jadikaan latar belakang.pdf

87
KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR PARAMITA RACHMA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of jadikaan latar belakang.pdf

  • KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI

    SISWI SEKOLAH DASAR

    PARAMITA RACHMA

    DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2009

  • ABSTRACT

    Paramita Rachma. Drinking Habbit, Fluid Requirement and Sign of Dehydration of Female Elementary School Student. Supervised by Dodik Briawan The objective of this research was to assess drinking habbit, fluid requirement and sign of dehydration among female elementary school student. Cross sectional study was done from May to June 2009 in Polisi 4 Elementary School Bogor. The samples were student at grade 4 and 5 and healthy as an inclusive criteria. The number of sample was calculated by mean estimation.

    The average fluid intake from food and beverage are 2024,4 287,4 ml/day. The average fluid intake from food is 426,6 126 ml/day and from beverage is 1597,8 243 ml/day. The average fluid requirement of sample based on Grant & DeHoog (1999) in Mahan K. & Escott-Stump (2004) is 1789,7 158,1 ml. Based on sign of dehydration, there is 62,8% of samples haved mild dehydration. The level of fluid consumption doesnt have significant correlation with the trend of dehydration. Energy intake has significant correlation with the level of fluid consumption (r=0,322 ; p

  • RINGKASAN

    PARAMITA RACHMA. Kebiasaan Minum, Kebutuhan Cairan dan Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar. (Dibimbing oleh Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN).

    Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui intake dan kebutuhan cairan serta kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar. Adapun tujuan khususnya antara lain : (1) Mengetahui kebiasaan minum siswi sekolah dasar, (2) Mengetahui intake cairan siswi sekolah dasar, (3) Mengetahui kebutuhan cairan siswi sekolah dasar, (4) Mengetahui kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar, (5) Menganalisis hubungan persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar, (6) Menganalisis hubungan intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan siswi sekolah dasar.

    Penelitian dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian di Sekolah Dasar Polisi 4 Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan sekolah memiliki jumlah siswi yang banyak, lokasi sekolah yang strategis, berada di tengah kota serta mudah dijangkaku oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2009. Contoh penelitian ini adalah siswi kelas 4 dan 5 SD Polisi 4 Bogor yang memiliki kriteria sehat (tidak sedang menderita penyakit diare, ginjal, demam (flu), demam berdarah serta radang tenggorokan). Populasi contoh berjumlah 193 siswi. Jumlah minimal contoh yang diambil dihitung menggunakan formula estimasi of mean (Lemeshow et al. 1997).

    Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh (umur, BB, TB dan jumlah uang saku untu pengeluaran pangan). Data karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh meliputi besar keluarga, pekerjaan ayah dan pendidikan ayah. Data sekunder meliputi pendidikan ayah dan pekerjaan ayah diperoleh dari database yang terdapat di sekolah.

    Data kebiasaan minum contoh diperoleh dari FFQ (Food Frequency Questionaire). Kebiasaan minum di sekolah diperoleh melalui wawancara langsung dengan contoh. Data intake cairan merupakan total intake cairan dari makanan dan minuman. Kecenderungan dehidrasi dilihat dari tanda-tanda dehidrasi antara lain haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering (Asian Food Information Centre 2000). Kebutuhan cairan contoh dihitung dengan rumus Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004) serta berdasarkan rekomendasi dari The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005). Hubungan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi dianalisis menggunakan Uji Chi Square, hubungan antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan dianalisis menggunakan Uji Korelasi Pearson.

    Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap kebiasaan minum contoh sehari-hari, diketahui sebesar 52,3% contoh memiliki kebiasaan minum air putih 5-6 kali per hari. Sebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per minggu. Sebesar 53,5% contoh minum teh non kemasan dan 55,8% contoh minum teh kemasan sebanyak 1-3 kali per minggu.

    Pada saat di sekolah, sebesar 36,0% contoh menyukai minum teh kemasan. Lebih dari setengah (52,3% contoh) memperoleh informasi tentang minuman kesukaan dari iklan di televisi. Sebesar 37,2% contoh minum minuman

  • kesukaan karena alasan rasanya yang enak. Sebesar 55,8% contoh memiliki minuman larangan dan 44,2% contoh sisanya tidak memiliki minuman larangan. Sebesar 37,5% contoh memiliki minuman larangan berupa es. Sebesar 55,4% contoh minum sebanyak 3-4 kali saat berada di sekolah. Sebagian besar contoh (76,7% contoh) memperoleh minuman dari kantin dan pedagang kaki lima yang terdapat di sekitar lokasi sekolah. Sebesar 47,7% contoh minum air pada saat haus. Sebesar 70,9% contoh minum setelah melakukan aktivitas olahraga.

    Intake cairan berasal dari makanan dan minuman. Rata-rata intake cairan dari makanan dan minuman sebesar 2024,4 287,4 ml/hari. Rata-rata intake cairan dari makanan adalah 426,6 126 ml/hari. Rata-rata intake cairan dari minuman adalah 1597,8 243 ml/hari.

    Intake cairan dari makanan yang terbesar berasal dari kelompok pangan makanan pokok, sayur dan buah serta lauk hewani. Intake cairan dari makanan pokok sebesar 218 48 ml/hari, sayur dan buah sebesar 111,6 94 ml/hari serta lauk nabati sebesar 76,7 42 ml/hari.

    Intake cairan dari minuman yang paling besar berasal dari air putih, susu dan teh. Intake cairan dari air putih sebesar 1128,8 203 ml/hari. Intake cairan dari susu sebesar 251,9 ml/hari dan intake cairan dari teh sebesar 113,0 169,5 ml/hari.

    Rata-rata kebutuhan cairan contoh (umur 10-12 tahun) berdasarkan Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004) adalah 1789,7 158,1 ml. Rata-rata tingkat konsumsi cairannya adalah 113,8 17,6%. Rata-rata kebutuhan cairan contoh (umur 10-12 tahun) berdasarkan The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) adalah 1516,7 125,3 ml. Rata-rata tingkat konsumsi cairannya adalah 132,8 20,6%.

    Berdasarkan tanda-tanda dehidrasi, sebesar 62,8% contoh mengalami dehidrasi ringan dan 37,2% contoh tidak mengalami dehidrasi. Hasil Uji Chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi. Hasil analisis bivariat dengan Uji Korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan berdasarkan Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004) (r=0,302 ; p

  • KEBIASAAN MINUM DAN KEBUTUHAN CAIRAN SERTA KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR

    PARAMITA RACHMA

    Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

    DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2009

  • Judul Skripsi : Kebiasaan Minum, Kebutuhan Cairan dan Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar

    Nama : Paramita Rachma Nrp : I14052242

    Disetujui :

    Dosen Pembimbing

    Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN

    NIP. 1966 0701 199002 1 001

    Diketahui,

    Ketua Departemen Gizi Masyarakat

    Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS

    NIP. 1962 1204 198903 2 002

    Tanggal Lulus :

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, puteri

    pasangan Bapak Mokh. Fatkur Rohman dan Ibu Wahyu Widayati. Penulis

    dilahirkan di Kota Bojonegoro pada tanggal 14 September 1987.

    Pendidikan sekolah dasar penulis ditempuh pada tahun 1993 sampai

    1999 di SD Negeri Karangsoko III dan pada tahun 1999 sampai 2002 di

    SMP Negeri I Trenggalek. Pada tahun 2002 sampai 2005 penulis

    melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Trenggalek.

    Pada tahun 2005, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

    (USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor.

    Penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi

    Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2006 melalui jalur

    mayor minor. Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai staf

    divisi Klub Peduli Pangan dan Gizi (KPPG) HIMAGITA periode 2006/2007,

    staf divisi kewirausahaan HIMAGIZI periode 2007/2008 serta staf divisi

    keputrian Forum Syiar Islam FEMA (FORSIA) period 2007/2008. Selain

    itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan, baik yang

    diselenggarakan oleh HIMAGIZI maupun FEMA.

    Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Gizi dalam

    Daur Kehidupan pada tahun ajaran 2008/2009. Pada tahun 2008 penulis

    melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cisarua dan Bantar

    Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada bulan

    Februari 2009 penulis juga melaksanakan Internship Dietetik di Rumah

    Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

  • PRAKATA

    Asalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

    rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini

    dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul Kebiasaan Minum dan Kebutuhan

    Cairan serta Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar dilakukan sebagai

    salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi

    Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada

    kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan

    penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan

    arahan, masukan, kritikan, dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

    2. dr. Mira Dewi M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi

    atas saran yang diberikan.

    3. Dr. Ir. Drajat Martianto, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah

    membimbing penulis dalam pengisian Kartu Rencana Studi selama kuliah.

    4. Luthfi Rakhmawati, Tri Purnamasari, Tyas Rara Sedayu dan Jesa

    Nuhgroho selaku pembahas seminar.

    5. Seluruh pihak Sekolah Dasar Polisi 4 yang telah memberikan ijin untuk

    melakukan penelitian serta seluruh murid-murid sekolah dasar yang telah

    bersedia diwawancarai dan telah membantu kelancaran penelitian.

    6. Bapak Ibukku tercinta dan adikku tersayang (dTyas) terimakasih atas doa,

    nasehat, semangat dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

    7. Sahabat-sahabatku (Luthfi, Nenden, Sofy, Tri dan Sri) terima kasih atas

    kebersamaan dan dukungannya, semoga persahabatan kita selalu abadi.

    8. Jesa Nuhgroho, Fahmila Hidayati dan Elya Sugianti terima kasih atas

    nasehat, doa dan semangatnya, terima kasih juga atas hari-hari indahnya

    kebersamaan yang telah kita lalui selama ini.

    9. Kartika Annisa, teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi. Thanks for

    all, akhirnya penantian dan kesabaran kita membuahkan hasil.

    10. Teman-teman kosan Putri 26, Pondok Nova dan Wisma Ayu.

    11. Teman-temanku Dietista 42, terima kasih atas kebersamaan dan cerita-cerita

    indah selama tiga tahun.

  • 12. Adik-adik Angkatan 43, 44 dan 45, Pak Ugan serta Pak Karya serta semua

    pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu

    kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

    Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis

    berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.

    Wasamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Bogor, Agustus 2009

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI ................................................................................................... i

    DAFAR TABEL ............................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang ..................................................................................... 1

    Tujuan .................................................................................................. 2

    Hipotesis ............................................................................................... 3

    Kegunaan ............................................................................................. 3

    TINJAUAN PUSTAKA

    Anak-anak ............................................................................................ 4

    Konsumsi Pangan ................................................................................. 5

    Fungsi Air dalam Tubuh ........................................................................ 6

    Kebiasaan Minum ................................................................................ 7

    Intake Cairan ......................................................................................... 9

    Kebutuhan Cairan ................................................................................. 10

    Dehidrasi ............................................................................................... 11

    KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 14

    METODE PENELITIAN

    Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 16

    Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ............................................... 16

    Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..................................................... 17

    Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 18

    DEFINISI OPERASIONAL ............................................................................. 21

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Keadaan Umum Sekolah Dasar ............................................................ 23

    Karakteristik Contoh .............................................................................. 23

    Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh ..................................... 27

    Kebiasaan Minum Sehari-hari ............................................................... 28

    Kebiasaan Minum Saat di Sekolah ....................................................... 38

    Intake Cairan ......................................................................................... 45

    Kebutuhan Cairan ................................................................................. 51

    Tingkat Konsumsi Cairan ...................................................................... 52

  • Halaman

    Hubungan intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan .. 53

    Kecenderungan Dehidrasi ..................................................................... 53

    Hubungan persentase tingkat konsumsi cairan dengan

    kecenderungan dehidrasi ...................................................................... 54

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan ........................................................................................... 57

    Saran ..................................................................................................... 58

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59

    LAMPIRAN ..................................................................................................... 63

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    1 Sebaran contoh berdasarkan umur ......................................................... 24

    2. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata BB dan TB ................................. 24

    3 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ................................................. 25

    4 Sebaran contoh berdasarkan uang saku................................................. 26

    5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ......................................... 27

    6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ayah ........................... 28

    7 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan ayah ................................ 28

    8 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum air putih ......................... 30

    9 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu .............................. 31

    10 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum teh ................................. 32

    11 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum kopi ............................... 33

    12 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum sirup .............................. 34

    13 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum jus buah ........................ 34

    14 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum minuman isotonik .......... 35

    15 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum soft drink ....................... 36

    16 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum es blender ..................... 37

    17 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum minuman lainnya ........... 37

    18 Sebaran contoh berdasarkan minuman kesukaan .................................. 39

    19 Sebaran contoh berdasarkan informasi tentang minuman kesukaan ..... 40

    20 Sebaran contoh berdasarkan alasan minum minuman kesukaan ........... 40

    21 Sebaran contoh berdasarkan ada atau tidaknya minuman larangan ...... 41

    22 Sebaran contoh berdasarkan jenis minuman larangan ........................... 42

    23 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum saat di sekolah .............. 42

    24 Sebaran contoh berdasarkan asal minuman ........................................... 43

    25 Sebaran contoh berdasarkan waktu minum saat di sekolah ................... 44

    26 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas sebelum minum saat

    di sekolah ................................................................................................ 44

    27 Konsumsi makanan dan intake cairan dari makanan .............................. 45

    28 Intake caran dari minuman ...................................................................... 48

    29 Rata-rata intake cairan ............................................................................ 50

    30 Sebaran contoh berdasarkan kebutuhan cairan...................................... 51

    31 Kebutuhan, intake dan tingkat konsumsi cairan pada contoh ................. 52

  • Halaman

    32 Sebaran contoh berdasarkan tanda-tanda dehidrasi .............................. 54

    33 Sebaran contoh berdasarkan kecenderungan dehidrasi ......................... 54

    34 Uji Chi Square persentase tingkat konsumsi cairan dengan

    kecenderungan dehidrasi ........................................................................ 55

    35 Uji Chi Square persentase tingkat konsumsi cairan dengan

    kecenderungan dehidrasi ........................................................................ 55

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman 1 Kerangka pemikiran kebiasaan minum, kebutuhan cairan

    dan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar .................................... 24

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1 Kuesioner penelitian intake dan kebutuhan cairan serta

    status hidrasi siswi SD Polisi 4 Bogor ....................................................... 65

    2 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi

    dengan frekuensi minum air putih ......................................................... 71

    3 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi

    dengan frekuensi minum susu non kemasan ............................................ 71

    4 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi

    dengan frekuensi minum susu kemasan ................................................. 71

    5 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi

    dengan frekuensi minum teh non kemasan ............................................... 71

    6 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi

    dengan frekuensi minum teh kemasan ...................................................... 71

    7 Uji Korelasi Pearson hubungan antara intake energi dengan

    persentase tingkat konsumsi cairan ......................................................... 72

    8 Uji Korelasi Pearson hubungan antara intake energi dengan

    persentase tingkat konsumsi cairan ......................................................... 72

    9 Uji Chi Square antara persentase tingkat konsumsi cairan

    dengan kecenderungan dehidrasi ............................................................. 73

    10 Uji Chi Square antara persentase tingkat konsumsi cairan

    dengan kecenderungan dehidrasi ............................................................. 73

  • PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

    makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air

    merupakan komponen utama dari semua struktur sel dan merupakan media

    kelangsungan proses metabolisme dan reaksi kimia dalam tubuh (Suharjo &

    Kusharto 1988). Agar proses metabolisme dalam tubuh berjalan dengan baik

    dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang.

    Air mempunyai beberapa fungsi antara lain untuk pelarut dan alat angkut,

    sebagai katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu tubuh dan

    peredam benturan (Yuniastuti 2008). Muchtadi et al. (1993) menjelaskan bahwa

    tubuh manusia rata-rata tersusun atas 63% air, 17% protein, 13% lemak, 6%

    mineral, 1% karbohidrat dan vitamin. Seseorang yang kehilangan 40 % lemak

    dan protein sampai terjadi penurunan berat badan, masih mampu bertahan

    hidup. Akan tetapi, kehilangan 20% air dapat menyebabkan kematian.

    Seiring bertambahnya usia, kandungan air yang tersedia dalam tubuh

    manusia akan semakin berkurang. Almatsier (2003) menyatakan bahwa pada

    proses penuaan manusia kehilangan air. Kandungan air bayi pada waktu lahir

    adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia tua berkurang menjadi 50% berat

    badan. Kandungan air tubuh berbeda antar manusia, tergantung pada proporsi

    jaringan otot dan jaringan lemak. Tubuh yang mengandung lebih banyak jaringan

    otot mengandung lebih banyak air.

    Kebutuhan cairan sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah

    energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang

    dewasa dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 ml/kkal, sedangkan untuk bayi 1,5 ml/kkal

    (Yuniastuti 2008).

    Secara normal, dalam satu hari tubuh akan kehilangan cairan melalui

    ginjal, kulit, paru-paru maupun feses. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi

    cairan tubuh tidak terganggu, kehilangan cairan tersebut harus diganti. Jika tubuh

    tidak cukup mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar 5% dari berat

    badan (pada anak, remaja dan dewasa) maka keadaan ini dikenal dengan istilah

    dehidrasi.

    Dehidrasi merupakan kondisi kekurangan cairan tubuh karena jumlah

    cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk. Menurut

    Asian Food Information Centre (2000), dehidrasi terbagi menjadi tiga kelompok,

  • yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, serta dehidrasi tingkat berat. Dehidrasi

    dapat mengganggu keseimbangan dan pengaturan suhu tubuh, dan pada tingkat

    yang sudah sangat berat, bisa berujung pada penurunan kesadaran dan koma.

    Pada umumnya anak-anak lebih aktif daripada orangtua, sehingga

    memerlukan intake cairan yang cukup untuk mengimbangi pengeluaran keringat.

    Hurlock (1980) menyatakan bahwa aktivitas fisik merupakan bagian penting

    dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah, seperti bermain, bersepeda, dan

    sebagainya. Seringkali anak-anak kurang peduli terhadap pentingnya intake

    cairan dalam jumlah yang cukup untuk mengimbangi aktivitas mereka. Asian

    Food Information Centre (1998) menyatakan bahwa minum air dalam jumlah

    yang cukup seringkali diabaikan, khususnya pada anak-anak. Selain itu, pada

    saat bermain, anak-anak cenderung lupa untuk minum.

    Menurut Rotikan (2003), jika dilihat dari perbandingan total kadar air

    dalam tubuh, yang rentan terkena dehidrasi adalah anak-anak. Hal ini

    dikarenakan tubuh anak kecil banyak mengandung lemak, dan lemak hanya

    mengandung sedikit air. Namun, apabila dilihat dari perbandingan jenis kelamin,

    perempuan lebih mudah terserang dehidrasi dibandingkan dengan laki-laki.

    Penyebabnya sama seperti pada anak kecil, tubuh perempuan lebih banyak

    mengandung lemak daripada tubuh laki-laki. Asian Food Information Centre

    (2000) menyatakan bahwa perempuan hanya minum 5-6 gelas cairan perhari,

    sementara laki-laki minum 6-8 gelas cairan perhari. Oleh karena itu, peneliti ingin

    mengetahui lebih jauh mengenai intake dan kebutuhan cairan serta

    kecenderungan dehidrasi pada siswi sekolah dasar.

    Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui kebiasaan minum,

    kebutuhan cairan dan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar.

    Tujuan Khusus

    Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

    1. Mengetahui kebiasaan minum siswi sekolah dasar,

    2. Mengetahui intake cairan siswi sekolah dasar,

    3. Mengetahui kebutuhan cairan siswi sekolah dasar,

    4. Mengetahui kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar,

    5. Menganalisis hubungan persentase tingkat konsumsi cairan dengan

    kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar,

  • 6. Menganalisis hubungan intake energi dengan persentase tingkat konsumsi

    cairan siswi sekolah dasar.

    Hipotesis

    Terdapat hubungan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan

    kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar.

    Terdapat hubungan positif antara intake energi dengan persentase tingkat

    konsumsi cairan siswi sekolah dasar.

    Kegunaan

    Memberikan informasi kepada masyarakat pada umumnya dan anak-

    anak pada khususnya mengenai intake cairan dan meningkatkan kepedulian

    akan bahaya dehidrasi serta pentingnya intake cairan dalam jumlah yang cukup.

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Anak-anak

    Anak-anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang

    khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan

    saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah, remaja dan waktu anak

    menginjak usia dewasa. Anak sekolah dasar disebut juga masa pertengahan

    anak-anak (middle childhood) adalah pada waktu anak berusia 6-12 tahun. Pada

    masa ini, anak memiliki fisik yang kurus dan tinggi dibandingkan pada pada masa

    prasekolahnya (Papalia & Olds 1979 diacu dalam Lusiana 2008).

    Periode pertengahan masa anak-anak, yaitu anak usia sekolah (6-12

    tahun) merupakan periode yang penting dalam kehidupan anak-anak. Menurut

    Papalia & Olds (1979) diacu dalam Lusiana (2008), pada usia sekolah, anak

    secara berangsur-angsur mengalami pertumbuhan tetapi berjalan agak lambat

    jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan mereka pada saat bayi atau usia

    pra sekolah. Pada usia sekolah ini, secara umum aktivitas fisik anak akan

    semakin tinggi sehingga memperkuat kemampuan motoriknya. Sedangkan

    menurut Hurlock (1980), akhir masa anak-anak merupakan periode pertumbuhan

    lambat dan relatif stabil.

    Lucas B (2004) menyatakan bahwa pada sekitar umur 6 tahun anak-anak

    akan mengalami adiposity rebound (fenomena pertumbuhan normal yang terjadi

    pada usia 6 tahun, dimana lemak tubuh pada anak-anak mengalami

    penambahan) atau terjadi peningkatan berat badan sebagai persiapan untuk

    pertumbuhan optimal pada masa puber (masa remaja). Perbedaan jenis kelamin

    akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh. Anak laki-laki mempunyai lean

    body mass yang lebih tinggi per cm tinggi badan dibanding anak perempuan.

    Anak perempuan mempunyai persentase lemak yang lebih tinggi untuk setiap kg

    berat badan dibanding anak laki-laki.

    Lee (1993) menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan pada

    Anak Usia Sekolah (AUS) relatif stabil jika dibandingkan dengan periode pra

    sekolah dan remaja. Pertumbuhan anak lambat dan stabil, tetapi asupan gizi

    yang cukup tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, diantaranya :

    mencukupi kebutuhan energi untuk aktivitas, menjaga tubuh agar tetap tahan

    dari penyakit, menyediakan kebutuhan untuk pertumbuhan, menyediakan

    penyimpanan zat gizi yang cukup untuk membantu pertumbuhan pada periode

    dewasa. Pertumbuhan pada anak-anak berlangsung dengan kecepatan yang

  • lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada

    pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi

    keseimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan zat gizi pada masa anak-

    anak masih tetap tinggi. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi anak harus

    merupakan sumber zat gizi yang baik dan yang diperlukan oleh mereka.

    Penilaian status gizi berfungsi untuk mengetahui apakah seseorang atau

    sekelompok orang mempunyai gizi yang baik atau tidak. Almatsier (2003)

    menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat

    konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Ada beberapa indikator

    antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur status gizi, diantaranya

    umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLA), lingkar

    kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa et

    al. 2001).

    Secara umum penilaian status gizi dengan cara antropometri memiliki

    beberapa kelebihan, yaitu : (1) cara penggunaan sederhana, aman dan dapat

    digunakan pada ukuran sampel yang besar, (2) peralatan yang digunakan tidak

    mahal, mudah dibawa (portable), tahan lama dan dapat dibuat atau dibeli secara

    lokal, (3) cara pengukuran dapat dilakukan oleh petugas yang relatif tidak ahli; (4)

    dapat mengidentifikasi keadaan gizi ringan, sedang dan buruk; serta (5) dapat

    digunakan untuk melakukan pemantauan status gizi dari waktu ke waktu.

    Beberapa kekurangan pengukuran secara antropometri, yaitu (1) relatif kurang

    sensitif, (2) tidak dapat mendeteksi defisiensi zat gizi khusus, dan (3) faktor-faktor

    non gizi, seperti penyakit dan genetik dapat mengurangi spesifisitas dan

    sensitivitas pengukuran (Riyadi 2001).

    Pengukuran status gizi anak berdasarkan kriteria antropometri

    mempunyai beberapa kelemahan. Namun, sampai saat ini antropometri

    dianggap merupakan cara yang paling mudah dan praktis untuk dilakukan,

    karena dapat dilakukan oleh siapa saja dengan terlebih dahulu mendapat sedikit

    latihan (Riyadi 2001).

    Konsumsi Pangan

    Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat

    hidup sehat (Harper et al. 1986 diacu dalam Lusiana 2008). Semakin beragam

    bahan pangan yang dikonsumsi, maka akan semakin beragam pula zat gizi yang

    diperoleh sehingga dapat meningkatkan mutu gizinya.

  • Konsumsi pangan adalah suatu informasi mengenai jenis dan jumlah

    pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu.

    sehingga penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis

    makanan yang dikonsumsi. Meningkatkan jumlah dan mutu konsumsi makanan

    memerlukan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang makanan yang

    bergizi, perubahan sikap serta perubahan perilaku sehari-hari dalam

    menentukan, memilih dan mengkonsumsi makanannya. Kebutuhan gizi adalah

    sejumlah zat gizi minimum yang harus dipenuhi dari konsumsi pangan

    (Hardinsyah & Martianto 1992).

    Survei konsumsi pangan tingkat individu dapat menggunakan metode-

    metode penimbangan, metode recall, riwayat makanan, frekuensi makan, dan

    metode kombinasi (Suhardjo & Kusharto 1988). Sediaoetama (1987)

    menyatakan bahwa metode recall adalah salah satu metode yang sering dipakai

    untuk penelitian konsumsi pangan. Metode ini pada dasarnya menggunakan

    teknik wawancara dimana pewawancara menanyakan apa yang dikonsumsi.

    Tanggal dan waktu serta porsi setiap makanan dicatat secara teliti.

    Fungsi Air dalam Tubuh

    Yuniastuti (2008) menyatakan bahwa air merupakan sebagian besar zat

    pembentuk tubuh manusia. Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh,

    proporsi air ini berbeda antar orang. Pada orang gemuk, perbandingan antara air

    dan lemak sekitar 50% berbanding 50%. Pada pria normal perbandingannya

    antara 60% berbanding 16%. Pada orang kurus, perbandingan tersebut adalah

    67% dengan 7%. Pada bayi, perbandingan tersebut sangat mencolok, yaitu 78%

    dan 0%. Dengan perkataan lain, jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia

    adalah : sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight),

    sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus), sekitar 65% dari berat

    badan (untuk anak). Almatsier (2003) menyatakan bahwa kandungan air laki-laki

    lebih banyak daripada perempuan.

    Almatsier (2003) menyatakan bahwa air mempunyai berbagai fungsi dalam

    proses vital tubuh, antara lain :

    Pelarut dan alat angkut

    Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa

    monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, serta mineral dan bahan-

    bahan lain yang oleh tubuh seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat

    gizi dan hormon ini dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Disamping itu,

  • air sebagai pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme termasuk

    karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-

    paru, kulit, dan ginjal.

    Katalisator

    Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,

    termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau

    menghiodrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih

    sederhana.

    Pelumas

    Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.

    Fasilitator pertumbuhan

    Air sebagai bagian jaringan tubuh, diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam

    hal ini air berperan sebagai zat pembangun.

    Pengatur suhu

    Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang

    peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas

    yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk

    mempertahankan suhu tubuh pada 37 C. Suhu ini paling cocok untuk

    bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh. Kelebihan panas yang diperoleh

    dari metabolisme energi perlu segera disalurkan ke luar. Sebagian besar

    pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui penguapan air dari

    permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu mendinginkan diri

    melalui penguapan air. Kehilangan panas melalui kulit merupakan 25%

    dari pengeluaran energi basal. Kehilangan air yang terjadi sebanyak 350-

    700 ml per hari pada suhu dan kelembaban lingkungan normal

    dinamakan kehilangan air insensible atau secara tidak sadar. Semakin

    luas permukaan tubuh, semakin besar kehilangan panas melalui kulit.

    Lemak di bawah kulit berperan sebagai bahan isolasi yang mengurangi

    kecepatan panas hilang dari tubuh. Ini menguntungkan bagi tubuh pada

    suhu dingin dan merugikan pada suhu panas.

    Kebiasaan Minum

    Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola

    praktek yang terjadi berulang-ulang. Berdasarkan survei di Singapura yang

    dilakukan oleh Asian Food Information Centre (AFIC) (1999) diketahui bahwa :

  • Sebagian besar individu tidak minum dalam jumlah yang cukup, survei di

    Singapura menunjukkan bahwa perempuan minum 1,6 liter per hari. Pada

    usia yang lebih muda (15-24 tahun), laki-laki dan perempuan minum air

    dalam jumlah yang lebih sedikit yaitu sekitar 1,4 liter per hari.

    Sebagian besar individu tidak minum secara teratur dengan alasan tidak

    merasa haus, lupa untuk minum dan sulit menemukan sesuatu untuk

    diminum.

    Sebagian besar individu hanya minum ketika merasa haus. Namun

    sebenarnya haus merupakan tanda bahwa tubuh sudah mengalami

    dehidrasi ringan.

    Sebagian besar responden mengetahui jumlah cairan yang seharusnya

    dikonsumsi dalam satu hari, namun hal ini tidak diikuti dengan kebiasaan

    minum yang baik. Sebanyak 45% responden mengatakan bahwa 5-8

    gelas cairan harus dikonsumsi untuk menjaga agar tubuh tetap sehat,

    35% mengatakan bahwa 8-10 gelas cairan adalah jumlah yang tepat

    untuk dikonsumsi dalam satu hari. Pada dasarnya, minimal 8 gelas (2 liter

    cairan) direkomendasikan untuk diminum dalam satu hari.

    Sebagian besar individu tidak minum air dalam jumlah yang cukup pada

    saat olahraga. Ketika berolahraga, cairan yang dibutuhkan meningkat,

    karena tubuh banyak kehilangan cairan. Sehingga diperlukan

    penggantian cairan secara cepat untuk mencegah dehidrasi.

    Sebesar 74% orang Singapura lebih memilih air putih untuk diminum

    pada pilihan pertama, sedangkan sebesar 32% memilih teh dan kopi

    pada pilihan pertama.

    Sebagian besar individu membawa minuman dari rumahnya. Sebanyak

    56% responden mengatakan bahwa rumah adalah tempat terbaik untuk

    mendapatkan minuman.

    Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa air harus diminum kapanpun

    saat merasa haus, bahkan pada saat di tengah-tengah makan. Air harus

    diminum saat bangun di pagi hari untuk memperbaiki dehidrasi yang dihasilkan

    selama tidur panjang. Air harus diminum sebelum olahraga untuk

    menyediakannya bagi keringat. Air juga harus diminum oleh orang yang sembelit

    dan tidak cukup makan buah dan sayur.

  • Intake Cairan

    Briggs G dan Calloway D (1987) menyatakan bahwa kehilangan air harus

    diganti dengan air yang diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari minuman, air yang

    terkandung dalam makanan serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme.

    Kandungan air pada makanan padat bervariasi, mulai 5% pada makanan yang

    sangat kering seperti crackers sampai lebih dari 90% pada buah dan sayuran

    segar seperti tomat, semangka, strawberry, bunga kol dan daun selada.

    Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air dikonsumsi dalam beberapa

    cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 ml per hari

    dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu, dan sebagainya. Air dalam makanan

    padat menyumbangkan 750 ml. Ketidakseimbangan air dapat berakibat buruk

    bagi kesehatan, seperti konstipasi dan dehidrasi.

    Total intake cairan termasuk cairan dari minuman dan cairan dari

    makanan (Manz F dan A. Wentz 2005). Dalam Third National Health and

    Nutrition Survey (NHANES III : 1988-1944) diacu dalam Manz F dan A. Wentz

    (2005), total intake air berasal dari minuman, serta makanan yang diperoleh dari

    dietary recall selama 24 jam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa intake

    cairan dari minuman pada anak perempuan di United States pada umur 9-13

    tahun adalah 1709-2240 ml per hari.

    Hellert et al. (2001) menghitung intake air pada 541 anak usia 2-13 tahun

    di Jerman dengan menggunakan dietary record selama 3 hari. Pada penelitian ini

    orangtua anak diminta untuk mencatat dan menimbang semua jenis makanan

    dan minuman yang dikonsumsi oleh anaknya. Penimbangan dilakukan dengan

    mencatat makanan sebelum dimakan serta makanan sisa yang tidak dimakan.

    Alat bantu yang digunakan adalah timbangan. Total intake cairan pada penelitian

    Hellert et al. (2001) diperoleh dari air yang terkandung dalam makanan, minuman

    serta air oksidasi. Hasil penelitian Hellert et al. (2001) menunjukkan bahwa

    secara keseluruhan total intake air meningkat seiring bertambahnya umur, yaitu

    dari 1114 gram per hari pada anak umur 2-3 tahun cairan meningkat menjadi

    1891 gram per hari untuk anak laki-laki umur 9-13 tahun serta 1676 386 gram

    per hari untuk anak perempuan umur 9-13 tahun. Total intake cairan yang

    berasal dari makanan berkisar antara 33-38%, dari minuman 49-55% dan dari

    hasil oksidasi sebesar 12-13%.

    NHANES III (Third National Health and Nutrition Survey) diacu dalam

    Manz F dan A. Wentz (2005) menyatakan bahwa pada anak-anak dan orang

  • dewasa sekitar 80% total intake air diperoleh dari minuman, sementara 20%

    sisanya diperoleh dari makanan. Hasil penelitian Bossingham et al. (2005)

    tentang keseimbangan air dan status hidrasi pada orang muda dan dewasa

    menyatakan bahwa total intake air tidak berbeda antara orang muda dan

    dewasa. Mereka juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total intake

    air. Proses penuaan berhubungan dengan beberapa perubahan fisiologi yang

    dapat mempengaruhi pengaturan keseimbangan air. Perubahan fisiologi yang

    terjadi antara lain penurunan TBW (total body water) yang berhubungan dengan

    FFM (Fat Free Mass), penurunan rasa haus, serta perubahan konsentrasi

    vasopressin yang dapat mempengaruhi kemampuan ginjal dalam memproduksi

    urin.

    Kebutuhan Cairan

    Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan

    dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban

    lingkungan serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat dapat

    didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi dan luas permukaan tubuh

    (Proboprastowo & Dwiriyani 2004).

    The National Research Council (1989) di Amerika diacu dalam Manz F

    dan A. Wentz (2003) merekomendasikan intake air 1,5 ml/kkal untuk bayi dan

    1ml/kkal untuk anak-anak dan dewasa. Selain itu The National Research Council

    diacu dalam Sawka M et al. (2005) juga merekomendasikan intake air harian

    yaitu sekitar 1 ml/kkal energi yang dikeluarkan.

    Kebutuhan cairan akan meningkat seiring bertambahnya umur, mulai 0,6

    L pada bayi hingga 1,7 L pada anak-anak. Pada orang dewasa kebutuhan air

    meningkat menjadi 2,5 L untuk aktivitas sedentary dan 3,2 L untuk aktivitas fisik

    sedang, untuk orang dewasa yang lebih aktif yang tinggal di lingkungan panas

    memiliki kebutuhan air sekitar 6 L (Sawka M et al. 2005).

    Batmanghelidj (2007) mengemukakan bahwa tubuh manusia terus

    menerus membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika

    menghembuskan nafas. Tubuh kehilangan air melalui keringat, produksi kemih

    dan dalam buang air besar. Tolok ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air

    adalah warna dari kemih. Seseorang yang terhidrasi dengan baik menghasilkan

    kemih yang tidak berwarna. Seseorang yang relatif terdehidrasi menghasilkan

    kemih yang kuning, dan seseorang yang benar-benar terdehidrasi menghasilkan

    kemih berwarna jingga (orange).

  • Dehidrasi

    Manz F dan A Wentz (2005) menjelaskan belum ada gold standard

    untuk mengukur status hidrasi pada semua kondisi lingkungan. Beberapa

    indikator yang sering digunakan untuk mengukur status hidrasi antara lain :

    parameter keseimbangan air (contoh : intake air), perubahan berat badan atau

    total cairan tubuh, indikator plasma, serta indikator urin.

    Bossingham et al. (2005) menjelaskan bahwa pengukuran status hidrasi

    dapat dilakukan menggunakan urine specific gravity dan osmolalitas plasma.

    Urine specific gravity diasumsikan sama dengan densitas urin yang diukur

    dengan menimbang volum urin selama 24 jam.

    Pengukuran osmolalitas plasma dilakukan dengan menimbang darah

    sampel kemudian disentrifugasi untuk mendapatkan plasma dan diukur nilai

    osmolalitasnya dengan osmometer. Nilai urine specific gravity yang normal

    adalah 1,006-1,020 sedangkan osmolalitas plasma yang normal adalah 280-300

    mOsm/kg.

    Kelebihan kehilangan cairan yang dikenal dengan istilah dehidrasi dapat

    membahayakan kehidupan. Dehidrasi bisa terjadi karena kekurangan air atau

    makanan atau kehilangan air yang banyak misalnya pada diare yang parah,

    muntah, dan sebagainya. Bayi dan anak-anak lebih mudah terkena dehidrasi

    dibanding orang dewasa, karena mereka bisa kehilangan relatif lebih banyak

    cairan. Menurut Gavin (2006) dehidrasi dapat terjadi akibat kehilangan cairan

    yang terlalu banyak, tidak minum air dalam jumlah cukup, ataupun akibat kedua

    hal di atas. Muntah dan diare juga menjadi penyebab utama terjadinya dehidrasi

    pada anak-anak karena ketika muntah dan diare tersebut tubuh dapat kehilangan

    cairan dalam jumlah banyak baik melalui urin maupun keringat. Selain itu,

    dehidrasi juga dapat terjadi karena jumlah minuman yang diminum tidak cukup

    akibat adanya rasa mual, kehilangan nafsu makan karena sakit, sakit

    tenggorokan atau luka di mulut.

    Asian Food Information Centre (2000) menyebutkan bahwa pada saat kita

    merasa haus, kita sedang mengalami dehidrasi. Banyak orang mengasumsikan

    bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan cairan. Meskipun

    demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru saja

    mengalami dehidrasi. Cairan harus diganti sebelum rasa haus ini timbul. Pada

    saat tubuh mengalami dehidrasi, ginjal akan merespon dengan menghemat air

  • dan melakukan reabsorbsi lagi ke dalam darah dan memindahkannya dari tubuh

    melalui urin. Hasilnya urin yang terbentuk sedikit.

    Tanda-tanda dehidrasi bervariasi mulai dari haus dan lemas sampai

    kerusakan fungsi ginjal. Tanda-tanda dehidrasi adalah sebagai berikut (Asian

    Food Information Centre 2000):

    Dehidrasi tingkat ringan : haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan

    kering.

    Dehidrasi tingkat sedang : detak jantung makin cepat, pusing, tekanan

    darah rendah, lemas, konsentrasi urinnya pekat, tetapi volumnya kurang.

    Dehidrasi tingkat berat : muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah

    bengkak), kegagalan fungsi ginjal, poor blood circulation (sirkulasi darah

    yang tidak lancar), dan sebagainya.

    Bossingham et al. (2005) menyatakan bahwa haus dan mekanisme

    hormonal lainnya bertanggung jawab untuk memelihara total body water (TBW).

    Haus dirangsang oleh peningkatan osmolalitas plasma, penurunan volum plasma

    atau penurunan tekanan darah. Peningkatan osmolalitas plasma selanjutnya

    akan merangsang osmoreseptor di hipotalamus sehingga akan merangsang

    pusat haus di hipotalamus dan timbul rasa haus (keinginan untuk minum). Selain

    itu, haus juga bisa terjadi akibat penurunan volum darah atau penurunan tekanan

    darah. Penurunan tekanan darah akan merangsang ginjal untuk mengeluarkan

    renin. Peningkatan renin akan mengakibatkan peningkatan angiotensin dan

    menimbulkan rasa haus di hipotalamus.

    Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusa

    bergantung pada sensasi hausnya. Namun sensasi haus seperti yang dipahami

    sampai saat ini (yaitu mulut yang kering) bukanlah pertanda yang akurat dari

    kebutuhan air yang sebenarnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung

    tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai

    berfikir untuk minum air. Primana (2009) menyatakan bahwa minum air jangan

    menunggu sampai rasa haus timbul karena rasa haus tidak cukup baik sebagai

    indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih

    sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru

    timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi).

    Whitmire (2004) menyatakan bahwa gejala dehidrasi akut bervariasi

    sesuai dengan pengurangan berat badan. Pada kehilangan berat badan 1-2%

    akan timbul rasa haus, lemah, lelah, sedikit gelisah serta hilang selera makan.

  • Mulut kering, penurunan jumlah urin dan kulit kering akan terjadi pada

    pengurangan berat badan sebesar 3-4%. Kehilangan 5-6% berat badan akan

    menimbulkan sulit berkonsentrasi, sakit kepala, kegagalan pengaturan suhu

    tubuh serta peningkatan frekuensi nafas. Kehilangan 7-10% bera badan dapat

    mengakibatkan otot kaku serta kolaps. Pada kehilangan 11% berat badan dapat

    menimbulkan penurunan volum darah serta dapat berakibat pada kegagalan

    fungsi ginjal.

  • KERANGKA PEMIKIRAN

    Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola

    praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan

    sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan tertentu dipilih dan dikonsumsi

    seseorang pada jangka waktu tertentu. Kebiasaan minum merupakan sesuatu

    yang berhubungan dengan minum dan minuman seperti frekuensi minum, jenis

    minuman yang diminum, minuman kesukaan, minuman larangan, waktu minum,

    asal minuman, dan sebagainya.

    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dan

    kebiasaan minum, antara lain karakteristik sosial ekonomi keluarga yang meliputi

    besar keluarga, pendidikan, dan pekerjaan orangtua serta karakteristik contoh

    yang meliputi umur, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), jumlah uang

    saku untuk pengeluaran pangan.

    Kebiasaan makan dan kebiasaan minum akan mempengaruhi konsumsi

    pangan seseorang. Konsumsi pangan dapat mencerminkan intake energi. Selain

    itu, konsumsi pangan juga akan mempengaruhi intake cairan. Intake cairan

    merupakan seluruh cairan yang masuk ke dalam tubuh, baik yang berasal dari

    minuman maupun dari makanan.

    Pada dasarnya, jumlah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh berbeda-beda

    antar individu. Kebutuhan cairan ini tergantung pada umur, jenis kelamin,

    aktivitas, suhu lingkungan, ukuran tubuh, serta kondisi kesehatan. Kebutuhan

    cairan juga dipengaruhi intake energi. Berdasarkan intake dan kebutuhan cairan

    dapat diketahui persentase tingkat konsumsi cairan. Apabila kebutuhan cairan

    tidak terpenuhi, akan menimbulkan dehidrasi. Kecenderungan dehidrasi dilihat

    berdasarkan tanda-tanda dehidrasi antara lain haus, lelah, kulit kering, bibir

    kering, mulut dan tenggorokan kering. Berikut merupakan gambar kerangka

    pemikiran hubungan intake dan kebutuhan cairan serta kecenderungan dehidrasi

    pada siswi sekolah dasar.

  • Gambar 1 Kerangka pemikiran kebiasaan minum, kebutuhan cairan dan kecenderungan dehidrasi siswi sekola dasar

    Keterangan gambar :

    : variabel yang diteliti

    : variabel yang tidak diteliti

    : hubungan yang diteliti

    Intake energi Intake cairan Kebutuhan cairan

    Kecenderungan dehidrasi

    Karakteristik contoh

    Karakteristik sosial ekonomi keluarga

    Persentase tingkat konsumsi cairan

    Konsumsi Pangan (makanan dan minuman)

    Kebiasaan makan Kebiasaan minum

  • METODE PENELITIAN

    Desain Tempat dan Waktu

    Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study.

    Penelitian dilakukan dengan wawancara mengenai kebiasaan minum, recall serta

    FFQ (Food Frequency Questionaire). Lokasi penelitian di Sekolah Dasar Polisi 4

    Bogor. Penentuan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara

    purposive dengan pertimbangan : sekolah memiliki jumlah siswi yang banyak,

    lokasi sekolah yang strategis, berada di tengah kota serta mudah dijangkau oleh

    peneliti. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2009.

    Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

    Contoh penelitian ini adalah siswi kelas 4 dan 5 SD Polisi 4 Bogor

    dengan kriteria sehat (tidak sedang menderita penyakit diare, ginjal, demam

    berdarah, serta radang tenggorokan). Jumlah populasi yaitu sejumlah 193 siswi

    Jumlah minimal contoh penelitian dihitung menggunakan formula estimasi of

    mean (Lemeshow et al. 1997) sebagai berikut :

    n (1.96)2 x s2 d2

    (1.96) 2 x (0.9)2 (0.2)2

    77,8 (78 siswi)

    Keterangan :

    n = contoh penelitian

    s = standar deviasi konsumsi air pada remaja yaitu 900 ml (diperoleh dari

    Hardinsyah et al. 2009).

    d = jarak dari rata-rata konsumsi cairan populasi yang sesungguhnya

    yaitu 200 ml.

    Pengambilan contoh sebanyak 86 siswi dari keseluruhan populasi

    dilakukan secara acak dan bertanya kepada contoh apakah contoh sedang

    menderita penyakit diare, ginjal, demam berdarah serta radang tenggorokan

    pada saat wawancara. Apabila contoh sedang menderita salah satu dari penyakit

    tersebut, maka contoh langsung di drop out.

    Contoh yang diwawancarai pada penelitian ini berjumlah 90 contoh,

    namun terdapat empat contoh yang di drop out karena datanya tidak lengkap.

    Total contoh dalam penelitian ini berjumlah 86 contoh.

  • Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

    Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada contoh yang

    dilaksanakan sebelum jam masuk sekolah, pada saat istirahat, atau pada saat

    pulang sekolah.

    Data primer meliputi data karakteristik contoh seperti umur, jenis kelamin,

    tempat tinggal, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan) serta uang saku

    untuk pengeluaran pangan. Berat badan contoh diperoleh dengan penimbangan

    menggunakan timbangan injak. Contoh diminta untuk berdiri di atas timbangan

    injak tanpa menggunakan sepatu atau tas. Pada saat penimbangan, badan

    contoh harus tegak, pandangan harus lurus ke depan, serta tidak boleh

    bersandar ke dinding. Nilai berat badan contoh dilihat dan dicatat oleh

    enumerator. Tinggi badan contoh diukur dengan microtoise yang ditempelkan

    pada dinding. Pada saat pengukuran tinggi badan, contoh diminta untuk berdiri

    tanpa menggunakan sepatu, badan contoh harus tegak, serta pandangan harus

    lurus ke depan.

    Data berat badan dan tinggi badan selanjutnya digunakan untuk

    menghitung kebutuhan cairan dengan menggunakan rumus Grant & DeHoog

    (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004). Data jumlah uang

    saku akan diperoleh dengan menanyakan kepada contoh jumlah uang saku yang

    diberikan oleh orangtua contoh dalam satu hari untuk pengeluaran pangan.

    Data yang selanjutnya dikumpulkan adalah data karakteristik sosial

    ekonomi keluarga contoh yang meliputi besar keluarga, pekerjaan ayah, serta

    pendidikan ayah. Data besar keluarga ditanyakan secara langsung kepada

    contoh, sedangkan data pendidikan dan pekerjaan orangtua diperoleh dari data

    sekunder yang terdapat di sekolah.

    Data kebiasaan minum contoh sehari-hari (selama seminggu terakhir)

    diperoleh dari FFQ (Food Frequency Questionaire) yang dilakukan pada hari

    sekolah (hari aktif). Saat pengisian FFQ ditanyakan jenis minuman yang

    dikonsumsi, merk minuman (khusus untuk minuman kemasan) serta banyaknya

    minum. Untuk mempermudah ketika menanyakan jumlah minuman yang

    diminum contoh digunakan alat bantu berupa gelas minuman dalam kemasan

    ukuran 240 ml sebagai standar.

    Data kebiasaan minum saat di sekolah diperoleh melalui wawancara

    secara langsung kepada contoh. Contoh diberikan pertanyaan mengenai

  • minuman kesukaan, minuman larangan, frekuensi minum, waktu minum, asal

    minum dan sebagainya. Masing-masing pertanyaan terdiri atas beberapa pilihan

    jawaban, contoh diminta untuk memilih satu jawaban untuk pertanyaan yang

    tertutup dan mengisi jawaban untuk pertanyaan yang terbuka.

    Data intake cairan baik yang berasal dari minuman maupun dari makanan

    diperoleh dengan metode recall selama 1x24 jam yang dilaksanakan pada hari

    sekolah. Recall 1x24 jam dilakukan dengan menanyakan jenis serta jumlah

    makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh contoh selama 24 jam terakhir.

    Kecenderungan dehidrasi dilihat dari tanda-tanda dehidrasi. Tanda-tanda

    dehidrasi tersebut antara lain haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan

    kering (AFIC 2000). Pengumpulan data mengenai kecenderungan dehidrasi

    dilakukan dengan menanyakan secara langsung apakah dalam seminggu

    terakhir contoh pernah mengalami tanda-tanda dehidrasi seperti seperti haus,

    lelah, kulit kering, serta mulut dan tenggorokan kering. Bentuk pertanyaan

    mengenai tanda-tanda dehidrasi berupa pertanyaan dengan pilihan jawaban ya

    dan tidak.

    Pengolahan dan Analisis Data

    Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan

    program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS 13 for Windows. Proses

    pengolahan meliputi coding, entry dan analisis.

    Data primer mengenai karakteristik contoh dianalisis secara statistik

    deskriptif. Jumlah uang saku contoh dalam satu bulan dikategorikan berdasarkan

    data jumlah uang saku yang terkecil, rata-rata serta uang saku yang terbesar

    yang diperoleh dari hasil wawancara. Data berat badan dan tinggi badan contoh

    digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan masing-masing contoh dengan

    rumus Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. dan Escott-Stump

    (2004). sebagai berikut :

    100 ml/kg untuk 10 kg BB pertama

    50 ml/kg untuk 10 kg BB selanjutnya

    20 ml/kg untuk BB selanjutnya (untuk usia < 50 tahun) atau 15 ml/kg

    untuk BB selanjutnya (untuk usia > 50 tahun).

    Selain itu, kebutuhan air juga dihitung dengan rekomendasi dari dari The

    National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) yaitu 1 ml/

    kkal untuk anak-anak dan dewasa.

  • Perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan The National Research

    Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) didasarkan pada angka

    kebutuhan energi contoh. Adapun kebutuhan energi contoh dihitung dengan

    rumus sebagai berikut :

    Kebutuhan energi = AMB X Fa

    Keterangan :

    AMB : Angka Metabolisme Basal menurut FAO/WHO/UNU (1985) (untuk anak

    perempuan umur 10-18 tahun = ((12,2 x berat badan) + 746)

    Fa : Faktor aktivitas (tidak terikat di tempat tidur = 1,3)

    Data berat badan, tinggi badan serta umur juga digunakan untuk

    menghitung status gizi contoh. Pengukuran status gizi contoh dilakukan

    menggunakan Anthro Plus (WHO 2007). Pengukuran status gizi anak umur

    diatas lima tahun sampai 19 tahun diukur dengan perbandingan indeks massa

    tubuh terhadap umur (IMT/U) (WHO 2007).

    Status gizi contoh dibedakan menjadi 6 kategori, yaitu severe obese

    (>+3SD), obese (+2

  • Keterangan :

    KGij : kandungan air dalam bahan makanan j

    Bj : berat makanan j yang dikonsumsi (gram)

    Gij : kandungan air dalam 100 gram BDD bahan makanan j

    BDDj : bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

    Intake cairan yang berasal dari minuman pada hasil recall disesuaikan

    dengan jenis dan jumlah minuman yang diperoleh dari hasil FFQ. Hal ini

    dilakukan untuk menghindari terjadinya perbedaan data antara recall dengan

    FFQ. Total intake cairan merupakan jumlah cairan dari minuman dan cairan yang

    berasal dari makanan. Adapun rumus untuk menghitung total intake cairan

    adalah sebagai berikut.

    Total intake cairan = cairan dari minuman + cairan dari makanan

    Persentase tingkat konsumsi cairan diperoleh dengan membandingkan

    intake cairan dari minuman dan makanan dengan kebutuhan cairan pada

    masing-masing contoh. Tanda-tanda yang umum terjadi pada dehidrasi adalah

    haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering (AFIC 2000). Pada proses

    entry data masing-masing jawaban pada pertanyaan mengenai status hidrasi

    akan diberikan nilai 1 untuk jawaban ya dan nilai 0 untuk jawaban tidak. Apabila

    contoh mengalami minimal tiga diantara tanda tersebut, maka contoh

    dikategorikan mengalami dehidrasi ringan. Apabila contoh mengalami kurang

    dari tiga tanda-tanda fisik tersebut maka dikategorikan tidak mengalami

    dehidrasi.

    Hubungan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan

    kecenderungan dehidrasi dianalisis menggunakan Uji Chi Square, hubungan

    antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan dianalisis

    menggunakan Uji Korelasi Pearson.

  • Definisi Operasional

    Uang saku adalah jumlah uang yang diterima contoh per hari yang digunakan

    untuk pengeluaran pangan.

    Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh

    ayah dan ibu contoh yang dikategorikan menjadi tidak tamat SD, SD,

    SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

    Pekerjaan orangtua adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orangtua

    contoh untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang meliputi petani, buruh,

    wiraswasta, PNS dan lain-lain.

    Konsumsi pangan adalah keseluruhan makanan dan minuman yang

    dikonsumsi oleh seseorang.

    Kebiasaan minum adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan minum

    dan minuman seperti frekuensi minum, jenis minuman yang diminum,

    minuman kesukaan, minuman larangan, waktu minum, asal minuman,

    dan sebagainya.

    Minuman adalah cairan yang ditelan atau diminum, biasanya dengan

    menggunakan gelas, kecuali yang ada isinya seperti es campur, es buah,

    es kacang hijau, dan sebagainya.

    Minuman larangan dalah minuman yang dilarang diminum oleh orangtua, dokter

    atau guru contoh.

    Minuman kemasan adalah minuman yang dikemas, dapat diminum secara

    langsung tanpa melalui proses pembuatan terlebih dahulu.

    Minuman non kemasan adalah minuman yang dibuat secara sederhana, dalam

    skala rumah tangga.

    Es blender adalah minuman yang pembuatannya dengan diblender terlebih

    dahulu dan ditambah meses atau keju dalam penyajiannya (Pop ice).

    Jus buah adalah minuman yang berasal dari buah, baik yang pembuatannya

    menggunakan blender ataupun alat peras misalnya pada pembuatan es

    jeruk.

    Sirup adalah minuman berwarna, tanpa mengandung soda seperti Marjan, ABC,

    Ale-ale, Frutang, dan sebagainya.

    Soft drink adalah minuman yang mengandung soda seperti Coca Cola, Fanta,

    Sprite, Pepsi, dan sebagainya.

  • Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana jumlah cairan yang keluar melalui urin,

    keringat, feses, dan sebagainya lebih banyak dibandingkan jumlah air

    yang masuk tubuh.

    Haus adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa ingin minum, mulut dan

    tenggorokan terasa kering.

    Intake cairan adalah seluruh cairan yang masuk ke dalam tubuh, baik yang

    berasal dari minuman maupun dari makanan.

    Kebutuhan cairan adalah jumlah cairan yang dibutuhkan oleh masing-masing

    individu (ditentukan dengan rumus Grant and DeHoog (1999) yang diacu

    dalam Mahan K. dan Escott-Stump (2004) dan rekomendasi The National

    Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005).

    Persentase tingkat konsumsi cairan adalah perbandingan antara intake cairan

    yang berasal dari makanan dan minuman dengan kebutuhan cairan

    masing-masing contoh.

    Tanda-tanda dehidrasi adalah tanda-tanda yang dapat dilihat atau dirasakan

    oleh contoh tanpa melalui pemeriksaan laboratoris akibat kurangnya

    intake caiaran.

    Kecenderungan dehidrasi adalah kondisi dimana contoh mengalami dehidrasi

    ringan atau tidak dehidrasi berdasarkan tanda-tanda dehidrasi antara lain

    haus, lelah, bibir kering, mulut kering dan tenggorokan kering.

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    Keadaan Umum Sekolah

    Sekolah Dasar Polisi 4 terletak di Jalan Polisi 1 no. 7 Kelurahan

    Paledang, Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Sekolah Dasar Polisi 4 terletak

    dipusat keramaian, namun letaknya sedikit masuk ke dalam gang sehingga tidak

    ada kendaraan umum yang melaluinya. Sekolah ini didirikan pada tahun 1930

    dengan nama awal Sekolah Rakyat VIII. Pada tahun 1970 berubah namanya

    menjadi SDN Polisi 4 setelah dibangunnya Kantor Polwil Bogor di wilayah

    Kelurahan Paledang. Oleh karena itu sekolah ini dinamai SD Polisi 4.

    Sekolah Dasar Polisi 4 memiliki tanah seluas 1508 m2 dengan luas

    bangunan 1145 m2 yang terdiri dari satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru,

    25 ruang kelas, satu ruang komite, satu mushola, satu ruang tata usaha,

    Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang bergelar Magister. Kegiatan

    ekstrakurikulernya adalah karate, sepak bola, paduan suara, drama, band cilik,

    sekolah seni tari, drum band, pramuka, seni lukis dan jurnalis.

    Sekolah Dasar Polisi 4 merupakan salah satu sekolah yang favorit di

    Kota Bogor. Mayoritas murid yang bersekolah di SD Polisi 4 berasal dari

    keluarga dengan kondisi ekonomi menengah keatas.

    Sebagian besar murid SD Polisi 4 memperoleh makanan atau minuman

    dari beberapa pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman di

    depan gerbang sekolah. Tidak jauh dari lokasi sekolah juga terdapat warung

    makan yang menyediakan nasi, lauk pauk, sayur, serta berbagai makanan dan

    minuman. Selain itu, di dalam sekolah juga terdapat kantin yang menyediakan

    berbagai jenis makanan dan minuman.

    Karakteristik Contoh

    Umur

    Anak Sekolah Dasar (SD) disebut juga usia pertengahan anak-anak

    (middle childhood). Lee (1993) menyatakan bahwa perkembangan dan

    pertumbuhan pada Anak Usia Sekolah (AUS) relatif stabil jika dibandingkan

    dengan periode pra sekolah dan remaja. Semua contoh dalam penelitian ini

    adalah siswi kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar Polisi 4 Bogor. Tabel 1 menunjukkan

    sebaran contoh berdasarkan umur.

  • Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan umur

    Umur (tahun) Jumlah

    n %

    10 23 26,7

    11 46 53,5

    12 17 19,8

    Total 86 100,0

    Berdasarkan Tabel 1, umur contoh berkisar antara 10-12 tahun dengan

    persentase terbesar pada umur 11 tahun yaitu sebesar 53,5%. Contoh yang

    berusia 10 tahun sebesar 26,7% dan yang berusia 12 tahun sebesar 19,8%.

    Riyadi (2001) menyatakan bahwa umur 6-9 tahun masuk dalam kategori anak-

    anak dan umur 10-19 tahun masuk ke dalam kategori remaja. Oleh karena itu,

    semua contoh pada penelitian ini termasuk dalam kategori remaja awal.

    Status Gizi

    Almatsier (2003) menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan

    tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Ada

    beberapa indikator antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur status

    gizi, diantaranya umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas

    (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit

    (Supariasa et al 2001). Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk

    mengukur status gizi contoh adalah berat badan dan umur. Rata-rata berat

    badan dan tinggi badan contoh ditunjukkan pada Tabel 2.

    Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata berat badan dan tinggi badan Umur (tahun) Berat badan (kg) Tinggi badan (cm)

    10 31,8 6,5 134,7 6,3

    11 35,0 8,7 142,0 7 ,9

    12 36,7 6,7 142,3 9,0

    Rata-rata 34,4 7,9 140,1 8,3

    Berat badan dan tinggi badan contoh bervariasi pada masing-masing

    kelompok umur (Tabel 2). Contoh yang berumur 10 tahun mempunyai berat

    badan antara 20,5-44,0 kg dan tinggi badan antara 121,4-146,5 cm. Contoh yang

    berumur 11 tahun mempunyai berat badan antara 20,0-60,0 kg dan tinggi badan

    antara 119,8-158,0 cm. Contoh yang berusia 12 tahun mempunyai berat badan

    antara 27,0-49,5 kg dan tinggi badan antara 128,9-159,0 cm. Rata-rata berat

    badan dan tinggi badan contoh pada umur 10-12 tahun adalah 34,4 7,9 kg dan

    140,1 8,3 cm.

    Pengukuran status gizi anak umur diatas lima tahun sampai 19 tahun

    diukur berdasarkan Z score dengan perbandingan indeks massa tubuh terhadap

  • umur (IMT/U) (WHO 2007). Status gizi contoh dikategorikan menjadi enam yaitu

    severe obese, obese, overweight, normal, underweight dan severe underweight

    (WHO 2007). Tabel 3 memperlihatkan sebaran contoh berdasarkan status gizi.

    Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan status gizi

    Status gizi Jumlah

    n %

    Obese 7 8,1

    Overweight 11 12,8

    Normal 59 68,8

    Underweight 6 7,0

    Severe Underweight 3 3,5

    Total 86 100,0

    Sebagian besar contoh yaitu 68,8% memiliki status gizi normal, 12,8%

    contoh overweight, 8,1% contoh obese, 7,0% contoh underweight dan 3,4%

    contoh sisanya memiliki status gizi severe underweight (Tabel 3). Tidak terdapat

    contoh yang memiliki status gizi severe obese. Hal ini menunjukkan bahwa

    sebagian besar contoh dalam penelitian ini telah memiliki status gizi baik

    berdasarkan indeks IMT/U.

    Contoh yang memiliki status gizi kurus lebih sedikit dibanding contoh

    yang memiliki status gizi overweight. Hasil yang diperoleh ini berbeda dengan

    status gizi anak usia sekolah berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas

    2007) di Provinsi Jawa Barat. Riskesdas (2007) memperlihatkan bahwa

    prevalensi anak perempuan usia sekolah di Propinsi Jawa Barat (umur 6-14

    tahun) yang mempunyai status gizi kurus lebih banyak dibanding yang memiliki

    status gizi lebih. Prevalensi anak perempuan usia sekolah di Propinsi Jawa Barat

    (umur 6-14 tahun) yang mempunyai status gizi kurus sebesar 8,3% dan status

    gizi lebih 4,6% (Riskesdas 2007). Perbedaan hasil status gizi ini dikarenakan

    adanya perbedaan karakteristik contoh dalam penelitian dengan Riskesdas 2007.

    Uang Saku

    Uang saku merupakan jumlah uang yang diterima contoh per hari yang

    digunakan untuk pengeluaran makanan dan minuman. Pada penelitian ini,

    jumlah uang saku selanjutnya diakumulasikan dalam jumlah uang saku per

    bulan. Nilai uang saku contoh berkisar antara Rp 15.000 sampai Rp 330.000 per

    bulan.

    Sebagian besar contoh (51%) memiliki uang saku Rp.100.000-

    Rp.200.000 (Tabel 4). Rata-rata uang saku contoh adalah Rp. 150.000 60.000

    per bulan. Uang saku mempengaruhi daya beli terhadap makanan maupun

  • minuman. Uang saku yang semakin besar akan meningkatkan kuantitas pangan

    yang dibeli.

    Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan uang saku

    Jumlah uang saku (Rp/bulan) Jumlah

    n %

    200.000 18 20,9

    Total 86 100,0

    Pada penelitian ini, jenis makanan yang dapat dibeli oleh contoh

    dibedakan menjadi makanan lengkap, snack serta minuman. Data harga

    makanan diperoleh dengan simulasi secara langsung di kantin dan pedagang

    kaki lima yang terdapat di sekitar lokasi sekolah.

    Makanan lengkap terdiri atas nasi atau bubur ayam atau mie goreng, lauk

    seperti telur dadar atau cumi-cumi atau ikan teri atau ikan tongkol atau hati dan

    ampela, sayur seperti sayur sop atau sayur singkong serta bakwan atau tahu

    goreng atau tempe goreng. Snack merupakan makanan selingan yang dimakan

    diluar makanan lengkap. Snack terdiri dari cireng, martabak mini, produk

    ekstrusi, dan sebagainya.

    Jenis minuman yang dapat dibeli contoh dibedakan menjadi minuman

    yang murah dan minuman yang mahal. Minuman yang murah harganya berkisar

    antara Rp.1.000-Rp.1.500 sedangkan minuman yang mahal harganya lebih dari

    Rp.2.000. Minuman yang termasuk minuman murah antara lain air minum dalam

    kemasan (ukuran 240 ml), Teh Gelas, Ale-ale, Mountea, es Milo, Nutrisari, Teh

    Sisri, soft drink, es blender (Pop ice), Good day yang dikemas dalam plastik.

    serta Ale-ale. Minuman mahal yang sering dibeli contoh terdiri dari Teh Kotak,

    Fresh tea serta Fruit tea.

    Contoh yang memiliki uang saku Rp.200.000 per bulan (>Rp.6.000 per hari) dapat membeli

    makanan dengan kombinasi makanan lengkap dan minuman murah atau

    makanan lengkap dan minuman mahal atau snack dan minuman murah atau

  • snack dan minuman mahal atau makanan lengkap dan snack dan minuman

    murah atau makanan lengkap dan snack dan minuman mahal.

    Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh

    Besar Keluarga

    Menurut Suhardjo (1986) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

    yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (keluarga inti). Besar keluarga pada

    penelitian ini merupakan keseluruhan jumlah angggota keluarga yang tinggal di

    dalam satu rumah. Jumlah anggota keluarga juga akan mempengaruhi jumlah

    dan jenis makanan yang tersedia dalam keluarga. Menurut Sediaoetama (1989)

    diacu dalam Hasanah (2005) pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari

    akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga banyak. Hal ini menyebabkan

    kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi anggota keluarga tidak

    mencukupi kebutuhan.

    Hurlock (1980) membagi besar keluarga menjadi tiga kategori yaitu

    keluarga kecil (4 orang), keluarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (7

    orang). Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ditunjukkan pada Tabel 5.

    Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

    Besar keluarga Jumlah

    n %

    Kecil ( 4 orang) 43 50,0

    Sedang (5-6 orang) 32 37,2

    Besar ( 7 orang) 11 12,8

    Total 86 100,0

    Tabel 5 memperlihatkan sebesar 50,0% contoh termasuk dalam kategori

    keluarga kecil, 37,2% contoh keluarga sedang dan 12,8% contoh keluarga besar.

    Semakin kecil jumlah anggota keluarga maka akses pangan untuk setiap anak

    akan meningkat.

    Pendidikan Ayah

    Tabel 6 menunjukkan tingkat pendidikan ayah contoh. Pada penelitian ini,

    tingkat pendidikan ayah contoh dibagi menjadi lima yaitu : SLTA/SMK, D3, S1,

    S2 dan S3. Suhardjo (1996) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orangtua

    merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak

    termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Orang yang

    berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan

    gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan

    sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik.

    Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ayah

  • Tingkat pendidikan ayah contoh yang paling banyak adalah S1 yaitu

    sebesar 52,3%, sedangkan yang paling sedikit adalah S3 yaitu sebesar 3,5%

    (Tabel 6). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka kesempatan

    untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik juga semakin besar. Menurut

    Suhardjo (1996) tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi

    tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang.

    Pekerjaan Ayah

    Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling

    menentukan kuantitas dan kualitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki

    hubungan dengan pendapatan yang diterima (Suhardjo 1986). Tabel 7

    memperlihatkan sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah.

    Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan ayah

    Jenis pekerjaan Jumlah

    n %

    PNS 25 29,1

    Pegawai Swasta 36 41,9

    Wiraswasta 15 17,4

    Polri 5 5,8

    Lainnya 5 5,8

    Total 86 100,0

    Berdasarkan Tabel 7, sebesar 41,9% ayah contoh bekerja sebagai

    pegawai swasta, 29,1% bekerja sebagai PNS, 17,4% sebagai wiraswasta, 5,8%

    bekerja sebagai Polri dan 5,8% lainnya bekerja sebagai pengacara, dokter dan

    nahkoda.

    Kebiasaan Minum Sehari-hari

    Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat

    hidup sehat. Pangan yang dikonsumsi seseorang terdiri atas makanan dan

    minuman. Riyadi (1996) menyatakan bahwa pangan dikonsumsi oleh seseorang

    atau sekelompok orang karena disukai, tersedia dan terjangkau serta alasan

    kesehatan. Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan

    yang dikonsumsi antara lain : rasa lapar atau kenyang, selera atau reaksi cita

    Tingkat pendidikan Jumlah

    n %

    SLTA/SMK 11 12,8

    D3 13 15,1

    S1 45 52,3

    S2 14 16,3

    S3 3 3,5

    Total 86 100,0

  • rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi

    dan pendidikan.

    Tubuh manusia dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu tanpa

    makanan, tetapi hanya dapat bertahan beberapa hari tanpa air (minuman). Air

    merupakan komponen penyusun tubuh yang terbesar. Pada anak-anak, 65% dari

    berat badannya tersusun atas air (Yuniastuti 2008).

    Kebiasaan makan pada seseorang tidak dapat dilepaskan dengan

    kebiasaan minum. Setiap hari dan setiap waktu makan seseorang pasti disertai

    dengan minum. Sampai saat ini referensi mengenai kebiasaan makan sudah

    cukup banyak, namun referensi mengenai kebiasaan minum masih sangat

    terbatas. Oleh karena itu, pembahasan tentang kebiasaan minum pada penelitian

    ini dianalogikan sama dengan kebiasaan makan. Kebiasaan minum pada

    penelitian ini meliputi kebiasaan minum contoh sehari-hari serta kebiasaan

    minum contoh saat berada di sekolah.

    Penggunaan metode frekuensi makanan bertujuan untuk memperoleh

    data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi

    selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, tahun, dan sebagainya..

    (Supariasa et al. 2001). Penentuan kebiasaan minum pada penelitian ini

    dilakukan menggunakan FFQ (Food Frequency Questionaire). FFQ mempunyai

    dua komponen utama yaitu daftar minuman dan frekuensi minum. Frekuensi

    minum termasuk salah satu bentuk kebiasaan minum. Frekuensi minum dapat

    diukur dalam satuan kali per hari, kali per minggu maupun kali per bulan. Data

    frekuensi minuman yang digunakan pada penelitian ini adalah FFQ dalam bentuk

    per minggu. FFQ dikategorikan menjadi empat yaitu tidak pernah (0 kali per

    minggu), jarang (1-3 kali per minggu), kadang-kadang (4-6 kali per minggu) dan

    sering (>6 kali per minggu).

    Secara keseluruhan, jenis minuman yang dikonsumsi oleh contoh

    bervariasi. Air putih merupakan jenis minuman utama yang setiap hari selalu

    diminum oleh contoh. Sebagian besar (52,3% contoh) minum air putih 5-6 kali

    per hari. Sebesar 64,0% contoh minum susu non kemasan >6 kali per minggu.

    Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan orangtua akan pentingnya

    konsumsi susu untuk anak-anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan

    sudah baik.

    Teh kemasan termasuk salah satu jenis minuman yang saat ini cukup

    digemari oleh anak-anak. Semakin banyaknya variasi merk dan rasa teh

  • kemasan membuat anak-anak tertarik untuk mencobanya. Hal ini terlihat dari

    adanya 55,8 % contoh yang minum teh kemasan 1-3 kali per minggu.

    Sirup, jus buah dan soft drink termasuk jenis minuman yang jarang

    dikonsumsi oleh contoh. Sebanyak 62,8% contoh minum sirup non kemasan 1-3

    kali per minggu. Jus buah merupakan salah satu jenis minuman yang

    menyehatkan karena mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi.

    Berdasarkan hasil FFQ, sebesar 62,8% contoh mengonsumsi jus buah non

    kemasan 1-3 kali per minggu. Contoh yang minum soft drink 1-3 kali per minggu

    sebesar 60,5%.

    Bagi orang dewasa, kopi termasuk jenis minuman yang digemari, namun

    tidak demikian pada anak-anak. Hal ini terlihat dengan adanya 86,0% contoh

    tidak pernah minum kopi per minggu. Minuman isotonik juga termasuk jenis

    minuman yang jarang diminum oleh contoh. Berdasarkan hasil penelitian ini,

    sebesar 70,9% contoh tidak pernah minum minuman isotonik dalam satu minggu.

    Konsumsi Air Putih

    Air putih (plain water) merupakan jenis minuman utama yang selalu

    dikonsumsi contoh setiap hari. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa anak-

    anak dan orang dewasa muda harus belajar minum air murni (air putih) dan tidak

    menggantinya dengan minuman lain. Pada penelitian ini, frekuensi minum air

    putih dibagi menjadi tiga yaitu frekuensi minum 3-4 kali per hari, 5-6 kali per hari

    serta >6 kali per hari. Berikut merupakan sebaran contoh berdasarkan frekuensi

    minum air putih.

    Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum air putih

    Sebesar 52,3% contoh minum air putih 5-6 kali per hari, sebesar 46,5%

    contoh minum air putih 3-4 kali per hari. Terdapat 1,2% contoh yang minum air 7

    kali per hari (Tabel 8). Rekomendasi harian Institute of Medicine menyarankan

    pria untuk mengonsumsi 3 liter dan perempuan mengonsumsi 2,2 liter dari total

    minuman dalam sehari (Anonim 2008).

    Berdasarkan Food Frequency Questionaire (FFQ), konsumsi air putih

    pada contoh berkisar antara 720,0-1800,0 ml per hari dengan rata-rata 1114,9

    233,5 ml per hari. Sebagian besar contoh minum air putih 4-5 gelas dalam satu

    Frekuensi Jumlah

    n %

    3-4 kali per hari 40 46,5

    5-6 kali per hari 45 52,3

    >6 kali per hari 1 1,2

    Total 86 100,0

  • hari. Sebanyak 36,0% contoh minum air putih 4 gelas (960,0 ml) serta 34,0%

    contoh yang minum air putih 5 gelas (1200,0 ml per hari). Sebesar 1,2% contoh

    minum air putih 7 gelas per hari.

    Konsumsi Susu

    Susu merupakan bahan makanan sumber protein berkualitas tinggi dan

    mengandung semua asam amino esensial yang sulit diperoleh dari bahan

    makanan lain. Selain itu, susu juga mengandung asam lemak esensial, vitamin

    dan mineral (Buckle, Edward, Fleet, & Woosen 1985 dalam Andri 2007). Tabel 9

    menunjukkan sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu.

    Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu

    Frekuensi Susu non kemasan Susu kemasan

    n % n %

    Tidak pernah (0 kali per minggu) 13 15,1 18 20,9

    Jarang (1-3 kali per minggu) 16 18,6 54 62,8

    Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 2 2,3 6 7,0

    Sering (>6 kali per minggu) 55 64,0 8 9,3

    Total 86 100,0 86 100,0

    Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap frekuensi minum susu

    contoh, diketahui sebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non

    kemasan (seperti Susu Dancow, Indomilk atau Bendera) dengan frekuensi sering

    (>6 kali per minggu). Sebanyak 2,3% contoh yang minum susu non kemasan

    sebanyak 4-6 kali per minggu. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan

    (seperti Susu Ultra) 1-3 kali per minggu, sedangkan 7,0% contoh minum susu

    kemasan 4-6 kali per minggu. Khomsan (2003) menyatakan bahwa susu

    merupakan sumber kalsium, riboflavin dan vitamin A, sementara susu yang

    sudah banyak difortifikasi juga mengandung vitamin D.

    Jenis susu yang dikonsumsi oleh contoh bervariasi baik untuk susu

    kemasan maupun susu non kemasan. Berdasarkan hasil FFQ, terdapat 15,1%

    contoh yang tidak pernah minum susu non kemasan dan 20,9% contoh yang

    tidak pernah minum susu kemasan per minggu. Konsumsi susu non kemasan

    contoh berkisar antara 240,0-5040,0 ml per minggu dengan rata-rata 1717,9

    402,7 ml per minggu. Konsumsi susu kemasan contoh berkisar antara 140,0-

    3500,0 ml per minggu dengan rata-rata 590,2 764,9 ml per minggu.

    Umumnya contoh mengatakan minum susu dipagi hari sebelum

    beraktivitas dan malam hari sebelum tidur. Khomsan (2003) menyatakan bahwa

    minum susu dipagi hari sangat baik karena susu selain sebagai sumber vitamin

    dan mineral juga kaya akan lemak sehingga akan relatif lebih tahan lapar.

  • Tingginya frekuensi konsumsi susu non kemasan (64,0% per hari) menunjukkan

    bahwa saat ini kebiasaan minum susu pada contoh masih tergolong bagus.

    Selain itu, tingginya frekuensi konsumsi susu pada contoh juga menunjukkan

    bahwa orangtua contoh sudah mengetahui pentingnya minum susu untuk

    pertumbuhan anak-anak.

    Konsumsi Teh

    Teh merupakan minuman yang dikenal luas baik di Indonesia maupun di

    dunia. Aroma teh yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini

    banyak dikonsumsi. Besraliet et al, (2007) menyatakan bahwa selain air putih,

    teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia. Rata-

    rata konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 ml per hari per kapita. Sebaran

    contoh berdasarkan konsumsi minum teh ditunjukkan pada Tabel 10.

    Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum teh

    Frekuensi Teh non kemasan Teh kemasan

    n % n %

    Tidak pernah (0 kali per minggu) 12 14,0 21 24,4

    Jarang (1-3 kali per minggu) 46 53,5 48 55,8

    Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 10 11,6 13 15,1

    Sering (>6 kali per minggu) 18 20,9 4 4,7

    Total 86 100,0 86 100,0

    Minum teh tidak hanya menyegarkan, tetapi juga menyehatkan. Teh

    mengandung antioksidan alami (polifenol) yang dapat menjadi penghalang

    timbulnya kanker (Anonim 2008).

    Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap kebiasaan minum teh

    contoh, diketahui sebesar 53,5% contoh minum teh non kemasan (seperti Teh

    Sariwangi dan Teh Sosro) dengan frekuensi jarang (1-3 kali per minggu) dan

    11,6% contoh minum teh non kemasan dengan frekuensi sering (4-6 kali per

    minggu). Sebesar 55,8% contoh jarang minum teh kemasan (seperti Teh Kotak,

    Fruit tea dan Fresh Tea) dan 4,7% contoh minum teh kemasan >6 kali per

    minggu.

    Pada frekuensi yang sama (1-3 kali per minggu), lebih banyak contoh

    yang minumi teh kemasan (sebesar 55,8%) dibanding teh non kemasan (sebesar

    53,5%). Hal ini terjadi karena pada umumnya teh kemasan memiliki rasa yang

    lebih enak dan lebih bervariasi dibanding teh non kemasan. Teh kemasan juga

    lebih praktis dan mudah diperoleh. Selain itu, teh kemasan biasanya dijual dalam

    bentuk dingin (disimpan dalam lemari pendingin) sehingga rasanya menjadi lebih

    segar.

  • Berdasarkan hasil FFQ, konsumsi teh non kemasan contoh berkisar

    antara 120,0-2520,0 ml per minggu dengan rata-rata 795,4 654,6 ml per

    minggu. Konsumsi teh kemasan pada contoh berdasarkan hasil FFQ berkisar

    antara 190,0-2100,0 ml per minggu