Post on 12-Dec-2020
65 Universitas Kristen Petra
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian
Kuesioner yang disebarkan dan terisi dengan benar berjumlah 105 buah.
Kuesioner tersebut disebarkan kepada responden yang memiliki berbagai macam
profesi dalam bidang konstruksi.
4.1.1 Posisi Perusahaan Sebagai Pelaku Konstruksi
Posisi perusahaan yang disebutkan dalam kuesioner adalah konsultan
arsitek, konsultan struktur, konsultan ME, kontraktor, pemilik proyek pribadi, dan
pemilik proyek developer. Dari 105 responden seperti tampak pada Tabel 4.1 dan
Gambar 4.1, tampak bahwa 20% atau 20 responden adalah konsultan arsitek.
Posisi konsultan struktur sebanyak 15 responden atau 14%. Responden dengan
posisi sebagai konsultan mekanikal elektrikal ada 13% atau 14 responden. Posisi
sebagai kontraktor sebanyak 31% atau 32 responden. Sebagai pemilik proyek
pribadi sebanyak 13 responden atau 12%. Sedangkan sebagai pemilik proyek
developer sebesar 10% atau 11 responden.
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Posisi Perusahaan Responden Sebagai Pelaku
Konstruksi
Posisi Perusahaan Posisi Perusahaan Responden Jumlah Responden
Konsultan Arsitek 20 Konsultan Struktur 15 Konsultan ME 14 49 Konsultan
Kontraktor 32 32 Kontraktor Pemilik Proyek Pribadi 13 Pemilik Proyek Developer 11 24 Pemilik
Total 105 105
Apabila dikelompokkan dalam 3 besar posisi pelaku konstruksi maka data
yang didapat adalah 47% atau 49 orang adalah konsultan, 30% atau 32 orang
adalah kontraktor, dan 23% atau 24 orang adalah pemilik proyek.
66 Universitas Kristen Petra
47%
30%
23%
Konsultan Kontraktor Pemilik
Gambar 4.1 Distribusi Posisi Perusahaan Sebagai Pelaku Konstruksi
4.1.2 Pengalaman Di Bidang Konstruksi
Dalam kuesioner ditanyakan pengalaman responden bekerja dalam bidang
konstruksi. Dari hasil 105 buah kuesioner seperti yang tampak pada Tabel 4.2 dan
Gambar 4.2 didapatkan 31 responden atau 30% memiliki pengalaman kurang dari
5 tahun dengan komposisi 22 orang berasal dari konsultan, 5 orang dari
kontraktor, dan 4 orang dari pemilik proyek. Yang memiliki pengalaman antara 5-
10 tahun sebanyak 39 orang atau 37% dengan komposisi 17 orang berasal dari
konsultan, 9 orang dari kontraktor, dan 13 orang dari pemilik proyek. Untuk
responden dengan pengalaman lebih dari 10 tahun ada 33% atau sebanyak 35
responden dengan komposisi 10 orang dari konsultan, 18 orang dari kontraktor,
dan 7 orang dari pemilik proyek.
Tabel 4.2 Hasil Kuesioner Pengalaman Responden Di Bidang Konstruksi
Posisi Pengalaman di Bidang Konstruksi Perusahaan Kurang dari Antara Lebih dari Responden 5 tahun 5-10 tahun 10 tahun
Konsultan 22 17 10 Kontraktor 5 9 18 Pemilik Proyek 4 13 7
Total 31 39 35
67 Universitas Kristen Petra
30%
37%
33%
Kurang dari 5 tahun Antara 5-10 tahun Lebih dari 10 tahun
Gambar 4.2 Distribusi Pengalaman Di Bidang Konstruksi
4.1.3 Masa Kerja Di Perusahaan
Untuk masa kerja responden di perusahaan didapatkan 40 orang atau 38%
yang memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun dengan komposisi 21 orang berasal
dari konsultan, 12 orang dari kontraktor, dan 7 orang dari pemilik. Sedangkan
untuk masa kerja antara 5-10 tahun terdapat 47 orang atau 45% dengan komposisi
22 orang berasal dari konsultan, 15 orang dari kontraktor, dan 10 orang dari
pemilik proyek. Responden yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun hanya
ada 18 orang atau sekitar 17% dengan komposisi 6 orang berasal dari konsultan, 5
orang dari kontraktor, dan 7 orang dari pemilik proyek. Secara jelas dan mendetail
hasil kuesioner masa kerja responden di perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.3
dan Gambar 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Masa Kerja Responden Di Perusahaan
Posisi Masa Kerja di Perusahaan Perusahaan Kurang dari Antara Lebih dari Responden 5 tahun 5-10 tahun 10 tahun
Konsultan 21 22 6 Kontraktor 12 15 5 Pemilik Proyek 7 10 7
Total 40 47 18
68 Universitas Kristen Petra
38%
45%
17%
Kurang dari 5 tahun Antara 5-10 tahun Lebih dari 10 tahun
Gambar 4.3 Distribusi Masa Kerja Di Perusahaan
4.2 Analisa Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Dengan Menggunakan
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Terdapat dua buah kriteria untuk mengukur kinerja konsultan perencana,
yaitu kinerja tugas (task performance) dan kinerja konteks (contextual
performance). Dari analisa AHP untuk ketiga pelaku konstruksi, yaitu konsultan,
kontraktor, dan pemilik proyek didapatkan nilai bobot kriteria kinerja tugas yang
lebih dominan dibandingkan kriteria kinerja konteks seperti yang dapat dilihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Nilai Bobot Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Menurut Konsultan,
Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Nilai Bobot Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Kode Konsultan Kontraktor Pemilik Kinerja Tugas TSP 0,518 0,568 0,608 Kinerja Konteks CTP 0,482 0,432 0,392
Nilai bobot yang didapatkan dari analisa AHP disusun dari nilai bobot
yang terbesar hingga yang terkecil untuk mengetahui peringkat dari kriteria
kinerja konsultan perencana menurut pendapat konsultan, kontraktor, dan pemilik
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.
69 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Peringkat Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Menurut Konsultan,
Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Peringkat Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Kode Konsultan Kontraktor Pemilik Kinerja Tugas TSP 1 1 1 Kinerja Konteks CTP 2 2 2
Berdasarkan nilai bobot kriteria kinerja konsultan perencana yang
didapatkan dari analisa AHP, diketahui bahwa menurut pendapat konsultan
kinerja tugas dengan nilai bobot sebesar 0,518 merupakan kriteria yang paling
penting bagi kinerja konsultan perencana daripada kinerja konteks yang hanya
memiliki nilai bobot sebesar 0,482. Sedangkan menurut pendapat kontraktor
kinerja tugas dengan nilai bobot sebesar 0,568 merupakan kriteria yang paling
penting bagi kinerja konsultan perencana daripada kinerja konteks yang hanya
memiliki nilai bobot sebesar 0,432. Bagi pemilik proyek, kinerja tugas dengan
nilai bobot sebesar 0,608 merupakan kriteria yang paling penting bagi kinerja
konsultan perencana daripada kinerja konteks yang hanya memiliki nilai bobot
sebesar 0,392.
Secara keseluruhan, pendapat ketiga pelaku konstruksi terhadap kriteria
kinerja konsultan perencana adalah sama yaitu mengganggap kinerja tugas lebih
penting daripada kinerja konteks (peringkat kinerja tugas lebih tinggi dari kinerja
konteks). Pemilik proyek menempatkan kinerja tugas sedikit lebih penting
dibandingkan konsultan dan kontraktor dengan nilai bobot mencapai 0,608. Jadi
dapat dikatakan kinerja tugas merupakan kriteria yang penting bagi kinerja
konsultan perencana, tetapi kinerja konteks juga tetap harus diperhatikan karena
memiliki kontribusi tersendiri terhadap kinerja konsultan perencana.
Hal ini didukung hasil interview dari beberapa orang konsultan,
kontraktor, dan pemilik proyek. Menurut konsultan, kinerja tugas merupakan
parameter yang penting dalam menentukan kemampuan konsultan perencana
secara teknis. Dalam prakteknya, konsultan lebih mengutamakan sisi teknis
daripada non teknis karena berkaitan dengan disain itu sendiri sehingga akan lebih
menonjolkan sisi kinerja tugas daripada kinerja konteks. Sangat wajar apabila
konsultan menganggap skill lebih berperan dalam menghasilkan disain yang
berstandar tinggi. Meskipun demikian kinerja konteks juga tetap memiliki peranan
70 Universitas Kristen Petra
yang tidak dapat diabaikan guna kelancaran pembuatan disain yang memerlukan
koordinasi, komunikasi, dan kerja sama yang baik dari sesama konsultan
perencana dan pemilik proyek.
Menurut kontraktor seharusnya kinerja konteks lebih penting bagi kinerja
konsultan perencana meskipun hasil penelitian lebih mengarah pada kinerja tugas.
Pertimbangan kontraktor ini berkaitan erat dengan kemampuan konsultan
perencana dalam menghasilkan disain yang constructability (mudah dilaksanakan
di lapangan). Kontraktor menyatakan ada kalanya kinerja tugas lebih dominan
dalam kinerja konsultan perencana. Salah satunya apabila berkaitan dengan
struktur organisasi suatu proyek, contohnya adalah kontraktor Design Builder
memiliki kontrol terhadap disain konsultan perencana langsung di bawah
kontraktor sehingga kontraktor Design Builder akan lebih memandang penting
kinerja tugas daripada kinerja konteks.
Menurut pemilik proyek, kinerja tugas sudah tepat dinyatakan sebagai
kriteria yang penting dari kinerja konsultan perencana namun bukan berarti
kinerja konteks tidak diperhatikan. Pemilik proyek beranggapan bahwa konsultan
perencana harus mampu menyelesaikan tugas-tugas kerjanya dengan baik dan
menghasilkan disain sesuai dengan standar yang berlaku. Pemilik proyek biasanya
lebih memandang kepada hasil yang identik dengan kinerja tugas daripada proses
yang lebih mengarah kepada kinerja konteks. Padahal hasil yang baik belum tentu
didapatkan dari proses yang benar dan proses yang benar belum tentu
mendapatkan hasil yang baik. Kinerja tugas maupun kinerja konteks keduanya
memiliki keterkaitan dalam pembuatan suatu disain, sehingga akan lebih baik jika
keduanya berjalan dengan seimbang.
4.3 Analisa Sub Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Dengan
Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Kriteria kinerja tugas dan kriteria kinerja konteks memiliki sub kriteria
sebagai komponen pendukungnya. Kinerja tugas memiliki empat sub kriteria
sedangkan kinerja konteks memiliki lima sub kriteria.
71 Universitas Kristen Petra
4.3.1 Sub Kriteria Dari Kriteria Kinerja Tugas
Dari analisa AHP untuk ketiga pelaku konstruksi, yaitu konsultan,
kontraktor, dan pemilik proyek didapatkan nilai bobot sub kriteria kinerja tugas
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Nilai Bobot Sub Kriteria Kinerja Tugas Menurut Konsultan, Kontraktor,
dan Pemilik Proyek
Sub Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Nilai Bobot
Kinerja Tugas Kode Konsultan Kontraktor Pemilik Pengalaman Kerja JE 0,364 0,449 0,232 Kecakapan Tugas TP 0,268 0,238 0,302 Pengetahuan Kerja JK 0,211 0,180 0,171 Kemampuan Memahami CA 0,157 0,132 0,296
Nilai bobot yang didapatkan dari analisa AHP disusun dari nilai bobot
yang terbesar hingga yang terkecil untuk mengetahui peringkat dari sub kriteria
kinerja tugas menurut pendapat konsultan, kontraktor, dan pemilik seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Peringkat Sub Kriteria Kinerja Tugas Menurut Konsultan, Kontraktor,
dan Pemilik Proyek
Sub Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Peringkat
Kinerja Tugas Kode Konsultan Kontraktor Pemilik Pengalaman Kerja JE 1 1 3 Kecakapan Tugas TP 2 2 1 Pengetahuan Kerja JK 3 3 4 Kemampuan Memahami CA 4 4 2
Berdasarkan nilai bobot sub kriteria dari kriteria kinerja tugas yang
didapatkan dari analisa AHP pada Tabel 4.6, diketahui bahwa menurut pendapat
konsultan dan kontraktor, pengalaman kerja dengan nilai bobot sebesar 0,364
merupakan sub kriteria yang paling penting bagi kriteria kinerja tugas karena
berada pada peringkat teratas. Kecakapan tugas berada pada peringkat kedua
sehingga dianggap sebagai sub kriteria yang cukup penting bagi kriteria kinerja
tugas dengan nilai bobot sebesar 0,268. Pada peringkat ketiga, terdapat
72 Universitas Kristen Petra
pengetahuan kerja dengan nilai bobot sebesar 0,211 yang merupakan sub kriteria
kurang penting bagi kriteria kinerja tugas. Kemampuan memahami yang memiliki
nilai bobot sebesar 0,157 dapat dianggap sebagai sub kriteria yang tidak begitu
penting bagi kriteria kinerja tugas karena hanya berada pada peringkat terakhir.
Menurut pendapat pemilik proyek, kecakapan tugas dengan nilai bobot
sebesar 0,302 merupakan sub kriteria yang paling penting bagi kriteria kinerja
tugas karena berada pada peringkat teratas. Kemampuan memahami berada pada
peringkat kedua sehingga dianggap sebagai sub kriteria yang cukup penting bagi
kriteria kinerja tugas dengan nilai bobot sebesar 0,296. Pada peringkat ketiga,
terdapat pengalaman kerja dengan nilai bobot sebesar 0,232 yang merupakan sub
kriteria kurang penting bagi kriteria kinerja tugas. Pengetahuan kerja memiliki
nilai bobot sebesar 0,171 dapat dianggap sebagai sub kriteria yang tidak begitu
penting bagi kriteria kinerja tugas karena hanya berada pada peringkat terakhir.
Secara keseluruhan, pendapat konsultan dan kontraktor terhadap sub
kriteria pengalaman kerja adalah sama, yaitu menganggap pengalaman kerja lebih
penting daripada sub kriteria lainnya. Meskipun pengalaman kerja memiliki nilai
bobot yang lebih besar dari nilai bobot kecakapan tugas namun selisihnya hanya
sekitar 0,100 sehingga menempatkan kecakapan tugas pada peringkat kedua
setelah pengalaman kerja. Begitu pula untuk nilai bobot pengetahuan kerja yang
hanya berselisih sekitar 0,100 dari nilai bobot pengalaman kerja dapat juga
dianggap memiliki tingkat kepentingan bagi kinerja tugas. Untuk kemampuan
memahami yang hanya memiliki nilai bobot 0,157 sebenarnya juga memiliki
tingkat kepentingan harus diperhatikan. Berbeda dengan pendapat pemilik proyek
yang menganggap kecakapan tugas lebih penting daripada sub kriteria lainnya
sehingga menempati peringkat pertama dan kemampuan memahami pada
peringkat kedua. Meski demikian selisih nilai bobot yang hanya berkisar 0,100
membuat pengalaman kerja juga dipandang penting bagi kinerja tugas. Untuk
pengetahuan kerja yang hanya memiliki nilai bobot 0,171 sebenarnya juga
memiliki tingkat kepentingan harus diperhatikan.
Jadi dapat dikatakan ketiga pelaku konstruksi memandang keempat sub
kriteria sebagai sub kriteria yang penting bagi kinerja tugas dengan tingkat
73 Universitas Kristen Petra
kepentingan yang berbeda. Hal ini didukung hasil interview dari beberapa orang
konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek.
Menurut konsultan dan kontraktor, pertimbangan mengapa pengalaman
kerja berada pada peringkat pertama adalah ditinjau dari jam terbang konsultan
perencana. Konsultan perencana memandang jam terbang yang tinggi yang akan
membuat konsultan perencana jeli terhadap detil disain dan permasalahan yang
sering terjadi dalam hal mendisain, terutama jika hal ini dikaitkan dengan hasil
disain konsultan perencana yang harus dapat dikerjakan oleh kontraktor di
lapangan (berhubungan dengan constructability). Hal ini tidak dapat diartikan
bahwa ketiga sub kriteria lainnya yang tidak berada pada peringkat pertama tidak
diperhatikan. Bagaimanapun juga dalam menentukan skill seorang konsultan
perencana, kecakapan tugas, pengetahuan kerja, dan kemampuan memahami juga
dijadikan sebagai bahan pertimbangan selain pengalaman kerja.
Pemilik proyek memiliki pendapat yang berbeda dari konsultan dan
kontraktor. Agar seorang konsultan perencana mampu menyelesaikan tugas-tugas
kerjanya, pemilik proyek berpendapat bahwa kecakapan tugas memiliki porsi
yang paling penting sebagai sub kriteria dari kinerja tugas. Seorang konsultan
perencana yang cakap diharapkan mampu memberikan solusi dan inovasi disain
agar dapat mendisain suatu bangunan sesuai dengan yang dikehendaki pemilik.
Sub kriteria kecakapan tugas memang dianggap lebih penting, akan tetapi sub
kriteria kemampuan memahami, pengetahuan kerja, dan pengalaman kerja dari
kriteria kinerja tugas juga dianggap penting bagi kinerja konsultan perencana
sehingga tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Seperti halnya kemampuan
memahami yang berperan bagi kelancaran mengintepretasikan gambaran disain
yang diharapkan oleh pemilik proyek. Bagi pemilik proyek kemampuan
constructability yang akan memperlancar kerja sama konsultan dan kontraktor
bukan dianggap tidak penting. Pemilik proyek menganggap konsultan perencana
dengan kecakapan tugas yang baik secara otomatis akan menghasilkan disain
yang dapat diterjemahkan kontraktor untuk dikerjakan di lapangan.
74 Universitas Kristen Petra
4.3.2 Sub Kriteria Dari Kriteria Kinerja Konteks
Dari analisa AHP untuk ketiga pelaku konstruksi, yaitu konsultan,
kontraktor, dan pemilik proyek didapatkan nilai bobot sub kriteria kinerja konteks
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Nilai Bobot Sub Kriteria Kinerja Konteks Menurut Konsultan,
Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Sub Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Nilai Bobot
Kinerja Konteks Kode Konsultan Kontraktor Pemilik Pengendalian CTR 0,293 0,347 0,172 Komitmen COM 0,246 0,242 0,175 Inisiatif IN 0,166 0,128 0,192 Kemampuan Bersosialisasi SS 0,149 0,123 0,185 Kesungguhan CS 0,147 0,160 0,276
Nilai bobot yang didapatkan dari analisa AHP disusun dari nilai bobot
yang terbesar hingga yang terkecil untuk mengetahui peringkat dari sub kriteria
kinerja konteks menurut pendapat konsultan, kontraktor, dan pemilik seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Peringkat Sub Kriteria Kinerja Konteks Menurut Konsultan, Kontraktor,
dan Pemilik Proyek
Sub Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Peringkat
Kinerja Konteks Kode Konsultan Kontraktor Pemilik Pengendalian CTR 1 1 5 Komitmen COM 2 2 4 Inisiatif IN 3 4 2 Kemampuan Bersosialisasi SS 4 5 3 Kesungguhan CS 5 3 1
Berdasarkan nilai bobot sub kriteria dari kriteria kinerja konteks yang
didapatkan dari analisa AHP pada Tabel 4.8, diketahui bahwa menurut pendapat
konsultan, pengendalian dengan nilai bobot sebesar 0,293 merupakan sub kriteria
yang paling penting bagi kriteria kinerja konteks karena berada pada peringkat
teratas. Komitmen berada pada peringkat kedua sehingga dianggap sebagai sub
kriteria yang cukup penting bagi kriteria kinerja konteks dengan nilai bobot
75 Universitas Kristen Petra
sebesar 0,246. Pada peringkat ketiga, terdapat inisiatif dengan nilai bobot sebesar
0,166 yang merupakan sub kriteria yang penting bagi kriteria kinerja konteks.
Peringkat keempat diduduki oleh kemampuan bersosialisasi yang dianggap
sebagai sub kriteria yang kurang penting bagi kriteria kinerja konteks dengan nilai
bobot sebesar 0,149. Kesungguhan yang memiliki nilai bobot sebesar 0,147 dapat
dianggap sebagai sub kriteria yang tidak begitu penting bagi kriteria kinerja
konteks karena hanya berada pada peringkat terakhir.
Menurut pendapat kontraktor, pengendalian dengan nilai bobot sebesar
0,347 merupakan sub kriteria yang paling penting bagi kriteria kinerja konteks
karena berada pada peringkat teratas. Komitmen berada pada peringkat kedua
sehingga dianggap sebagai sub kriteria yang cukup penting bagi kriteria kinerja
konteks dengan nilai bobot sebesar 0,242. Pada peringkat ketiga, terdapat
kesungguhan dengan nilai bobot sebesar 0,160 yang merupakan sub kriteria yang
penting bagi kriteria kinerja konteks. Peringkat keempat diduduki oleh inisiatif
yang dianggap sebagai sub kriteria yang kurang penting bagi kriteria kinerja
konteks dengan nilai bobot sebesar 0,128. Kemampuan bersosialisasi memiliki
nilai bobot sebesar 0,123 dapat dianggap sebagai sub kriteria yang tidak begitu
penting bagi kriteria kinerja konteks karena hanya berada pada peringkat terakhir.
Menurut pendapat pemilik proyek, kesungguhan dengan nilai bobot
sebesar 0,276 merupakan sub kriteria yang paling penting bagi kriteria kinerja
konteks karena berada pada peringkat teratas. Inisiatif berada pada peringkat
kedua sehingga dianggap sebagai sub kriteria yang cukup penting bagi kriteria
kinerja konteks dengan nilai bobot sebesar 0,192. Pada peringkat ketiga, terdapat
kemampuan bersosialisasi dengan nilai bobot sebesar 0,185 yang merupakan sub
kriteria yang penting bagi kriteria kinerja konteks. Peringkat keempat diduduki
oleh komitmen yang dianggap sebagai sub kriteria yang kurang penting bagi
kriteria kinerja konteks dengan nilai bobot sebesar 0,175. Pengendalian memiliki
nilai bobot sebesar 0,172 dapat dianggap sebagai sub kriteria yang tidak begitu
penting bagi kriteria kinerja konteks karena hanya berada pada peringkat terakhir.
Secara keseluruhan, pendapat konsultan dan kontraktor terhadap sub
kriteria pengalaman kerja adalah hampir sama, yaitu menganggap pengendalian
dan komitmen lebih penting daripada sub kriteria lainnya dengan nilai bobot yang
76 Universitas Kristen Petra
hampir sama yaitu sekitar 0,200 menurut konsultan dan nilai bobot yang hanya
berselisih 0,100 antara pengendalian dan komitmen menurut pendapat kontraktor.
Untuk nilai bobot inisiatif, kemampuan bersosialisasi, dan kesungguhan dengan
kisaran 0,100 atau dapat dianggap relatif sama diantara ketiganya, antara
konsultan dan kontraktor terdapat perbedaan peringkat namun sebenarnya juga
memiliki tingkat kepentingan harus diperhatikan. Berbeda dengan pendapat
pemilik proyek yang menganggap kesungguhan lebih penting daripada sub
kriteria lainnya sehingga menempati peringkat pertama. Meski demikian selisih
nilai bobot yang hanya berkisar 0,100 membuat keempat sub kriteria lainnya juga
dipandang penting bagi kinerja konteks.
Jadi dapat dikatakan ketiga pelaku konstruksi memandang kelima sub
kriteria sebagai sub kriteria yang penting bagi kinerja konteks dengan tingkat
kepentingan yang berbeda. Hal ini didukung hasil interview dari beberapa orang
konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek.
Konsultan dan kontraktor sama-sama menempatkan pengendalian dan
komitmen pada dua posisi teratas sebagai sub kriteria yang paling penting bagi
kinerja konteks. Hal ini dikarenakan apabila pengendalian yang baik disertai
dengan komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugas-tugas kerja yang menjadi
kewajiban dari konsultan perencana akan membuat hasil disain menjadi lebih
terjamin secara kualitas. Sedangkan untuk inisiatif, kemampuan bersosialisasi, dan
kesungguhan memiliki peringkat yang berbeda bagi konsultan dan kontraktor.
Konsultan memandang insiatif harus didahulukan setelah pengendalian dan
komitmen dengan pertimbangan bahwa konsultan perencana harus secara aktif
memberikan saran, solusi, dan pertimbangan disain pada pemilik guna
penghematan dalam sumber daya proyek yang sering kali tidak diperhatikan oleh
konsultan perencana. Konsultan perencana hanya terfokus pada menghasilkan
disain yang sesuai standar dan permintaan pemilik tanpa mengoptimalkan
penggunaan sumber daya proyek sebagai pendekatan terhadap keefektifan seluruh
biaya proyek. Kemampuan bersosialisasi dan kesungguhan tetap dipandang
penting agar tercipta kelancaran komunikasi dalam pencapaian target yang telah
ditentukan oleh pemilik proyek.
77 Universitas Kristen Petra
Berbeda dengan pemilik yang beranggapan kesungguhan adalah sub
kriteria yang paling penting bagi kriteria kinerja konteks. Hal ini dikarenakan
anggapan pemilik bahwa kesungguhan konsultan perencana sebagai bagian dari
kesadaran untuk melaksanakan kewajiban kerja akan membuat konsultan
perencana menjadi lebih produktif dan tidak membuang-buang jam kerja yang
efektif. Pemilik menginginkan konsultan perencana dapat menghasilkan disain
yang akurat dengan tidak melebihi batas waktu yang telah ditentukan pemilik.
Inisiatif, kemampuan bersosialisasi, komitmen, dan pengendalian tetap dianggap
pemilik sebagai sub kriteria dari kinerja konteks yang saling berkesinambungan.
Insiatif akan melahirkan ide-ide baru dalam penyempurnaan disain yang tidak
terpikirkan oleh pemilik terlebih bagi pemilik yang tidak begitu memahami dunia
konstruksi. Kemampuan bersosialisasi akan memperlancar komunikasi dan
memudahkan intepretasi disain. Komitmen dan pengendalian akan membuat
konsultan perencana fokus pada tujuan proyek dan terjaminnya kualitas disain.
Kelima sub kriteria tersebut tetap dianggap penting bagi pemilik proyek dengan
tingkat kepentingan yang berbeda.
Pemilik menempatkan kesungguhan pada peringkat pertama karena
berhubungan dengan pandangan pemilik terhadap kosultan perencana, sedangkan
konsultan dan kontraktor menempatkan pengendalian pada peringkat pertama
karena berhubungan dengan pandangan konsultan terhadap diri sendiri dan
pandangan kontraktor terhadap diri sendiri apabila memiliki struktur organisasi
design build.
4.4 Analisa Atribut-Atribut Kinerja Konsultan Perencana Berdasarkan
Pemberian Peringkat Menurut Pendapat Responden
Dari empat sub kriteria kinerja tugas dan lima sub kriteria kinerja konteks,
masing-masing memiliki beberapa atribut. Empat sub kriteria kinerja tugas total
memiliki 25 atribut sedangkan lima sub kriteria kinerja konteks memiliki 33
atribut. Atribut-atribut tersebut disusun berdasarkan peringkat dari isian kuesioner
untuk mengetahui atribut mana yang penting dari masing-masing sub kriteria.
78 Universitas Kristen Petra
4.4.1 Atribut-Atribut Dari Sub Kriteria Kemampuan Memahami
Peringkat dari atribut-atribut sub kriteria kemampuan memahami menurut
pendapat konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Peringkat Atribut-Atribut Sub Kriteria Kemampuan Memahami
Menurut Konsultan, Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Atribut Kinerja Konsultan Perencana Peringkat Kemampuan Memahami Kode Konsultan Kontraktor Pemilik
Kemampuan menganalisa situasi dengan tepat dan menentukan rangkaian tindakan yang benar CA4 1 1 1
Kemampuan menyelesaikan masalah dan teknis disain CA6 2 2 5 Kreatifitas dan inovasi dalam menyusun konsep disain CA1 3 4 4 Identifikasi terhadap permintaan pemilik dan tujuan proyek CA3 4 6 2 Kemampuan membuat keputusan yang baik terhadap hambatan yang datang CA5 5 5 6 Kualifikasi akademis dan profesional dari konsultan CA2 6 3 3
Berdasarkan Tabel 4.10, menurut pendapat konsultan ’kemampuan
menganalisa situasi dengan tepat dan menentukan rangkaian tindakan yang benar’
merupakan atribut yang paling penting bagi sub kriteria kemampuan memahami
karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut
’kualifikasi akademis dan profesional dari konsultan’ yang tidak begitu penting
bagi sub kriteria kemampuan memahami. Menurut pendapat kontraktor
’kemampuan menganalisa situasi dengan tepat dan menentukan rangkaian
tindakan yang benar’ merupakan atribut yang paling penting bagi sub kriteria
kemampuan memahami karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat
akhir, terdapat atribut ’identifikasi terhadap permintaan pemilik dan tujuan
proyek’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria kemampuan memahami.
Menurut pendapat pemilik proyek ’kemampuan menganalisa situasi dengan tepat
dan menentukan rangkaian tindakan yang benar’ merupakan atribut yang paling
penting bagi sub kriteria kemampuan memahami karena berada pada peringkat
teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’kemampuan membuat keputusan
79 Universitas Kristen Petra
yang baik terhadap hambatan yang datang’ yang tidak begitu penting bagi sub
kriteria kemampuan memahami.
Secara keseluruhan pendapat ketiga pelaku konstruksi adalah hampir
sama, yaitu menganggap ’kemampuan menganalisa situasi dengan tepat dan
menentukan rangkaian tindakan yang benar’ sebagai atribut yang paling penting
dari kelima atribut lainnya. Pada peringkat kedua, baik konsultan maupun
kontraktor sama-sama menempatkan ’kemampuan menyelesaikan masalah dan
teknis disain’ dengan pertimbangan bahwa dalam proses disain pasti akan banyak
kendala yang dihadapi konsultan perencana sehingga dibutuhkan kemampuan
menyelesaikan masalah yang terjadi dengan sigap. Sedangkan pemilik
menempatkan ’identifikasi terhadap permintaan pemilik dan tujuan proyek’ pada
peringkat kedua dengan pertimbangan bahwa konsultan perencana yang handal
akan mampu menerjemahkan keinginan pemilik secara tepat. Perbedaan ini terjadi
hanya karena perbedaan kepentingan masing-masing pelaku konstruksi dalam
memandang atribut-atribut yang menunjang kinerja konsultan perencana.
Berdasarkan hasil penelitian dari Tanjungan (2000) tentang identifikasi
dan peringkat kriteria-kriteria prakualifikasi konsultan perencana didapatkan hasil
bahwa kriteria ’analisa masalah dan pengambilan keputusan’ untuk target proyek
berdasarkan waktu tanpa memperhatikan aspek berada pada peringkat kedua.
Apabila memperhatikan aspek manajemen, maka kriteria tersebut berada pada
peringkat pertama. Hal ini membuktikan bahwa pentingnya kriteria ’analisa
masalah dan pengambilan keputusan’ yang terangkum dalam atribut paling
penting dari sub kriteria kemampuan memahami ternyata tidak hanya penting
dalam menentukan kinerja konsultan perencana tetapi juga penting bagi
prakualifikasi konsultan perencana.
4.4.2 Atribut-Atribut Dari Sub Kriteria Pengetahuan Kerja
Peringkat dari atribut-atribut sub kriteria pengetahuan kerja menurut
pendapat konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek dapat dilihat pada Tabel 4.11.
80 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.11 Peringkat Atribut-Atribut Sub Kriteria Pengetahuan Kerja Menurut
Konsultan, Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Atribut Kinerja Konsultan Perencana Peringkat Pengetahuan Kerja Kode Konsultan Kontraktor Pemilik
Pengetahuan akan ilmu dasar disain JK1 1 1 1 Pengetahuan constructability JK3 2 3 2 Pertimbangan terhadap lingkungan dalam disain JK5 3 5 5 Pengetahuan disain yang ekonomis JK2 4 2 3 Pertimbangan estetika untuk pekerjaan yang akan diselesaikan pada masa datang JK4 5 4 4 Penggunaan program komputer yang lebih maju dalam disain JK6 6 6 6
Berdasarkan Tabel 4.11, menurut pendapat konsultan ’pengetahuan akan
ilmu dasar disain’ merupakan atribut paling penting bagi sub kriteria pengetahuan
kerja karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut
’penggunaan program komputer yang lebih maju dalam disain’ yang tidak begitu
penting bagi sub kriteria pengetahuan kerja. Menurut pendapat kontraktor
’pengetahuan akan ilmu dasar disain’ merupakan atribut paling penting bagi sub
kriteria pengetahuan kerja karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat
akhir, terdapat atribut ’penggunaan program komputer yang lebih maju dalam
disain’ disain’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria pengetahuan kerja.
Menurut pendapat pemilik proyek ’pengetahuan akan ilmu dasar disain’
merupakan atribut paling penting bagi sub kriteria pengetahuan kerja karena
berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’penggunaan
program komputer yang lebih maju dalam disain’ yang tidak begitu penting bagi
sub kriteria pengetahuan kerja.
Secara keseluruhan pendapat ketiga pelaku konstruksi adalah hampir
sama, yaitu menganggap ’pengetahuan akan ilmu dasar disain’ sebagai atribut
yang paling penting dari kelima atribut lainnya karena merupakan modal utama
konsultan perencana untuk menghasilkan disain sesuai standar dan fungsinya.
Pada peringkat kedua, baik konsultan maupun pemilik sama-sama menempatkan
atribut ’pengetahuan constructability’ dengan pertimbangan bahwa pengetahuan
ini mutlak diperlukan agar disain yang telah dihasilkan oleh konsultan perencana
dapat dikerjakan oleh kontraktor di lapangan. Kontraktor juga menganggap atribut
ini penting dengan menempatkannya pada peringkat ketiga sesudah atribut
81 Universitas Kristen Petra
’pengetahuan disain yang ekonomis’. Menurut ketiga pelaku konstruksi atribut
’penggunaan program komputer yang lebih maju dalam disain’ menduduki
peringkat paling akhir tetapi bukan berarti atribut tersebut tidak memiliki tingkat
kepentingan tersendiri bagi kinerja konsultan perencana.
Pada prakteknya, penggunaan program komputer yang lebih maju sangat
menunjang kinerja konsultan perencana, misalnya penggunaan program Autocad
dan 3D Max versi terbaru membuat hasil gambar disain dan gambar rendering
konsultan perencana arsitek menjadi lebih bagus secara kualitas atau penggunaan
program ETABS dan Plaxis versi terbaru yang membuat perhitungan momen dan
tiang pancang bagunan menjadi lebih mudah diprediksi oleh konsultan perencana
struktur, dll.
4.4.3 Atribut-Atribut Dari Sub Kriteria Kecakapan Tugas
Peringkat dari atribut-atribut sub kriteria kecakapan tugas menurut
pendapat konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Peringkat Atribut-Atribut Sub Kriteria Kecakapan Tugas Menurut
Konsultan, Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Atribut Kinerja Konsultan Perencana Peringkat Kecakapan Tugas Kode Konsultan Kontraktor Pemilik
Kualitas teknis disain TP1 1 3 3 Ketahanan dari disain yang telah selesai dikerjakan TP4 2 2 5 Keakuratan disain TP3 3 6 7 Kualitas fungsional disain TP2 4 1 2 Solusi disain yang secara umum menerapkan semua aspek constructability TP5 5 4 4 Gambar disain dan dokumen yang mencakup banyak hal, jelas, dan didefinisikan dengan baik TP7 6 5 6 Menghasilkan pekerjaan yang berstandar kualitas tinggi TP9 7 8 8 Menunjukkan penguasaan dalam tugas-tugas kerja TP8 8 9 9 Solusi disain yang memenuhi standar finansial proyek TP6 9 7 1
Berdasarkan Tabel 4.12, menurut pendapat konsultan ’kualitas teknis
disain’ merupakan atribut yang paling penting bagi sub kriteria kecakapan tugas
82 Universitas Kristen Petra
karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’solusi
disain yang memenuhi standar finansial proyek’ yang tidak begitu penting bagi
sub kriteria kecakapan tugas. Menurut pendapat kontraktor ’kualitas fungsional
disain’ merupakan atribut yang paling penting bagi sub kriteria kecakapan tugas
karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut
’menunjukkan penguasaan dalam tugas-tugas kerja’ yang tidak begitu penting
bagi sub kriteria kecakapan tugas. Menurut pendapat pemilik proyek ’solusi disain
yang memenuhi standar finansial proyek’ merupakan atribut yang paling penting
bagi sub kriteria kecakapan tugas karena berada pada peringkat teratas. Pada
peringkat akhir, terdapat atribut ’menunjukkan penguasaan dalam tugas-tugas
kerja’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria kecakapan tugas.
Secara keseluruhan pendapat ketiga pelaku konstruksi adalah berbeda.
Konsultan menganggap ’kualitas teknis disain’ sebagai atribut yang paling penting
dari kedelapan atribut lainnya. Kontraktor menganggap ’kualitas fungsional
disain’ sebagai atribut yang paling penting dari kedelapan atribut lainnya.
Sedangkan pemilik proyek menganggap ’solusi disain yang memenuhi standar
finansial proyek’ sebagai atribut yang paling penting dari kedelapan atribut
lainnya. Perbedaan ini wajar terjadi karena masing-masing pelaku konstruksi
memiliki tugas dan deskripsi kerja yang berbeda. Konsultan lebih mengutamakan
agar disain yang dihasilkan berkualitas, menjawab keinginan pemilik, dan secara
teknis dapat dikerjakan di lapangan. Kontraktor lebih memilih mengerjakan
konstruksi yang jelas fungsinya daripada konstruksi yang fungsinya belum
terdefinisikan dengan baik. Sedangkan pemilik proyek lebih menginginkan hasil
disain sesuai standar finansial proyek yang telah ditetapkan pemilik.
Meskipun perbedaan ini wajar terjadi, bukan berarti pada prakteknya
konsultan menganggap kualitas fungsional disain tidak perlu diperhatikan karena
bagi kontraktor dianggap sebagai atribut paling penting. Begitu pula solusi disain
yang diharapkan pemilik dapat memenuhi standar finansial proyek juga harus
tetap diperhatikan oleh konsultan. Hal yang paling menarik adalah atribut
’menunjukkan penguasaan tugas-tugas kerja’ yang hanya menempati peringkat
terakhir menurut kontraktor dan pemilik. Idealnya pemilik menginginkan
konsultan perencana menguasai dan mampu menyelesaikan tugas-tugas kerjanya
83 Universitas Kristen Petra
dengan baik. Jadi meskipun terjadi perbedaan tingkat kepentingan antara
konsultan, kontraktor, dan pemilik, semua atribut-atribut tersebut tetaplah
menentukan kecakapan dari seorang konsultan perencana dalam menjalankan
tugas-tugasnya.
4.4.4 Atribut-Atribut Dari Sub Kriteria Pengalaman Kerja
Peringkat dari atribut-atribut sub kriteria pengalaman kerja menurut
pendapat konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Peringkat Atribut-Atribut Sub Kriteria Pengalaman Kerja Menurut
Konsultan, Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Atribut Kinerja Konsultan Perencana Peringkat Pengalaman Kerja Kode Konsultan Kontraktor Pemilik
Pengalaman dalam perencanaan disain yang sering ditangani (spesialisasi) JE4 1 1 2 Lama pengalaman dalam industri konstruksi JE1 2 2 1 Pengalaman dalam perencanaan disain JE3 3 3 3 Pengalaman dalam proyek yang serupa tipe dan ukurannya JE2 4 4 4
Berdasarkan Tabel 4.13, menurut pendapat konsultan ’pengalaman dalam
perencanaan disain yang sering ditangani (spesialisasi)’ merupakan atribut yang
paling penting bagi sub kriteria pengalaman kerja karena berada pada peringkat
teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’pengalaman dalam proyek yang
serupa tipe dan ukurannya’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria
pengalaman kerja. Menurut pendapat kontraktor ’pengalaman dalam perencanaan
disain yang sering ditangani (spesialisasi)’ merupakan atribut yang paling penting
bagi sub kriteria pengalaman kerja karena berada pada peringkat teratas. Pada
peringkat akhir, terdapat atribut ’pengalaman dalam proyek yang serupa tipe dan
ukurannya’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria pengalaman kerja. Menurut
pendapat pemilik proyek ’lama pengalaman dalam industri konstruksi’ merupakan
atribut yang paling penting bagi sub kriteria pengalaman kerja karena berada pada
peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’pengalaman dalam
proyek yang serupa tipe dan ukurannya’ yang tidak begitu penting bagi sub
kriteria pengalaman kerja.
84 Universitas Kristen Petra
Secara keseluruhan pendapat konsultan dan kontraktor adalah sama, yaitu
menganggap ’pengalaman dalam perencanaan disain yang sering ditangani
(spesialisasi)’ sebagai atribut yang paling penting dari ketiga atribut lainnya. Pada
peringkat kedua, baik konsultan maupun kontraktor sama-sama menempatkan
atribut ’lama pengalaman dalam industri konstruksi’. Berkebalikan dengan
pemilik yang menempatkan atribut ’lama pengalaman dalam industri konstruksi’
pada peringkat pertama dan atribut ’pengalaman dalam perencanaan disain yang
sering ditangani (spesialisasi)’ pada peringkat kedua. Hal ini membuktikan bahwa
kedua atribut ini hampir sama pentingnya dalam menentukan sub kriteria
pengalaman kerja bagi ketiga pelaku konstruksi. Menurut ketiga pelaku konstruksi
atribut ’pengalaman dalam proyek yang serupa tipe dan ukurannya’ menduduki
peringkat paling akhir dengan anggapan sudah terwakili oleh atribut ’pengalaman
dalam perencanaan disain yang sering ditangani (spesialisasi)’.
Pada prakteknya, disain suatu proyek yang sama tipe dan ukurannya biasa
terdapat pada jenis proyek perumahan, meski begitu bentuk rumah tersebut
pastilah berbeda untuk setiap proyek perumahan. Begitu pula dengan jenis proyek
gudang yang mungkin memiliki ukuran yang sama, hanya saja pasti memiliki
fungsi ataupun tampak yang berbeda untuk tiap proyek gudang, kecuali atas
permintaan pemilik terdahulu yang sudah pernah bekerja sama dalam proyek
gudang sebelumnya. Jadi konsultan perencana yang memiliki spesialisasi
perencanaan disain tertentu dianggap sudah memahami tipe dan ukuran suatu
bangunan yang sering didisain. Selain spesialisasi, lama pengalaman konsultan
perencana dalam industri konstruksi selalu menjadi pertimbangan utama bagi
pemilik dalam memilih dan menilai konsultan perencana. Menurut Tanjungan
(2000), pengalaman dianggap sebagai aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
kriteria prakualifikasi konsultan perencana. Lamanya pengalaman akan membuat
konsultan perencana cepat tanggap dalam menangani klaim dan revisi disain yang
berujung pada target penyelesaian proyek.
4.4.5 Atribut-Atribut Dari Sub Kriteria Kesungguhan
Peringkat dari atribut-atribut sub kriteria kesungguhan menurut pendapat
konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek dapat dilihat pada Tabel 4.14.
85 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.14 Peringkat Atribut-Atribut Sub Kriteria Kesungguhan Menurut
Konsultan, Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Atribut Kinerja Konsultan Perencana Peringkat Kesungguhan Kode Konsultan Kontraktor Pemilik
Perhatian terhadap detil disain dan konstruksi CS2 1 2 1 Ketekunan menanggulangi hambatan CS3 2 1 2 Antusiasme dalam mengatasi masalah yang didapatkan pemilik CS5 3 3 3 Antusiasme dalam mengerjakan pekerjaan yang sulit CS4 4 4 4 Kecepatan dalam menghasilkan gambar disain CS1 5 5 5 Sukarela diberi tanggung jawab tambahan CS6 6 6 6 Menawarkan bantuan kepada personil lain untuk menyelesaikan pekerjaan mereka CS7 7 8 8 Dengan sukarela melakukan pekerjaan lebih dari yang dibutuhkan untuk membantu personil lain atau sebagai bagian dari keefektifan perusahaan CS8 8 7 7
Berdasarkan Tabel 4.14, menurut pendapat konsultan ’perhatian terhadap
detail disain dan konstruksi’ merupakan atribut yang paling penting bagi sub
kriteria kesungguhan karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir,
terdapat atribut ’dengan sukarela melakukan pekerjaan lebih dari yang dibutuhkan
untuk membantu personil lain atau sebagai bagian dari keefektifan perusahaan’
yang tidak begitu penting bagi sub kriteria kesungguhan. Menurut pendapat
kontraktor ’ketekunan menanggulangi hambatan’ merupakan atribut yang paling
penting bagi sub kriteria kesungguhan karena berada pada peringkat teratas. Pada
peringkat akhir, terdapat atribut ’menawarkan bantuan kepada personil lain untuk
menyelesaikan pekerjaan mereka’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria
kesungguhan. Menurut pendapat pemilik proyek ’perhatian terhadap detail disain
dan konstruksi’ merupakan atribut yang paling penting bagi sub kriteria
kesungguhan karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat
atribut ’menawarkan bantuan kepada personil lain untuk menyelesaikan pekerjaan
mereka’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria kesungguhan.
Pendapat konsultan dan pemilik adalah sama, yaitu menganggap
’perhatian terhadap detail disain dan konstruksi’ sebagai atribut yang paling
penting dari ketujuh atribut lainnya. Pada peringkat kedua, baik konsultan maupun
86 Universitas Kristen Petra
pemilik sama-sama menempatkan atribut ’ketekunan menanggulangi hambatan’.
Berkebalikan dengan kontraktor yang menempatkan atribut ’ketekunan
menanggulangi hambatan’ pada peringkat pertama dan atribut ’perhatian terhadap
detail disain dan konstruksi’ pada peringkat kedua. Hal ini membuktikan bahwa
kedua atribut ini hampir sama pentingnya dalam menentukan sub kriteria
kesungguhan bagi ketiga pelaku konstruksi. Secara keseluruhan, pendapat ketiga
pelaku konstruksi adalah hampir sama, karena perbedaan peringkat yang ada
hanya berselisih satu peringkat diatas atau dibawahnya. Tiap atribut memiliki
tingkat kepentingan masing-masing yang perlu diperhatikan.
Perhatian terhadap detail disain dan konstruksi, seperti gambar rencana,
spesifikasi teknik dan syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan perlu disusun secara
sistematis dan terstruktur sehingga tidak memberikan peluang timbulnya
pekerjaan-pekerjaan tambahan di kemudian hari yang mengganggu tercapainya
target proyek (Dipohusodo, 1996). Perhatian detail disain tercakup dalam kriteria
proses disain yang dipandang dari aspek teknik dan berada pada peringkat paling
penting untuk kriteria prakualifikasi konsultan perencana berdasarkan target
proyek dari sisi biaya (Tanjungan, 2000).
4.4.6 Atribut-Atribut Dari Sub Kriteria Inisiatif
Peringkat dari atribut-atribut sub kriteria inisiatif menurut pendapat
konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Peringkat Atribut-Atribut Sub Kriteria Inisiatif Menurut Konsultan,
Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Atribut Kinerja Konsultan Perencana Peringkat Inisiatif Kode Konsultan Kontraktor Pemilik
Memberikan pertimbangan disain yang baik IN1 1 1 1 Tersedianya inovasi dan solusi alternatif IN3 2 3 6 Memberikan saran untuk perbaikan disain IN2 3 2 2 Penurunan biaya konstruksi dari yang dianggarkan pemilik IN5 4 4 3 Pengurangan keseluruhan sumber daya proyek dari yang disediakan pemilik IN6 5 5 4 Pengurangan durasi konstruksi dari yang ditetapkan pemilik IN4 6 6 5
87 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan Tabel 4.15, menurut pendapat konsultan ’memberikan
pertimbangan disain yang baik’ merupakan atribut yang paling penting bagi sub
kriteria inisiatif karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir,
terdapat atribut ’pengurangan durasi konstruksi dari yang ditetapkan pemilik’
yang tidak begitu penting bagi sub kriteria inisiatif. Menurut pendapat kontraktor
’memberikan pertimbangan disain yang baik’ merupakan atribut yang paling
penting bagi sub kriteria inisiatif karena berada pada peringkat teratas. Pada
peringkat akhir, terdapat atribut ’pengurangan durasi konstruksi dari yang
ditetapkan pemilik’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria inisiatif. Menurut
pendapat pemilik proyek ’memberikan pertimbangan disain yang baik’
merupakan atribut yang paling penting bagi sub kriteria inisiatif karena berada
pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’tersedianya inovasi
dan solusi alternatif’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria inisiatif.
Secara keseluruhan pendapat ketiga pelaku konstruksi adalah hampir
sama, yaitu menganggap ’memberikan pertimbangan disain yang baik’ sebagai
atribut yang paling penting dari kelima atribut lainnya karena memang untuk hal
itulah jasa konsultan perencana dibutuhkan oleh pemilik proyek. Selain
menghasilkan disain yang memenuhi harapan pemilik, konsultan perencana juga
harus mampu memberikan pertimbangan disain yang baik sesuai dengan tujuan
dan spesifikasi proyek. Pada peringkat kedua, baik kontraktor maupun pemilik
sama-sama menempatkan atribut ’memberikan saran untuk perbaikan disain’
dengan pertimbangan bahwa perubahan pada disain tidak boleh menyebabkan
penurunan kualitas disain. Sedangkan konsultan menempatkan ’tersedianya
inovasi dan solusi alternatif’ pada peringkat kedua dengan anggapan bahwa
pertimbangan disain yang baik semestinya disertai solusi alternatif dan inovasi
disain yang harus disesuaikan dengan kebutuhan pemilik proyek. Berdasarkan hal
tersebut barulah dapat disusun spesifikasi disain untuk memenuhi kebutuhan
pemilik proyek (Tanjungan, 2000).
Atribut ’pengurangan durasi konstruksi dari yang ditetapkan pemilik’ yang
ada di peringkat terakhir menurut konsultan dan kontraktor bukan dianggap tidak
penting, hanya saja pada prakteknya konsultan dan kontraktor kurang begitu
mengutamakan pengurangan durasi konstruksi melainkan berusaha menyelesaikan
88 Universitas Kristen Petra
konstruksi tepat waktu sesuai dengan jadwal proyek yang telah ditetapkan oleh
pemilik proyek. Pendapat pemilik proyek ternyata tidak jauh berbeda dengan
menempatkan atribut pengurangan durasi konstruksi pada peringkat kelima.
Pemilik proyek memang menginginkan penyelesaian proyek secepat mungkin
tetapi tidak menginginkan terjadinya penurunan kualitas disain, sehingga pemilik
beranggapan akan lebih baik jika proyek selesai tepat pada waktu yang ditentukan
dan memenuhi standar kualitas yang baik.
Ketika konsultan menganggap atribut ’tersedianya inovasi dan solusi
alternatif’ berada pada peringkat kedua, ternyata pemilik justru beranggapan
atribut tersebut berada pada peringkat terakhir. Hal ini bisa terjadi karena pemilik
menganggap atribut ’tersedianya inovasi dan solusi alternatif’ dari konsultan
perencana sudah tercakup dalam atribut ’memberikan pertimbangan disain yang
baik’. Tentunya konsultan perencana yang profesional akan memberikan
pertimbangan disain yang disertai solusi alternatif dan inovasi dalam disain
sehingga pemilik memiliki pandangan yang luas dan beragam pilihan untuk
menyempurnakan disain yang diinginkan.
4.4.7 Atribut-Atribut Dari Sub Kriteria Kemampuan Bersosialisasi
Peringkat dari atribut-atribut sub kriteria kemampuan bersosialisasi
menurut pendapat konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek dapat dilihat pada
Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Peringkat Atribut-Atribut Sub Kriteria Kemampuan Bersosialisasi
Menurut Konsultan, Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Atribut Kinerja Konsultan Perencana Peringkat Kemampuan Bersosialisasi Kode Konsultan Kontraktor Pemilik
Keahlian komunikasi dengan pemilik SS2 1 2 1 Keahlian komunikasi dengan konsultan lainnya SS3 2 5 4 Kemampuan bekerja sama dengan personil lain dalam tim SS5 3 1 2 Keahlian hubungan antar individu SS1 4 4 3 Keahlian komunikasi dengan kontraktor SS4 5 3 5
89 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan Tabel 4.16, menurut pendapat konsultan ’keahlian
komunikasi dengan pemilik’ merupakan atribut yang paling penting bagi sub
kriteria kemampuan bersosialisasi karena berada pada peringkat teratas. Pada
peringkat akhir, terdapat atribut ’keahlian komunikasi dengan kontraktor’ yang
tidak begitu penting bagi sub kriteria kemampuan bersosialisasi. Menurut
pendapat kontraktor ’kemampuan bekerja sama dengan personil lain dalam tim’
merupakan atribut yang paling penting bagi sub kriteria kemampuan bersosialisasi
karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut
’keahlian komunikasi dengan konsultan lainnya’ yang tidak begitu penting bagi
sub kriteria kemampuan bersosialisasi. Menurut pendapat pemilik proyek
’keahlian komunikasi dengan pemilik’ merupakan atribut yang paling penting
bagi sub kriteria kemampuan bersosialisasi karena berada pada peringkat teratas.
Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’keahlian komunikasi dengan kontraktor’
atribut yang tidak begitu penting bagi sub kriteria kemampuan bersosialisasi.
Pendapat konsultan dan pemilik adalah sama, yaitu menganggap ’keahlian
komunikasi dengan pemilik’ sebagai atribut yang paling penting dari keempat
atribut lainnya. Sedangkan kontraktor justru menganggap ’kemampuan bekerja
sama dengan personil lain dalam tim’ sebagai atribut yang paling penting.
Perbedaan ini wajar terjadi karena masing-masing pelaku konstruksi memiliki
tingkat komunikasi yang berbeda bergantung kepada struktur organisasi yang
mengatur kewenangan dan garis pertanggung jawaban hasil kerja. Konsultan lebih
mengutamakan keahlian komunikasi dengan pemilik proyek selaku pemakai jasa
agar tercipta kelancaran dalam menerjemahkan keinginan pemilik. Begitu pula
dengan pemilik yang juga mengharapkan konsultan perencana memiliki keahlian
komunikasi dengan pemilik agar maksud pemilik dapat tersampaikan dengan
jelas. Pendapat kontraktor lebih bersifat global dengan mengedepankan
kemampuan kerja sama antar personil dalam tim yang dianggap sudah mencakup
kelancaran komunikasi dan akan lebih berfungsi secara maksimal apabila struktur
organisasi kontraktor adalah design build.
Meskipun menurut konsultan dan pemilik, atribut ’keahlian komunikasi
dengan kontraktor’ berada pada peringkat terakhir bukan berarti dikesampingkan
begitu saja. Struktur organisasi pada umumnya yang menempatkan pemilik
90 Universitas Kristen Petra
proyek atau konsultan pengawas/konsultan manajemen konstruksi (yang mewakili
pemilik proyek) sebagai pihak yang harus diberi pertanggung jawaban langsung
oleh kontraktor tentunya membutuhkan keahlian komunikasi dengan kontraktor
agar memperlancar proses konstruksi. Dengan struktur organisasi yang demikian,
kontraktor hanya akan berhubungan secara langsung dengan pemilik proyek atau
konsultan pengawas/konsultan manajemen konstruksi yang mewakili pemilik
proyek sehingga wajar apabila kontraktor menempatkan atribut ’keahlian
komunikasi dengan konsultan lainnya’ pada peringkat terakhir.
Jadi meskipun terjadi perbedaan tingkat kepentingan antara pelaku
konstruksi, semua atribut-atribut tersebut tetaplah menunjang kemampuan
bersosialisasi dari seorang konsultan perencana dalam hal komunikasi, kerja sama,
dan hubungan antar personil. Selain kerja sama dan hubungan antar personil,
komunikasi adalah hal yang sangat penting karena merupakan proses yang
melibatkan fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, kepemimipinan,
pengawasan, dan organisasi. Masalah komunikasi seringkali diremehkan padahal
sering menjadi salah satu faktor pendorong kegagalan proyek (Tanjungan, 2000).
4.4.8 Atribut-Atribut Dari Sub Kriteria Pengendalian
Peringkat dari atribut-atribut sub kriteria pengendalian menurut pendapat
konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Peringkat Atribut-Atribut Sub Kriteria Pengendalian Menurut
Konsultan, Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Atribut Kinerja Konsultan Perencana Peringkat Pengendalian Kode Konsultan Kontraktor Pemilik
Kecepatan tanggapan terhadap permintaan dan perintah pemilik CTR3 1 2 3 Mengikuti standar prosedur operasi dan menghindari jalan pintas yang tidak sah CTR6 2 4 4 Kemampuan untuk memenuhi batas waktu yang diminta pemilik CTR5 3 1 2 Pemenuhan terhadap perintah dan permintaan pemilik CTR2 4 3 1 Mendukung keputusan pemilik CTR4 5 5 6 Rasa hormat terhadap pemilik sebagai pimpinan tim CTR1 6 6 5
91 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan Tabel 4.17, menurut pendapat konsultan ’kecepatan
tanggapan terhadap permintaan dan perintah pemilik’ merupakan atribut yang
paling penting bagi sub kriteria pengendalian karena berada pada peringkat
teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’rasa hormat terhadap pemilik
sebagai pimpinan tim’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria pengendalian.
Menurut pendapat kontraktor ’kemampuan untuk memenuhi batas waktu yang
diminta pemilik’ merupakan atribut yang paling penting bagi sub kriteria
pengendalian karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat
atribut ’rasa hormat terhadap pemilik sebagai pimpinan tim’ yang tidak begitu
penting bagi sub kriteria pengendalian. Menurut pendapat pemilik proyek
’pemenuhan terhadap perintah dan permintaan pemilik’ merupakan atribut yang
paling penting bagi sub kriteria pengendalian karena berada pada peringkat
teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’mendukung keputusan pemilik’
yang tidak begitu penting bagi sub kriteria pengendalian.
Secara keseluruhan pendapat ketiga pelaku konstruksi adalah berbeda.
Konsultan menganggap ’kecepatan tanggapan terhadap permintaan dan perintah
pemilik’ sebagai atribut yang paling penting dari kelima atribut lainnya.
Kontraktor menganggap ’kemampuan untuk memenuhi batas waktu yang diminta
pemilik’ sebagai atribut yang paling penting dari kelima atribut lainnya.
Sedangkan pemilik proyek menganggap ’pemenuhan terhadap perintah dan
permintaan pemilik’ sebagai atribut yang paling penting dari kelima atribut
lainnya. Perbedaan ini wajar terjadi karena masing-masing pelaku konstruksi
memiliki jenis pertanggung jawaban yang berbeda. Konsultan lebih
mengutamakan kecepatan dalam menanggapi permintaan pemilik karena respon
yang cepat dan tepat akan membuat pemilik memiliki kesan yang baik dan
menganggap konsultan perencana dapat bekerja secara profesional, sehingga
memperbesar kemungkinan pemilik untuk kembali menggunakan jasanya.
Kontraktor lebih mengutamakan kemampuan konsultan perencana untuk
memenuhi batas waktu yang diminta pemilik dengan pertimbangan penyelesaian
disain tepat waktu akan membuat proses konstruksi dapat segera dilaksanakan dan
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Jika kontrakor juga bertindak sebagai
designer builder maka penyelesaian disain tepat waktu juga dianggap sebagai
92 Universitas Kristen Petra
bentuk pertanggung jawaban tugas-tugas kerja konsultan perencana terhadap
kontraktor selaku pemakai jasa. Sedangkan pemilik proyek lebih menginginkan
konsultan perencana yang mampu memenuhi perintah dan permintaan pemilik,
karena bagi pemilik kecepatan tanggapan bukan berarti konsultan perencana
mampu memahami dan memenuhi keinginan pemilik dengan cepat dan tepat.
Meskipun perbedaan ini wajar terjadi, bukan berarti pada prakteknya konsultan
menganggap kemampuan untuk memenuhi batas waktu yang diminta pemilik
tidak perlu diperhatikan karena bagi kontraktor dianggap sebagai atribut paling
penting. Begitu pula pemenuhan terhadap perintah dan permintaan pemilik juga
harus tetap diperhatikan oleh konsultan karena hal tersebut paling krusial bagi
pemilik dan juga menentukan profesionalisme konsultan perencana.
Hal yang paling menarik adalah atribut ’rasa hormat terhadap pemilik
sebagai pimpinan tim’ yang hanya menempati peringkat terakhir menurut
konsultan dan kontraktor. Rasa hormat dianggap sudah wajib dilakukan karena hal
tersebut berhubungan dengan dasar profesionalisme kerja. Sudah sepantasnya
konsultan perencana menunjukkan sikap profesionalisme dan menghargai
permintaan maupun perintah pemilik karena pemilik proyek adalah pemakai jasa.
Sedangkan pemilik menempatkan atribut ’mendukung keputusan pemilik’ pada
peringkat terakhir dengan anggapan bahwa meskipun pemilik adalah pemakai jasa
yang harus dipenuhi permintaan dan keputusannya, tetapi jika tidak memenuhi
aturan-aturan disain tertentu maupun standar yang berlaku sebaiknya konsultan
perencana berdiskusi dan memberikan solusi alternatif kepada pemilik. Jadi
meskipun terjadi perbedaan tingkat kepentingan antara konsultan, kontraktor, dan
pemilik, semua atribut-atribut tersebut tetaplah menentukan profesionalisme
konsultan perencana.
4.4.9 Atribut-Atribut Dari Sub Kriteria Komitmen
Peringkat dari atribut-atribut sub kriteria komitmen menurut pendapat
konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek dapat dilihat pada Tabel 4.18.
93 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.18 Peringkat Atribut-Atribut Sub Kriteria Komitmen Menurut Konsultan,
Kontraktor, dan Pemilik Proyek
Atribut Kinerja Konsultan Perencana Peringkat Komitmen Kode Konsultan Kontraktor Pemilik
Pencapaian tujuan dan sasaran COM3 1 3 1 Memberikan saran yang berkualitas dan dapat dipercaya COM4 2 2 2 Siap sedia untuk merevisi disain untuk mencapai constructability lebih tinggi dan penghematan terhadap biaya dan waktu COM7 3 1 3 Meminimalisasi resiko melalui rekomendasi disain yang efektif COM8 4 4 5 Melatih disiplin pribadi dan pengendalian diri COM5 5 5 4 Kesiapan untuk dapat dihubungi oleh pemilik COM2 6 7 6 Ketertarikan dengan pekerjaan COM6 7 6 7 Kesetiaan terhadap pemilik COM1 8 8 8
Berdasarkan Tabel 4.18, menurut pendapat konsultan ’pencapaian tujuan
dan sasaran’ merupakan atribut yang paling penting bagi sub kriteria komitmen
karena berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut
’kesetiaan terhadap pemilik’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria
komitmen. Menurut pendapat kontraktor ’siap sedia untuk merevisi disain untuk
mencapai constructability lebih tinggi dan penghematan terhadap biaya dan
waktu’ merupakan atribut yang paling penting bagi sub kriteria komitmen karena
berada pada peringkat teratas. Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’kesetiaan
terhadap pemilik’ yang tidak begitu penting bagi sub kriteria komitmen. Menurut
pendapat pemilik proyek ’pencapaian tujuan dan sasaran’ merupakan atribut yang
paling penting bagi sub kriteria komitmen karena berada pada peringkat teratas.
Pada peringkat akhir, terdapat atribut ’kesetiaan terhadap pemilik’ yang tidak
begitu penting bagi sub kriteria komitmen.
Pendapat konsultan dan pemilik adalah sama, yaitu menganggap
’pencapaian tujuan dan sasaran’ sebagai atribut yang paling penting dari ketujuh
atribut lainnya. Sedangkan kontraktor justru menganggap ’siap sedia untuk
merevisi disain untuk mencapai constructability lebih tinggi dan penghematan
terhadap biaya dan waktu’ sebagai atribut yang paling penting. Perbedaan ini
wajar terjadi karena masing-masing pelaku konstruksi memiliki komitmen yang
berbeda yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas kerjanya. Konsultan
94 Universitas Kristen Petra
lebih mengutamakan pencapaian tujuan dan sasaran yang diminta pemilik selaku
pemakai jasa sebagai bentuk profesionalisme kerja. Begitu pula dengan pemilik
yang juga mengharapkan konsultan perencana memiliki sikap profesional dalam
menjalankan tugas-tugas kerjanya sehingga tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
oleh pemilik dapat terpenuhi. Pendapat kontraktor lebih mengarah pada
kelancaran proses konstruksi dengan lebih mengutamakan kesigapan konsultan
perencana dalam merevisi disain agar tercapai constructability yang lebih tinggi
sehingga dapat menghemat biaya dan waktu.
Masing-masing pelaku konstruksi memiliki komitmen yang berbeda yang
berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas kerjanya sehingga mempengaruhi
pandangan mereka terhadap atribut yang paling penting bagi kinerja konsultan
perencana, namun ternyata para pelaku konstruksi memiliki pendapat yang sama
terhadap pentingnya atribut ’memberikan saran yang berkualitas dan dapat
dipercaya’ dengan menempatkannya pada peringkat kedua.
Menurut ketiga pelaku konstruksi, atribut ’kesetiaan terhadap pemilik’
menduduki peringkat paling akhir dengan anggapan sudah terwakili oleh atribut
’pencapaian tujuan dan sasaran’. Dengan tercapainya tujuan dan sasaran yang
diminta dan telah disepakati bersama pemilik proyek, para pelaku konstruksi
beranggapan bahwa konsultan perencana sudah menunjukkan kesetiaan terhadap
pemilik hingga akhir proyek yang ditandai dengan proses serah terima.
Yang menarik, perbedaan peringkat atribut sub kriteria komitmen lainnya
antara para pelaku konstruksi ternyata hanya berbeda satu/dua peringkat diatas
dan dibawahnya. Hal ini berarti secara keseluruhan pendapat para pelaku
konstruksi adalah hampir sama dan tiap atribut memiliki tingkat kepentingan
masing-masing yang perlu diperhatikan karena menunjukkan komitmen konsultan
perencana dalam menyelesaikan tugas-tugas kerjanya.
4.5 Perbedaan Pendapat Kriteria Kinerja Konsultan Perencana Antara
Para Pelaku Konstruksi
Uji perbedaan pendapat kriteria kinerja konsultan perencana ditinjau dari
nilai bobotnya dan dilakukan dengan menggunakan Multivariate Analysis of
Variance (Manova) dengan tingkat signifikansi 95%. Uji perbedaan ini dilakukan
95 Universitas Kristen Petra
terhadap dua kriteria utama kinerja konsultan perencana, yaitu kriteria kinerja
tugas dan kriteria kinerja konteks sebagai variabel dependennya. Sedangkan
variabel independennya adalah ketiga pelaku konstruksi, yaitu konsultan,
kontraktor, dan pemilik proyek.
Keluaran untuk uji perbedaan pendapat kriteria kinerja konsultan
perencana ada dua bagian, yaitu keluaran varians dan keluaran multivariate.
• Keluaran Varians
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai pada Box’s M.
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima yang berarti varians dari kriteria kinerja
konsultan perencana sama tetapi jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak yang
berarti varians dari kriteria kinerja konsultan perencana adalah berbeda. Hasil dari
keluaran menunjukkan Box’s M tidak dapat dihitung karena hanya ada dua sel
nonsingular matriks kovarians.
• Keluaran Multivariate
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai probabilitas
Pillai’s Trace, Wilk’s Lamda, Hottelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root. Jika
probabilitas > 0,05 maka H0 diterima yang berarti nilai bobot kriteria kinerja
konsultan perencana antara konsultan, kontraktor, dan pemilik adalah sama, tetapi
jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti nilai bobot kriteria kinerja
konsultan perencana antara konsultan, kontraktor, dan pemilik adalah berbeda.
Hasil dari keluaran dapat dilihat pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19 Hasil Keluaran Multivariate Kriteria Kinerja Konsultan
Perencana
Multivariate Tests c
.999 36588.707a 2.000 101.000 .000
.001 36588.707a 2.000 101.000 .000
724.529 36588.707a 2.000 101.000 .000
724.529 36588.707a 2.000 101.000 .000
.088 2.338 4.000 204.000 .057
.913 2.346a 4.000 202.000 .056
.094 2.353 4.000 200.000 .055
.083 4.224b 2.000 102.000 .017
Pillai's Trace
Wilks' Lambda
Hotelling's Trace
Roy's Largest Root
Pillai's Trace
Wilks' Lambda
Hotelling's Trace
Roy's Largest Root
EffectIntercept
PK
Value F Hypothesis df Error df Sig.
Exact statistica.
The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.b.
Design: Intercept+PKc.
96 Universitas Kristen Petra
Ketiga nilai probabilitas Pillai’s Trace, Wilk’s Lamda, dan Hottelling’s
Trace > 0,05 yang artinya H0 diterima sedangkan nilai probabilitas Roy’s Largest
Root < 0,05 yang artinya H0 ditolak. Dikarenakan terdapat 3 nilai probabilitas
yang > 0,05, maka secara keseluruhan dapat diasumsikan nilai bobot kriteria
kinerja konsultan perencana antara konsultan, kontraktor, dan pemilik adalah
sama/tidak ada perbedaan pendapat diantara ketiganya.
Tabel 4.20 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Kriteria Kinerja Tugas
Task Performance
49 ,51092
32 ,56781 ,56781
24 ,60800
,290 ,536
Pelaku Konstruksikonsultan
kontraktor
pemilik
Sig.
Tukey HSDa,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,023.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
Tabel 4.21 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Kriteria Kinerja Konteks
Contextual Performance
24 ,40763
32 ,43219
49 ,48908
,077
Pelaku Konstruksipemilik
kontraktor
konsultan
Sig.
Tukey HSDa,bN 1
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,022.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
Dari pengelompokkan nilai mean kriteria kinerja tugas antara ketiga
pelaku konstruksi pada Tabel 4.20, diketahui terdapat perbedaan kelompok nilai
mean antara konsultan dan pemilik sehingga dibagi menjadi dua bagian kelompok
(subsets). Sedangkan dari pengelompokkan nilai mean kriteria kinerja konteks
antara ketiga pelaku konstruksi pada Tabel 4.21, diketahui tidak terdapat
97 Universitas Kristen Petra
perbedaan kelompok nilai mean antara ketiganya sehingga hanya ada satu
kelompok (subsets). Oleh karena hanya terdapat satu perbedaan kelompok nilai
mean dalam kriteria kinerja konsultan perencana, maka dapat diasumsikan
pendapat ketiga pelaku konstruksi tidak berbeda secara signifikan.
Berdasarkan semua hasil keluaran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan pendapat kriteria kinerja konsultan
perencana antara konsultan, kontraktor, dan pemilik. Hal ini sesuai dengan hasil
analisa pembobotan AHP yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 hal 68 yang
menyatakan nilai bobot kriteria kinerja tugas lebih besar daripada nilai bobot
kriteria kinerja konteks baik menurut konsultan, kontraktor, maupun pemilik.
Namun dengan perbedaan nilai bobot yang hanya berselisih sedikit maka kriteria
kinerja konteks dapat dianggap memiliki kontribusi tersendiri terhadap kinerja
konsultan perencana, sehingga harus tetap diperhatikan. Keluaran varians dan
multivariate untuk kriteria kinerja konsultan perencana menurut konsultan,
kontraktor, dan pemilik secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.
4.6 Perbedaan Pendapat Sub Kriteria Kinerja Konsultan Perencana
Antara Para Pelaku Konstruksi
Uji perbedaan pendapat sub kriteria kinerja konsultan perencana ditinjau
dari nilai bobotnya dan dilakukan dengan menggunakan Multivariate Analysis of
Variance (Manova) dengan tingkat signifikansi 95%. Uji perbedaan ini dilakukan
terhadap empat sub kriteria kinerja tugas dan lima sub kriteria kinerja konteks
sebagai variabel dependennya. Sedangkan variabel independennya adalah ketiga
pelaku konstruksi, yaitu konsultan, kontraktor, dan pemilik proyek.
4.6.1 Perbedaan Pendapat Sub Kriteria Kinerja Tugas Antara Para Pelaku
Konstruksi
Keluaran untuk uji perbedaan pendapat sub kriteria kinerja tugas ada dua
bagian, yaitu keluaran varians dan keluaran multivariate.
• Keluaran Varians
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai pada Box’s M.
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima yang berarti varians dari sub kriteria
98 Universitas Kristen Petra
kinerja tugas sama tetapi jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti
varians dari sub kriteria kinerja tugas adalah berbeda. Hasil dari keluaran varians
dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Hasil Keluaran Varians Sub Kriteria Kinerja Tugas
Box's Test of Equality of Covariance Matrices a
45.068
2.111
20
21221.916
.003
Box's M
F
df1
df2
Sig.
Tests the null hypothesis that the observed covariancematrices of the dependent variables are equal across groups.
Design: Intercept+PKa.
Pada Tabel 4.22 tersebut menunjukkan nilai probabilitas pada Box’s M < 0,05
yang artinya tolak H0. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa varians dari sub
kriteria kinerja tugas antara konsultan, kontraktor, dan pemilik adalah berbeda.
• Keluaran Multivariate
Tabel 4.23 Hasil Keluaran Multivariate Sub Kriteria Kinerja Tugas
Multivariate Tests c
1.000 8E+007a 4.000 99.000 .000
.000 8E+007a 4.000 99.000 .000
3242814 8E+007a 4.000 99.000 .000
3242814 8E+007a 4.000 99.000 .000
.290 4.248 8.000 200.000 .000
.721 4.400a 8.000 198.000 .000
.371 4.549 8.000 196.000 .000
.323 8.063b 4.000 100.000 .000
Pillai's Trace
Wilks' Lambda
Hotelling's Trace
Roy's Largest Root
Pillai's Trace
Wilks' Lambda
Hotelling's Trace
Roy's Largest Root
EffectIntercept
PK
Value F Hypothesis df Error df Sig.
Exact statistica.
The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.b.
Design: Intercept+PKc.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai probabilitas
Pillai’s Trace, Wilk’s Lamda, Hottelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root. Jika
probabilitas > 0,05 maka H0 diterima yang berarti nilai bobot sub kriteria kinerja
tugas antara konsultan, kontraktor, dan pemilik adalah sama, tetapi jika
99 Universitas Kristen Petra
probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti nilai bobot sub kriteria kinerja
tugas antara konsultan, kontraktor, dan pemilik adalah berbeda.
Hasil dari keluaran dapat dilihat pada Tabel 4.23 dimana nilai probabilitas
Pillai’s Trace, Wilk’s Lamda, Hottelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root < 0,05
yang artinya H0 ditolak. Dikarenakan keempat nilai probabilitas keluaran
multivariate < 0,05, maka secara keseluruhan dapat diasumsikan nilai bobot sub
kriteria kinerja tugas antara konsultan, kontraktor, dan pemilik berbeda (ada
perbedaan pendapat diantara ketiga pelaku konstruksi).
Tabel 4.24 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Sub Kriteria Kemampuan
Memahami (Cognitive Ability)
Cognitive Ability
32 ,13247
49 ,15851
24 ,29550
,691 1,000
Pelaku Konstruksikontraktor
konsultan
pemilik
Sig.
Tukey HSD a,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,016.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
Tabel 4.25 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Sub Kriteria Pengetahuan Kerja
(Job Knowledge)
Job Knowledge
24 ,17054
32 ,18013
49 ,21122
,251
Pelaku Konstruksipemilik
kontraktor
konsultan
Sig.
Tukey HSDa,bN 1
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,010.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
100 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.26 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Sub Kriteria Kecakapan
Tugas (Task Proficiency)
Task Proficiency
32 ,23841
49 ,27551
24 ,30229
,133
Pelaku Konstruksikontraktor
konsultan
pemilik
Sig.
Tukey HSDa,bN 1
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,017.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
Tabel 4.27 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Sub Kriteria Pengalaman Kerja
(Job Experience)
Job Experience
24 ,23167
49 ,35478
32 ,44894
1,000 ,051
Pelaku Konstruksipemilik
konsultan
kontraktor
Sig.
Tukey HSDa,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,025.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
Dari pengelompokkan nilai mean sub kriteria kemampuan memahami
antara ketiga pelaku konstruksi pada Tabel 4.24, diketahui terdapat perbedaan
kelompok nilai mean konsultan dan kontraktor dengan kelompok pemilik
sehingga dibagi menjadi dua bagian kelompok (subsets). Dari pengelompokkan
nilai mean sub kriteria pengetahuan kerja antara ketiga pelaku konstruksi pada
Tabel 4.25, diketahui tidak terdapat perbedaan kelompok nilai mean antara
ketiganya sehingga hanya ada satu kelompok (subsets). Begitu pula dari
pengelompokkan nilai mean sub kriteria kecakapan tugas antara ketiga pelaku
konstruksi pada Tabel 4.26, diketahui tidak terdapat perbedaan kelompok nilai
mean antara ketiganya sehingga hanya ada satu kelompok (subsets) saja.
Sedangkan dari pengelompokkan nilai mean sub kriteria pengalaman kerja antara
ketiga pelaku konstruksi pada Tabel 4.27, diketahui terdapat perbedaan kelompok
101 Universitas Kristen Petra
nilai mean konsultan dan kontraktor dengan kelompok pemilik sehingga dibagi
menjadi dua bagian kelompok (subsets). Oleh karena terdapat dua perbedaan
kelompok nilai mean dalam sub kriteria kinerja tugas (kemampuan memahami
dan pengalaman kerja), maka dapat diasumsikan pendapat konsultan dan
kontraktor berbeda secara signifikan dengan pendapat pemilik.
Berdasarkan semua hasil keluaran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan terdapat perbedaan pendapat sub kriteria kinerja tugas antara
para pelaku konstruksi. Hal ini sesuai dengan hasil analisa pembobotan AHP yang
dapat dilihat pada Tabel 4.6 hal 71 yang menyatakan perbedaan nilai bobot untuk
setiap sub kriteria kinerja tugas menurut konsultan, kontraktor, maupun pemilik.
Dengan demikian para pelaku konstruksi memiliki pendapat berbeda untuk sub
kriteria yang paling penting bagi kriteria kinerja tugas, dimana sub kriteria
pengalaman kerja menduduki posisi yang paling penting bagi kriteria kinerja
tugas menurut konsultan dan kontraktor, sedangkan sub kriteria kecakapan tugas
paling penting bagi sub kriteria kinerja tugas menurut pemilik. Keluaran varians
dan multivariate untuk sub kriteria kinerja tugas menurut konsultan, kontraktor,
dan pemilik secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4.
4.6.2 Perbedaan Pendapat Sub Kriteria Kinerja Konteks Antara Para
Pelaku Konstruksi
Keluaran untuk uji perbedaan bobot sub kriteria kinerja konteks ada dua
bagian, yaitu keluaran varians dan keluaran multivariate.
• Keluaran Varians
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai pada Box’s M.
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima yang berarti varians dari sub kriteria
kinerja konteks sama tetapi jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti
varians dari sub kriteria kinerja konteks adalah berbeda. Hasil dari keluaran
varians dapat dilihat pada Tabel 4.28.
102 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.28 Hasil Keluaran Varians Sub Kriteria Kinerja Konteks
Box's Test of Equality of Covariance Matrices a
83.321
2.559
30
19058.485
.000
Box's M
F
df1
df2
Sig.
Tests the null hypothesis that the observed covariancematrices of the dependent variables are equal across groups.
Design: Intercept+PKa.
Pada Tabel 4.28 tersebut menunjukkan nilai probabilitas pada Box’s M < 0,05
yang artinya tolak H0. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa varians dari sub
kriteria kinerja konteks antara konsultan, kontraktor, dan pemilik adalah berbeda.
• Keluaran Multivariate
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai probabilitas
Pillai’s Trace, Wilk’s Lamda, Hottelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root. Jika
probabilitas > 0,05 maka H0 diterima yang berarti nilai bobot sub kriteria kinerja
konteks antara konsultan, kontraktor, dan pemilik adalah sama, tetapi jika
probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak yang berarti nilai bobot sub kriteria kinerja
konteks antara konsultan, kontraktor, dan pemilik adalah berbeda.
Tabel 4.29 Hasil keluaran Multivariate Sub Kriteria Kinerja Konteks
Multivariate Tests c
1.000 5E+007a 5.000 98.000 .000
.000 5E+007a 5.000 98.000 .000
2634157 5E+007a 5.000 98.000 .000
2634157 5E+007a 5.000 98.000 .000
.417 5.219 10.000 198.000 .000
.609 5.519a 10.000 196.000 .000
.600 5.818 10.000 194.000 .000
.517 10.239b 5.000 99.000 .000
Pillai's Trace
Wilks' Lambda
Hotelling's Trace
Roy's Largest Root
Pillai's Trace
Wilks' Lambda
Hotelling's Trace
Roy's Largest Root
EffectIntercept
PK
Value F Hypothesis df Error df Sig.
Exact statistica.
The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.b.
Design: Intercept+PKc.
103 Universitas Kristen Petra
Hasil dari keluaran dapat dilihat pada Tabel 4.29 dimana nilai probabilitas
Pillai’s Trace, Wilk’s Lamda, Hottelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root < 0,05
yang artinya H0 ditolak. Dikarenakan keempat nilai probabilitas keluaran
multivariate < 0,05, maka secara keseluruhan dapat diasumsikan nilai bobot sub
kriteria kinerja konteks antara konsultan, kontraktor, dan pemilik berbeda (ada
perbedaan pendapat diantara ketiga pelaku konstruksi).
Tabel 4.30 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Sub Kriteria Kesungguhan
(Conscientiousness)
CONSCIENTIOUSNESS
49 ,14929
32 ,16041
24 ,27629
,898 1,000
Pelaku Konstruksikonsultan
kontraktor
pemilik
Sig.
Tukey HSDa,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,010.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
Tabel 4.31 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Sub Kriteria Inisiatif (Initiative)
INITIATIVE
32 ,12775
49 ,16884 ,16884
24 ,19183
,243 ,638
Pelaku Konstruksikontraktor
konsultan
pemilik
Sig.
Tukey HSDa,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,010.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
104 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.32 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Sub Kriteria Kemampuan
Bersosialisasi (Social Skill)
SOCIAL SKILL
32 ,12278
49 ,14886 ,14886
24 ,18513
,384 ,160
Pelaku Konstruksikontraktor
konsultan
pemilik
Sig.
Tukey HSDa,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,006.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
Tabel 4.33 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Sub Kriteria Pengendalian
(Controllability)
CONTROLLABILITY
24 ,17179
49 ,28659
32 ,34719
1,000 ,138
Pelaku Konstruksipemilik
konsultan
kontraktor
Sig.
Tukey HSDa,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,016.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
Tabel 4.34 Hasil Keluaran Kelompok Nilai Mean Sub Kriteria Komitmen
(Commitment)
COMMITMENT
24 ,17500
32 ,24184
49 ,24665
1,000 ,978
Pelaku Konstruksipemilik
kontraktor
konsultan
Sig.
Tukey HSDa,bN 1 2
Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = ,009.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 32,146.a.
Alpha = ,05.b.
105 Universitas Kristen Petra
Dari pengelompokkan nilai mean sub kriteria kesungguhan antara ketiga
pelaku konstruksi pada Tabel 4.30, diketahui terdapat perbedaan kelompok nilai
mean konsultan dan kontraktor dengan kelompok pemilik sehingga dibagi
menjadi dua bagian kelompok (subsets). Dari pengelompokkan nilai mean sub
kriteria inisiatif antara ketiga pelaku konstruksi pada Tabel 4.31, diketahui
terdapat perbedaan kelompok nilai mean antara kontraktor dan pemilik sehingga
dibagi menjadi dua bagian kelompok (subsets). Begitu pula dari pengelompokkan
nilai mean sub kriteria kemampuan bersosialisasi antara ketiga pelaku konstruksi
pada Tabel 4.32, diketahui terdapat perbedaan kelompok nilai mean antara
kontraktor dan pemilik sehingga dibagi menjadi dua bagian kelompok (subsets).
Pengelompokkan nilai mean baik dari sub kriteria pengendalian maupun sub
kriteria komitmen antara ketiga pelaku konstruksi pada Tabel 4.33 dan Tabel 4.34,
diketahui terdapat perbedaan kelompok nilai mean konsultan dan kontraktor
dengan kelompok pemilik sehingga dibagi menjadi dua bagian kelompok
(subsets). Oleh karena terdapat tiga perbedaan kelompok nilai mean dalam sub
kriteria kinerja konteks (kesungguhan, pengendalian, dan komitmen), maka dapat
diasumsikan pendapat konsultan dan kontraktor berbeda secara signifikan dengan
pendapat pemilik.
Berdasarkan semua hasil keluaran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan terdapat perbedaan pendapat sub kriteria kinerja konteks antara
para pelaku konstruksi. Hal ini sesuai dengan hasil analisa pembobotan AHP yang
dapat dilihat pada Tabel 4.8 hal 74 yang menyatakan perbedaan nilai bobot untuk
setiap sub kriteria kinerja konteks menurut konsultan, kontraktor, maupun
pemilik. Dengan demikian ketiga pelaku konstruksi memiliki anggapan yang
berbeda untuk sub kriteria yang penting bagi kriteria kinerja konteks, dimana sub
kriteria pengendalian menduduki posisi yang paling penting bagi kriteria kinerja
konteks menurut konsultan dan kontraktor, sedangkan sub kriteria kesungguhan
paling penting bagi sub kriteria kinerja konteks menurut pemilik. Keluaran varians
dan multivariate untuk sub kriteria kinerja konteks menurut konsultan, kontraktor,
dan pemilik secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5.
106 Universitas Kristen Petra
4.7 Perbedaan Pendapat Atribut-Atribut Kinerja Konsultan Perencana
Antara Para Pelaku Konstruksi
Untuk membuktikan secara statistik apakah terdapat perbedaan pendapat
dalam hal peringkat antara atribut-atribut kinerja konsultan perencana maka
digunakan Spearman Rank Correlation dengan tingkat signifikansi 95%. Uji
korelasi pada penelitian ini dilakukan terhadap atribut-atribut yang berada
dibawah tingkatan masing-masing sub kriteria dengan maksud untuk menguji
perbedaan peringkat atribut-atribut kinerja konsultan perencana antara konsultan,
kontraktor, dan pemilik proyek. Keluaran uji korelasi Spearman secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.7.1 Perbedaan Pendapat Atribut-Atribut Kinerja Konsultan Perencana
Antara Konsultan Dengan Kontraktor
Nilai sig. < 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak artinya peringkat atribut-
atribut kinerja konsultan perencana antara konsultan dengan kontraktor adalah
sama, sedangkan nilai sig. > 0,05 menunjukkan bahwa H0 diterima artinya
peringkat atribut-atribut kinerja konsultan perencana antara konsultan dengan
kontraktor adalah berbeda.
Nilai signifikansi uji perbedaan pendapat atribut-atribut kinerja konsultan
perencana antara konsultan dan kontraktor dapat dilihat pada Tabel 4.35.
Tabel 4.35 Nilai Signifikansi Perbedaan Pendapat Atribut-Atribut Kinerja
Konsultan Perencana Antara Konsultan Dengan Kontraktor
Konsultan-Kontraktor Spearman
Kriteria Sub Kriteria Sig. Hasil Uji Keterangan Kemampuan Tidak ada perbedaan peringkat Memahami 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria (CA) kemampuan memahami Pengetahuan Tidak ada perbedaan peringkat Kerja 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria Kinerja (JK) pengetahuan kerja Tugas Kecakapan Tidak ada perbedaan peringkat (TSP) Tugas 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria
(TP) kecakapan tugas Pengalaman Tidak ada perbedaan peringkat Kerja 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria (JE) pengalaman kerja
107 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.35 Nilai Signifikansi Perbedaan Pendapat Atribut-Atribut Kinerja
Konsultan Perencana Antara Konsultan Dengan Kontraktor (sambungan)
Konsultan-Kontraktor Spearman
Kriteria Sub Kriteria Sig. Hasil Uji Keterangan Kesungguhan Tidak ada perbedaan peringkat (CS) 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria kesungguhan Inisiatif Tidak ada perbedaan peringkat (IN) 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria Kinerja inisiatif Konteks Kemampuan Tidak ada perbedaan peringkat (CTP) Bersosialisasi 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria
(SS) kemampuan bersosialisasi Pengendalian Tidak ada perbedaan peringkat (CTR) 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria pengendalian Komitmen Tidak ada perbedaan peringkat (COM) 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria komitmen
Hasil uji perbedaan pendapat atribut-atribut kinerja konsultan perencana
antara konsultan dengan kontraktor menunjukkan nilai sig. < 0,05 (tolak H0) yang
dapat diartikan tidak ada perbedaan peringkat atribut-atribut kinerja konsultan
perencana yang signifikan antara konsultan dengan kontraktor.
4.7.2 Perbedaan Pendapat Atribut-Atribut Kinerja Konsultan Perencana
Antara Konsultan Dengan Pemilik
Nilai sig. < 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak artinya peringkat atribut-
atribut kinerja konsultan perencana antara konsultan dengan pemilik adalah sama,
sedangkan nilai sig. > 0,05 menunjukkan bahwa H0 diterima artinya peringkat
atribut-atribut kinerja konsultan perencana antara konsultan dengan pemilik
adalah berbeda.
Nilai signifikansi uji perbedaan pendapat atribut-atribut kinerja konsultan
perencana antara konsultan dan pemilik dapat dilihat pada Tabel 4.36.
108 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.36 Nilai Signifikansi Uji Perbedaan Peringkat Atribut-Atribut Kinerja
Konsultan Perencana Antara Konsultan Dengan Pemilik
Konsultan-Pemilik Spearman
Kriteria Sub Kriteria Sig. Hasil Uji Keterangan Kemampuan Tidak ada perbedaan peringkat Memahami 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria (CA) kemampuan memahami Pengetahuan Tidak ada perbedaan peringkat Kerja 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria Kinerja (JK) pengetahuan kerja Tugas Kecakapan Tidak ada perbedaan peringkat (TSP) Tugas 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria
(TP) kecakapan tugas Pengalaman Tidak ada perbedaan peringkat Kerja 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria (JE) pengalaman kerja Kesungguhan Tidak ada perbedaan peringkat (CS) 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria kesungguhan Inisiatif Tidak ada perbedaan peringkat (IN) 0,008 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria Kinerja inisiatif Konteks Kemampuan Tidak ada perbedaan peringkat (CTP) Bersosialisasi 0,010 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria
(SS) kemampuan bersosialisasi Pengendalian Tidak ada perbedaan peringkat (CTR) 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria pengendalian Komitmen Tidak ada perbedaan peringkat (COM) 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria komitmen
Hasil uji perbedaan pendapat atribut-atribut kinerja konsultan perencana
antara konsultan dengan pemilik menunjukkan nilai sig. < 0,05 (tolak H0) yang
dapat diartikan tidak ada perbedaan peringkat atribut-atribut kinerja konsultan
perencana yang signifikan antara konsultan dengan pemilik.
4.7.3 Perbedaan Pendapat Atribut-Atribut Kinerja Konsultan Perencana
Antara Kontraktor Dengan Pemilik
Nilai signifikansi uji perbedaan pendapat atribut-atribut kinerja konsultan
perencana antara kontraktor dan pemilik dapat dilihat pada Tabel 4.37.
109 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.37 Nilai Signifikansi Perbedaan Pendapat Atribut-Atribut Kinerja
Konsultan Perencana Antara Kontraktor Dengan Pemilik
Kontraktor-Pemilik Spearman
Kriteria Sub Kriteria Sig. Hasil Uji Keterangan Kemampuan Tidak ada perbedaan peringkat Memahami 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria (CA) kemampuan memahami Pengetahuan Tidak ada perbedaan peringkat Kerja 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria Kinerja (JK) pengetahuan kerja Tugas Kecakapan Tidak ada perbedaan peringkat (TSP) Tugas 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria
(TP) kecakapan tugas Pengalaman Tidak ada perbedaan peringkat Kerja 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria (JE) pengalaman kerja Kesungguhan Tidak ada perbedaan peringkat (CS) 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria
kesungguhan Inisiatif Tidak ada perbedaan peringkat (IN) 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria
Kinerja inisiatif Konteks Kemampuan Tidak ada perbedaan peringkat (CTP) Bersosialisasi 0,002 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria
(SS) kemampuan bersosialisasi Pengendalian Tidak ada perbedaan peringkat (CTR) 0,003 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria pengendalian Komitmen Tidak ada perbedaan peringkat (COM) 0,000 Tolak Ho atribut-atribut dari sub kriteria komitmen
Nilai sig. < 0,05 menunjukkan bahwa H0 ditolak artinya peringkat atribut-
atribut kinerja konsultan perencana antara kontraktor dengan pemilik adalah sama,
sedangkan nilai sig. > 0,05 menunjukkan bahwa H0 diterima artinya peringkat
atribut-atribut kinerja konsultan perencana antara kontraktor dengan pemilik
adalah berbeda.
Hasil uji perbedaan pendapat atribut-atribut kinerja konsultan perencana
antara kontraktor dengan pemilik menunjukkan nilai sig. < 0,05 (tolak H0) yang
dapat diartikan tidak ada perbedaan peringkat atribut-atribut kinerja konsultan
perencana yang signifikan antara kontraktor dengan pemilik.