Post on 13-Dec-2020
i
KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA SISWA KELAS VIII
SMP MUHAMMADIYAH 12 MAKASSAR DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
NURFADILLAH
105331104416
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Tidak ada batasan waktu untuk belajar dan berusaha
Karena setiap langkah adalah pelajaran ”
Kupersembahkan...............
Karya sederhana ini sebagai tanda
Baktiku kepada kedua orang tuaku serta seluruh keluarga
Tercinta yang senantiasa menyayangiku, berdoa dengan tulus dan ikhlas
Dan selalu memberikan yang terbaik
Serta selalu mengharapkan kesuksesanku
Doa, pengorbanan, nasehat, dan kasih sayang yang tulus
Menunjang kesuksesanku
Dalam menggapai cita-citaku.
v
ABSTRAK
Nurfadillah, 2020. Ketidaksantunan Berbahasa Siswa Kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh
Syafruddi selaku pembimbing I. dan Nur Khadijah Razak selaku pembimbing 2.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk ketidaksantunan
berbahasa siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar dalam
pembelajaan bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan subjek tuturan interaksi siswa VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan
teknik catat. Teknik analisis data dengan cara mentranskip data hasil observasi,
mengidentifikasi dan mengkalarifikasi data, menyalin kedalam kartu data,
menganalisis kartu data dan menyimpulkan.
Hasil penelitian ini menununjukkan jumlah tuturan yang terkumpul
sebanyak 65 tuturan siswa ditemukan bebapa maksim yang melanggar prinsip
ksantunan . Prinsip kesantunan yang dimaksud meliputi : (1) maksim
kebijaksanan sebanyak 4 tuturan (2) maksim kedermawanan sebanyak 2 tuturan
(3) maksim penghargaan sebanyak 3 tuturan (4) maksim kesederhanaan sebanyak
2 tuturan (5) maksim pemufakatan sebanyak 3 tuturan dan (6) maksim
kesimpatian sebanyak 2 tuturan.
Kata Kunci: Bentuk, ketidaksantunan berbahasa.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Untaian Zikir lewat kata yang indah
terucap sebagai ungkapan rasa syukur penulis selaku hamba dalam balutan
kerendahan hati dan jiwa yang tulus kepada Sang Khaliq, yang menciptakan
manusia dari segumpal darah, Yang Maha Pemurah, mengajar kepada manusia
yang tidak diketahuinya dengan perantaraan kalam. Tiada upaya, tiada kekuatan,
dan tiada kuasa tanpa kehendak-Nya. Bingkisan salam dan salawat tercurah
kepada Kekasih Allah, Nabiullah Muhammad Saw. Para sahabat dan keluarganya
serta Umat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan
tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah,
akhirnya sampai di titik akhir penyelesaian skripsi ini. Namun, semua itu tak lepas
dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan serta
bantuan moral dan material.
Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih keepada
kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Usman dan Ibunda Misriani atas
pengorbanannya yang tidak akan pernah bisa penulis balas walaupun sampai titik
peluh yang terakhir. Juga terimah kasih buat saudara-saudaraku atas semangat,
perhatian, dukungan dan doanya untuk penulis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setulusnya
kepada Dr. Syafruddin, M.Pd., Pembimbing 1 dan Nur Khadijah Razak, S.Pd.,
M.Pd., Pembimbing II yang telah meluangkan waktu disela kesibukan beliau
vii
untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini
sampai tahap penyelesaian.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag.,
Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D.,
Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar, Dr. Munirah, M.Pd., Ketua
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan, dan jasa-
jasa yang tak ternilai harganya kepada penulis. Tak lupa juga penulis ucapkan
terima kasih kepada Sulfasyah, S.Pd., M.A., Ph.D., selaku penasihat akademik
yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama kuliah. Nurmiati Halim,
S.Ag., kepala sekolah SMP Muhammadiyah 12 Makassar telah menerima dan
memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, Husniati, S.Pd.,
guru Bahasa Indonesia kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar telah
mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian.
Teman-teman seperjuangan angkatan 2016 di Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia terkhusus kelas B yang telah bersama-sama berusaha keras
dan penuh semangat dalam menjalani studi dalam suka dan duka. Saudara-
saudaraku di KSR PMI Unit 114 Unismuh Makassar khususnya Hasna dan Arif
Rahman yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan
viii
skripsi ini. Kebersamaan ini akan menjadi sebuah kenangan yang indah, semua
pihak yang tidak bisa dituliskan namanya satu-persatu namun tak mengurangi rasa
terimakasih penulis kepada mereka.
Penulis menyadari bahwa banyak kesalahan di dalam penulisan skripsi ini
yang perlu diperbaiki, maka kritik dan saran sangat diharapkan dalam upaya
penyempurnaan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua yang
telah membantu dalam proses pembuatan dan penyusunan skripsi ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Makassar, September 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ..................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................. ii
Persetujuan Pembimbing ......................................................................... iii
Surat pernyataan ...................................................................................... v
Surat pengesahan ..................................................................................... vi
Motto dan persembahan ......................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................... vii
Kata Pengantar ........................................................................................ viii
Daftar Isi.................................................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Peulisan ............................................................................. 5
D. Manfaat Penulisan ......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. KajianPustaka ................................................................................ 7
1. Penelitian relevan ...................................................................... 7
2. Pengertian Pragmatik....................................................... ......... 8
3. Kesantunan Berbahasa .............................................................. 10
B. Kerangka Pikir ............................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian..................................................................... 17
x
B. Definisi istilah ............................................................................... 17
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 18
D. Data dan Sumber Data .................................................................. 18
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 19
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 19
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.................................................................... .......... 21
B. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................... 22
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 31
B. Saran .............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 32
LAMPIRAN ............................................................................................ 35
Dokumentasi .......................................................................................... 42
Riwayat Hidup ....................................................................................... 44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Transkrip Data ......................................................................................... 49
Dokumentasi ........................................................................................... 57
Surat ........................................................................................................ 58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak akan lepas dari kegiatan
interaksi. Interaksi terjadi jika satu sama lain saling membutuhkan informasi.
Informasi diterima manusia jika melakukan aktivitas berkomunikasi.
Komunikasi tidak hanya dilakukan satu arah, melainkan juga komunikasi dua
arah. Kegiatan berkomunikasi memerlukan adanya bahasa agar dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia
untuk berkomunikasi sesama manusia. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa
memiliki pengaruh yang sangat penting. Bahasa ditemukan penggunaannya
dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang pendidikan.
Menurut Chaer (2010:10) secara singkat dan umum ada tiga kaidah
yang harus dipatuhi agar tuturan kita terdengar santun oleh pendengar atau
lawan tutur kita. Ketiga kaidah itu adalah formalitas (formality), keraguan
(Hesistancy), dan kesamaan atau persahabatan (equality or camaraderie).
Jadi, sebuah tuturan disebut santun kalau tidak terdengar memaksa atau
angkuh, tuturan itu memberi pilihan tindakan kepada lawan tutur, dan lawan
tutur menjadi senang.
Dalam bahasa Indonesia tuturan sudah dikatakan santun apabila
menggunakan kata-kata santun dalam bertutur, tuturan tersebut tidak
mengandung ejekan secara langsung, menghormati lawan tutur, tidak sengaja
menyakiti lawan tutur, dan menghormati lawan tutur. Oleh sebab itu,
ketidaksantunan berbahasa dalam tuturan siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar perlu diteliti untuk mengetahui berapa banyak
penyimpanan-penyimpanan kesantunan berbahasa siswa ketika dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas.
Proses pembelajaran dikelas kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Ada beberapa siswa dalam pembelajaran di kelas tidak
menggunakan bahasa yang santun. Tidak santun tersebut disebabkan oleh
berbagai hal. Seperti kritikan langsung ketika berbicara dengan lawan tutur,
desakan rasa emosi penutur, protektif terhadap pendapat sendiri, sengaja
menuduh lawan tutur, dan sengaja memojokkan mitra tutur.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, ketika peneliti
mengungjungi SMP Muhammadiyah 12 Makassar peneliti melihat beberapa
siswa menggunakan tuturan yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa.
Ada beberapa hal yang menyebabkan tuturan tersebut terdengar kasar.
Terkadang sindiran itu sendiri bisa membuat orang yang ditujuh marah.
Tetapi kadang pula tidak terpengaruh terhadap lawan tutur. karena sudah
menjadi hal biasa antara penutur dan lawan tutur. diantaranya ditemukan
fenomena kebahasaan yaitu tuturan yang diucapkan sebagian siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar didalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia.
ketika itu pembelajaran bahasa Indonesia sedang berlangsung, tetapi
salah satu siswa berteriak kepada salah satu siswa untuk meminjam pulpen,
berikut contoh tuturnya :
Siswa : weh, pinjamka dulu Pulpen?
Siswa : Beli dong, jangan pinjam terus.
Kata weh, pada tuturan diatas menunjukkan tuturan yang tidak santun dan
melanggar maksim kebijaksanaan. Maksim ini berdasarkan aturan kurangi
kerugian orang lain dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.
Sering pula siswa menuturkan kata-kata kurang pantas pada saat
pembelajaran. Kata yang dilontarkan seperti Contoh tuturan berikut :
Siswa : Deh, jadi menulis lagi ?
Siswa :Banyaknya lagi.
Siswa : Ia Cika, tulis saja jangan banyak cerita.
Padahal kata deh dan Io tidak seharusnya diucapkan saat proses
pembelajaran dan kata tersebut terdengar tidak santun. Berdasarkan prinsip
kesantunan, kalimat diatas melanggar maksim kebijaksanaan karena
membuat kerugian orang lain.
Salah satu fenomena atau kejadian tersebut merupakan bentuk
ketidaksantunan berbahasa yang ditemukan didalam poses pembelajaran
bahasa Indonesia. Dalam keadaan seperti ini, sekolah memiliki peran yang
sangat penting dalam meningkatkan kesantunan berbahasa siswa khususnya
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Guru memiliki peran yang sangat
besar dalam membentuk etika berbahasa siswa.
Sekolah berfungsi sebagai pelaksana pembelajaran yang resmi.
Banyak unsur yang terlibat dalam mendukung tujuannya. Dalam
pembelajaran di Sekolah bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat
penting. Penggunaan bahasa untuk bersosialisasi tidak terlepas dari faktor-
faktor penentu tindak komunikasi serta prinsip - prinsip kesantunan dan
direalisasikan dalam tindak komunikasi. Dalam penilaian kesantunan
berbahasa minamal ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana kita
bertutur dan kepada siapa kita bertutur. Hakikatnya kesantunan berbahasa
adalah etika kita dalam bersosialisasi di Masyarakat dengan dengan
penggunaan bahasa dan pemilihan kata yang baik, dengan memerhatikan di
mana, kapan, kepada siapa, dengan tujuan apa kita berbicara secara santun.
Kejadian yang terjadi kadang kala tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan dilapangan. Ada beberapa siswa yang ditemukan dalam proses
pembelajaran di kelas menggunakan kalimat yang tidak sesuai dengan etika
dan tutur kata yang sopan. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya, faktor kebiasaan di rumah, lingkungan, maupun teman
sepergaulan.
Adapun alasan penulis memilih kesantunan berbahasa sebagai bahan
kajian penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa di sekolah khususnya
dalam pembelajaran di kelas ditemukan beberapa ragam bahasa kasar yang
dijadikan sebagai alat komunikasi antar remaja atau siswa. Akan tetapi pada
penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada bagaimanakah bentuk
ketidaksantunan berbahasa siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan demikian, hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk memperbaiki kesantunan
berbahasa khususnya siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar.
Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diuraikan diatas,
maka penulis memilih penelitian di SMP Muhammadiyah 12 Makassar
dikarenakan sebagian siswa masih kurang dalam penggunaan bahasa yang
santun dan terdengar kasar saat berkomunikasi, sehingga penulis tertarik
untuk mengkaji dengan judul “Ketidaksantunan Berbahasa Siswa Kelas VIII
SMP Muhammadiyah 12 Makassar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimanakah bentuk
ketidaksantunan berbahasa siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar dalam pembelajaran bahasa Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan pada bagian
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
bentuk ketidaksantunan berbahasa siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat hasil penelitian yang diharapkan oleh peneliti setelah
melakukan penelitian tersebut, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat teoritis
Sebagai upaya yang dilakukan peneliti untuk dijadikan pembelajaran
sesuai dengan bidang yang ditentukan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru, Bagi tenaga pendidik merupakan suatu hal yang
dipertimbangkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kesantunan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam lingkup belajar mengajar.
b. Bagi siswa, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan
kesantunan berbahasa siswa khususnya dalam lingkungan sekolah
maupun dalam proses pembelajaran di kelas.
c. Bagi peneliti lain, sebagai referensi untuk dijadikan acuan bagi calon
peneliti yang memiliki kajian serupa atau relevan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian relevan
Penelitian tentang santunan berbahasa telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya, baik pada ranah lingkungan sosial maupun
lingkungan sekolah. Salah satu penelitian yang mengacu pada masalah
sopam santun berbahasa adalah penelitian yang dilakukan oleh Randi
Pratama 2018 dalam skripsinya yang berjudul “Telaah Kesantunan
Berbahasa Indonesia Siswa Kelas XI SMK Negeri Tapango Kab. Polewali
Mandar.” Penelitian tersebut membahas tentang bentuk sopan santunan
berbahasa indonesia pada siswa.
Perbedaan pada penelitian ini terletak pada subjek penelitian.
Penelitian ini berfokus pada bentuk tuturan ketidaksantunan siswa. adapun
penelitian yang dilakukan oleh Randi Pratama yaitu Tuturan langsung
siswa SMK Negeri Tapango sebagai subjek penelitian
Sejalan dengan penelitian diatas penelitian kedua berjudul
“Analisis Kesantunan Berbahasa Guru Dan Siswa Pada Kegiatan
Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP Negeri 12
Makassar” oleh Anzhari Djumingin tahun 2017. Tujuan dari kesantunan
berbahasa itu sendiri bagaimana agar siswa sebagai generasi penerus
bangsa bisa menggunakan bahasa yang baik
Perbedaan pada penelitian diatas dengan penelitian penulis terletak
pada sasaran yang diteliti pada penelitian Anzhari Djumingin berfokus
mendeskripsikan kesantunan berbahasa siswa dan guru, sedangkan
penelitian berfokus pada ketidaksantunan berbahasa siswa.
Selanjutnya penelitian ketiga yang berjudul “Kesantunan
Berbahasa orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga” oleh
Muhammad Afdal perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Afdal yaitu menggali hubungan dan mendeskripsikan prinsip
kesantunan berbahasa orang tua dan anak dalam lingkungan keluarga.
Berdasarkan penelitian yang relevan diatas, maka peneliti mampu
mengetahui bahwa persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan teori Leech yang menggunakan Maksim kesantunan.
2. Pengertian Pragmatik
Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filosof
bernama Charles Morris pada tahun 1993. Charles Morris (dalam
Nadar,2009: 5) mengartikan pragmatik sebagai “the study of relation of
signs to interpretes” atau studi relasi antara tanda-tanda dengan para
penafsirnya. Tanda-tanda yang dimaksud adalah bahasa yang berawal dari
suatu pemikiran dan kemudian berkembanglah pragmatik sebagai salah
satu cabang ilmu linguistik. Definisi pragmatik sudah banyak
diperkenalkan oleh para ahli bahasa. Beberapa diantaranya sebagai
berikut.
Menurut Wijana dan Rohmadi (2011:4) pragmatik adalah cabang
ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu
bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam berkomunikasi.
Pragmatik sebagai kajian struktur eksternal bahasa mengamati mengamati
berbagai aspek pemakaian bahasa dalam hal ini mengandalakan sebuah
tuturan benar-benar dipandang sebagai produk sebuah tindak tutur yang
jelas kontek lingual (koteks) dan konteks ekstralingual (konteks)nya
Konteks ekstralingual digunakan untuk mengungkapakan maksud (makna
penutur) yang tersembunyi dibalik suatu ujaran.
Menurut Tarigan (2015:31) pragamatik adalah telaah mengenai
hubungan antara bahasa dan konteks yang disandingkan dalam struktur
bahasa. Pragmatik adalah telaah mengenai segala aspek makna yang tidak
mencakup dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain membahas
segala aspek makna ucapan yang tidak dijelaskan oleh referensial
langsung pada kondisi-kondisi kebenaran mengenai bagaimana cara
konteks mempengaruhi cara kita menafsirkan kalimat.
Ahli lain mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian mengenai
deiksis, implikatur, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur wacana.
Stalnaker, 1972 (dalam Nadar,2009). Sementara itu Praker (dalam
Rahardi, 2009) mendefinisikan Pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa
yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Adapun yang
dimaksud dengan hal tersebut adalah bagaimana sesungguhnya satuan
lingual tertentu dapat digunakan dalam komunikasi. Parker dengan tegas
membedakan pragmatik studi bahasa yang dianggap studi seluk-beluk
bahasa secara internal.
Jadi, berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat beberapa ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa, Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa
yang mempelajari struktur bahasa secara luar, yakni bagaimana satuan
bahasa itu digunakan didalam komunikasi.
3. Kesantunan Berbahasa
a. Hakikat kesantunan berbahasa
Jika berbicara mengenai bahasa, tentu tidak akan terlepas dari
budaya. Banyak yang berpendapat bahwa bahasa itu bagian dari suatu
budaya, adapula yang mengatakan bahasa berbeda dengan budaya.
Akan tetapi, ada keterkaitan antara keduanya. Sehingga bahasa dan
budaya dapat menjadi satu kesatuan yang erat.
Kesantunan berbahasa adalah bagaimana kesanggupan penutur
menggunakan suatu bahasa sesuai dengan konteks. Adapun tujuan
utama dari berbahasa yaitu untuk melancarkan komunikasi.
Agustina dan Chaer (2004: 172) mengatakan bahwa tata cara
berbahasa sangat penting diperhatikan para peserta komunikasi
(komunikator dan komunikan) demi kelancaran komunikasi. Oleh
sebab itu, kesantunan berbahasa harus menjadi perhatian khusus
terutama dalam lingkungan sekolah dan dalam proses pembelajaran di
kelas. Dengan mempelajari kesantunan berbahasa diharapkan mampu
memahami pesan yang disampaikan dengan baik sehingga dapat
tercipta kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi.
Menurut Zamzani dkk. (2010:2) Kesantunan adalah perilaku
yang diekspresikan dengan cara yang baik. Sebagai kesimpulan,
kesantunan itu suatu fenomena kultural. Sehingga apa yang dianggap
santun oleh suatu kultur mungkin tidak demikian halnya dengan kultur
yang lain. Tujuan kesantunan adalah membuat suasana berinteraksi
menyenangkan, tidak mengancam muka dan efektif.
Adapun menurut Yule (2007: 82) berpendapat bahwa
“kesantunan dalam suatu interaksi dapat di artikan sebagai alat yang
digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang wajah orang lain”.
Sebenarnya tata cara berbahasa merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk diperhatikan didalam berkomunikasi. Akan
tetapi, kenyataan yang terjadi hal berbahasa kadang dianggap sepeleh.
Didalam berkomunikasi mitra tutur seharusnya memperhatikan kepada
siapa ia bertutur dan kapan harus memulai dan mengakhiri
pembicaraan.
b. Prinsip Kesantunan Berbahasa
Rahardi (2005:59) Leech salah satu pakar yang membuat teori
prinsip kesantunan berbahasa. Prinsip kesantunan menjadi maksim
ketentuan yang harus dipatuhi. maksim tersebut terdiri dari maksim
kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim
kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim kesimpatian.
Berikut ini dijelaskan keenam maksim tersebut.
1) Maksim kebijaksanaan
Maksim ini diungkapkan dalam ujaran yang digunakan
untuk menyatakan perintah dan ujaran untuk menyatakan janji atau
penawaran. Maksim ini berdasarkan pada aturan kurangi kerugian
orang lain. Buatlah keuntungan orang lain. Maksim kebijaksanaan
ini menetapkan kebijaksanaan untuk membuat keuntungan bagi
orang lain sebesar mungkin dan menetapkan lawan bicara untuk
membuat kerugian dirinya sebesar mungkin, bukan sebaliknya.
Artinya, maksim ini memberikan kesempatan kepada lawan tutur
untuk senang dengan ucapan yang ditujukan padanya.
Contoh :
A : ayo saya antar kamu pulang
B : tidak usah, terima kasih
Nampak jelas kebijaksanaan si A yang menawarkan diri untuk
mengantarkan pulang si B yang sedang sendiri. Hal ini
dilakukannya untuk memastikan si B tiba di Rumahnya dengan
selamat.
2) Maksim kedermawanan
Maksim kerdermawanan sering pula disebut dengan
maksim kemurahan hati. Prinsip maksim kedermawanan adalah
diharapkan mengurangi keuntungan diri sendiri dan
memaksimalkan kerugian untuk diri sendiri.
Contoh :
A : saya mengajak ke rumah untuk makan siang.
B : Terima kasih
Dengan perkataan lain maksim ini orang dianggap santun
dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada
orang lain. Dengan maksim ini diharapkan agar peserta pertuturan
tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan
pihak lain.
3) Maksim penghargaan
Prinsip utama maksim penghargaan atau pujian adalah
kecamlah orang lain sedikit mungkin, dan pujilah orang lain
sebanyak mungkin.
Contoh :
A : tulisan kamu indah sekali !
B : Ah, biasa saja. Terima Kasih.
Pada maksim ini di harpakan pada setiap penutur dapat saling
menghargai setiap pola tindakan yang baik dari lawan tutur.
Sehingga dapat tercipta harmonisasi interaksi sosial.
4) Maksim kerendahan hati
Menurut maksim kerendahan hati penutur juga dapat bersikap
rendah hati dengan mengurangi pujian terhadap diri sendiri dan
memaksimalkan cacian kepada diri sendiri, dengan begitu peserta
tutur tidak dikatakan sombong. Penutur diharapkan bersikap rendah
hati sehingga pusat perhatian yang paling utama terletak pada diri
sendiri.
Contoh :
A : kamu sangat pandai memasak ya !
B : tidak kok. Saya masih perlu banyak belajar lagi.
Melalui perkataan tersebut penutur dapat membuat lawan
tutur lebih berterima. Karena kerendahan hati akan selalu membuat
senang setiap orang yang melakukan interaksi sosial dengan kita.
5) Maksim kesepakatan
Berdasakan prinsip kesantunan maksim ini berdasarkan aturan
berusaha menyamakan persepsi, mencapai kesepakatan sebanyak-
banyaknya dan tidak menciptakan perselisihan.
Contoh :
A : Rumah Ibu Indah dekat ya!
B : Ia yah, dekat.
Dapat kita lihat dalam kalimat pembicaraan tersebut si B
mendukung penuh pendapat si A dengan mengucapkan Ia yah dan
ditegaskan lagi dengan kata dekat. Hal ini menunjukkan interaksi
yang baik dengan terjadi maksim pemufakatan didalamnya.
6) Maksim kesimpatian
Maksim ini berdasarkan aturan tingkatkan rasa simpati
kepada orang lain, perhatian, dan berbela sungkawa saat terjadi
musibah.
Contoh :
A : Nilai Bahasa Indonesia ku menurun !
B : Tidak apa-apa, esok belajar lagi.
Tuturan tersebut menunjukkan sikap simpati si B kepada
si A dengan memberikan motivasi belajar.
Dengan melihat prinsip-prinsip kesantunan menurut Leech
diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa santun.
Sehingga tidak lagi terjadi perselisihan didalam berbahasa. Kesantunan
berbahasa tentu tidak akan lepas dari situasi dan kondisi.
B. Kerangka Pikir
Prinsip kesantunan adalah bagian dari kajian pragmatik yang mempelajari
tentang penggunanaan bahasa secara luar. Prinsip kesantunan ini merupakan
aturan tentang bagaimana seseorang dapat berbahasa dengan santun.
Tuturan-tuturan ketidaksantunan siswa dalam proses pembelajaran di
kelas akan dianalisis dengan menggunakan prinsip kesantunan Leech.
Berdasarkan analisis pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan nantinya
akan diketahui bagaimanakah bentuk ketidaksantunan berbahasa siswa
tersebut.
Bagan : Kerangka Pikir
Tuturan ketidaksantunan
Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar
Prinsip sopan santun
Bentuk Kesantunan
Leech
1. Maksim Kebijaksanaan
2. Maksim Kedermawanan
3. Maksim Penghargaan
4. Maksim Kerendahan Hati
5. Maksim Pemufakatan
6. Maksim Kesimpatian
Ketidaksantunan Berbahasa Siswa
Kelas VIII SMP Muhammadiyah 12
Makassar dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Data yang dikumpulkan
merupakan bentuk tuturan siswa didalam pembelajaran bahasa Indonesia di
kelas.
Menurut Aminuddin (1990:16) metode kualitatif artinya menganalisis
bentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan antar
variable. Data yang terkumpul berupa kosakata, kalimat, dan kata yang
mempunyai arti.
B. Definisi istilah
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka uraian definisi istilah
dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Santun : merupakan sikap yang mengandung nilai sopan santun
atau etika yang telah disepakati dan ditetapkan oleh suatu
masyarakat tertentu dalam melakukan interaksi sosial.
2. Kesantunan berbahasa : sikap berbahasa yang mengikuti norma-
norma budaya pada suatu tempat sehingga terjadi keharmonisan
dalam tindak komunkasi verbal.
3. Prinsip kesantunan : yaitu aturan didalam komunikasi verbal untuk
mengatur mitra tutur dan lawan tutur agar menumbuhkan
kesantunan dalam berbahasa.
4. Kesantunan menurut Leech : kesantunan merupakan etika dalam
percakapan sehingga dalam penyampaian kalimat tuturan tidak
menyinggung pendengar.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek penelitian. Untuk memperoleh data
penelitian, diperlukan sumber data. Dalam setiap penelitian harus selalu
berhadapan dengan objek yang diteliti. Maka dalam hal ini peneliti
menentukan populasi penelitian adalah semua siswa kelas VIII dengan
jumlah siswa 30 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar dengan jumlah siswa 30 orang, murid
perempuan sebanyak 20 orang dan laki-laki sebanyak 10 orang.
Penentuan sampel pada penelitian ini dengan cara total sampling,
dengan anggapan bahwa setiap individu atau kelompok dalam populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian serta
diharapkan unsur subjektif dapat dapat dihindari.
D. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah ketidaksantunan berbahasa siswa
yang terjadi dalam proses pembelajaran siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar.
2. Sumber data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan berupa
lisan siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri dengan
berbagai media yang dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam
pengumpulan informasi dan segala data yang dibutuhkan. Menurut Mahsun
(2017: 168), peneliti sebagai instrumen utama penelitian dapat berperan
sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, penafsir atau penganalisis
data, dan penyusun laporan penelitian.
F. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Beberapa langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data penelitian,
yaitu :
1. Metode Pustaka
Metode pustaka merupakan langkah awal dalam metode
pengumpulan data. Metode pustaka merupakan metode pengumpulan data
yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, dan gambar yang dapat
mendukung dalam proses penulisan.
2. Metode Lapangan
1) Teknik Observasi
Biasa diartikan sebagai pengamatan secara sistematik terhadap
gejala-gejala, kejadian, sesuatu dengan maksud menjelaskan,
mengungkapkan faktor penyebabnya dan menemukan kaidah-kaidah
yang mengaturnya (Emzir, 2010:38). Pada teknik observasi ini,
penulis akan mengamati ketidaksantunan berbahasa siswa.
2) Teknik catat
Teknik catat adalah mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi
penelitiannya dari pengguna bahasa secara tertulis. Teknik catat yaitu
cara yang dilakukan peneliti untuk mencatat data atau bahasa yang
digunakan siswa yang ada hubungannya dengan masalah peneliti,
kemudian diseleksi, diatur, dan diklasifikasi.
G. Teknik Analisis data
Dalam praktik selanjutnya, teknik sadap ini diikuti dengan teknik lanjutan
yang berupa teknik libat cakap, simak bebas libat cakap, catat dan teknik
rekam. Teknik simak libat cakap maksudnya peneliti melakukan penyadapan
itu dengan cara berpartisipasi sambal menyimak, berpartisipasi dalam
pembicaraan, dan menyimak pembicaraan.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah:
1. Tabulasi data, yaitu pengumpulan data mentah dari hasil observasi
(pengamatan langsung) perekaman dan pencatatan.
2. Mengkaji penerapan bentuk ketidaksantunan berbahasa siswa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian ini, pada
bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang wujud
ketidaksantunan berbahasa siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Hasil penelitian di deskripsikan dalam bentuk data yang disesuaikan dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian. Penjabaran dalam pembahasan
dilakukan berdasarkan hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa data bentuk ketidaksantunan berbahasa siswa
kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Hasil analisis bentuk ketidaksantunan Berbahasa siswa kemudian
disajikan dalam bentuk data Sebagai berikut :
Jumlah
tuturan
Ketidaksantunan pada Maksim Jumlah data
65
1. Maksim kebijaksanaan
2. Maksim kedermawanan
3. Maksim pujian
4. Maksim kesederhanaan
5. Maksim pemufakatan
6. Maksim kesimpatian
4
2
3
2
3
2
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa 65 tuturan siswa yang
ditemukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan prinsip
kesantunan Leech ditemukan beberapa pelanggaran pada maksim yaitu :
maksim kebijaksanaan sebanyak 4 tuturan ; maksim kedermawanan
sebanyak 2 tuturan ; maksim pujian sebanyak 3 tuturan ; maksim
kesederhanaan sebanyak 2 tuturan ; maksim kemufakatan sebanyak 3
tuturan ; dan maksim kesimpatian sebanyak 2 tuturan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasakan hasil penelitian ditemukan beberapa bentuk ketidaksantunan
berbahasa siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Bentuk
ketidaksantunan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ketidaksantunan maksim kebijaksanaan
Data Pertama
Guru : ʻʻsiapa yang tahu apa itu alur atau plot ?ˮ
Siswa :ʻʻsaya, jalan cerita Bu !ˮ
Guru :ʻʻiya betul sekali. Jadi begini ibu jelaskan lebih detail Alur
adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita.ˮ
Konteks :
Suasana pembelajaran bahasa Indonesia yang terjadi dikelas
kemudian terjadi peristiwa tutur antara guru dan siswa. dimana guru
bertanya kepada siswa kemudian salah satu siswa menjawab.
Berdasarkan data diatas pada kalimat ʻʻsaya, jalan cerita Bu !ˮ
melanggar maksim kebijaksanaan. Seharusnya menggunakan kata
Maaf dan mengangkat tangan untuk menjawab kemudian
menjelaskan secara lengkap. Berdasarkan prinsipnya kesopan
santunan maksim kebijaksanaan mengatakan bahwa semakin panjang
tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk
bersikap sopan kepada lawan bicaranya.
Data kedua
Guru : ʻʻwaktunya sudah habis. Silahkan kelompok berikutnya siapa
yang siap untuk maju kedepan.ˮ
Siswa : ʻʻkelompok 3 Bu sudah siapˮ.
Siswa : ʻʻkelompok 5 juga, Ibuˮ
Siswa : ʻʻwoi, Iska kamu ajah yang naik mewakili kelompokˮ.
Konteks
Percakapan antara guru dan siswa saat proses pembelajaran
diskusi di Kelas saat diskusi kelompok.
Tuturan kata ʻʻwoi, Iska kamu ajah yang naik mewakili
kelompokˮ tuturan siswa tersebut menggunakan nada tinggi dan diksi
vulgar. Pelanggaran maksim kebijaksanaan terlihat pada tuturan kata
``woi ``terasa kasar karena penggunaan diksi keras. Tuturan dengan
diksi keras termasuk dalam diksi yang tidak arif, sehingga tuturan
tersebut melanggar maksim kebijaksanaan.
Data ketiga
Siswa : diharapkan kepada peserta diskusi agar mengangkat
tangan jika ingin bertanya ! Kepada saudari putri
disilahkan.
Konteks :
Berdasarkan tuturan siswa diatas sebagai bentuk teguran
kepada temannya. Bahasa menyimpang dari maksim kebijaksanaan
karena siswa tersebut menegur secara langsung. Bahasa tersebut
menjadi tidak santun karena tuturan siswa tersebut ``diharapkan
kepada peserta diskusi agar mengangkat tangan jika ingin
bertanya`` terlihat siswa dengan dorongan rasa emosi menegur
peserta diskusi yang tidak mengangkat tangan pada saat akan
bertanya. Sehingga tuturan tersebut terdengar tidak santun dan
melanggar maksim kebijaksanaan.
Data keempat
Siswa : silahkan
Siswa : terima kasih atas kesempatannya, menurut pendapat
anda apa itu tema ?
Konteks
Pelanggaran maksim kebijaksanaan pada percakapan diatas karena
siswa tersebut tidak bersikap arif dalam menghasilkan sebuah tuturan.
Tuturan tersebut menjadi tidak santun karena tuturan siswa yakni ``
Silahkan`` terasa keras karena menggunakan diksi vulgar dan tuturan
tersebut juga merupakan perintah langsung. Sehingga tuturan tersebut
melanggar prinsip kesantunan dalam berbahasa.
2. Ketidaksantunan Maksim Kedermawanan
Data Pertama
Guru: ʻʻSiapa yang bisa tambahkan?ˮ
Siswa: ʻʻSaya, bu. .ˮ
Siswa : ʻʻDia terus menjawab. ˮ
Konteks :
Tuturan pada percakapan diatas terlihat dengan jelas bahwa
penutur tidak menghormati penutur. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tuturan tersebut menyimpang atau melanggar maksim kedermawanan.
Pelanggaran maksim kedermawanan terdapat pada percakapan diatas
yang memotong pembicaraan. Tuturan siswa ʻʻDia terus menjawabˮ
terlihat siswa tidak menghormati temannya karena memotong
pembicaraan orang lain. Sehingga tuturan tersebut melanggar maksim
kedermawanan.
Data kedua
Siswa : ʻʻArya bisa pinjam Pulpenˮ?
Siswa : ʻʻBeli dong, jangan pinjam terusˮ.
Konteks :
Tuturan yang terjadi antara siswa dan siswa didalam kelas.
Terlihat pada tuturan ʻʻBeli dong, jangan pinjam terus.ˮ siswa
tersebut tidak setuju dengan permintaan temannya yang hendak
meminjam pulpen. Dengan demikian tuturan diatas melanggar
maksim kedermawanan. Berdasarkan aturan maksim kedermawanan
diharapkan agar peserta tutur tidak saling mengejek, mencaci, atau
merendahkan pihak lain.
3. Ketidaksantunan Maksim Pujian
Data Pertama
Guru: ʻʻSiapa mengerjakan tugas berita yang ibu sampaikan kemarinˮ
Siswa : ʻʻSaya, Ibuˮ.
Siswa : ʻʻ nontong memang kerjaanmu ˮ.
Konteks :
Tuturan diatas melanggar maksim pujian karena tuturan siswa
tersebut tidak menghargai apa yang telah dilakukan temannya.
Tuturan siswa ʻʻnontong memang kerjaanmuˮ terasa tidak
menghargai temannya, bahkan berkesan merendahkan orang lain
sehingga tuturan tersebut menyimpan atau melanggar maksim pujian.
Data Kedua
Siswa :ʻʻmanfaat dari membaca berita kan banyak. Tetapi
bagaimana pendapat kalian tentang siswa yang malas membaca.
Akan tetapi mereka lebih ketergantungan internetˮ.
Siswa : ʻʻ Tidak tahu, cari sendiri jawabannyaˮ.
Konteks
Berdasarkan tuturan diatas ʻʻTidak tahu, cari sendiri
jawabannyaˮ. Tuturan tersebut melanggar maksim pujian. Pada
tuturan tersebut berusaha untuk memaksimalkan keuntungan diri
sendiri. Berdasarkan prinsip kesantunan tuturan tersebut tidak sesuai
dengan prinsip kesantunan.
Data ketiga
Siswa : ʻʻBagaimanakah cara menentukan unsur-unsur berita ?ˮ
Siswa : ʻʻmohon maaf moderator, bisakah saya bantu
menjawab?ˮ
Konteks :
Tuturan tersebut disampaikan oleh siswa pada saat proses
diskusi tanya jawab.Dari tuturan yang disampaikan siswa tersebut
terlihat bahwa ia berusaha untuk memaksimalkan keuntungan diri
sendiri . ketidaksantunan pada tuturan diatas terlihat pada tuturan
ʻʻBagaimanakah cara menentukan unsur-unsur berita ?ˮ
seharusnya penutur mengucapkan terima kasih pada saat
dipersilahkan untuk bertanya.
4. Ketidaksantunan Maksim Kerendahan Hati
Data Pertama
Guru :ʻʻapa kita tulis nak ?ˮ
Siswa :ʻʻ tugas, Bu.ˮ
Guru : ʻʻrajin sekali Nak.ˮ
Siswa : ʻʻIa dong, Bu. Harus itu.ˮ
Konteks :
Percakapan antara siswa dan guru saat di Kelas. Data tersebut
pada tuturan ʻʻIa dong, Bu. harus ituˮ. Menyatakan
ketidaksantunan yang melanggar maksim kerendahan hati, penutur
diharapkan dapat bersikap rendah hati. Tuturan tersebut digunakan
penutur untuk membanggakan dirinya sendiri dan menunjukkan
kepada mitra tutur bahwa dia pintar.
Data Kedua
Guru : ʻʻTugas gambar poster kamu bagus sekali, Nak. !ˮ
Siswa : ʻʻjelas sekali, Bu karena hobbi saya memang
menggambar.ˮ
Konteks
Percakapan antara guru dan siswa yang terjadi di Kelas di mana
guru memuji hasil gambar siswa.Tuturan tersebut pada kalimat ʻʻjelas
sekali, Bu karena hobbi saya memang menggambar.ˮ mengalami
ketidaksantunan berbahasa dan melanggar maksim kerendahan hati.
Sesuai dengan maksim kerendahan hati penutur diharapkan dapat
bersikap rendah hati dengan mengurangi pujian terhadap diri sendiri.
5. Ketidaksantunan Maksim Kemufakatan
Data Pertama
Siswa: ʻʻ Apakah saudari Fira ingin menanggapi jawaban dari
Pemateri ?ˮ
Siswa: ʻʻ Saya sudah mendengar jawaban pemateri, tetapi
saya tidak sepakat dengan jawaban tersebut.ˮ
Konteks :
Tuturan tersebut disampaikan siswa pada saat presentasi
tanya jawab di Kelas. Siswa menanggapi jawaban temannya
dengan tuturan ʻʻ. . . . . tetapi saya tidak sepakat dengan
jawaban tersebut.ˮ penyimpangan maksim kemufakatan ini
karena tuturan tersebut ditanggapi. Sesuai dengan prinsip maksim
kemufakatan yaitu memaksimalkan kesepakatan atau kecocokan
diantara mereka.
Data Kedua
Guru :ʻʻ jika kalian semua sudah paham tentang menulis teks
berita maka bisa menjadi bekal kalian nanti dalam menulis teks
lainnya, seperti laporan. Semua sudah paham manfaatnya ?ˮ
Siswa : ʻʻSaya belum terlalu paham, Bu.ˮ
Konteks :
Pada percakapan diatas pada saat proses pembelajaran
terjadi interaksi tanya jawab antara guru dan siswa. Pada tuturan
ʻʻSaya belum terlalu paham, Bu.ˮ kalimat tersebut
menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak memaksimalkan
kecocokan sehingga melanggar maksim kemufakatan.
Data ketiga
Siswa : Mungkin bisa diulang jawaban saya belum terlalu
mengerti.
Konteks :
Tuturan tersebut disampaikan seorang siswa pada saat
proses diskusi tanya jawab di Kelas. Penyimpangan maksim
kemufakatan pada tuturan tersebut karena siswa tersebut tidak
sepakat dengan tuturan yang disampaikan oleh temannya sehingga
tidak ada kecocokan diantara keduanya. Tuturan siswa tersebut
melanggar prinsip sopan santun karena dalam tuturan ``Mungkin
bisa diulang jawaban saya belum terlalu mengerti``. Terlihat
siswa tersebut tidak sepakat dengan jawaban yang diberikan
temannya sehingga melanggar maksim kemufakatan.
6. Ketidaksantunan Maksim Kesimpatian
Data Pertama
Siswa: ʻʻKepada saudara Hasrul dipersilahkanˮ.
Siswa: ʻʻmaju Rul, hahahaˮ.
Konteks
Tuturan diatas terjadi pada saat presentasi diskusi kelompok
saat siswa memerintah kepada temannya untuk maju di depan.
Penyimpangan atau pelanggaran maksim kesimpatian terdapat pada
tuturan ʻʻmaju Rul, hahahaˮ terlihat siswa tersebut menertawakan
temannya pada saat dipersilahkan maju kedepan.
Data Kedua
Guru : ʻʻselanjutnya, Salman Maju Nak.ˮ
Siswa :ʻʻsaya akan menjelaskan tentang unsur-unsur teks berita.ˮ
Siswa : ʻʻhahaha,menjelaskan bede,tapi kenapa baca buku ˮ
Konteks
Pada tuturan diatas terlihat siswa menjelaskan pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Kemudian ditanggapi oleh siswa lain
dengan candaan. Tuturan ʻʻhahaha,menjelaskan bede,tapi kenapa
baca buku ˮ penutur terlihat tidak memberikan rasa simpai kepada
temannya yang sedang berusaha menjelaskan materi. Sehingga
tuturan tersebut melanggar maksim Simpati.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ketidaksantunan
berbahasa siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa :
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan data sebanyak 65 tuturan.
Dari hasil penelitian ditemukan beberapa bentuk tuturan siswa yang
melanggar prinsip sopan santun, diantaranya sebagai berikut :
Pelanggaran atau ketidaksantunan pada maksim kebijaksanaan
sebanyak 4 tuturan ; maksim kedermawanan sebanyak 2 tuturan ; maksim
pujian sebanyak 3 tuturan ; maksim kesederhanaan sebanyak 2 tuturan ;
maksim pemufakatan sebanyak 3 tuturan dan maksim simpati sebanyak 2
tuturan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan siswa agar mampu
meningkatkan dan menjaga kesantunan berbahasa. Serta sebagai bahan
pertimbangan pada mata pelajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kesantunan berbahasa baik dalam kehidupan sehar-hari maupun dalam
pembelajaran di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rieneka Cipta.
Aminuddin. 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa
dan Sastra. Malang: Yayasan Asih, Asah,Asuh.
Afdal, Muhammad.2019. Kesantunan Berbahasa orang tua dan anak dalam
lingkungan keluarga.Skripsi tidak diterbitkan. Makassar. Unismuh
Makassar.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta.
Djumingin, Anzhari. 2017.Analisis Kesantunan Berbahasa Guru Dan Siswa
Pada Kegiatan Presentasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII
Smp Negeri 12 Makassar.Skripsi diterbitkan. Makassar: Universitas
Negeri Makassar.
Emzir.2010. Analisis Data. Jakarta : Rajawali Pers.
Febriansyah, Riki. 2019 Kesantunan Berbahasa Anak dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Skipsi diterbitkan. Semarang. Salatiga Palu.
Julmi. 2019. Realisasi kesantunan berbahasa pada sopir pete – pete perkotaan
yang ada di lingkungan terminal mallengkeri (kajian pragmatik). Skripsi
tidak diterbitkan. Makassar: Unismuh Makassar.
Leech, Geoffray. 2006. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta:Universitas Indonesia.
Mahsun , MS. 2017. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol. , Nomor 1
(http://Google.schoolar.com) Di akses Januari 2020
Morris Charles 2009:5. Pragmatik sebagai “the study of relation of signs to
interpretes”: dalam Nadar
Nirmala,Vita.2018.Iklan Dalam Pembelajaran Pragmatik Di Sekolah
Menengah Atas.Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. (Online),Vol 8,
Nomor 1 (http://Scholar.google.co.id) diakses 8 Januari 2018.
Putrayasa, Ida Bagus.2015. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pratama, Randi. 2018. Telaah Kesantunan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas XI
SMK Negeri Tapango Kab. Polewali Mandar. Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar. Unismuh Makassar.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sukmadinata,Nana Syaodih.2016.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rozdakarya.
Sumardi,Aida.2016.Kesantunan Tuturan Guru dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Kelas.Jurnal Sasindo Unpam. (Online). Volume 3, Nomor 2
(http://.Scholar.google.co.id) diakses desember 2016
Tim penyusun FKIP Unismuh Makassar.2019. Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar: FKIP Unismuh Makassar.
Tarigan,Hendry Guntur.2009. Pengajaran Pragmatik.Bandung:Angkasa.
Yule, George. 2007. Pragmatics. Diterjemahkan oleh: Jumadi. Banjarmasin: PBS
FKIP Universitas Lambung Mangkurat.
Zamzami. 2007. Kajian Sosiopragmatik. Yogyakarta: Cipta Pustaka
Zamzani. Dkk.2010. Pengembangan Alat Ukur Kesantunan Berbahasa Indonesia
Dalam Interaksi Sosial Bersemuka dan Non Bersemuka. Laporan
Penelitian Hibah bersaing (Tahun kedua). Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
LAMPIRAN
Transkrip data Penelitian
Bentuk tuturan siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 12 Makassar
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
1. Siswa sedang melaksanakan proses pembelajaran ( 17/02/2020)
Guru: Assalamualaikum Wr.Wb, sebelum pembelajaran dimulai
jangan lupa baca doa
Siswa: Siap, Bu.
Guru: Ketua kelas, silahkan pimpin doa.
Siswa: iye Bu.
Siswa: sebelum pelajaran dimulai mari kita baca doa. Dimulai.
Siswa: oke selesai.
Guru: siapa temannya yang tidak hadir?
Siswa: Aini, sakit kayaknya ibu.
Guru: itu saja ?
Siswa: sudah tidak ada Ibu, yang lain hadir semua Ibu.
Guru : masih ada yang ingat materi tentang berita ?
Siswa : saya Bu. Berita adalah informasi tentang peristiwa
sekarang yang diberikan melalui media yang berbeda-
beda seperti dari mulut ke mulut, percetakan surat kabar
dan lain-lain.
Guru : ia itulah yang disebut dengan berita, apa semua sudah paham ?
Siswa ; Ia Bu, paham.
2. Pembelajaran bahasa Indonesia diskusi kelompok (18/02/2020)
Guru : silahkan kelompok berikutnya siapa yang siap untuk maju
didepan ?
Siswa : kelompok 3 Bu sudah siap.
Siswa : Sama kelompok 4 juga sudah siap, Ibu.
Siswa : kamu aja yang naik deh mewakili.
Guru : silahkan kelompok 3 memaparkan materi kelompok.
Siswa : Assalamualaikum Wr. Wb. Kami dari kelompok 3 akan
mempresentasikan materi diskusi kami. Tapi sebelum
mempresentasikan sebelumnya kami akan kenalkan diri
kami masing-masing. kenalkan nama saya Muhammad
Nadir
Siswa : Terima kasih, kenalkan nama saya Putri dari kelompok 3.
Siswa : Terima kasih, kenalkan nama saya Nurul Magfira.
Siswa : itulah anggota dari kelompok 3. Materi yang akan kami
bahas tema adalah berita.
Guru : karena materi sudah dibahas pertemuan selanjutnya, jadi
pembahasan tidak usah terlalu panjang, nak.
Siswa : baik bu.
Siswa : Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada
saya,baik saya akan menjelaskan sedikit tentang berita.
Berita adalah teks yang melaporkan kejadian, peristiwa
atau informasi mengenai sesuatu yang telah terjadi atau
sedang terjadi. Adapun unsur-unsur berita terdiri dari
5w+1H. Itulah pokok pembahasan kami. Sekian terima
kasih.
Siswa : itulah pemaparan materi kelompok 3. Silahkan kelompok
yang bertanya ketika ada yang kurang jelas.
Siswa : Bagaimanakah cara menentukan unsur-unsur berita ?
Siswa : mohon maaf moderator, apa saya bisa bantu jawab ?
Siswa: Silahkan, saya silahkan dengan hormat untuk menjawab.
Siswa : Baiklah saya akan menjelaskan tentang unsur-unsur
berita. Adapun unsur-unsur berita terdiri dari (1) what,
suatu berita dikatakan baik jika berisi pernyataan yang
dapat menjawab pertanyaan apa. (2) Who, berita
dikatakan jika disertai keterangan tentang orang-orang
yang terlibat dalam peristiwa. (3) When, berita dikatakan
baik jika memenuhi unsur when, yang menyebutkan
waktu kejadian. (4) Where, berisi deskripsi lengkap
tentang tempat kejadian. (5) Why, disertai alasan atau
latar belakang terjadinya peristiwa. (6) How, dapat
dijelaskan proses kejadian suatu peristiwa dan akibat
yang ditimbulkan.
Siswa : Menjelaskan bede, tapi kenapa baca buku, hahaha.
Siswa : bagaimana saudara penanya apakah ingin menanggapi
jawaban pemateri ?
Siswa : saya sudah mendengar jawaban pembicara, tapi saya
belum terlalu paham dengan jawaban tersebut.
Siswa : baik terima kasih. Selanjutnya saya silahkan kepada
teman-teman yang bertanya lagi ?
Siswa : saya (mengangkat tangan)
Siswa : silahkan, saya silahkan dengan hormat.
Siswa : manfaat dari membaca berita kan banyak. Tetapi
bagaimana pendapat kalian tentang siswa yang malas
membaca tetapi mereka lebih ketergantungan internet.
Siswa : Tidak tahu, jawab sendiri.
Siswa : baik terima kasih atas pertanyaannya. Saya silahkan
kepada saudara untuk menjawab.
Siswa : baik saya akan menjawab pertanyaan penanya didepan.
Pendapat kami tentang siswa yang malas membaca
tetapi lebih kecanduan atau ketergantungan internet.
Salah satu alasannya kenapa siswa malas membaca
karena pengaruh internet itu membuat orang malas
bergerak ditambah lagi ketika anak sudah kecanduan
bermain game. Sehingga hal tersebut membuat orang
menjadi malas membaca apalagi membaca koran.
Siswa : terima kasih kepada pembicara, itulah penjelas dari
kelompok kami. Apakah saudara penanya sudah
mengerti ?
Siswa : Mungkin bisa diulang jawaban saya belum terlalu
mengerti.
Siswa : karena waktunya tinggal sedikit, kami dari kelompok 3
menutup diskusi kelompok kami. Dengan ucapan
hamdalah.
Guru : berikan tepuk tangan kepada kelompok 3. Karena waktunya
sudah habis untuk kelompok yang belum presentasi nanti kita
lanjut besok.
Siswa : Ia Bu, terima kasih.
3. Pembelajaran bahasa Indonesia diskusi kelompok (19/02/2020)
Guru : Assalamualaikum Wr. Wb
Siswa : waalaikumsalam Wr. Wb
Guru : anak-anak bagaimana kabarnya hari ini?
Semua siswa : Alhamdulillah,Baik Bu.
Guru : baik hari ini kita lanjut diskusi kelompok. Kelompok terakhir
silahkan dimulai penyajian materi. Langsung saja inti
pembahasan.
Siswa : baik Bu terima kasih . Assalamualaikum langsung saja
inti materi kelompok kami yaitu membahas tentang Iklan
yang materi hampir sama dengan kelompok kemarin.
Siswa : mohon maaf penyaji, bisa langsung bertanya keinti saja ?
Siswa : silahkan.
Siswa : terima kasih atas waktu yang diberikan, tolong jelaskan
apa itu iklan ?
Siswa :iklan adalah segala bentuk pesan tentang produk yang
disampaikan melalui media dan lain-lain.
Guru : Ia, bagus. Jadi iklan adalah berita atau pesan untuk membujuk
orang lain agar tertarik pada barang yang ditawarkan. Iklan
bisa dipromosikan melalui media televisi koran dll.
Siswa : diharapkan kepada peserta diskusi agar mengangkat
tangan jika ingin bertanya !
Putri silahkan pertanyaannya.
Siswa : terima kasih atas kesempatan. nama saya Putri dari
kelompok 2. Bagaimana cara menyimpulkan pesan dalam
iklan ? sekian dan terima kasih.
Siswa : Terima kasih atas pertanyaannya,baik kepada saudara
silahkan untuk menjawab pertanyaan saudari putri.
Siswa : Baik terima kasih cara menyimpulkan pesan dalam iklan
adalah pahami isi dari iklan tersebut dengan baik.
Siswa : itulah jawaban dari kelompok kami. Bagaimana saudara
penanya.
Siswa : terima kasih saya sudah mengerti.
Siswa : Arya bisa pinjam pulpen ?
Siswa : ini ambil saja
Siswa : saya silahkan kepada teman lain yang ingin bertanya ?
Siswa : saya (angkat tangan)
Siswa : silahkan
Siswa : terima kasih atas kesempatannya, menurut pendapat anda
apa itu tema ?
Siswa : baik, saya silahkan kepada pembicara untuk menjawab .
Siswa : terima kasih, tema yaitu masalah dalam sebuah cerita.
Apa yang harus dibahas ketika menulis adalah tema
Guru : ada yang bisa tambahkan ?
Siswa : saya, Bu. .
Siwa : dia terus menjawab.
Siswa : selanjutnya sisa 1 pertanyaan karena waktu jam istirahat
tidak lama lagi.
Siswa : kepada saudara Hasrul saya silahkan.
Siswa : terima kasih atas kesempatannya nama saya Hasrullah
yang ingin saya tanyakan siapa penerbit dalam buku
yang anda bawah?
Guru : moderator tutup dulu diskusi nanti dijawab pertemuan
selanjutnya, waktunya sudah habis.
Siswa : baik Bu. Terima kasih
Guru : apa kita tulis Nak.
Siswa : tugas, Bu.
Guru : rajin sekali Nak.
Siswa :Iya dong Bu, harus itu.
Dokumentasi
Gambar 1. Proses diskusi kelompok
Gambar 2. Proses pembelajaran bahasa Indonesia
Gambar 3. Proses diskusi kelompok dalam pembelajaran bahasa Indonesia
Gambar 4. Siswa mengerjakan tugas.
RIWAYAT HIDUP
Nurfadillah. Dilahirkan di Sinjai Kecamatan Sinjai
Selatan Desa Aska pada tanggal 27 Februari 1998. Dari
pasangan Ayahanda Usman dan Ibunda Misriani. Penulis
tamat sekolah dasar pada tahun 2010 di SDN 160
Boropao. kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di
sekolah Madrasah yang ada di Sinjai, tepatnya di Mts Darussalam
Patalassang kemudian setelah tamat penulis melanjutkan di sekolah yang
sama di MA Darussalam dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun 2016
penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar
jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar,
penulis aktif pada organisasi internal kampus yaitu UKM KSR PMI Unit
1114 Unismuh Makassar dan mengembang amanah sebagai kepala staf.
Bidang kajian pengembangan dan penalaran periode 2018-2019. Selama
menjadi anggota KSR PMI ada banyak pengalaman yang didapatkan penulis
salah satunya pengalaman menjadi Tim Medis pada kegiatan Jambore Mapala
Muhammadiyah Se-Indonesia, dan masih banyak pengalaman yang tidak
sempat penulis tuliskan.
Berkat perlindungan dan pertolongan Allah Swt serta iringan doa dari
orang tua penulis dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dengan
menulis skripsi Ketidaksantunan Berbahasa siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 12 Makassar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.