadi lakukan penyelidikan epidemiologi di yang bisa dimanfaatkan untukwilayah endemis rendah dan bebas PE (Dana Dekon, DAK NON-malaria yang disebabkan keterbatasan FISIK,APBD, GF, Dana Desa,anggaran untuk PE dan Dana Kapitasi, ) ~ SE,
pertemuan program
4 Ketepatan dan kelengkapan pelaporan Pengembangan SISMAL V2yang belum optimal online dan sosialiasi sampai
tingkat fasyankes
5 Belum semua daerah pembebasan dan Pelatihan PE termasukpemeliharaan mempunyai pemetaan pelatihan pemetaan GIS,daerah fokus Pengembangan pemetaan fokus
di aplikasi SISMAL V2
6 Kurangnya tenaga mikroskopis malaria Refresing petugas uji silangtermasuk croscheker seluruh provinsi
7 Masih terjadi stock out OAM, dan logistik Peningkatan koordinasi antaramalaria lainnya pengelola progam dan
farmalkes. Pencatatan Stocklogistik di dalam aplikasiSISMAL V2
•
22
2. Jumlah Kabupaten/Kota endemis yang melakukan pemberian obat massalpencegahan (POMP) FilariasisIndonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia, ikut serta dalam KesepakatanGlobal yang ditetapkan oleh WHO untuk melaksanakan eliminasi Filariasis.Pemberian obat pencegahan massal (POPM) Filariasis adalah kegiatan utamadari program eliminasi Filariasis untuk mencapai goal eliminasi Filariasis dengantujuan memutuskan rantai penularan filariasis. Indonesia telah menetapkansebanyak 236 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota adalah daeranendemis filariasis
Sesuai dengan Permenkes No. 94 Tahun 2014 tentang penanggulangan Filariasis,yang dimaksud dengan Wilayah endemis Filariasis meliputi satuan kabupaten/kotayang ditentukan berdasarkan hasil survei data dasar prevalensi mikrofilariamenunjukkan angka mikrofilaria (microfilaria rate) lebih dari dan/atau sarna dengan1% (satu persen). Pemberian Obat Pencegahan Secara Massal Filariasis yangselanjutnya disebut POPM Filariasis adalah pemberian obat yang dilakukan untukmematikan mikrofilaria secara serentak kepada semua penduduk sasaran diwilayah endemis Filariasis. POPM Filariasis wajib dilakukan pada sernuapenduduk usia 2 - 70 tahun di wilayah endemis Filariasis minimal 5 tahun berturutturut dengan cakupan minimal 65%. Kombinasi DEC dan Albendazole diberikankepada semua sasaran di Kabupaten/Kota endemis Filariasis. Dampak daripemberian obat adalah penurunan transmisi aktif Filariasis ke tingkatan aman,yaitu <1% angka mikrofilaria pada penduduk yang tinggal di kabupaten/kotaendemis Filariasis. Apabila hasil Survei Evaluasi Prevalensi Filariasis sesudahPOPM Filariasis tahun ke 5 atau survei evaluasi penularan Filariasis menunjukkanangka microfilaria rate ;:; 1%, maka dapat dinyatakan masih memiliki risikopenularan Filariasis yang tinggi, maka POPM Filariasis diteruskan minimal dalam 2tahun berturut-turut.
a. Definisi Operasionalmerupakan angka absolut yang menunjukkan jumlah kabupaten/kota endemisyang melakukan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis baikyang tahun pertama/kedua/ketigal keempat/kelima ataupun POPM ulang tahunpertama/kedua pada tahun tersebut.
b. Rumus/cara perhitunganRumus perhitungan pencapaian indikator adalah jumlah kabupaten/kotamelakukan POPM Filariasis pada tahun tersebut.
c. Capaian IndikatorPada tahun 2019 dari Target jumlah kabupaten/kota endemis filariasis .yangmelakukan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) sebanyak 115kabupaten/kota berhasil dicapai sebanyak 118 Kabupaten/Kota atau denqanpresentase sebesar 102,6% dari target semula.
23
Grafik 8 - Target dan Capaian Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariasisyang melakukan POPM Filariasis Tahun 2019
115
118
117,5
117
116,5
116
115,5
114,5
114
113,5
Target Capaian
Grafik 9 - Target dan Capaian Jumlah kab/kota endemis filariasisyang melakukan POPM Filariasis Tahun 2015 - 2019
20018016014012010080604020o
Grafik diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2015-2019 target jumlah kab/kotaendemis filariasis yang melakukan Pemberian Obat Pencegahan Massal(POPM) telah berhasil dicapai. Indonesia telah menetapkan sebanyak 236kabupaten/kota di Indonesia adalah endemis filariasis. Target dan capaianjumlah kab/kota endemis filariasis yang melakukan Pemberian ObatPencegahan Massal (POPM) bersifat fluktuatif tergantung waktu tahapaneliminasi kabupaten/kota endemis filariasis. Pada tahun 2019 sebanyak 118kabupaten/kota telah selesai melaksanakan POPM selama 5 tahun danmemasuki tahap surveilans, sedangkan 118 kabupaten kota masihmelaksanakan POPM filariasis.
LAf<lP P2PTvz 2()'" IGambar 11 - Status Program Eliminasi Filariasis Dunia berdasarkan amanat WHO tahun 2018'
Status Program Eliminasi Filariasis Dunia, WHO 2018
MDAltlOO%Geocraphical
Coverace
36 (50%)
AIIpIa-...-.QoooI
c:-.-...-.c:-.
Gulp ............---..,_......--
lenin. 8ur1dNI Fuo'- .. co..... _.Em......._" G_.I.iMrio. _. __ •
....._pl. S;O"."_"
'.nuniA. u,...t..
Comoras , ..,..,.. Eri1ru~.Zi_5ooT...... ,,-.
Domini<On...... 1IIk-Indio. IndonesiaMyonmor......
Timot·LesteAmeric:en Samoa
F....tI~.T_F"oji. FSM. MoIoopIo. Somo..
",~ippiMs
(. ';, "1>, World Health~ Organization
Sebelum suatu negara endemis filariasis ditetapkan menjadi negara eliminasifilariasis, maka harus melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut antara lainPOPM Filariasis dengan cakupan geografis sebesar 100% pada seluruhpenduduk didaerah endemis filariasis usia 2-70 tahun selama 5 tahun, dankemudian berdasarkan survei ulang penularan filariasis tahap kedua di seluruhdaerah endemis menunjukkan tidak terjadi penularan, maka negara tersebutdapat ditetapkan sebagai negara eliminasi Filariasis, Terdapat 72 negaraEndemis Filariasis di dunia.Berdasarkan laporan WHO tahun 2018, terdapat 14 (19%) negara endemisFilariasis yang berhasil mencapai eliminasi, 7 negara (10%) memasuki tahapsurveilans paska POPM Filariasis, 36 negara (50%) tahap POPM Filariasisdengan cakupan geografis 100%, 11 negara (15%) tahap POPM Filariasisdengan cakupan geografis <100%, dan 4 negara (6%) belum melaksanakanPOPM Filariasis. Indonesia adalah salah satu negara endemis Filariasis ,yangsaat ini masih memasuki tahap POPM Filariasis dengan cakupan geografissebesar 100%. Artinya adalah seluruh kabupaten/kota endemis filariasis diIndonesia telah memulai tahapan POPM Filariasis. Indonesia telah menetapkan236 kabupaten/kota endemis Filariasis.Pada tahun 2019, sebanyak 118 kabupaten/kota masih melaksanakan POPMFilariasis selama 5 Putaran, dan 118 kabupaten/kota telah memasuki tahapsurveilans. Terdapat beberapa tantangan dalam eliminasi Filariasis di Indonesiadiantaranya jumlah penduduk yang sangat banyak (terbesar ke 4 didunia),wilayah yang sangat luas, serta kondisi geografis di beberapa daerah yangsangat sulit dijangkau.
25'
d. Analisis penyebab keberhasilanPada tahun 2019 indikator jumlah kabupaten/kota endemis filariasis yangmelakukan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis telahberhasil mencapai target yang telah ditetapkan dipengaruhi oleh komitmenpusat untuk menyediakan logistik, anggaran, legal aspek, serta asistensi teknisdalam penanggulangan filariasis sehingga dapat meningkatkan komitmenPemerintah daerah dan partisipasi masyarakat dalam penanggulanganFilariasis di daerah endemis melalui Pemberian Obat Pencegahan Massal(POPM) Filariasis selama 5 tahun berturut-turut dengan cakupan > 65%sehingga dapat memutus rantai penularan.Sebelum tahun 2015 cakupan POPM Filariasis di beberapa kabupaten/kotasangat rendah. Upaya percepatan eliminasi Filariasis ini dimulai denganPencanangan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) pada tanggal 1 Oktober2015 oleh Menteri Kesehatan RI di Cibinong Kabupaten Bogor. Denganpencanangan tersebut, maka menjadikan bulan Oktober sebagai "BulanPelaksanaan Eliminasi Kaki Gajah", dengan harapan bahwa adanya bulanPOPM Filariasis tersebut akan memacu seluruh lapisan masyarakat dari pusathingga daerah tergerak dengan serempak mendukung POMP Filariasis diwilayahnya, seiring dengan pemahaman yang semakin tinggi terhadappentingnya program pengendalian filariasis di Indonesia.
e. Upaya yang dilaksanakan untuk mencapai target indikatorBerikut adalah paya yang dilaksanakan untuk mencapai target indikator:1. Pencanangan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga)
Salah satu upaya strategis yang dilakukan untuk meningkatkan cakupanpemberian obat massal pencegahan (POPM) filariasis adalah denqanmenjadikan bulan Oktober sebagai "Bulan Eliminasi Kaki Gajah(BELKAGA)". Dengan adanya program Belkaga diharapkan seluruh lapisanmasyarakat dari pusat hingga daerah tergerak dengan serempakmendukung POMP Filariasis di wilayahnya, seiring dengan pemahamanmasyarakat yang semakin tinggi terhadap pentingnya program pengendalianfilariasis di Indonesia. Pada tahun 2019 telah dilaksanakan pencananganBelkaga Tingkat Nasional oleh Menteri Kesehatan RI di Kab. Malaka, NusaTenggara Timur pada tanggal 4 Oktober 2019. Pada pencanangan tersebutjuga diberikan sertifikat eliminasi filariasis kepada beberapa kabupaten/kota.
Gambar 12 - Pemberian Sertifikat Eliminasi Filariasis oleh Menteri Kesehatan RI
2(;
LAf<lP P2PTVL 2e'" I
2. Advokasi dan Sosialisasi Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)secara insentifSosialisasi POPM Filariasis secara aktif dan intensif dilaksanakan kepadaLintas Sektor dan Lintas Program terkait serta seluruh lapisan masyarakatuntuk meningkatkan cakupan dalam minum obat pencegahan Filariasis.Penyebarluasan informasi kepada masyarakat dilaksanakan melalui mediacetak (leaflet, spanduk, banner) maupun media elekronik (Iklan LayananMasyarakat).
Gambar13- SosialisasiPOPMFilariasismelaluiradio
3. Monitoring dan EvaluasiKegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk memantau prosespada tahap persiapan dan pemberian obat pencegahan massal filariasisserta mengevaluasi hambatan dan tantangan dalam pelaksanaan POPMFilariasis. selain itu juga dilaksanakan pertemuan-pertemuan dalammendukung POPM Filariasis. Kegiatan ini dilaksanakan melalui :a. Bimbingan teknis dalam rangka penanggulangan filariasisb. Koordinasi LS/LP dalam rangka penguatan program pengendalian
Filariasisc. Koordinasi National Task Force Filariasis (NTF) dan Komite Ahli
Pengobatan Filariasis (KAPFI)d. Pencegahan Dinil Penanggulangan Kejadian Ikutan Minum Obat (POPM)
Filariasis dan Kecacingan terpadu .e. Rapat Koordinasi LS/LP dalam rangka peningkatan program filariasisf. Pertemuan persiapan implementasi regimen tiga obat (Ivermectin, .DEC,
dan Albendazole)g. Pertemuan pencatatan dan pelaporan filariasis
------- ------
27
LAf<lP P2PTVZ '20'" '1
4. Pengadaan bahan KIE dalam rangka POPM FilariasisSebagai sarana komunikasi, informasi, dan edukasi terhadap rnasyarakatterkait pelaksanaan POPM Filariasis maka telah dilaksanakan pengadaanberupa leaflet, poster, spanduk POPM, roll banner, buku kader, bukuPermenkes filariasis, komik bahaya dan pentingnya mencegah filariasis,serta penyiaran radio spot Filariasis.
5. Distribusi obat dan logistik ke daerah - daerah POPM FilariasisPengadaan bahan-bahan KIE, logistik dan serta obat donasi yang telahdiserahterimakan di Pusat harus segera dapat didistribusikan ke daerahsesuai perencanaan sebelumnya sehingga bisa dioptimalkan dalammelaksanakan kegiatan POPM filariasis.
f. Kendala/masalah yang dihadapi1. Kondisi geografis beberapa wilayah di Indonesia yang sulit terjangkau.
Kegiatan POPM Filariasis dilaksanakan untuk seluruh penduduk dikabupaten/kota endemis filariasis, dimana beberapa daerah tersebutmerupakan daerah terpencil dan kepulauan yang sulit aksesnya, sehinggapelaksanaan POPM Filariasis di daerah tersebut sulit menjangkau seluruhsasaran, terutama di desa-desa terpencil.
2. Adanya Kejadian Ikutan pasca POPM yang terjadi di masyarakat dapatmenurunkan angka partisipasi minum obat pada waktu POPM Filariasis
3. Kurangnya partisipasi masyarakat menyebabkan cakupan minimal minumobat yaitu <65%
g. Pemecahan Masalah1. Melakukan edukasi dan penyampaian informasi kepada masyarakat umum
melalui berbagai media yang efektif dengan menggunakan pendekatankearifan lokal
2. Advokasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan komitmen dalammenjangkau daerah-daerah sulit dalam pelaksanaan POPM Filariasis, sertaMengoptimalkan mobilisasi tenaga kesehatan yang ada untuk menjangkaudaerah-daerah sulit dan terpencil.
3. Konsolidasi dan Penguatan jejaring Komisi Ahli penanggulangan kejadianikutan pasca POPM Filariasis baik di tingkat Pusat, Provinsi, danKabupaten/Kota untuk menanggulangi kejadian ikutan yang terjadi selamapelaksanaan POPM Filariasis
4. Pelaksanaan BELKAGA bukan hanya di Bulan Oktober tapi diperpanjangsampai Bulan Desember 2019 untuk meningkatkan cakupan POPMFilariasis di Kabupaten/Kota.
5. Pelaksanaan sweeping sehingga dapat meningkatkan cakupan POPMFilariasis
3. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filaria yang berhasil menurunkan angkamikrofilaria menjadi < 1%
28
Sesuai Permenkes NO.94 tahun 2014 tentang Pengendalian Filariasis yangdimaksud dengan daerah endemis Filariasis adalah daerah yang berdasarkansurvei data dasar prevalensi mikrofilaria menunjukkan prevalensi >1%.Dalam pengendalian Filariasis, sebelum suatu kabupaten/kota dinilai tingkattransmisi filariasisnya, kabupaten/kota tersebut harus telah selesai melaksanakanPemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis pada seluruh penduduksasaran di kabupaten/kota tersebut selama minimal 5 tahun berturut-turut denqancakupan pengobatan minimal 65% dari total jumlah penduduk. Kemudian setelah 6bulan dari pelaksanaan POPM Filariasis Tahun ke-5, maka dilaksanakan surveievaluasi prevalensi mikrofilaria. Jika dalam survei evaluasi mikrofilariamenunjukkan hasil <1% maka kabupaten/kota tersebut dapat menghentikankegiatan POPM Filariasis. tetapi jika hasil survei menunjukkan hasil >1% makakabupaten/kota tersebut harus meneruskan POPM Filariasis kembali selama .2tahun.
a. Definisi operasionalJumlah kabupaten/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka miktofilaria< 1% adalah jumlah kabupaten/kota endemis filariasis yang telah selesaimelakukan Pemberian Obat Pengobatan Massal (POPM) Filariasis selama 5tahun berturut-turut, kemudian 6 bulan setelahnya pada pemeriksaan darah jariberhasil menurunkan angka mikrofilaria (mf rate) menjadi < 1%.
b. Rumus I cara perhitunganakumulasi jumlah kabupaten/kota endemis yang berhasil menurunkan angkamikrofilaria menjadi < 1%.
c. Capaian indikatorPada tahun 2019 dari target jumlah kabupaten/kota berhasil menurunkan angkamikrofilaria <1 persen sebanyak 75 kabupaten/kota, berhasil dicapai sebanyak114 kabupaten/kota atau dengan pencapaian kinerja sebesar 152% seperti yangterlihat dalam grafik dibawah ini.
Grafik 10 - Jumlah Kab/Kota endemis filariasisberhasil menurunkan MF Rate <1% Tahun 2019
140
120
100
80
60
40
20
0Target
• Target
.Capaian
.%Capaian
Capaian %Capaian
120
100
80
60
40
20
02015 2016 2017
• Realisasi• Target
Sumber data: Laporan Tahunan Subdit Filariasis dan Kecacingan Tahun 2019
Pada grafik di atas, tampak terjadi peningkatan jumlah kabupate~/kota e~~~~isfilariasis yang berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1.% dan tahun -2019. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya komltrne.n kabup~ten/kotadalam melaksanakan program pengendalian Filariasis melalui Pemberian ,ObatPencegahan Massal Filariasis selama minimal 5 tahun berturut-turut seh,mgga
dapat menurunkan angka mikrofilaria menjadi <1%
Dalam pengendalian Filariasis, sebelum suatu kabupaten/kota dinilai penurunanangka mikrofilarianya, kabupaten/kota tersebut harus melaksanakan PemberianObat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis pada seluruh penduduk sasaran dikabupaten/kota tersebut selama minimal 5 tahun berturut-turut dengan cakupanpengobatan minimal 65% dari total jumlah penduduk di kabupaten/kota tersebut,Berdasarkan uraian tersebut, keberhasilan penurunan angka mikrofilaria sangatbergantung pada partisipasi masyarakat untuk minum obat filariasis. Peninqkatanjumlah kabupaten/kota yang yang berhasil menurunkan angka mikrofilaria ,<1%akan berpengaruh terhadap capaian RPJMN yaitu kabupaten/kota denganeliminasi Filariasis.
a,
d. Analisis penyebab keberhasilan
Target Indikator jumlah kab/kota endemis filariasis berhasil menurunkan angkarnikrofilaria <1 persen pada tahun 2019 telah tercapai. Hal ini dipengaruhi olehrneningkatnya kornitmen Pernerintah daerah dan partisipasi masyarakat dalatnp~n~ng.gulang.anFilariasis rnelalui Pernberian Obat Pencegahan Massal (POPM)Fllanasls sehmgga dapat rnernutus rantai penularan. Hal ini juga diperkuatdengan Pelaksanaan karnpaye nasional Bulan Elirninasi Kaki Gajah (BELKAGA)pada Bulan Oktober dirnana seluruh Kabupaten/Kota Endernis filariasis serentakrnelaksa~akan POPM ~ilariasis. Upaya tersebut sesuai dengan hasH penelitianpara ahh yang rnenunJuk.kan.ba.hwa cakupan rninum obat yang efektif dapatrnenurunkan a~gka mikrofltarla. Selain itu, pembangunan fisik danperkemban~an dl daerah - da,erah endemis juga semakin meningkat sehinggarnengurangl ternpat-ternpat penndukan nyarnuk vektor filariasis.
30
LAf<lP P2P1VZ 20'" Ie. Upaya yang dilaksanakan mencapai target indikator
1. Peningkatan cakupan POPM Filariasis di atas cakupan minimal (>65%) ~Berbagai upaya strategis dilaksanakan dalam meningkatkan cakupan P·OPMFilariasis pada daerah-daerah yang sedang melaksanakan POPM Filariasisdiantaranya :a. Pencanangan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (Belkaga) tingkat nasional olen
Menteri Kesehatan RI di Kabupaten Malaka Nusa Tenggara Timurb. Advokasi dan sosialisasi Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)
Filariasis secara Intensif.c. Bimbingan teknis dalam rangka penanggulangan filariasisd. Koordinasi LS/LP dalam rangka penguatan program pengendalian
Filariasise. Koordinasi National Task Force Filariasis (NTF) dan Komite Ahli
Pengobatan Filariasis (KAPFI)f. Pencegahan Dinil Penanggulangan Kejadian Ikutan Minum Obat (POPM)
Filariasis dan Kecacingan terpadug. Rapat Koordinasi LS/LP dalam rangka peningkatan program filariasis'h. Pertemuan persiapan implementasi regimen tiga obat (Ivermectin, DEC,
dan Albendazole)i. Pertemuan pencatatan dan pelaporan filariasisj. Pengadaan Bahan KIEk. Distribusi obat dan logistik ke daerah
2. Pelaksanaan Survei Evaluasi Pevalensi Mikrofilaria3. Pengadaan Bahan Survei Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria
f. Kendala/masalah yang dihadapi1) Kondisl geografis beberapa wilayah di Indonesia yang sulit terjangkau.
Kegiatan POPM Filariasis dilaksanakan untuk seluruh penduduk dikabupaten/kota endemis filariasis, dimana beberapa daerah tersebutmerupakan daerah terpencil dan kepulauan yang sulit aksesnya, sehinggapelaksanaan POPM Filariasis di daerah tersebut sulit menjangkau seluruhsasaran, terutama di desa-desa terpencil.
2) Adanya Kejadian Ikutan pasca POPM yang terjadi di masyarakat dapatmenurunkan angka partisipasi minum obat pada waktu POPM Filariasis
3) Kegagalan dalam Survei Evaluasi Prevalensi Mikrofilaria menyebabkankabupaten/kota tersebut harus mengulang POPM Filariasis selama 2 tahun.Hal ini menyebabkan berkurangnya capaian indikator Jumlah kab/kotaendemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria < 1%.
g. Pemecahan Masalah1) Advokasi dan Sosialisasi kepada Lintas Program, Lintas Sektor dan
masyarakat pentingnya cakupan POPM Filariasis > 65% untuk dapatmemutuskan rantai penularan Filariasis.
2) Melakukan edukasi dan penyampaian informasi kepada masyarakat umummelalui berbagai media yang efektif dengan menggunakan pendekatankearifan lokal pentingnya minum obat filariasis untuk memutus rantaipenularan
31
3) Advokasi kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan komitmen dalarn
menjangkau daerah-daerah sulit dalam pelaksanaan POPM Filariasis, serta
Mengoptimalkan mobilisasi tenaga kesehatan yang ada untuk menjangkau
daerah-daerah sulit dan terpencil dalam upaya meningkatkan cakupan
POPM ~
4) Konsolidasi dan Penguatan jejaring Komisi Ahli penanggulangan kejadian
ikutan pasca POPM Filariasis baik di tingkat Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota untuk menanggulangi kejadian ikutan yang terjadi selama
pelaksanaan POPM Filariasis
5) Advomasi terhadap kabupaten/kota yang gagal menurunkan prevalensi
mikrofilaria < 1% agar lebih meningkatkan cakupan minum obat pada POPM
ulang selama 2 tahun agar berhasil memutus rantai penularan filariasis
4. Persentase Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor terpadua. Definisi operasional
Kabupaten/Kota yang melakukan pengendalian vektor dengan dua atau lebihmetode pengendalian
b. Rumus I cara perhitunganKabupaten/Kota yang melakukan pengendalian Vektor Terpadu
x 100 %
Jumlah seluruh Kabupaten/Kota
c. Capaian indikatorTarget tahun 2019 terhadap indikator Persentase Kabupaten/Kota yangmelakukan pengendalian vektor terpadu (PVT) sebesar 80% dengan capaiansebesar 88,72 % (sama dengan 330 kabupaten/kota) atau persentase capaiansebesar 110,9 %
Grafik 12 - Perbandingan target dan capaian Kabupaten/Kota yang melakukanPengendalian Vektor Terpadu dari tahun 2015 - 2019
r
!II
• Target • Realisasi
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa mulai tahun 2015 sampai dengan tahun2018 terlihat peningkatan jumlah kabupaten/kota yang melakukan pengendalianvektor terpadu. Pada tahun 2015, capaian terhadap indikator persentase
'32
kabupaten/kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu sebesar 42,2%,kemudian pada tahun 2016, capaian terhadap indikator sebesar 50%, dan padatahun 2017, capaian terhadap indikator sebesar 60,70. Sedangkan tahun 2018,persentase kabupaten/kota yang melakukan pengendalian vektor terpadusebesar 71.79% atau persentase realisasi capaian sebesar 103% dari tagetyang telah ditetapkan.Grafik diatas juga menunjukkan bahwa antara target dan pencapaian kinerjadari tahun 2015 sampai dengan 2018 terealisasi rata-rata diatas 100%, danuntuk target 2019 diharapkan dapat tercapai dan terealisasi sesuai dengantarget yang telah ditetapkan.
Grafik 13 - Persentase kabupaten/kota yang telah melakukan PVT di Indonesiasam ai den an tahun 2019
40,00% ... -_.._.. ..... -.11-.1.......... .,.-II-........... _..
luOO%~I~... ~~~~~.~HH~~~ .. ~~.-~~~~~-.
--
Provinsi dengan Persentase Kab/Kota yang MelaksanakanPengendalian Vektor Terpadu (PVT), 2019
120,om
100,(()%
SO,OOlI....t+-.. +I~~~~~HH~-.;-I~ .. -.-II-=-~-~.-.--.-It-+---t
6O,00lI-"~H--""'-+-1"'''''''f-+-;''''''I-+-''~H--'''''-+-1I'''''''!-.-'' _____
d. Analisis penyebab keberhasilanDirektorat P2P1VZ melakukan beberapa upaya yang berkesinambungan dalammencapai indikator, diantaranya :
Pelaksanaan advokasi dan sosialisasi ke stakeholder untuk mendapatkandukungan dan komitmen, termasuk penyediaan anggaran untuk programpencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotikMenggalang kemitraan dengan lintas sektor dan lintas program untukmendapatkan dukungan program kegiatan pengendalian vektorMelakukan revisi terhadap regulasi yang mengatur tentang pengendalianvektor berdasarkan masukan-masukan dari para praktisi, pakar sertaevaluasi program yang bertujuan agar regulasi yang mengatur terkait halpengendalian vektor dapat terlaksana dengan baik dan implementatifPeningkatan kuantitas dan kualitas tenaga entomolog kesehatan di sernuainstansi terkait (Pusat, UPT, Dinas kesehatan provinsi dan kab/kota)
• Pembinaan serta koordinasi secara berkesinambungan terkait PVT kedaerah dan UPT
• Distribusi alat bahan surveilans dan pengendalian vektor ke daerah danUPT
• Meninqkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada petugaskesehatan dan masyarakat.
e. Upaya yang dilaksanakan mencapai target indikatorBeberapa upaya tersebut diatas yang telah dilakukan dalam kegiatan-kegiatansebagai berikut , antara lain:1. Menyusun regulasi serta juknis terkait PVT sebagai pedoman di daerah
dalam melakukan pengendalian vektor2. Melakukan survei perilaku penggunaan kelambu (KAP) di beberapa lokasi
yang masih endemis malaria untuk mengetahui tingkat pengetahuan sikapserta perilaku masyarakat tersebut dalam menggunakan kelambu yang telahdidistribusikan, sehingga dapat memberi informasi, evaluasi dan masukandalam menentukan kebijakan terkait metode pengendalian yang tepat
3. Melakukan uji resistensi vektor terhadap insektisida yang digunakan olehprogram pengendalian vektor. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasiefektivitas insektisida yang telah digunakan dan akan digunakan untukprogram pengendalian vektor.
4. Melakukan sosialisasi, pembinaan, pengawasan serta evaluasi ke DinasKesehatan provinsi, kabupaten dan kota tentang pentingnya melakukanupaya pengendalian vektor secara terpadu sebagai kunci sukses upayapengendalian vektor. Upaya ini dilakukan pada saat pertemuan-pertemuannasional ataupun regional. Untuk mendukung upaya kegiatan ini, programmemasukkan kegiatan-kegiatan yang mendukung untuk mencapai tujuantersebut pada RKAKL DIT. P2PTVZ TA 2019, diantaranya :- Pengadaan media KIE serta media advokasi terkait PVT- Pertemuan koordinasi teknis dan pemantapan pelaksanaan PVT
(dilakukan per regional wilayah Indonesia)- Bimbingan teknis pengendalian vektor terpadu ke daerah- Monitoring dan evaluasi pengendalian vektor terpadu
5. Revitalisasi dan peningkatan kuantitas serta kapasitas tenaga entomologikesehatan (Entokes) di daerah (provinsi, kabupaten dan kota) dan UPT(BB/BTKLPP dan KKP), melalui pelatihan-pelatihan. Pada tahun 2019, Pusatmemfasilitasi peningkatan kuantitas serta kualitas SDM Entokes di daerah ..Upaya pusat dalam peningkatan kapasitas SDM dilakukan dengan caramelakukan pembinaan ke daerah dan pada saat pertemuan nasional baikdalam bentuk pelatihan ataupun koordinasi teknis.Upaya pusat dalam peningkatan kuantitas entokes didaerah, masih menjaditantangan besar bagi program mengingat adanya otonomi daerah, dirnanakewenangan terkait jabatan/SDM sepenuhnya dilimpahkan ke Daerah(dalam hal ini melalui BKD), namun pusat telah berupaya dengan caramelakukan sosialisasi dan advokasi ke Pemda/Pemko tentang peran danpentinqnya tenaga tersebut di daerah, dengan harapan akan dibukaformasi/ABK untuk jabatan entomologi di daerah sebagai salah satu jabatan •tenaga kesehatan.
6. Memberikan alokasi dana ke daerah berupa Dana Dekon untuk rnenunianqkegiatan surveilans vektor di daerah .
f. Kendala/masalah yang dihadapiDalam proses pencapaian tersebut, terdapat beberapa kendala dan masalahyang ditemui baik dari segi penganggaran (adanya kebijakan efisiensi
34-
..
anggaran), sumber daya manusia (SDM), sarana prasarana (Iogistik) sertasistem/mekanisme yang berjalan.1. Sumber daya manusia (SDM)
Dalam rangka pengendalian vektor yang terarah dan tepat sasaran perludidukung oleh tenaga entomolog kesehatan yang kompeten di tingkatRumah Sakit, Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi danKementerian Kesehatan. Tenaga entomolog kesehatan mempunyaikompetensi melakukan survei vektor, memahami dan mengembangkanpenggunaan bahan dan peralatan pengendalian vektor, melaksanakanpengendalian vektor, melakukan anal isis faktor risiko terhadap peningkatankepadatan vektor dan kasus penyakit, merancang dan mengembangkanmetode serta membuat perencanaan pengendalian vektor.Selama ini pemenuhan tenaga entomolog kesehatan (entokes) sangatterbatas. Hal ini terlihat dari jumlah tenaga/SDM entokes secara nasionalmasih sangat kurang. Jumlah SDM entokes di daerah (dinkes provinsi dandinkes kab/kota) secara nasional hanya ada 111 orang dari estimasikebutuhan yang seharusnya berjumlah minimal 11.384 tenaga entokes, danPusat baik di Ditjen P2P dan UPT-nya (KKP dan BTKL) hanya ada sebanyak48 orang dari estimasi kebutuhan yang seharusnya berjumlah minimal 265tenaga entokes.
2. PenganggaranPada tahun 2019, Dit. P2PTVZ telah menganggarkan kegiatan yangmendukung pencapaian indikator kab/kota yang melakukan PVT di tingkatPusat (Subdit Vektor dan BPP), UPT (KKP dan BTKL) maupun daerah (danadekon di Provinsi) yang dialokasikan sesuai kebutuhan dan besaranmasalah. Namun, kebijakan penganggaran untuk kegiatan yang mendukungkinerja dan tujuan program yaitu pengendalian vektor secara terpadu dikab/kota melalui APBD masih belum optimal/belum menjadi prioritas bahkanbanyak daerah yang belum menganggarakan untuk keqiatan ' yangmendukung pencapaian target tersebut.
3. Sarana Prasarana/LogistikSarana dan prasarana terkait vektor merupakan salah satu sumber dayayang mendukung upaya surveilans serta pengendalian vektor. DirektoratP2PTVZ telah melakukan pengadaan sarana prasarana berupa alatsurveilans vektor serta alat pengendalian vektornya dan mendistribusikannya ke UPT serta daerah. Hal ini dilakukan secara berkesinambunganmengingat adanya keterbatasan anggaran.
4. Mekanisme/SistemSelain faktor-faktor utama tersebut diatas (Penganggaran, sarana prasaranaserta SDM), yang menjadi tantangan program dalam mencapai indikatorkab/kota yang melakukan PVT adalah :- Intervensi/pengendalian vektor dengan cara kimia dengan penggunaan
insektisida masih menjadi prioritas di beberapa daerah.- Partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam pengendalian vektor secara
terpadu yang masih rendah serta dukungan dari LS terkait masih kurangoptimal. Pengetahuan dan pengalaman empiris menunjukkan bahwapengendalian vektor yang paling tepat adalah denganpartisipasi/keterlibatan serta kesadaran masyarakat yang tinggi dan
35"
hampir setiap masalah kesehatan bersifat multifaktorial sehinggamemerlukan keterlibatan dan dukungan multidisiplin dan multi sektor.Oleh karena itu pola kemitraan dan jejaring kerja sama sangat dibutuhkan
- Semakin meningkatnya resistensi vektor terhadap insektisida karenapenggunaan insektisida yang tidak tepat. Hal ini disebabkan kerenapenggunaan insektisida serta alat pengendalian vektor belum sesuaidengan standar pengendalian vektor.
- Pengembangan Web Silantor mulai tahun 2019 untuk mendukungmekanisme penginformasian/sistem informasi dan manajemen datapengendalian vektor terpadu. Hal ini disebabkan karena keterbatasanSDM entokes dan anggaran daerah untuk melakukan kegiatan yangmendukung program pengendalian vektor secara terpadu.
g. Pemecahan MasalahStrategi yang dapat dilaksanakan untuk memecahkan kendala/masalah dalarnpelaksanaan pengendalian vektor terpadu (PVT) adalah• Peningkatan advokasi dan sosialisasi LS/LP secara berkesinambungan
tentang urgensi PVT.• Peningkatan keterpaduan/integrasi program serta mekanisme
penginformasian laporan/data, melalui Web Silantor.• Peningkatan profesionalisme SDM serta kuantitas dan kualitas SDM dalam
hal ini tenaga Entokes• Peningkatan dukungan peraturan/regulasi dalam pengendalian vektor
5. Persentase Kabupaten/Kota dengan IR :S 49/100.000 pendudukDemam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yangdisebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 - 7 hari disertai dengarimanifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia). Adanyahemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ,asites, efusi pleura, hipoalbuminemia) dapat disertai gejala - gejala tidak khasseperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bolamata.Di Indonesia kasus DBD berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakinmeningkat angka kesakitannya dan sebaran wilayah yang terjangkit semakin luas.Cara yang dapat dilakukan saat ini dengan menghindari atau mencegah gigitannyamuk penular DBD. Oleh karena itu upaya pengendalian DBD yang pentingpada saat ini adalah melalui upaya pengendalian nyamuk penular dan upayamembatasi kematian akibat DBD. Atas dasar itu maka upaya pengendalian DBDmemerlukan kerjasama dengan program dan sektor terkait serta peran sertamasyarakat. Hal tersebut bertujuan agar dapat meningkatkan persentasekabupaten/kota yang mencapai angka kesakitan DBD kurang dari atau samadengan 49 per 100.000 penduduk, menurunkan angka kematian akibat DBDmenjadi kurang dari 1% dan membatasi penularan DBD dengan mengendalikan •populasi vektor sehingga angka bebas jentik (ABJ) diatas atau sama dengan 95%.
LAr<lP P2PTVZ 20'" Ia. Definisi Operasional
Persentase kab/kota dengan angka yang menunjukan kasus/kejadian penyakitdalam suatu populasi pada waktu tertentu s 49/100.000.
b. Rumus/Cara perhitunganJumlah Kabupaten/Kota dengan IR DBD s 49/100.000 penduduk dibagi jumlahtotal kabupaten 1 kota pada tahun yang sama.
c. Capaian indikator1. Target dan Realisasi
Capaian Indikator Persentase kabupaten 1 kota dengan IR s 49/100.000
penduduk sebesar 63,81% atau realisasi capaian sebesar 93,83% (data pertanggal 24 Januari 2019). Jika dibandingkan dengan target tahun 2019sebesar 68% maka bisa disimpulkan bahwa indikator ini tidak tercapai.
Grafik 14 - Target dan Realisasi Indikator Tahun 2019
t
I68
67
66
65
64
63
62
61
TarBet capaian
Jika dilihat dari grafik diatas dari target selama tahun 2015 - 2019, realisasikinerja untuk persentase kabupaten 1 kota dengan IR s 49/100.000 penduduk
Target dan Capaian Indikator Persentase Kab/KotaYang Mencapai IR < 49/100.000 penduduk
90
8070
60SO40
30
20
l100
2015 2016 2017 201S 2019
• Target • Capaian
--------------------------
37
LAr<lP P2PiVZ 20'" Iyang tidak tercapai sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 2016 dan tahun 2019dimana pada tahun tersebut terjadi KLB OBO lebih banyak dari biasanya.
Grafik 16 - Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Tahun 2015 - 2019
140
120
100
80
60
40
20
0
2015 2016 2017 2018 2019
_ RealisaslKlnerja - (apaian kinerja
Oari grafik diatas dapat dilihat bahwa capaian indikator kinerja pernah mengalamimencapai angka lebih dari 100% atau melebihi dari target yang ditentukan.Capaian Kinerja diatas 100% terjadi pada tahun 2015, 2017 dan 2018.
Grafik 17 - Realisasi Kinerja dan Capaian Kinerja Tahun 2015 - 2019
W18"1!6'IIIRealiSes,;3M3 '"'!.16 kabll<gta! •
W!6"~RtaIWasl =53.31 '"'(Z74I<ab11<ota)• • RooIIw<I. 6l.II!1j;
(1Z·~1
2. Analisis penyebab kegagalan atau penurunan kinerja serta alternative solusiyang telah dilakukan:a. Analisis Penyebab Kegagalan atau penurunan kinerja:
• Perubahan iklim, pemanasan global dan musim penghujanberkepanjangan sehingga menyebabkan potensi kenaikan kasus OBO.
• Belum optimalnya dukungan pemerintah daerah dalam pengendalianOBO.
• Perluasan wilayah kabupaten/koat endemis OBO.• Sulitnya pembudayaan PSN 3M Plus pada masyarakat karena
kurangnya dukungan pemerintah daerah.• Perilaku masyarakat untuk hidup sehat belum menjadi budaya.
2011",64,",R_a:s."Sl.52'"'(419Iu1b1kcu)
wt; ~6OlIIReallU$': 66.93 'HI1344 k""otaJ
38
b. Alternatif solusi yang telah dilakukan:
• Peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan PSN 3M Plusdengan Gerakan 1 rumah 1 jumantik, Pada tahun 2019 tercatat hanya.123 kab/kota atau 23,93 % dari 24 provinsi yang sudah melaporkansecara resmi melalui SK Jumantik baik yang dikeluarkan oleh KepalaDinas Kesehatan atau oleh Kepala Daerah.
• Pemanfaatan tekhnologi tepat guna yang aplikatif di masyarakat(Ovitrap) untuk mengurangi populasi nyamuk dewasa.
• Peningkatan kualitas dan kemampuan penemuan kasus di masyarakat(Surveilans Berbasis Masyarakat).
• Peningkatan kemampuan dan sarana prasarana dalampenatalaksanaan kasus di FKTP (Fasilitas Kesehatan TingkatPertama)
• Peningkatan kerjasama lintas sektor dan Iintas program khususnyadengan Kemendagri, PUPERA, Kemendiknas, Kemenag.
• Mengeluarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan NomorPV.02.01/Menkes/538/2019 tanggal 30 September 2019 ditujukankepada Gubernur di Seluruh Indonesia tentang KesiapsiagaanPeningkatan Kasus DBD.
• Mengeluarkan Surat Edaran Direktur Jenderal NomorHK.02.02/IV/3018/2019 tanggal 9 Desember yang ditujukan KepalaDinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas KesehatanKabupaten/Kota di Seluruh Indonesia tentang KesiapsiagaanPeningkatan Kasus DBD.
d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator1. Pertemuan Finalisasi Permenkes Pengendalian Demam Berdarah Dengue'
dengan mengundang Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kab/Kotadan Tim Ahli
2. Fasilitasi Terkait NSPK arbovirosis di Indonesia3. Pelaksanaan pengadaan alaUbahan pencegahan dan pengendalian
arbovirosis.4. Pelaksanaan pengadaan Media Promosi.5. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan surveilans Arbovirosis. :6. Pendampingan Investigasi Peningkatan Kasus dan SKD/KLB/Penyakit
Arbovirosis lainnya.7. Gerakan masyarakat dalam rangka advokasi dan sosialisasi arbovirosis
terpadu.8. Koordinasi teknis LS/LP Arbovirosis.9. Orientasi Program DBD/Arbovirosis lainnya.10.Bimbingan Teknis Arbovirosis.
e '
e. Kendala/Masalah yang dihadapi
LAr\!P P2PTv'Z. 20'" I• Belum semua provinsi memiliki kabupaten/kota yang melaksanakan keqiatars
Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Berdasarkan laporan yang ada, pada tahun2019 tercatat 123 kab/kota atau 23,93 % dari 24 provinsi.Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam manajemenpenatalaksanaan kasus DBD belum dilaksanakan diseluruh kabupaten/kota.
• Kebutuhan logistik untuk pengendalian DBD yang dapat dipenuhi olehanggaran yang bersumber dari pusat belum mencukupikebutuhan/permintaan semua kabupaten/kota.
• Ketepatan pengiriman laporan DBD dari provinsi masih dibawah 80 %. Secaranasional baru mencapai 45,59 %.
f. Pemecahan Masalah• Peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan Gerakan 1 Rumah 11
Jumantik diharapkan dapat berjalan secara optimal di seluruh kabupaten/kota.• Pelatihan I on the job training I sosialisasi tentang pengendalian DBD dapat
dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusiadalam manajemen penatalaksanaan kasus DBD.
• Mengoptimalkan dana DAK untuk pemenuhan kebutuhan logistik yangmendukung pengendalian DBD.
• Montoring dan pembinaan kepada dinas kesehatan provinsi dalam manjemanprogram.
6. Persentase Kabupaten/Kota yang Eliminasi Rabiesa. Definisi operasional
Eliminasi rabies adalah menghilangkan kasus rabies (Lyssa) di suatu daerah(kabupaten/kota), dimana kasus lyssa kurang dari 1 (satu) selama 2 (dua)tahun berturut-turut.
b. Rumus I.cara perhitunganJumlah kabupaten/kota yang kasus Iyssanya kurang dari 1
selama 2 tahun berturut-turutx 100%
Jumlah total kab/kota yang mempunyai kasus lyssapada tahun yang sama
c. Capaian indikator• Tahun 2019 didapatkan sebanyak 197 kabupaten/kota yang eliminasi rabies
atau memiliki kasus lyssa kurang dari 1 selama 2 tahun berturut-turut ataudengan persentase sebesar 74,6%. Sementara target capaian tahun 2019yaitu sebanyak 225 kabupaten/kota atau 85% kabupaten kota yang eliminasirabies. Sehingga capaian kinerja indikator tahun 2019 terhadap targetsebesar 87,76%
• Pada tahun 2015 - 2018 capaian indikator kabupaten/kota eliminasi rabiesselalu mencapai target yang ditetapkan
4-0
• Meskipun jumlah kabupaten/kota eliminasi rabies bertambah dari tahun 2018ke tahun 2019, namun target yang telah ditetapkan tidak tercapai.
Grafik 18 - Persentase Kab/Kota yang eliminasi rabies100%
90% 85% 87.76%
8C1'10 74.60%
70%
6C1'10
5C1'10
4C1'10
3C1'10
2C1'10
10%
0%
Target Capaian Kinerja
Grafik 19 - Perbandingantarget dan capaian terhadap jumlah Kabupaten/Kotayang eliminasiRabies tahun 2015 - 2019
9C1'/o
80%
70%
60%
5C1'/o
40% 25% 26%
30%
2C1'10
10%
0%2015
55% 55%
40% 40%
2016 2017
• Target • Capaian
70% 70.50%
2018
85%
2019
Grafik 20 - Perbandingantarget dan capaian terhadap Jumlah Kabupaten/kctayang eliminasirabies tahun 2015 - 2019
250
200 185 186
145 145150
106 106
100
II66 69
50 II0
2015 2016 2017 2018
• Target • Capaian
225
2019
d. Analisis penyebab keberhasilan
• Koordinasi dan kolaborasi multisektoral dari tingkat petugas di lapangansampai tingkat pemangku kebijakan masih kurang.
• Rabies center yang ada belum berfungsi secara optimal• Jarak Puskesmas/ rabies Center jauh dari masyarakat yang membutuhkan.
• Belum semua pihak berkomitmen terhadap Pengendalian Rabies ••• Masih kurangnya pengetahuan masyarakat sehingga belum semua
masyarakat melaporkan GHPR ke Puskesmas dan datang ketika gejalasudah muncul (terlambat untuk mendapatkan VAR dan/atau SAR).
• Cakupan VAR hewan kurang sehingga kasus GHPR tetap tinggi.
e. Upaya yang dilaksanakan mencapai target indikator
• Melakukan bimbingan teknis dan supervisi pengendalian penyakit zoonosiske wilayah endemis rabies
• Melakukan advokasi pencegahan dan pengendalian zoonosis
• Menyusun Permenkes Pengendalian Rabies• Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor pengendalian rabies
di wilayah endemis tinggi
• Melakukan ToT pengendalian rabies dengan pendekatan One Health.
• Melakukan sosialisasi pengendalian rabies bagi anak sekolah• Perayaan Hari Rabies Sedunia di Nusa Tenggara Barat• Membuat media KIE sebagai alat promo kesehatan untuk meningkatkan
kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman rabies• Pengadaan VAR dan SAR untuk pencegahan dan pengendalian rabies
• Melakukan assessment, monitoring evaluasi Rabies Center• Melakukan review roadmap pengendalian rabies
f. Kendala/masalah yang dihadapi• Kondisi alam di Indonesia yang masih banyak wilayah pegumlngan
menyulitkan pengendalian rabies pada hewan penular rabies ..
• Keterbatasan sumber daya dalam pengendalian rabies di tingkat kabupatenkota, salah satunya tenaga kesehatan hewan yang masih belum merataketersediaannya
• Keberadaan rabies center yang masih belum optimal• Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mejadi pemilik hewan yang
bertanggungjawab
g. Pemecahan Masalah• Penguatan koordinasi multisektoral dalam pengendalian rabies dan adanya
komitmen yang kuat dari setiap pihak dalam upaya penceqahan: danpengendalian rabies.
• Mengoptimalkan rabies center yang ada dan menambah jumlah rabiescenter sesuai petunjuk teknis yang ada
• Penyebaran media KIE dengan mendistribusikan ke provinsi pada saatmelakukan bimbingan teknis dan supervisi, maupun advokasi
• Pemanfaatan dana desa untuk optimalisasi pengendalian rabies di tingkatdesa
B. REALISASI ANGGARAN
1. Realisasi per masing - masing indikator
Berdasarkan indikator kinerja di Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tular Vektor dan Zoonotik, berikut disajikan realisasi anggarannya.
Tabel 9 - Indikator Kinerja bersanding Pagu Anggaran dan Realisasi
1. Jumlah Kabupaterr/Kota dengan API<1/1.000penduduk
dengan IRDBD<
10.538.437.000 9.994.803.400 94,84
12.030.508.000 11.680.097.809 97,09
12.966.602.000 11.697.971.150 90,22
6.917.332.000 6.635.052.450 95,92
6.793.948.000 6.571.450.602 96,73
2. Jumlah Kabupaten/Kota endemis yangmelakukan pemberian obat massal pencegahan(POMP)Filariasis
3. Jumlah Kabupaten/Kota endemis Filariaberhasil menurunkan angka mikrofilaria< 1%
4. Persentase Kabupaten/Kota yang melakukanpengendalian vektor terpadu
6. Persentase Kabupaten/Kota yang eliminasiRabies
Pada tahun 2019, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor,dan Zoonotik telah melakukan Revisi Anggaran sebanyak 4 kali.
Pada awal diterima, pagu Anggaran sebesar Rp. 68.343.875.000,-, kemudian
dilakukan Revisi ke-2 pada tanggal 6 Mei 2019 menjadi sebesar Rp'
73.806.177.000,-, kemudian dilakukan Revisi ke-3 pada tanggal September ~019
dimana pagu anggaran tetap sama namun dilakukan buka blokir, kemudian Revisi
ke-4 pada tanggal4 Desember 2019 dengan pagu sebesar Rp 136.714.698.000,-
2. Realisasi per layanan output
Berikut disajikan Realisasi per layanan output berdasarkan DIPA terakhir tahua
2019.
tAr<lP PZPivz 'Z()'" Iran tahun 2019 Direktorat P2PTVZ per layanan output
1 .-tt'Z.:_!l'll:1 (lUI
4ts:;,! .VO:J 00:) 41:.1.1~:1/(I(J 'a/'SoKJ
1W,!)fi4 '(KKJ U.(J....1~ 101 ~!1~
~ dnkurnvn 1 :J 1(1 l:..ov nu, 1 l\tl_Vl~..!I(J(J ".....z l1jl UQltIU , ~Wl -"l(K) U(IO 1~rV.lti!J()U V.,,~
~J n"""IH , I(JO.! tiO::J (J(XJ I (J"'-:tlU:1~(JO \1\1 :'L!
ti~ tH'lloIl-S-1 "'tIM tHKI (1(10 "'tI.:11:1(I(J(1 ,1\, ,~
::1~ "",,,,~Uo .ef..oHM_,"~J(J(KI .ef 11;.lVU.04 1~1 \I.ef(18!
1(I JiHrUli j "!Il(I..(JA:.1 (I(}(I :1~Oj.:1.!'tTtI'!'I(J "......l'oHl'"lo:*~"lII{,'ld""l #·_II::I ..... I'i:blJI_.... ,
l:i:~n:.:. 1..tf~_.(O:I(I(KI l.'-1;t:1 ....~/(IO:Jl "\1 .:n
I:.! IMn~ :1~:1'~I(IO:I ::1 .. /"!I_tf~~_~.(I(J SI.etA'
.. ;: lV 1.M...,..,.... ", .tf::1 ..'i,l"fl i'CJoI! (IOU .:KJ_'14A,,M-";;1.\,1{IO ,,;, I'!I
...1 t..y...,UaU'1 ~.oH''ioj_iHtr .. (I(XJ !'Iifi';:~;':;;.!(I.:1.$1(J(1 '*''iJ(!il
:t~ l..o:tY"'''ilUl :l':t(I:~::1W(I(XI Zi: .Ooft""" 11'i.t"" _'!)(J(J .... U
:.lL...;t,,.,,,'W:I ;,un ~(J(J(I<J(J 2/t1es"';':'(I(JO '''' 11
1;,t!) L.Hy.. ".ul , IA,(J_.;:tet ooo 1/:1'VtI~:1.!'1(I(J """"
" .., LwYN'IHU ;l'\l'~:,nU()otX:1 4l/~,"'ilA/l0(J \l4I~ •
d;,rII'''IU ..:Jtbct_''nl"'''~J4k''41'""'·(N' ...." :..l\l.,....;f~(J(XJ Qt '~f'f"~F 1(1(J ..,.. ""
.. ;.!ti L.ioIytUllHI :'!\I"':iH,"""UO;I :1"(1 :.1\11 (J()(} \t4~
:il~ LNy ...n~HI :1ti~OM<J(.J(J :1"t\~tI(J!\(J(J"J \f"'1'(1
, i...bI~'W.r1 ~ I~ ItkJ ()(Xl ~!H't:1?jtBJ(J(J Y;ltlit
:.!4.!I1...M,...arWI.'I :z.!.~.tttt'J,l~(I(J(I ;.!1 tti'~V(I't~(I'" ....~(to'
l:;.!o:f i...oIty.alewzi I(J.~:1o."'I4:1/ (10(1 V5t'it-4l1(J;i,.(!(I(.I ..,~,...."
)tt1'1~1."1·!N:-';f·-t<.t
u ...a l"'rp;.f_ldaIIIl~!." ,I ii:.aill~. d".-. I U ....t: ....~1 W.=t~XJ(loa 'ioI(I.:1'V~~('(1 .... (.1 ,"WI
-:1(1 !.M·,'M~wn 't.I.oCjl ..:t~J<I<XJ "':;Z-4.<!I('O_(.Ia;:ICJ ".. ,...
:1"'1 ..... ,'"U:lWll 1(1,,«.1 ~ /t'1 (Ia) 10 fStI.cr"(.I!'l-i{IV ""/'(rot
.. ..........wu d.ul!:SJZUrll •• t,I!'toll i.My ...,\wI-f1 I 1:1et .v;'l:'J (I(X_I t'I.!t..qjt1',/1'!10 ~... ~
K:>HUi'''WlI iLI.1 !''''''..Ittlttiill.w" -'.i'ttkkH'!'t-H i..Wv...rwn I I:-r.. SI;,l:1 (UX) M!:t4t'i 1 11 l!lO ~--4..Hi.!
q l" .. II""t...... t ".. rrv~"'1 g_ • "u1ldl.l
" HI t...w\,"'_~1 1 :'lUi' I tXI OUJ 1.I a.04 U'51O.!'t(JO ,1(1
f'f\...Uy~rWfl ti:M l(Kl(JOCJ H;.!'l !'t:1U(JOU
:.t t.....V"'bUI tt/;1 tUX) (JUI ~tf:..!!:ttl()!:t'(I(I
'<I !'l.t.,,*,lW tJ..,•• 'N~oI!Wrbl .nj.... wl 1 i.M.....:t.UI ;1:-1et t.,O:J (J(I\I ;l.M\ftJ11,~(1(1
'"
LAJ<lP P2PTVZ'20'" I3. Efisiensi Penggunaan Sumber Oaya
a. Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan PengendalianArbovirosis- PAKi = Rp. 482.900.000,-- RAKi = Rp. 472.753.700,-- Cki = 100 % (1)
Sehingga Efisiensi :E = (482.900.000 X 1) - 472.753.700) x 100%
( 482.900.000 X 1 )E = 2,10%
Efisiensi Sumber Oaya dari output Norma/standar/prosedur/kriteria (NSPK)pencegahan dan pengendalian Arbovirosis terjadi sebanyak 2,10%. Artinyapenghematan biaya untuk kegiatan output tersebut dapat dihemat 2,10% atausekitar Rp. 10.140.900,- dari pagu anggaran yang disediakan.
b. Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan PengendalianZoonosis
PAKi = 199.564.000RAKi = 190.415.101Cki = 100% (1)
Sehingga Efisiensi :E = (199.564.000 x 1) - (190.415.101) x 100%
(199.564.000 x 1)E = 4,58%
Efisiensi Sumber Oaya dari output Norma/standar/prosedur/kriteria (NSPK)pencegahan dan pengendalian Zoonosis terjadi sebanyak 4,58 %. Artinyapenghematan biaya untuk kegiatan output tersebut dapat dihemat 4,58 % atausekitar Rp. 9.148.899,- dari pagu anggaran yang disediakan.Anggaran yang tidak digunakan disebabkan karena pertemuan dilakukandalam kota dan dalam kantor sehingga menghemat biaya transportasi.
c. Norma/Standar/Prosedur/Kriteria (NSPK) Pencegahan dan PengendalianVektor dan Binatang Pembawa Penyakit
PAKi = Rp 1.210.129.000,-RAKi = Rp 1.191.915.500,-Cki = 100% (1)
Sehingga Efisiensi :E = (1.210.129.000,- x 1) - (1.191.915.500) x 100%
(1.210.129.000 x 1)E=1,51%
Efisiensi Sumber Oaya dari output Norma/standar/prosedur/kriteria (NSPK)pencegahan dan pengendalian Vektor dan Blnatang Pembawa Penyakitsebanyak 1,51%.
Artinya penghematan biaya untuk kegiatan output tersebut dapat dihemat 1,51% atau sekitar Rp. 18.272.948,- dari pagu anggaran yang disediakan.
d. Sumber Oaya Manusia Pencegahan dan Pengendalian ZoonosisPAKi = 1.102.600.000RAKi = 1.095.103.500Cki =100%(1)
Sehingga Efisiensi :E = (1.102.600.000 x 1) - (1.095.103.500) x 100%
(1.102.600.000 x 1)E = 0,68%
Efisiensi Sumber Oaya dari output Sumber daya manusia pencegahan danpengendalian zoonosis diperoleh angka sebesar 0,68 %. Artinya penghematanbiaya untuk kegiatan output tersebut dapat dihemat 0,68 % atau sekitar Rp.7.496.500,- dari pagu anggaran yang disediakan.Anggaran yang tidak digunakan adalah dari biaya transportasi dari pesertaundangan yang tidak hadir pada ToT dan penggabungan waktu kegiatanpersiapan dan pelaksanaan sosialisasi pengendalian rabies pada anak sekolah.
e. Sumber Oaya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BinatangPembawa Penyakit- PAKi = Rp 488.600.000,-- RAKi = Rp 484.313.000,-- Cki = 100% (1)
Sehingga Efisiensi :E = (488.600.000,- x 1) - (484.313.000,-) x 100%
(488.600.000,- x 1)E = 0,88%
Efisiensi Sumber Oaya dari output Sumber Oaya Manusia Pencegahan danPengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit sebanyak 0,88%.Artinya penghematan biaya untuk kegiatan output tersebut dapat dihemat 0,88% atau sekitar Rp. 4.299.680,- dari pagu anggaran yang disediakan.
f. Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Arbovirosis- PAKi = Rp. 3.510.040.000,-- RAKi = Rp. 3.403.351.650,-- Cki = 100 % (1 )
Sehingga Efisiensi :E = (3.510.040.000 X 1) - (3.403.351.650) x 100%
( 3.510.040.000 X 1 )E = 3,03 %
Efisiensi Sumber Oaya dalam hal Sarana prasarana pencegahan danpengendalian arbovirosis, terjadi efiesiensi sebesar 3,03 %. Sehingga dalampemenuhan sarana dan prasarana arbovirosis, anggaran yang dapat dihemat
4-6
untuk mendukung indikator program sebesar Rp. 106.688.350,- dari pagu
anggaran yang disediakan.
g. Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis
PAKi = Rp 1.846.700.000,-
RAKi = Rp 1.833.927.001,-Cki = 100% (1)
Sehingga efisiensi :E = (1.846.700.000,- x 1) - (1.833.927.001.-) x 100%
(1.846.700.000,- x 1)E = 0,69%
Efisiensi Sumber Oaya dari output Sarana prasarna pencegahan danpengendalian zoonosis diperoleh angka sebesar 0,69 %. Artinya penghematanbiaya untuk kegiatan output tersebut dapat dihemat 0,69 % atau sekitar Rp.12.772.999,- dari pagu anggaran yang disediakan.Anggaran yang tidak digunakan karena diperolah vaksin dan ROT denganharga yang lebih murah.
h. Sarana Prasarana Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan BinatangPembawa Penyakit
PAKi = Rp 3.531.950.000,RAKi = Rp 3.403.351.650,-Cki = 100% (1)
Sehingga efisiensi :E = (3.531.950.000.- x 1) - (3.403.351.650.-) x 100%
(3.531.950.000,- x 1)
..,
E = 3,64%
Efisiensi Sumber Oaya dari output Sarana Pencegahan dan PengendalianVektor dan Binatang Pembawa Penyakit sebanyak 3,64%. .Artinya penghematan biaya untuk kegiatan output tersebut dapat dihemat3,64% atau sekitar Rp. 128.562.980,- dari pagu anggaran yang disediakan.
i. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Malaria Pusat- PAKi = Rp. 56.819.669.000,-- RAKi = Rp. 56.262.203.900,-- Cki = 100% (1)
Sehingga Efisiensi:E = (56.819.669.000,- x 1) - (56.262.203.900,-) x 100%
(56.819.669.000,- x 1)E = 0,98 %
Efisiensi Sumber Oaya dari output Layanan Pencegahan dan PengendalianPenyakit Malaria Pusat terdapat sebesar 0,98%.
4:7
j. Sarana dan Prasarana Pencegahan dan Pengendalian MalariaPAKi : Rp. 25.035.399.000,-RAKi : Rp. 22.064.894.500,-Cki : 100% (1)
Sehingga Efisiensi:E = (25.035.399.000,- x 1) -( 22.064.894.500,-) x 100%
(25.035.399.000,- x 1)E = 11,86 %
Efisiensi Sumber Oaya dari output Sarana dan Prasarana Pencegahan danPengendalian Malaria terdapat sebesar 11,86%.
k. Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pencegahan dan PengendalianMalaria
PAKi- RAKi- Cki
= Rp. 281.200.000,= Rp. 278.692.000,= 100% (1)
Sehingga Efisiensi:E = (281.200.000,- x 1) - (278.692.000,-) x 100%
(281.200.000,- x 1)E = 0,89%
Efisiensi Sumber Oaya dari output Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK)Pencegahan dan Pengendalian Malaria terdapat sebesar 0,89%.
I. Sumber Oaya Manusia Pencegahan dan Pengendalian MalariaPAKi: Rp. 1.740.436.000,-RAKi: Rp. 1.739.053.500,-Cki : 100% (1)
Sehingga Efisiensi:E= (1.740.436.000,-x1)-(1.739.053.500,-) x100%
(1.740.436.000,- x 1)E = 0,08%
Efisiensi Sumber Oaya dari output Sumber Oaya Manusia Pencegahan danPengendalian Malaria terdapat sebesar 0,08%.
m. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Arbovirosis Pusat- PAKi = Rp. 2.924.392.000,-- RAKi = Rp. 2.758.947.100,-- Cki = 100 % (1 )
Sehingga Efisiensi :E = (2.924.392.000 X 1) - (2.758.947.100) x 100%
( 2.924.392.000 X 1 )E = 5,66%
4-8
LAf\!P P2PiVz "le'" IOutput Layanan pencegahan dan pengendalian penyakit arbovirosis untukmendukung kegiatan program DBD dan mencapai indikator DBD, dapat diefisiensi sebesar 5,66 % atau sebesar Rp. 165.444.900,- dari pagu anggaranyang disediakan. Efisiensi ini terjadi dari penghematan biaya perjalanan dinasdari biaya hotel dan transport.
n. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Zoonosis Pusat- PAKi = Rp. 3.645.084.000,-- RAKi = Rp. 3.452.005.000,-- Cki = 100% (1)
Sehingga Efisiensi:E = (3.645.084.000.- x 1) - (3.452.005.000.-) x 100%
(3.645.084.000,- x 1)E = 5,3%
Efisiensi Sumber Daya dari output Layanan pencegahan dan penqendaflanpenyakit zoonosis pusat diperoleh angka sebesar 5,3 %. Artinya penghematanbiaya untuk kegiatan output tersebut dapat dihemat 5,3 % atau sekitar Rp.9.148.899,- dari pagu anggaran yang disediakan. Anggaran yang tidakdigunakan karena pertemuan melibatkan lebih banyak peserta dalam kota,narsum, ATK dan fotokopi yang digunakan optimal.
o. Layanan Pelaksanaan Pengendalian Pes Pusat- PAKi = Rp. 278.760.000,-- RAKi = Rp. 258.386.000,-- Cki = 100% (1)
'"
Sehingga Efisiensi:E = (278.760.000,- x 1) - (258.386.000,-) x 100%
(278.760.000,- x 1)E = 7,31%
Efisiensi Layanan Pelaksanaan Pengendalian Pes Pusat diperoleh angkasebesar 7,31 %. Artinya penghematan biaya untuk kegiatan output tersebutdapat dihemat 7,31 % atau sekitar Rp. 20.374.000,- dari pagu anggaran yangdisediakan. Anggaran yang lokasi pelaksanaan diubah dari DIY menjadi JawaBarat.
p. Pelaksanaan Evaluasi Pasca POPM Filariasis Pusat- PAKi = Rp. 10.538.437.000,-.- RAKi = Rp. 9.994.803.400,-- Cki = 100 % (1 )
Sehingga efisiensi :E = (10.538.437.000,x 1) - (9.994.803.400) x 100%
(10.538.437.000 x 1)E= 5,16%
LAf(lf P2f'1VZ 20'" IJumlah pagu anggaran APBN dan Hibah WHO adalah sebesar,Rp.10.538.437.000,-. Anggaran tersebut telah terealisasi sebesarRp.9.994.803.400,- atau sebesar 94,84%. Sedangkan Volume Output adalahsebanyak 126 layanan berhasil terealisasi sebanyak 126 layanan (100%).Pada output pelaksanaan evaluasi pasca POPM Filariasis pusat, berhasilmelaksanakan efisiensi sebesar 5,16%.Anggaran yang ada telah dioptimalkan sehingga capaian realisasi outputadalah sebesar 100%. Sisa anggaran berasal dari sisa transportasi kegiatansurvei yang dilaksanakan pada akhir tahun karena menunggu selesainyapengadaan alat dan bahan survei.
q. Norma/Standar/Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pencegahan dan PengendalianFilariasis dan Kecacingan- PAKi = Rp. 99.370.000,-.- RAKi = Rp. 90.392.500,-- Cki = 100 % (1 )
Sehingga efisiensi:E = (99.370.000,x 1) - (90.392.500) x 100%
(99.370.000 x 1)E = 9,03%
Jumlah pagu anggaran APBN adalah sebesar Rp.99.370.000,-. Anggarantersebut telah terealisasi sebesar Rp.90.392.500,- atau sebesar 94,84%.Sedangkan Volume Output adalah sebanyak 1 layanan berhasil terealisasisebanyak 1 layanan (100%).Pada Output Norma/Standarl Prosedur/Ketentuan (NSPK) Pencegahan danPengendalian Filariasis dan Kecacingan, berhasil melaksanakan efisiensisebesar 9,03%. Anggaran yang ada telah dioptimalkan sehingga capaianrealisasi output adalah sebesar 100%. Sisa anggaran berasal dari slsatransportasi dan penginapan peserta daerah.
r. Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Filariasis danKecacingan- PAKi = Rp. 941.960.000,-.- RAKi = Rp. 924.800.000,-- Cki = 100 % (1 )
Sehingga efisiensi :E = (941.960.000,x 1) - (924.800.000) x 100%
(941.960.000 x 1)E = 1,79%
Jumlah pagu anggaran APBN adalah sebesar Rp.941.960.000,-. Anggarantersebut telah terealisasi sebesar Rp.924.800.000,- atau sebesar 96,19%.Sedangkan Volume Output adalah sebanyak 60 layanan berhasil terealisasisebanyak 60 layanan (100%).Pada Output Sumber Daya Manusia Pencegahan dan Pengendalian Filariasisdan Kecacingan, berhasil melaksanakan efisiensi sebesar 1,79%. Anggaran
L,Af(lf P2PTVZ 2()'" Iyang ada telah dioptimalkan sehingga capaian realisasi output adalah sebesar100%.
s. Pelaksanaan Penyediaan Sarana dan Prasarana Pencegahan danPengendalian Filariasis dan Kecacingan
PAKi = Rp. 10.989.278.000,-.RAKi = Rp. 10.664.905.309,-Cki = 100 % (1 )
Sehingga efisiensi :E = (10.989.278.000,x 1) - (10.664.905.309) x 100%
(10.989.278.000 x 1)E = 2,95%
Jumlah pagu anggaran APBN adalah sebesar Rp.10.989.278.000,-. Anggarantersebut telah terealisasi sebesar Rp.10.664.905.309,- atau sebesar 97,05%.Sedangkan Volume Output adalah sebanyak 34 layanan berhasil terealisasisebanyak 34 layanan (100%).Pada output Pelaksanaan Penyediaan Sarana dan Prasarana Pencegahan danPengendalian Filariasis dan Kecacingan, berhasil melaksanakan efisiensisebesar 2,95%. Anggaran yang ada telah dioptimalkan sehingga capaianrealisasi output adalah sebesar 100%.
t. Layanan Pencegahan dan Pengendalian Vektor dan Binatang PembawaPenyakit di Pusat
PAKi = Rp 7.735.923.000,RAKi = Rp 6.546.117.150,-Cki = 100% (1)
Sehingga efisiensi :E= (7.735.923.000,-x1)-(6.546.117.150,-) x100%
(7.735.923.000,- x 1)E = 15,38%
Efisiensi Sumber Daya dari output Layanan Pencegahan dan PengendalianVektor dan Binatang Pembawa Penyakit sebanyak 15,38%.Artinya penghematan biaya untuk kegiatan output tersebut dapat dihemat 15,38% atau sekitar Rp. 1.189.784.957,- dari pagu anggaran yang disediakan.
u. Pelaksanaan Penyediaan Sarana dan Prasarana Pencegahan danPengendalian Schistosomiasis
PAKi = Rp. 634.100.000,-.RAKi = Rp. 621.531.000,-Cki = 100 % (1 )
Sehingga efisiensi :E = (634.100.000,-x 1) - (621.531.000,-) x 100%
(634,100.000,- x 1)E = 1,9%
Jumlah pagu anggaran APBN dan Hibah WHO adalah sebesarRp.634.100 ..000,-. Anggaran tersebut telah terealisasi sebesarRp.621.530.000,- atau sebesar 98,02%. Sedangkan Volume Output adalahsebanyak 8 layanan berhasil terealisasi sebanyak 8 layanan (100%).Pada output Pelaksanaan Penyediaan Sarana dan Prasarana Pencegahan danPengendalian Schistosomiasis, berhasil melaksanakan efisiensi sebesar 1,9%.Anggaran yang ada telah dioptimalkan sehingga capaian realisasi outputadalah sebesar 100%.
V. Pengendalian Schistosomiasis dalam rangka Eradikasi di PusatPAKi = Rp. 673.600.000,-.RAKi = Rp. 562.560.500,-Cki = 100 % (1 )
Sehingga efisiensi :E = (673.600.000.- x 1) - (562.560.500.-) x 100%
(673.600.000,- x 1)E = 16,48%
Jumlah pagu anggaran APBN adalah sebesar Rp.673.600.000,-. Anggarantersebut telah terealisasi sebesar Rp. 562.560.500,- atau sebesar 95,74%.Sedangkan Volume Output adalah sebanyak 2 layanan berhasil terealisasisebanyak 2 layanan (100%).Pada output Pengendalian Schistosomiasis dalam Rangka Eradikasi di Pusat,berhasil melaksanakan efisiensi sebesar 16,48%. Anggaran yang ada telahdioptimalkan sehingga capaian realisasi output adalah sebesar 100%. Sisaanggaran berasal dari sisa transportasi, paket meeting dan peserta yang tidakhadir dalam pertemuan.
w. Layanan Sarana dan Prasarana Internal- PAKi = Rp. 338.000.000,-.- RAKi = Rp. 289.011.500,-- Cki = 100% (1)
Sehingga efisiensi :E = (338.000.000,- x 1) - (289.011.500,-) x 100%
(338.000.000,- x 1)E=0,15%
Jumlah pagu anggaran APBN adalah sebesar Rp. 338.000.000,-. Anggarantersebut telah terealisasi sebesar Rp. 289.011.500,- atau sebesar 85,51%.Sedangkan Volume Output adalah sebanyak 1 layanan berhasil terealisasisebanyak 1 layanan (100%).
x. LayananDukungan Manajemen Satker- PAKi = Rp. 1.666.707.000,-.- RAKi = Rp. 1.438.979.100,-
- Cki = 100% (1)
52
Sehingga efisiensi :E = (1.666.707.000.- x 1) - (1.438.979.100,-) x 100%
(1.666.707.000,- x 1)E = 0,14%
Jumlah pagu anggaran APBN adalah sebesar Rp. 1.666.707.000,-. Anggarantersebut telah terealisasi sebesar Rp. 1.438.979.100,- atau sebesar 86,34%.Sedangkan Volume Output adalah sebanyak 1 layanan berhasil terealisasisebanyak 1 layanan (100%). I"
4. Perbandingan Anggaran selama 5 tahun (2015 - 2019)Pagu Anggaran Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Peyakit Tular Vektordan Zoonotik sejak tahun 2015 hingga tahun 2019 dapat dilihat seperti tabel dibawah ini:
Tabel 11 - Pagu Anggaran dan Realisasi Direktorat P2PlVZ Tahun 2015 - 2019
TahunAnggaran
RealisasiPagu
2015
Rupiah
222.630.007.000r 192.708.917.313I%
86,5]
212.058.267.000I 184.489.880.652I
158.908.478.961
2019 136.714.698.000 130.094.686.411 95,16_I
Jika dilihat dari tabel Pagu Anggaran Direktorat Pencegahan dan PengendalianPenyakit Tular Vektor dan Zoonotik Tahun 2015 - 2019 di atas, anggaran tertinggiadalah di tahun 2016 yaitu sebesar Rp 342.634.325.000,- namun persentaserealisasinya hanya sebesar 74,13% atau dengan nominal sebesar Rp254.003.311.588,-.Selama 5 tahun anggaran yaitu dari tahun 2015 sampai tahun 2019, di tahun 2019merupakan tahun dimana anggaran terendah Direktorat P2PTVZ namun sekaligustahun dengan realisasi tertinggi selama 5 tahun.
Berikut disajikan grafik persentase realisasi Direktorat Pencegahan danPengendalian Penyakit TUlar Vektor dan Zoonotik selama tahun 2015 sarnpaidengan 2019.
LAr\1P P2PTVZ 291' IGrafik 21 - Grafik Perbandingan Persentase Realisasi Anggaran Direktorat P2PTVZ
Tahun 2015 - 2019
Grafik Perbandlngan Persentase Realisasi AnggaranDirektorat P2PTVZTahun 2015 - 2019
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2015 2016 2017
95,16
,L 73,74
2018 2019
Persentase Realisasi Anggaran tertinggi Direktorat Pencegahan dan PengendalianPenyakit Tular Vektor dan Zoonotik adalah pada tahun 2019, sebaliknya pada tahun2018 merupakan persentase realisasi anggaran terendah.
Berikut ditampilkan grafik perbandingan realisasi anggaran terhadap nilai kinerjaDirektorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik padatahun 2019:
Grafik 22 - Perbandingan Realisasi Anggaran terhadap Nilai Kinerjatahun 2019 ada Direktorat P2PTVZ
115 li---~---------~_"";--~-----'i
110 ~I!
110,52
105 1100 ~
I95 j
!90 J
II
85+1---------------------.--------------------4I
i Persentase Realisasi Anggaran Persentase Nilai KinerjaL _
95,16
Setelah membandingkan antara realisasi anggaran terhadap kinerja DirektoratPencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik tahun 2019,dibawah ini kami sajikan perbandingan antara realisasi anggaran terhadap nilaikinerja Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor danZoonotik dari tahun 2015 sampai dengan 2019:
--- - ----------------------------------------------------------------
LA~ P2PTvz '201' IGrafik 23 - Perbandingan antara Realisasi Anggaran terhadap nilai kinerja Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dari tahun 2015 - 2019
120
100
80
60
RealisasiAnggaran
40
Kinerja20
2015 2016 2018 20192017---------~---~~--~~~~~~~~~~~
~
I
Dari grafik Perbandingan antar Realisasi Anggaran terhadap nilai kinerja DirektoratPencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dari tahun 2015sampai dengan 2019 di atas dapat kita simpulkan bahwa tidak hanya anggaranyang dapat mempengaruhi nilai kinerja, ada faktor lainnya yang mempengaruhipersentase nilai kinerja dan untuk faktor lainnya tersebut dapat dilihat pada masing- masing indikator kinerja kegiatan.
))
tAr<lP P2PTVL 2()'" IBABIV
PENUTUP
A. KESIMPULANDalam rangkaian pencapaian indikator selama 5 (lima) tahun yaitu tahun 2015 -2019, pada tahun sebelumnya Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PenyakitTular Vektor dan Zoonotik berhasil mencapai target bahkan melebihi target.Pada tahun 2019, dari 6 indikator kinerja di Direktorat Pencegahan dan PengendalianPenyakit Tular Vektor dan Zoonotik, 4 indikator telah tercapai dan 2 indikator, tidaktercapa, namun nilai kinerja yang dicapai Direktorat Pencegahan dan PengendalianPenyakit Tular Vektor dan Zoonotik di tahun 2019 adalah sebesar 110,52%.
Pagu Anggaran tahun 2019 pada Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PenyakitTular Vektor dan Zoonotik mengalami revisi sebanyak 4 kali, dimana pagu awalsebesar Rp. 68.343.875.000,- dan pagu akhir menjadi Rp 136.714,698.000,- denganrealisasi sebesar Rp 130.094.686.411,- atau persentase sebesar 95,16%.
B. TINDAK LANJUTRencana Tindak lanjut dari laporan kinerja ini adalah sebagai berikut:1. Perlu penguatan ke depan untuk menjaga performance program tetap on the track
dan mencapai target jangka menengah bahkan jangka panjang2. Menjadikan laporan kinerja ini sebagai salah satu literatur dalam perbaikan
penentuan indikator kinerja kegiatan di Direktorat Pencegahan dan PenqendalianPenyakit Tular Vektor dan Zoonotik di tahun yang akan datang.
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel sertaberortentasi Pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
Jabatan
: dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid
: Direktur Penceqahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
Selanjptnya disebut pihak pertama
Nama : dr. Anung Sugihantono, M.Kes
Jabatan : Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua
Pihak pertama menerima DIPA sebesar Rp. 136.714.698.000,-, berjan]] akan mewujudkan realisasianggaran sebesar 95% ,dan ttarget kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalamrangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalarn dokumenperencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tangg_ungjawab pihak pertama.
Pihak kedua akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadapcapaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangkapemberian penghargaan dan sanksi.
Jakarta, g Desember 2019
Pihak PertamaPihak Kedua
~s,pdr. Anung Sugihantono, M.KesNIP 196003201985021002
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.EpidNIP 197208312000032001
------
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2019 .DIR~KTORAT PffNCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PEN·YAKITTULAR VJ;KTOR OAN
ZOONOTIK
No.Sasaran
Indikator Kinerja TargetProgram(1) (2) (3) (4)
Meningkatnya 1. Jumlah Kabupaterr/Kota dengan APIpencegahan dan < 1/ 1.000 penduduk 400pengendalian
2. Jumlah Kabupaten /Kota €!nclemisyan~penyakit tularvektor dan melakukan pernberian obat massal 115 .zoonotik pencegahan (POMP)Filariasis
3. Jumlah Kabupaterr/Kota endemis Filariaberhasil menurunkan angka mikrofilaria < 751%
4. Persentase Kabupaten/ Kota yang melakukanpengendalian vektor terpadu 80
5. Persentase Kabupaterr/Kota dengan iR OED< 49 per 100.000 penduduk 68
6. Persentase Kabupaterr/Kota yang eliminasiRabies 85
K~giatan
Pencegahan dan Penqendalian PenyakitTular Vektor dan Zoonotik
Anggaran
Rp. 136.714.698.000,-
Jakarta, 9 Desember 2019
Direktur P2PTV.z:Direktur Jenderal P2P,
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.EpidNIP 197208312000032001.
dr. Anung Sugihantono, M.KesNIP 196003201985021002
PERJAN.JIAN KINERJA TAHUN 2019DIREK'TORAT Pe:NCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TULARVEKTOR DAN
ZOONOTIK
[" ,~~Si"""':;J~. ~ , .,],:;- ~~_."':~,~...r: -, '
1" ".~:t~, ' ,~~~. ' i \ :, ! "-!~r}~~/).\~ I', ~~'~\/~ " ,J~!. ! I
" ._. • L _~c,~,_ ~-~~~--.~ - .~_-""_ ....... - .I. ~ __ "'- ~ ... ' - ,
1 2059,001 Norma/Standar/Prosedur/Kriteria(NSPK) Pencegahan6 dokumen 1,892,593,000
dan PengendalianPenyakitTular Vektordan Zoonotikr
001,002 Norma/Standar/Prosedur/Kriteria(NSPK) Pencegahan2 dokumen 482,900,000
dan j'lengendalianArbovirosis
001,003Norma/Standar/Prosedur/Kriteria(NSPK) Pencegahan
1 dokumen 1~9,564,000dan PengendalianZoonosis .Norma/Standar/Prosedur/Kriteria(NSPK) Pencegahan
001.005 dan PengendalianVektor dan BinatangPembawa 3 €Iokumen 1.210.129.000Penyakit
2 2059.002 Sumber Daya Manusia Pencegahan dan 112 orang 1,591.200,000PengendalianPenyakitTular Vektor dan Zoonotik
002.003 Sumber Daya Manusia Pencegahan dan - SO brang 1.102.600,000PenqendalianZoonosis
I 002.005Sumber Daya Manusia Pencegahandan
62 orang 488.600.000I Penqendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
Sarana Prasarana PenunjangPrioritas Nasional3 2059.003 Pencegahan dan PengendalianPenyakitTular Vektor 34 Jenis 8.888.690.000
dan Zoorlotik
003.002Sarana Prasaran Pencegahandan Pengendalian 10 Jenis 3.510.040.000Arbovirosis
003.003Sarana Prasaran Pencegahandan Pengendalian 12 jenis 1.846.700.000Zoonosis
003.005 Sarana Prasaran Pencegahan dan Pengendalian 12 jenis 3.531.950.000Veldor dan Binatang Pembawa Penyakit
4 2059.005 Layanan Capaian Eliminasi Malaria 279 layanan 83.876.704.000
005.001tayanan Pencegahan dan PengendalianPenyakit 97 layanan 56.819.@69.000Malari~Pusat . .
005.005Sarima dan Prasarana Pencegahandan Penqendalian 55 layanan 25.035.399.000Malaria; '.. .
--
005.006Norma/StandariProsedur/Ketentuan(NSPK)
2 layanan 2$1.200;000Pencegahan dan PengendalianMalaria ~
005.007SumbenDaya Manusia Pencegahandan 125 layanan 1.740.436.000PengendalianMalaria
Layanan
6 26 ~ayaAan 3.923.844.000
25 LayanaA 3.645.084.000
Layanan 278.760.000
7isdan
221 Layanan 22.568.945.000
126 Layanan 10.538.437.000
Layanan 99.370.000
60 _Layanan 941.860.000
34 Layanan 10.989.278.000
8 58 Layanan 7.735.923.000
vektordan58 Layanan 7.735.923.000
9 1".307.700.000
8 Layanan 634.100.000 ,,
2 Layar.lan 673.600.000
10 Layanan 338.000.000
Jakarta, 9 Desember 2019
Direktur P2PTVZ
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.EpidNIP 197208312000032001
Direktur Jenderal P2P,
dr. Anung Sugihantono, M.KesNIP 196003201985021 002
OAFTAR KABUPATEN/KOTA API < 1 %0 S.D DESEMBER 2019
'No "'k~:;., Provinsi ",,<4~'1l'! ;f. I"j~'" ~Kabupaten;"~ .''t~~~ ~Plr2ot9' ~.Encmrnisitas}2~·9j~~
61 SUMATERA BARAT AGAM 0.00 Eliminasi
62 SUMATERA BARAT LIMA PULUH KOTA 0.00 Eliminasi
63 SUMATERA BARAT PASAMAN 0.00 Eliminasi
64 SUMATERA BARAT SOLOK SELATAN 0.01 Eliminasi
65 SUMATERA BARAT DHARMAS RAYA 0.00 Eliminasi
66 SUMATERA BARAT PASAMAN BARAT 0.19 Eliminasi
67 SUMATERA BARAT KOTA PADANG 0.02 Eliminasi
68 SUMATERA BARAT KOTASOLOK 0.01 Eliminasi
69 SUMATERA BARAT KOTA SAWAH LUNTO 0.02 Eliminasi
70 SUMATERA BARAT KOTA PADANG PANJANG 0.00 Eliminasi
71 SUMATERA BARAT KOTA BUKITTINGGI 0.01 Eliminasi
72 SUMATERA BARAT KOTA PAYAKUMBUH 0.02 Eliminasi
73 SUMATERA BARAT KOTA PARIAMAN 0.00 Elirnlnasi
74 RIAU KUANTAN SINGINGI 0.01 Eliminasi
75 RIAU INDRAGIRI HULU 0.00 Endemis Rendah
76 RIAU INDRAGIRI HILIR 0,00 Eliminasi
77 RIAU PELALAWAN 0,01 Endemis Rendah
78 RIAU SIAK 0.00 Eliminasi
79 RIAU KAMPAR 0.00 Eliminasi
80 RIAU ROKAN HULU 0.00 Eliminasi
81 RIAU BENGKALIS 0.05 Eliminasi
82 RIAU ROKAN HILIR 0.10 Eliminasi
83 RIAU KEPULAUAN MERANTI 0.00 Eliminasi84 RIAU KOTA PEKANBARU 0.01 Eliminasi
85 RIAU KOTA DUMAI 0.01 Eliminasi
86 JAMBI KERINCI 0.00 Eliminasi
87 JAMBI MERANGIN 0.01 Endemis Rendah
88 JAMBI SAROLANGUN 0.03 Endemis Rendah
89 JAMBI BATANG HARI 0.00 Endemis Rendah
90 JAMBI MUARO JAMBI 0.00 Eliminasi91 JAMBI TANJUNG JABUNG TIMUR 0.00 Eliminasi92 JAMBI TANJUNG JABUNG BARAT 0,00 Eliminasi93 JAMBI TEBO 0.01 Endemis Rendah
94 JAMBI BUNGO 0.00 Eliminasi
95 JAMBI KOTAJAMBI 0.01 Eliminasi
96 JAMBI KOTA SUNGAI PENUH 0,00 Eliminasi97 SUMATERA SELATAN OGAN KOMERING ULU 0.02 Endemis Rendah98 SUMATERA SELATAN OGAN KOMERING ILiR 0.00 Eliminasi
99 SUMATERA SELATAN MUARAENIM 0.18 Endemis Rendah
100 SUMATERA SELATAN LAHAT 0.10 Endemis Rendah
101 SUMATERA SELATAN MUSI RAWAS 0.02 Endemis Rendah
102 SUMATERA SELATAN MUSI BANYUASIN 0.02 Endemis Rendah
103 SUMATERA SELATAN BANYU ASIN 0,00 Eliminasi
104 SUMATERA SELATAN OGAN KOMERING ULU SELATAN 0.92 Endemis Rendah
105 SUMATERA SELATAN OGAN KOMERING ULU TIMUR 0.13 Endemis Rendah
106 SUMATERA SELATAN OGAN ILiR 0.00 Eliminasi
107 SUMATERA SELATAN EMPAT LAWANG 0.00 Eliminasi
108 SUMATERA SELATAN PENUKAL ABAB LEMATANG ILiR 0.01 Eliminasi
109 SUMATERA SELATAN MUSI RAWAS UTARA 0.00 Endemis Rendah
110 SUMATERA SELATAN KOTA PALEMBANG 0.01 Eliminasi
111 SUMATERA SELATAN KOTA PRABUMULIH 0.00 Eliminasi
112 SUMATERA SELATAN KOTA PAGAR ALAM 0.00 Eliminasi
113 SUMATERA SELATAN KOTA LUBUKLINGGAU 0,04 Endemis Rendah
114 BENGKULU BENGKULU SELATAN 0,03 Endemis Rendah
115 BENGKULU REJANG LEBONG 0.14 Eliminasi
116 BENGKULU BENGKULU UTARA 0.01 Endemis Rendah
117 BENGKULU KAUR 0.00 Endemis Rendah
118 BENGKULU SELUMA 0,07 Endemis Rendah
119 BENGKULU MUKOMUKO 0,01 Endemis Rendah
120 BENGKULU LEBONG 0.02 Eliminasi
121 BENGKULU KEPAHIANG 0.00 Eliminasi
122 BENGKULU BENGKULU TENGAH 0,19 Endemis Rendah
123 BENGKULU KOTA BENGKULU 0.01 Endemis Rendah
124' LAMPUNG LAMPUNG BARAT 0.01 Eliminasi
125 LAMPUNG TANGGAMUS 0.01 Eliminasi
-- - - --------------------
No ,', Ii:';'; !II Provinsi "~~lI"'~ :iKabupaten -~4y~i~k 4;PI-2019-i. Enqemlsitas 2Q1j_~.
191 JAWATENGAH MAGELANG 0.00 Eliminasi
192 JAWATENGAH BOYOLALI 0.00 Eliminasi
193 JAWATENGAH KLATEN 0.00 Eliminasi
194 JAWATENGAH SUKOHARJO 0.00 Eliminasi
195 JAWATENGAH WONOGIRI 0.00 Eliminasi
196 JAWATENGAH KARANGANYAR 0.00 Eliminasi
197 JAWATENGAH SRAGEN 0.00 Eliminasi
198 JAWATENGAH GROBOGAN 0.00 Eliminasi
199 JAWATENGAH BLORA 0.00 Eliminasi
200 JAWATENGAH REMBANG 0.01 Eliminasi
201 JAWATENGAH PATI 0.01 Eliminasi
202 JAWATENGAH KUOUS 0.01 Eliminasi
203 JAWATENGAH JEPARA 0.00 Eliminasi
204 JAWATENGAH OEMAK 0.03 Eliminasi
205 JAWATENGAH SEMARANG 0.01 Eliminasi
206 JAWATENGAH TEMANGGUNG 0.00 Eliminasi
207 JAWATENGAH KENDAL 0.01 Eliminasi
208 JAWATENGAH BATANG 0.00 Eliminasi
209 JAWATENGAH PEKALONGAN 0.00 Eliminasi
210 JAWATENGAH PEMALANG 0.00 Eliminasi
211 JAWATENGAH TEGAL 0.00 Eliminasi
212 JAWATENGAH BREBES 0.00 Eliminasi
213 JAWATENGAH KOTA MAGELANG 0.00 Eliminasi
214 JAWATENGAH KOTA SURAKARTA 0.00 Eliminasi
215 JAWATENGAH KOTA SALATIGA 0.01 Eliminasi
216 JAWATENGAH KOTA SEMARANG 0.03 Eliminasi
217 JAWATENGAH KOTA PEKALONGAN 0.00 Eliminasi
218 JAWATENGAH KOTA TEGAL 0.00 Eliminasi
219 01 YOGYAKARTA KULON PROGO 0.03 Endemis Rendah
220 01 YOGYAKARTA BANTUL 0.00 Eliminasi
221 01 YOGYAKARTA GUNUNG KIOUL 0.00 Eliminasi
222 01 YOGYAKARTA SLEMAN 0.00 Eliminasi
223 01 YOGYAKARTA KOTA YOGYAKARTA 0.00 Eliminasi
224 JAWATIMUR PACITAN 0.00 Eliminasi
225 JAWATIMUR PONOROGO 0.01 Eliminasi
226 JAWATIMUR TRENGGALEK 0.09 Eliminasi
227 JAWATIMUR TULUNGAGUNG 0.01 Eliminasi
228 JAWATIMUR BLiTAR 0.00 Eliminasi
229 JAWATIMUR KEOIRI 0.01 Eliminasi
230 JAWATIMUR MALANG 0.02 Eliminasi
231 JAWATIMUR LUMAJANG 0.00 Eliminasi
232 JAWATIMUR JEMBER 0.00 Eliminasi
233 JAWATIMUR BANYUWANGI 0.01 Eliminasi
234 JAWATIMUR BONOOWOSO 0.01 Eliminasi
235 JAWATIMUR SITUBONOO 0.00 Eliminasi
236 JAWATIMUR PROBOLINGGO 0.01 Eliminasi
237 JAWATIMUR PASURUAN 0.00 Eliminasi
238 JAWATIMUR SIOOARJO 0.00 Eliminasi
239 JAWATIMUR MOJOKERTO 0.00 Eliminasi
240 JAWATIMUR JOMBANG 0.01 Eliminasi
241 JAWATIMUR NGANJUK 0.01 Eliminasi
242 JAWATIMUR MAOIUN 0.08 Eliminasi
243 JAWATIMUR MAGETAN 0.00 Eliminasi
244 JAWATIMUR NGAWI 0.00 Eliminasi
245 JAWATIMUR BOJONEGORO 0.00 Eliminasi
246 JAWATIMUR TUBAN 0.00 Eliminasi
247 JAWATIMUR LAMONGAN 0.01 Eliminasi
248 JAWATIMUR GRESIK 0.00 Eliminasi
249 JAWATIMUR BANGKALAN 0.00 Eliminasi
250 JAWATIMUR SAMPANG 0.00 Eliminasi
251 JAWATIMUR PAMEKASAN 0.00 Eliminasi
252 JAWATIMUR SUMENEP 0.00 Eliminasi
253 JAWATIMUR KOTAKEDIRI 0.05 Eliminasi
254 JAWATIMUR KOTA BLiTAR 0.04 Eliminasi
255 JAWATIMUR KOTAMALANG 0.01 Eliminasi
No I~,lj!ii~'··~ Provinsi '''''''";",,, . ~ iiiK~b!Jpaten ~.4i~' API 2019 . Endemisitas 2019; i'
321 KALIMANTAN TENGAH BARITO SELATAN 0.00 Eliminasi
322 KALIMANTAN TENGAH BARITO UTARA 0.07 Eliminasi
323 KALIMANTAN TENGAH SUKAMARA 0.00 Eliminasi
324 KALIMANTAN TENGAH LAMANDAU 0.00 Eliminasi
325 KALIMANTAN TENGAH SERUYAN 0,00 Eliminasi
326 KALIMANTAN TENGAH KATINGAN 0,03 Eliminasi
327 KALIMANTAN TENGAH PULANG PISAU 0,20 Endemis Rendah
328 KALIMANTAN TENGAH GUNUNG MAS 0,03 Endemis Rendah
329 KALIMANTAN TENGAH BARITO TIMUR 0.Q3 Eliminasi
330 KALIMANTAN TENGAH MURUNG RAYA 0,09 Endemis Rendah
331 KALIMANTAN TENGAH KOTA PALANGKA RAYA 0,05 Eliminasi
332 KALIMANTAN SELATAN TANAH LAUT 0,27 Endemis Rendah
333 KALIMANTAN SELATAN KOTA BARU 0,60 Endemis Rendah
334 KALIMANTAN SELATAN BANJAR 0,06 Endemis Rendah
335 KALIMANTAN SELATAN BARITO KUALA 0.01 Eliminasi
336 KALIMANTAN SELATAN TAPIN 0,06 Eliminasi
337 KALIMANTAN SELATAN HULU SUNGAI SELATAN 0,06 Eliminasi
338 KALIMANTAN SELATAN HULU SUNGAI TENGAH 0,07 Eliminasi
339 KALIMANTAN SELATAN HULU SUNGAI UTARA 0,00 Eliminasi
340 KALIMANTAN SELATAN TABALONG 0,79 Endemis Rendah
341 KALIMANTAN SELATAN TANAH BUMBU 0,28 Endemis Rendah
342 KALIMANTAN SELATAN BALANGAN 0,56 Endemis Rendah
343 KALIMANTAN SELATAN KOTA BANJARMASIN 0,00 Eliminasi
344 KALIMANTAN SELATAN KOTA BANJAR BARU 0,08 Eliminasi
345 KALIMANTAN TIMUR PASER 0,81 Endemis Rendah
346 KALIMANTAN TIMUR KUTAIKARTANEGARA 0,07 Endemis Rendah
347 KALIMANTAN TIMUR KUTAI TIMUR 0,66 Endemis Rendah
348 KALIMANTAN TIMUR BERAU 0,09 Endemis Rendah
349 KALIMANTAN TIMUR MAHAKAM HULU 0,00 Endemis Rendah
350 KALIMANTAN TIMUR KOTA BALlKPAPAN 0,10 Eliminasi
351 KALIMANTAN TIMUR KOTA SAMARINDA 0,09 Eliminasi
352 KALIMANTAN TIMUR KOTA BONTANG 0,08 Eliminasi
353 KALIMANTAN UTARA MALINAU 0,11 Endemis Rendah
354 KALIMANTAN UTARA BULUNGAN 0,15 Endemis Rendah
355 KALIMANTAN UTARA TANA TIDUNG 0,03 Endemis Rendah
356 KALIMANTAN UTARA NUNUKAN 0,01 Endemis Rendah
357 KALIMANTAN UTARA KOTATARAKAN 0,05 Eliminasi
358 SULAWESI UTARA BOLAANG MONGONDOW 0,03 Endemis Rendah
359 SULAWESI UTARA MINAHASA 0,07 Eliminasi
360 SULAWESI UTARA KEPULAUAN SANGIHE 0.47 Endemis Rendah
361 SULAWESI UTARA KEPULAUAN TALAUD 0,00 Endemis Rendah
362 SULAWESI UTARA MINAHASA SELATAN 0,35 Endemis Rendah
363 SULAWESI UTARA MINAHASA UTARA 0,12 Endemis Rendah
364 SULAWESI UTARA BOLAANG MONGONDOW UTARA 0,09 Eliminasi
365 SULAWESI UTARA SIAU TAGULANDANG BIARO 0,65 Endemis Rendah
366 SULAWESI UTARA MINAHASA TENGGARA 0,71 Endemis Rendah
367 SULAWESI UTARA BOLAANG MONGONDOW SELATAN 0,00 Eliminasi
368 SULAWESI UTARA BOLAANG MONGONDOW TIMUR 0,00 Eliminasi
369 SULAWESI UTARA KOTAMANADO 0,04 Endemis Rendah
370 SULAWESI UTARA KOTA BITUNG 0,03 Endemis Rendah
371 SULAWESI UTARA KOTA TOMOHON 0,39 Eliminasi
372 SULAWESI UTARA KOTA KOTAMOBAGU 0,01 Eliminasi
373 SULAWESI TENGAH BANGGAIKEPULAUAN 0,00 Endemis Rendah
374 SULAWESI TENGAH BANGGAl 0,05 Eliminasi
375 SULAWESI TENGAH MOROWALI 0,21 Endemis Rendah
376 SULAWESI TENGAH POSO 0,01 Endemis Rendah
377 SULAWESI TENGAH DONGGALA 0,08 Endemis Rendah
378 SULAWESI TENGAH TOll-TOll 0,00 Eliminasi
379 SULAWESI TENGAH BUOL 0,00 Eliminasi
380 SULAWESI TENGAH PARIGI MOUTONG 0,01 Endemis Rendah
381 SULAWESI TENGAH TOJO UNA-UNA 0,01 Endemis Rendah
382 SULAWESI TENGAH SIGI 0,00 Eliminasi
383 SULAWESI TENGAH BANGGAI LAUT 0,01 Endemis Rendah
384 SULAWESI TENGAH MOROWALI UTARA 0,05 Endemis Rendah
385 SULAWESI TENGAH KOTA PALU 0,01 Eliminasi
1!"No '.Jf"ilj ProVin~i~ ",,~t:l:,!&\iiSkIl:.~v"..". 'I~aljupaten ":~~'ltll't~ I}Aijl'2019" . EndemlSjtas 2019:411
386 SULAWESI SELATAN KEPULAUAN SELAYAR 0.04 Eliminasi
387 SULAWESI SELATAN BULUKUMBA 0.05 Eliminasi
388 SULAWESI SELATAN BANTAENG 0.03 Eliminasi
389 SULAWESI SELATAN JENEPONTO 0.19 Eliminasi
390 SULAWESI SELATAN TAKALAR 0.02 Eliminasi
391 SULAWESI SELATAN GOWA 0.00 Eliminasi
392 SULAWESI SELATAN SINJAI 0.05 Endemis Rendah
393 SULAWESI SELATAN MAROS 0.19 Eliminasi
394 SULAWESI SELATAN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN 0.07 Endemis Rendah
395 SULAWESI SELATAN BARRU 0.12 Eliminasi
396 SULAWESI SELATAN BONE 0.04 Eliminasi
397 SULAWESI SELATAN SOPPENG 0.02 Eliminasi
398 SULAWESI SELATAN WAJO 0.08 Eliminasi
399 SULAWESI SELATAN SIDENRENG RAPPANG 0.03 Eliminasi
400 SULAWESI SELATAN PINRANG 0.22 Eliminasi
401 SULAWESI SELATAN ENREKANG 0.15 Eliminasi
402 SULAWESI SELATAN LUWU 0.13 Eliminasi
403 SULAWESI SELATAN TANA TORAJA 0.08 Endemis Rendah
404 SULAWESI SELATAN LUWU UTARA 0.11 Eliminasi
405 SULAWESI SELATAN LUWU TIMUR 0.06 Eliminasi
406 SULAWESI SELATAN TORAJA UTARA 0.02 Endemis Rendah
407 SULAWESI SELATAN KOTA MAKASSAR 0.11 Eliminasi
408 SULAWESI SELATAN KOTA PARE-PARE 0.09 Eliminasi
409 SULAWESI SELATAN KOTA PALOPO 0.31 Eliminasi
410 SULAWESI TENGGARA BUTON 0.03 Endemis Rendah
411 SULAWESI TENGGARA MUNA 0.84 Endemis Rendah
412 SULAWESI TENGGARA KONAWE 0.05 Eliminasi
413 SULAWESI TENGGARA KOLAKA 0.18 Eliminasi
414 SULAWESI TENGGARA KONAWE SELATAN 0.08 Eliminasi
415 SULAWESI TENGGARA BOMBANA 0.13 Eliminasi
416 SULAWESI TENGGARA WAKATOBI 0.15 Endemis Rendah
417 SULAWESI TENGGARA KOLAKA UTARA 0.11 Eliminasi
418 SULAWESI TENGGARA BUTON UTARA 0.41 Eliminasi
419 SULAWESI TENGGARA KONAWE UTARA 0.00 Eliminasi
420 SULAWESI TENGGARA KOLAKA TIMUR 0.12 Endemis Rendah
421 SULAWESI TENGGARA KONAWE KEPULAUAN 0.18 Endemis Rendah
422 SULAWESI TENGGARA MUNABARAT 0.14 Endemis Rendah
423 SULAWESI TENGGARA BUTON TENGAH 0.27 Endemis Rendah
424 SULAWESI TENGGARA BUTON SELATAN 0.58 Endemis Rendah
425 SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI 0.10 Eliminasi
426 SULAWESI TENGGARA KOTA BAU-BAU 0.06 Eliminasi
427 GORONTALO BOALEMO 0.03 Endemis Rendah
428 GORONTALO GORONTALO 0.04 Endemis Rendah
429 GORONTALO POHUWATO 0.02 Endemis Rendah
430 GORONTALO BONE BOLANGO 0.01 Endemis Rendah
431 GORONTALO GORONTALO UTARA 0.03 Eliminasi
432 GORONTALO KOTA GORONTALO 0.00 Eliminasi
433 SULAWESI BARAT MAJENE 086 Eliminasi
434 SULAWESI BARAT POLEWALI MANDAR 0.00 Eliminasi
435 SULAWESI BARAT MAMASA 0.03 Eliminasi
436 SULAWESI BARAT MAMUJU 0.11 Eliminasi
437 SULAWESI BARAT MAMUJU UTARA 0.01 Endemis Rendah
438 SULAWESI BARAT MAMUJU TENGAH 0.00 Eliminasi
439 MALUKU MALUKU TENGGARA BARAT 0.12 Endemis Rendah
440 MALUKU MALUKU TENGAH 0.54 Endemis Rendah
441 MALUKU BURU 0.05 Endemis Rendah
442 MALUKU KEPULAUAN ARU 0.01 Endemis Rendah
443 MALUKU SERAM BAGIAN BARAT 0.72 Endemis Rendah
444 MALUKU MALUKU BARAT DAYA 0.57 Endemis Rendah
445 MALUKU BURU SELATAN 0.87 Endemis Rendah
446 MALUKU KOTAAMBON 0.22 Endemis Rendah
447 MALUKU KOTA TUAL 0.15 Endemis Rendah
448 MALUKU UTARA HALMAHERA BARAT 0.07 Endemis Rendah
449 MALUKU UTARA HALMAHERA TENGAH 0.23 Endemis Rendah
450 MALUKU UTARA KEPULAUAN SULA 0.15 Endemis Rendah
1.""iNcI"" """
~P~9vinsiii'4'1ii'''-~'''''"',~,' :',[\'PEli~ ;.t,,;Kabupaten:'it~,,!";- '''f .,\IIi API20~,9;if, Endemisitas 20~~.
451 MALUKU UTARA HALMAHERA SELATAN 0,63 Endemis Rendah
452 MALUKU UTARA HALMAHERA UTARA 0.11 Endemis Rendah
453 MALUKU UTARA PULAU MOROTAI 0,06 Endemis Rendah
454 MALUKU UTARA PULAU TALIABU 0,70 Endemis Rendah
455 MALUKU UTARA KOTA TERNATE 0.10 Endemis Rendah
456 MALUKU UTARA KOTA TIDORE KEPULAUAN 0,14 Endemis Rendah
457 PAPUA BARAT SORONG SELATAN 0,32 Endemis Rendah
458 PAPUA BARAT MAYBRAT 0,20 Endemis Rendah
459 PAPUA BARAT PEGUNUNGAN ARFAK 0,00 Endemis Rendah
460 PAPUA PUNCAKJAYA 0,67 Endemis Rendah
461 PAPUA TOLIKARA 0,00 Endemis Rendah
462 PAPUA NDUGA 0,34 Endemis Rendah
463 PAPUA LANNYJAYA 0,82 Endemis Rendah
464 PAPUA DOGIYAI 0,00 Endemis Rendah
Jakarta, Januari 2020Mengetahui
Zfa,ana
,,-dr, Nancy Dian A~eni' M.EpidNIP 196812242002122001
DAFTAR KABUPATEN/KOTA POPM FILARIASISTAHUN 2019
Bangka Belitung
Jawa Bara!
Jawa Tengah
Sumalera Selatan
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tlmur
Nusa Tenggara Timur
Maluku
Maluku Ulara
Papua
Barat
Jakarta, 21 Januari 2020Kasubdit Filariasis dan Kecacingan,
Lila Renata Slanlpar, SKM, M.EpldNIP 197106261994032001
Daftar Jumlah Kab/kota Endemis Filariasis Berhasil Menurunkan Angka Mikrofilaria <1% •Tahun 2019
-"6~~:"-t;.,..W_~h':_'- "";>-{O,II :r. 1
-" ... ~'" ~
2 Bangka TengahBangka Belilung 3 Belitung
4 Belitung Timur5 Kota Pangkal Pinanc6 Kota Serang7 Kota Tangerang
Banten 8 Lebak9 Tangerang10 Tangerang Selalan11 Bengkulu Selatan12 Bengkulu Utara
Bengkulu 13 Muko Muko14 Kaur15 Seluma16 Goronlalo17 Gorontalo Utara
Gorontalo18 Kota Gorontalo19 Pahuwato20 Boalemo21 Bone Bolanao22 Batana Hari23 Merangln
Jambi 24 Muaro Jambl25 Tanjung Jabung Barat26 Taniuna Jabuna Tlmur27 Bandung28 Bekasi29 Kota BOilor
Jawa Baral30 Kota Depok31 Subang32 Taslkmalava33 Kota Sekasl34 Karawang35 Hulu Sungai Utara36 Tabalonll
Kalimantan Selatan37 Barlto Kuala38 Kota Baru39 Tapin40 Hulu Sungal TenQah41 Barlto Selatan
Kalimantan Tengah42 Kapuas43 Kotawaringin Barat44 Sukamara
Kalimantan Utara 45 NunUkan46 Paser
Kalimantan Timur 47 Penaiam Paser Utara48 Mahakam Ulu
Kepulauan Riau 49 LinggaLampung 50 Lampuna TlmurMaluku Utara 51 Kota Tidore Kepulauan
Aceh52 Aceh Besar53 Pldle54 Alar
Nusa Tenggara Tlmur 55 Ende56 Rote Ndao57 Nagekeo
Ban ka Barat
'" - -----"'..".------ """,-H------~r_--~--------~f~];:)_yJrlt11 : i'r;~ : 1~'1~,r;;'V:;,li~(.1:'"'
~., L ~< ... ~_.._.. •• ""' .... ~~... _+ -"'_~_. -- - -- -
58 Boven Diooel59 Javapura
Papua60 Mappi61 Merauke62 Suolori63 Keerom64 Benokalis65 Indraalri Hilir66 Indragiri Hulu67 Kamnar
Rlau68 Kepulauan Meranti69 Kota Dumal70 Kuantan Sinainol71 Pelalawan72 Rokan Hilir73 Siak
Sulawesi Barat74 Poliwali Mandar75 Pasano Kavu76 Enrekang
Sulawesi selatan 77 Luwu Tlmur78 Sidenrena Rappang79 Dongaala80 Parigl Moutona
Sulawesi Tengah 81 Poso82 sTcii83 Banaaal84 Bombana85 Buton86 Buton Tenaah
Sulawesi Tenggara87 Buton Selatan88 Kolaka Utara89 Kolaka90 Konawe Selatan91 Muna92 Aaam93 Kola Bukittlngai94 Kota Padana95 Lima Puluh Kolo
Sumatera Barat96 Pasaman Barat97 Peslslr Selatan98 Sliuniuna99 Kepulauan Mentawal100 Kota Sawahlunto101 Padana Pariaman102 Deli Serdana103 Labuhan Batu104 Labuhan Batu Selatan "
Sumatera Utara105 Labuhan Satu Utara106 Nias107 Kota Gununa Sitoll108 Tapanull Selatan109 Serdana Bedaaal .'
110 Cclan Komerina IIIr111 Pall
Sumatera Selatan 112 Musl Sanvuasin113 Banvuasin114 Muara Enlm
Jakarta, 21 Januari 2020Kasubdlt Filariasis dan Kecacingan,
~Llta Renata Slanlpar, SKM, M,EpidNIP 197106261994032001
DAFTAR KABUPATEN/KOTA ELiMINASI RABIES TAHUN 2019
(KASUS KEMATIAN RABIES/LYSSA KURANG DARll SELAMA 2 TAHUN BERTURUT-TURUT)
No Provinsi No Kabupaten/Kota1 Kota Banda Aceh
1 ACEH2 Kabupaten Pidie
3 Kabupaten Bener Meriah
4 Kabupaten Aceh Tenggara
5 Kota Medan
6 Kota Binjai
7 Kota Tebing Tinggi
8 Kota Tanjung Salai
9 Kota Sibolga
10 Kota Padang Sidempuan
11Kabupaten Deli Serdang
12 Kabupaten Langkat
13 Kabupaten Labuhan Satu
14 Kabupaten Dain2 SUMATERA UTARA 15 Kabupaten Tapanuli Selatan
16 Kabupaten Madailing Natal
17 Kabupaten Tobasa
18 Kabupaten Serdang Bedagai
19 Kabupaten Satu Bara
20 Kabupaten Padang Lawas Utara
21 Kabupaten Padang Lawas
22 Kabupaten Labuan Satu Utara
23 Kabupaten Labuan Satu Selatan
24 Kabupalen Gunungsitoli
25 Kabupaten Nias Utara
26 Kota Bukit lingg;
27 Kota Payakumbuh
28 Kola Padang
29 Kota Padang Panjang
30 Kota Solok
31 Kota Sawahlunto
32 Kota Panaman
3 SUMATERA BARAT 33 Kabupaten Urna Puluh Kola
34 Kabupaten Pasaman
35 Kabupalen Padang Panaman
36 Kabupalen Tanah Dalar
37 Kabupaten Sijunjung
38 Kabupaten Dharmasraya
39 Kabupaten Solok Selatan
40 Kabupalen Mentawai
41 Kabupaten Pasaman Baral
42 Kola Pekan Saru
43 Kota Duma;
44 Kabupaten Kampar
45 Kabupaten Palalawan
46 Kabupaten Rokan Hulu4 RIAU 47 Kabupaten Indragiri Hulu
48 Kabupalen Indragiri Hilir49 Kabupaten Bengkafis
50 Kabupaten Siak
51 Kabupaten Rokan Hllir
S2 Kabupalen Meranli
No Provinsi No Kabupaten/Kota
53Kota Jambi
54 Kota Sungai Penuh55KabupatenBatang Hari
56KabupatenMuoroJambi57Kabupaten Bungo
5 JAMBI 58KabupatenTebo
59Kabupaten Marangin
60 Kabupaten Sarotangun61Kabupaten Kerinci62KabupatenTanjungJabungBarat63KabupatenTanjungJabunglimur64 Kota Palembang
65Kola Lubuk Unggau
6 SUMATERASELATAN 66 KabupatenOgan Komering Ulu67Kabupaten Musi Banyuasin68 Kabupaten Muara Enim69Kabupaten Musi Rawas70Kota Bengkulu71KabupatenBengkulu Utara72 Kabupaten Mukomuko73Kabupaten RejangLebong
7 BENGKULU 74Kabupaten Lebong75Kabupaten Seluma76Kabupalen Bengkulu Selatan77 Kabupaten Kaur78Kabupaten Bengkulu Tengah79Kota Bandar Lampung80Kabupaten LampungSelatan81Kabupaten LampungTengah82Kabupalen LampungUtara83Kabupaten LampungBarat84 Kabupalen TulangBawang
8 LAMPUNG 85 Kabupalen Tanggamus86 Kabupaten Lampunglimur87KabupatenWay Kanan
88 Kabupaten Mesuji89Kabupaten Pesawaran90 Kabupaten Pringsewu91Kabupaten Pesisir Barat92KOla Cilegon
9 BANTEN 93Kabupaten Lebak94 Kabupaten Pandeglang
------------- -----
No Provinsi No Kabupaten/Kota
95 Kota Sukabumi
96 Kabupaten Sukabumi
97 Kabupaten Cianjur
98 Kabupaten Bandung
99 Kabupaten Sumedang
10 JAWA BARAT 100 Kabupaten Garut
101 Kabupaten Tasikmalaya
102 Kabupaten Ciamis
103 Kabupaten Majalengka
104 Kabupaten Indramayu
105 Kabupaten Subang
106 Kota Denpasar
107 Kabupaten Jembrana11 BALI 108 Kabupaten Tabanan
109 Kabupaten Badung
110 Kabupaten Gianyar
111 Kota Palangkaraya112 Kabupaten Sukamara
113 Kabupaten Lamandau
114 Kabupaten Kotowaringin Barat
115 Kabupaten Kota limur
116 Kabupaten Seruyan
12 KALIMANTAN TENGAH 117 Kabupaten Katingan
118 Kabupaten Kuala Kapuas
119 Kabupaten Pulang Pisau
120 Kabupaten Gunung Mas121 Kabupaten Barito limur
122 Kabupaten Barito Selatan123 Kabupaten Barito Utara124 Kabupaten Murung Raya
125 Kota Banjannasin
126 Kota Banjarbaru127 Kabupaten Banjar
128 Kabupaten Barito Kuala
129 Kabupaten Tapin
13 KALIMANTAN SELATAN 130 Kabupaten Hulu Sungai Selatan
131 Kabupaten Hulu Sungai Tengah132 Kabupaten Hulu Sungai Utara133 Kabupaten Batangan
134 Kabupaten Tabalong
135 Kabupaten Tanah Laut136 Kabupaten Tanah Bumbu
137 Kabupaten Kutai Kartanegara138 Kabupaten Penajem Paser Utara
14 KALIMANTAN TIMUR 139 Kabupaten Paser140 Kabupaten Kutai limur141 Kabupaten Kutai Barat
15 KALIMANTAN BARAT 142 Kabupaten Kapuas Hulu143 Kota Bitung144 Kota Tomohon
145 Kota Kotamobagu16 SULAWESIUTARA 146 Kabupaten Talaud
147 Kabupaten Siau TagulandangBiaro148 Kabupaten Bolaang Mongondowlimur149 Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan
GORONTALO 150 Kola Gorontalo17
Kabupaten Bone Bolango151
No Provinsi No Kabupaten/Kota
152 Kabupaten Morowali
153 Kabupaten Touna
18 SULAWESITENGAH154 Kabupaten Bangkep
155 Kabupaten Sigi
156 Kabupaten Banggai Laut
157 Kabupaten Morowali Utara
158 Kota Makassar
159 Kabupaten Bantaeng
160 Kabupaten Barru
161 Kabupaten Enrekang
19 SULAWESISELATAN162 Kabupalen Gowa
163 Kabupalen Jeneponto
164 Kabupaten Luwu
165 Kabupaten Luwu Utara
166 Kabupaten Selayar
167 Kabupaten Toraja Ulara
168 Kola Kendari
169 Kola Bau-bau
170 Kabupalen Konawe
171 Kabupaten Kolaka
20 SULAWESITENGGARA172 Kabupalen Muna
173 Kabupaten Buton
174 Kabupaten Konawe Selatan
175 Kabupaten Bombana
176 Kabupaten Wakatobi
177 Kabupaten Buton Utara
178 Kabupaten Majene
179 Kabupaten Mamuju
21 SULAWESIBARAT180 Kabupaten Polman
181 Kabupaten Marruqu Utara
182 Kabupaten Mamuju Tengah
183 Kabupaten Mamasa
22 NUSATENGGARATIMUR 184 Kabupaten Manggarai
185 Kabupaten Maluku Tengah
186 Kabupa!en Seram Bagian Barat
23 MALUKU 187 Kabupaten Tanimbar
188 Kabupaten Maluku Tenggara
189 Kabupaten Maluku Barat Daya
190 Kola Ternate
191 Kola Tidore Kepulauan
192 Kabupaten Halmahera Sarat
24 MALUKU UTARA193 Kabupaten Halmahera Utara
194 Kabupaten Halmahera Selatan
195 KabupatenHalmahera Tengah
196 Kabupaten Halmahera Timur
197 Kabupaten Kepulauan Sula ..
Jak~5!~IA~ 0K ff.i. fZ zoon;~r~"~~'*(~ G TZJ~
-1') I
drh. ~~~ piaNIP. 19&3 ~20
20
02