Post on 06-Jun-2019
LAMPIRAN
WAWANCARA DENGAN INFORMAN
Berikut merupakan hasil wawancara dengan informan terkait mekanisme
pengadaan tanah di Desa Widodaren serta kendala atau permasalahan yang
dihadapi :
A. Wawancara dengan Kepala Kantor sebagai Ketua Panitia Pengadaan
Tanah pada tanggal 9 Mei 2017
1. Apakah benar bapak sebagai ketua panitia pengadaan tanah ?
“iya mbak, jadi untuk pengadaan tanah yang ada di kabupaten itu
dituai Kepala Kantor Pertanahan anggotanya juga pegawai dari
Kantor Pertanahan ditambah camat sama kepala desa yang ada di
daerah pengadaan tanah”
2. Sebagai panitia pengadaan tanah, upaya apa saja yang telah
dilakukan agar warga pemilik hak atas tanah bisa sepenuhnya
melepaskan hak atas tanah tersebut kepada pemerintah untuk
pembangunan Jalan Tol Trans Jawa ruas Ngawi-Kertosono ?
“ya kita yakinkan bahwa tanah memiliki fungsi sosial, dan ini kan
juga proyek pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat juga. Kita
kan juga nggak bisa menentukan daerah-daerah yang dilewati itu
kan sudah keputusan dari tahap perencanaan. Upaya lain ya kita
lakukan tahap pertahap pengadaan tanah itu sesuai dengan
peraturan yang ada”
3. Apakah mekanisme pengadaan tanah sudah sesuai dengan UU No
2 Tahun 2012, pak ?
“sudah mbak, sudah sesuai dan kita jalankan dengan baik”
4. Kan ada beberapa tahap pelaksanaan pengadaan tanah pak, pada
tahap apa yang perlu upaya keras dari panitia pengadaan tanah ?
“ya ganti kerugian itu, sampai sekarang kan masih ada yang
belum setuju dengan besaran ganti kerugian”
5. Jika sudah sesuai dengan UU No 2 Tahun 2012, mengapa masih
banyak tanah yang belum dibebaskan di Desa Widodaren ?
“pelaksanaannya sudah sesuai dengan peraturan, tapi pola pikir
warga kan juga berbeda-beda dan masih belum sadar akan fungsi
sosial tanah”
6. Dalam mekanisme pengadaan tanah, tahap apa saja yang sudah dan
belum dilaksanakan oleh panitia pengadaan tanah di Desa
Widodaren ?
“kan beda-beda mbak, kalau yang sudah setuju ya sosialisasi
sampai pemberian ganti rugi kalau yang belum setuju sudah
sampai penitipan ganti rugi”
7. Kendala apa saja pak yang dihadapi dalam pengadaan tanah di
Desa Widodaren ?
“kendala ya masih seputar besaran ganti kerugian, tapi juga ada
yang bukan karena besaran ganti kerugian yaitu minta sisa tanah
sama jalan untuk diganti rugi, selebihnya ya sudah nggak ada
mbak”
8. Untuk warga yang belum setuju kan ganti ruginya di titipkan ke
pengadilan, bagaimana peran panitia pengadaan tanah sampai pada
tahap tersebut ?
“itu sudah urusan antaran warga dan pengadilan mbak”
9. Solusi untuk warga atas kendala tersebut apa saja pak ?
“solusi kan sudah ada di UU, kalau belum setuju ya penitipan
ganti rugi ke pengadilan, kalau tidak ada respon ya mau nggak
mau harus di ekseskusi”
B. Wawancara dengan Camat Widodaren sebagai anggota panitia
pengadaan tanah pada tanggal 18 Mei 2017
1. Sebagai anggota panitia pengadaan tanah, tahap apa saja yang
diikuti oleh bapak ?
“sosialisasi, musyawarah ya kita ikut, penyerahan ganti rugi kita
ya mendampingi kepala desa dan BPN tempatnya di balai desa
widodaren itu mbak”
2. Untuk kecamatan widodaren yang belum bebas hanya di Desa
Widodaren saja pak ?
“tidak, di sidolaju masih satu”
3. Apakah bisa diceritakan tahap pertahap pengadaan tanahnya pak ?
“ya kita sosialisasi dulu, musyuwarah, yang rumahnya terkena tol
ya kita lakukan pengukuran, kita cek data-data yang dimiliki
warga, kalau setuju ya kita kasih ganti ruginya, kalau tidak ya kita
titipkan ke pengadilan, warga bisa mengajukan gugatan”
4. Pada tahap penitipan ganti rugi, upaya bapak apa sebagai camat
widodaren ?
“kalau sudah di titipkan ke pengadilan ya itu sudah menjadi
urusan antara warga dengan pengadilan”
5. Solusi bapak apa untuk warga Desa Widodaren yang belum
melepaskan tanahnya ?
“solusi gimana ya mbak ? kita juga sudah sosialisasi,
musyawarah, menjelaskan kepada warga tentang pengadaan tanah
tersebut, ya itu kan kembali ke warga, mau ya monggo kalau
nggak ya kita serahkan pada hukum yang berlaku”
C. Wawancara dengan Kepala Desa Widodaren sebagai anggota panitia
pengadaan tanah pada tanggal 9 Mei 2017
1. Saat ini yang mengani pengadaan tanah jalan tol itu BPN ya bu
sekarang ?
“iya mbak, dulu kan SetDa sekarang BPN yang Kantor
Pertanahan itu“
2. Kalau untuk mekanismenya sendiri pihak pemerintah desa sendiri
membantu atau ikut dalam tahapan apa saja bu ?
“ya semua tahapan kita ikuti, kan kita juga jadi anggota dalam
panitia pengadaan tanah tapi yang berperan penuh ya dalam
kegiatan sosialisasai, inventarisasi dan identifikasi itu kan satgas
itu mbak itu ada yang dari kita, musyawarah itu kita juga ikut,
pemberian ganti kerugian itu malah di balai desa sini
penyerahannya, yang di foto yang saya kasih ke sampean tadi
mbak“
3. Pasti ada kendala yang dihadapi ya bu dalam pengadaan tanahnya,
itu apa saja bu ?
“mereka itu nggak setuju mbak sama harga yang pemerintah
tentukan jalan gang itu diminta sama mereka padahal itu kan jalan
desa harusnya kan nggak di ganti rugi tapi ya itu meraka minta
ganti rugi, pemahaman mereka tentang Undang-undang yang
berlaku itu juga masih belum maksimal jadi ya gitu akhirnya
mereka keras kepala“
4. Sampai saat ini, bagaimana kelanjutan tahap penitipan ganti
kerugian bu ?
“sudah itu mbak, bahkan sudah satu kali sidang”
5. Apakah ada solusi terbaik yang ingin ibu sampaikan kepada warga
?
“solusinya ya coba dipahami dulu, inikan juga proyek pemerintah
untuk kesejahteraan dan kepentingan bersama, lepas dari itu ya
nanti tinggal nunggu dari pengadilan”
D. Wawancara dengan PPK Mantingan-Kertosono I pada tanggal 4 Mei
2017
1. Dalam pelaksanaan pengadaan tanah, pihak PPK sebagai pihak
yang bertanggung jawab kepada Kementerian PUPR terlibat secara
penuh atau tidak ?
“kita istilahnya hanya juru bayar mbak, untuk tahapannya yang
lebih tau secara detail kan BPN”
2. Apakah bisa diceritakan bagaimana mekanisme pengadaan tanah
yang bapak ketaui ?
“yang pasti sosialisasi dulu, musyawarah, setuju ya kita bayar
kalau tidak ya dititipkan ke pengadilan”
3. Untuk yang setuju dan akan diberikan ganti kerugian, berkas-
berkas apa saja yang harus dilengkapi ?
“ya KTP, KK, akte tanah itu pasti, ya kayak jual beli motor itu
mbak, kan harus menyerahkan stnk, bpkb, pokoknya bukti
kepemilikan”
4. Untuk uang ganti ruginya itu apakah diberikan secara tunai pak ?
“tidak, kita berikan dalam bentuk rekening”
5. Solusi apa pak yang bisa diberikan untuk warga yang masih
enggan melepaskan tanahnya ?
“kalau sudah dititipkan ke pengadilan ya itu urusan warga dengan
pengadilan. Tapi kalau masih bertele-tele ya nanti mau nggak mau
akan dieksekusi”
E. Wawancara dengan informan I (Ibu Supatmi : warga yang belum
setuju) pada tanggal 8 Mei 2017
1. Bu mau ini daerah yang mau dilewati jalan tol itu ya ?
“iyo mbak tapi yo ngeneki rung tak cul ne lemahku. Arep takok
tentang tol to mbak ? nek kon tanda tangan aku emoh lo yaa, nek
takok opo tentang tol kui yo tak ceritani opo enek e“
2. Berarti ini belum bebas ya bu lahannya ?
“ urung mbak, rung cocok karo regane “
3. Dulu ikut dalam tahapan apa saja bu ? kan itu ada tahap
pelaksanaan pengadaan tanah atau bisa disebut mekanismenya ?
“mbien sosialisasi rene november 2008 mbak, tanggale lali aku wi
sing rene panitia sing mbien, ora BPN koyok saiki mbak. Wes kui
tok aku mok melok pas sosialisasine, la warga kene sing gak setuju
enek wong 20 mbak, ngko tak dudui surate, BPN malah ngalah-
ngalahi rene, jawane ameh ditekoni siji-siji neng omah tapi karo
warga kene ditolak akhire mlumpuk neng sak omah“
4. Alasannya kenapa bu kok belum setuju dengan harga yang
diberikan ?
“yo pokoke urung cocok mbak, tapi sing pas ditangani BPN ki
lumayan, arep diganti rugi piro enek surat perinciane, mbien ora,
enek wi surate, kok poto yo rapopo, terserahmu mbak nek tarah
butuh ngge data tambahan tapi nek tanda tangan moh tenan aku“
5. Kalau warga sekitar sini yang belum setuju sama bu alasannya ?
“podo ae mbak, tapi palingo nek awakmu takok yo ra bakal
diceritani sedetail iki“
6. Jalan gang ini juga dimintai ganti rugi bu sama warga sini ?
“iyo, la kui kan asline wes cerito jaman mbien mbak, pas jaman
mbah-mbah e wong kene kan patoke kui kudue nglewati dalan dadi
kan otomotis kudue diganti rugi karo pemerintah“
7. Mintanya besaran ganti rugi itu berapa bu biar tanahnya bisa
dibebaskan ?
“ugung iki mbak ugung iso nentukne aku, sik nunggu tahun baru
iki menowo apraisal e iso ganti terus iso dinilai neh layake piro
regane“
8. Berarti kendala yang dihadapi dalam keadaan tanah ya persoalan
ganti rugi ya bu ?
“yo ganti rugi, dalan gang wi kudue iyo, terus karo ojo sing enek
sing ditutup-tutupi mbak soko panitiane, kene ki wes trauma karo
panitia saurunge, dadi yo karepane ki sing terbuka karo warga
kene“
9. Apakah ada perkembangan tentang pengadaan tanah di tempat ini ?
“aku marai lali mbak tanggale, wes meh rongwulan kayake, wong
pusat ki mrene, numpak mobil plat B og, yo duduhne surat ko
pengadilan, aku yakin nek ko pusat soale tonggo ku iki yo polisi
tapi gak kenal gek klambine yo koyok intel ngono kae, nakoni
nyapo kok gung gelem ngeculne lemahe, soale ya mbak wong-
wonge kui takok nng bpn neng ppk jare gak enek kendala tapi
nyapo kok kene ki gung iso dibangun dalan tol, terus akhire yo
medun lapangan kui, mastekne pie pie ne, keluhane warga ditulis
jare meh disampekne neng nduwurane”
10. Apa harapan ibu untuk panitia pengadaan tanah ?
“yo mugo-mugo permasalahan iki ndang bar, nunggu ko pusat iki
mbak aku, wes emoh nek urusan karo bpn ppk, sabar sik ae”
F. Wawancara dengan informan II (Bapak Setyono : warga yang belum
setuju) pada tanggal 14 Mei 2017
1. Apakah bisa diceritakan pak, bagaimana pelaksanaan pengadaan
tanah yang ada di Desa Widodaren ?
“kalau saya dulu setuju mbak sama besaran ganti kerugian, tapi
saya juga minta sisa tanah sama jalan depan itu di ganti kerugian
juga, tapi ternyata sama panitia tidak menyanggupi hal tersebut,
akhirnya sampai sekarang ya belum saya lepaskan. Kalau
ceritanya dari awal itu tahun 2008 sosialisasi yang tanah basah
semua di hargai sama oleh P2T, lanjut ke tahun 2012 tanah kering
ternyata ditangai oleh P2T juga di kelas-kelas harganya, menjadi
kelas 3, jadi perjanjian tahun 2008 dan 2012 itu tidak sama, kita
masih bertahan ya istilah bahasa jawanya “ngugemi” pernyataan
tahun 2008, penawaran ya dari 180/m² ke 250/m² sampai ke
325/m². Tahun 2016 yang nangani BPN itu sebenarnya semua
dikasihkan tetapi janji yang awal (tahun 2008) sisa kurang 100 m²
itu tetap dibayar oleh pihak tol dan gang depan rumah juga
dibayar oleh tol ternyata tahun 2016 sisa yang kurang 100m² tidak
di bayar sampai sekarang maka dari itu sebagian dari pihak yang
bertahan tetap tanah itu nggak dikasihkan karena mereka terkesan
tidak menepati janji pada tahun 2008. Waktu itu masyarakat yang
terkena tol mau bertemu dengan tim independen (aprasial) itu kan
yang memete-metakan tanah dan penilai ganti rugi tapi sama BPN
dan PPK tidak diketemukan. Sebenarnya masyarakat ingin ketemu,
masyarakat cuma ingin tau kenapa dihargai dengan harga tersebut
dan harga tidak disamakan. Kalau penawarannya yang setelah
350/m² itu beda-beda, ada yang 665/m² ada yang 840/m² dan ada
yang 1.114/m². Nah itu kan dikelas-kelas mbak, kalau kita
mengikuti tahun 2008 harusnya kan sama. Tahun 2008 itu saya
sempet nanya, kenapa yang dipinggir jalan sama yang didalam
deket sungai kok dihargai sama, mereka bilangnya yaa nantikan
sama-sama dilewati tol dan dimasuki kendaraan jadi ya harga nya
sama tetapi 2012 omongannya sudah berbeda lagi. Bulan februari
itu dari mabes polri itu kesini, dia pertama ke polres karena dia
juga polri setelah itu langsung ke BPN, dia tanya ke BPN masih
ada masalah tidak, dari pihak BPN dijawab tidak ada masalah,
langsung ke PPK katanya juga nggak ada kendala, lalu ke
pengadilan juga nggak ada kendala, tapi dari pihak mabes sendiri
mungkin ada laporan dari atas di Desa Widodaren belum 100%
bebas, dia nanya dan saya sampaikan sama dengan apa yang
sampean tanyakan ke saya, la akhirnya karena ini sudah tahun
2017 dari pihak masyarakat harganya minta naik karena dari
pihak PPK ya karyawannya bilang, gini pak tyono ini nanti ganti
tahun harga tetap ganti, la sekarang 2017 masyarakat minta
harganya naik, sisa tanah dan gang itu juga diberikan ganti
kerugian”
2. Kan ada tahapan musyawarah bentuk ganti kerugian itu gimana pak
? apakah ada musyawarah bersama panitia dengan warga ?
“Terkait yang sampean tanyakan tentang musyawarah bentuk
ganti kerugian itu sebenarnya yang pertama tawar menawar itu
ada, tapi langsung rupiah, tapi itu saya pernah kok mbak saya
minta ya istilahnya tukar guling, tanah diganti tanah, karena tanah
saya dilewati tol ya carikan lah tanah antara gendingan-
walikukun, luas yang saya miliki berapa dituker sama tanah
berapa, mereka berani mengiyakan tapi tempatnya didalam bekas
tanah sawah kan harganya murah mbak. Saya disuruh gugat
panitia tapi saya nggak mau wong saya nggak ada masalah sama
BPN kok gugat, la ganti BPN malah gugat saya, di surat panggilan
malah seperti itu. La ini kan bukan tanah sengketa kenapa mesti
dipermasalahkan sampai harus gugat menggugat. Kalau yang
belum bebas itu masih ada 21 bidang mbak, saya ingat betul”
3. Apa harapan bapak untuk panitia pengadaan tanah ?
“ya gini aja mbak, warga sudah bodoh ya jangan dibodohi lagi,
saya ingat betul pernyataan di sampaikan panitia pengadaan
tanah terdahulu, ya monggo ditepati, jangan ganti panitia ganti
pernyataan, kan dulu BPN juga anggota panitia sembilan. Saya
juga berani kok kalau misal dipertemukan sama bpn dan ppk”
G. Wawancara dengan Informan III (Ibu Sumarni : warga yang setuju)
pada tanggal 8 Mei 2017
1. Apakah bisa diceritakan bagaimana pelaksanaan pengadaan tanah
yang ibu lalui sampai pada kesepakatan pemberian ganti rugi ?
“yang pertama itu sosialisasi mbak, rapatlah beberapa kali, kalau
tanggal itu saya lupa, yang pasti penyerahan hasil penilaian ganti
kerugian itu hari selasa, 12 April 2016 terus pembayaran uang
ganti rugi itu 8 Juni 2016. Untuk harga yang pertama 250/m²,
keluarga nggak setuju terus naik 350/m² kita masih belum setuju.
Yang terakhir itu kita diberi hasil peniliaian ganti kerugian, ada
mbak lembarannya nanti saya carikan, itu kalo dikira-kira
±650/m². Waktu itu dikumpulkan warga-warga terus ditanya siapa
yang setuju, saya angkat tangan soalnya saya pikir itu sudah
cukup untuk mambangun rumah lagi. Saya juga sudah tua nggak
mau kepikiran lagi. Terus saya serahkan ke BPN, ada fotocopy
KK, akte tanah, Fotocopy KTP, ya sudah itu terus kita diberi
rekening untuk pemberian ganti kerugiannya”
DOKUMENTASI
Gambar 1
Daftar Tanah Pengadaan Tanah Jalan Tol Mantingan-Kertosono I
Di Kabupaten Ngawi Tahun 2016
(Sumber : PPK Mantingan-Kertosono I)
Gambar 2
Daftar Nama Warga Desa Widodaren Kecamatan Widodaren
Yang Keberatan Besarnya Nilai Ganti Rugi
(sumber : Data yang dimiliki ibu supatmi/informan)
Gambar 3
Panitia Pengadaan Tanah Jalan Tol Ngawi-Kertosono
Di Kabupaten Ngawi
(sumber : Data Dari BPN Kantor Pertanahan Kabupaten Ngawi)
Gambar 4
Nilai Penggantian Wajar terhadap Bidang yang dimiliki Ibu Supatmi
(Sumber : Data yang dimiliki Ibu Supatmi/informan)
Gambar 5
Rumah Ibu Supatmi
Gambar 6
Lingkungan Desa Widodaren yang belum bebas lahannya
Gambar 7
Nilai Penggantian Wajar terhadap Bidang yang dimiliki Bapak Setyono
(sumber : data dari informan)
Gambar 8
Nilai Penggantian Wajar terhadap Bidang yang dimiliki Bapak Setyono
(sumber : data dari informan)
Gambar 9
Rumah Bapak Setyono
Gambar 10
Lingkungan rumah Pak Setyono yang juga belum di bebaskan
Gambar 11
Lingkungan rumah Pak Setyono yang juga belum di bebaskan
Gambar 12
Gang yang juga dimintai ganti kerugian
Gambar 13
Nilai Penggantian Wajar terhadap Bidang yang dimiliki Ibu Sumarni
(sumber : data dari informan)
Gambar 14
Bekas tanah dan rumah Ibu Sumarni yang telah dibebaskan
Gambar 15
Rumah Ibu Sumarni yang baru
Gambar 16
Wawancara dengan Camat Widodaren
Gambar 17
Wawancara dengan Kepala Desa Widodaren
Gambar 18
Wawancara dengan PPK Mantingan-Kertosono I
Gambar 19
Wawancara dengan Ibu Supatmi
Gambar 20
Wawancara dengan Bapak Setyono
Gambar 21
Wawancara dengan Ibu Sumarni
Gambar 22
Progress pengadaan tanah
Mantingan-Kertosono I
Gambar 23
Pemberian ganti rugi bagi warga yang setuju tanahnya dibeli
(sumber : dokumentasi pribadi Ibu Yamini/Kepala Desa Widodaren)
Gambar 24
Pemberian ganti rugi bagi warga yang setuju tanahnya di beli
(sumber : dokumentasi pribadi Ibu Yamini/Kepala Desa Widodaren)
Gambar 25
Antrian pemberian ganti kerugian
(sumber : dokumentasi pribadi Ibu Yamini/Kepala Desa Widodaren)
Gambar 26
Jalan Tol Trans Jawa
(sumber : data dari PPK Mantingan-Kertosono I)
Gambar 27
Ruas prioritas utama Jalan Tol Trans Jawa
(sumber : data dari PT Waskita Karya)
Gambar 28
Jalan Tol Trans Jawa
ruas Ngawi-Kertosono
(sumber : bpjt.go.id)
Gambar 29
Daftar nama dan luas yang terkena jalan tol
Di Desa Widodaren, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi
(bagian 1)
(sumber : data dari informan)
(bagian 2)
(bagian 3)
(bagian 4)
(bagian 5)
Gambar 30
Jaringan Jalan Tol Trans Jawa
(sumber : PPK Mantingan – Kertosono I)
Gambar 31
9 Ruas Jalan Tol Lintas Jawa Prioritas Utama
(sumber : PPK Mantingan – Kertosono I)
Gambar 32
Jalur Jalan Tol Ngawi - Kertosono
(sumber : PPK Mantingan - Kertosono I)
Gambar 33
Pintu Keluar - Masuk Jalan Tol Ngawi - Kertosono yang berada di Desa Jururejo,
Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi
(sumber : dokumentasi pribadi)
SURAT IZIN PENELITIAN DAN WAWANCARA