Post on 05-Jan-2016
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas Kasih dan RahmatNya sehingga Laporan Final ini dapat kami selesaikan. Pembuatan Laporan Ringkasan ini didasarkan pada Surat Perjanjian Kerja antara PT. Arci Pratama Konsultan dengan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sinjai dengan NO KONTRAK: 01/PU/PPK-PTP/KONTRAK/XII/2014 Tanggal 1 Desember 2014 untuk pekerjaan PERENCANAAN TANGGUL PANTAI KECAMATAN SINJAI TIMUR DAN KECAMATAN TELLULIMPOE KABUPATEN SINJAI.Buku ini berisi latar belakang, maksud dan tujuan pelaksanaan pekerjaan, lokasi dan lingkup pekerjaan, gambaran umum lokasi pekerjaan, hasil identifikasi permasalahan di lapangan, pendekatan dan metodologi pemecahan masalah, analisa data teknis, alternatif desain, permodelan matematik, desain dan rencana anggaran biaya.Demikian Laporan Ringkasan ini kami sampaikan untuk dijadikan acuan dalam pekerjaan selanjutnya. Masukan dan saran demi perbaikan laporan ini sangat kami harapkan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Sinjai, Desember 2014PT. ARCI PRATAMA KONSULTANTeam Leader
DAFTAR ISI
iKATA PENGANTAR
iiDAFTAR ISI
ivDAFTAR GAMBAR
vDAFTAR TABEL
1BAB I PENDAHULUANI-
11.1.Latar Belakang PekerjaanI-
21.2.Maksud dan Tujuan PekerjaanI-
21.3.Sasaran PekerjaanI-
21.4.Lokasi PekerjaanI-
31.5.Identitas PekerjaanI-
31.6.Lingkup Pekerjaan dan Jenis KegiatanI-
1BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAANII-
12.1.Kondisi GeografisII-
12.2.Keadaan IklimII-
22.3.Kondisi Kependudukan dan KetenagakerjaanII-
32.4.Kondisi Sosial dan EkonomiII-
32.4.1.PendidikanII-
32.4.2.KesehatanII-
42.5.Sumber Daya Alam dan Potensi WilayahII-
42.5.1.Pertanian dan Tanaman PanganII-
52.5.2.PerindustrianII-
72.5.3.Perdagangan KeuanganII-
72.5.4.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)II-
82.6.PemerintahanII-
1BAB III PENDEKATAN PERMASALAHANIII-
13.1.Pendekatan MasalahIII-
13.1.1.Kondisi Awal Pantai di Kabupaten SinjaiIII-
13.1.2.Pantai di Desa Pasimarannu Kecamatan Sinjai TimurIII-
23.1.3.Pantai di Desa Pattongko Kecamatan Tellu LimpoeIII-
33.1.4.Penilaian Tingkat Kerawanan PantaiIII-
1BAB IV HASIL ANALISIS DATA TEKNISIV-
14.1.TopografiIV-
14.2.BathymetriIV-
44.3.Pasang SurutIV-
64.3.1.Konstanta Pasang SurutIV-
64.3.2.Tipe Pasang SurutIV-
74.3.3.Tunggang Pasang SurutIV-
74.4.AnginIV-
74.4.1.Data AnginIV-
84.4.2.FetchIV-
94.5.GelombangIV-
94.5.1.Hindcasting GelombangIV-
124.6.SalinitasIV-
124.7.Geologi dan Mekanika TanahIV-
124.7.1.Kajian Geologi RegionalIV-
134.7.2.SondirIV-
144.7.3.Bor TanganIV-
144.7.4.Hasil Pengujian LaboratoriumIV-
1BAB V METODOLOGI PENGAMANAN DAERAH PANTAI DAN KRITERIA PERENCANAANV-
15.1.Konsep Pengamanan Daerah PantaiV-
15.2.Kriteria Perencanaan Bangunan PantaiV-
15.2.1.Kriteria UmumV-
25.2.2.Kriteria TeknisV-
25.3.Gelombang RencanaV-
35.4.Muka Air Laut RencanaV-
35.5.Run Up dan Run DownV-
45.6.Struktur Pelindung Kaki (Toe Protection)V-
45.6.1.Pelindung kaki struktur bangunan tumpukan batuV-
45.6.2.Pelindung kaki struktur bangunan dinding vertikalV-
55.7.Struktur Bangunan Tumpukan BatuV-
65.8.GroinV-
65.8.1.Panjang groinV-
65.8.2.Tinggi groinV-
75.8.3.Jarak groinV-
75.9.Tembok LautV-
75.9.1.Tinggi Mercu Tembok LautV-
75.9.2.Prinsip Disain Tembok LautV-
1BAB VI ALTERNATIF DESAINVI-
16.1.Analisis PermasalahanVI-
36.2.Skenario Pengamanan Daerah Pantai Sinjai TimurVI-
36.3.Alternatif Bangunan Pengaman Pantai Sinjai TimurVI-
46.4.Strategi PenangananVI-
56.5.Pemilihan AlternatifVI-
1BAB VII ANALISIS DAN DESAIN STRUKTURVII-
17.1.Pre-eliminiray desainVII-
27.2.Muka Air Laut RencanaVII-
27.3.Gelombang RencanaVII-
27.4.Elevasi Puncak StrukturVII-
37.5.Perhitungan Dimensi dan Detail StrukturVII-
37.5.1.Dimensi StrukturVII-
47.5.2.Detail StrukturVII-
1BAB VIII PERMODELAN MATEMATISVIII-
18.1.Model GelombangVIII-
18.1.1.Hasil Simulasi GelombangVIII-
48.2.Pemodelan Arus dan SedimenVIII-
48.2.1.Hasil Simulasi Arus dan SedimenVIII-
1BAB IX VOLUME DAN RENCANA ANGGARAN PEKERJAANIX-
19.1.Daftar Volume dan Rencana Anggaran BiayaIX-
1BAB X KESIMPULANX-
110.1.KesimpulanX-
110.2.Rekomendasi dan PentahapanX-
1DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
3Gambar 1. 1 Lokasi kegiatanI-
3Gambar 2. 1 . Persentase wilayah Kabupaten Sinjai menurut Kecamatan (Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi)II-
5Gambar 2. 2 Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Sinjai Tahun 2013 (Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sinjai)II-
6Gambar 2. 3. Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Investasi, Nilai Produksi dan Nilai Bahan Baku Usaha Industri di kabupaten sinjai 2008 2012II-
6Gambar 2. 4. Perkembangan jumlah siup yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sinjai Tahun 2008-2012II-
7Gambar 2. 5. Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)II-
8Gambar 2. 6. PDRB ADHB Kabupaten Sinjai Berdasarkan Kontribusi Sektor-Sektornya Tahun 2009II-
8Gambar 2. 7. Grafik perkembangan jumlah akta yan diterbitkan kantor catatan sipil (Sumber : Sekretariat Daerah Kabupaten Kab. SInjai)II-
1Gambar 3.1. Kondisi Pantai di Kecamatan Sinjai Timur dan Tellu LimpoeIII-
2Gambar 3.2. Sarana yang terancam di Desa PasimarannuIII-
2Gambar 3.3. Kondisi pantai Pasimarannu saat surutIII-
3Gambar 3.4. Kondisi tanggul jalan nasional yang sudah rusakIII-
3Gambar 3.5. Kondisi rumah dan tanggul swadaya masyarakatIII-
2Gambar 4. 1. Peta Bathymetri dan Topografi Pantai PasimmarannuIV-
3Gambar 4. 2. Peta Bathymetri dan Topografi Pantai PattongkoIV-
6Gambar 4. 3. Grafik Hasil Pengamatan Pasang SurutIV-
7Gambar 4. 4. Mawar Angin Sinjai Tahun 2009 - 2013IV-
8Gambar 4. 5. Fetch Peramalan Gelombang Pantai SinjaiIV-
11Gambar 4. 6. Mawar Gelombang Pantai SinjaiIV-
13Gambar 4. 7. Peta Geologi Kabupaten SinjaiIV-
TOC \h \z \c "Gambar 7."
5Gambar 7. 1. Desain Tanggul Pantai Sinjai TimurVII-
2Gambar 8. 1 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang timur secara umumVIII-
2Gambar 8. 2 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang timur segmen A.VIII-
2Gambar 8. 3 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang timur segmen BVIII-
3Gambar 8. 4 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang tenggara secara umum.VIII-
3Gambar 8. 5 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang tenggara segmen AVIII-
3Gambar 8. 6 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang tenggara segmen BVIII-
4Gambar 8. 7 Kecepatan dan pola arus pada saat menjelang pasang.VIII-
5Gambar 8. 8 Kecepatan dan pola arus pada saat menjelang surut.VIII-
5Gambar 8. 9 Perubahan dasar elevasi Pantai PasimarannuVIII-
1Gambar 9. 1. Rekapitulasi AnggaranIX-
DAFTAR TABEL
1Tabel 2. 1. Luas Wilayah Kabupaten Sinjai Menurut KecamatanII-
1Tabel 2.2 . Iklim Kabupaten Sinjai tahun 2010-2012II-
2Tabel 2.3 . Jumlah Penduduk Berdasarkan KecamatanII-
2Tabel 2.4 . Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Setiap Kecamatan, 2013II-
3Tabel 2.5 Jumlah Murid, Berdasarkan Jenis Sekolah dan Kecamatan di Kabupaten SInjai, 2013II-
3Tabel 2.6 Banyaknya, Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas, Petu dan PosyanduII-
4Tabel 2.7. Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Tempat/Fasilitas di Kabupaten Sinjai, 2013II-
4Tabel 2.8 Luas Panen Produksi dan Produktifitas jenis Lahan Tanaman Pangan Padi Menurut bulanan di Kabupaten Sinjai Tahun 2013II-
7Tabel 2.9 Bongkar Muat Barang Antar Pulau Di Pelabuhan Sinjai Tahun 2012II-
TOC \h \z \c "Tabel 3."
4Tabel 3. 1. Tingkat Kerawanan Pantai, Kabupaten SinjaiIII-
TOC \h \z \c "Tabel 4."
1Tabel 4. 1. Daftar Koordinat BM Pekerjaan Tanggul Pantai Sinjai TimurIV-
5Tabel 4. 2. Pengamatan 15 piantan pasang surutIV-
6Tabel 4. 3. Konstanta Harmonik Pasang Surut Pantai Pasimmarannu dan PattongkoIV-
9Tabel 4. 4. Tabel kecepatan angin yang telah dikoreksiIV-
10Tabel 4. 5. Tabel Persentasi Kejadian Gelombang Bulan Januari Desember 2009-2013IV-
10Tabel 4. 6. Hasil peramalan tinggi gelombang laut dalam (Hsm)IV-
10Tabel 4. 7. Hasil peramalan periode gelombang laut dalam (Tsm)IV-
12Tabel 4. 8. Tinggi gelombang pecah (Hb)IV-
14Tabel 4. 9. Prediksi jenis tanah berdasarkan pekerjaan bor tanganIV-
15Tabel 4. 10. Hasil rekapitulasi penyelidikan tanah di laboratoriumIV-
6Tabel 5. 1. Koefisien Stabilitas Lapis Lindung (KD) untuk bangunan tidak terlimpasiV-
2Tabel 6. 1. Ringkasan permasalahan Pantai Sinjai TimurVI-
3Tabel 6. 2. Hubungan permasalahan pantai dengan jenis struktur pengamanVI-
4Tabel 6. 3. Ringkasan permasalahan Pantai Sinjai Timur dan PenyelesaiannyaVI-
5Tabel 6. 4. Matriks Pemilihan Alternatif DesainVI-
1Tabel 7. 1.Pembagian pias pantai untuk rencana pengamanVII-
2Tabel 7. 2. Muka Air Laut RencanaVII-
2Tabel 7. 3. Gelombang pecah, kedalaman pecah dan tinggi gelombang rencanaVII-
2Tabel 7. 4. Elevasi puncak struktur tanggul pantaiVII-
3Tabel 7. 5. Elevasi puncak struktur groinVII-
3Tabel 7. 6. Dimensi struktur tanggul pantai untuk setiap zonaVII-
4Tabel 7. 7. Dimensi struktur groin untuk setiap zonaVII-
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pekerjaan
Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah daratan yang berbatasan dengan laut, dengan batas di daratanmeliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut dll. Wilayah pesisir bersifat dinamis dan rentan terhadap perubahan lingkungan baik karena proses alami maupun akibat aktivitas manusia. Kajian Kerawanan dan Dinamika Wilayah Pesisis mengemukakan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat padat jumlah penduduknya dan populasi dunia berkisar antara 50-70% dari total penduduk dunia. Di Indonesia sendiri 60% penduduknya hidup di wilayahpesisir, peningkatan jumlah penduduk yang hidup di wilayah pesisir memberikan dampak tekanan terhadap sumer daya alam pesisir seperti degradasi pesisir, pembuangan limbah ke alut, erosi pantai(abrasi), akresi pantai (penambahan pantai) dan sebagainya. Dalam melakukan berbagai aktivitas untuk meningkatkan taraf hidupna, manusia melakukan perubahan-perubahan terhadap ekosistem dan sumberdaya alam sehingga berpengaruh terhadap lingkungan di wilayah pesisir khususnya garis pantai.Garis pantai adalah batas air laut pada waktu pasang tertinggi telah sampai ke darat. Perubahan garis pantai ini banyak dilakukan oleh aktivitas manusia seperti pembukaan lahan, eksploitasi baha galian di daratan pesisir yang dapat merubah keseimbangan garis pantai melalui suplai muatan sedimen yang berlebihan. Dengan curah hujan yan dengan intensitas tinggi dapat juga mempengaruhi perubahan garis pantai. Di sepanjang kawasan pantai terdapat segmen-semen pantai yang mengalami erosi, disamping ada bagian-bagian yang mengalami akresi sedimentasi dan segmen yang stabil.
Sekitar 70% pantai terutama berpasir di dunia mengalami erosi pantai dan penyebab utama adalah aneka ragam pengaruh manusia secara langsung maupun tak langsung yang menyebabkan berkrangnya jumlah ketersediaan cadangan sedimen yang ada di pantai dibandingkan dengan sedimen keluar dari pantai akibat pengaru alam. Di beberapa bagian pantai di dunia, erosi pantai yang terjadi telah menimbulkan kerugian yang besar berupa rusaknya daerah pemukiman, pertambakan, dan jalan raya. Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius degradasi garis pantai yang disebabkan oleh angin, hutan, arus, dan gelombang serta akibat aktivitas manusia. Aktivitas manusia seperti pembukaan hutan mangrove, penambangan pasir laut dan penambangan terumbu karang di beberapa lokasi telah memberikan kontribusi penting terhadap erosi pantai, karena hilangnya perlindungan pantai dari hantaman gelombang dan pantai. Pantai juga meruakan tempat rekreasi yang potensial bagi daerah setempat sehingga keberadaannya perl dijaga, dikelola dan dilestarikan.Permasalahan di atas juga terjadi pada Pantai Pasimarannu Sinjai Timur, Kecamatan Sinjai Timur dan Pantai Pattongko Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan. Kurang lebih 5 km pantainya menglami kerusakan akibat terjangan gelombang dan mengancam keamanan perumahan penduduk, sarana prasarana infrastruktur jalan di sekitar pantai, terutama jalan propinsi yang terletak di pinggir laut. Permasalahan penanganan yang tepat dengan mempertimbangkan banyak faktor dalam jangka panjang dan merupakan bagian dari suatu strategis perencanaan yang berpedoman pada kebijaksanaan Coastal Zone Management (CZM).
Pencegahan dan penanganan terhadap erosi pantai (abrasi), akresi pantai (penambahan pantai) dan sebagainya dapat dengan menggunakan teknologi pengamana pantai dan cara sederhana seperti hutan bakau dan gundukan batu. Dengan teknologi seperti revetment, seawall, groin, pemecah gelombang sejajar pantai dan reklamasi. Upaya yang dapat dilakukan untuk menetapkan/ pemilihan jenis penanganan/konstruksi yang cocok untuk penanganan permasalahan di Pantai Pasimarannu Sinjai Timur, Kecamatan Sinjai Timur dan Pantai Pattongko Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan adalah dengan melakukan kajian terlebih dahulu melalui Survei, Investigasi dan Desain pada lokasi pesisir Pantai Sinjai Timur dan Pantai Pattongko.Berdasarkan kondisi ini, maka pada Tahun Anggaran 2014 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sinjai merencanakan untuk melaksanakan pekerjaan Survei, Investigasi dan Desain Pengaman Pantai Sinjai Timur dan Pantai Pattongko Kabupaten Sinjai.1.2. Maksud dan Tujuan Pekerjaan
Maksud pekerjaan ini adalah untuk melakukan kajian, inventarisasi dan identifiaksi permasalahan yang terjadi pada satuan wilayah pengaman pantai (SWPP) Pantai Pasimarannu Sinjai Timur, Kecamatan Sinjai Timur dan Pantai Pattongko Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai Propinsi Sulwesi Selatan, serta upaya untuk pemulihan kerusakan pantai guna mengembalikan ke kondisi semula yang meliputi:
1. Gambaran perkembangan kondisi sosial ekonomi di masa sekarang dan masa yang akan datanng2. Gambaran dan faktor alam yang mempengaruhi faktor kerusakan pantai
3. Kondisi fisik pesisir pantai Kecamatan Sinjai Timur dan Pantai Kecamatan Tellulimpoe
4. Perencanaan pengendalian erosi pantai (abrasi), akresi pantai (penambahan pantai) dan sebagainya, mulai aspek teknis morfologi lahan dan air, hidrooseanografi dan kondisi hidroklimatologi.Tujuan pekerjaan ini adalah untuk menyiapkan dokumen/produk detail desain bangunan pengamana pantai agar implementasinya dapat dengan mudah, tepat dan mencapai sasaran dalam pelaksanaannya.1.3. Sasaran Pekerjaan
Adapun sasaran dari pekerjaan ini adalah untuk mengetahui besarnya daya rusak gelombang laut terhadap erosi pantai (abrasi) dan sebagainya yang mengakibatkan terjadinya kemunduran garis pantai Sinjai Timur dan Pantai Pattongko. Karena adanya ketidaseimbangan antara pasokan sedimen dengan kapasitas angkutan sedimen, hal ini sebagai akibat adanya pencemaran perairan pantai, perusakan terhadap morfologi pantai dan sebagainya sehingga dapat dipilih jenis konstruksi/ penanganan yang cocok untuk penanganan pada lokasi tersebut.1.4. Lokasi Pekerjaan
Lokasi Pekerjaan dari kegiatan ini berada pada wilayah Pantai Pasimarannu Kecamatan Sinjai Timur Dan Pantai Pattongko Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sinjai, Propinsi Sulawesi Selatan, sebagaimana ditunjukkan dibawah ini.
Gambar 1. 1 Lokasi kegiatan
1.5. Identitas Pekerjaan
Informasi pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah:
1) Nama Kegiatan:Desain Tanggul Pantai Pasimarannu Kecamatan Sinjai Timur Dan Pantai Pattongko Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai2) Lokasi Kegiatan:Kabupaten Sinjai.3) Angaran:Rp. 270.000.000,- (Dua Ratus Tujuh Puluh Juta)4) Sumber Dana:APBD Perubahan tahun Anggaran 20145) Pemilik Pekerjaan:PPK Perencanaan Teknis Dinas Pekerjaan Umum Sinjai1.6. Lingkup Pekerjaan dan Jenis Kegiatan
Lingkup pekerjaan ini secara garis besar meliputi kegiatan pokok sebagai berikut ini.
1) Pekerjaan Persiapan
2) Survei lapangan
3) Analisa Data
4) Perencanaan Teknis
Adapun jenis kegiatan dalam pekerjaan ini meliputi kegiatan sebagai berikut ini.BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
2.1. Kondisi Geografis
a. Letak Wilayah
Secara geografis Kabupaten Sinjai terletak antara 50256 sampai 502116 Lintang Selatan dan antara 119056 30 sampai 120025 33 Bujur Timur.b. Batas Wilayah
Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone, di sebelah Timur dengan Teluk Bone, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Bulukumba dan di sebelah Barat dengan Kabupaten Gowa.c. Luas Wilayah
Tabel 2. 1. Luas Wilayah Kabupaten Sinjai Menurut KecamatanKECAMATAN / DISTRICLUAS /PERSENTASE TERHADAP
AREALUAS KABUPATEN /
(Km2)Percentage to Total Of Sinjai
123
1SINJAI BARAT135,5316,529
2SINJAI BORONG66,978,167
3SINJAI SELATAN131,9916,097
4TELLU LIMPOE147,3017,964
5SINJAI TIMUR71,888,766
6SINJAI TENGAH129,7015,818
7SINJAI UTARA29,573,606
8BULUPODDO99,4712,131
9PULAU SEMBILAN7,550,920
KABUPATEN SINJAI819,96100,00
2.2. Keadaan Iklim
Tabel 2.2 . Iklim Kabupaten Sinjai tahun 2010-2012BULAN20102011 2012
curahharicurahharicurahhari
hujanhujanhujanhujanhujanhujan
1234444
1JANUARI8717255656
2FEBRUARI2191034430010
3MARET568125814010
4APRIL31712197929416
5MEI674137331647111
6JUNI 8352155548911
7JULI6741918663789
8AGUSTUS3409231292
9SEPTEMBER43081153451
10OKTOBER292136691326
11NOVEMBER 21482107252
12DESEMBER7313610274
JUMLAH4145141190583239588
Sumber : BPS Kabupaten Sinjai, 20132.3. Kondisi Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Tabel 2.3 . Jumlah Penduduk Berdasarkan KecamatanKECAMATAN / DISTRICPENDUDUK
20022012
123
1SINJAI BARAT2091623165
2SINJAI BORONG1561617877
3SINJAI SELATAN3356537530
4TELLU LIMPOE2830731444
5SINJAI TIMUR2590428214
6SINJAI TENGAH2367726146
7SINJAI UTARA3666144309
8BULUPODDO1542615865
9PULAU SEMBILAN71858062
JUMLAH207257232612
Dari Tabel 2.3 menunjukkan bahwa Kecamatan Sinjai Utara merupakan kecamatan terpadat di Kabupaten Sinjai. Hal ini dikarenakan Kecamatan Sinjai Utara adalah ibu kota Kabupaten Sinjai. Sementara itu, jika dilihat dari jenis kelamin penduduk, maka penyebaran penduduk di Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 . Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Setiap Kecamatan, 2013KECAMATAN / DISTRICLAKI-LAKIPEREMPUANJUMLAHSEX RATIO
12333
1SINJAI BARAT115861157923165100
2SINJAI BORONG9086879117877103
3SINJAI SELATAN18237192933753095
4TELLU LIMPOE14976164683144491
5SINJAI TIMUR12845153692821484
6SINJAI TENGAH12956131901614698
7SINJAI UTARA21285230244430992
8BULUPODDO772481411586595
9PULAU SEMBILAN40054057806299
JUMLAH11270011991223261294
Sumber : Dinas Duk Capil Desember 2013
Gambar 2. 1 . Persentase wilayah Kabupaten Sinjai menurut Kecamatan (Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi)2.4. Kondisi Sosial dan Ekonomi
2.4.1. Pendidikan
Tabel 2.5 Jumlah Murid, Berdasarkan Jenis Sekolah dan Kecamatan di Kabupaten SInjai, 2013KECAMATAN / DISTRICTKSDSMPSMASMK
123
1SINJAI BARAT632,9981025514-
2SINJAI BORONG-2,588464429-
3SINJAI SELATAN-5,23023291328-
4TELLU LIMPOE-4,5011569830-
5SINJAI TIMUR-3,9131203622219
6SINJAI TENGAH-3,3061212669-
7SINJAI UTARA2076,077231217141615
8BULUPODDO562,172834405-
9PULAU SEMBILAN-1,120212-50
JUMLAH326319051116065111884
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sinjai, 20132.4.2. Kesehatan
Tabel 2.6 Banyaknya, Rumah Sakit, Poliklinik, Puskesmas, Petu dan Posyandu
KECAMATAN / DISTRICRUMAH SAKITPuskesmasPuskesmasPuskesmasPOSYANDURUMAH
PembantuKelilingBERSALIN
123
1SINJAI BARAT-27244-
2SINJAI BORONG-26128-
3SINJAI SELATAN-29245-
4TELLU LIMPOE-29250-
5SINJAI TIMUR-39346-
6SINJAI TENGAH-29241-
7SINJAI UTARA114129-
8BULUPODDO-16129-
9PULAU SEMBILAN-13-13-
JUMLAH1166214325-
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten SinjaiTabel 2.7. Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Tempat/Fasilitas di Kabupaten Sinjai, 2013
KECAMATAN / DISTRICDOKTER UMUMDOKTER GIGIDOKTER AHLIAPOTEKERSARJANA
KESEHATAN
123456
1SINJAI BARAT1---4
2SINJAI BORONG1---4
3SINJAI SELATAN31-110
4TELLU LIMPOE1---6
5SINJAI TIMUR43--12
6SINJAI TENGAH21--9
7SINJAI UTARA27641335
8BULUPODDO31--6
9PULAU SEMBILAN----3
JUMLAH421241489
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai2.5. Sumber Daya Alam dan Potensi Wilayah
2.5.1. Pertanian dan Tanaman PanganTabel 2.8 Luas Panen Produksi dan Produktifitas jenis Lahan Tanaman Pangan Padi Menurut bulanan di Kabupaten Sinjai Tahun 2013BULANPANEN BERSIHPRODUKSIRATA-RATA PRODUKSI
1234
1JANUARI44.00254.0047,82
2FEBRUARI684.003270.0047,80
3MARET3946.0018858.0047,79
4APRIL3449.0016957.0047,78
5MEI1777.008244.0046,39
6JUNI 596.002765.0046,39
7JULI1483.006880.0046,39
8AGUSTUS7530.0034932.0046,39
9SEPTEMBER1866.009640.0051,66
10OKTOBER592.003054.0051,59
11NOVEMBER 1969.0010156.0051,58
12DESEMBER---
JUMLAH24036.00116115.0048,33
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sinjai
Gambar 2. 2 Produksi Padi dan Palawija di Kabupaten Sinjai Tahun 2013 (Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sinjai)2.5.1.1. Peternakan
BULANPANEN BERSIHPRODUKSIRATA-RATA PRODUKSI
1234
1JANUARI91648433,332,50047,82
2FEBRUARI73391349,791,00047,80
3MARET69637333,323,00047,79
4APRIL88070418,535,00047,78
5MEI125032559,150,00046,39
6JUNI 69887333,335,00046,39
7JULI87074411,166,66746,39
8AGUSTUS132726480,333,33346,39
9SEPTEMBER149548735,000,00051,66
10OKTOBER2591511,198,333,33451,59
11NOVEMBER 2008931,010,000,00051,58
12DESEMBER2539601,166,666,666-
JUMLAH16010177,428,966,50048,33
2.5.2. Perindustrian
Data industri formal dan informal di Kabupaten Sinjai tahun 2012 adalah 910 buah unit usaha formal dan 2.249 unit usaha informal dengan tenaga kerja orang di bidang formal dan orang di bidang informal. Tenaga listrik yang diproduksi oleh PLN Ranting dan sub rating di Kabupaten Sinjai tahun 2012 adalah sebesar 313.607 KWH. Banyaknya air minum yang disalurkan kepada 5.771 pelanggan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Sinjai tahun 2012 adalah sebesar 1.348.073 m3 air bersih. Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Investasi, Nilai Produksi dan Nilai Bahan Baku Usaha Industri dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2. 3. Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Investasi, Nilai Produksi dan Nilai Bahan Baku Usaha Industri di kabupaten sinjai 2008 2012Sementara itu, jumlah tenaga kerja di perusahaan industry kecil menurut jenis industry di Kabupaten Sinjai tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2. 4. Perkembangan jumlah siup yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Sinjai Tahun 2008-20122.5.3. Perdagangan Keuangan
Tabel 2.9 Bongkar Muat Barang Antar Pulau Di Pelabuhan Sinjai Tahun 2012
BULANCALL (BUAH)PRODUKSI
123
1JANUARI2312,751
2FEBRUARI2381,950
3MARET3882,747
4APRIL4962,693
5MEI3203,263
6JUNI 2862,816
7JULI2662,718
8AGUSTUS2312,281
9SEPTEMBER3322,940
10OKTOBER3802,905
11NOVEMBER 3703,721
12DESEMBER3233,593
JUMLAH386134,378
Sumber : Kantor pelabuhan SInjai
2.5.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Kabupaten Sinjai menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2012 sebesar 3.716.149,62 juta rupiah, dengan konstribusi terbesar dari sektor pertanian yaitu 1.780.629,80 juta rupiah atau sekitar 47,92 persen PDRB Kabupaten Sinjai menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2012sebesar 1.223.704,47 juta rupiah.
Gambar 2. 5. Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
Gambar 2. 6. PDRB ADHB Kabupaten Sinjai Berdasarkan Kontribusi Sektor-Sektornya Tahun 20092.6. Pemerintahan
Pemerintahan Kabupaten Kabupaten Sinjai secara administrasi terdiri dari 9 kecamatan definitif. Berdasarkan data dari Bagian Pemerintahan Kantor Sekretaris Daerah Kabupaten Sinjai, pada tahun 2012 terdapat 67 Desa definitif, 13 Kelurahan dan 349 Dusun/Lingkungan. Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak termasuk tenaga fungsional guru menurut Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Sinjai tercatat sebanyak 2.059 orang dengan rincian 1.251 laki- laki dan 808 perempuan.
Gambar 2. 7. Grafik perkembangan jumlah akta yan diterbitkan kantor catatan sipil (Sumber : Sekretariat Daerah Kabupaten Kab. SInjai)Tanggal 20 Oktober 1959 Sinjai Sinjai resmi menjadi Kabupaten berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959. dan tanggal 27 Pebruari 1960 Abdul Latif dilantik menjadi Kepala Daerah Tingkat II Sinjai yang pertama. NAMA-NAMA BUPATI SINJAI DAN MASA JABATANNYA
1. ABDUL LATIF TAHUN 1960-1963
2. ANDI ASIKIN TAHUN 1963-1967 3. Drs.H.M.NUR THAHIR TAHUN 1967-1971
4. Drs.H.ANDI BINTANG TAHUN 1971-1983
5. H.A.ARIFUDDIN MATTOTORANG, SH TAHUN 1983-1993
6. H.MOH.ROEM, SH, M.Si TAHUN 1993-2003
7. ANDI RUDIYANTO ASAPA, SH TAHUN 2003-2013 BAB III PENDEKATAN PERMASALAHAN
3.1. Pendekatan Masalah
3.1.1. Kondisi Awal Pantai di Kabupaten SinjaiBerdasarkan hasil pengamatan kondisi eksisting pantai Pasimarannu dan Pattongko sepanjang 10 kilometer yang terbagi berdasarkan wilayah administrasi terdiri dari Desa Pasimarannu dan desa Pattongko.
Berdasarkan hasil pengamatan saat survey pendahuluan/orientasi lapangan permasalahan yang dijumpai memiliki kecenderungan yang sama akibat adanya aktivitas gelombang yang mengakibatkan abrasi pada daerah pantai, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa bangunan eksisting berupa revetment yang telah rusak dan terguling akibat gelombang, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut. Menurut catatan dan informasi dari masyarakat, telah terjadi kemunduran garis pantai sekitar 100 m sejak tahun 1980. Dengan demikian terjadi abrasi kira-kira 3 m per tahunnya di pantai Sinjai Timur.
Gambar 3.1. Kondisi Pantai di Kecamatan Sinjai Timur dan Tellu Limpoe3.1.2. Pantai di Desa Pasimarannu Kecamatan Sinjai TimurDesa Pasimarannu terletak di Kecamatan Sinjai Timur merupakan desa di sebelah Timur Kota Kabupaten Sinjai dengan waktu tempuh dari kota kabupaten ke desa kurang lebih 15 menit. Di sebelah timur berbatasan dengan laut, sebelah Utara dengan desa Panaikang, sebelah barat dengan hutan dan sebelah selatan dengan dengan desa Sanjai. Desa Pasimarannu memiliki jumlah penduduk 1995 jiwa dalam 495 KK. Jumlah penduduk laki-laki 936 jiwa dan perempuan 1005 jiwa. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan (80%) sehingga laut dan pantai menjadi satu bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat di pesisir.Pantai di Desa Pasimarannu memiliki karakteristik landai. Garis pantai mengalami kemunduran sekitar 100 m karena abrasi dari tahun 1974. Kerusakan pantai terjadi karena adanya beberapa lokasi tambang pasir liar yang telah diidentifikasi. Selain itu terjadi kerusakan revetment akibat terjangan gelombang di lokasi pantai desa Pasimarannu yang terjadi pada bulan April sampai Juli dengan tinggi gelombang mencapai 3 meter. Akibat dari abrasi adalah kerusakan rumah, perahu dan tanaman. Hal ini mengakibatkan ancaman bagi pemukiman dan fasilitas umum berupa sarana sekolah, sarana pemerintahan, sarana kesehatan dan sarana ibadah di dekat pantai.
` Gambar 3.2. Sarana yang terancam di Desa Pasimarannu
Gambar 3.3. Kondisi pantai Pasimarannu saat surut3.1.3. Pantai di Desa Pattongko Kecamatan Tellu LimpoeDesa Pattongko terletak di Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sinjai merupakan desa di sebelah selatan Desa Pasimarannu berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba. Disebelah timur berbatasan dengan laut, sebelah selatan dengan Kabupaten Bulukumba, sebelah barat dengan hutan dan sebelah Utara dengan dengan desa Bua. Pantai di wilayah ini berkarakteristik landai dengan sebagian wilayah mengalami gerusan yang cukup parah. Sebagian wilayah pantai di desa Pattongko sudah tidak aman karena abrasi yang tejadi sudah sejauh 100 m sejak tahun 1980. Di Dusun Kalise sudah 30 rumah yang terkena dampak abrasi yaitu hilang ataupun hancur. Tinggi gelombang dapat mencapai 3 m pada bulan April dampai Juli. Hantaman gelombang yang terjadi berimbas sampai ke jalan Nasional Ruas Sinjai ke Bulukumba karena posisi jalan Nasional berkisar 1-2 m dari tepi pantai sudah sering terkena air pasang dan gelombang dengan ketinggian 10 cm. Pemukiman berada dekat dengan garis pantai sekitar 2 m dari pantai, daerah ini mengalami serangan gelombang yang parah. Penduduk sudah berusaha membuat proteksi secara swadaya dengan menggunakan batu dan pagar kayu tetapi penanganan ini hanya bersifat sementara bukan permanen. Gambar 3.4. Kondisi tanggul jalan nasional yang sudah rusak
Gambar 3.5. Kondisi rumah dan tanggul swadaya masyarakat
3.1.4. Penilaian Tingkat Kerawanan Pantai
Setelah pelaksanaan Orientasi lapangan/survei terhadap pantai-Sinjai Timur, pihak konsultan melakukan penilaian terhadap kerusakan pantai untuk masing-masing pantai yang telah disurvei. Penilaian tingkat kerusakan pantai yang terjadi pada Pantai Sinjai Timur dilakukan dalam bentuk tabulasi pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3. 1. Tingkat Kerawanan Pantai, Kabupaten SinjaiNoUraian KomponenIndikatorPanaikangPasimarannuSanjaiBuaPattongko
1GelombangProbabilitasTinggiTinggiTinggiTinggiTinggi
Tinggi gel. MaksTinggiTinggiTinggiTinggiTinggi
RiwayatTidak adaTinggiTidak adaTidak adaTinggi
Ancaman terhadap sarana/prasanaTidak adaTinggiTidak adaTidak adaTinggi
2Abrasi/ErosiPanjang pantai terabrasi/erosiTinggiTinggiTinggiTinggiTinggi
Lebar pantai terabrasi/erosiTinggiTinggiTinggiTinggiTinggi
Ancaman terhadap sarana/prasanaTidak adaTinggiTidak adaTidak adaTinggi
3SedimentasiProsentase muara tertutupTinggiTinggiTinggiTinggiTinggi
Pengaruh sedimentasi terhadap daerah sekitarTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada
4LingkunganKualitas air lautBaikBaikBaikBaikBaik
Kondisi terumbu karangTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaTidak ada
Kondisi hutan mangroveadaadaadaTidak adaTidak ada
5PenangananOleh pemerintah pusatTidak adaTidak adaTidak adaTidak adaada
Oleh pemerintah daerahTidak AdaTidak AdaTidak AdaTidak AdaTidak Ada
Oleh masyarakatTidak AdaadaTidak AdaTidak Adaada
EfektivitasTidak AdaRendahTidak AdaTidak AdaRendah
Sumber: Analisis Konsultan, 2014BAB IVHASIL ANALISIS DATA TEKNIS
4.1. Topografi
Tabel 4. 1. Daftar Koordinat BM Pekerjaan Tanggul Pantai Sinjai TimurNoXYz
BM.0198620.594271901.58
BM.01198292.894275351.28
BM.02198794.894267300.61
BM.03199014.394263090.54
BM.04199724.694250231.94
BM05204434.194149532.24
BM06204036.794160972.59
BM07203645.194167741.75
BM08203533.894177591.85
BM.09203139.194193761.38
BM.10202723.694202361.89
4.2. Bathymetri
Survey Bathymetri dilakukan sepanjang 10 kilometer garis pantai Pasimmarannu dan Pattongko dan sekitar 1 kilometer kearah laut dari pantai. Survey dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran permukaan dasar laut dari pantai. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat GPS Map Sounder. Alat ini merupakan alat jenis Global Positioning System dengan dilengkapi oleh sounder untuk mendeteksi kedalaman perairan. Hasil pengukuran kedalaman kemudian digabungkan dengan posisi global yang diperoleh melalui satelit dengan datum tertentu dan terlihat secara realtime dalam layar GPS, sehingga penentuan jalur survey dilapangan dapat dilakukan dengan mudah dengan mengandalkan data tracking dari GPS.Data akan tersimpan secara otomatis dalam media penyimpanan internal maupun eksternal dari alat, dan kemudian dapat diproses lebih lanjut dalam analisa data bathymetri dengan menggunakan komputer. Data yang diunduh dari alat kemudian dikoreksi dengan data pengamatan pasang surut selama pelaksanaan survey serta dengan parameter koreksi lain yaitu kedalaman sounder yang tercelup sehingga diperoleh data hasil pengukuran yang akurat sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Data hasil analisa kemudian diproses lebih lanjut dengan menggunakan software analisis kontur maupun software land development sehingga diperoleh gambaran visual dalam bentuk peta bathymetri.Gambaran visual berupa peta bathymetri dan topografi hasil pengolahan data dapat dilihat pada gambar berikut
Gambar 4. 1. Peta Bathymetri dan Topografi Pantai Pasimmarannu
Gambar 4. 2. Peta Bathymetri dan Topografi Pantai Pattongko4.3. Pasang Surut
Pasut Laut (ocean tide) adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda-benda langit terutama bulan dan matahari.Permukaan air laut dipakai sebagai tinggi nol. Kedalaman suatu titik di dasar perairan atau ketinggian titik di pantai mengacu pada permukaan laut yang dianggap sebagai bidang referensi (atau datum) vertikal. Karena Posisi muka laut selalu berubah, maka penentuan tinggi nol harus dilakukan dengan merata-ratakan data tinggi muka air yang di amati pada rentang waktu tertentu.Pengamatan pasang surut adalah untuk menentukan karakteristik pasang surut dilokasi yang diamati. Papan peilskal (alat duga muka air) dipasang disekitar perairan pantai Sinjai Timur serta dilakukan pengamatan pasang surut selama 15 hari secara terus menerus dengan interval pembacaan 60 menit, yang dimulai pukul 00.00 pada hari pertama dan berakhir pada pukul 24.00 pada hari terakhir. Prediksi Pasut ditujukan untuk memperoleh informasi tinggi muka laut di masa mendatang pada saat dan lokasi tertentu. Hasil prediksi ditampilkan dalam tabel yang berisi jam dan tinggi muka air.
Prediksi dilakukan dengan menurunkan atau mencari komponen pasut dari data pasut dengan rentang pengamatan tertentu. Pendekatan yang di pakai untuk mendapatkan komponen-komponen pasut adalah analisis harmonik. Cara yang lazim di gunakan adalah Metode Admiralty (Hydrografisch Bureau, 1949) dan Metode Kuadrat Terkecil (Least Square, Grant,1988). Penggunaan metode Admiralty biasanya diterapkan pada panjang data 15 atau 29 piantan dengan interval waktu pengamatan 1 jam. Untuk data dengan interval waktu lebih kecil dengan rentang waktu pengaman lebih panjang, metode kuadrat terkecil cukup efektif dipakai untuk mendapatkan komponen-komponen harmonik dari data pengamatan pasut.Dari hasil pengamatan muka air laut selama 24 jam dalam rentang waktu 15 hari yang dilakukan oleh Konsultan, diperoleh data sebagaimana tabel berikut.Tabel 4. 2. Pengamatan 15 piantan pasang surut
Sumber : Data konsultan
Dari tabel pengamatan pasang surut diatas, dapat diketahui gambaran pola pasang surut di pantai Sinjai Timur melalui grafik berikut :
Gambar 4. 3. Grafik Hasil Pengamatan Pasang Surut
Dengan menggunakan metode Admiralty, dapat diketahui parameter Konstanta harmonik Pasang Surut Pantai Sinjai Timur sebagai berikut :
4.3.1. Konstanta Pasang Surut
Tabel 4. 3. Konstanta Harmonik Pasang Surut Pantai Pasimmarannu dan PattongkoA (cm)S0M2S2N2K1O1M4MS4K2P1
854135411570195
go01343352272171972673272
Sumber : Analisa Konsultan4.3.2. Tipe Pasang Surut
Untuk mengetahui tipe pasang surut dilakukan perhitungan Formzahl (F) dengan persamaan sebagai berikut (Ref 1) :
Jenis Pasang Surut untuk lokasi ini adalah :
Dengan didapat F = 0.29 Daerah Pantai Sinjai menunjukan karakteristik pasang surut bertipe campuran condong harian ganda (Mixed Tide Prevalling Semidiurnal).4.3.3. Tunggang Pasang Surut
Untuk tipe Pasang Surut tipe campuran condong harian ganda (MixedTide Prevalling Semidiurnal) diperoleh parameter sebagai berikut :
HAT
= LAT + 2 (AK1 + AO1 + AS2 + AM2)= 183.3 cm
MHHWS= LAT + 2 (AS2 + AM2) + AK1 + AO1= 161.5 cm
MHHWN= LAT + 2 (AM2) + AK1 + AO1
= 91.1 cm
MSL
= 85.0 cm
MLLWN
=LAT + 2 (AS2) + AK1 + AO1
= 78.8 cmMLLWS
= LAT + AK1 + AO1
= 8.5 cmLAT
= MSL AK1 AO1 AS2 AM2
= -13.4 cm4.4. Angin
4.4.1. Data Angin
Data angin yang digunakan dalam Survey Investigasi Desain Pantai Sinjai ini diperoleh dari Balai Meterologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Kelas I Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2009 sampai dengan 2013 (data 5 tahun terakhir). Dari data angin tersebut dapat dibuat dalam bentuk mawar angin seperti berikut :
Gambar 4. 4. Mawar Angin Sinjai Tahun 2009 - 20134.4.2. Fetch
Fetch adalah sebuah wilayah dimana kecepatan angin dan arahnya diperkirakan relatif konstan, serta variasi arah dari angin tidak lebih dari 15 derajat, dan kecepatan rata-ratanya tidak lebih dari 5 knots. Fetch dibatasi oleh daratan yang mengelilingi laut. Untuk laut lepas dimana tidak terdapat daratan, batas fetch dilakukan dengan mengacu pada garis isobar yang sama, mengingat pada fetch diperkirakan kecepatan angin yang berhembus adalah konstan.
Dari mawar angin, dapat diketahui bahwa arah angin yang dapat digunakan untuk peramalan gelombang adalah arah South East (SE) dan East (E). Hal ini disebabkan arah angin yang lainnya berasal dari daratan, sehingga untuk perhitungan gelombang laut dalam tidak diperhitungkan. Gambaran Fetch untuk pantai Sinjai dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. 5. Fetch Peramalan Gelombang Pantai SinjaiAdapun fetch efektif dihitung dengan menggunakan rumus:
=182,958 km = 182.958 meter
4.5. Gelombang
4.5.1. Hindcasting Gelombang
Proses peramalan gelombang/hindcasting gelombang menggunakan persamaan wilson seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun arah yang dipertimbangkan untuk peramalan gelombang laut dalam adalah arah Utara, Timur, Tenggara dan Selatan. Arah-arah lainnya yaitu Barat, Barat Daya, Barat Laut tidak diperhitungkan disebabkan merupakan arah daratan.Sebelum menghitung tinggi gelombang peramalan, kecepatan angin hasil pengamatan terlebih dahulu dikoreksi menjadi data angin untuk ketinggian 10m (U10), koreksi terhadap angin darat (U) data koreksi terhadap faktor tegangan angin (UA). Data UA hasil koreksi yang kemudian dipergunakan untuk peramalan gelombang. Rekapitulasi data angin koreksi UA adalah sebagai berikut :
Tabel 4. 4. Tabel kecepatan angin yang telah dikoreksiBulanKecepatan dan Arah Mata Angin Laut Terkoreksi Angin Darat, pada Tahun :
20092010201120122013
Jan8.507NW12.288E9.925E11.957E12.477NW
Feb8.979NW8.979E10.870E9.877E10.397E
Mar5.199SE7.562SE10.397E10.397E8.838SE
Apr5.199SE8.507E8.979E7.798E8.318SE
May5.199S6.616SE6.144SE8.318E7.278SE
Jun4.726W6.616SE6.144SE7.278E7.798SE
Jul5.199CALM6.616SE7.089SE8.318E7.798SE
Aug7.089W7.089SE7.089W7.798E6.758SE
Sep8.507S7.089SE8.034W8.838E6.758S
Oct8.507W4.253W8.507S8.838W6.238SE
Nov8.034W7.562E7.562E7.798SE9.358SE
Dec8.979E9.925E8.507E7.278E9.877SE
Peramalan Gelombang kemudian dilakukan berdasarkan data angin yang telah dikoreksi dan fetch efektif tiap-tiap arah dengan menggunakan formula Wilson sebagai berikut :
Untuk tinggi gelombang
Untuk Periode
Rekapitulasi hasil peramalan persentase kejadian gelombang, tinggi gelombang dan periode gelombang untuk tiap-tiap mata angin yang diperhitungkan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
Tabel 4. 5. Tabel Persentasi Kejadian Gelombang Bulan Januari Desember 2009-2013Persentase Frekuensi Kejadian Gelombang (%)
ArahTinggi Gelombang (m)Jumlah
1,2
Utara0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%
Timur Laut0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%
Timur0.00%0.00%0.00%0.00%38.33%38.33%
Tenggara0.00%0.00%3.33%10.00%21.67%35.00%
Selatan0.00%0.00%1.67%0.00%5.00%6.67%
Barat Daya0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%0.00%
Barat0.00%1.67%1.67%0.00%10.00%13.33%
Barat Laut0.00%0.00%0.00%0.00%5.00%5.00%
Persentase Kejadian Gelombang Akibat Angin98.33%
Sumber : Analisa Konsultan
Tabel 4. 6. Hasil peramalan tinggi gelombang laut dalam (Hsm)BulanTinggi dan Arah Rambat Gelombang Signifikan, pada Tahun :
20092010201120122013
Jan1.732NW3.303E2.286E3.154E3.388NW
Feb1.912NW1.912E2.680E2.267E2.481E
Mar0.666SE1.392SE2.481E2.481E1.857SE
Apr0.666SE1.732E1.912E1.475E1.662SE
May0.666S1.078SE0.932SE1.662E1.295SE
Jun0.547W1.078SE0.932SE1.295E1.475SE
Jul0.666CALM1.078SE1.231SE1.662E1.475SE
Aug1.231W1.231SE1.231W1.475E1.123SE
Sep1.732S1.231SE1.559W1.857E1.123S
Oct1.732W0.438W1.732S1.857W0.961SE
Nov1.559W1.392E1.392E1.475SE2.059SE
Dec1.912E2.286E1.732E1.295E2.267SE
Sumber : Analisa Konsultan
Tabel 4. 7. Hasil peramalan periode gelombang laut dalam (Tsm)BulanPeriode dan Arah Rambat Gelombang Signifikan, pada Tahun :
20092010201120122013
Jan5.348NW7.038E6.021E6.903E7.115NW
Feb5.578NW5.578E6.442E5.999E6.234E
Mar3.537SE4.869SE6.234E6.234E5.510SE
Apr3.537SE5.348E5.578E4.991E5.254SE
May3.537S4.361SE4.095SE5.254E4.719SE
Jun3.244W4.361SE4.095SE4.719E4.991SE
Jul3.537CALM4.361SE4.618SE5.254E4.991SE
Aug4.618W4.618SE4.618W4.991E4.439SE
Sep5.348S4.618SE5.112W5.510E4.439S
Oct5.348W2.941W5.348S5.510W4.149SE
Nov5.112W4.869E4.869E4.991SE5.758SE
Dec5.578E6.021E5.348E4.719E5.999SE
Sumber : Analisa Konsultan
Sebagai visualisasi, persentase kejadian gelombang ini disajikan kedalam bentuk waverose pada gambar dibawah.Gambar 4. 6. Mawar Gelombang Pantai Sinjai
Sumber : Analisa KonsultanTabel 4. 8. Tinggi gelombang pecah (Hb)
BulanTinggi gelombang pecah, pada Tahun :
20092010201120122013
Jan1.868NW3.493E2.445E3.341E3.581NW
Feb2.055NW2.055E2.852E2.425E2.647E
Mar0.737SE1.510SE2.647E2.647E1.998SE
Apr0.737SE1.868E2.055E1.597E1.794SE
May0.737S1.178SE1.022SE1.794E1.407SE
Jun0.608W1.178SE1.022SE1.407E1.597SE
Jul0.737CALM1.178SE1.340SE1.794E1.597SE
Aug1.340W1.340SE1.340W1.597E1.226SE
Sep1.868S1.340SE1.686W1.998E1.226S
Oct1.868W0.489W1.868S1.998W1.053SE
Nov1.686W1.510E1.510E1.597SE2.209SE
Dec2.055E2.445E1.868E1.407E2.425SE
4.6. Salinitas
Salinitas lokasi studi dapat mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan pada bulan September 1992 dan 1993 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang telah diterbitkan oleh Pusat penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 2003 melalui Jurnal Ilmiah pesisir dan Pantai Indonesia VIII ISBN 979-8105-68 dimana salinitas di wilayah perairan berkisar 33.09% sampai dengan 34.19%, dimana oksigen terlarut berkisar antara 3,61-3,76 ml/l, fosfat rerata antara 0,52 mg 1,37 mg dan Phrerata berkisar 6,95 7,01.
Salinitas pada perairan ini masih sesuai dengan kisaran salinitas di perairan indonesia yaitu 30% sampai dengan 35%, sedangkan untuk laut terbuka salinitasnya > 34%. Baku Mutu Air Laut (Anonim, 1995) menetapkan salinitas untuk kehidupan biota laut adalah salinitas alami 10% variasi alami dan untuk budidaya biota laut antara 18% sampai dengan 32 persen. Dengan demikian salinitas ini masih dapat mendukung kehidupan organisme laut pada umumnya.
4.7. Geologi dan Mekanika Tanah
4.7.1. Kajian Geologi RegionalBerdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Ujung Pandang, Benteng, dan Sinjai Sulawesi Selatan yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi 1984, kondisi geologi umum lokasi proyek disusun atas 4 satuan batuan jika disusun dari yang termuda yaitu:
1. Endapan alluvium dan pantai (Qac) terdiri dari kerikil, pasir, lempung, lumpur dan batugamping koral.
2. Formasi Walanae (Tmpw) terdiri dari batupasir, konglomerat, tufa, batulanau, batulempung, batugamping dan napal.
3. Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv) terdiri dari breksi lava konglomerat dan tufa.
4. Batuan Gunungapi Lompobatang ( Qlvb) terdiri dari berupa breksi, lahar dan tufa.
5. Batuan terobosan (b) berupa basalt
Gambar 4. 7. Peta Geologi Kabupaten SinjaiKhusus pada lokasi proyek tergolong dalam satuan alluvium pantai dengan penciri material disusun oleh endapan recent berupa lumpur, batugamping koral dan diduga lapisan batuan yang menjadi bedrock berupa Formasi Walanae.4.7.2. Sondir
Pada waktu dilaksanakan penyelidikan sondir ini, kondisi cuaca cukup baik (tidak hujan). Hasil penyelidikan sondir tersebut dijelaskan berikut ini.Grafik Sondir memvisualisasikan kondisi profil tanah dengan indikasi pembacaan hambatan konus (qc) dan total hambatan pelekat (Tf) pada titik Sondir untuk masing-masing lokasi. Hasil pembacaan nilai titik sondir yang meliputi hambatan konus dan nilai hambatan kulit (fs) dianalisis.
Berdasarkan dari hasil penyelidikan sondir didapatkan
S1 didapat kedalaman tanah keras 9.40 m, perlawanan konus (qc) 150 kg/cm dan total hambatan setempat (tf) 448 kg/cm S2 didapat kedalaman tanah keras 9.60 m, perlawanan konus (qc) 154 kg/cm dan total hambatan setempat (tf) 459 kg/cm.4.7.3. Bor Tangan
Pelaksanaan bor tangan hanya dilakukan sampai kedalaman 3 m, atau sesuai dengan identifikasi lapisan keras.Dari visualisasi litologi lapisan tanah dan hasil uji material di laboratorium menunjukkan bahwa lapisan permukaan pada lokasi rencana pekerjaan mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Tabel 4. 9. Prediksi jenis tanah berdasarkan pekerjaan bor tangan
No Hand BoreKedalaman
(m)Prediksi Jenis TanahBerat Jenis
10.00 0.75Pasir halus hitam kecoklatan2.62
0.75 1.00Pasir kasar campur kerikil hitam kecoklatan2.67
20.00 0.75Pasir halus hitam kecoklatan2.69
0.75 1.00Pasir kasar campur kerikil hitam kecoklatan2.68
4.7.4. Hasil Pengujian Laboratorium
Penyelidikan laboratorium dilakukan pada contoh tanah hasil bor tangan (tanah terganggu) untuk menentukan sifat-sifat fisis dan teknis tanah. Jenis pemeriksaaan terdiri dari pengujian berat jenis, kadar air, batas-batas atterberg, analisa saringan dan hidrometer.
Tujuan penyelidikan tanah di laboratorium adalah untuk mendapatkan data yang lebih akurat dari contoh tanah yang akan digunakan sebagai pendukung fondasi konstruksi bangunan atau yang akan dimanfaatkan sebagai material pembentuk konstruksi bangunan, tepatnya mengenai sifat index dan sifat mekanik tanah. Tabel 4. 10. Hasil rekapitulasi penyelidikan tanah di laboratorium
BAB VMETODOLOGI PENGAMANAN DAERAH PANTAI DAN KRITERIA PERENCANAAN5.1. Konsep Pengamanan Daerah PantaiKegiatan pengamanan dan perlindungan pantai bertujuan terutama untuk melindungi dan mengamankan:
1) masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai dari ancaman gelombang,
2) fasititas umum yang berada di sepanjang pantai, diantaranya adalah jalan raya, rumah ibadah, pasar, kompleks pertokoan dan kawasan rekreasi,
3) dataran pantai terhadap ancaman erosi dan abrasi,
4) perlindungan alami pantai (hutan mangrove, terumbu karang, sand dunes) dari perusakan akibat kegiatan manusia,
5) terhadap pencemaran lingkungan perairan pantai (limbah rumah tangga, limbah industri), yang pada akhirnya pencemaran ini dapat merusakkan kehidupan biota pantai.
Dalam menentukan kegiatan pengamanan, prioritas akan diberikan kepada perlindungan dan pengamanan yang menyangkut tingkat kepentingan yang paling tinggi yaitu yang berkaitan dengan jiwa dan perekonomian daerah yang vital. Urutan tingkat kepentingan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut ini.
Peringkat 1:Tempat usaha, tempat ibadah, industri, cagar budaya dan suaka alam, kawasan wisata yang mendatangkan devisa negara, jalan negara, daerah perkotaan, dsb.
Peringkat 2:Desa, jalan propinsi, pelabuhan laut/sungai, bandar udara dsb.
Peringkat 3:Tempat wisata domestik, lahan pertanian dan atau tambak intensif
Peringkat 4:Lahan pertanian dan atau tambak tradisional
Peringkat 5:Hutan lindung, hutan bakau, api-api
Peringkat 6:Sumber material, bukit pasir dan tanah kosong.
5.2. Kriteria Perencanaan Bangunan Pantai5.2.1. Kriteria Umum
Kriteria umum perencanaan bangunan pantai meliputi pedoman umum yang diperlukan dalam perencanaan bangunan pantai yaitu meliputi :
a. Kebijakan Pemerintah
Tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah. Perlindungan dan pengamanan pantai diutamakan unutk mengamankan daerah (jalan), fasilitas umum (pasar, pusat bisnis, tempat ibadah) dan mengamankan jiwa penduduk di sekitar pantai (pemukiman)
b. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Jenis konstruksi yang dipergunakan sebagai bangunan pelindung pantai haruslah sesuai dengan RDTR daerah setempat. Dengan pemilihan jenis konstruksi yang tepat, maka konstruksi tersebut akan berfungsi dengan baik dan tidak mengganggu peruntukan lahan pantai yang dilindungi.
c. Sempadan PantaiBangunan pantai dibangun dengan memperhatikan pedoman sempadan bangunan pantai yang telah ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah. Bangunan pantai diusahakan dibangun pada daerah ini, mengingat daerah ini ditujukan untuk pelestarian dan perlindungan derah pantai. Sempadan pantai untuk perlindungan pantai adalah selebar 100 m dari garis pantai.
5.2.2. Kriteria Teknis
Kriteria teknik perencanaan bangunan pantai yang akan dibahas disini adalah kriteria yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perancangan bangunan pantai. Kriteria yang akan dibahas ini meliputi :
a. Gelombang rencana
Kriteria gelombang rencana, meliputi penentuan jenis gelombang yang dipakai dalam perancangan (Hs, H0,01, Hmaks dan sebagainya) dan penentuan kala ulang gelombang.
b. Muka air laut rencana
Kriteria akan membahas cara untuk menentukan muka air laut rencana (design water level). Elevasi ini akan dipakai sebagai pedoman penentuan elevasi bangunan pengaman pantai.
c. Run Up dan Run down gelombang yang terjadi pada sisi bangunan
Kriteria akan membahas tinggi gelombang yang meluncur di sisi bangunan pantai
d. Konstruksi pelindung kaki (toe protection)
Kriteria akan membahas pedoaman untuk menentukan ukuran dn struktur pelindung kaki untuk mencegah kerusakan struktur akibat adanya gerusan
e. Struktur tumpukan batu
Kriteria akan membahas pedoaman untuk menentukan ukuran dn struktur tumpukan batu untuk pemecah gelombang atau jetty
f. Groin
Kriteria akan membahas pedoman untuk menentukan ukuran dan struktur groin untuk stabilisasi pantai
g. Tembok laut
Kriteria akan membahas pedoaman untuk menentukan ukuran dan struktur tembok laut unutk keperluan perlindungan daerah pantai
5.3. Gelombang Rencana Gelombang biasanya diukur atau diramalkan pada perairan dalam (deep water). Pada saat gelombang menjalar dari perairan dalam ke pantai dimana bangunan pantai akan dibangun, maka gelombang tersebut mengalami proses perubahan tinggi dan arah gelombang. Perubahan ini antara lain disebabkan karena proses: refraksi, difraksi, pendangkalan dan pecahnya gelombang. Keempat proses perubahan (deformasi) gelombang tersebut dapat menyebabkan tinggi gelombang bertambah atau berkurang. Oleh karena itu tinggi gelombang rencana yang akan dipergunakan di lokasi pekerjaan harus ditinjau terhadap proses ini. Tinggi gelombang rencana terpilih adalah tinggi gelombang maksimum yang mungkin terjadi di lokasi pekerjaan. Apabila gelombang telah pecah sebelum mencapai lokasi pekerjaan, maka gelombang rencana yang dipakai adalah tinggi gelombang pecah (Hb) di lokasi pekerjaan. Tinggi gelombang pecah ini biasanya dikaitkan dengan kedalaman perairan (ds) dan landai dasar pantai (m). Untuk menentukan tinggi gelombang pecah dapat dipergunakan grafik yang disajikan pada gambar berikut. Apabila pantai relatip datar (CERC, 1984) maka tinggi gelombang pecah dapat ditentukan dengan formula:
Hb = 0,78 dsDengan demikian tinggi gelombang rencana (HD) dapat ditentukan dengan rumus:
a. Untuk gelombang pecah di lokasi bangunan tembok laut:
HD = Hb
b. Untuk gelombang tidak pecah dilokasi bangunan laut
HD = Ho KD KR KS5.4. Muka Air Laut Rencana Muka air laut rencana (design water level - DWL) adalah muka air laut pada kondisi tinggi, dimana elevasi ini dipergunakan sebagai referensi untuk menentukan elevasi mercu bangunan pantai, apakah akan direncanakan sebagai bangunan non-overtopping, overtopping, atau submerged. Disamping itu muka air laut rencana ini juga dipergunakan untuk menentukan tinggi gelombang pecah, terutama dilokasi bangunan. Muka air laut rencana diperhitungkan terhadap pasang surut - high water spring (HWS), wind set up, storm surge dan sea level rise (SLR) akibat efek rumah kaca (green house effect). Muka air laut rencana dapat ditentukan dengan formula (Yuwono, 1992):
DWL = HWS + SS atau WS + SLR
Berdasarkan IPCC (1990), kenaikan muka air laut akibat efek rumah kaca (SLR) diperkirakan sebesar 60 cm tiap seratus tahunnya (lihat 6.6 ). Sedangkan besar Wind Set-up dan Storm Surge dapat dihitung dengan formula:
SS = 0,01 (po pa)
WS = Iw F/2 ; Iw =
5.5. Run Up dan Run DownGelombang pada saat menghantam tembok/tanggul laut akan menimbulkan luncuran air permukaan dinding tembok/tanggul laut tersebut, dan luncuran air tersebut dinamakan rayapan gelombang atau wave run up. Puncak tertinggi yang dicapai oleh rayapan tersebut dinamakan tinggi rayapan gelombang (Ru). Tinggi rayapan merupakan fungsi kekasaran permukaan dinding tembok/laut, kemiringan dinding tembok laut (), tinggi gelombang (H), periode gelombang (T), dan dapat diformulasikan sebagai berikut:
Gambar 5.3, menunjukkan tinggi rayapan gelombang acak yang dihitung dengan menggunakan tinggi gelombang signifikan (Hs), dan dihitung dengan gelombang H0,02 memberikan nilai yang berbeda. Hal ini memberikan gambaran bahwa penentuan tinggi rayapan gelombang acak dengan tinggi gelombang signifikan pada saat-saat tertentu akan terlampaui.
5.6. Struktur Pelindung Kaki (Toe Protection)Material dasar laut pada umumnya adalah pasir halus yang sangat mudah tererosi. Seperti kondisi yang terdapat di lokasi pekerjaan berupa pasir yang relatif halus. Oleh karena itu proses erosi ini harus dicegah agar tidak merusak atau menggagalkan bangunan pantai yang dibangun, yaitu dengan membuat bagunan pelindung fondasi bangunan yang biasanya disebut toe protection (pelindung kaki bangunan, CERC, 1984; Pilarczyk,1990). Panjang toe protection yang diperlukan sekitar 3 sd 4 kali tinggi gelombang rencana (HD).
Berat batu lapis lindung yang diperlukan untuk keperluan toe protection kira-kira setengah yang dibutuhkan untuk keperluan pemecah gelombang (0,5 W). 5.6.1. Pelindung kaki struktur bangunan tumpukan batu
Konstruksi pelindung kaki dapat berupa konstruksi pelindung tertanam dan konstruksi berm (Gambar 5.6). untuk mendapatkan konstruksi pelindung kaki yang baik biasanya dipakai geotextile sebagai filter atau pemisah antara tumpukan batu dengan tanah dasar. Ukuran konstruksi pelindung kaki adalah sebagai berikut :
B = 2 s/d 4 H
B = 0,4 ds
B = 3/8 L untuk tanah di depan bangunan sangat lunak
t = r s/d 2r
Berat batu pelindung dapat dihitung dengan rumus Hudson:
5.6.2. Pelindung kaki struktur bangunan dinding vertikal
Pada bangunan dinding vertikal, konstruksi pelindung kaki dapat berfungsi sebagai fondasi atau berm. ukuran pelindung kaki pelindung tipe ini dapat ditentukan sebagai berikut :
B= 2 H atau
B= 0,4 ds
Sedangkan berat batu pelindung dapat dihitung dengan rumus yang sama pada pelindung kaki struktur bangunan tumpukan batu.
5.7. Struktur Bangunan Tumpukan BatuAgar bangunan pantai dapat bertahan dan tidak rusak dari gempuran gelombang laut maka sisi yang menghadap ke laut diberi lapisan pelindung (armor layer), dari batu (alam atau buatan) dengan ukuran yang cukup besar. Untuk menentukan ukuran batu ini disarankan mempergunakan rumus Hudson (CERC, 1984), karena rumus tersebut telah didukung penelitian yang cukup banyak, dan menyediakan koefisien stabilitas lapis lindung untuk berbagai jenis batu alam maupun buatan (lihat Tabel 6.2).
Tebal lapis lindung (t) ditentukan minimum setebal dua diameter equivalen butiran armor. Sedangkan diameter equivalen butiran nilainya diperkirakan sama dengan sisi kubus.
t = 2 de = 2
Untuk mengetahui jumlah batu yang dipergunakan untuk keperluan lapis lindung dapat ditentukan dengan rumus:
N = A m (1-n)
Untuk menentukan besarnya nilai porositas (n) tumpukan batu dapat dipergunakan perkiraan dibawah ini:
Batu alam (quarry stone)n = 0,37 0,40
Dolosn = 0,63
Kubus betonn = 0,47
Akmonn = 0,55 0,60
Tetrapodn = 0,50
Quadripodn = 0,50
Tribar n = 0,47
Lebar mercu tembok laut paling tidak dibuat tiga kali diameter equivalen batu lapis lindung. Mengingat tembok laut pelindung lahan reklamasi biasanya dipergunakan untuk duduk-duduk atau dapat pula digunakan untuk jalan-jalan maka mercu tembok laut dapat ditambah konstruksi berupa penutup beton (concrete cap). Dan lebar puncak tembok laut pun biasanya juga disesuaikan dengan pemanfaatan mercu tersebut. Bila mercu dipergunakan untuk jalan, maka lebar mercu dapat diambil antara 3,0 s.d 6,0 m.
Tabel 5. 1. Koefisien Stabilitas Lapis Lindung (KD) untuk bangunan tidak terlimpasi
NoJenis Material
Lapis Lindungm
Cara Penem-patan
armorLengan BangunanUjung BangunanSudut
(m)
GelombangGelombang
PecahTidak PecahPecahTidak pecah1 : m
1Batu quarry,
Bulat2
>3Acak
Acak1,2
1,62,4
3,21,1
1,41,9
2,31,5 3,0
2Batu quarry,
Kasar dan bersudut2Acak2,04,01,9
1,6
1,33,2
2,8
2,31,5
2,0
3,0
3Tetrapod,
Quadripod2Acak7,08,05,0
4,5
3,56,0
5,5
4,41,5
2,0
3,0
4Tribar2Acak9,010,08,3
7,8
6,09,0
8,5
6,51,5
2,0
3,0
5Dolos2Acak15,831,88,0
7,016,0
14,02,0
3,0
6Kubus dimodifikasi2Acak6,57,5-5,02
Keterangan: Koefisien KD diambil dari SPM (CERC, 1984)
Koefisien KD diluar table tersebut diatas harus ditentukan
berdasarkan uji model hidraulik di laboratorium.
5.8. Groin5.8.1. Panjang groin
Mengingat groin dalam studi ini bukan untuk reklamasi dan bukan pula untuk menahan seluruh sedimen (pasir) yang lewat pantai, melainkan untuk menstabilkan pantai maka panjang groin ditentukan sebagai berikut:
1. pantai tanpa tembok pelindung, panjang groin ditentukan dari batas HWL smpai ke LWNT,
2. pantai dengan tembok pelindung, panjang groin ditentukan dari kaki tembok pelindung sampai batas LWNT
5.8.2. Tinggi groin
Apabilah groin terlalu tinggi, akan menyebabkan gerusan yang cukup besar akibat adanya refleksi gelombang dan turbulensi. Disamping itu perbedaan elevasi muka air tanah/pasir pada kedua sisi yang terlalu besar tidak diinginkan, terutama apabilah pantai tersebut adalah daerah wisata. Groin yang telalu tinggi sangat efektif dalam menahan dan menangkap pasir atau sedimen dan hal ini dapat menyebabkan erosi yang cukup parah pada bagian down drift.
Dengan pertimbangan ini, maka beberapa ahli menyarankan sebagai berikut:
1. Thorn dan Roberts, tinggi groin berkisar antara 50 sampai 60 cm di atas elevasi rencana,
2. Muir Wood dan Fleming, tinggi groin antara 0,5 sampai 1,0 meter di atas elevasi rencana.
5.8.3. Jarak groin
Jarak groin merupakan fungsi dari panjang groin, sudut datangnya gelombang, selisih pasang surut, material pantai. Jarak groin yang terlalu dekat akan menghasilkan sistem groin yang mahal, sedangkan jarak groin yang terlalu jauh akan mengahsilkan suatu perencanaan yang kurang efektif. Berdasarkan penelitian para ahli (SPM 1984), jarak groin pada pantai kerikil/krakal (single beach) diambil jarak groin berkisar antara 1 sampai 2 kali panjang groin. Sedangkan pada pantai pasir diambil jarak antara groin berkisar antara 2 sampai 4 kali panjang groin. Selain struktur tumpukan batu, groin dapat di buat dari bahan kayu dan beton, sedangkan tipe strukturnya bisa permeabel dan impermeabel.5.9. Tembok Laut5.9.1. Tinggi Mercu Tembok Laut
Tinggi tembok laut dari beton/pasangan batu, terutama yang melindungi fasilitas penting (jalan, industri, kompleks perumahan dan sebaginya) harus direncanakan sedemikian rupa sehingga gelombang tidak boleh terlimpas lewat mercu tembok laut tersebut. Oleh karena itu tinggi mercu harus sama atau lebih tinggi dari Run Up yang terjadi. Perhitungan Run Up yang terjadi pada suatu bangunan telah dijelaskan sebelumnya.5.9.2. Prinsip Disain Tembok Laut
Apabila dibalik tembok laut tersebut terdapat tanah yang cukup tinggi maka konstruksi tembok laut harus diperhitungkan sebagai bangunan penahan tanah. Hantaman gelombang yang bertubi-tubi terhadap tembok laut dapat melemahkan struktur tanah, hal ini disebabkan getaran yang disebabkan oleh gelombang tersebut. Untuk mengatasi keasaan tersebut perlu diambil faktor aman yang cukup. Pemakaian filter (geotextile) untuk mencegah proses piping (terangkutnya material tanah akibat aliran air tanah) sangat disarankan. Pada tembok laut yang dilengkapi dengan reflektor gelombang, maka titik pusat lengkung reflektor ditentukan pada posisi sejauh 1,5 Hd dari muka air laut rencana (Design Water Level/DWL). Awal kelengkungan dimulai dari posisi muka air laut rencana. Gambar 5.16 menunjukkan contoh pengamanan pantai dengan tembok laut massif dilengkapi dengan reflektor gelombang, sedangkan 5.17 menunjukkan tipikal penampang tembok laut tidak massif.BAB VIALTERNATIF DESAIN6.1. Analisis Permasalahan
Perlu ditegaskan bahwa kajian masalah keteknik-pantaian tidak boleh hanya meninjau bagian perbagian pantai yang rusak saja karena mekanisme interaksi gelombang arus dan pasang surut di satu pias pantai akan berpengaruh pada pias pantai berikutnya, demikian seterusnya sehingga penanganan pantai pada satu pias akan berpengaruh pada pias pantai berikutnya. Karena itulah kajian pantai harus meninjau setidaknya satu sediment cell.
Erosi dan akresi pantai adalah mekanisme alamiah yang selalu terjadi pada garis pantai selama energi gelombang dan arus menerpa pantai. Hal yang perlu dilakukan adalah memelihara lingkungan pantai agar garis pantai berada pada kondisi stabil dinamis yaitu meskipun selalu terjadi erosi dan akresi tetapi dalam satu periode musim secara rata-rata garis pantai tetap pada posisi semula. Jika terjadi gangguan lingkungan pantai yang berlebihan, maka akan menimbulkan ketidak seimbangan di pantai yang akhirnya menyebabkan perubahan garis pantai yang berlebihan. Jika hal ini terjadi maka dapat dipastikan fasilitas dan prasarana yang ada di pantai akan mengalami abrasi dan kerusakan serta dapat mempertinggi potensi banjir di daratan karena terjadi akresi atau sedimentasi yang berlebihan di pantai. Melihat karakteritik pantai di Sinjai Timur, terutama yang masuk dalam wilayah studi ini, kecenderungan hanya merupakan satu coastal cell, mengingat pergerakan sedimen di sepanjang lokasi studi masih saling mempengaruhi antara satu pias pantai pias pantai lainnya. Oleh sebab itu dalam menganaliisa permasalahan yang terjadi di lokasi studi di dasarkan batas admisitratif. Adapun lokasi, permasalahan pantai, penyebab dan dampak yang ditimbulkan di lokasi studi Tabel 6.1 dan Gambar 6.1.Tabel 6. 1. Ringkasan permasalahan Pantai Sinjai TimurNo.LokasiPermasalahanPenyebabDampak Yang Timbul
1Pasimarannu Limpasan gelombang pada pemukiman
Perkebunan penduduk ter erosi Kerusakan rumah dan fasilitas pada daerah pemukiman penduduk Kerusakan lebih dominan disebabkan oleh gelombang yang datang dari selatan arah Timur, Selatan dan tenggara
Dapat mengancam jalan akses, dan pemukiman penduduk
berpotensi menimbulkan genangan pada kondisi air laut pasang
2Panaikang aman
3Bua aman
4Sanjai aman
5Pattongko Limpasan gelombang pada pemukiman
Perkebunan penduduk ter erosi
Kerusakan rumah dan fasilitas pada daerah pemukiman penduduk Serangan gelombang dari arah Timur, selatan dan tenggara
Struktur eksisting tidak dilengkapi denganpelindung kaki
Pemukiman dekat dengan pantai dan elevasi tanah untuk pemukiman rendah Dapat mengancam jalan akses, dan pemukiman penduduk
Jalan lintas terancam putus dan perkebunan penududuk terancam hilang.
Penutupan muara berpotensi menimbulkan genangan terutama pada kondisi air laut pasang
6.2. Skenario Pengamanan Daerah Pantai Sinjai TimurMemperhatikan Tabel 6.1 dan Gambar 6.1, maka jelas permasalahan pantai Sinjai Timur yang harus diatasi adalah:
1. Serangan gelombang terhadap pemukiman, sarana dan prasarana umum yang ada di lokasi
2. Erosi/abrasi pantai menyebabkan rusaknya infrastruktur jalan dan fasilitas.
3. Run-up gelombang melimpas jauh ke daratan
4. Sempadan pantai tidak terpenuhi
Beberapa skenario pemecahan masalah dapat disusun berdasarkan kesesuaian antara fungsi struktur pengaman pantai dengan permasalahan yang akan di atasi. Tabel 7.2 dibuat untuk memudahkan pemilihan beberapa alternatif jenis struktur yang dapat dikombinasikan pemakaiannya untuk mengatasi permasalahan pada 10 km panjang pantai yang ditinjau. Tabel 6. 2. Hubungan permasalahan pantai dengan jenis struktur pengaman
Jenis struktur
PermasalahanKrib laut Sejajar pantaiTembok lautRevetmenGroinJetty
Serangan gelombang
Erosi/Abrasi
Penutupan muara sungai
Run-up gelombang
Sempadan pantai
6.3. Alternatif Bangunan Pengaman Pantai Sinjai TimurBerdasarkan Tabel 6.2 selanjutnya dapat disusun langkah pemecahan masalah untuk masing-masing pias pantai yang ditinjau sebagaimana diringkaskan dalam Tabel 6.3. Tabel 6. 3. Ringkasan permasalahan Pantai Sinjai Timur dan Penyelesaiannya
No.LokasiPermasalahanPemecahan masalah
1Pasimarannu Limpasan gelombang pada pemukiman
Perkebunan penduduk ter erosi
Kerusakan rumah dan fasilitas pada daerah pemukiman penduduk Tembok laut
Groin pendek
Krib sejajar pantai puncak terendam
Krib sejajar pantai muncul ke permukaan Jetty
2Panaikang aman
3Sanjai aman
4Bua aman
5Pattongko Limpasan gelombang pada pemukiman
Perkebunan penduduk ter erosi
Kerusakan rumah dan fasilitas pada daerah pemukiman penduduk Tembok laut dengan toe protection Groin pendek
Krib sejajar pantai puncak terendam
Krib sejajar pantai muncul ke permukaan Penyuluhan kepada masyarakat
6.4. Strategi Penanganan
Pemilihan jenis perlindungan pantai yang strategis sangat dipengaruhi oleh lokasi dan karakteristik daerah yang hendak dilindungi. Strategi penanganan dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Tidak dilakukan penanganan (do nothing)Hal ini dipilih apabila kerusakan di area pantai tidak menimbulkan dampak negatif ditinjau dari aspek sosial, ekonomi serta lingkungan, misalnya areal perladangan, hutan dan tanah kosong atau apabila dilakukan penanggulangan akan memakan biaya yang sangat besar sehingga ditinjau dari aspek ekonomi tidak menguntungkan. Pada pantai semacam ini erosi dibiarkan berlangsung terus sampai tercapai keseimbangan.
2. Mempertahankan garis pantai yang ada
Pilihan ini dilakukan apabila pantai yang mengalami kerusakan merupakan pantai yang relatif menguntungkan ditinjau dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun lingkungan. Ditinjau dari aspek sosial misalnya area pemukiman penduduk, dari aspek budaya misalnya tempat peribadatan dan peninggalan bersejarah, dari aspek ekonomi misalnya pertambakan atau persawahan, sedang dari aspek lingkungan misalnya hutan mangrove.
3. Mengembalikan garis pantai pada kedudukan sebelum terjadi erosi.
Pilihan ini dilakukan apabila kerusakan pantai terjadi pada area yang kemunduran pantainya menyebabkan luas manfaat pantai untuk kepentingan umum.
Strategi 2 dan 3 adalah strategi pengamanan terhadap permasalahan yang terjadi. Masing-masing pilihan strategis harus dipertimbangkan dengan dampak yang mungkin terjadi. Semua ini harus didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan dan pengkajian terhadap keuntungan dan biaya dari pilihan strategis tersebut harus dilakukan untuk menetapkan kelayakan secara ekonomi. Pilihan strategis yang ditetapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dan dampak negatif sekecil mungkin.Aspek yang perlu dipertimbangkan dalam penanganan kerusakan pantai antara lain :
1. Identifikasi faktor yang menjadi penyebab terjadinya permasalahan.
2. Usaha yang perlu dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut.
3. Kedua aspek tersebut harus dilakukan secara simultan, sebab mengetahui faktor pertama tidak mengatasi permasalahan, sedang mementingkan faktor kedua tanpa mengetahui faktor pertama akan memperoleh hasil yang tidak sesuai dan akan menimbulkan permasalahan baru.6.5. Pemilihan AlternatifPemilihan alternatif penanganan yang akan diterapkan pada lokasi kajian didasarkan pada uraian yang telah disampaikan pada sub-bab sebelumnya. Resume kondisi obyektif dari alternatif penanganan disajikan dalam bentuk tabel berikut :Tabel 6. 4. Matriks Pemilihan Alternatif Desain
NoParameter PenilaianNSEA WALL/RevetmentEMERGED BBREAKWATERSUBMERGED BREAKWATER (GEOTUBE)KRIBJETTY
KBBx KBB x KBB x KBB x KBB x K
1Mereduksi Energi Gelombang Pecah43124164162814
2Mengurangi erosi441631231231228
3Mengurangi Sedimentasi14433333344
4Biaya Konstruksi24812482412
5Efek Lingkungan33939393926
6Kemudahan Pelaksanaan Konstruksi3412134123926
7Digunakan pada pantai wisata3392641239412
8Perawatan22436122448
9Sumber Material339134122626
10Menambah Lebar Pantai313412391313
11Durabilitas441631214416416
JUMLAH NILAI3210284998356
Sumber : analisa konsultan
Catatan :
1. Kepentingan (K) skala 1 4 (1 = Tidak Penting ; 2 = Cukup Penting ; 3 = Penting ; 4= Sangat Penting).
2. Bobot (B) skala 1 - 4 untuk poin 1,2,3,5,7 ( 1 = Tidak baik ; 2 = Cukup Baik ; 3 = Baik ; 4= Sangat Baik).
3. Bobot (B) skala 1 - 4 untuk poin 4 ( 1 = Sangat Mahal ; 2 = Mahal ; 3 = Cukup Mahal ; 4= Murah).
4. Bobot (B) skala 1 - 4 untuk poin 6,8 ( 1 = Sangat Sulit ; 2 = Sulit ; 3 = Cukup Sulit ; 4= Mudah)
5. Bobot (B) skala 1 - 4 untuk poin 9( 1 = Sedikit; 2 = Cukup ; 3 = Banyak ; 4= Sangat banyak)
Berdasarkan matriks diatas, terlihat bahwa nilai yang diperoleh Sea Wall/Revetment adalah yang paling besar atau paling baik (102), disusul submeregd breawater dari geotube (99). Sedangkan emerged breakwater, dan groin pendek memiliki nilai yang cukup dekat, yaitu 84 dan 83. Sedangkan untuk jetty, nilainya paling rendah (75). Selanjutnya nilai skoring di atas akan dikombinasikan dengan hasil simulasi secara matematis dengan kondisi-kondisi lingkungan yang ada di Pantai Sinjai Timur.
BAB VIIANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR
7.1. Pre-eliminiray desain
Pre-eliminary desain ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum posisi layout bangunan pengaman pantai yang direkomendasikan mencakup; letak lokasi perencanaan , panjang bangunan dan tipe struktur. Berdasarkan analisis permasalahan dan tingkat kepentingan daerah yang akan diamankan, maka dalam studi ini lokasi studi dibagi dalam beberapa zona yang didasarkan pada posisi patok-patok yang ada. Adapun pembagian zona pantai untuk pengamanan dapat dilihat pada Tabel 7.1 dan Gambar 7.1. Dalam desain tembok laut, dalam penanganan permasalahan di pantai Sinjai Timur, digunakan desain yaitu tembok pasangan batu.
Tabel 7. 1.Pembagian pias pantai untuk rencana pengaman
ZonaNo PatokLokasiKondisi EksistingRencana Bangunan
IP.ki5-P.ka Desa PasimarannuTembok rusak 100%Tanggul laut dengan groin
IIP.0-P.2Desa Pattongko
Dusun TaliseTembok Laut Rusak Tanggul laut dengan groin
IIIP.9-P.25Desa Pattongko
Dusun PakkaTalud rusakTanggul laut dengan groin
IVP.34-P.45Desa Pattongko
Dusun PakkaTalud rusak dan mengancam jalan aksesTanggul laut dengan groin
VP.48-P.60Desa Pattongko
Dusun PakkaKebun penduduk terancamTanggul laut dengan groin
7.2. Muka Air Laut RencanaTabel 7. 2. Muka Air Laut RencanaZonaLokasiPatokMHWL(m)Sw m)SLR (m)DWL(m)
1Desa PasimmarannuPKI16 - PKA250.760.2760.2851.330
2Dusun TaliseP0 - P20.760.2760.2851.330
3Dusun PakkaP9 - P250.760.2760.2851.330
4Dusun PakkaP34 - P450.760.2760.2851.330
5Dusun PakkaP48 - P590.760.2760.2851.330
7.3. Gelombang RencanaTabel 7. 3. Gelombang pecah, kedalaman pecah dan tinggi gelombang rencana
Periode ulang (tahun)yr (tahun)Hsr (m)nrrHs - 1,28r (m)Hs + 1,28r (m)
20.3671.7030.5020.1221.5461.859
51.5001.9261.0370.2531.6032.249
102.2502.0741.4720.3591.6152.533
253.1992.2612.0440.4981.6242.898
503.9022.4002.4730.6031.6283.171
1004.6002.5372.9020.7071.6323.443
7.4. Elevasi Puncak StrukturTabel 7. 4. Elevasi puncak struktur tanggul pantai
ZonaLokasiPatokMHWL(m)Sw (m)SLR (m)DWL(m)Fb (m)Elevasi
Puncak
(m)
1Desa
PasimmarannuPKI16 - PKA250.760.2760.2851.330.82.2
2Dusun TaliseP0 - P20.760.2760.2851.330.82.2
3Dusun PakkaP9 - P250.760.2760.2851.330.82.2
4Dusun PakkaP34 - P450.760.2760.2851.330.82.2
5Dusun PakkaP48 - P590.760.2760.2851.330.82.2
Tabel 7. 5. Elevasi puncak struktur groin
ZonaLokasiPatokDWL(m)irRu / HRuElevasi Puncak (m)
1Desa PasimmarannuPKI16 - PKA251.333.08521.252.1801061.83
2Dusun TaliseP0 - P21.333.08521.252.1801041.83
3Dusun PakkaP9 - P251.333.08521.252.1801041.83
4Dusun PakkaP34 - P451.333.08521.252.1801151.83
5Dusun PakkaP48 - P591.333.08521.252.1801841.83
Dengan mengingat kriteria desain pada Bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan desain untuk groin sebagai berikut:
1. Panjang Groin 200 m
2. Elevasi puncak groin 1.83 m
3. Jarak antar Groin diambil 2.5 x panjang Groin yaitu 500 m.7.5. Perhitungan Dimensi dan Detail Struktur7.5.1. Dimensi StrukturTabel 7. 6. Dimensi struktur tanggul pantai untuk setiap zona
ZonaLokasiPatokToe Protection
d1dsd1/dsNSW (Ton)Dia. (m)BtN
1Desa PasimmarannuPKI16 - PKA250.761.610.472150.240.531.541.0336
2Dusun TaliseP0 - P20.761.610.472150.240.531.541.0336
3Dusun PakkaP9 - P250.761.610.472150.240.531.541.0336
4Dusun PakkaP34 - P450.761.610.472150.240.531.541.0336
5Dusun PakkaP48 - P590.761.610.472150.240.531.541.0336
Tabel 7. 7. Dimensi struktur groin untuk setiap zona
ZonaLokasiPatokLapis Lindung untuk Groin
MaterialKdWDia. (m)BtN
1Desa PasimmarannuPKI16 - PKA25Batu pecah1.61.210.913.001.8011
2Dusun TaliseP0 - P2Batu pecah1.61.210.913.001.8011
3Dusun PakkaP9 - P25Batu pecah1.61.210.913.001.8011
4Dusun PakkaP34 - P45Batu pecah1.61.210.913.001.8011
5Dusun PakkaP48 - P59Batu pecah1.61.210.913.001.8011
7.5.2. Detail StrukturBerdasarkan data topografi dan bathimetri, serta hasil perhitungan dimensi struktur dan juga alternatif struktur untuk masing-masing zona, maka gambar detail struktur yang digunakan di Pantai Sinjai Timur dapat diperoleh. Adapun contoh gambar detail struktur yang digunakan dapat dlihat pada Gambar 7.1.
Gambar 7. 1. Desain Tanggul Pantai Sinjai TimurBAB VIIIPERMODELAN MATEMATIS
8.1. Model Gelombang
8.1.1. Hasil Simulasi Gelombang
Model matematik digunakan untuk mengetahui tinggi gelombang pada perairan pantai Langkenna data pokok yang diperlukan untuk simulasi model gelombang adalah data kedalaman pada perairan Pantai Pasimarannu, serta kondisi gelombang (tinggi, periode dan arah berdasarkan data hasil analisa perhitungan peramalan gelombang).
Data kedalaman perairan diperoleh dari peta batimetri yang dibuat berdasarkan hasil survey lapangan. Data kedalaman tersebut kemudian didigitasi dengan menggunakan fasilitas yang ada pada software SMS untuk selanjutnya dibuat jaring elemen sebagai domain simulasi.
Pemodelan matematik tersebut direncanakan pada saat kondisi pasang air muka maksimum dengan 2 (dua) skenario pemodelan yaitu dengan menggunankan analisa gelombang kala ulang 10 tahunan berdasarkan arah datang gelombang Timur dan Tenggara.
Pada lokasi perairan Pantai Pasimarannu kemudian dibagi menjadi dua segmen sesuai dengan kegiatan pengukuran lapangan, adapun kedua segmen tersebut adalah (Gambar 3.9) ;
a) Segmen A, terletak pada bagian utara lokasi mencakup Desa Pasimarannu (BM01 BM04).
b) Segmen B, terletak pada bagian selatan lokasi mencakup Desa Pattongko (BM05-BM10).
Berdasarkan hasil pemodelan matematik dengan menggunakan tinggi gelombang laut dalam kala ulang 10 tahunan sebagai parameter input diketahui bahwa karakteristik lokasi perairan Pantai Pasimarannu di uraikan sebagai berikut ;
1. Gelombang Arah Datang Timur .
Kisaran tinggi gelombang yang terjadi pada segmen A (1.8-3m) dan segmen B (1,8-2.75m). Gambar sebaran tinggi gelombang dan pola penjalaran secara umum dapat dilihat pada Gambar 8.3, dedangkan detail tiap segmen dapat dilihat pada dilihat pada Gambar 8.4 dan Gambar 8.5.
Gambar 8. 1 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang timur secara umum
Gambar 8. 2 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang timur segmen A.
Gambar 8. 3 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang timur segmen B2. Gelombang Arah Datang Tenggara.
Kisaran tinggi gelombang yang terjadi pada segmen A (0,5-3m), dan segmen B (0,5-2,5m) Gambar sebaran tinggi gelombang dan pola penjalaran secara umum dapat dilihat pada Gambar 8.6, sedangkan detail tiap segmen dapat dilihat pada dilihat pada Gambar 8.7 dan Gambar 8.8.
Gambar 8. 4 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang tenggara secara umum.
Gambar 8. 5 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang tenggara segmen A
Gambar 8. 6 Sebaran tinggi dan pola penjalaran gelombang arah datang tenggara segmen B
8.2. Pemodelan Arus dan Sedimen
8.2.1. Hasil Simulasi Arus dan Sedimen
Arus perairan pantai Pantai Pasimarannu merupakan tipikal arus teluk yang dikontrol akibat adanya pergerakan pasang surut dan akifitas sungai yang bermuara pada teluk tersebut.
Berdasarkan hasil simulasi model matematik diketahui bahwa kecepatan arus perairan Pantai Pasimarannu pada saat kondisi menjelang pasang berkisar antara 0,01-0,06m/detik (Gambar 12) dengan pola aliran pada sisi laut dalam Tenggara- Barat Laut sedangkan pada sisi pesisir berarah Timur- Barat. Pada saat kondisi menjelang surut kecepatan arus berkisar antara 0,02-0,06m/detik dengan pola aliran relatif Barat-Timur (Gambar 13) .
Gambar 8. 7 Kecepatan dan pola arus pada saat menjelang pasang.
Gambar 8. 8 Kecepatan dan pola arus pada saat menjelang surut.
Berdasarkan hasil simulasi sedimen diketahui bahwa pada lokasi proyek berdasarkan pengujian selama 15 hari (sesuai data pasut), diketahui bahwa terjadi sedimentasi (perubahan dasar elevasi) sebesar 0.00089-0.0015m/15 hari pada sisi pesisir sedangkan pada sisi laut dalam sebesar 0.03 -0.033/15 hari (Gambar 8.13).
Gambar 8. 9 Perubahan dasar elevasi Pantai PasimarannuBAB IXVOLUME DAN RENCANAANGGARAN PEKERJAAN
9.1. Daftar Volume dan Rencana Anggaran Biaya
Dalam menyusun Bill of Quantity (BOQ), konsultan mengacu kepada daftar harga bahan dan upah yang berlaku di Kabupaten Sinjai Timur. Adapun Rencana Anggaran Biaya yang disusun adalah sebagai berikut : Gambar 9. 1. Rekapitulasi Anggaran
BAB XKESIMPULAN
10.1. KesimpulanPermasalahan umum di Pantai Sinjai Timur adalah kerusakan bangunan pantai eksisting. Kerusakan bangunan pantai tersebut, mengancam fasilitas umum lainnya seperti jalan akses di Sinjai Timur. Dengan demikian penyelesaian permasalahan tersebut mutlak diatasi agar tidak berdampak yang lebih buruk, sehingga merugikan bagi penduduk setempat dan Negara pada umumnya. Berdasarkan pengumpulan data, evaluasi kondisi eksisting dan analisis permasalahan pada 15 km panjang pantai Sinjai Timur, maka Konsultan menyimpulkan langkah pemecahan masalah dengan membangun bangunan pengaman pantai sepanjang 3.600 meter dengan rekomendasi berikut :
1. Pembangunan tembok laut laut dari kombinasi kombinasi pasangan batu dengan buis beton di zona I dengan panjang berkisar 300m.
2. Pembangunan tembok laut laut dari kombinasi kombinasi pasangan batu dengan buis beton di zona II dengan panjang berkisar 300m.
3. Pembangunan tembok laut laut dari kombinasi kombinasi pasangan batu dengan buis beton di zona III dengan panjang berkisar 1000m.
4. Pembangunan tembok laut laut dari kombinasi kombinasi pasangan batu dengan buis beton di zona IV dengan panjang berkisar 1000m.
5. Pembangunan tembok laut laut dari kombinasi kombinasi pasangan batu dengan buis beton di zona V dengan panjang berkisar 1000m.6. Di tiap zona dibangun Groin sepanjang 200 m bentuk T dengan jarak antar Groin 500mEstimasi total biaya pelaksanaan seluruh pekerjaan berdasarkan harga dasar 2014 Kabupaten Sinjai masing-masing alternative adalah sebagai berikut :
Total Biaya = Rp. 53.578.900.000,-
10.2. Rekomendasi dan Pentahapan
Dengan mempertimbangkan estimasi anggaran pelaksanaan seluruh pekerjaan untuk konsep yang diberikan, maka dalam studi ini direkomendasikan untuk menggunakan tembok laut kombinasi pasangan batu dengan Groin per 500 m panjang 200m. Tembok laut harus dilengkapi dengan pelindung kaki dan saluran drainase. Adapun persyaratan konstruksi yang harus dipenuhi dapat dilihat pada Spesifikasi Teknik Pekerjaan.
Seperti diketahui bahwa penanganan masalah erosi dan sedimentasi pantai pada prinsipnya membutuhkan pembangunan yang sekaligus untuk memutus langsung proses erosi dan akresi yang terjadi. Namun apabila dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pelaksanaan sekaligus, maka dapat dilakukan secara bertahap. Urutan pentahapan ini tentu saja harus mempertimbangkan semua aspek yang berpengaruh terutama potensi dampak yang bakal terjadi sehingga dapat ditekan atau dicegah. DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J. E., 1984, Physical and Geotechnical Properties of Soils, 2nd ed., Mc. Graw-Hill, USA.
Bridge Management System, 1993, Standard Specifications for Bridge Construction, Directorate General of Highway, Ministry of Public Works, Republic of Indonesia.
CERC, 1984, Shore Protection Manual, Department of The Army, US Army Corps of Enggineers, Washintong DC.
Coduto, D. P., 1994, Foundation Design Principles and Practices, Prentice Hall International Inc., USA.
Das, B.M, 1985, Advance Soil Mechanics, Mc. Graw-Hill, USA.
Hardiyatmo,HC., 2002, Teknik Pondasi 1, Beta Offset, Yogyakarta.
Hardiyatmo,HC., 2002, Teknik Pondasi 2, Beta Offset, Yogyakarta.
IPCC, 1990, Strategies for Adoption to Sea Level Rise, Report of The Coastal Zone Management Sub-Group, Intergovermental Panel on Climate Change.
Pilarczyk, K.W.(Ed), 1990, Coastal Protection, A.A. Balkema, Rotterdam.
Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Bengkulu, 2006, Laporan Hasil Pekerjaan Sondir dan Handbor pada Lokasi Tapak Paderi, Direktorat Sumber Daya Air, Depertemen Pekerjaan Umum.
Rollings, M. P. dan Rollings, R. S., 1996, Geotechnical Material in Construction, McGraw-Hill, USA.
Satyakarsa Mudatama, PT, 2004, Perencanaan Pola Pengamanan Pantai pada Kawasan Andalan Bengkulu, Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai, Propinsi Bengkulu.
Suryolelono, K. B., 2004, Perancangan Fondasi, Nafiri, Yogyakarta.
Triatmodjo, B., 1996, Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
Yuwono, N., 1992, Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Pantai, Vol.2, Laboratorium Hidraulik dan Hidrologi, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yuwono, N., 1994, Pedoman Perencanaan Muara Sungai Perencanaan Bangunan Jetty, Laboratorium Hidraulik dan Hidrologi, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yuwono, N., 1996, Transportasi Sungai dan Saluran (Inland Water Transportation), Laboratorium Hidraulik dan Hidrologi, Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yuwono, N., 1996, Gelombang Rencana dan Struktur Pelindung Lahan Reklamasi, Seminar on Coastal Reclamation,Pusat Pelatihan MBT in Cooperation with HATTI, Jakarta.
Jl. Baji Gau I No. 23 Telp. (0411) 859363 Makassar 90134
PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI
DINAS PEKERJAAN UMUM
Jl. Lamatti No. 1 Tlp. (0482) 21049 fax. (0482) 21490
EMBED Equation.3
Sesuai
Tidak/kurang Sesuai
_1480417740.unknown
_1480417743.unknown
_1480417749.unknown
_1480417751.unknown
_1480417744.unknown
_1480417741.unknown
_1480417737.unknown
_1480417739.unknown
_1480101119.unknown
_1480101663.unknown