jadikaan latar belakang.pdf
Transcript of jadikaan latar belakang.pdf
-
KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI
SISWI SEKOLAH DASAR
PARAMITA RACHMA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
-
ABSTRACT
Paramita Rachma. Drinking Habbit, Fluid Requirement and Sign of Dehydration of Female Elementary School Student. Supervised by Dodik Briawan The objective of this research was to assess drinking habbit, fluid requirement and sign of dehydration among female elementary school student. Cross sectional study was done from May to June 2009 in Polisi 4 Elementary School Bogor. The samples were student at grade 4 and 5 and healthy as an inclusive criteria. The number of sample was calculated by mean estimation.
The average fluid intake from food and beverage are 2024,4 287,4 ml/day. The average fluid intake from food is 426,6 126 ml/day and from beverage is 1597,8 243 ml/day. The average fluid requirement of sample based on Grant & DeHoog (1999) in Mahan K. & Escott-Stump (2004) is 1789,7 158,1 ml. Based on sign of dehydration, there is 62,8% of samples haved mild dehydration. The level of fluid consumption doesnt have significant correlation with the trend of dehydration. Energy intake has significant correlation with the level of fluid consumption (r=0,322 ; p
-
RINGKASAN
PARAMITA RACHMA. Kebiasaan Minum, Kebutuhan Cairan dan Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar. (Dibimbing oleh Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN).
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui intake dan kebutuhan cairan serta kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar. Adapun tujuan khususnya antara lain : (1) Mengetahui kebiasaan minum siswi sekolah dasar, (2) Mengetahui intake cairan siswi sekolah dasar, (3) Mengetahui kebutuhan cairan siswi sekolah dasar, (4) Mengetahui kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar, (5) Menganalisis hubungan persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar, (6) Menganalisis hubungan intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan siswi sekolah dasar.
Penelitian dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian di Sekolah Dasar Polisi 4 Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan sekolah memiliki jumlah siswi yang banyak, lokasi sekolah yang strategis, berada di tengah kota serta mudah dijangkaku oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2009. Contoh penelitian ini adalah siswi kelas 4 dan 5 SD Polisi 4 Bogor yang memiliki kriteria sehat (tidak sedang menderita penyakit diare, ginjal, demam (flu), demam berdarah serta radang tenggorokan). Populasi contoh berjumlah 193 siswi. Jumlah minimal contoh yang diambil dihitung menggunakan formula estimasi of mean (Lemeshow et al. 1997).
Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh (umur, BB, TB dan jumlah uang saku untu pengeluaran pangan). Data karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh meliputi besar keluarga, pekerjaan ayah dan pendidikan ayah. Data sekunder meliputi pendidikan ayah dan pekerjaan ayah diperoleh dari database yang terdapat di sekolah.
Data kebiasaan minum contoh diperoleh dari FFQ (Food Frequency Questionaire). Kebiasaan minum di sekolah diperoleh melalui wawancara langsung dengan contoh. Data intake cairan merupakan total intake cairan dari makanan dan minuman. Kecenderungan dehidrasi dilihat dari tanda-tanda dehidrasi antara lain haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering (Asian Food Information Centre 2000). Kebutuhan cairan contoh dihitung dengan rumus Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004) serta berdasarkan rekomendasi dari The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005). Hubungan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi dianalisis menggunakan Uji Chi Square, hubungan antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan dianalisis menggunakan Uji Korelasi Pearson.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap kebiasaan minum contoh sehari-hari, diketahui sebesar 52,3% contoh memiliki kebiasaan minum air putih 5-6 kali per hari. Sebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per minggu. Sebesar 53,5% contoh minum teh non kemasan dan 55,8% contoh minum teh kemasan sebanyak 1-3 kali per minggu.
Pada saat di sekolah, sebesar 36,0% contoh menyukai minum teh kemasan. Lebih dari setengah (52,3% contoh) memperoleh informasi tentang minuman kesukaan dari iklan di televisi. Sebesar 37,2% contoh minum minuman
-
kesukaan karena alasan rasanya yang enak. Sebesar 55,8% contoh memiliki minuman larangan dan 44,2% contoh sisanya tidak memiliki minuman larangan. Sebesar 37,5% contoh memiliki minuman larangan berupa es. Sebesar 55,4% contoh minum sebanyak 3-4 kali saat berada di sekolah. Sebagian besar contoh (76,7% contoh) memperoleh minuman dari kantin dan pedagang kaki lima yang terdapat di sekitar lokasi sekolah. Sebesar 47,7% contoh minum air pada saat haus. Sebesar 70,9% contoh minum setelah melakukan aktivitas olahraga.
Intake cairan berasal dari makanan dan minuman. Rata-rata intake cairan dari makanan dan minuman sebesar 2024,4 287,4 ml/hari. Rata-rata intake cairan dari makanan adalah 426,6 126 ml/hari. Rata-rata intake cairan dari minuman adalah 1597,8 243 ml/hari.
Intake cairan dari makanan yang terbesar berasal dari kelompok pangan makanan pokok, sayur dan buah serta lauk hewani. Intake cairan dari makanan pokok sebesar 218 48 ml/hari, sayur dan buah sebesar 111,6 94 ml/hari serta lauk nabati sebesar 76,7 42 ml/hari.
Intake cairan dari minuman yang paling besar berasal dari air putih, susu dan teh. Intake cairan dari air putih sebesar 1128,8 203 ml/hari. Intake cairan dari susu sebesar 251,9 ml/hari dan intake cairan dari teh sebesar 113,0 169,5 ml/hari.
Rata-rata kebutuhan cairan contoh (umur 10-12 tahun) berdasarkan Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004) adalah 1789,7 158,1 ml. Rata-rata tingkat konsumsi cairannya adalah 113,8 17,6%. Rata-rata kebutuhan cairan contoh (umur 10-12 tahun) berdasarkan The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) adalah 1516,7 125,3 ml. Rata-rata tingkat konsumsi cairannya adalah 132,8 20,6%.
Berdasarkan tanda-tanda dehidrasi, sebesar 62,8% contoh mengalami dehidrasi ringan dan 37,2% contoh tidak mengalami dehidrasi. Hasil Uji Chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi. Hasil analisis bivariat dengan Uji Korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan berdasarkan Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004) (r=0,302 ; p
-
KEBIASAAN MINUM DAN KEBUTUHAN CAIRAN SERTA KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR
PARAMITA RACHMA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
-
Judul Skripsi : Kebiasaan Minum, Kebutuhan Cairan dan Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar
Nama : Paramita Rachma Nrp : I14052242
Disetujui :
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN
NIP. 1966 0701 199002 1 001
Diketahui,
Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS
NIP. 1962 1204 198903 2 002
Tanggal Lulus :
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, puteri
pasangan Bapak Mokh. Fatkur Rohman dan Ibu Wahyu Widayati. Penulis
dilahirkan di Kota Bojonegoro pada tanggal 14 September 1987.
Pendidikan sekolah dasar penulis ditempuh pada tahun 1993 sampai
1999 di SD Negeri Karangsoko III dan pada tahun 1999 sampai 2002 di
SMP Negeri I Trenggalek. Pada tahun 2002 sampai 2005 penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Trenggalek.
Pada tahun 2005, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2006 melalui jalur
mayor minor. Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai staf
divisi Klub Peduli Pangan dan Gizi (KPPG) HIMAGITA periode 2006/2007,
staf divisi kewirausahaan HIMAGIZI periode 2007/2008 serta staf divisi
keputrian Forum Syiar Islam FEMA (FORSIA) period 2007/2008. Selain
itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan, baik yang
diselenggarakan oleh HIMAGIZI maupun FEMA.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Gizi dalam
Daur Kehidupan pada tahun ajaran 2008/2009. Pada tahun 2008 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cisarua dan Bantar
Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada bulan
Februari 2009 penulis juga melaksanakan Internship Dietetik di Rumah
Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
-
PRAKATA
Asalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul Kebiasaan Minum dan Kebutuhan
Cairan serta Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar dilakukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan
penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan
arahan, masukan, kritikan, dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. dr. Mira Dewi M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi
atas saran yang diberikan.
3. Dr. Ir. Drajat Martianto, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis dalam pengisian Kartu Rencana Studi selama kuliah.
4. Luthfi Rakhmawati, Tri Purnamasari, Tyas Rara Sedayu dan Jesa
Nuhgroho selaku pembahas seminar.
5. Seluruh pihak Sekolah Dasar Polisi 4 yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian serta seluruh murid-murid sekolah dasar yang telah
bersedia diwawancarai dan telah membantu kelancaran penelitian.
6. Bapak Ibukku tercinta dan adikku tersayang (dTyas) terimakasih atas doa,
nasehat, semangat dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.
7. Sahabat-sahabatku (Luthfi, Nenden, Sofy, Tri dan Sri) terima kasih atas
kebersamaan dan dukungannya, semoga persahabatan kita selalu abadi.
8. Jesa Nuhgroho, Fahmila Hidayati dan Elya Sugianti terima kasih atas
nasehat, doa dan semangatnya, terima kasih juga atas hari-hari indahnya
kebersamaan yang telah kita lalui selama ini.
9. Kartika Annisa, teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi. Thanks for
all, akhirnya penantian dan kesabaran kita membuahkan hasil.
10. Teman-teman kosan Putri 26, Pondok Nova dan Wisma Ayu.
11. Teman-temanku Dietista 42, terima kasih atas kebersamaan dan cerita-cerita
indah selama tiga tahun.
-
12. Adik-adik Angkatan 43, 44 dan 45, Pak Ugan serta Pak Karya serta semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu
kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis
berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.
Wasamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFAR TABEL ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................. 2
Hipotesis ............................................................................................... 3
Kegunaan ............................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Anak-anak ............................................................................................ 4
Konsumsi Pangan ................................................................................. 5
Fungsi Air dalam Tubuh ........................................................................ 6
Kebiasaan Minum ................................................................................ 7
Intake Cairan ......................................................................................... 9
Kebutuhan Cairan ................................................................................. 10
Dehidrasi ............................................................................................... 11
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 14
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 16
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ............................................... 16
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..................................................... 17
Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 18
DEFINISI OPERASIONAL ............................................................................. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Sekolah Dasar ............................................................ 23
Karakteristik Contoh .............................................................................. 23
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh ..................................... 27
Kebiasaan Minum Sehari-hari ............................................................... 28
Kebiasaan Minum Saat di Sekolah ....................................................... 38
Intake Cairan ......................................................................................... 45
Kebutuhan Cairan ................................................................................. 51
Tingkat Konsumsi Cairan ...................................................................... 52
-
Halaman
Hubungan intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan .. 53
Kecenderungan Dehidrasi ..................................................................... 53
Hubungan persentase tingkat konsumsi cairan dengan
kecenderungan dehidrasi ...................................................................... 54
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................... 57
Saran ..................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59
LAMPIRAN ..................................................................................................... 63
-
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Sebaran contoh berdasarkan umur ......................................................... 24
2. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata BB dan TB ................................. 24
3 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ................................................. 25
4 Sebaran contoh berdasarkan uang saku................................................. 26
5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ......................................... 27
6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ayah ........................... 28
7 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan ayah ................................ 28
8 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum air putih ......................... 30
9 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu .............................. 31
10 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum teh ................................. 32
11 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum kopi ............................... 33
12 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum sirup .............................. 34
13 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum jus buah ........................ 34
14 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum minuman isotonik .......... 35
15 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum soft drink ....................... 36
16 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum es blender ..................... 37
17 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum minuman lainnya ........... 37
18 Sebaran contoh berdasarkan minuman kesukaan .................................. 39
19 Sebaran contoh berdasarkan informasi tentang minuman kesukaan ..... 40
20 Sebaran contoh berdasarkan alasan minum minuman kesukaan ........... 40
21 Sebaran contoh berdasarkan ada atau tidaknya minuman larangan ...... 41
22 Sebaran contoh berdasarkan jenis minuman larangan ........................... 42
23 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum saat di sekolah .............. 42
24 Sebaran contoh berdasarkan asal minuman ........................................... 43
25 Sebaran contoh berdasarkan waktu minum saat di sekolah ................... 44
26 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas sebelum minum saat
di sekolah ................................................................................................ 44
27 Konsumsi makanan dan intake cairan dari makanan .............................. 45
28 Intake caran dari minuman ...................................................................... 48
29 Rata-rata intake cairan ............................................................................ 50
30 Sebaran contoh berdasarkan kebutuhan cairan...................................... 51
31 Kebutuhan, intake dan tingkat konsumsi cairan pada contoh ................. 52
-
Halaman
32 Sebaran contoh berdasarkan tanda-tanda dehidrasi .............................. 54
33 Sebaran contoh berdasarkan kecenderungan dehidrasi ......................... 54
34 Uji Chi Square persentase tingkat konsumsi cairan dengan
kecenderungan dehidrasi ........................................................................ 55
35 Uji Chi Square persentase tingkat konsumsi cairan dengan
kecenderungan dehidrasi ........................................................................ 55
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Kerangka pemikiran kebiasaan minum, kebutuhan cairan
dan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar .................................... 24
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kuesioner penelitian intake dan kebutuhan cairan serta
status hidrasi siswi SD Polisi 4 Bogor ....................................................... 65
2 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi
dengan frekuensi minum air putih ......................................................... 71
3 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi
dengan frekuensi minum susu non kemasan ............................................ 71
4 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi
dengan frekuensi minum susu kemasan ................................................. 71
5 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi
dengan frekuensi minum teh non kemasan ............................................... 71
6 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi
dengan frekuensi minum teh kemasan ...................................................... 71
7 Uji Korelasi Pearson hubungan antara intake energi dengan
persentase tingkat konsumsi cairan ......................................................... 72
8 Uji Korelasi Pearson hubungan antara intake energi dengan
persentase tingkat konsumsi cairan ......................................................... 72
9 Uji Chi Square antara persentase tingkat konsumsi cairan
dengan kecenderungan dehidrasi ............................................................. 73
10 Uji Chi Square antara persentase tingkat konsumsi cairan
dengan kecenderungan dehidrasi ............................................................. 73
-
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa
makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air
merupakan komponen utama dari semua struktur sel dan merupakan media
kelangsungan proses metabolisme dan reaksi kimia dalam tubuh (Suharjo &
Kusharto 1988). Agar proses metabolisme dalam tubuh berjalan dengan baik
dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang.
Air mempunyai beberapa fungsi antara lain untuk pelarut dan alat angkut,
sebagai katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu tubuh dan
peredam benturan (Yuniastuti 2008). Muchtadi et al. (1993) menjelaskan bahwa
tubuh manusia rata-rata tersusun atas 63% air, 17% protein, 13% lemak, 6%
mineral, 1% karbohidrat dan vitamin. Seseorang yang kehilangan 40 % lemak
dan protein sampai terjadi penurunan berat badan, masih mampu bertahan
hidup. Akan tetapi, kehilangan 20% air dapat menyebabkan kematian.
Seiring bertambahnya usia, kandungan air yang tersedia dalam tubuh
manusia akan semakin berkurang. Almatsier (2003) menyatakan bahwa pada
proses penuaan manusia kehilangan air. Kandungan air bayi pada waktu lahir
adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia tua berkurang menjadi 50% berat
badan. Kandungan air tubuh berbeda antar manusia, tergantung pada proporsi
jaringan otot dan jaringan lemak. Tubuh yang mengandung lebih banyak jaringan
otot mengandung lebih banyak air.
Kebutuhan cairan sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah
energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang
dewasa dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 ml/kkal, sedangkan untuk bayi 1,5 ml/kkal
(Yuniastuti 2008).
Secara normal, dalam satu hari tubuh akan kehilangan cairan melalui
ginjal, kulit, paru-paru maupun feses. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi
cairan tubuh tidak terganggu, kehilangan cairan tersebut harus diganti. Jika tubuh
tidak cukup mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar 5% dari berat
badan (pada anak, remaja dan dewasa) maka keadaan ini dikenal dengan istilah
dehidrasi.
Dehidrasi merupakan kondisi kekurangan cairan tubuh karena jumlah
cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk. Menurut
Asian Food Information Centre (2000), dehidrasi terbagi menjadi tiga kelompok,
-
yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, serta dehidrasi tingkat berat. Dehidrasi
dapat mengganggu keseimbangan dan pengaturan suhu tubuh, dan pada tingkat
yang sudah sangat berat, bisa berujung pada penurunan kesadaran dan koma.
Pada umumnya anak-anak lebih aktif daripada orangtua, sehingga
memerlukan intake cairan yang cukup untuk mengimbangi pengeluaran keringat.
Hurlock (1980) menyatakan bahwa aktivitas fisik merupakan bagian penting
dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah, seperti bermain, bersepeda, dan
sebagainya. Seringkali anak-anak kurang peduli terhadap pentingnya intake
cairan dalam jumlah yang cukup untuk mengimbangi aktivitas mereka. Asian
Food Information Centre (1998) menyatakan bahwa minum air dalam jumlah
yang cukup seringkali diabaikan, khususnya pada anak-anak. Selain itu, pada
saat bermain, anak-anak cenderung lupa untuk minum.
Menurut Rotikan (2003), jika dilihat dari perbandingan total kadar air
dalam tubuh, yang rentan terkena dehidrasi adalah anak-anak. Hal ini
dikarenakan tubuh anak kecil banyak mengandung lemak, dan lemak hanya
mengandung sedikit air. Namun, apabila dilihat dari perbandingan jenis kelamin,
perempuan lebih mudah terserang dehidrasi dibandingkan dengan laki-laki.
Penyebabnya sama seperti pada anak kecil, tubuh perempuan lebih banyak
mengandung lemak daripada tubuh laki-laki. Asian Food Information Centre
(2000) menyatakan bahwa perempuan hanya minum 5-6 gelas cairan perhari,
sementara laki-laki minum 6-8 gelas cairan perhari. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengetahui lebih jauh mengenai intake dan kebutuhan cairan serta
kecenderungan dehidrasi pada siswi sekolah dasar.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui kebiasaan minum,
kebutuhan cairan dan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui kebiasaan minum siswi sekolah dasar,
2. Mengetahui intake cairan siswi sekolah dasar,
3. Mengetahui kebutuhan cairan siswi sekolah dasar,
4. Mengetahui kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar,
5. Menganalisis hubungan persentase tingkat konsumsi cairan dengan
kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar,
-
6. Menganalisis hubungan intake energi dengan persentase tingkat konsumsi
cairan siswi sekolah dasar.
Hipotesis
Terdapat hubungan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan
kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar.
Terdapat hubungan positif antara intake energi dengan persentase tingkat
konsumsi cairan siswi sekolah dasar.
Kegunaan
Memberikan informasi kepada masyarakat pada umumnya dan anak-
anak pada khususnya mengenai intake cairan dan meningkatkan kepedulian
akan bahaya dehidrasi serta pentingnya intake cairan dalam jumlah yang cukup.
-
TINJAUAN PUSTAKA
Anak-anak
Anak-anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang
khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan
saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah, remaja dan waktu anak
menginjak usia dewasa. Anak sekolah dasar disebut juga masa pertengahan
anak-anak (middle childhood) adalah pada waktu anak berusia 6-12 tahun. Pada
masa ini, anak memiliki fisik yang kurus dan tinggi dibandingkan pada pada masa
prasekolahnya (Papalia & Olds 1979 diacu dalam Lusiana 2008).
Periode pertengahan masa anak-anak, yaitu anak usia sekolah (6-12
tahun) merupakan periode yang penting dalam kehidupan anak-anak. Menurut
Papalia & Olds (1979) diacu dalam Lusiana (2008), pada usia sekolah, anak
secara berangsur-angsur mengalami pertumbuhan tetapi berjalan agak lambat
jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan mereka pada saat bayi atau usia
pra sekolah. Pada usia sekolah ini, secara umum aktivitas fisik anak akan
semakin tinggi sehingga memperkuat kemampuan motoriknya. Sedangkan
menurut Hurlock (1980), akhir masa anak-anak merupakan periode pertumbuhan
lambat dan relatif stabil.
Lucas B (2004) menyatakan bahwa pada sekitar umur 6 tahun anak-anak
akan mengalami adiposity rebound (fenomena pertumbuhan normal yang terjadi
pada usia 6 tahun, dimana lemak tubuh pada anak-anak mengalami
penambahan) atau terjadi peningkatan berat badan sebagai persiapan untuk
pertumbuhan optimal pada masa puber (masa remaja). Perbedaan jenis kelamin
akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh. Anak laki-laki mempunyai lean
body mass yang lebih tinggi per cm tinggi badan dibanding anak perempuan.
Anak perempuan mempunyai persentase lemak yang lebih tinggi untuk setiap kg
berat badan dibanding anak laki-laki.
Lee (1993) menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan pada
Anak Usia Sekolah (AUS) relatif stabil jika dibandingkan dengan periode pra
sekolah dan remaja. Pertumbuhan anak lambat dan stabil, tetapi asupan gizi
yang cukup tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, diantaranya :
mencukupi kebutuhan energi untuk aktivitas, menjaga tubuh agar tetap tahan
dari penyakit, menyediakan kebutuhan untuk pertumbuhan, menyediakan
penyimpanan zat gizi yang cukup untuk membantu pertumbuhan pada periode
dewasa. Pertumbuhan pada anak-anak berlangsung dengan kecepatan yang
-
lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada
pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi
keseimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan zat gizi pada masa anak-
anak masih tetap tinggi. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi anak harus
merupakan sumber zat gizi yang baik dan yang diperlukan oleh mereka.
Penilaian status gizi berfungsi untuk mengetahui apakah seseorang atau
sekelompok orang mempunyai gizi yang baik atau tidak. Almatsier (2003)
menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Ada beberapa indikator
antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur status gizi, diantaranya
umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLA), lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa et
al. 2001).
Secara umum penilaian status gizi dengan cara antropometri memiliki
beberapa kelebihan, yaitu : (1) cara penggunaan sederhana, aman dan dapat
digunakan pada ukuran sampel yang besar, (2) peralatan yang digunakan tidak
mahal, mudah dibawa (portable), tahan lama dan dapat dibuat atau dibeli secara
lokal, (3) cara pengukuran dapat dilakukan oleh petugas yang relatif tidak ahli; (4)
dapat mengidentifikasi keadaan gizi ringan, sedang dan buruk; serta (5) dapat
digunakan untuk melakukan pemantauan status gizi dari waktu ke waktu.
Beberapa kekurangan pengukuran secara antropometri, yaitu (1) relatif kurang
sensitif, (2) tidak dapat mendeteksi defisiensi zat gizi khusus, dan (3) faktor-faktor
non gizi, seperti penyakit dan genetik dapat mengurangi spesifisitas dan
sensitivitas pengukuran (Riyadi 2001).
Pengukuran status gizi anak berdasarkan kriteria antropometri
mempunyai beberapa kelemahan. Namun, sampai saat ini antropometri
dianggap merupakan cara yang paling mudah dan praktis untuk dilakukan,
karena dapat dilakukan oleh siapa saja dengan terlebih dahulu mendapat sedikit
latihan (Riyadi 2001).
Konsumsi Pangan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat
hidup sehat (Harper et al. 1986 diacu dalam Lusiana 2008). Semakin beragam
bahan pangan yang dikonsumsi, maka akan semakin beragam pula zat gizi yang
diperoleh sehingga dapat meningkatkan mutu gizinya.
-
Konsumsi pangan adalah suatu informasi mengenai jenis dan jumlah
pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu.
sehingga penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis
makanan yang dikonsumsi. Meningkatkan jumlah dan mutu konsumsi makanan
memerlukan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang makanan yang
bergizi, perubahan sikap serta perubahan perilaku sehari-hari dalam
menentukan, memilih dan mengkonsumsi makanannya. Kebutuhan gizi adalah
sejumlah zat gizi minimum yang harus dipenuhi dari konsumsi pangan
(Hardinsyah & Martianto 1992).
Survei konsumsi pangan tingkat individu dapat menggunakan metode-
metode penimbangan, metode recall, riwayat makanan, frekuensi makan, dan
metode kombinasi (Suhardjo & Kusharto 1988). Sediaoetama (1987)
menyatakan bahwa metode recall adalah salah satu metode yang sering dipakai
untuk penelitian konsumsi pangan. Metode ini pada dasarnya menggunakan
teknik wawancara dimana pewawancara menanyakan apa yang dikonsumsi.
Tanggal dan waktu serta porsi setiap makanan dicatat secara teliti.
Fungsi Air dalam Tubuh
Yuniastuti (2008) menyatakan bahwa air merupakan sebagian besar zat
pembentuk tubuh manusia. Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh,
proporsi air ini berbeda antar orang. Pada orang gemuk, perbandingan antara air
dan lemak sekitar 50% berbanding 50%. Pada pria normal perbandingannya
antara 60% berbanding 16%. Pada orang kurus, perbandingan tersebut adalah
67% dengan 7%. Pada bayi, perbandingan tersebut sangat mencolok, yaitu 78%
dan 0%. Dengan perkataan lain, jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia
adalah : sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight),
sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus), sekitar 65% dari berat
badan (untuk anak). Almatsier (2003) menyatakan bahwa kandungan air laki-laki
lebih banyak daripada perempuan.
Almatsier (2003) menyatakan bahwa air mempunyai berbagai fungsi dalam
proses vital tubuh, antara lain :
Pelarut dan alat angkut
Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa
monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, serta mineral dan bahan-
bahan lain yang oleh tubuh seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat
gizi dan hormon ini dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Disamping itu,
-
air sebagai pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme termasuk
karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-
paru, kulit, dan ginjal.
Katalisator
Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,
termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau
menghiodrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih
sederhana.
Pelumas
Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.
Fasilitator pertumbuhan
Air sebagai bagian jaringan tubuh, diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam
hal ini air berperan sebagai zat pembangun.
Pengatur suhu
Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang
peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas
yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk
mempertahankan suhu tubuh pada 37 C. Suhu ini paling cocok untuk
bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh. Kelebihan panas yang diperoleh
dari metabolisme energi perlu segera disalurkan ke luar. Sebagian besar
pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui penguapan air dari
permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu mendinginkan diri
melalui penguapan air. Kehilangan panas melalui kulit merupakan 25%
dari pengeluaran energi basal. Kehilangan air yang terjadi sebanyak 350-
700 ml per hari pada suhu dan kelembaban lingkungan normal
dinamakan kehilangan air insensible atau secara tidak sadar. Semakin
luas permukaan tubuh, semakin besar kehilangan panas melalui kulit.
Lemak di bawah kulit berperan sebagai bahan isolasi yang mengurangi
kecepatan panas hilang dari tubuh. Ini menguntungkan bagi tubuh pada
suhu dingin dan merugikan pada suhu panas.
Kebiasaan Minum
Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola
praktek yang terjadi berulang-ulang. Berdasarkan survei di Singapura yang
dilakukan oleh Asian Food Information Centre (AFIC) (1999) diketahui bahwa :
-
Sebagian besar individu tidak minum dalam jumlah yang cukup, survei di
Singapura menunjukkan bahwa perempuan minum 1,6 liter per hari. Pada
usia yang lebih muda (15-24 tahun), laki-laki dan perempuan minum air
dalam jumlah yang lebih sedikit yaitu sekitar 1,4 liter per hari.
Sebagian besar individu tidak minum secara teratur dengan alasan tidak
merasa haus, lupa untuk minum dan sulit menemukan sesuatu untuk
diminum.
Sebagian besar individu hanya minum ketika merasa haus. Namun
sebenarnya haus merupakan tanda bahwa tubuh sudah mengalami
dehidrasi ringan.
Sebagian besar responden mengetahui jumlah cairan yang seharusnya
dikonsumsi dalam satu hari, namun hal ini tidak diikuti dengan kebiasaan
minum yang baik. Sebanyak 45% responden mengatakan bahwa 5-8
gelas cairan harus dikonsumsi untuk menjaga agar tubuh tetap sehat,
35% mengatakan bahwa 8-10 gelas cairan adalah jumlah yang tepat
untuk dikonsumsi dalam satu hari. Pada dasarnya, minimal 8 gelas (2 liter
cairan) direkomendasikan untuk diminum dalam satu hari.
Sebagian besar individu tidak minum air dalam jumlah yang cukup pada
saat olahraga. Ketika berolahraga, cairan yang dibutuhkan meningkat,
karena tubuh banyak kehilangan cairan. Sehingga diperlukan
penggantian cairan secara cepat untuk mencegah dehidrasi.
Sebesar 74% orang Singapura lebih memilih air putih untuk diminum
pada pilihan pertama, sedangkan sebesar 32% memilih teh dan kopi
pada pilihan pertama.
Sebagian besar individu membawa minuman dari rumahnya. Sebanyak
56% responden mengatakan bahwa rumah adalah tempat terbaik untuk
mendapatkan minuman.
Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa air harus diminum kapanpun
saat merasa haus, bahkan pada saat di tengah-tengah makan. Air harus
diminum saat bangun di pagi hari untuk memperbaiki dehidrasi yang dihasilkan
selama tidur panjang. Air harus diminum sebelum olahraga untuk
menyediakannya bagi keringat. Air juga harus diminum oleh orang yang sembelit
dan tidak cukup makan buah dan sayur.
-
Intake Cairan
Briggs G dan Calloway D (1987) menyatakan bahwa kehilangan air harus
diganti dengan air yang diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari minuman, air yang
terkandung dalam makanan serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme.
Kandungan air pada makanan padat bervariasi, mulai 5% pada makanan yang
sangat kering seperti crackers sampai lebih dari 90% pada buah dan sayuran
segar seperti tomat, semangka, strawberry, bunga kol dan daun selada.
Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air dikonsumsi dalam beberapa
cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 ml per hari
dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu, dan sebagainya. Air dalam makanan
padat menyumbangkan 750 ml. Ketidakseimbangan air dapat berakibat buruk
bagi kesehatan, seperti konstipasi dan dehidrasi.
Total intake cairan termasuk cairan dari minuman dan cairan dari
makanan (Manz F dan A. Wentz 2005). Dalam Third National Health and
Nutrition Survey (NHANES III : 1988-1944) diacu dalam Manz F dan A. Wentz
(2005), total intake air berasal dari minuman, serta makanan yang diperoleh dari
dietary recall selama 24 jam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa intake
cairan dari minuman pada anak perempuan di United States pada umur 9-13
tahun adalah 1709-2240 ml per hari.
Hellert et al. (2001) menghitung intake air pada 541 anak usia 2-13 tahun
di Jerman dengan menggunakan dietary record selama 3 hari. Pada penelitian ini
orangtua anak diminta untuk mencatat dan menimbang semua jenis makanan
dan minuman yang dikonsumsi oleh anaknya. Penimbangan dilakukan dengan
mencatat makanan sebelum dimakan serta makanan sisa yang tidak dimakan.
Alat bantu yang digunakan adalah timbangan. Total intake cairan pada penelitian
Hellert et al. (2001) diperoleh dari air yang terkandung dalam makanan, minuman
serta air oksidasi. Hasil penelitian Hellert et al. (2001) menunjukkan bahwa
secara keseluruhan total intake air meningkat seiring bertambahnya umur, yaitu
dari 1114 gram per hari pada anak umur 2-3 tahun cairan meningkat menjadi
1891 gram per hari untuk anak laki-laki umur 9-13 tahun serta 1676 386 gram
per hari untuk anak perempuan umur 9-13 tahun. Total intake cairan yang
berasal dari makanan berkisar antara 33-38%, dari minuman 49-55% dan dari
hasil oksidasi sebesar 12-13%.
NHANES III (Third National Health and Nutrition Survey) diacu dalam
Manz F dan A. Wentz (2005) menyatakan bahwa pada anak-anak dan orang
-
dewasa sekitar 80% total intake air diperoleh dari minuman, sementara 20%
sisanya diperoleh dari makanan. Hasil penelitian Bossingham et al. (2005)
tentang keseimbangan air dan status hidrasi pada orang muda dan dewasa
menyatakan bahwa total intake air tidak berbeda antara orang muda dan
dewasa. Mereka juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total intake
air. Proses penuaan berhubungan dengan beberapa perubahan fisiologi yang
dapat mempengaruhi pengaturan keseimbangan air. Perubahan fisiologi yang
terjadi antara lain penurunan TBW (total body water) yang berhubungan dengan
FFM (Fat Free Mass), penurunan rasa haus, serta perubahan konsentrasi
vasopressin yang dapat mempengaruhi kemampuan ginjal dalam memproduksi
urin.
Kebutuhan Cairan
Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban
lingkungan serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat dapat
didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi dan luas permukaan tubuh
(Proboprastowo & Dwiriyani 2004).
The National Research Council (1989) di Amerika diacu dalam Manz F
dan A. Wentz (2003) merekomendasikan intake air 1,5 ml/kkal untuk bayi dan
1ml/kkal untuk anak-anak dan dewasa. Selain itu The National Research Council
diacu dalam Sawka M et al. (2005) juga merekomendasikan intake air harian
yaitu sekitar 1 ml/kkal energi yang dikeluarkan.
Kebutuhan cairan akan meningkat seiring bertambahnya umur, mulai 0,6
L pada bayi hingga 1,7 L pada anak-anak. Pada orang dewasa kebutuhan air
meningkat menjadi 2,5 L untuk aktivitas sedentary dan 3,2 L untuk aktivitas fisik
sedang, untuk orang dewasa yang lebih aktif yang tinggal di lingkungan panas
memiliki kebutuhan air sekitar 6 L (Sawka M et al. 2005).
Batmanghelidj (2007) mengemukakan bahwa tubuh manusia terus
menerus membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika
menghembuskan nafas. Tubuh kehilangan air melalui keringat, produksi kemih
dan dalam buang air besar. Tolok ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air
adalah warna dari kemih. Seseorang yang terhidrasi dengan baik menghasilkan
kemih yang tidak berwarna. Seseorang yang relatif terdehidrasi menghasilkan
kemih yang kuning, dan seseorang yang benar-benar terdehidrasi menghasilkan
kemih berwarna jingga (orange).
-
Dehidrasi
Manz F dan A Wentz (2005) menjelaskan belum ada gold standard
untuk mengukur status hidrasi pada semua kondisi lingkungan. Beberapa
indikator yang sering digunakan untuk mengukur status hidrasi antara lain :
parameter keseimbangan air (contoh : intake air), perubahan berat badan atau
total cairan tubuh, indikator plasma, serta indikator urin.
Bossingham et al. (2005) menjelaskan bahwa pengukuran status hidrasi
dapat dilakukan menggunakan urine specific gravity dan osmolalitas plasma.
Urine specific gravity diasumsikan sama dengan densitas urin yang diukur
dengan menimbang volum urin selama 24 jam.
Pengukuran osmolalitas plasma dilakukan dengan menimbang darah
sampel kemudian disentrifugasi untuk mendapatkan plasma dan diukur nilai
osmolalitasnya dengan osmometer. Nilai urine specific gravity yang normal
adalah 1,006-1,020 sedangkan osmolalitas plasma yang normal adalah 280-300
mOsm/kg.
Kelebihan kehilangan cairan yang dikenal dengan istilah dehidrasi dapat
membahayakan kehidupan. Dehidrasi bisa terjadi karena kekurangan air atau
makanan atau kehilangan air yang banyak misalnya pada diare yang parah,
muntah, dan sebagainya. Bayi dan anak-anak lebih mudah terkena dehidrasi
dibanding orang dewasa, karena mereka bisa kehilangan relatif lebih banyak
cairan. Menurut Gavin (2006) dehidrasi dapat terjadi akibat kehilangan cairan
yang terlalu banyak, tidak minum air dalam jumlah cukup, ataupun akibat kedua
hal di atas. Muntah dan diare juga menjadi penyebab utama terjadinya dehidrasi
pada anak-anak karena ketika muntah dan diare tersebut tubuh dapat kehilangan
cairan dalam jumlah banyak baik melalui urin maupun keringat. Selain itu,
dehidrasi juga dapat terjadi karena jumlah minuman yang diminum tidak cukup
akibat adanya rasa mual, kehilangan nafsu makan karena sakit, sakit
tenggorokan atau luka di mulut.
Asian Food Information Centre (2000) menyebutkan bahwa pada saat kita
merasa haus, kita sedang mengalami dehidrasi. Banyak orang mengasumsikan
bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan cairan. Meskipun
demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru saja
mengalami dehidrasi. Cairan harus diganti sebelum rasa haus ini timbul. Pada
saat tubuh mengalami dehidrasi, ginjal akan merespon dengan menghemat air
-
dan melakukan reabsorbsi lagi ke dalam darah dan memindahkannya dari tubuh
melalui urin. Hasilnya urin yang terbentuk sedikit.
Tanda-tanda dehidrasi bervariasi mulai dari haus dan lemas sampai
kerusakan fungsi ginjal. Tanda-tanda dehidrasi adalah sebagai berikut (Asian
Food Information Centre 2000):
Dehidrasi tingkat ringan : haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan
kering.
Dehidrasi tingkat sedang : detak jantung makin cepat, pusing, tekanan
darah rendah, lemas, konsentrasi urinnya pekat, tetapi volumnya kurang.
Dehidrasi tingkat berat : muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah
bengkak), kegagalan fungsi ginjal, poor blood circulation (sirkulasi darah
yang tidak lancar), dan sebagainya.
Bossingham et al. (2005) menyatakan bahwa haus dan mekanisme
hormonal lainnya bertanggung jawab untuk memelihara total body water (TBW).
Haus dirangsang oleh peningkatan osmolalitas plasma, penurunan volum plasma
atau penurunan tekanan darah. Peningkatan osmolalitas plasma selanjutnya
akan merangsang osmoreseptor di hipotalamus sehingga akan merangsang
pusat haus di hipotalamus dan timbul rasa haus (keinginan untuk minum). Selain
itu, haus juga bisa terjadi akibat penurunan volum darah atau penurunan tekanan
darah. Penurunan tekanan darah akan merangsang ginjal untuk mengeluarkan
renin. Peningkatan renin akan mengakibatkan peningkatan angiotensin dan
menimbulkan rasa haus di hipotalamus.
Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusa
bergantung pada sensasi hausnya. Namun sensasi haus seperti yang dipahami
sampai saat ini (yaitu mulut yang kering) bukanlah pertanda yang akurat dari
kebutuhan air yang sebenarnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung
tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai
berfikir untuk minum air. Primana (2009) menyatakan bahwa minum air jangan
menunggu sampai rasa haus timbul karena rasa haus tidak cukup baik sebagai
indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih
sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru
timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi).
Whitmire (2004) menyatakan bahwa gejala dehidrasi akut bervariasi
sesuai dengan pengurangan berat badan. Pada kehilangan berat badan 1-2%
akan timbul rasa haus, lemah, lelah, sedikit gelisah serta hilang selera makan.
-
Mulut kering, penurunan jumlah urin dan kulit kering akan terjadi pada
pengurangan berat badan sebesar 3-4%. Kehilangan 5-6% berat badan akan
menimbulkan sulit berkonsentrasi, sakit kepala, kegagalan pengaturan suhu
tubuh serta peningkatan frekuensi nafas. Kehilangan 7-10% bera badan dapat
mengakibatkan otot kaku serta kolaps. Pada kehilangan 11% berat badan dapat
menimbulkan penurunan volum darah serta dapat berakibat pada kegagalan
fungsi ginjal.
-
KERANGKA PEMIKIRAN
Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola
praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan
sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan tertentu dipilih dan dikonsumsi
seseorang pada jangka waktu tertentu. Kebiasaan minum merupakan sesuatu
yang berhubungan dengan minum dan minuman seperti frekuensi minum, jenis
minuman yang diminum, minuman kesukaan, minuman larangan, waktu minum,
asal minuman, dan sebagainya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dan
kebiasaan minum, antara lain karakteristik sosial ekonomi keluarga yang meliputi
besar keluarga, pendidikan, dan pekerjaan orangtua serta karakteristik contoh
yang meliputi umur, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), jumlah uang
saku untuk pengeluaran pangan.
Kebiasaan makan dan kebiasaan minum akan mempengaruhi konsumsi
pangan seseorang. Konsumsi pangan dapat mencerminkan intake energi. Selain
itu, konsumsi pangan juga akan mempengaruhi intake cairan. Intake cairan
merupakan seluruh cairan yang masuk ke dalam tubuh, baik yang berasal dari
minuman maupun dari makanan.
Pada dasarnya, jumlah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh berbeda-beda
antar individu. Kebutuhan cairan ini tergantung pada umur, jenis kelamin,
aktivitas, suhu lingkungan, ukuran tubuh, serta kondisi kesehatan. Kebutuhan
cairan juga dipengaruhi intake energi. Berdasarkan intake dan kebutuhan cairan
dapat diketahui persentase tingkat konsumsi cairan. Apabila kebutuhan cairan
tidak terpenuhi, akan menimbulkan dehidrasi. Kecenderungan dehidrasi dilihat
berdasarkan tanda-tanda dehidrasi antara lain haus, lelah, kulit kering, bibir
kering, mulut dan tenggorokan kering. Berikut merupakan gambar kerangka
pemikiran hubungan intake dan kebutuhan cairan serta kecenderungan dehidrasi
pada siswi sekolah dasar.
-
Gambar 1 Kerangka pemikiran kebiasaan minum, kebutuhan cairan dan kecenderungan dehidrasi siswi sekola dasar
Keterangan gambar :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
: hubungan yang diteliti
Intake energi Intake cairan Kebutuhan cairan
Kecenderungan dehidrasi
Karakteristik contoh
Karakteristik sosial ekonomi keluarga
Persentase tingkat konsumsi cairan
Konsumsi Pangan (makanan dan minuman)
Kebiasaan makan Kebiasaan minum
-
METODE PENELITIAN
Desain Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study.
Penelitian dilakukan dengan wawancara mengenai kebiasaan minum, recall serta
FFQ (Food Frequency Questionaire). Lokasi penelitian di Sekolah Dasar Polisi 4
Bogor. Penentuan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara
purposive dengan pertimbangan : sekolah memiliki jumlah siswi yang banyak,
lokasi sekolah yang strategis, berada di tengah kota serta mudah dijangkau oleh
peneliti. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2009.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Contoh penelitian ini adalah siswi kelas 4 dan 5 SD Polisi 4 Bogor
dengan kriteria sehat (tidak sedang menderita penyakit diare, ginjal, demam
berdarah, serta radang tenggorokan). Jumlah populasi yaitu sejumlah 193 siswi
Jumlah minimal contoh penelitian dihitung menggunakan formula estimasi of
mean (Lemeshow et al. 1997) sebagai berikut :
n (1.96)2 x s2 d2
(1.96) 2 x (0.9)2 (0.2)2
77,8 (78 siswi)
Keterangan :
n = contoh penelitian
s = standar deviasi konsumsi air pada remaja yaitu 900 ml (diperoleh dari
Hardinsyah et al. 2009).
d = jarak dari rata-rata konsumsi cairan populasi yang sesungguhnya
yaitu 200 ml.
Pengambilan contoh sebanyak 86 siswi dari keseluruhan populasi
dilakukan secara acak dan bertanya kepada contoh apakah contoh sedang
menderita penyakit diare, ginjal, demam berdarah serta radang tenggorokan
pada saat wawancara. Apabila contoh sedang menderita salah satu dari penyakit
tersebut, maka contoh langsung di drop out.
Contoh yang diwawancarai pada penelitian ini berjumlah 90 contoh,
namun terdapat empat contoh yang di drop out karena datanya tidak lengkap.
Total contoh dalam penelitian ini berjumlah 86 contoh.
-
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada contoh yang
dilaksanakan sebelum jam masuk sekolah, pada saat istirahat, atau pada saat
pulang sekolah.
Data primer meliputi data karakteristik contoh seperti umur, jenis kelamin,
tempat tinggal, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan) serta uang saku
untuk pengeluaran pangan. Berat badan contoh diperoleh dengan penimbangan
menggunakan timbangan injak. Contoh diminta untuk berdiri di atas timbangan
injak tanpa menggunakan sepatu atau tas. Pada saat penimbangan, badan
contoh harus tegak, pandangan harus lurus ke depan, serta tidak boleh
bersandar ke dinding. Nilai berat badan contoh dilihat dan dicatat oleh
enumerator. Tinggi badan contoh diukur dengan microtoise yang ditempelkan
pada dinding. Pada saat pengukuran tinggi badan, contoh diminta untuk berdiri
tanpa menggunakan sepatu, badan contoh harus tegak, serta pandangan harus
lurus ke depan.
Data berat badan dan tinggi badan selanjutnya digunakan untuk
menghitung kebutuhan cairan dengan menggunakan rumus Grant & DeHoog
(1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004). Data jumlah uang
saku akan diperoleh dengan menanyakan kepada contoh jumlah uang saku yang
diberikan oleh orangtua contoh dalam satu hari untuk pengeluaran pangan.
Data yang selanjutnya dikumpulkan adalah data karakteristik sosial
ekonomi keluarga contoh yang meliputi besar keluarga, pekerjaan ayah, serta
pendidikan ayah. Data besar keluarga ditanyakan secara langsung kepada
contoh, sedangkan data pendidikan dan pekerjaan orangtua diperoleh dari data
sekunder yang terdapat di sekolah.
Data kebiasaan minum contoh sehari-hari (selama seminggu terakhir)
diperoleh dari FFQ (Food Frequency Questionaire) yang dilakukan pada hari
sekolah (hari aktif). Saat pengisian FFQ ditanyakan jenis minuman yang
dikonsumsi, merk minuman (khusus untuk minuman kemasan) serta banyaknya
minum. Untuk mempermudah ketika menanyakan jumlah minuman yang
diminum contoh digunakan alat bantu berupa gelas minuman dalam kemasan
ukuran 240 ml sebagai standar.
Data kebiasaan minum saat di sekolah diperoleh melalui wawancara
secara langsung kepada contoh. Contoh diberikan pertanyaan mengenai
-
minuman kesukaan, minuman larangan, frekuensi minum, waktu minum, asal
minum dan sebagainya. Masing-masing pertanyaan terdiri atas beberapa pilihan
jawaban, contoh diminta untuk memilih satu jawaban untuk pertanyaan yang
tertutup dan mengisi jawaban untuk pertanyaan yang terbuka.
Data intake cairan baik yang berasal dari minuman maupun dari makanan
diperoleh dengan metode recall selama 1x24 jam yang dilaksanakan pada hari
sekolah. Recall 1x24 jam dilakukan dengan menanyakan jenis serta jumlah
makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh contoh selama 24 jam terakhir.
Kecenderungan dehidrasi dilihat dari tanda-tanda dehidrasi. Tanda-tanda
dehidrasi tersebut antara lain haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan
kering (AFIC 2000). Pengumpulan data mengenai kecenderungan dehidrasi
dilakukan dengan menanyakan secara langsung apakah dalam seminggu
terakhir contoh pernah mengalami tanda-tanda dehidrasi seperti seperti haus,
lelah, kulit kering, serta mulut dan tenggorokan kering. Bentuk pertanyaan
mengenai tanda-tanda dehidrasi berupa pertanyaan dengan pilihan jawaban ya
dan tidak.
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan
program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS 13 for Windows. Proses
pengolahan meliputi coding, entry dan analisis.
Data primer mengenai karakteristik contoh dianalisis secara statistik
deskriptif. Jumlah uang saku contoh dalam satu bulan dikategorikan berdasarkan
data jumlah uang saku yang terkecil, rata-rata serta uang saku yang terbesar
yang diperoleh dari hasil wawancara. Data berat badan dan tinggi badan contoh
digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan masing-masing contoh dengan
rumus Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. dan Escott-Stump
(2004). sebagai berikut :
100 ml/kg untuk 10 kg BB pertama
50 ml/kg untuk 10 kg BB selanjutnya
20 ml/kg untuk BB selanjutnya (untuk usia < 50 tahun) atau 15 ml/kg
untuk BB selanjutnya (untuk usia > 50 tahun).
Selain itu, kebutuhan air juga dihitung dengan rekomendasi dari dari The
National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) yaitu 1 ml/
kkal untuk anak-anak dan dewasa.
-
Perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan The National Research
Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) didasarkan pada angka
kebutuhan energi contoh. Adapun kebutuhan energi contoh dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Kebutuhan energi = AMB X Fa
Keterangan :
AMB : Angka Metabolisme Basal menurut FAO/WHO/UNU (1985) (untuk anak
perempuan umur 10-18 tahun = ((12,2 x berat badan) + 746)
Fa : Faktor aktivitas (tidak terikat di tempat tidur = 1,3)
Data berat badan, tinggi badan serta umur juga digunakan untuk
menghitung status gizi contoh. Pengukuran status gizi contoh dilakukan
menggunakan Anthro Plus (WHO 2007). Pengukuran status gizi anak umur
diatas lima tahun sampai 19 tahun diukur dengan perbandingan indeks massa
tubuh terhadap umur (IMT/U) (WHO 2007).
Status gizi contoh dibedakan menjadi 6 kategori, yaitu severe obese
(>+3SD), obese (+2
-
Keterangan :
KGij : kandungan air dalam bahan makanan j
Bj : berat makanan j yang dikonsumsi (gram)
Gij : kandungan air dalam 100 gram BDD bahan makanan j
BDDj : bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Intake cairan yang berasal dari minuman pada hasil recall disesuaikan
dengan jenis dan jumlah minuman yang diperoleh dari hasil FFQ. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perbedaan data antara recall dengan
FFQ. Total intake cairan merupakan jumlah cairan dari minuman dan cairan yang
berasal dari makanan. Adapun rumus untuk menghitung total intake cairan
adalah sebagai berikut.
Total intake cairan = cairan dari minuman + cairan dari makanan
Persentase tingkat konsumsi cairan diperoleh dengan membandingkan
intake cairan dari minuman dan makanan dengan kebutuhan cairan pada
masing-masing contoh. Tanda-tanda yang umum terjadi pada dehidrasi adalah
haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering (AFIC 2000). Pada proses
entry data masing-masing jawaban pada pertanyaan mengenai status hidrasi
akan diberikan nilai 1 untuk jawaban ya dan nilai 0 untuk jawaban tidak. Apabila
contoh mengalami minimal tiga diantara tanda tersebut, maka contoh
dikategorikan mengalami dehidrasi ringan. Apabila contoh mengalami kurang
dari tiga tanda-tanda fisik tersebut maka dikategorikan tidak mengalami
dehidrasi.
Hubungan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan
kecenderungan dehidrasi dianalisis menggunakan Uji Chi Square, hubungan
antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan dianalisis
menggunakan Uji Korelasi Pearson.
-
Definisi Operasional
Uang saku adalah jumlah uang yang diterima contoh per hari yang digunakan
untuk pengeluaran pangan.
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh
ayah dan ibu contoh yang dikategorikan menjadi tidak tamat SD, SD,
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
Pekerjaan orangtua adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orangtua
contoh untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang meliputi petani, buruh,
wiraswasta, PNS dan lain-lain.
Konsumsi pangan adalah keseluruhan makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh seseorang.
Kebiasaan minum adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan minum
dan minuman seperti frekuensi minum, jenis minuman yang diminum,
minuman kesukaan, minuman larangan, waktu minum, asal minuman,
dan sebagainya.
Minuman adalah cairan yang ditelan atau diminum, biasanya dengan
menggunakan gelas, kecuali yang ada isinya seperti es campur, es buah,
es kacang hijau, dan sebagainya.
Minuman larangan dalah minuman yang dilarang diminum oleh orangtua, dokter
atau guru contoh.
Minuman kemasan adalah minuman yang dikemas, dapat diminum secara
langsung tanpa melalui proses pembuatan terlebih dahulu.
Minuman non kemasan adalah minuman yang dibuat secara sederhana, dalam
skala rumah tangga.
Es blender adalah minuman yang pembuatannya dengan diblender terlebih
dahulu dan ditambah meses atau keju dalam penyajiannya (Pop ice).
Jus buah adalah minuman yang berasal dari buah, baik yang pembuatannya
menggunakan blender ataupun alat peras misalnya pada pembuatan es
jeruk.
Sirup adalah minuman berwarna, tanpa mengandung soda seperti Marjan, ABC,
Ale-ale, Frutang, dan sebagainya.
Soft drink adalah minuman yang mengandung soda seperti Coca Cola, Fanta,
Sprite, Pepsi, dan sebagainya.
-
Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana jumlah cairan yang keluar melalui urin,
keringat, feses, dan sebagainya lebih banyak dibandingkan jumlah air
yang masuk tubuh.
Haus adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa ingin minum, mulut dan
tenggorokan terasa kering.
Intake cairan adalah seluruh cairan yang masuk ke dalam tubuh, baik yang
berasal dari minuman maupun dari makanan.
Kebutuhan cairan adalah jumlah cairan yang dibutuhkan oleh masing-masing
individu (ditentukan dengan rumus Grant and DeHoog (1999) yang diacu
dalam Mahan K. dan Escott-Stump (2004) dan rekomendasi The National
Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005).
Persentase tingkat konsumsi cairan adalah perbandingan antara intake cairan
yang berasal dari makanan dan minuman dengan kebutuhan cairan
masing-masing contoh.
Tanda-tanda dehidrasi adalah tanda-tanda yang dapat dilihat atau dirasakan
oleh contoh tanpa melalui pemeriksaan laboratoris akibat kurangnya
intake caiaran.
Kecenderungan dehidrasi adalah kondisi dimana contoh mengalami dehidrasi
ringan atau tidak dehidrasi berdasarkan tanda-tanda dehidrasi antara lain
haus, lelah, bibir kering, mulut kering dan tenggorokan kering.
-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Sekolah
Sekolah Dasar Polisi 4 terletak di Jalan Polisi 1 no. 7 Kelurahan
Paledang, Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Sekolah Dasar Polisi 4 terletak
dipusat keramaian, namun letaknya sedikit masuk ke dalam gang sehingga tidak
ada kendaraan umum yang melaluinya. Sekolah ini didirikan pada tahun 1930
dengan nama awal Sekolah Rakyat VIII. Pada tahun 1970 berubah namanya
menjadi SDN Polisi 4 setelah dibangunnya Kantor Polwil Bogor di wilayah
Kelurahan Paledang. Oleh karena itu sekolah ini dinamai SD Polisi 4.
Sekolah Dasar Polisi 4 memiliki tanah seluas 1508 m2 dengan luas
bangunan 1145 m2 yang terdiri dari satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru,
25 ruang kelas, satu ruang komite, satu mushola, satu ruang tata usaha,
Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang bergelar Magister. Kegiatan
ekstrakurikulernya adalah karate, sepak bola, paduan suara, drama, band cilik,
sekolah seni tari, drum band, pramuka, seni lukis dan jurnalis.
Sekolah Dasar Polisi 4 merupakan salah satu sekolah yang favorit di
Kota Bogor. Mayoritas murid yang bersekolah di SD Polisi 4 berasal dari
keluarga dengan kondisi ekonomi menengah keatas.
Sebagian besar murid SD Polisi 4 memperoleh makanan atau minuman
dari beberapa pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman di
depan gerbang sekolah. Tidak jauh dari lokasi sekolah juga terdapat warung
makan yang menyediakan nasi, lauk pauk, sayur, serta berbagai makanan dan
minuman. Selain itu, di dalam sekolah juga terdapat kantin yang menyediakan
berbagai jenis makanan dan minuman.
Karakteristik Contoh
Umur
Anak Sekolah Dasar (SD) disebut juga usia pertengahan anak-anak
(middle childhood). Lee (1993) menyatakan bahwa perkembangan dan
pertumbuhan pada Anak Usia Sekolah (AUS) relatif stabil jika dibandingkan
dengan periode pra sekolah dan remaja. Semua contoh dalam penelitian ini
adalah siswi kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar Polisi 4 Bogor. Tabel 1 menunjukkan
sebaran contoh berdasarkan umur.
-
Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan umur
Umur (tahun) Jumlah
n %
10 23 26,7
11 46 53,5
12 17 19,8
Total 86 100,0
Berdasarkan Tabel 1, umur contoh berkisar antara 10-12 tahun dengan
persentase terbesar pada umur 11 tahun yaitu sebesar 53,5%. Contoh yang
berusia 10 tahun sebesar 26,7% dan yang berusia 12 tahun sebesar 19,8%.
Riyadi (2001) menyatakan bahwa umur 6-9 tahun masuk dalam kategori anak-
anak dan umur 10-19 tahun masuk ke dalam kategori remaja. Oleh karena itu,
semua contoh pada penelitian ini termasuk dalam kategori remaja awal.
Status Gizi
Almatsier (2003) menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Ada
beberapa indikator antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur status
gizi, diantaranya umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas
(LLA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit
(Supariasa et al 2001). Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk
mengukur status gizi contoh adalah berat badan dan umur. Rata-rata berat
badan dan tinggi badan contoh ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata berat badan dan tinggi badan Umur (tahun) Berat badan (kg) Tinggi badan (cm)
10 31,8 6,5 134,7 6,3
11 35,0 8,7 142,0 7 ,9
12 36,7 6,7 142,3 9,0
Rata-rata 34,4 7,9 140,1 8,3
Berat badan dan tinggi badan contoh bervariasi pada masing-masing
kelompok umur (Tabel 2). Contoh yang berumur 10 tahun mempunyai berat
badan antara 20,5-44,0 kg dan tinggi badan antara 121,4-146,5 cm. Contoh yang
berumur 11 tahun mempunyai berat badan antara 20,0-60,0 kg dan tinggi badan
antara 119,8-158,0 cm. Contoh yang berusia 12 tahun mempunyai berat badan
antara 27,0-49,5 kg dan tinggi badan antara 128,9-159,0 cm. Rata-rata berat
badan dan tinggi badan contoh pada umur 10-12 tahun adalah 34,4 7,9 kg dan
140,1 8,3 cm.
Pengukuran status gizi anak umur diatas lima tahun sampai 19 tahun
diukur berdasarkan Z score dengan perbandingan indeks massa tubuh terhadap
-
umur (IMT/U) (WHO 2007). Status gizi contoh dikategorikan menjadi enam yaitu
severe obese, obese, overweight, normal, underweight dan severe underweight
(WHO 2007). Tabel 3 memperlihatkan sebaran contoh berdasarkan status gizi.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan status gizi
Status gizi Jumlah
n %
Obese 7 8,1
Overweight 11 12,8
Normal 59 68,8
Underweight 6 7,0
Severe Underweight 3 3,5
Total 86 100,0
Sebagian besar contoh yaitu 68,8% memiliki status gizi normal, 12,8%
contoh overweight, 8,1% contoh obese, 7,0% contoh underweight dan 3,4%
contoh sisanya memiliki status gizi severe underweight (Tabel 3). Tidak terdapat
contoh yang memiliki status gizi severe obese. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar contoh dalam penelitian ini telah memiliki status gizi baik
berdasarkan indeks IMT/U.
Contoh yang memiliki status gizi kurus lebih sedikit dibanding contoh
yang memiliki status gizi overweight. Hasil yang diperoleh ini berbeda dengan
status gizi anak usia sekolah berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas
2007) di Provinsi Jawa Barat. Riskesdas (2007) memperlihatkan bahwa
prevalensi anak perempuan usia sekolah di Propinsi Jawa Barat (umur 6-14
tahun) yang mempunyai status gizi kurus lebih banyak dibanding yang memiliki
status gizi lebih. Prevalensi anak perempuan usia sekolah di Propinsi Jawa Barat
(umur 6-14 tahun) yang mempunyai status gizi kurus sebesar 8,3% dan status
gizi lebih 4,6% (Riskesdas 2007). Perbedaan hasil status gizi ini dikarenakan
adanya perbedaan karakteristik contoh dalam penelitian dengan Riskesdas 2007.
Uang Saku
Uang saku merupakan jumlah uang yang diterima contoh per hari yang
digunakan untuk pengeluaran makanan dan minuman. Pada penelitian ini,
jumlah uang saku selanjutnya diakumulasikan dalam jumlah uang saku per
bulan. Nilai uang saku contoh berkisar antara Rp 15.000 sampai Rp 330.000 per
bulan.
Sebagian besar contoh (51%) memiliki uang saku Rp.100.000-
Rp.200.000 (Tabel 4). Rata-rata uang saku contoh adalah Rp. 150.000 60.000
per bulan. Uang saku mempengaruhi daya beli terhadap makanan maupun
-
minuman. Uang saku yang semakin besar akan meningkatkan kuantitas pangan
yang dibeli.
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan uang saku
Jumlah uang saku (Rp/bulan) Jumlah
n %
200.000 18 20,9
Total 86 100,0
Pada penelitian ini, jenis makanan yang dapat dibeli oleh contoh
dibedakan menjadi makanan lengkap, snack serta minuman. Data harga
makanan diperoleh dengan simulasi secara langsung di kantin dan pedagang
kaki lima yang terdapat di sekitar lokasi sekolah.
Makanan lengkap terdiri atas nasi atau bubur ayam atau mie goreng, lauk
seperti telur dadar atau cumi-cumi atau ikan teri atau ikan tongkol atau hati dan
ampela, sayur seperti sayur sop atau sayur singkong serta bakwan atau tahu
goreng atau tempe goreng. Snack merupakan makanan selingan yang dimakan
diluar makanan lengkap. Snack terdiri dari cireng, martabak mini, produk
ekstrusi, dan sebagainya.
Jenis minuman yang dapat dibeli contoh dibedakan menjadi minuman
yang murah dan minuman yang mahal. Minuman yang murah harganya berkisar
antara Rp.1.000-Rp.1.500 sedangkan minuman yang mahal harganya lebih dari
Rp.2.000. Minuman yang termasuk minuman murah antara lain air minum dalam
kemasan (ukuran 240 ml), Teh Gelas, Ale-ale, Mountea, es Milo, Nutrisari, Teh
Sisri, soft drink, es blender (Pop ice), Good day yang dikemas dalam plastik.
serta Ale-ale. Minuman mahal yang sering dibeli contoh terdiri dari Teh Kotak,
Fresh tea serta Fruit tea.
Contoh yang memiliki uang saku Rp.200.000 per bulan (>Rp.6.000 per hari) dapat membeli
makanan dengan kombinasi makanan lengkap dan minuman murah atau
makanan lengkap dan minuman mahal atau snack dan minuman murah atau
-
snack dan minuman mahal atau makanan lengkap dan snack dan minuman
murah atau makanan lengkap dan snack dan minuman mahal.
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh
Besar Keluarga
Menurut Suhardjo (1986) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (keluarga inti). Besar keluarga pada
penelitian ini merupakan keseluruhan jumlah angggota keluarga yang tinggal di
dalam satu rumah. Jumlah anggota keluarga juga akan mempengaruhi jumlah
dan jenis makanan yang tersedia dalam keluarga. Menurut Sediaoetama (1989)
diacu dalam Hasanah (2005) pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari
akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga banyak. Hal ini menyebabkan
kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi anggota keluarga tidak
mencukupi kebutuhan.
Hurlock (1980) membagi besar keluarga menjadi tiga kategori yaitu
keluarga kecil (4 orang), keluarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (7
orang). Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
Besar keluarga Jumlah
n %
Kecil ( 4 orang) 43 50,0
Sedang (5-6 orang) 32 37,2
Besar ( 7 orang) 11 12,8
Total 86 100,0
Tabel 5 memperlihatkan sebesar 50,0% contoh termasuk dalam kategori
keluarga kecil, 37,2% contoh keluarga sedang dan 12,8% contoh keluarga besar.
Semakin kecil jumlah anggota keluarga maka akses pangan untuk setiap anak
akan meningkat.
Pendidikan Ayah
Tabel 6 menunjukkan tingkat pendidikan ayah contoh. Pada penelitian ini,
tingkat pendidikan ayah contoh dibagi menjadi lima yaitu : SLTA/SMK, D3, S1,
S2 dan S3. Suhardjo (1996) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orangtua
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak
termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Orang yang
berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan
gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan
sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ayah
-
Tingkat pendidikan ayah contoh yang paling banyak adalah S1 yaitu
sebesar 52,3%, sedangkan yang paling sedikit adalah S3 yaitu sebesar 3,5%
(Tabel 6). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka kesempatan
untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik juga semakin besar. Menurut
Suhardjo (1996) tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi
tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang.
Pekerjaan Ayah
Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling
menentukan kuantitas dan kualitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki
hubungan dengan pendapatan yang diterima (Suhardjo 1986). Tabel 7
memperlihatkan sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan ayah
Jenis pekerjaan Jumlah
n %
PNS 25 29,1
Pegawai Swasta 36 41,9
Wiraswasta 15 17,4
Polri 5 5,8
Lainnya 5 5,8
Total 86 100,0
Berdasarkan Tabel 7, sebesar 41,9% ayah contoh bekerja sebagai
pegawai swasta, 29,1% bekerja sebagai PNS, 17,4% sebagai wiraswasta, 5,8%
bekerja sebagai Polri dan 5,8% lainnya bekerja sebagai pengacara, dokter dan
nahkoda.
Kebiasaan Minum Sehari-hari
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat
hidup sehat. Pangan yang dikonsumsi seseorang terdiri atas makanan dan
minuman. Riyadi (1996) menyatakan bahwa pangan dikonsumsi oleh seseorang
atau sekelompok orang karena disukai, tersedia dan terjangkau serta alasan
kesehatan. Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan
yang dikonsumsi antara lain : rasa lapar atau kenyang, selera atau reaksi cita
Tingkat pendidikan Jumlah
n %
SLTA/SMK 11 12,8
D3 13 15,1
S1 45 52,3
S2 14 16,3
S3 3 3,5
Total 86 100,0
-
rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi
dan pendidikan.
Tubuh manusia dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu tanpa
makanan, tetapi hanya dapat bertahan beberapa hari tanpa air (minuman). Air
merupakan komponen penyusun tubuh yang terbesar. Pada anak-anak, 65% dari
berat badannya tersusun atas air (Yuniastuti 2008).
Kebiasaan makan pada seseorang tidak dapat dilepaskan dengan
kebiasaan minum. Setiap hari dan setiap waktu makan seseorang pasti disertai
dengan minum. Sampai saat ini referensi mengenai kebiasaan makan sudah
cukup banyak, namun referensi mengenai kebiasaan minum masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, pembahasan tentang kebiasaan minum pada penelitian
ini dianalogikan sama dengan kebiasaan makan. Kebiasaan minum pada
penelitian ini meliputi kebiasaan minum contoh sehari-hari serta kebiasaan
minum contoh saat berada di sekolah.
Penggunaan metode frekuensi makanan bertujuan untuk memperoleh
data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi
selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, tahun, dan sebagainya..
(Supariasa et al. 2001). Penentuan kebiasaan minum pada penelitian ini
dilakukan menggunakan FFQ (Food Frequency Questionaire). FFQ mempunyai
dua komponen utama yaitu daftar minuman dan frekuensi minum. Frekuensi
minum termasuk salah satu bentuk kebiasaan minum. Frekuensi minum dapat
diukur dalam satuan kali per hari, kali per minggu maupun kali per bulan. Data
frekuensi minuman yang digunakan pada penelitian ini adalah FFQ dalam bentuk
per minggu. FFQ dikategorikan menjadi empat yaitu tidak pernah (0 kali per
minggu), jarang (1-3 kali per minggu), kadang-kadang (4-6 kali per minggu) dan
sering (>6 kali per minggu).
Secara keseluruhan, jenis minuman yang dikonsumsi oleh contoh
bervariasi. Air putih merupakan jenis minuman utama yang setiap hari selalu
diminum oleh contoh. Sebagian besar (52,3% contoh) minum air putih 5-6 kali
per hari. Sebesar 64,0% contoh minum susu non kemasan >6 kali per minggu.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan orangtua akan pentingnya
konsumsi susu untuk anak-anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan
sudah baik.
Teh kemasan termasuk salah satu jenis minuman yang saat ini cukup
digemari oleh anak-anak. Semakin banyaknya variasi merk dan rasa teh
-
kemasan membuat anak-anak tertarik untuk mencobanya. Hal ini terlihat dari
adanya 55,8 % contoh yang minum teh kemasan 1-3 kali per minggu.
Sirup, jus buah dan soft drink termasuk jenis minuman yang jarang
dikonsumsi oleh contoh. Sebanyak 62,8% contoh minum sirup non kemasan 1-3
kali per minggu. Jus buah merupakan salah satu jenis minuman yang
menyehatkan karena mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil FFQ, sebesar 62,8% contoh mengonsumsi jus buah non
kemasan 1-3 kali per minggu. Contoh yang minum soft drink 1-3 kali per minggu
sebesar 60,5%.
Bagi orang dewasa, kopi termasuk jenis minuman yang digemari, namun
tidak demikian pada anak-anak. Hal ini terlihat dengan adanya 86,0% contoh
tidak pernah minum kopi per minggu. Minuman isotonik juga termasuk jenis
minuman yang jarang diminum oleh contoh. Berdasarkan hasil penelitian ini,
sebesar 70,9% contoh tidak pernah minum minuman isotonik dalam satu minggu.
Konsumsi Air Putih
Air putih (plain water) merupakan jenis minuman utama yang selalu
dikonsumsi contoh setiap hari. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa anak-
anak dan orang dewasa muda harus belajar minum air murni (air putih) dan tidak
menggantinya dengan minuman lain. Pada penelitian ini, frekuensi minum air
putih dibagi menjadi tiga yaitu frekuensi minum 3-4 kali per hari, 5-6 kali per hari
serta >6 kali per hari. Berikut merupakan sebaran contoh berdasarkan frekuensi
minum air putih.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum air putih
Sebesar 52,3% contoh minum air putih 5-6 kali per hari, sebesar 46,5%
contoh minum air putih 3-4 kali per hari. Terdapat 1,2% contoh yang minum air 7
kali per hari (Tabel 8). Rekomendasi harian Institute of Medicine menyarankan
pria untuk mengonsumsi 3 liter dan perempuan mengonsumsi 2,2 liter dari total
minuman dalam sehari (Anonim 2008).
Berdasarkan Food Frequency Questionaire (FFQ), konsumsi air putih
pada contoh berkisar antara 720,0-1800,0 ml per hari dengan rata-rata 1114,9
233,5 ml per hari. Sebagian besar contoh minum air putih 4-5 gelas dalam satu
Frekuensi Jumlah
n %
3-4 kali per hari 40 46,5
5-6 kali per hari 45 52,3
>6 kali per hari 1 1,2
Total 86 100,0
-
hari. Sebanyak 36,0% contoh minum air putih 4 gelas (960,0 ml) serta 34,0%
contoh yang minum air putih 5 gelas (1200,0 ml per hari). Sebesar 1,2% contoh
minum air putih 7 gelas per hari.
Konsumsi Susu
Susu merupakan bahan makanan sumber protein berkualitas tinggi dan
mengandung semua asam amino esensial yang sulit diperoleh dari bahan
makanan lain. Selain itu, susu juga mengandung asam lemak esensial, vitamin
dan mineral (Buckle, Edward, Fleet, & Woosen 1985 dalam Andri 2007). Tabel 9
menunjukkan sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu
Frekuensi Susu non kemasan Susu kemasan
n % n %
Tidak pernah (0 kali per minggu) 13 15,1 18 20,9
Jarang (1-3 kali per minggu) 16 18,6 54 62,8
Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 2 2,3 6 7,0
Sering (>6 kali per minggu) 55 64,0 8 9,3
Total 86 100,0 86 100,0
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap frekuensi minum susu
contoh, diketahui sebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non
kemasan (seperti Susu Dancow, Indomilk atau Bendera) dengan frekuensi sering
(>6 kali per minggu). Sebanyak 2,3% contoh yang minum susu non kemasan
sebanyak 4-6 kali per minggu. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan
(seperti Susu Ultra) 1-3 kali per minggu, sedangkan 7,0% contoh minum susu
kemasan 4-6 kali per minggu. Khomsan (2003) menyatakan bahwa susu
merupakan sumber kalsium, riboflavin dan vitamin A, sementara susu yang
sudah banyak difortifikasi juga mengandung vitamin D.
Jenis susu yang dikonsumsi oleh contoh bervariasi baik untuk susu
kemasan maupun susu non kemasan. Berdasarkan hasil FFQ, terdapat 15,1%
contoh yang tidak pernah minum susu non kemasan dan 20,9% contoh yang
tidak pernah minum susu kemasan per minggu. Konsumsi susu non kemasan
contoh berkisar antara 240,0-5040,0 ml per minggu dengan rata-rata 1717,9
402,7 ml per minggu. Konsumsi susu kemasan contoh berkisar antara 140,0-
3500,0 ml per minggu dengan rata-rata 590,2 764,9 ml per minggu.
Umumnya contoh mengatakan minum susu dipagi hari sebelum
beraktivitas dan malam hari sebelum tidur. Khomsan (2003) menyatakan bahwa
minum susu dipagi hari sangat baik karena susu selain sebagai sumber vitamin
dan mineral juga kaya akan lemak sehingga akan relatif lebih tahan lapar.
-
Tingginya frekuensi konsumsi susu non kemasan (64,0% per hari) menunjukkan
bahwa saat ini kebiasaan minum susu pada contoh masih tergolong bagus.
Selain itu, tingginya frekuensi konsumsi susu pada contoh juga menunjukkan
bahwa orangtua contoh sudah mengetahui pentingnya minum susu untuk
pertumbuhan anak-anak.
Konsumsi Teh
Teh merupakan minuman yang dikenal luas baik di Indonesia maupun di
dunia. Aroma teh yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini
banyak dikonsumsi. Besraliet et al, (2007) menyatakan bahwa selain air putih,
teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia. Rata-
rata konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 ml per hari per kapita. Sebaran
contoh berdasarkan konsumsi minum teh ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum teh
Frekuensi Teh non kemasan Teh kemasan
n % n %
Tidak pernah (0 kali per minggu) 12 14,0 21 24,4
Jarang (1-3 kali per minggu) 46 53,5 48 55,8
Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 10 11,6 13 15,1
Sering (>6 kali per minggu) 18 20,9 4 4,7
Total 86 100,0 86 100,0
Minum teh tidak hanya menyegarkan, tetapi juga menyehatkan. Teh
mengandung antioksidan alami (polifenol) yang dapat menjadi penghalang
timbulnya kanker (Anonim 2008).
Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap kebiasaan minum teh
contoh, diketahui sebesar 53,5% contoh minum teh non kemasan (seperti Teh
Sariwangi dan Teh Sosro) dengan frekuensi jarang (1-3 kali per minggu) dan
11,6% contoh minum teh non kemasan dengan frekuensi sering (4-6 kali per
minggu). Sebesar 55,8% contoh jarang minum teh kemasan (seperti Teh Kotak,
Fruit tea dan Fresh Tea) dan 4,7% contoh minum teh kemasan >6 kali per
minggu.
Pada frekuensi yang sama (1-3 kali per minggu), lebih banyak contoh
yang minumi teh kemasan (sebesar 55,8%) dibanding teh non kemasan (sebesar
53,5%). Hal ini terjadi karena pada umumnya teh kemasan memiliki rasa yang
lebih enak dan lebih bervariasi dibanding teh non kemasan. Teh kemasan juga
lebih praktis dan mudah diperoleh. Selain itu, teh kemasan biasanya dijual dalam
bentuk dingin (disimpan dalam lemari pendingin) sehingga rasanya menjadi lebih
segar.
-
Berdasarkan hasil FFQ, konsumsi teh non kemasan contoh berkisar
antara 120,0-2520,0 ml per minggu dengan rata-rata 795,4 654,6 ml per
minggu. Konsumsi teh kemasan pada contoh berdasarkan hasil FFQ berkisar
antara 190,0-2100,0 ml per minggu