Post on 24-Dec-2019
i
LAPORAN ANALISA, MONITORING,
EVALUASI, DAN TINDAK LANJUT
INDIKATOR MUTU PRIORITAS
TRIWULAN IV TAHUN 2018
RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas perkenan NYA Laporan Analisa,
Monitoring, Evaluasi, dan Tindak Lanjut Indikator Mutu Prioritas RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi Klaten dapat diselesaikan.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai pelaksanaan upaya peningkatan mutu yang dilakukan di RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi melalui pengukuran indikator mutu. Saat ini RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
telah menentukan indikator prioritas baru. Indikator itu telah memenuhi persyaratan
Misi RS dan Tujuan Strategi RS, Data Permasalahan di RS, Sistem & Proses yang
bervariasi dalam penerapan, Sistem yang klinis kompleks yang perlu efisiensi.
Dampak perbaikan sistem ke seluruh unit di RS, Riset Klinis & pendidikan profesi
kesehatan. Diharapkan dengan upaya peningkatan mutu yang berkelanjutan (CQI)
Continous Quality Improvement yang dilakukan bisa meningkatkan mutu pelayanan
dan keselamatan pasien di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi. Selain itu pula, laporan ini dapat
digunakan sebagai Benchmarking bagi Rumah Sakit Jiwa lain dalam rangka memenuhi
standar akreditasi pokja PMKP akreditasi SNARS Edisi 1.
Masih banyak yang perlu diperbaiki dalam upaya peningkatan mutu dengan
menggunakan metode PDCA (Plan, Do, Check, Action) ini. Untuk itu semua pihak baik
manajerial maupun pelaksana harus senantiasa bekerja keras memperbaiki diri dan
meningkatkan kualitas sehingga pelayanan kesehatan di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi
pada khususnya bisa lebih bermutu dan kita bisa meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan di Indonesia secara umum.
Terimakasih kepada segala pihak yang telah ikut berpartisipasi dan bekerja
keras dalam penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
balasan kebaikan terhadap segala amal perbuatan yang kita lakukan.
Klaten, 10 Januari 2019
Ketua Komite Mutu
dr. Alhaq Nafsi Setyawan
iv
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR JUDUL .............................................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
B. Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II. ISI .......................................................................................................................................... 3
A. Daftar Indikator Prioritas RSJD Dr. RM. Soedjarwadi ........................................ 3
B. Laporan Analisa, Monitoring, Evaluasi, dan Tindak Lanjut 34 Indikator
Mutu Prioritas .................................................................................................................... 4
IAK 1. Kelengkapan Asessmen risikoPK, risiko bunuh diri, dan risiko
lari di IGD ............................................................................................................................. 4
IAK 2a. Angka Kejadian Pasien Lari ........................................................................... 5
IAK 2b. Angka Kekerasan Fisik .................................................................................... 6
IAM 11. Waktu tunggu Obat di Apotek Rawat jalan 2 ........................................ 7
a. Waktu Tunggu Obat Racikan < 60 menit ......................................................... 7
b. Waktu Tunggu Obat Jadi< 30 menit ................................................................... 8
IAM 2. Ketersediaan Obat Antipsikotik .................................................................... 9
a. Juli 2018 ........................................................................................................................ 9
b. Agustus 2018 .............................................................................................................. 10
c. September 2018 ......................................................................................................... 11
IAM 3. Pasien BPJS yang klaimnya melebihi dari biaya RS .............................. 12
IASKP 1. Kepatuhan identifikasi pasien jiwa dengan mencocokkan foto
pada lembar CPO sebelum memberikan obat ....................................................... 13
IASKP 2. Angka verifikasi oleh DPJP setelah komunikasi melalui telpon ... 14
IASKP 3. Ketepatan pelabelan obat High Alert ...................................................... 15
IASKP 4. Kepatuhan cuci tangan ................................................................................. 16
IASKP 5. Kelengkapan Assesmen risiko jatuh setiap pasien rawat inap .... 17
IASKP 6. Kelengkapan Assesmen risiko lari ........................................................... 18
BAB III. PENUTUP ......................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 19
B. Saran ...................................................................................................................................... 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu adalah bentuk persepsi yang dipahami berbeda oleh orang yang
berbeda, namun berimplikasi pada prioritas tertentu. Peningkatan mutu adalah
pendekatan pendidikan, edukasi berkelanjutan dan perbaikan proses-proses
pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasar dan pihak-pihak yang
berkepentingan lainnya. Definisi Mutu RSJD Dr. RM. Soedjarwadi adalah derajat
kesempurnaan pelayanan RSJD Dr. RM. Soedjarwadi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi secara wajar, efisien, efektif serta diberikan
secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan Rumah Sakit dan
masyarakat konsumen.
Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, pihak-pihak tersebut
adalah: konsumen, pembayar atau perusahaan atau asuransi, manajemen RSJD Dr.
RM. Soedjarwadi, Karyawan RSJD Dr. RM. Soedjarwadi, masyarakat, Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah sebagai pemilik RSJD Dr. RM. Soedjarwadi dan Ikatan profesi.
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu, karena itu mutu adalah multi dimensional. Dimensi
Mutu atau aspeknya adalah keprofesian, efisiensi, keamanan pasien, kepuasan
pasien, dan aspek sosial budaya
Mutu suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan
ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit
sebagai suatu sistem. Aspek tersebut terdiri dari struktur, proses dan
outcome.Struktur adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya
keuangan dan sumber daya lain-lain pada fasilitas pelayanan kesehatan. Baik
tidaknya struktur dapat diukur dari kewajaran, kuantitas, biaya dan mutu
komponen-komponen struktur itu. Proses adalah apa yang dilakukan dokter dan
tenaga profesi lain terhadap pasien: evaluasi, diagnosa, perawatan, konseling,
pengobatan, tindakan, penanganan jika terjadi penyulit, follow up. Baik tidaknya
proses dapat diukur dari relevansinya bagi pasien, efektifitasnya, dan mutu proses
itu sendiri. Pendekatan proses adalah pendekatan paling langsung terhadap mutu
asuhan. Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi
lain terhadap pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya
serta kepuasan provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada
mutu struktur dan mutu proses yang baik. Sebaiknya outcome yang buruk adalah
kelanjutan struktur atau proses yang buruk.
2
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi adalah suatu institusi pelayanan kesehatan milik
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang menyediakan pelayanan kejiwaan yang
lengkap bermutu dan menggunakan ilmu terkini. Pelayanan RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi menyangkut berbagai fungsi pelayanan, pendidikan serta penelitian.
Untuk menjamin keberlangsungan fungsi tersebut dengan baik maka RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi harus memiliki sumber daya manusia yang profesional baik di bidang
teknis medis maupun administrasi. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, RSJD
Dr. RM. Soedjarwadi harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan
mutu di semua tingkatan.
Pengukuran mutu di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi sudah diawali dengan
penilaian akreditasi Rumah Sakit yang mengukur dan memecahkan masalah pada
tingkat struktur dan proses. Pada kegiatan ini RSJD Dr. RM. Soedjarwadi harus
melakukan berbagai standar dan prosedur yang telah ditetapkan. RSJD Dr. RM.
Soedjarwadi dipacu untuk dapat menilai diri (self assesment) dan memberikan
pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk
mengukur hasil kerjanya perlu ada alat ukur yang lain yaitu instrumen mutu
pelayanan RSJD Dr. RM. Soedjarwadi yang menilai dan memecahkan masalah pada
hasil (outcome). Tanpa mengukur hasil kinerja RSJD Dr. RM. Soedjarwadi tidak
dapat mengetahui apakah struktur dan proses yang baik telah menghasilkan
outcome yang baik pula.
Sesuai dengan standar akreditasi maka saat ini RSJD Dr RM Soedjarwadi juga
melakukan benchmarking/ pembanding dengan rumah sakit sejenis saat yang kami
dapatkan untuk data pembanding sebagai benchmarking dariRSJD Surakarta.
B. Tujuan a. Tujuan Umum
Terlaksananya peningkatan mutu pelayanan RS secara berkelanjutan dan
berkesinambungan.
b. Tujuan Khusus
1. Tersusunya sistem monitoring upaya peningkatan mutu pelayanan melalui
pemantauan indikator prioritas rumah sakit dan unit kerja
2. Menjamin terlaksananya program keselamatan pasien serta monitoring
kinerja individu dan unit.
3
BAB II
ISI
Daftar Indikator Prioritas RSJD Soedjarwadi : A. Indikator Area Klinis
1. IGD : Kelengkapan Asessmen resiko PK , resiko bunuh diri, dan risiko lari.
2. Rawat Inap :
a. Angka Kejadian Pasien Lari
b. Angka Kekerasan Fisik
B. Indikator Area Manajerial
1. Waktu tunggu Obat di Apotek Rawat jalan 1
2. Ketersediaan Obat Antipsikotik
3. Angka plafon klaim BPJS pasien Skizofrenia kurang dari biaya rumah sakit
C. Indikator Area Keselamatan Pasien
1. Kepatuhan identifikasi pasien dengan mencocokkan foto pada lembar CPO
sebelum memberikan obat.
2. Angka verifikasi oleh DPJP setelah komunikasi melalui telpon
3. Ketepatan pemberian Label High Alert
4. Kepatuhan cuci tangan
5. Kelengkapan Assesmen resiko jatuh setiap pasien rawat inap
6. Kelengkapan Assesmen resiko lari
A. Laporan Analisa, Monitoring, Evaluasi, dan Tindak Lanjut Indikator Mutu
IAK 1. Kelengkapan Asessmen ri
Oktober I
Oktober II
Capaian 100 100
Standar 100 100
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Study ( Analisa data )
Pada Triwulan Idan risiko lari di
Action
1.
2.
Laporan Analisa, Monitoring, Evaluasi, dan Tindak Lanjut Indikator Mutu Prioritas Oktober - Desember
engkapan Asessmen risiko PK , risiko bunuh diri,
dan risiko lari di IGD
Okto Oktober III
Oktober IV
Oktober V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des IDes
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Pada Triwulan IV tahun 2018 semua asesmen dan risiko lari di IGD terisi lengkap sesuai standar
1. Mempertahankan capaian kelengkapan asesmen risiko PK, bunuh diri, dan risiko lari di IGD.
2. Sosialisasi secara kontinyu tentang kepatuhan pengisian asesmen risiko PK, bunuh diri, dan risiko lari di IGD.
4
Laporan Analisa, Monitoring, Evaluasi, dan Tindak Lanjut Desember 2018
siko bunuh diri,
Des II
Des III
Des IV
Des V
100 100 100 100
100 100 100 100
tahun 2018 semua asesmen risiko PK, bunuh diri,
standar (100%).
Mempertahankan capaian kelengkapan asesmen risiko PK,
Sosialisasi secara kontinyu tentang kepatuhan pengisian asesmen risiko PK, bunuh diri, dan risiko lari di IGD.
IAK 2a. A
Capaian
Standar Kemenkes
0
1
Study ( Analisa data )
Pada Triwulan rawat inap jiwa.
Action
1.2.3.
IAK 2a. Angka Kejadian Pasien Lari
Okt I
Okt II
Okt III
Okt IV
Okt V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des I
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pada Triwulan IV tahun 2018 tidak ada pasien lari di bangsal rawat inap jiwa.
1. Meningkatkan pengawasan terhadap asuhan pada pasien2. Monitoring kepatuhan pengisian asesmen pasien lari3. Sosialisasi secara berkesinambungan mengenai asuhan
pada pasien dengan risiko lari di setiap unit ruang perawatan.
5
Pasien Lari
Des Des II
Des III
Des IV
Des V
0 0 0 0
0 0 0 0
tidak ada pasien lari di bangsal
Meningkatkan pengawasan terhadap asuhan pada pasien Monitoring kepatuhan pengisian asesmen pasien lari
berkesinambungan mengenai asuhan pada pasien dengan risiko lari di setiap unit ruang
IAK 2b.
Capaian
Standar Kemenkes
0
1
2
3
Study ( Analisa data )
Pada Bulan masing
Action
1.
2.
3.
IAK 2b. Angka Kekerasan Fisik
Okt I
Okt II
Okt III
Okt IV
Okt V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des I
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pada Bulan Oktober Minggu I dan Desember Minggu IImasing-masing 1 pasien kekerasan fisik di Ruang Dewandaru
1. Meningkatkan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan perilaku kekerasan.
2. Meningkatkan kepatuhan dan ketepatan pengisian asesmen perilaku kekerasan sehingga bisa dengan tepat dideteksi pasien dengan perilaku kekerasan
3. Mengajukan Tim untuk Re-design melalui Tim FMEA RS
6
Des Des II
Des III
Des IV
Des V
1 0 0 0
0 0 0 0
Desember Minggu II terdapat fisik di Ruang Dewandaru.
Meningkatkan asuhan keperawatan terhadap pasien
Meningkatkan kepatuhan dan ketepatan pengisian asesmen perilaku kekerasan sehingga bisa dengan tepat dideteksi
design melalui Tim FMEA RS
IAM 1. Waktu tun
a. Waktu Tunggu Obat Racikan < 60 menit
Okt IOkt
II
Capaian 100 93,
Standar 80% 80%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Study ( Analisa data )
Setelah dilakukan perbaikan melalui koordinasi dari farmasi rawat jalan ke poli kerja ke semua poli rawat jalan selama 3 bulan didapatkan capaian 75.03%.Belum mencapai standar yang ditetapkan yaitu 80%Diperlukan tindakan perbaikan dengan metode yang lain.
Action
1.
2.
3.
Waktu tunggu Obat di Apotek Rawat jalan 2
Waktu Tunggu Obat Racikan < 60 menit
Okt Okt III
Okt IV
Okt V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des IDes
100 93, 100 100 100 92, 96, 96% 97, 84,
80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
Setelah dilakukan perbaikan melalui koordinasi dari farmasi rawat jalan ke poli klinik mengenai jam pelayanan oleh DPJP di pagi hari kerja ke semua poli rawat jalan selama 3 bulan didapatkan capaian 75.03%. Belum mencapai standar yang ditetapkan yaitu 80%Diperlukan tindakan perbaikan dengan metode yang lain.
1. Meningkatkan pengawasan respon time Instalasi dan pihak manajemen terkait.
2. Membakukan standar waktu mulai dari verifikasi resep, input komputer, penyiapan, double check sampai dengan disampaikan ke pasien.
3. Peningkatan kemampuan pegawai farmasi dalam pelayanan resep yang masuk sampai penyiapan obat .
7
ggu Obat di Apotek Rawat jalan 2
Waktu Tunggu Obat Racikan < 60 menit
Des II
Des III
Des IV
Des V
84, 75, 97, 100
80% 80% 80% 80%
Setelah dilakukan perbaikan melalui koordinasi dari farmasi rawat klinik mengenai jam pelayanan oleh DPJP di pagi hari
kerja ke semua poli rawat jalan selama 3 bulan didapatkan
Belum mencapai standar yang ditetapkan yaitu 80%. Diperlukan tindakan perbaikan dengan metode yang lain.
respon time oleh Kepala Instalasi dan pihak manajemen terkait. Membakukan standar waktu mulai dari verifikasi resep, input komputer, penyiapan, double check sampai dengan
Peningkatan kemampuan pegawai farmasi dalam nan resep yang masuk sampai penyiapan obat .
b. Waktu Tunggu Obat
Okt I
Capaian 98,
Standar 80%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Study ( Analisa data )
Capaian indicator waktu tunggu obat jadi sudah sesuai dengan standar dengan rata
Action
1.
2.
3.
Waktu Tunggu Obat Jadi<30 menit
Okt IOkt
IIOkt III
Okt IV
Okt V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des I
98, 93, 99, 95, 97, 96, 98, 90, 97, 100
80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
Capaian indicator waktu tunggu obat jadi sudah sesuai dengan standar dengan rata-rata capaian 97.35%.
1. Meningkatkan pengawasan respon time Instalasi dan pihak manajemen terkait.
2. Membakukan standar waktu mulai dari verifikasi resep, input komputer, penyiapan, double check sampai dengan disampaikan ke pasien.
3. Peningkatan kemampuan pegawai farmasi dalam pelayanan resep yang masuk sampai penyiapan obat .
8
menit
Des IDes
IIDes III
Des IV
Des V
97, 95, 100 100 100
80% 80% 80% 80% 80%
Capaian indicator waktu tunggu obat jadi sudah sesuai dengan
respon time oleh Kepala Instalasi dan pihak manajemen terkait. Membakukan standar waktu mulai dari verifikasi resep, input komputer, penyiapan, double check sampai dengan
Peningkatan kemampuan pegawai farmasi dalam ng masuk sampai penyiapan obat .
IAM 2.
Capaian
Standar Kemenkes
0123456789
101112131415
Study ( Analisa data )
Pada Bulan yaitu lodomer 2 mg
Action
1.
2.
3.
IAM 2. Ketersediaan Obat Antipsikotik
a. Oktober2018
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Pada Bulan Oktober terdapat 1 obat antipsikotik yang kosongyaitu lodomer 2 mg.
1. Memperbaiki sistem pengadaan obat antipsikotik melalui E-Katalog maupun pembelian langsung, terutama yang berkaitan dengan kecepatan pengiriman obat sampai di RS.
2. Penyediaan anggaran yang mencukupi baik APBD maupun BLUD terfokus obat-obat antipsikotik.
3. Meningkatkan MoU dengan Apotek luar yangsama secara cepat dan saling menguntungkan.
9
Ketersediaan Obat Antipsikotik
232425262728293031
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
obat antipsikotik yang kosong
Memperbaiki sistem pengadaan obat antipsikotik baik yang Katalog maupun pembelian langsung, terutama
yang berkaitan dengan kecepatan pengiriman obat sampai
Penyediaan anggaran yang mencukupi baik APBD maupun
Meningkatkan MoU dengan Apotek luar yang bisa bekerja sama secara cepat dan saling menguntungkan.
Capaian
Standar Kemenkes
0123456789
101112131415
Study ( Analisa data )
Pada Bulan yaitu lodomer 2 mg
Action
1.
2.
3.
b. November 2018
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Pada Bulan November terdapat 1 obat antipsikotik yang kosongyaitu lodomer 2 mg.
1. Memperbaiki sistem pengadaan obat antipsikotik baik yang melalui E-Katalog maupun pembelian langsung, terutama yang berkaitan dengan kecepatan pengiriman obat sampai di RS.
2. Penyediaan anggaran yang mencukupi baik APBD maupun BLUD terfokus obat-obat antipsikotik.
3. Meningkatkan MoU dengan Apotek luar yang bisa bekesama secara cepat dan saling menguntungkan.
10
232425262728293031
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
obat antipsikotik yang kosong
Memperbaiki sistem pengadaan obat antipsikotik baik yang Katalog maupun pembelian langsung, terutama
yang berkaitan dengan kecepatan pengiriman obat sampai
Penyediaan anggaran yang mencukupi baik APBD maupun
Meningkatkan MoU dengan Apotek luar yang bisa bekerja sama secara cepat dan saling menguntungkan.
Capaian
Standar Kemenkes
0123456789
101112131415
Study ( Analisa data )
Pada Bulan yaitu lodomer 2 mg
Action
1.
2.
3.
c. Desember 2018
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Pada Bulan Desemberterdapat 1 obat antipsikotik yang kosongyaitu lodomer 2 mg.
1. Memperbaiki sistem pengadaan obat antipsikotik baik yang melalui E-Katalog maupun pembelian langsung, terutama yang berkaitan dengan kecepatan pengiriman obat sampai di RS.
2. Penyediaan anggaran yang mencukupi baik APBD maupun BLUD terfokus obat-obat antipsikotik.
3. Meningkatkan MoU dengan Apotek luar yang bisa bekerja sama secara cepat dan saling menguntungkan.
11
222324252627282930
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
obat antipsikotik yang kosong
Memperbaiki sistem pengadaan obat antipsikotik baik yang Katalog maupun pembelian langsung, terutama
yang berkaitan dengan kecepatan pengiriman obat sampai
Penyediaan anggaran yang mencukupi baik APBD maupun
Meningkatkan MoU dengan Apotek luar yang bisa bekerja secara cepat dan saling menguntungkan.
IAM 3. Angka plafon klaim BPJS pasien Skizofrenia kurang
Okt IOkt
II
Capaian 68,0 52,0
Standar 10% 10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Study ( Analisa data )
Ada kecenderungan melebihi dari biaya RS. Dengan titik Minggu
Action
1.
2.
1. Oktober 2018: a. Total Klaim BPJS = b. Total Tarif RS =
2. November 2018a. Total Klaim BPJS = b. Total Tarif RS =
3. Desember 2018a. Total Klaim BPJS = b. Total Tarif RS = a.
Angka plafon klaim BPJS pasien Skizofrenia kurang
dari biaya rumah sakit
Okt Okt III
Okt IV
Okt V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des IDes
56,0 32,0 45,8 45,4 54,5 45,4 45,4 50% 70,5 44,4
10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10%
Ada kecenderungan kenaikan klaim BPJS pasien Skizofrenia yang melebihi dari biaya RS. Dengan titik tertinggi yaitu70.59
inggu pertama bulan Desember 2018 .
1. Berupaya mempertahankan atau menurunkan klaim BPJS pada pasien Skizofrenia yang melampaui biaya RS.
2. Sosialisasi kepada PPA (Profesional Pemberi Asuhan) tentang hasil capaian indikator.
Oktober 2018: Total Klaim BPJS = Rp. 708.499.600 Total Tarif RS = Rp. 748.957.540
November 2018 Total Klaim BPJS = Rp. 635.872.200 Total Tarif RS = Rp. 640.484.669
Desember 2018 Total Klaim BPJS = Rp. 498.425.200 Total Tarif RS = Rp. 510.410.092
12
Angka plafon klaim BPJS pasien Skizofrenia kurang
Des II
Des III
Des IV
Des V
44,4 50% 52,9 41,1
10% 10% 10% 10%
klaim BPJS pasien Skizofrenia yang tertinggi yaitu70.59% pada
Berupaya mempertahankan atau menurunkan klaim BPJS pada pasien Skizofrenia yang melampaui biaya RS. Sosialisasi kepada PPA (Profesional Pemberi Asuhan)
IASKP 1. Kepatuhan identifikasi pasien
mencocokkan foto pada lembar CPO sebelum memberikan
Okt IOkt
II
Capaian 96, 90,
Standar 100 100
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Study ( Analisa data )
Kepatuhan identifikasi pasienlembar CPO sebelum memberikan obat pada Triwulan I2018 masih di bawah standar kemenkes dengan rata93.33
Action
1.
2.
Kepatuhan identifikasi pasien jiwa
mencocokkan foto pada lembar CPO sebelum memberikan
obat
Okt Okt III
Okt IV
Okt V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des IDes
90, 92, 99, 93, 94, 96, 94, 97, 92, 88,
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Kepatuhan identifikasi pasien jiwa dengan mencocokkan foto pada lembar CPO sebelum memberikan obat pada Triwulan I2018 masih di bawah standar kemenkes dengan rata93.33%
1. Melakukan supervisi secara kontinyu terhadap kepatuhan identifikasi sebelum pemberian obat pada pasien jiwa di setiap ruang rawat inap.
2. Sosialisasi secara berkesinambungan terhadap identifikasi pasien jiwa dengan mencocokkan foto pada lembar CPO sebelum memberikan obat.
13
jiwa dengan
mencocokkan foto pada lembar CPO sebelum memberikan
Des II
Des III
Des IV
Des V
88, 87, 87, 99,
100 100 100 100
jiwa dengan mencocokkan foto pada lembar CPO sebelum memberikan obat pada Triwulan IV tahun 2018 masih di bawah standar kemenkes dengan rata-rata capaian
Melakukan supervisi secara kontinyu terhadap kepatuhan pemberian obat pada pasien jiwa di
Sosialisasi secara berkesinambungan terhadap identifikasi pasien jiwa dengan mencocokkan foto pada lembar CPO
IASKP 2. Angka verifikasi oleh DPJP setelah komunikasi
Okt IOkt
II
Capaian 100 100
Standar 100 100
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Study ( Analisa data )
Angka verifikasi oleh DPJP setelah komunikasi melalui telpon pada Triwulan Idengan rata
Action
1.2.
3.
Angka verifikasi oleh DPJP setelah komunikasi
melalui telpon
Okt Okt III
Okt IV
Okt V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des IDes
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Angka verifikasi oleh DPJP setelah komunikasi melalui telpon pada Triwulan IV tahun 20118 sudah sesuaidengan rata-rata capaian 100%
1. Mempertahankan capaian. 2. Meningkatkan knowledge dan
keselamatan pasien dengan melakukan pelatihan safety atau mengirim staf untuk mengikuti pelatihan eksternal.
3. Melakukan supervise atau monitoring terhadapkepatuhan verifikasi oleh DPJP baik dari Kepala Bidang, Kepala Instalasi, maupun Kepala Ruang.
14
Angka verifikasi oleh DPJP setelah komunikasi
Des II
Des III
Des IV
Des V
100 100 100 100
100 100 100 100
Angka verifikasi oleh DPJP setelah komunikasi melalui telpon sudah sesuai standar kemenkes
dan awareness tentang keselamatan pasien dengan melakukan pelatihan patient
atau mengirim staf untuk mengikuti pelatihan
Melakukan supervise atau monitoring terhadapkepatuhan verifikasi oleh DPJP baik dari Kepala Bidang, Kepala
15
IASKP 3. Ketepatan pelabelan obat High Alert
Juli I Juli II Juli III Juli IV Juli V Agust I Agust II
Agust III
Agust IV
Agust V
Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat
Sept I Sept II Sept III Sept IV Sept V Tepat Tepat Tepat Tepat Tepat
Study ( Analisa data )
Pada triwulan IV tahun 2018 pelabelan obat high alert sudah tepat.
Action
1. Sosialisasi ulang SOP penyimpanan dan pemberian Label pada obat dan elektrolit konsentrat High Alert
2. Supervisi oleh kepala Instalasi Farmasi atau kepala ruang Farmasi.
3. Supervisi oleh Komite Mutu dan Komite Keselamatan Pasien RS.
4. Ronde Keselamatan ke Ins. Farmasi
IASKP
Okt I
Capaian 87,
Standar 100
Benchmarking 77%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Study ( Analisa data )
Rata2018 yaitu
Action
1.
2.
3.
IASKP 4. Kepatuhan cuci tangan
Okt Okt II
Okt III
Okt IV
Okt V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des I
87, 87, 87, 87, 87, 87, 87, 87, 87, 86,
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
77% 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77% 77%
Rata-rata angka kepatuhan cuci tangan pada Triwulan I2018 yaitu 87.34%.
1. Supervisi secara terus menerus terhadapa kepatuhan cuci tangan di setiap unit rawat inap.
2. Monitoring dan evaluasi terhadap kepatuhan cuci tangan di tiap-tiap unit.
3. Melakukan sosialisasi secara berkesinambungan tentang 5 moment cuci tangan dan langkah-langkah cuci tangan yang benar.
16
Des II
Des III
Des IV
Des V
86, 86, 86, 86,
100 100 100 100
77% 77% 77% 77%
pada Triwulan IV tahun
Supervisi secara terus menerus terhadapa kepatuhan cuci
Monitoring dan evaluasi terhadap kepatuhan cuci tangan di
berkesinambungan tentang 5 langkah cuci tangan yang
IASKP 5.Kelengkapan Assesmen ri
Okt I
Capaian 97,
Standar 100
Benchmarking 100
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Study ( Analisa data )
Ratainap
Action
1.2.
Kelengkapan Assesmen risiko jatuh setiap pasien
rawat inap
Okt Okt II
Okt III
Okt IV
Okt V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des I
95, 95% 86, 83% 97, 95, 95, 86, 83, 91,
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Rata-rata capaian kelengkapan asesmen risiko jatuh pasien rawat inap pada Triwulan IV Tahun 2018 yaitu 91.44
1. Mempertahankan capain 2. Terus melakukan monitoring terhadap kelengkapan
pengisian asesmen risiko jatuh di setiap unit rawat inap.
17
siko jatuh setiap pasien
Des II
Des III
Des IV
Des V
94, 92, 88, 88,
100 100 100 100
100 100 100 100
rata capaian kelengkapan asesmen risiko jatuh pasien rawat 91.44%
Terus melakukan monitoring terhadap kelengkapan pengisian asesmen risiko jatuh di setiap unit rawat inap.
IASKP 6.Kelengkapan Assesmen r
Okt I
Capaian 97,
Standar 100
Benchmarking 100
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Study ( Analisa data )
Ratainap
Action
1.2.
.Kelengkapan Assesmen risiko lari
Okt Okt II
Okt III
Okt IV
Okt V
Nov I
Nov II
Nov III
Nov IV
Nov V
Des I
95, 95% 86, 83% 97, 95, 95, 86, 83, 91,
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Rata-rata capaian kelengkapan asesmen risiko lari pasien rawat inap pada Triwulan IV tahun 2018 yaitu 91.44
1. Mempertahankan capain 2. Terus melakukan monitoring terhadap kelengkapan
pengisian asesmen risiko lari di setiap unit rawat inap.
18
siko lari
Des II
Des III
Des IV
Des V
94, 92, 88, 88,
100 100 100 100
100 100 100 100
rata capaian kelengkapan asesmen risiko lari pasien rawat 91.44%
Terus melakukan monitoring terhadap kelengkapan di setiap unit rawat inap.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya peningkatan mutu yang dilakukan di RSJD Dr. RM Soedjarwadi saat ini
sudah mendapatkan dukungan maksimal dari pimpinan/ direktur. Seluruh
staf/pelaksana juga memberikan kerjasama dan kontribusi yang baik. Akan tetapi
masih butuh koordinasi dan tata kelola yang baik dalam sistematika kerjanya.
Kedisiplinan dalam waktu pelaporan Mutu juga harus ditingkatkan. Kompetensi
dan pengetahuan seluruh anggota Komite Mutu dan Champion Mutu tentang upaya
peningkatan mutu harus selalu diupdate dan dilaksanakan.
B. Saran
1. Memaksimalkan pertemuan rutin Komite Mutu sebagai upaya sosialisasi
seluruh program peningkatan mutu kepada kepala unit maupun Champion
Mutu 2. Mengikuti pelatihan upaya peningkatan mutu baik bagi Komite Mutu maupun
seluruh Champion Mutu 3. Penataan dan pendistribusian ulang seluruh dokumen PMKP yang berupa
Program, Panduan, dan SOP sehingga setiap pegawai lebih memahami upaya
peningkatan mutu di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi 4. Mengoptimalkan upaya validasi data mutu sehingga data mutu yang
ditampilkan benar-benar bisa dipertanggung jawabkan kepada public 5. Mengadakan pertemuan/forum mutu dengan komite/Komite Mutu dari
Rumah Sakit sejenis sehingga menjadi sarana Benchmarking dan bertukar
informasi tentang upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit masing-masing 6. Sosialisasi ulang program upaya peningkatan mutu kepada seluruh aparatur
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi.