Laksono Trisnantoro - Paper

51

Click here to load reader

Transcript of Laksono Trisnantoro - Paper

Page 1: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.1

Kajian terhadap infrastruktur pendukung FK dan RS Pendidikan: Implikasinya terhadap kebijakan pendanaan

Trisnantoro L1, Sastrowijoto S2, Ferry Dewi3

Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM .

Abstract Latar Belakang: Pendidikan Kedokteran (Dokter dan Dokter Spesialis) berkembang pesat di Indonesia. Jumlah perguruan tinggi yang memberikan pendidikan kedokteran bertambah, milik pemerintah dan swasta. Ada kekhawatiran mengenai mutu pendidikan karena keterbatasan tenaga, sarana, dan anggaran untuk pendidikan. Seperti diketahui saat ini, subsidi untuk pendidikan kedokteran dari pemerintah pusat dan daerah masih sangat terbatas. Sementara itu tuntutan akan mutu proses pendidikan, termasuk kurikulum berbasis kompetensi dan Problem Based Learning semakin meningkat. Penelitian ini berusaha memahami situasi infrastruktur pendidikan kedokteran dan rumahsakit pendidikan di beberapa daerah dan implikasinya terhadap dana pengembangan.

Metode: Penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan value-chain. Penelitian dilakukan di berbagai FK dan rumahsakit pendidikan di Indonesia serta diskusi dengan beberapa stakeholders.

Hasil: Sistem pendukung proses pendidikan di fakultas kedokteran dan rumahsakit pendidikan masih kurang diperhatikan. Selama beberapa tahun belakangan ini, pegembangan sistem pendidikan kedokteran berfokus pada kurikulum. Belum ada penetapan standar sistem pendukung proses pendidikan yang disepakati secara nasional. Dengan menggunakan observasi berbasis value-chain, sebagian besar fakultas kedokteran negeri yang diteliti mempunyai infrastruktur yang buruk. Dengan kondisi infrastruktur seperti ini dapat dipastikan bahwa mutu proses pendidikan akan sulit mencapai standar yang baik. Selanjutnya hasil proses pendidikan dapat terpengaruh. Pengamatan mengenai sumber pendanaan menunjukkan bahwa subsidi untuk pendidikan kedokteran di Indonesia belum mempunyai sistem yang jelas, pihak mana yang membayar biaya operasional dan pihak mana yang membayar biaya investasi. Selama ini terlihat bahwa Departemen Pendidikan memberikan subsidi untuk hal-hal yang rutin. Departemen Kesehatan juga belum memberikan pos pengeluaran untuk rumahsakit pendidikan. Secara keseluruhan belum ada sistem untuk membiayai investasi yang saat ini sangat dibutuhkan.

Kesimpulan: Infrastruktur untuk mendukung proses pendidikan kedokteran di berbagai fakultas kedokteran dan rumahsakit pendidikan masih buruk. Dibutuhkan dana investasi dari pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur pendukung dan dana operasional untuk menjalankan. Tanpa ada perhatian mengenai masalah ini dikhawatirkan terjadi penurunan mutu hasil pendidikan dokter dan spesialis.

Saran: Perlu ada dana investasi segera untuk memperbaiki infrastruktur. Dana investasi diharapkan berasal dari pemerintah (cq. Departemen Pendidikan) dan dari pemerintah propinsi/kabupaten/kota yang mampu. Untuk Fakultas Kedokteran dan rumahsakit pendidikan perlu untuk memperbaiki perencanaan pendanaan (financial plan) dalam konteks rencana strategis masing-masing.

Keywords: Medical School Management, Education Investment, Crisis

1 Kepala Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM 2 Narasumber di Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM, Dekan FK-UGM tahun 1996-2002 3 Peneliti di Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM

Page 2: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.2

Latar Belakang Pendidikan Kedokteran (Dokter dan Dokter Spesialis) berkembang pesat di Indonesia. Jumlah perguruan tinggi yang memberikan pendidikan kedokteran bertambah, milik pemerintah dan swasta. Tujuan pendidikan dokter spesialis adalah mendidik dan melatih seorang dokter menjadi dokter spesialis yang mempunyai keahlian klinik dengan kemampuan akademik serta kualitas seorang profesional. Termasuk didalamnya adalah seorang dokter yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang klinik tertentu, mampu melakukan komunikasi yang efektif naik dengan pasien maupun dengan masyarakat, mempunyai kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan yang didapatnya, melakukan penelitian yang diperlukan, dan menjadi guru yang baik. Selain itu seorang dokter spesialis harus mempunyai kualitas seorang professional yang mampu menjadi manager atau anggota tim, mempunyai etika, mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kepentingan pasien dan masyarakat (WFME, 2003). Untuk mencapai tujuan tersebut The World Federation for Medical Education telah menetapkan Global standards yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Dalam Global Standard dari The world Federation for Medical Education mengatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis terdapat 9 komponen yang harus dilaksanakan yaitu mission and outcome, training process, assessment of training, trainess, staffing, training setting and educational resources, governance and administration dan continuous renewal. Konsep yang mengatur tentang fasilitas dan resource yang harus di sediakan untuk menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis terdapat pada konsep ke 6 yaitu training setting and educational resources. Fasilitas dan resource yang diatur seperti jenis dan jumlah kasus yang harus ada di tempat pendidikan (academic teaching hospital atau tempat lain yang relevan), physical facilities and equipment, information technology, research, dan lain sebagainya. Penyelanggaraan pendidikan dokter juga harus menyiapkan tempat dan kesempatan untuk berlatih dan mempunyai akses yang baik untuk mendapatkan literature belajar. Lebih spesifik di jelaskan bahwa di butuhkan lecture hall, tutorial rooms, laboratoriums, libraries, information technology equipment and recreation facilities. Dan juga harus ada kebijakan untuk menyelanggarakan teknologi informasi dengan tujuan mendapatkan informasi dan komunikasi yang effective tentang manajemen pasien, evidence base medicine dan hal hal lain yang mendukung proses pendidikan dokter spesialis (WFME, 2003). Di Indonesia penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis diatur oleh Departement Pendidikan Nasional dan juga oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Dalam proses penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis terdapat 3 pilar utamanya yaitu fakultas kedokteran, rumah sakit pendidikan dan kolegium. Fakultas kedokteran berfugsi sebagai pengampu dari setiap program pendidikan dokter spesialis, rumah sakit pendidikan sebagai tempat pendidikan. Kolegium sebagai penyusun dan pengembang kurikulum, penyelenggara ujian nasional, penerbit sertifikasi, pembina dan pemantau penyelengaraan pendidikan dokter spesialis dan sebagai lembaga yang berhak mengakreditasi pendidikan profesi kedokteran. Sarana dan prasarana pendidikan dokter spesialis di Indonesia diatur oleh Konsil Kedokteran Indonesia dalam Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis yang merupakan syarat minimal dari sebuah penyelenggaraan pendidikan dokter spesialis. Dalam syarat aturan ini disebutkan bahwa rumah sakit yang digunakan sebagai tempat pendidikan adalah sebuah rumah sakit yang telah di akreditasi oleh lembaga yang berwenang melakukan akreditasi rumah sakit pendidikan. Apabila menggunakan rumah sakit jejaring maka rumah sakit tersebut juga harus telah terakreditasi. Fasilitas fisik yang di tetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia adalah perpustakaan, laboratorium, ruang diskusi dan ruang kuliah.

Page 3: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.3

Dalam pelaksanaannya penyelenggaraan fasilitas fisik tempat pendidikan ini cukup beragam tidak semua rumah sakit yang dijadikan tempat pendidikan dokter dan dokter spesialis mempunyai perpustakaan dan teknologi informasi terutama rumah sakit jejaring yang ada di daerah. Untuk mendapatkan sebuah hasil yang baik maka diperlukan pengembangan segala fasilitas pendidikan yang ada searah dengan visi dari program pendidikan dokter dan dokter spesialis itu sendiri. Dari banyaknya tuntutan untuk mendapatkan dokter dan dokter spesialis yang baik perlu di dukung sarana dan prasarana seperti diatas maka muncul kekhawatiran mengenai mutu pendidikan karena keterbatasan tenaga, sarana, dan anggaran untuk pendidikan. Seperti diketahui saat ini, subsidi untuk pendidikan kedokteran dari pemerintah pusat dan daerah masih sangat terbatas. Sementara itu tuntutan akan mutu proses pendidikan, termasuk kurikulum berbasis kompetensi dan Problem Based Learning semakin meningkat. Penelitian ini berusaha memahami situasi infrastruktur pendidikan kedokteran dan rumahsakit pendidikan di beberapa daerah dan implikasinya terhadap dana pengembangan. Penelitian dilakukan secara observasional dengan menggunakan pendekatan konsep value-chain. Konsep value chain4

menyatakan bahwa harus ada pertambahan nilai yang diberikan oleh perguruan tinggi untuk mahasiswa dan berbagai pihak yang menggunakan jasa perguruan tinggi. Nilai bagi pengguna terutama dirasakan dari aktifitas pelayanan yang mencakup: pelayanan sebelum masuk kampus, pelayanan dikampus, sampai pada pelayanan setelah pengguna meninggalkan kampus. Nilai-nilai pengguna ini hanya dapat diperoleh apabila berbagai bagian akademik, program-program studi, dan unit-unit pendukung dapat bekerja sama secara lintas program. Gambar di bawah ini menunjukkan konsep rantai nilai di Perguruan Tinggi.

4 Konsep ini diadaptasi dari penggunaan model manajemen Porter untuk berbagai lembaga di sektor kesehatan, seperti Rumahsakit, DInas Kesehatan, dan saat ini dipergunakan di Fakultas Kedokteran. Penggunaan model serupa untuk berbagai lembaga di sektor kesehatan untuk memadukan tujuan yang akan dicapai dan strateginya.

Pra Pelayanan di kampus

Proses Pelayanan Pendidikan, Penelitian, Pelatihan dll

Pelayanan Pasca Lulus: Continuing Education

Mutu Pendidikan

dan Penelitian

Budaya Organisasi

Manfaat yang didapat pengguna

Aktifitas Pelayanan

Aktifitas Penduukung

Pengelolaan Fakultas yang

Efisien dan Produktif: SDM,

Keuangan

Penyediaan Sarana dan Prasarana

yang

mendukung mutu.

Kemandirian Organisasi dan

Jaringan Kerjasama

Struktur Organisasi

Ju

rus

an/

Bagian

Berbagai Unit dan Satuan Kerja di Fakultas

Page 4: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.4

Aktifitas pelayanan di perguruan tinggi mencakup pendidikan, penelitian, konsultasi, sampai ke pengabdian masyarakat. Setiap aktifitas pelayanan mempunyai benchmark internasional ataupun nasional. Untuk memenuhi benchmark tersebut produk pelayanan perguruan tinggi perlu didukung oleh berbagai aktifitas manajemen pendukung, antara lain: (1) Peningkatan Kualitas dan Relevansi Program Pendidikan Sarjana dan Pascasarjana serta Peningkatan Kualitas dan Relevansi Penelitian dan Pelayanan Pada Masyarakat; (2) Pengelolaan Fakultas yang Efisien dan Produktif; (3) Penyediaan Sarana dan Prasarana yang mendukung mutu; dan (4) Pengembangan Kemandirian Organisasi dan Jaringan.Disamping itu dibutuhkan budaya organisasi yang mendukung, dan struktur organisasi yang baik.

Penelitian dilakukan di berbagai fakultas kedokteran dan rumahsakit pendidikan di Indonesia serta diskusi dengan beberapa stakeholders. Diskusi terutana dilakukan untuk membahas implikasi pendanaan sistem pendidikan kedokteran di Indonesia. Subjek meliputi 6 fakultas kedokteran dan 3 program pendidikan dokter, 9 rumah sakit pendidikan utama dan 9 rumah sakit jejaring meliputi : FK Universitas Gadjah Mada, FK Universitas Diponegoro, FK Universitas Sebelas Maret, FK Universitas Hasanudin, FK Universitas Sriwijaya, FK Universitas Andalas, PPD Universitas Mulawarman, PPD Universitas Tanjungpura, PPD Universitas Jambi. Rumah sakit jejaring meliputi : RS Muara Bungo, RSU HA Tholib Sungai Penuh, RS Ketapang, RS Singkawang, RS Tarakan, RS Kutai Kertanegara, RS Batusangkar, RS Pariaman, RS Ahmad Mohtar Bukittinggi. Sedangkan 9 rumah sakit pendidikan utama meliputi: RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr Karyadi Semarang, RSUD Dr Muwardi Solo, RSUD A Wahab Syahrani Samarinda, RSUD Mataher Jambi, RS M Jamil Padang, RS Dr Wahidin Sudirohusodo, RSUD Dr Sudarso Pontianak dan RSUP M Husin Palembang. Hasil dan Pembahasan Sistem pendukung proses pendidikan di fakultas kedokteran dan rumahsakit pendidikan masih kurang diperhatikan. Terdapat gap yang besar antara fakultas kedokteran yang dinilai sudah baik dan yang masih baru. Berbagai indikator yang sifatnya kualitatif menunjukkan adanya gap yang sangat besar(Lihat Lampiran). Sebagai gambaran infrastruktur internet masih sangat rendah kapasitasnya. Dengan menggunakan observasi berbasis value-chain, sebagian besar fakultas kedokteran negeri yang diteliti mempunyai infrastruktur yang buruk. Dengan kondisi infrastruktur seperti ini dapat dipastikan bahwa mutu proses pendidikan akan sulit mencapai standar yang baik. Selanjutnya hasil proses pendidikan dapat terpengaruh.

Mengapa terjadi hal semacam ini? Ada banyak faktor, antara lain: (1) Perhatian terhadap sistem manajemen di fakultas kedokteran masih sangat kurang; (2) Terjadi semacam apa yang disebut sebagai daerah tidak bertuan antara Departemen Pendidikan dan Departemen Kesehatan; dan (3) Euforia untuk mendirikan pendidikan tinggi kedokteran.

Faktor pertama yang perlu dibahas adalah perhatian terhadap sistem manajemen di fakultas kedokteran terlihat kurang. Selama beberapa tahun belakangan ini, pengembangan sistem pendidikan kedokteran berfokus pada pengembangan kurikulum. Berbagai pengembangan kurikulum seperti Kurikulum Berbasis Kompetensi, Problem Based Learning, SPICE dan lainnya merupakan hal baru yang selama dua dekade ini dipelajari oleh berbagai fakultas kedokteran. Pengembangan kurikulum tersebut merupakan fokus kegiatan yang dapat dilihat dari berbagai pertemuan AIPKI. Namun dalam pertemuan-pertemuan AIPKI masih jarang ada pembahasan mengenai sistem manajemen untuk mendukung perkembangan kurikulum yang semakin canggih.

Dengan menggunakan model berfikir value-chain, dapat dilihat bahwa perkembangan kurikulum yang berat dan canggih tersebut membutuhkan sistem manajemen yang mantap. Hal

Page 5: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.5

ini belum dilakukan secara bersamaan dengan pengembangan kurikulum. Di beberapa fakultas kedokteran yang dikunjungi, sebenarnya masih belum siap secara fisik dan finansial untuk menerapkan Problem Based Learning. Namun ada kekhawatiran bahwa akan ada sangsi apabila PBL tidak dilaksanakan, seperti yang terekam dari pernyataan informan di salahsatu fakultas kedokteran:

....sebenarnya kami belum siap untuk PBL.Namun kami khawatir kalau tidak PBL, fakultas kami akan sulit terakreditasi. Kami sebenarnya masih ingin yang sistem lama....

Situasi saat ini adalah fakultas kedokteran ibarat sebuah rumah yang atapnya berat, dengan kegiatan penghuni yang sangat aktif, namun fondasi dan tiang penyangganya lemah. Hal ini dapat dipahami karena aspek manajemen dalam pendidikan tinggi masih merupakan hal baru. Hal ini merupakan hal yang sering terjadi di perguruan tinggi diberbagai negara5

Dengan perkembangan perguruan tinggi yang semakin kompleks, maka ilmu manajemen perlu dipelajari secara lebih mendalam, bukan dianggap sebagai hal yang dapat dipelajari sendiri. Hal ini perlu diperhatikan oleh pimpinan fakultas kedokteran dan juga pengurus AIPKI serta DitJen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan. Kegagalan dalam manajemen pendidikan tinggi kedokteran-kesehatan dapat memperburuk masalah yang terjadi di sistem kesehatan. Hal ini penting ditekankan karena pendidikan tinggi kesehatan merupakan bagian integral sistem kesehatan

. Keadaan ini diperburuk dengan kenyataan bahwa para pemimpin di fakultas kedokteran (dekan, wakil dekan, kepala bagian, ketua pusat studi, kepala laboratorium) dipilih bukan karena aspek kemampuan teknis manajemen. Menjadi pemimpin lebih karena kemampuan akademik dan/atau kekuatan politis dibanding manajerial. Pengamatan menunjukkan beberapa pemimpinan fakultas kedokteran yang menganggap ilmu manajemen tidak perlu dipergunakan secara mendalam. Hal ini memang wajar terjadi di lembaga-lembaga pendidikan dan terbukti selama bertahun-tahun di Indonesia jarang sekali ada penelitian dan pelatihan manajemen pendidikan tinggi kesehatan secara serius.

Situasi kurang memperhatikan ilmu manajemen terjadi pula di sektor rumahsakit sekitar 20 tahun silam di Indonesia. Pada waktu itu masih banyak pimpinan rumahsakit yang menyatakan bahwa mengelola rumahsakit tidak perlu ilmu manajemen. Atau pendapat lain menyatakan bahwa ilmu manajemen dapat dipelajari dari buku-buku populer saja. Namun setelah 20 tahun lebih adanya globalisasi pelayanan kesehatan, terbukti bahwa rumahsakit di Indonesia harus menggunakan ilmu manajemen agar dapat berkembang. Situasi di fakultas kedokteran saat ini mirip dengan perumahsakitan 20 tahun yang lampau.

6

Hasil dari kurangnya perhatian terhadap sistem manajemen adalah belum adanya penetapan standar sistem pendukung proses pendidikan yang disepakati secara nasional. Untuk mendukung PBL, misalnya berapa jumlah dosen yang harus dipunyai, bagaimana sistem perpustakaan, bagaimana sistem keuangan, bagaimana sistem fasilitas fisiknya, berapa biaya yang diperlukan,

.

5 Burton R. Clark. 2004. Sustaining Change in Universities. The Society for Research into Higerh Education. Open University Press.

6 Islam M. 2007. Health System Assessment Approach. USAID

Page 6: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.6

bagaimana sistem internet dan perpustakaannya, dan bagaimana strategi pendanaannya. Berbagai hal ini perlu diteliti dan dikembangkan untuk ke depan.

Faktor penting kedua yang mempengaruhi buruknya infrastruktur adalah terjadinya”blank-spot” area pendanaan untuk fakultas kedokteran dan rumahsakit pendidikan. Pengamatan mengenai sumber pendanaan menunjukkan bahwa subsidi untuk pendidikan kedokteran di Indonesia belum mempunyai sistem yang jelas, pihak mana yang membayar biaya operasional dan pihak mana yang membayar biaya investasi. Selama ini terlihat bahwa Departemen Pendidikan memberikan subsidi untuk hal-hal yang rutin. Di rumahsakit pendidikan Departemen Kesehatan belum mempunyai pos khusus untuk anggaran pendidikan. Namun sampai saat ini belum ada rencana jelas untuk membiayai inevestasi untuk pendidikan kedokteran yang saat ini sangat dibutuhkan. Apabila biaya investasi ini dibebankan kepada mahasiswa, maka biaya SPP menjadi sangat besar.

Masalah dana untuk fakultas kedokteran dari Departemen Pendidikan memang merupakan masalah klasik. Bertahun-tahun Departemen Pendidikan tidak banyak memberikan anggaran untuk kegiatan yang sifatnya investasi. Apabila ada, dana berasal dari luar-negeri yang tentunya tidak dapat dinikmati oleh semua perguruan tinggi. Kasus pengembangan fisik Fakultas Kedokteran UGM menunjukkan hal ini. Pada penghujung dekade 1990an, proyek OECF dengan dana dari pemerintah Jepang disepakati untuk membangun sebagian besar fisik FK UGM yang sudah tidak baik lagi. Dana ini merupakan pinjaman lunak dari pemerintah asing. Pembangunan yang bersifat investasi ini terjadi karena bantuan pemerintah lain, bukan berasal dari dalam negeri. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemerintah pusat untuk mengembangkan pendidikan tinggi masih lemah. Fakultas kedokteran masih belum menjadi prioritas Departemen Pendidikan. Keadaan ini jauh berbeda dengan yang terjadi di Malaysia atau Hongkong. Perguruan-perguruan tinggi kedokteran di negara-negara ini disubsidi besar dari pemerintah.

Untuk Pendanaan rumahsakit pendidikan, dalam diskusi di Jakarta pada tanggal 27 Februari 2007, diharapkan Direktorat Jendral Pelayanan Medik memberikan anggaran pendidikan untuk RS Pendidikan pusat. Tentunya RS pendidikan harus memenuhi akreditasi dan persyaratan utk RS Pendidikan. Disamping itu Ditjen Pelayanan Medik diharapkan memberikan dana ke RS Daerah yang berfungsi sebagai tempat pendidikan dan melengkapi sarana dan prasarana dengan catatan bahwa daerah yang bersangkutan tidak mempunyai dana pengembangan.

Hal ini perlu ditekankan karena dalam era desentralisasi ini, beberapa pemerintah daerah yang mempunyai kemampuan fiskal tinggi dapat diajak untuk memberikan dana investasi, misalnya Propinsi Aceh, Riau, Kalimantan Timur, dan Papua. Bersama-sama dengan pemerintah pusat perlu melakukan penilaian terhadap keadaan infrastruktur dan biaya pengadaannya serta pengembangannya.

Euforia untuk mendirikan pendidikan tinggi kedokteran di daerah merupakan faktor penting ketiga yang perlu diperhatikan untuk mejawab mengapa terjadi infrastruktur yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di beberapa daerah memang diperlukan dokter. Dokter yang berasal dari perguruan tinggi di Jawa ada kemungkinan tidak cocok secara kultural untuk bekerja di daerah-daerah sulit. Di berbagai daerah di luar Jawa, masih terjadi kekurangan dokter.

Page 7: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.7

Laporan dari Pusrengun7

Perlu ada pengembangan standar sistem pendukung dalam manajemen pendidikan tinggi kedokteran dengan menggunakan value-chain. Dengan adanya standar langkah selanjutnya adalah menghitung biaya untuk mencapai standari dan strategi pendanaannya. Perlu ada dana investasi untuk memperbaiki infrastruktur pendidikan kedokteran yang mengalami krisis ini. Dana investasi diharapkan berasal dari pemerintah (cq. Departemen Pendidikan) dan dari pemerintah propinsi/kabupaten/kota yang mampu. Untuk Fakultas Kedokteran dan rumahsakit pendidikan

menyatakan bahwa: 30% dari 7500 Puskesmas di daerah terpencil tidak mempunyai tenaga dokter. Survei yang dilakukan Pusrengun di 78 kabupaten di 17 propinsi di Indonesia (dari 440 kabupaten/kota di 33 propinsi) menemukan hal menarik. Dari 1165 Puskesmas di daerah tersebut, 364 Puskesmas (31%) berada di daerah terpencil/belum berkembang/perbatasan/ konflik dan bencana atau di daerah yang buruk situasinya. Sekitar 50% dari 364 Puskesmas dilaporkan tidak mempunyai dokter., 18% tanpa perawat, 12% tanpa bidan, 42% tanpa tenaga sanitarian, dan 64% tanpa tenaga ahli gizi. Dibandingkan dengan daerah biasa, gambaran ini sangat buruk. Sebagai contoh, di daerah biasa hanya 5% Puskesmas yang tanpa dokter.

Situasi ini merupakan salahsatu faktor kuat yang mendorong pemerintah daerah dan pihak perguruan tinggi swasta untuk membuka pendidikan kedokteran dan kesehatan. Minat masyarakat untuk bersekolah di pendidikan tinggi kedokteran menunjukkan gejala yang besar. Minat ini disambut secara antusias oleh pimpinan politik daerah dan para pelaku pendidikan di daerah. Namun dengan tidak adanya standar detil sistem pendukung dan besaran biaya untuk investasi dan operasional, maka terjadi situasi dimana pendirian lembaga tanpa business plan yang baik untuk memenuhi standar mutu pendidikan seperti yang digambarkan dalam value-chain. Akibatnya terjadi keadaan yang bersifat fait-accomply, terutama untuk fasilitas pendukung pendidikan dan rumahsakit pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam hasil penelitian dimana beberapa sistem pendukung dasar, ternyata tidak ada. Dalam hal ini situasi rumahsakit pendidikan sangat buruk. Masih banyak RS pendidikan yang tidak mempunyai fasilitas pendidikan dasar.

Kesimpulan

Infrastruktur untuk mendukung proses pendidikan kedokteran di berbagai fakultas kedokteran dan rumahsakit pendidikan sebagian besar masih buruk. Keadaan saat ini sudah dapat dikatakan krisis dalam konteks menghasilkan lulusan dokter yang baik. Sampai saat ini belum ada standar sistem pendukung yang jelas untuk mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan dokter yang berat dan canggih. Akibatnya belum ada informasi besaran biaya untuk melaksanakan fungsi pendukung tersebut. Dibutuhkan dana investasi dari pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur pendukung dan dana operasional untuk menjalankan. Dana investasi dari pemerintah sangat penting karena tidak mungkin untuk mendapatkan dari mahasiswa.

Saran

7 Kurniati, Anna. 2007. Incentives for Medical Workers and Midwives in Very Remote Areas

An Experience from Indonesia

Page 8: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.8

perlu untuk memperbaiki perencanaan pendanaan (financial plan) dalam konteks rencana strategis masing-masing.

Page 9: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.9

Daftar Bacaan

Americal Library Association .(2007), Standard for Faculty Status for College and University Librarians

Departemen Pendidikan Nasional. (2007), Standar dan Prosedur Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi

Fuad, A. (2007) Teknologi Informatikan Kedokteran, In Press

Hayward, C .(2004), Space Guide Planning for Healthcare Facilities, Hayward&Assosieti LLC

Konsil Kedokteran Indonesia. (2006), Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis

Neuvert, E .(1999), Data Arsitek, Erlangga

PT Combifar. (2007) Prospek Telemedicine di Era 3G, Kompas 12 Januari

Smee .(2003), ABC of Learning and Teaching in Medicine: Skills Based Assesment, BMJ vol 326 29 March 2003

SSMLT .(1999), Standard Practice Medical Laboratory Technology

The Medical Library Association .(2002), Standard for Hospital Libraries 2002

The Medical Library Association .(2004), Standard for Hospital Libraries 2004

WFME Executive Counsil .(2003), WFME Global Standard for Quality Improvement- Postgraduate Medical Education

Wiyono, W. (2000), Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga University Press

Page 10: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.10

Lampiran Hasil Kunjungan Lapangan

A. Cara Pengembangan Kurikulum

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Terstruktur Tidak Terstruktur

1. FK Univ A √ 2. FK Univ B √ 3. FK Univ C √ 4. FK Univ D √ 5. FK Univ E √ 6. FK Univ F √ 7. PPD Univ G √ 8. PPD Univ H √ 9. PPD Univ I √

B. Pengawasan Mutu Pendidikan

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Cara Pengawasan Mutu Pendidikan

1. FK Univ A kegiatan pelaksanaan, monitoring, evaluasi diri, audit, dan benchmarking.

2. FK Univ B 3. FK Univ C melaksanakan system pengajaran

SKS serta kegiatan monitoring dan evaluasi yang ketat, penggunaan buku log untuk program pendidikan.

4. FK Univ D system konvensional 5. FK Univ E system konvensional 6. FK Univ F kegiatan monitoring oleh dikti

dengan menggunakan EPSBED 7. PPD Univ G system konvensional 8. PPD Univ H Belum ada 9. PPD Univ I sistem konvensional

Page 11: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.11

C. Tenaga Pengajar (Tidak lengkap datanya)

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Profile

S2 S3 Profesor Dokter Spesialis

Spesialis Konsultan

1. FK Univ A 151 51 31 Sama s2 Sama s3 2. FK Univ B 103 34 27 Sama s2 Sama s3 3. FK Univ C 4. FK Univ D 5. FK Univ E 6. FK Univ F 7. PPD Univ G 8. PPD Univ H 9. PPD Univ I

D. Terhadap Pemenuhan Perlengkapan Ruang Pokok Perguruan Tinggi

No Nama Lembaga

Tinggi Pendidikan

Perlengkapan Ruang

Ruang Seminar Ruang Pengelola

Perpustakaan

1. FK Univ A Ada Ada, baik Ada, baik 2. FK Univ B Ada Ada, baik Ada, baik

3. FK Univ C Ada Ada Ada cukup

4. FK Univ D Tidak ada Tidak ada foto Ada, cukup

5. FK Univ E - Ada Ada 6. FK Univ F Ada Ada cukup

7. PPD Univ G Ada, cukup Ada, cukup Ada, cukup

8. PPD Univ H Tidak ada Ada, cukup Ada, cukup

9. PPD Univ I Ada Ada

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Perlengkapan Ruang

Kantin Gelanggang Olahraga

Tempat Parkir

1. FK Univ A Ada, baik

Ada, baik Ada, baik

2. FK Univ B Ada Tidak ada Ada 3. FK Univ C Ada Tidak ada

Ada

4. FK Univ D Ada Tidak ada Ada

Page 12: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.12

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Perlengkapan Ruang

Kantin Gelanggang Olahraga

Tempat Parkir

5. FK Univ E Ada

Tidak ada Ada

6. FK Univ F Ada Tidak ada Ada 7. PPD Univ G Ada

Tidak ada Ada

8. PPD Univ H Ada

Tidak ada Ada

9. PPD Univ I Ada Tidak ada Ada

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Perlengkapan Ruang

Ruang Kuliah

Ruang Diskusi Ruang Tugas

1. FK Univ A Ada Ada Ada 2. FK Univ B

Ada Ada Ada

3. FK Univ C Ada

Ada Ada

4. FK Univ D Ada Ada Ada 5. FK Univ E Ada Ada Ada 6. FK Univ F Ada Ada Ada 7. PPD Univ G Ada

Ada Ada

8. PPD Univ H Ada

Ada Ada

9. PPD Univ I Ada Ada Tidak ada

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Perlengkapan Pokok

Laboratorium 1. FK Univ A Ada 2. FK Univ B Ada 3. FK Univ C Ada 4. FK Univ D Ada 5. FK Univ E Ada 6. FK Univ F Ada 7. PPD Univ G Ada 8. PPD Univ H Ada 9. PPD Univ I Ada

Page 13: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.13

E. Terhadap Perlengkapan Tambahan di Perguruan Tinggi

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Perlengkapan Tambahan

Tempat Ibadah

Ruang Duduk Gudang

1. FK Univ A Ada Ada Ada 2. FK Univ B Ada Ada Ada 3. FK Univ C Ada Ada Ada 4. FK Univ D Ada Ada Ada 5. FK Univ E Ada Ada Ada 6. FK Univ F Ada Ada Ada 7. PPD Univ G Ada Ada Ada 8. PPD Univ H Ada Tidak ada Ada

9. PPD Univ I Ada Ada Ada

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Perlengkapan Ruang

KM/WC Terpisah

Loker Open Space

1. FK Univ A Ada Tidak ada Ada 2. FK Univ B Ada Tidak ada Ada 3. FK Univ C Ada Tidak ada Ada 4. FK Univ D Ada Tidak ada Ada 5. FK Univ E Ada Tidak ada Ada 6. FK Univ F Ada Tidak ada Ada 7. PPD Univ G Ada Tidak ada Ada 8. PPD Univ H Ada Tidak ada Ada 9. PPD Univ I Ada Tidak ada Ada

Page 14: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.14

F. Terhadap Koleksi Buku, Jam Buka Perpustakaan, Kelengkapan Tambahan Perpustakaan No Nama Lembaga Koleksi Jam Layanan Fasilitas Tambahan Buku

Nas Buku Inter

E.Book Jurnal Jurnal Langgan

1. FK Univ A 9821 ada 350 judul EBSCO dan ProQuest

Jam buka layanan Senin – Kamis 08.00 – 21.00 Jum’at 08.00 – 11.00 & 14.00 – 21.00 Sabtu 08.00 – 14.00

R. Baca Lt. 1, R. Baca Lt. 2, R. WiFi Area, R. Proses Data, Lab. Bahasa, Kantin Perpustakaan

2. FK Univ B 3. FK Univ C 2210 judul ada Ada ada fasilitas fotocopy, kantin,

ruang belajar, fasilitas internet nir kabel. Ruang diskusi dan fasilitas akses jurnal.

4. FK Univ D 12.232 judul ada 11.845 judul

R. baca

5. FK Univ E fotocopy, ruang belajar, internet, ruang diskusi, ruang seminar dan akses jurnal

6. FK Univ F 1848 judul 72 jurnal lokal, 20 jurnal internasional

http//infofac. Galegroup. Com/it webs/icons

pukul 08.00-16.00 R. baca, R. internet, R. ujian

7. PPD Univ G 200 judul pukul 09.00 – 15.00 8. PPD Univ H 400 judul - 29 judul - Jam kerja Ruang baca 9. PPD Univ I 834 judul ada 37 jurnal ada 08.00 – 16.00 Ruang baca

Page 15: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.15

G. Terhadap Sistem Informasi Kampus

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Koneksi Kabel

Koneksi nirkabel

Tempat Akses Jam Layanan

Kapasitas

1. FK Univ A ada 12 spot Semua tempat 24 jam 6 megabyte 2. FK Univ B ada 33 tempat Semua tempat 512kbps 3. FK Univ C ada ada diseluruh area

fakultas kedokteran dan tiap program studi dalam lingkungan fakultas kedokteran

2 Mbps

4. FK Univ D semua tempat

128 kbps

5. FK Univ E ada diseluruh tempat di fakultas kedokteran

896 Kbps

6. FK Univ F 13 PC ada perpustakaan, gazebo perpustakaan dan gedung A

Jam kantor 512Mb

7. PPD Univ G Tidak ada ada seluruh wilayah kampus ruangan ITC dengan 30 komputer

64 Mb

8. PPD Univ H Tidak ada ada Akses internet dapat di peroleh di ruang kuliah, ruang computer dan ruang tutorial

Jam kantor 256 Kbs

9. PPD Univ I Ada

Perpustakaan

Page 16: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.16

H. Kerjasama Lembaga

No Nama Lembaga Tinggi

Pendidikan

Kerjasama Dalam Negeri

Kerjasama Luar Negeri

1. FK Univ A ada ada 2. FK Univ B ada ada 3. FK Univ C ada ada 4. FK Univ D ada - 5. FK Univ E ada - 6. FK Univ F ada ada 7. PPD Univ G ada - 8. PPD Univ H ada - 9. PPD Univ I ada -

I. Keberadaan Unit Alumni

No Nama Lembaga Tinggi

Pendidikan Keberadaan Unit

Alumni

Ada Tidak 1. FK Univ A √ 2. FK Univ B √ 3. FK Univ C √ 4. FK Univ D √ 5. FK Univ E √ 6. FK Univ F √ 7. PPD Univ G √ 8. PPD Univ H √ 9. PPD Univ I √

Page 17: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.17

J. Renstra

No Nama Lembaga Tinggi Pendidikan

Renstra Membahas Tentang

Ada Tidak 1. FK Univ A √ aspek pelayanan pendidikan, aktifitas

pendukung seperti perencanaan keuangan, sumber daya manusia, bangunan, dan perencanaan lain yang mempunyai tujuan untuk memberikan nilai lebih kepada peggunannya

2. FK Univ B √ 3. FK Univ C √ membicarakan masalah proses pelayanan

pendidikan, perencanaan sumber daya manusia, perencanaan aspek keuangan, dan aspek sarana serta prasarananya

4. FK Univ D √ 5. FK Univ E √ mengkaji sub sistem seperti proses pendidikan,

manajemen sumber daya manusia, sistem manajemen keuangan dan sistem manajemen fisik kampus

6. FK Univ F √ 7. PPD Univ G √ perencanaan penerimaan mahasiswa beserta

pola pola penerimaannya, ketenagaan, status kelembagaan dll

8. PPD Univ H √ 9. PPD Univ I √

Page 18: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.18

Survey Ke Rumah Sakit Jejaring Adapun hasil dari studi lapangannya adalah :

A. Terhadap Pemenuhan Draft Standar RS Pendidikan IRSPI

No Nama Rumah Sakit Mememuhi standar dan indicator (2)

Memenuhi standar (1)

Tidak Memenuhi standar (0)

1. RS A-1 1,75% 0% 98,24% 2. RSU A-2 1,75% 0% 98,24% 3. RS A-3 0% 5,26% 94,7% 4. RS A-4 5,2% 3,5% 91,22% 5. RS A-5 26,31% 73,68% 0% 6. RS A-7 52,63% 26,31% 73,68% 7. RS A-8 33,3% 28,07% 38,5% 8. RS A-9 73,68% 12,28% 14,03%

B. Sarana dan Prasarana

No Nama Rumah

Sakit Perlengkapan Ruang

Ruang Belajar Perpustakaan Ruang diskusi kecil 1. RS A-1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 2. RSU A-2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 3. RS A-3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 4. RS A-4 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 5. RS A-5 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 6. RS A-7 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 7. RS A-8 Tidak ada Tidak ada Ada sederhana 8. RS A-9

No Nama Rumah Sakit Perlengkapan Ruang

Ruang Presentasi

Kasus

Ruang Tidur Ruang duduk

1. RS A-1 Tidak ada Ada Tidak ada 2. RSU A-2 Tidak ada Ada Tidak ada 3. RS A-3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 4. RS A-4 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 5. RS A-5 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 6. RS A-6 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 7. RS A-7 Tidak ada Ada Ada 8. RS A-8 Ada Ada Ada 9. RS A-9 Ada Ada Ada

Page 19: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.19

No Nama Rumah

Sakit Perlengkapan Ruang

Mushola/Ruang Ibadah

Pantry KM/WC

1. RS A-1 Ada Tidak ada Tidak ada 2. RSU A-2 Ada Tidak ada Tidak ada 3. RS A-3 Ada Tidak ada Tidak ada 4. RS A-4 Ada Tidak ada Tidak ada 5. RS A-5 Ada Tidak ada Tidak ada 6. RS A-7 Ada Ada Ada 8. RS A-8 Ada Tidak ada

Ada 9. RS A-9

No Nama Rumah Sakit Perlengkapan Ruang Ruang Konsultasi Ruang administrasi Locker

1. RS A-1 Tidak ada Ada Tidak ada 2. RSU A-2 Tidak ada Ada Tidak ada 3. RS A-3 Tidak ada Ada Tidak ada 4. RS A-4 Tidak ada Ada Tidak ada 5. RS A-5 Tidak ada Ada Tidak ada 6. RS A-6 7. RS A-7 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 8. RS A-8 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 9. RS A-9 Tidak ada

C. Perpustakaan

No Nama Rumah Sakit Perpustakaan Bagian Rumah Sakit Tampilan

1. RS A-1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 2. RSU A-2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 3. RS A-3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 4. RS A-4 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 5. RS A-5 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 6. RS A-6 7. RS A-7 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 8. RS A-8 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 9. RS A-9

Page 20: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.20

D. Fasilitas Internet

No Nama Rumah Sakit Internet Dari Bagian Dari Rumah Sakit Tempat Akses

1. RS A-1 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 2. RSU A-2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 3. RS A-3 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 4. RS A-4 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 5. RS A-5 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 6. RS A-6 7. RS A-7 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 8. RS A-8 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 9. RS A-9

Page 21: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.21

Survey ke Rumah Sakit Pendidikan Survey /field study dilakukan di 6 Rumah sakit Pendidikan Utama dan 3 Rumah Sakit Jejaring yaitu

Profil Rumah sakit tempat di lakukannya studi lapangan

No Nama Rumah Sakit

Lokasi Kepemilikan Kelas Rumah Sakit

Pendidikan/Non Pendidikan

1. RSUP Dr B-1 A Pendidikan 2. RSUP Dr B-2 A Pendidikan 3. RSUP Dr B-9 B Pendidikan 4. RSUP Dr B-6 B Pendidikan 5. RSUP Dr B-7 A Pendidikan 6. RSUD Dr B-3 B Pendidikan 7. RSUD Dr B-5 B Non Pendidikan 8. RSUD Dr B-8 B Non Pendidikan 9. RSUD Dr B-4 B Pendidikan Adapun hasil dari studi lapangannya adalah :

A. Pengembangan Mutu Pendidikan

No Nama Rumah Sakit Pengembangan Mutu Pendidikan

Kurikulum Unit Jaminan Mutu

Kerjasama

1. RSUP Dr B-1 Rapat dosen Ada Ada 2. RSUP Dr B-2 Rapat dosen Ada ada 3. RSUP Dr B-9 Rapat dosen Tidak ada Ada 4. RSUP Dr B-6 Rapat dosen Tidak ada Ada 5. RSUP Dr B-7 Rapat dosen Ada Ada 6. RSUD Dr B-3 Rapat dosen Ada Ada 7. RSUD Dr B-5 Rapat dosen Tidak ada Ada 8. RSUD Dr B-8 Rapat dosen Tidak ada Ada 9. RSUD Dr B-4 Rapat dosen Tidak ada ada

Page 22: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.22

B. Terhadap Pemenuhan Draft Standar RS Pendidikan IRSPI No Nama Rumah Sakit Indikator Katagori Sesuai

Syarat dan standar (2)

Katagori Sesuai Syarat (1)

Katagori tidak ada (0)

1. RSUP Dr B-1 87,93% 12,07% 0% 2. RSUP Dr B-2 68,43% 26,31% 5,26% 3. RSUP Dr B-9 77,19% 8,77% 14,04% 4. RSUP Dr B-6 26,3% 52,6% 21.05% 5. RSUP Dr B-7 18,96% 18,96% 62,07% 6. RSUD Dr B-3 75,44% 10,53% 14,04% 7. RSUD Dr B-5 3,45% 1,72% 94,83% 8. RSUD Dr B-8 44,8% 27,58% 27,58% 9. RSUD Dr B-4 3,45% 17,24% 79,3%

C. Sarana dan Prasarana No Nama Rumah Sakit Perlengkapan Ruang Ruang Belajar Perpustakaan Ruang diskusi

kecil 1. RSUP Dr B-1 Ada Ada Ada 2. RSUP Dr B-2 Ada Ada Ada 3. RSUP Dr B-9 Ada Ada Ada 4. RSUP Dr B-6 Ada Ada Ada 5. RSUP Dr B-7 Ada Ada Tidak ada 6. RSUD Dr B-3 Ada Ada Ada 7. RSUD Dr B-5 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 8. RSUD Dr B-8 Tidak ada Ada Tidak ada 9. RSUD Dr B-4 Tidak ada Ada Tidak ada

No Nama Rumah Sakit Perlengkapan Ruang Ruang Presentasi

Kasus Ruang Tidur Ruang duduk

1. RSUP Dr B-1 Ada Ada Ada 2. RSUP Dr B-2 Ada Ada Ada 3. RSUP Dr B-9 Ada Ada Ada 4. RSUP Dr B-6 Ada Ada Ada 5. RSUP Dr B-7 Ada Tidak ada Tidak ada 6. RSUD Dr B-3 Ada Ada Ada 7. RSUD Dr B-5 Ada Ada Tidak ada 8. RSUD Dr B-8 Ada Tidak ada Tidak ada 9. RSUD Dr B-4 Ada Ada Ada

Page 23: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.23

No Nama Rumah Sakit Perlengkapan Ruang

Mushola/Ruang Ibadah

Pantry KM/WC

1. RSUP Dr B-1 Ada Ada Ada 2. RSUP Dr B-2 Ada Ada Ada 3. RSUP Dr B-9 Ada Ada Ada 4. RSUP Dr B-6 Tidak ada Ada Ada 5. RSUP Dr B-7 Ada Tidak ada foto Ada 6. RSUD Dr B-3 Ada Ada Ada 7. RSUD Dr B-5 Tidak ada Tidak ada Ada 8. RSUD Dr B-8 Ada Tidak ada Ada 9. RSUD Dr B-4 Ada Tidak ada Ada

No Nama Rumah Sakit Perlengkapan

Ruang

Ruang Konsultasi

Ruang administrasi

Locker

1. RSUP Dr B-1 Ada Ada Ada 2. RSUP Dr B-2 Ada Ada Ada 3. RSUP Dr B-9 Ada Ada Ada 4. RSUP Dr B-6 Tidak ada Ada Tidak ada 5. RSUP Dr B-7 Tidak ada 6. RSUD Dr B-3 7. RSUD Dr B-5 Tidak ada Tidak ada 8. RSUD Dr B-8 Tidak ada Tidak ada 9. RSUD Dr B-4 Tidak ada Tidak ada

D. Perpustakaan

No Nama Rumah Sakit Perpustakaan Bagian Rumah Sakit Tampilan 1. RSUP Dr B-1 Ada Belum ada foto Ada 2. RSUP Dr B-2 Ada Belum ada foto Ada 3. RSUP Dr B-9 Ada Ada Ada 4. RSUP Dr B-6 Ada Ada Ada 5. RSUP Dr B-7 Ada Tidak ada Ada 6. RSUD Dr B-3 Ada Ada 7. RSUD Dr B-5 Tidak ada Tidak ada Ada 8. RSUD Dr B-8 Tidak ada Ada Ada 9. RSUD Dr B-4 Tidak ada Ada Ada

E. Fasilitas Internet

Page 24: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.24

No Nama Rumah Sakit Internet Dari Bagian Dari Rumah Sakit Tempat Akses 1. RSUP Dr B-1 Ada,

unlimited quota

Ada, untuk kepentingan RS

Semua bagian

2. RSUP Dr B-2 Ada, unlimited quota

Ada, terbatas Semua bagian

3. RSUP Dr B-9 - Ada, untuk kepentingan RS

Semua bagian

4. RSUP Dr B-6 - Ada, untuk kepentingan RS

Terbatas

5. RSUP Dr B-7 Belum sampai secara merata ke setiap SMF/ bagian

Diupayakan sendiri oleh masing-masing SMF bagian

Masing-masing bagian

6. RSUD Dr B-3 - Ada, digunakan secara bersama oleh 8 bagian atau instansi yaitu jiwa, laboraorium, kulit, THT, mata, PTIT, ICU dan bagian anastesi.

Di kedelapan tempat tersebut, dan 3 titik hot spot

7. RSUD Dr B-5 - Ada, internal RS Terbatas 8. RSUD Dr B-8 - Ada, untuk kepentingan

RS Di lingkungan RS

9. RSUD Dr B-4 - - -

Page 25: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.25

Diagnostic Tool

Untuk Keadaan dan Kapasitas Manajemen

Lembaga Perguruan Tinggi Kedokteran

Laksono Trisnantoro

Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM

Pengantar

Ada 3 konsep yang dipergunakan di dalam diagnosis ini. Konsep pertama adalah Pemahaman mengenai hakekat perguruan tinggi sebagai lembaga profesional; Konsep kedua rantai nilai pendidikan tinggi; dan ketiga adalah pemahaman mengenai rencana strategis di pendidikan tinggi.

Konsep 1: Lembaga Perguruan Tinggi sebagai organisasi kaum profesional.

Konsep pertama adalah adanya kenyataan bahwa lembaga perguruan tinggi bukan merupakan lembaga birokrasi. Konsep ini menyatakan bahwa perguruan tinggi merupakan lembaga para profesional khususnya dosen. Proses yang terjadi di perguruan tinggi adalah mengelola ilmu pengetahuan yang sangat ditentukan oleh para profesional. Maju atau mundurnya kinerja perguruan tinggi seperti yang diukur dalam Times Higher Education Survey merupakan hasil kinerja para dosen. Tanpa ada dosen yang mengajar, meneliti, menulis di jurnal, yang mampu menarik mahasiswa dalam negeri dan asing, memelihara kampus dengan komitmen tinggi maka sebuah perguruan tinggi sulit meningkatkan kinerjanya.

Dalam konsep ini, para dosen perguruan tinggi sama dengan dokter spesialis di rumahsakit, atau para pelawak di lembaga-lembaga humor seperti Srimulat. Dosen adalah profesional yang mempunyai independensi tinggi. Sebagai gambaran seorang dosen UGM dapat mempunyai pekerjaan sebagai dosen di universitas swasta, dosen terbang di Jakarta, menjadi konsultan untuk lembaga lain, menjadi peneliti sebuah perusahaan penelitian, sampai menjadi bagian dari birokrasi pemerintah. Independensi profesional ini membuat manajemen dosen oleh fakultas bukanlah dengan menggunakan model birokrasi namun menggunakan pendekatan profesional.

Page 26: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.26

Sistem manajemen perguruan tinggi dengan demikian merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan para dosen dan peneliti. Dekana atau rektorat memimpin kelompok kerja yang salahsatu misi utamanya mendukung agar para dosen dapat bekerja dengan nyaman, namun memenuhi aturan yang ada. Misi ini merupakan hal yang sulit dengan berlatar belakang independensi dosen.

Konsep 2: Rantai nilai pendidikan tinggi

Konsep kedua menyatakan bahwa harus ada pertambahan nilai yang diberikan oleh perguruan tinggi untuk mahasiswa dan berbagai pihak yang menggunakan jasa perguruan tinggi. Nilai bagi pengguna terutama dirasakan dari aktifitas pelayanan yang mencakup: pelayanan sebelum masuk kampus, pelayanan dikampus, sampai pada pelayanan setelah pengguna meninggalkan kampus. Nilai-nilai pengguna ini hanya dapat diperoleh apabila berbagai bagian akademik, program-program studi, dan unit-unit pendukung dapat bekerja sama secara lintas program. Gambar di bawah ini menunjukkan konsep rantai nilai di Perguruan Tinggi.

Direktur RS/Dekan

Dokter/Dosen

Dokter/Dosen

Dokter/Dosen

Dokter/Dosen

Dokter/Dosen

Staf manajemen pendukung

Page 27: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.27

Aktifitas pelayanan di perguruan tinggi mencakup pendidikan, penelitian, konsultasi, sampai ke pengabdian masyarakat. Setiap aktifitas pelayanan mempunyai benchmark internasional ataupun nasional. Untuk memenuhi benchmark tersebut produk pelayanan perguruan tinggi perlu didukung oleh berbagai aktifitas manajemen pendukung , antara lain:

1. Peningkatan Kualitas dan Relevansi Program Pendidikan Sarjana dan Pascasarjana serta Peningkatan Kualitas dan Relevansi Penelitian dan Pelayanan Pada Masyarakat

2. Pengelolaan Fakultas yang Efisien dan Produktif.

3. Penyediaan Sarana dan Prasarana yang mendukung mutu.

4. Pengembangan Kemandirian Organisasi dan Jaringan

Disamping itu dibutuhkan budaya organisasi yang mendukung, dan struktur organisasi yang baik.

Pra Pelayanan di kampus

Proses Pelayanan Pendidikan, Penelitian, Pelatihan dll

Pelayanan Pasca Lulus: Continuing Education

Mutu Pendidika

n dan Penelitian

Budaya Organisas

Manfaat yang didapat pengguna

Aktifitas Pelayanan

Aktifitas Penduukung

Pengelolaan Fakultas yang

Efisien dan Produktif: SDM,

Keuangan

Penyediaan Sarana dan Prasarana

yang

mendukung mutu.

Kemandirian Organisasi dan

Jaringan Kerjasama

Struktur Organisasi

Ju

rus

an/

Ba

Berbagai Unit dan Satuan Kerja di Fakultas

Page 28: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.28

Konsep 3: Pemahaman mengenai rencana strategis di fakultas kedokteran/kesehatan.

Konsep ketiga adalah kenyataan bahwa proses penyusunan rencana strategis di perguruan tinggi bukan proses yang hanya dilakukan seseorang atau sekelompok kecil perencana. Proses ini merupakan kegiatan yang mencakup perencanaan berbagai Jurusan, Bagian, Pusat, Unit-unit pendukung dan tentunya melibatkan sebagian besar civitas akademika Fakultas Kedokteran/Kesehatan Masyarakat/Poltekes. Proses ini tidak hanya bertujuan untuk menghasilkan dokumen namun untuk meningkatkan komitmen dan kepemimpinan di perguruan tinggi. Dengan konsep perguruan tinggi adalah lembaga profesional maka akan banyak Unit atau Pusat yang memproduksi pelayanan dan membutuhkan perencanan.

Commitment and

leadership

Strategic Planning

Performance improvement

based on Balanced Scorecard

Education Process

M t

System Design

HR Management System

Financial & Accounting Management System

Physical Management System Recommendation

Business Planning

Dan berbagai rencana lainnya..

Page 29: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.29

Form Penilaian

1. Situasi Lembaga Perguruan Tinggi sebagai organisasi kaum profesional.

Pengamatan terhadap dosen:

Tujuan melakukan Pengamatan terhadap dosen:

• Mengamati Performance: Kemampuan perorangan : Menarik dana penelitian, Mengajar, Menulis Paper Internasional

• Mengamati independensi: Masalah Komitmen dan pembagian waktu secara garis besar, Semakin bermutu dosennya, apakah semakin banyak di cari pihak luar ?

• Mengamati hubungan dengan pengelola: Apakah mempunyai dinding pemisah dengan Dekanat/Rektorat

Pertanyaan level kelembagaan

1. Bagaimana sistem rekrutmen dan seleksi dosen dan tenaga pendukung ? 2. Bagaimana pola pengelolaan dosen dan tenaga pendukung ? 3. Bagaimana profil dosen dan tenaga pendukung dilihat dari

• Mutu • Kualifikasi • Pengalaman • Ketersediaan • Kecukupan • Kesesuaian • Rasio dosen-mahasiswa

Direktur RS/Dekan

Dokter/Dosen

Dokter/Dosen

Dokter/Dosen

Dokter/Dosen

Dokter/Dosen

Staf manajemen pendukung

Page 30: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.30

4. Bagaimana karya akademik dosen (hasil penelitian, karya lainnya) ? 5. Berapa kualitaas dan kuantitasnya ? 6. Peraturan kerja dan kode etik apasajakah yang berlaku di lembaga ini ? 7. Program apa sajakah yang dilakukan untuk proses pengembangan staf akademik dan

non akademik ?

Page 31: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.31

Form Perorangan

Nama Dosen :

Form A

Kemampuan 1 2 3 4 5

Rend ah Sekali

Rendah Biasa Tinggi Tinggi

Sekali

1. Mengajar dengan baik

2. Mengembangkan kurikulum dan Modul pendidikan

3. Menulis Paper nasional

4. Menulis Paper Internasional

5. Menulis buku

6. Menarik dana penelitian

7. Memimpin kegiatan penelitian

8. Melakukan kegiatan akademik

Total Nilai

Page 32: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.32

Catatan

Page 33: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.33

Form B

Keterlekatan ke Pihak lain

Rendah Tinggi

Keterlekatan ke Perguruan tinggi kita

Rendah Kemana ?

Tinggi Kemana ?

Page 34: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.34

Page 35: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.35

Form Level Lembaga

Perguruan tinggi/Jurusan/Bagian :

Jenis Ketenagaan Dosen

Jenis Ketenagaan Part-timer (bekerja kurang dari 40 Jam seminggu)

Full-timer di Perguruan Tinggi kita (bekerja lebih dari 40 jam seminggu dengan jam dinas 08.00-16.00)

Pegawai tetap

Siapa mereka ? Siapa mereka ?

Pegawai tidak tetap/kontrak

De Facto

D

e

J

Page 36: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.36

Catatan :

• Hipotesis ; jika sebagian besar dosen bersifat part-timer, maka akan terjadi problem mutu

• Apakah lembaga anda sudah megandalkan pada tenaga yang tidak tetap (Kasus di FK UGM adalah mengandalkan NIP bukan NIP 13….)

Page 37: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.37

Pertanyaan keseluruhan:

Apakah Dosen yang high performance cenderung untuk ditarik atau tertarik ke luar ?

Harap dijawab dengan menggunakan tabel ini:

Kegiatan di Luar

Nama Dosen Rangking dari Form A

Total

Pertanyaan berikutnya :

• Apakah dosen yang high performance cenderung sulit untuk di kelola ? • Apakah harus di kelola dengan cara personal? • Bagaimana system manajemen dapat membantu mengelola para dosen ? 2. Situasi Rantai nilai pendidikan tinggi

Page 38: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.38

Pra Pelayanan di kampus

Proses Pelayanan Pendidikan, Penelitian, Pelatihan dll

Pelayanan Pasca Lulus: Continuing Education

Mutu Pendidika

n dan Penelitian

Budaya Organisasi

Manfaat yang didapat pengguna

Aktifitas Pelayanan

Aktifitas Penduukung

Pengelolaan Fakultas yang

Efisien dan Produktif: SDM,

Keuangan

Penyediaan Sarana dan Prasarana

yang

mendukung mutu.

Kemandirian Organisasi dan

Jaringan Kerjasama

Struktur Organisasi

Ju

rus

an/

Bagian

Berbagai Unit dan Satuan Kerja di Fakultas

Page 39: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.39

Proses pelayanan :

Mahasiswa

1. Bagaimanakah cara rekrutmen dan seleksi calon mahasiswa ? 2. Profil mahasiswa seperti apakah yang akan diambil oleh lembaga ini ? dari sisi :

Akademik, sosio-ekonomi, dan Pribadi (termasuk kemandirian dan kreativitas).

3. Apakah ada keberlanjutan penerimaan mahasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih lanjut ?

4. Bagaimanakah pelayanan untuk mahasiswa dalam hal : a. Bantuan tutorial yang bersifat akademik. b. Informasi dan bimbingan karir. c. Konseling pribadi dan sosial.

Kurikulum

1. Apakah kurikulum yang ada memiliki kesesuaian dengan visi, misi, sasaran, dan tujuan dari lembaga ?

2. Apakah kurikulum yang ada memiliki relevansi dengan tuntutan dan kebutuhan stakeholders ?

3. Bagaimanakah struktur dan isi kurikulum (keluasan, kedalaman, koherensi, penataan/ organisasi)

4. Kompetensi dan etika lulusan seperti apakah yang diharapkan, dan apakah segera bisa di wujudkan ?

5. Apakah lembaga ini memiliki kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat terdekat dan kepentingan internal stakeholder ?

Page 40: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.40

Form Pengamatan level kelembagaan :

Aktifitas pelayanan:

Kegiatan 1 2 3 4

Kegiatan sebelum mahasiswa masuk di kampus, misal seleksi mahasiswa

Kegiatan pendidikan di kampus, termasuk di tempat praktek kerja

Kegiatan pasca lulus: continuing medical education, tracer study dll

Kegiatan penelitian

Kegiatan konsultasi

Nilai Rata-rata :

Belum dipikirkan sama sekali

ada rencanatetapi belum jalan

Sudah berjalan

Sudah berjalan sesuai standar internasional

Page 41: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.41

Aktifitas Pendukung:

Peningkatan Kualitas dan Relevansi Program Pendidikan Sarjana dan Pascasarjana serta Peningkatan Kualitas dan Relevansi Penelitian dan Pelayanan Pada Masyarakat.

Program yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tinggi Kesehatan untuk peningkatan mutu pendidikan, penelitian, dan pelayanan pada masyarakat dilakukan melalui berbagai unit.

No Kegiatan

1 2 3 4

1. Unit Perpustakaan

2. Unit pelayanan informatika

3. Unit pendidikan

4. Unit jaminan mutu

5. Unit penelitian

6. Unit produksi pembelajaran

Nilai Rata-rata :

Belum dipikirkan sama sekali

ada rencanatetapi belum jalan

Sudah berjalan

Sudah berjalan sesuai standar internasional

Page 42: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.42

Unit Perpustakaan

Nama Perpustakaan Buku Lokal

Buku Internasional

Jurnal Lokal

Jurnal Internasional

Fasilitas Langganan Jurnal

Apakah perpustakaan ini memiliki fasilitas lain selain ruang baca ? misalnya book store, ruang wifi, ruang computer gratis, fotocopy, kantin?

Daftar Buku

Daftar Jurnal

Dafta

Unit Informatika

1. Apakah ada on-campus connectivity devices (intranet) dan apakah di manfaatkan ? 2. Apakah ada global connectivity devices (internet) dan bagamanakah pemanfaatannya ? 3. Berapakah kapasitas yang dimiliki ?

Jumlah

Page 43: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.43

Unit Jaminan Mutu

1. Adakah Unit Jaminan Mutu? 2. Bagaimana system pengelolaan mutu secara internal pada tingkat program studi ?

Meliputi kajian kurikulum, monitoring dan mekanisme balikan bagi mahasiswa, dosen dan penguji eksternal

3. Bagaimana hubungan dengan penjaminan mutu pada tingkat lembaga ? 4. Apakah terdapat dampak positif dari adanya unit jaminan mutu ini terhadap kemajuan

pendidikan ? 5. Apakah selalu dilakukan benchmarking ? 6. Bagaimana system evaluasi internal yang berlaku ? 7. Bagaimana cara memanfaatkan hasil evaluasi internal dan eksternal/akreditasi dalam

perbaikan dan pengembangan program ? 8. Apakah ada kerjasama dan kemitraan instansi terkait dalam pengendalian mutu ?

Unit Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

1. Adakah Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat? 2. Bagaimanakah kualitas, produktivitas, relevansi sasaran, dan efisiensi pemanfaatan

dana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat ? 3. Apakah ada agenda untuk keberlanjutan, diseminasi hasil penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat ? Bila ada bagaimanakah caranya ? 4. Berapa banyak kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat bersama dosen

dan mahasiswa? (dalam satuan per tahun, per bulan ) 5. Berapa banyak dan bagaimana kualitas kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa?. 6. Berapa banyak dan bagaimana kualitas kegiatan penelitian dan publikasi dosen ? 7. Bagaimana hubungan kerjasama dan kemitraan penelitian dengan lembaga dalam dan

luar negeri ? 8. Bagaimana kualitas dan kurun waktu penyelesaian tesis / karya akhir ? 9. Bagaimana publikasi hasil penelitian, karya inovatif, dan rangkuman tesis / karya ilmiah

?

Page 44: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.44

Aktifitas Pendukung:

Pengembangan pengelolaan jurusan / fakultas yang efisien dan produktif

Pengembangan pengelolaan fakultas agar menjadi efisien dan efektif terutama dilakukan dengan meningkatkan mutu pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia serta system informasinya.

No Kegiatan

1 2 3 4

1. Sistem manajemen keuangan

Sistem alokasi dana (dalam RKAT)

Sistem penggalian dana

2. Sistem manajemen sumber daya manusia

3. Sistem informasi manajemen untuk pendidikan

Nilai Rata-rata

Belum dipikirkan sama sekali

ada rencanatetapi belum jalan

Sudah berjalan

Sudah berjalan sesuai standar internasional

Page 45: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.45

Aktifitas Pendukung:

Penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung mutu

Untuk mendukung proses pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengabdian masyarakat berbagai sarana dan prasarana dibutuhkan oleh lembaga pendidikan tinggi. Berbagai sarana tersebut antara lain:

No Kegiatan

1 2 3 4

1. Pengelola gedung

2. Pengelola taman

3. Pengelola parkir

4. Pengelola kantin

5. Pengelola travel agent

6. Pengelola toko buku dan kebutuhan mahasiswa

7. Pengelola sarana teknologi komputer

8.

9.

Nilai Rata-rata :

Bagaimanakah fasilitas sarana dan prasarana yang disediakan untuk proses belajar yang disesuaikan dengan aktivitasnya ? (Tergantung standar Fakultas ).

Belum dipikirkan sama sekali

ada rencanatetapi belum jalan

Sudah berjalan

Sudah berjalan sesuai standar internasional

Page 46: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.46

Aktifitas Pendukung:

Pengembangan Kemandirian Organisasi dan Jaringan Kerjasama

Lembaga pendidikan tinggi perlu meningkatkan sumber dana dari berbagai pihak dan mengembangkan jaringan dengan lembaga lain. Kegiatan ini dapat berupa kerjasama dengan sumber-sumber dana penelitian, atau berbagai organisasi lain. Kegiatan dilakukan oleh berbagai unit sebagai berikut :

No Kegiatan

1 2 3 4

1. Urusan kerjasama dengan pihak luar

2. Unit humas dan pemasaran

3. Bagian hubungan alumni

4. Perusahaan milik Universitas/Fakultas

Nilai Rata-rata :

Nilai Rata-rata akhir

Penilaian Keseluruhan (Minimal 1, Maksimal 4)

Belum dipikirkan sama sekali

ada rencanatetapi belum jalan

Sudah berjalan

berjalan sesuai standar internasional

Page 47: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.47

No Kegiatan

Nilai

Kegiatan Pelayanan

1. Sebelum masuk kampus

2. Selama di kampus

3. Setelah lulus

4. Kegiatan penelitian

5. Kegiatan Pelatihan

Kegiatan Pendukung

1. Peningkatan Kualitas dan Relevansi Program Pendidikan Sarjana dan Pascasarjana serta Peningkatan Kualitas dan Relevansi Penelitian dan Pelayanan Pada Masyarakat.

2. Pengelolaan Jurusan yang efisien dan efektiv

3. Penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung mutu

4. Pengembangan Kemandirian Organisasi dan Jaringan Kerjasama

Page 48: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.48

Pengamatan terhadap :

Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan Tinggi

• Bagaimana struktur yang ada saat ini. Apakah sudah mengakomodir kebutuhan-kebutuhan pelayanan ?

• Apakah dirasa enak ? • Apakah perlu dikaji ulang ? • Bagaimanakah suasana organisasi saat ini ? • Uraikan personil beserta fungsi dan tugas pokoknya yang saat ini ? • Bagaimanakah sistem kepemimpinan, dan pengalihan (deputizing) serta akuntabilitas

pelaksanaan tugas ? • Apakah ada perencanaan program jangka panjang (Renstra) dan monitoring

pelaksanaannya sesuai dengan visi, misi, sasaran dan tujuan program ?

Budaya Kerja Lembaga Pendidikan Tinggi

• Apakah Lembaga pendidikan tinggi kita mempunyai budaya organisasi yang kuat ? apakah budaya organisasi ini sanggup untuk megurangi tarikan luar dan mengatasi konflik di dalam ?

• Apakah ada kelompok-kelompok di dalam lembaga ? • Apakah iklim kerjanya baik ? • Apakah ada hubungan tidak menyenangkan antara pengelola dengan dosen ?

Respons

Dari pengamatan-pengamatan ini, respon perlu dilakukan melalui:

1. Pengkajian kembali mengenai cara pandang mengelola lembaga pendidikan tinggi 2. Mengkaji atau menyusun rencana strategis lembaga pendidikan tinggi dan berbagai

unit/jurusan/bagian di dalamnya.

Page 49: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.49

3. Situasi rencana strategis di fakultas kedokteran/kesehatan.

Commitment and

leadership

Strategic Planning

Performance improvement

based on Balanced Scorecard

Education Process

M

System Design

HR Management System

Financial & Accounting Management System

Physical Management System Recommendation

Business Planning

Dan berbagai rencana lainnya..

Page 50: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.50

Pertanyaan :

• Apakah lembaga pendidikan tinggi anda sudah mempunyai Rencana Strategis ? • Jika Ya apakah membahas berbagai hal di atas ? • Apakah rencana strategis ini diacu oleh bagian-bagian dan unit di dalam Lembaga

pendidikan tinggi ? • Apakah lembaga pendidikan tinggi anda telah memiliki rencana detail pada level sub

system yang mengacu pada renstra ? misalnya masterplan fisik kampus, masterplan system keuangan, masterplan system sumber daya manusia dll ? bila telah memiliki sebutkan dan diskripsikan keterkaitannya dengan renstra induk

Page 51: Laksono Trisnantoro - Paper

Draft tanggal 4 Mei 2008. Belum untuk dikutip, hanya untuk pembahasan di seminar terbuka.

1.1.51

Lampiran mengenai Rencana Strategis