Post on 29-Nov-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Alat dan mesin pertanian dibuat dalam tujuan untuk meningkatkan
kemampuan kerja dan kualitas mutu hasil olahan dari bahan hasil pertanian
sehingga bisa meningkatkan nilai tambah suatu komoditas bahan hasil pertanian
tersebut. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan proses penanganan
pasca panen. Sevara ekonomis dalam penggunaan mesin pengecilan ukuran lebih
murah dilakukan secara manual. Selain itu, operasi pengecilan ukuran salah satu
perlakuan awal yang mempermudah proses selanjutanya.
Proses pengayakan merupakan proses dalam pemisahan bahan berdasarkan
ukuran mesh atau kawat ayakan, bahan yang memiliki ukuran yang lebih kecil
diameternya pada mesh maka bahan itu akan lolos melalui proses ayakan, bahan
tersebut disebut bahan lewat. Bahan yang memiliki ukuran yang lebih besar atau
bahan menggumpal, maka bahan itu akan tertahan oleh permukaan kawat ayakan
yang disebut bahan tertinggal. Bahan lewat akan memiliki ukuran yang seragam
dan bahan tertinggal akan dikembalikan untuk dilakukan proses penggilingan
ulang. Proses pengayakan juga disebut salah satu cara untuk melakukan
pembersihkan, karena pengayakan juga memisahkan kontaminan yang ukurannya
berbeda dari bahan baku. Klasifikasi jenis pengayak yang digunakan dalam proses
sortasi bahan pangan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ayankan dengan celah
yang tetap dan ayakan dengan celah yang berubah-ubah (screen aperture). Yang
menjadi ciri ayakan antara lain sebagai berikut:
1. Ukuran dalam mata jala
2. Jumlah mata jala (mesh) per satuan panjang, misalnya per cm atau per
inchi(sering sama dengan nomor ayakan).
3. Jumlah mata jala per setuan luas, umumnya per cm²
1.2. Tujuan Pratikum
Tujuan pratikum kali ini adalah untuk mengukur dan mengamati
pengecilan ukuran bahan hasil pertanian dengan mengkaji performansi mesin dan
rendemen hasil pengecilan ukuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan jenis dan cara kerjanya, mesin pengecil ukuran dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu: hammer mills, burr mills, crusher,
roller crusher dan cumbling mills. Burr mills dan attrition mills adalah mesin
pengecil yang kasar, bekerja dengan cara gesekan, pelat yang satu bergerak secara
rotasi sedangkan pelat yang satunya stasioner. Untuk mempelajari kinerja mesin
pengecil ukuran tersebut perlu suatu metode untuk menentukan ukuran
ankarakteristik bahan hasil pengecilan ukuran. Tujuan pengecilan ukuran :
1. Mendukung ekstraksi bahan
2. Memperoleh produk dengan bentuk dan ukuran seragam sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan
3. Mempertinggi reaktivitas bahan sehingga proses pengolahan berjalan
dengan baik
4. Memberikan bentuk dan ukuran yang bersifat estetis sehingga memberikan
kenampakan yang lebih menarik
Beberapa kriteria ukuran karakteristik bahan hasil pengecil ukuran antara
lain : nisbah reduksi (reduction ratio), ayakan tyler, modulus kehalusan (fineless
modulus), dan indeks keseragaman (uniformity index). Salah satu metoda yang
digunakan untuk penentuan kinerja atau performansi mesin pengecil ukuran pada
penggilingan biji-bijian adalah penentuan modulus kehalusan. Dimana nilai
modulus kehalusan dapat menunjukkan nilai rata-rata ukuran diameter bahan dari
hasil pengecilan ukuran.
Modulus kehalusan didefinisikan sebagai jumlah fraksi dari bahan yang
tertahan oleh masing-masing ukuran ayakan dibagi dengan 100. Ayakan tyler
yang biasa digunakan memiliki ukuran 3/8 inchi, 4 mesh, 8 mesh, 28 mesh, 48
mesh, dan 100 mesh. Setelah diketahui nilai modulus kehalusan maka rata-rata
diameter bahan hasil pengecilan ukuran dapat dihitung.
Berbagai jenis alat pengayak yang dapat digunakan dalam proses sortasi
bahan pangan, diklasifikasikan dalam dua bagian besar:
1. Ayakan dengan celah yang berubah-ubah (Screen Apeture) seperti: roller
screen (Pemutar), belt screen (kabel kawat atau ban), belt and roller (ban
danpemutar), screw (baling-baling).
2. Ayakan dengan celah tetap, seperti: stationary (bersifat seimbang atau
tidak berubah), vibratory (bergetar), rotary atau gyratory (berputar)dan
recipro cutting (timbal balik).
Pengayak (screen) dengan berbagai desain telah digunakan secara luas
pada proses pemisahan bahan pangan berdasarkan ukuran yang terdapat pada
mesin-mesin sortasi, tetapi pengayak juga digunakan sebagai alat pembersih,
pemisahan kontaminan yang berbeda ukurannya dari bahan baku. Rancangan-
rancangan pengayak ditemui dalam proses sortasi bahan pangan.
Pengoperasian mesin sortasi dan pengkelasan mutu bahan pangan, juga
merupakan pekerjaan yang bersifat monoton. Sifat acuh tak acuh dari tenaga
kerjaakan mengurangi kesalahan fungsi fungsional saat mengoperasikan peralatan
sortasi. Klasifikasi tersebut sangat bermanfaat tetapi tidak bersifat kaku.
Proses pembersihan dan sortasi untuk menghasilkan suatu pengkelasan
mutu dan beberapa kasus selalu melibatkan proses sortasi. Bagaimanapun,
tingkatan operasi tersebut sangat berarti, terutama dalam penerapannya sebagai
tujuan utama dari suatu kegiatan (Brennan, 1968).
2.1.1. Jenis Pengayak
1. Pengayak (Screen)
Pengayak dengan berbagai desain telah digunakan secara luas pada
proses pemisahan bahan pangan berdasarkan ukuran yang terdapat pada
mesin- mesin sortasi, tetapi pengayak juga digunakan sebagai alat
pembersih, pemisahan kontaminan yang berbeda ukurannya dari bahan
baku. Istilah-istilah yang digunakan dalam pengayakan yaitu :
a. Under size, yaitu ukuran bahan yang melewati celah ayakan
b. Over size, yaitu ukuran bahan yang tertahan oleh ayakan
c. Screen aperture, yaitu bukaan antara individu dari kawat mesh ayakan
d. Mesh number, yaitu banyaknya lubang-lubang per 1 inci
e. Screen interval, yaitu hubungan antara diameter kawat kecil pada seri
ayakan standar.
Pergerakan bahan pangan diatas pengayak dapat dihasilkan oleh
gerakan berputar atau gerakan dari rangkai yang menyangga badan
pengayak. Penyaring jenis ini dalam penggunaannya secara umum yaitu
untuk sortasi bahan pangan untuk dua grup yaitu tipe badan standar atau
flat dan tipe drum.
2. Pengayak Berbadan Datar (Flat Bad Screen)
Pengayak jenis ini bentuknya sangat sederhana, banyak ditemukan
diareal-areal pertanian, saat proses sortasi awal dari kentang, wortel dan
lobak. Alat pengayak datar ganda digunakan secara luas dalam proses
sortasi berdasarkan ukuran dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacang-
kacangan) juga digunakandalam proses pengolahan dan produk akhir
seperti tepung jagung. Alat pengayak datar secara umum terdiri dari satu
atau lebih lembaran pengayak yang dipasang bersama-sama dalam sebuah
kotak yang tertutup rapat, pergeralannya dapat menggunakan berbagai
alat. Tetapi biasanya alat tersebut bola-bola runcing dari kart yang keras,
yang diletakkan antara lembaran-lembaran pengayak. Maksudnya adalah
untuk meminimumkan kerusakan akibat pergesekan antaralubang-lubang
pengayak dengan partikel bahan yang halus.
3. Pengayak Drum
Pengayak drum dan alat yang digunakan pada proses sortasi
berdasarkan ukuran bentuk untuk kacang polong, jagung, kacang kedelai
dan kacang lainnya yang sejenis. Bahan pangan tersebut akan menahan
gerakan jatuh berguling yang dihasilkan oleh rotasi drum. Alat sortis drum
biasanya diperlukan untuk memisahkan bahan pangan ke dalam dua atau
lebih aliran, karena itu dibutuhkan dua atau lebih tingkatan pengayak.
4. Pengayakan Sortasi
Selain menggunakan celah atau lubang yang tetap, ada juga
pengayak sortasi dengan variable celah dan sistem tahap-pertahap.
Termasuk dalam kelompok ini adalah jenis-jenis khusus dari tipe sortasi
roller belt dan sorter roller seperti tipe baling-baling.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1. Stopwatch
2. Wadah plastic
3. Timbangan
4. Ayakan Tyler
3.1.2. Bahan
1. Tepung aci
2. Tepung beras
3. Tepung Terigu
3.2. Prosedur Percobaan
1. Menimbang bahan (tepung) yang akan diayak (massa awal bahan)
2. Mempersiapkan bahan ke dalam wadah ayakan tyler, lakukan dengan
mesh yang berbeda-beda, yaitu 20, 40, 50, 60, 70 dan 100
3. Setelah dipersiapkan, menyalakan mesin ayakan tyler untuk memulai
proses pengayakan, dilakukan dengan men-setting timer pada ayakan tyler
4. Menimbang massa pada bahan tertinggal pada masing-masing ayakan
dengan menggunakan timbangan
5. Menimbang massa hasil ayakan yang terlewat (bahan lewat) pada
timbangan
6. Setelah didapatkan data, menghitung modulus kehalusan degan
menggunakan persamaan:
FM = Jumlah total %bahan tertinggal
100
7. Menghitung diameter rata-rata (D)
D = 0,0041 (2)FM
8. Setelah data didapat dan dihitung, lalu membuat plot grafik hubungan
antara persentase bahan lewat dengan ukuran ayakan.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1. Pengamatan dan Perhitungan pada Tepung Aci
Tabel 1. Hasil Pengamatan pada Tepung AciMesh Diamater
Lubangdi
Bahan tertinggal
% Tertinggal Kumulatif
Faktor Pengali
Hasil Bahan Lewat
gram % gram %
20 0,841 0 0 0 6 0 100,1 100
40 0,420 0 0 0 5 0 100,1 100
50 0,297 0 0 0 4 0 100,1 100
60 0,250 0,15 0,15 0,15 3 0,45 99,85 99,85
70 0,210 0 0 0,15 2 0,30 99.85 100
100 0,149 10,65 10,65 10,80 1 10,80 89,2 89,34
Pan 89,2 89,2 - - - - -
Total 10,8 10,8 11,1 -
Fineness modulus = Jumlah total %bahan tertinggal
100
= 11,1100
FM = 0,111
Diameter (D) = 0,0041 (2)FM
= 0,0041 (2)0,111
= 0,0004428
20 40 50 60 70 100828486889092949698
100102
Tepung Aci
Series 3
Gambar 1. Grafik Bahan Lewat PAda Tepung Aci
4.2. Pengamatan dan Perhitungan pada Tepung Beras
Tabel 2. Hasil Pengamatan pada Tepung BerasMesh Diameter
lubang (d1)
Bahan Tertinggal
% Tertinggal Komulatif
Faktor Pengal
i
Hasil Bahan Lewat
Gram % Gram %20 0,841 0,19 0,19 0,19 6 1,14 99,95 99,9
40 0,420 0,35 0,35 0,54 5 1,75 99,67 99,7
50 0,297 5,22 5,22 5.76 4 20,88 92,85 93,
60 0,250 34,01 34,01 39,77 3 102,03 58,84 63,37
70 0,210 45,56 45,56 85,33 2 91,12 11,8 20,05
100 0,149 9,91 9,91 95,24 1 9,91 1,89 16,02
Pan - - - 0
Total - 95,24 95,24 226,83
Fineness modulus = Jumlah total %bahan tertinggal
100
= 95,24100
FM = 0,9524
Diameter (D) = 0,0041 (2)FM
= 0,0041 (2)0,9524
= 0,000774
20 40 50 60 70 1000
20
40
60
80
100
120
Tepung Beras
Series 1
Gambar 2. Grafik Bahan Lewat pada Tepung Beras
4.3. Pengamatan dan Perhitungan pada Tepung Terigu
Tabel 3. Hasil Pengamatan Tepung TeriguMesh Diameter
lubang (d1)
Bahan Tertinggal
% Tertinggal Komulatif
Faktor Pengali
Hasil Bahan Lewat
Gram % Gram %
20 0,841 0,00 0,00 0,00 6 0 100,14 100,14
40 0,420 0,33 0,33 0,33 5 1,65 99,26 99,12
50 0,297 0 0 0,33 4 1,32 98,28 99,01
60 0,250 0,97 0,97 1,30 3 3,9 97,73 99,44
70 0,210 0,05 0,05 1,35 2 2,70 97,63 99,89
100 0,149 11,63 11,63 12,98 1 12,98 84,76 86,81
Pan 84,76
Total 12,98 12,98 22,55
Fineness modulus = Jumlah total %bahan tertinggal
100
= 12,98100
FM = 0,1298
Diameter (D) = 0,0041 (2)FM
= 0,0041 (2)0,1294
= 0,004486
0,841 0,420 0,297 0,250 0,210 0,14975
80
85
90
95
100
105
Tepung Terigu
Series 2
Gambar 3. Grafik Bahan Lewat pada Tepung Terigu
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan pratikum kali ini kita telah mendapatkan tiga data mengenai
modulus kehalusan dari tiga jenis tepung yaitu ada tepung aci, tepung beras dan
tepung terigu. Kita melakukan pengayakan selama enam kali dengan 20, 40, 50,
60, 70 dan 100 mesh dengan diameter lubang yang berbeda-beda. Ukuran mesh
yang berbeda tersebut mempengaruhi jumlah fraksi yang tertahan pada tiap
ayakan, semakin besar ukuran mesh maka semakin sulit bahan tepung untuk
menembus ayakan.
Pada pratikum pengayakan yang dilakukan dengan bahan tepung aci,
dengan massa awal adalah 100,1 gram. Pada ayakan tyler ukuran 20 mesh setelah
dilakukan percobaan, tidak bahan yang tertinggal, dan semuanya terlewat 100%.
Pada ayakan tyler ukuran 40 mesh juga sama dengan sebelumnya tidak ada bahan
yang tertinggal, jadi bahan 100% melewati ayakan. Kemudian ayakan tyler
ukuran 50 mesh juga sama, tidak ada bahan yang tertinggal dengan 100% semua
bahan tepung aci melewati ayakan.. Untuk ayakan tyler dengan ukuran 60 mesh
diperoleh bahan yang tertinggal hanya sedikit sebesar 0,15 gram yang berarti
0,15% dari massa awal bahan, dan bahan yang terlewat sebesar 99,85 gram.
Setelah dikalikan dengan faktor pengali yang bernilai 3 maka diperoleh hasil
sebesar 0,45. Setelah itu selanjutnya dilakukan pengayakan pada ukuran 70 mesh,
dan kali ini tidak ada bahan yang tertinggal, 100% bahan semuanya terlewat dari
massa bahan sebelumnya. Dihitung dari faktor pengali yaitu 2 dengan tertinggal
kumulatif, maka didapatkan hasil 0,30. Selanjutnya yang terakhir adalah
pengayakan dengan ayakan tyler ukuran 100 mesh, setelah diayak didapatkan
bahan yang tertinggal adalah 10,65 gram. Sehingga bahan yang terlewat adalah
89,2 gram dari massa bahan yang awal. Dihitung dengan faktor pengali yaitu 1
dengan bahan tertinggal kumulatif, maka hasilnya adalah 10,80. Maka hasilnya,
total bahan yang tertinggal adalah 10,80 gram dan bahan yang telewat semuanya
adalah 89,2 gram, yaitu 89% dari massa awal tepung aci. Setelah itu didapatkan
modulus kehalusannya yaitu sebesar 0,111.
Selanjutnya adalah pratikum pengayakan yang dilakukan dengan bahan
tepung beras, dengan massa awalnya adalah 100,14 gram. Pada ayakan tyler
pertama dengan ukuran 20 mesh, bahan yang tertinggal adalah 0,19 gram atau
0,19% dari massa awal, maka bahan yang lewat adalah 99,95 gram. Dihitung
dengan faktor pengali yaitu 6 maka hasilnya adalah 1,14 .Pada ayakan tyler
ukuran 40 mesh diperoleh bahan yang tertinggal adalah sebesar 0,35 gram maka
bahan yang terlewat adalah 99,67 gram. Setelah dihitung dengan faktor pengali
yaitu 5 dengan tertinggal kumulatif maka didapatkan hasilnya adalah 1,75.
Kemudian selanjutnya ayakan tyler ukuran 50 mesh, didapatkan bahan yang
tertinggal adalah sebanyak 5,22 gram, maka bahan yang terlewat adalah 92,85
gram. Maka sekitar 93% bahan yang terlewat, dihitung dengan faktor pengali 4
maka didapatkan hasil sebesar 20,88. Untuk ayakan tyler dengan ukuran 60 mesh
semakin besar massa bahan yang tertinggal yaitu diperoleh bahan yang tertinggal
sebesar 34,01 gram yang berarti 34,01% dari massa bahan sebelumnya, dan bahan
yang terlewat sebesar 58,84 gram. Setelah dikalikan dengan faktor pengali yang
bernilai 3 maka diperoleh hasil sebesar 102,03. Lalu selanjutnya pada pengayakan
ukuran 70 mesh, dan kali ini bahan yang tertinggal adalah 45,56 gram, dan ini
adalah bahan yang tertinggal paling besar dibandingkan ayakan dengan ukuran
mesh yang lain. Dihitung dari faktor pengali yaitu 2 dengan tertinggal kumulatif
85,33 gram, maka didapatkan hasil 91,12. Selanjutnya yang terakhir adalah
pengayakan dengan ayakan tyler ukuran 100 mesh, setelah diayak didapatkan
bahan yang tertinggal adalah 10,65 gram. Sehingga bahan yang terlewat adalah
9,91 gram dari massa bahan yang awal. Dihitung dengan faktor pengali yaitu 1
dengan bahan tertinggal kumulatif 95,24 gram, maka hasilnya adalah 95,24. Maka
hasilnya, total bahan yang tertinggal adalah 95,24 gram dan bahan yang telewat
semuanya adalah hanya 1,89 gram, yaitu 1,89% dari massa awal tepung beras.
Setelah itu didapatkan modulus kehalusannya yaitu sebesar 0,9524.
Data terakhir yang didapat adalah pratikum pengayakan yang dilakukan
dengan bahan tepung terigu, dengan massa awalnya adalah 100,14 gram. Pada
ayakan tyler pertama dengan ukuran 20 mesh, tidak ada bahan yang tertinggal,
100% bahan semua terlewat. Pada ayakan tyler ukuran 40 mesh diperoleh bahan
yang tertinggal adalah sebesar 0,33 gram maka bahan yang terlewat adalah sekitar
99,26 gram. Setelah dihitung dengan faktor pengali yaitu 5 dengan tertinggal
kumulatif maka didapatkan hasilnya adalah 1,65. Kemudian ayakan tyler dengan
ukuran 50 mesh, tidak ada bahan yang terlewat, 100% bahan tepung terigu
terlewat. Lalu, dihitung dengan faktor pengali 4 dengan bahan tertinggal
kumulatif yaitu 0,33 maka didapatkan hasil sebesar 1,32. Untuk ayakan tyler
dengan ukuran 60 mesh yaitu diperoleh bahan yang tertinggal sebesar 0,97 gram
yang berarti 0,97% dari massa bahan sebelumnya, dan bahan yang terlewat
sebesar 98,28 gram. Setelah dikalikan dengan faktor pengali yang bernilai 3 maka
diperoleh hasil sebesar 3,9. Lalu pada pengayakan ukuran 70 mesh, dan kali ini
hanya sedikit bahan yang tertinggal yaitu 0,05 gram. Dihitung dari faktor pengali
yaitu 2 dengan tertinggal kumulatif 1,35 gram, maka didapatkan hasil 2,70.
Terakhir adalah pengayakan dengan ayakan tyler ukuran 100 mesh, setelah diayak
didapatkan bahan yang tertinggal adalah 11,63 gram. Dihitung dengan faktor
pengali yaitu 1 dengan bahan tertinggal kumulatif adalah 12,98 gram, maka
hasilnya adalah 12,98. Maka hasilnya, total bahan yang tertinggal adalah 12,98
gram dan bahan yang telewat semuanya yaitu 84,76 gram, yaitu sekitar 85% dari
massa awal tepung terigu. Setelah itu didapatkan modulus kehalusannya yaitu
sebesar 0,1298.
Maka dilihat dari ketiga data dengan ketiga jenis tepung yang berbeda,
maka tepung beras adalah yang paling banyak bahan yang tertinggal dibandingkan
dengan pada bahan tepung aci dan tepung terigu. Tepung beras banyak yang
tertinggal mungkin dikarenakan bentuknya yang sedikit padat dibandingkan bahan
tepung yang lain sehingga lebih banyak yang tertinggal.
Juga di beberapa data, ada hasil bahan yang tertinggal yang tidak sesuai
perhitungan dengan bahan yang terlewat, faktor yang menyebabkan adalah ada
kemungkinan bahan tepung banyak yang masih menempel pada ayakan, saat
ditimbang tidak semuanya terukur. Sehingga ukurannya tidak sesuai dengan
perhitungan. Semakin besar ukuran mesh maka diperlukan waktu yang lebih
untuk mengayak, karena lubang semakin kecil, sehingga sulit untuk tepung
melewati ayakan tersebut.
Modulus kehalusan butir (FM) didefinisikan sebagai jumlah persen
komulatif sisa saringan diatas ayakan No. 100 (150 μm) dibagi seratus. Makin
besar nilai modulus halus menunjukkan bahwa makin besar ukuran butir–butir
agregatnya. Modulus halus butir agregat halus berkisar antara 1,5 – 3,8 (SNI 03 –
1750 - 1990). Jika dibandingkan dengan SNI, maka bahan tepung diatas tidak bisa
digolongkan sebagai butir yang halus.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pratikum mengenai pengayakan bahan hasil pertanian, maka
kita mendapatkan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Ukuran mesh pada ayakan sangat mempengaruhi persentase bahan yang
tertinggal dan yang terlewat.
2. Ukuran pada bahan juga mempengearuhi persentase bahan yang tertinggal
dan yang terlewat.
3. Semakin besar ukuran mesh, semakin sulit dan semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk bahan bisa melewati ayakan
4. Persentase bahan yang tertinggal didapatkan dari bahan yang tertinggal
pada ayakan dibagi dengan total massa awal bahan.
5. Fineness modulus atau modulus kehalusan, didapat dari bahan yang
tertinggal dibagi dengan seratus
6. Modulus kehalusan menentukan kehalusan pada bahan, semakin halus
semakin mudah bahan terlewat
6.2. Saran
Saran yang saya berikan untuk pratikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Alat yang digunakan sebaiknya ada dua atau lebih karena akan
mempercepat pengerjaan pratikum, jadi tidak ada shift yang menunggu
lama.
2. Materi pratikum lebih baik diperatikan terlebih dahulu, agar tidak ada
kebingungan dalam mencari data hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, Anton, dkk, 1989. Analisis Pangan. Pusbangtepa IPB : Bogor.
Earle, R.L., 1969. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. P.T. Sastra
Hudaya: Jakarta.
Maharani, Dewi Maya. Size Reduction (Pengecilan Ukuran).
http://dewimayamaharani.lecture.ub.ac.id. (diakses pada tanggal 30 April
2013)
Sudaryanto, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Mata Kuliah Teknologi Hasil
Pertanian. Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas
Padjadjaran.
LAMPIRAN
Gambar 4. Ayakan Tyler Gambar 5. Mesin Pengayak
Gambar 6. Tepung Aci Gambar 7. Proses Mengayak
Gambar 8. Proses Pengayakan Gambar 9. Penimbangan Bahan