Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan ... · kesehatan yang diberikan oleh Fasilitas...

Post on 06-Mar-2019

220 views 0 download

Transcript of Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan ... · kesehatan yang diberikan oleh Fasilitas...

Laksono Trisnantoro

Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

1

Pembahasan

1. Makna Ekonomi Politik

2. Makna Pemerataan

3. Makna Mutu

4. Implikasi terhadappelaksanaan JKN

2

Kenaikan Iuran:

3

Perpres111/2013

Perpres/2013

Besar Kenaikan

Kelas 1 59.500 80.000 20.500 (l.k 34%)

Kelas 2 42.500 51.000 8.500 (l.k 20%)

Kelas 3 25.500 30.000 4.500 (l.k 16%)

PBI naik dari 19.500 menjadi 23.000. Naik 4.500

Pernyataan Pemerintah

• a. Pertama, Penyesuaian iuran TIDAK berlakuuntuk semua peserta. Hanya untuk mereka yang mampu, dari kategori Peserta Pekerja BukanPenerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja.

b. Kedua, Iuran masyakarat miskin dan tidakmampu ditanggung pemerintah, sesuai denganUU BPJS. Bahkan saat ini sekitar 57 persenpeserta BPJS Kesehatan (sekitar 92,4 juta pesertaPBI) iurannya ditanggung pemerintah

4

Pembahasan:1. Pemerintah menempatkan kenaikan ini lebih

banyak ke PBPU (Non-PBI mandiri) denganpersentase terbesar di kelompok Klas 1.

2. Tidak menaikkan PBI menjadi tinggi sekali. Sudah benar… karena Klaim Rasio PBI masih di bawah 100 persen. Utilisasi PBI masih rendahkarena berbagai faktor, termasuk akses.

3. Pemerintah sudah mulai menggunakan logikaadanya pagar-pagar (kompartemen) dalamsistem Single Pool BPJS.

5

Logika:Situasi 2014 dan 2105

rasio Klaim PBI di bawah 100%Rasio Klaim PBPU jauh di atas

100%

APBNBPJS

Pajak

PendapatanNegara bukan Pajak

PelayananPrimer:

PelayananRujukan

Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerianlain

PBI

Pemda

6

Rp

Rp

Rp

PendapatanAsli Daerah

AskesSwasta

Pekerja BukanPenerima Upah

Jika: PBI naik:Non-PBI tidak naik

APBNBPJS

Pajak

PendapatanNegara bukan Pajak

Pekerja BukanPenerima Upah

PelayananPrimer:

PelayananRujukan

Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerianlain

PBI

Pemda

7

Rp

Rp

Rp

PendapatanAsli Daerah

AskesSwasta

Ketidak adilansemakin tinggi

Subsidi salah sasaran

PBI naik, Non-PBI naik

APBNBPJS

Pajak

PendapatanNegara bukan Pajak

PelayananPrimer:

PelayananRujukan

Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerianlain

PBI

Pemda

8

Rp

Rp

Rp

PendapatanAsli Daerah

AskesSwasta

Apa yang terjadi di Perpres 19/2016

Apakah cukup?

Membutuhkanperhitungan

aktuarial

Pekerja BukanPenerima Upah

Pandangan Ekonomi Politik

• Apakah layak dana PBI (yang tidak terpakai) diberikan ke masyarakat tidak miskin?

• Apakah layak masyarakat pembeli premi BPJS PBPU yang kelas I menerima dana APBN? Catatan: pajak yang dibayar masyarakat kaya tidak progressif dan rendah.

9

Situasi perpajakan di Indonesia

-

2,000,000.00

4,000,000.00

6,000,000.00

8,000,000.00

10,000,000.00

12,000,000.00

14,000,000.00

Mili

ar R

up

iah

Tahun

GDP Nasional (hargaberlaku)

Penerimaan Pajak

Penerimaan Bukan Pajak

Hibah

Sumber: Indonesia dalam Angka

GDP

Tax Revenue

Non-Tax Revenue

Ada masalahdalam

pengumpulanpajak di

Indonesia

Pemerintah:

• Mulai menerapkan logika keadilan dalampemberian subsidi PBI

• Tidak hanya membagikan saja

• Konsep Single Pool perlu diberlakukan secarahati-hati agar tidak terjadi kesalahan subsidi

11

Kekurangan Perpres19/2016

• Belum membahas aspek Supply

• Ketimpangan RS dan jumlahtenaga medik masih sangatbesar

• Berdampak pada pemerataan

12

Data Nasional1

3,6

78

19

,18

3

38

,36

8

16

,19

1

24

4

10

,12

6

2,1

81

47

,06

0

13

,66

7

1,3

79

19

5 8

,30

5

15

,78

2

22

,29

2

61

,95

7

16

,87

9

24

4

16

,65

4

3,6

04

60

,65

6

21

,79

1

8,3

08

2,2

36

7,9

70

17

,07

1

25

,69

6

67

,24

2

19

,62

2

26

8

16

,42

0

4,4

80

75

,72

3

28

,12

7

13

,35

6

3,2

49

7,1

96

16

,99

7 2

8,6

84

74

,78

6

22

,04

7

50

5

17

,06

3

4,8

94

72

,38

3

38

,84

7

20

,92

8

4,1

64

7,0

34

Kemkes Pemprov Pemkab Pemko Kementerianlain

TNI POLRI Swasta nonprofit

Swasta /lainnya

Perusahaan Perorangan BUMN

Trend Jumlah TT di Indonesia Berdasarkan Kepemilikan RS

2012 2013 2014 Updated (Dec 2015)

Jumlah RS Berdasar Kelas

No Keterangan A B C D Non Kelas

Per Dec 20151 Region 1 39 208 442 240 3552 Region 2 8 32 140 70 813 Region 3 8 78 213 86 1894 Region 4 2 6 25 11 115 Region 5 2 16 67 67 65

Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, BantenRegion 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTBRegion 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Gorontalo, SulbarRegion 4: Kalteng, KalselRegion 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua

Pertumbuhan RS per Regional

Keterangan:Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, BantenRegion 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTBRegion 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Gorontalo, SulbarRegion 4: Kalteng, KalselRegion 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

2012 2013 2014 Updated (Dec 2015)

Ru

mah

Sak

it

Pertumbuhan RS per Regional

Region 1

Region 2

Region 3

Region 4

Region 5

Pertumbuhan TT per Regional

Keterangan:Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, BantenRegion 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTBRegion 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Gorontalo, SulbarRegion 4: Kalteng, KalselRegion 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

2012 2013 2014 Updated (Dec2015)

TT

Pertumbuhan TT per Regional

Region 1

Region 2

Region 3

Region 4

Region 5

Jumlah Spesialis 4 Dasar per Provinsi

Ketersediaan spesialis di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Banten lebih banyak dibanding di provinsi lain, di NTT hanya 0.2% dari total jumlah spesialis 4 dasar tersebut.

Per Dec 2015

-

200

400

600

800

1,000

1,200

DK

I Jak

arta

Jaw

a B

arat

Jaw

a Te

nga

h

DIY

Jaw

a Ti

mu

r

Ban

ten

Sum

ater

a B

arat

Ria

u

Sum

ater

a Se

lata

n

Lam

pu

ng

Bal

i

NTB

NA

D

Sum

ater

a U

tara

Jam

bi

Be

ngk

ulu

Kep

ri

Kal

iman

tan

Bar

at

Sula

wes

i Uta

ra

Sula

wes

i Ten

gah

Sula

wes

i Se

lata

n

Sula

wes

i Ten

ggar

a

Sula

wes

i Bar

at

Kal

iman

tan

Ten

gah

Kal

iman

tan

Sel

atan

Kep

. Bab

el

NTT

Kal

iman

tan

Tim

ur

Mal

uku

Mal

uku

Uta

ra

Pap

ua

Bar

at

Pap

ua

Spesialis 4 Dasar per Provinsi

SpA SpOG SpD SpB

Tanpa perbaikan supply pelayanan, ketidak adilan:

- antar wilayah (ketimpangan)- antar peserta

akan meningkat

APBNBPJS

Pajak

PendapatanNegara bukan Pajak

PelayananPrimer:

PelayananRujukan

Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerianlain

PBI

Pemda

18

Rp

Rp

Rp

PendapatanAsli Daerah

Askes Swasta

Pekerja BukanPenerima Upah

Risiko:

Pencapaian Universal Coverage

2014 2015 2016 2017 2018 2019

I: Maret

II: Nov maret Nov Maret Nov Maret Nov Maret Nov

DIY

NTT

Zero

SkenarioKetidakmerataan

Perpres 19/2016 menempatkan fraud sebagaimasalah serius.

Regulasi kendali mutu dankendali biaya perlumenggunakan konsep fraud agar lebih efektif.

20

Implikasi untuk pelaksanaan JKN

1. Menggunakan perhitungan aktuarial yang baik untuk mencegah salah subsidi.

2. Mengaktifkan kebijakan dana KompensasiBPJS

3. Meningkatkan peran Kemenkes dan DInKesdalam pencegahan dan pengurangan fraud. Jangan sampai dilakukan oleh penegakhukum.

21

Perhitungan aktuarial. Berlawanan dengan prinsip askes sosial.

Namun perlu dilakukan

APBNBPJS

Pajak

PendapatanNegara bukan Pajak

Pekerja BukanPenerima Upah

PelayananPrimer:

PelayananRujukan

Non-PBi PNS, Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerianlain

PBI

Pemda

22

Rp

Rp

Rp

PendapatanAsli Daerah

AskesSwasta

Apakah80 ribucukup?

Atau perlukah?

• Batas atas untuk non PBI

• Di atas …misal 150 jutarupiah, harusmembayar sendiri

• Perlu asuransikesehatan katastrofik

23

Logika:

24

Standard minimum package

Benefit Package

Catastrophic Insurance

Propinsi-propinsi majuseperti DKI

Propinsi-porpinsi sulit

Kebijakan kompensasi untukmendatangkan tenagakesehatan

Kebijakan Kompensasi:

• Kenaikan PBI ke arah23.000 tanpapenambahan supply side dapat mengecilkanKlaim Rasio

• Dana harus diarahkanke masyarakat miskinsecara tepat sasaran

• Penambahan faskesmisal RS butuh waktusekitar 3-4 th

• BPJS dengan kenaikanPBI sebaiknyamenggunakan danaAPBN ini untukmembiayai kebijakanKompensasi

25

Dana Kompensasi BPJS (berdasar UU SJSN di tahun 2004)

Diatur lebih lanjut dengan Permenkes no 71 tahun 2013

Bagian Kedelapan Permenkes 2013Pemberian Kompensasi

Pasal 30

(1) Dalam hal di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syaratguna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikankompensasi.

(2) Penentuan daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat gunamemenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta ditetapkan oleh dinas kesehatan setempatatas pertimbangan BPJS Kesehatan dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan.

(3) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk :

• penggantian uang tunai;

• pengiriman tenaga kesehatan; dan

• penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.

(4) Kompensasi dalam bentuk penggantian uang tunai sebagaimanadimaksud pada ayat (3) huruf a berupa penggantian atas biaya pelayanankesehatan yang diberikan oleh Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja samadengan BPJS Kesehatan. (5) Besaran penggantian atas biaya pelayanan kesehatan sebagaimanadimaksud pada ayat (4) disetarakan dengan tarif Fasilitas Kesehatan di wilayah terdekat dengan memperhatikan tenaga kesehatan dan jenispelayanan yang diberikan. (6) Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan danpenyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat(3) huruf b dan huruf c dapat bekerja sama dengan dinas kesehatan, organisasi profesi kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan.

Aturan lebih lanjut mengenai kriteria kompensasi ditetapkan denganPeraturan BPJS Kesehatan.

Dalam hal fraud

• Meningkatkan peranKemenkes dan DInKesdalam pencegahan danpengurangan fraud.

• Perlu ada peningkatankemampuan DinasKesehatan dan lembagaindependen untukmengurangi fraud

• Jangan sampai kegiatanpenindakan fraud dilakukan oleh PenegakHukum saja

28

Terimakasih

29