Post on 06-Feb-2018
KETEPATAN PERAWAT MERAWAT LUKA DENGAN
NaCl 0,9% PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. R DENGAN VULNUS LACERATUM
DI IGD RSUD SUKOHARJO
Disusun Oleh :
JOKO SUPRIYANTO
P.12034
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA
HUSADA SURAKARTA
2015
i
KETEPATAN PERAWAT MERAWAT LUKA DENGAN
NaCl 0,9% PADA ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. R DENGAN VULNUS LACERATUM
DI IGD RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DisusunOleh :
JOKO SUPRIYANTO
P.12034
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA
HUSADA SURAKARTA
2015
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : JOKO SUPRIYANTO
NIM : P.12 034
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : KETEPATAN PERAWAT MERAWAT LUKA
DENGAN NaCl 0,9% PADA ASUHAN
KEPERAWATAN Tn. R DENGAN VULNUS
LACERATUM DI IGD RSUD SUKOHARJO
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 21 Februari 2015
Yang Membuat Pernyataan
JOKO SUPRIYANTO
NIM P.12 034
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : JOKO SUPRIYANTO
NIM : P.12 034
Program Studi : DIII KEPERAWATAN
Judul : KETEPATAN PERAWAT MERAWAT LUKA DENGAN NaCl
0,9% PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. R DENGAN
VULNUS LACERATUM DI IGD RSUD SUKOHARJO
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : 22 Mei 2015
Pembimbing : Ns. Anissa Cindy N.A, S.Kep., M. Kep ( )
NIK. 201188087
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:
Nama : JOKO SUPRIYANTO
NIM : P11 034
Program studi : DIII Keperawatan
Judul : KETEPATAN PERAWAT MERAWAT LUKA DENGAN
NaCl 0,9% PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. R
DENGAN VULNUS LACERATUM DI IGD RSUD
SUKOHARJO
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di :
Hari/Tanggal :
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ns.Anissa Cindy N.A,S.kep.,M. Kep
NIK. 201188087
(……………………)
Penguji I : Bc. Yeti Nur Hayati, M. Kes
NIK: 201378115
(……………………)
Penguji II : Ns. Amalia senja, S. Kep
NIK: 201390126
(……………………)
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Stikes Kusuma Husada Surakarta
Atiek Murhayati, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK: 200680021
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Syukur alhamdulillah atas rahmat dan hidayahnya dan dengan segala
rendah hati saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan saya
persembahkan untuk orang yang kusayangi Ayahanda Tino dan Ibunda
tercinta Sumi yang tiada henti-hentinya memberi doa restu,
kasih sayang, perhatian dan dukungan untuk menjadikanku orang sukses.
Kedua saudaraku Karsiati yang selalu memberikan dukungan dan support
setiap langkahku dan bude Lyda Winarsari yang selalu mengingatkan dan
memberi dukungan. Serta sahabat-sahabatku yang spesial Anip Wagiyanto,
Mahendrata kusuma, Wahyu diyastuti, Elshinta Arianti, Febriana, Norma
Novita Sari, Diah Arum, Novita Wahyu anggraeni, Tri haryono, Ares Bacan
Laksito, Lailatul Mubarokhah, Wahyu Fitriyana, Ruben Eka Mulya, Nila
Wahyuningsih, Fatma cecil, Fitri Winda, Danar Fauzan dan juga teman-
teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu semoga perjalanan yang
kita tempuh selama ini mampu menjadikan kita lebih baik, bijaksana dan
dewasa. Teman-teman seperjuangan angkatan tahun 2011 kelas 9 IPS 5. Ibu
Anissa Cindy Nurul Afni, S.,kep., Ns., M. Kep, terima kasih atas
bimbingannya selama ini.
Almameterku tercinta
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “KETEPATAN PERAWAT MERAWAT LUKA
DENGAN NaCl 0,9% PADA ASUHAN KEPERAWATAN Tn. R DENGAN
VULNUS LACERATUM DI IGD RSUD SUKOHARJO”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2. Ibu Atiek Murhayati, S.Kep., Ns., M. Kep., selaku Ketua Program studi D III
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M. Kep., selaku Sekertaris Ketua Program
Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ibu Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns., M. Kep., sebagai pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan
dengan cermat dan perasaan yang nyaman dalam bimbingan, sehingga
membantu penulis dalam penyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
5. Bc. Yeti Nur Harti, M. Kes selaku dosen penguji pertama yang telah yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan–masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
vii
6. Ns. Amalia Senja, S. Kep selaku dosen penguji kedua yang telah yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan–masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
7. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. Terima kasih atas segala
kasih sayang selama ini, selalu memberikan semangat, do’a, pengorbanan,
bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga putramu ini mampu
menyelesaikan tugas akhiri ni.
8. Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo yang telah mengijinkan penulis untuk
melakukan pengelolaan kasus.
9. Kedua orang tua saya dan kaka saya yang selalu memberikan semangat, do’a,
pengorbanan, bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga
putramu ini mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Teman-teman mahasiswa prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta dan semua pihak yang terkait didalamnya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyusun tugas di kasus
ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan.
Wa’alaikumsalam. Wr. Wb
viii
Surakarta, Mei 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii
ix
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan ................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Luka ....................................................................................... 6
1. Definisi ........................................................................... 6
2. Jenis Luka ....................................................................... 6
3. Proses Penyembuhan Luka ............................................. 7
4. Klasifikasi Penyembuhan Luka ...................................... 8
5. Faktor yang Memepengaruhi Penyembuhan Luka ......... 9
6. Masalah Yang terjadi Pada Luka .................................... 10
B. Perawatan Luka dengan NaCl 0,9% ................................................ 11
C. Kerangka Teori ...................................................................... 16
D. Kerangka Konsep .................................................................. 17
BAB III METODOLOGI PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subyek Aplikasi Riset .................................................................... 18
B. Tempat dan Waktu ......................................................................... 18
C. Media Dan Alat Yang Digunakan .................................................. 18
D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ............................. 18
E. Alat Ukur Evaluasi Dari Aplikasi Tindakan Berdasarkan Riset .... 19
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien ...................................................................... 26
B. Pengkajian ............................................................................. 26
x
C. Analisa Data .......................................................................... 30
D. Prioritas Diagnosa ................................................................. 31
E. Perencanaan Keperawatan ..................................................... 31
F. Implementasi ......................................................................... 32
G. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 34
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................. 35
B. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 38
C. Perencanaa Keperawatan ....................................................... 40
D. Implementasi Keperawatan ................................................... 44
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 48
B. Saran ...................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori ...................................................................... 16
xi
Gambar 2. Kerangka Konsep .................................................................. 17
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Lampiran 1. Proposal Judul Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 3. Surat Pernyataan
Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 5. Jurnal Utama
Lampiran 6. Asuhan Keperawatan (Fotocopy)
Lampiran 7. Look Book
Lampiran 8. Lembar Pendelegasian Pasien
Lampiran 9. SOP perawatan Luka
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian cedera seperti lecet atau memar, luka robek (vulnus
laceratum), anggota tubuh terputus dan cedera mata menunjukkan
kecenderungan pada usia kurang dari satu tahun kejadiannya rendah, angka
meningkat di usia muda dan menurun di usia lanjut. Kelompok umur yang
mempunyai proporsi tertinggi untuk jenis cedera lecet atau memar pada umur
15-24 tahun, luka robek (vulnus laceratum) pada umur 25-34 tahun, patah
tulang pada umur 75 tahun keatas, terkilir pada umur 65-74 tahun, anggota
tubuh terputus pada usia produktif (25-54 tahun), cedera mata pada umur 35 –
64 tahun, gagar otak pada umur 65-74 tahun dan jenis cedera lainnya pada
umur 75 tahun ke atas. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan penulis di
RSUD Sukoharjo dari bulan Januari 2014 sampai Desember 2014 didapatkan
jumlah penderita Vulnus Laceratum rawat jalan sejumlah 140 (16,8%) orang
(RSUD Sukoharjo, 2015).
Vulnus laceratum adalah luka terbuka yang ditimbulkan oleh goresan
benda sedikit tumpul atau yang tidak terlalu tajam. Vulnus laceratum dapat
disebabkan oleh karena terjadi kekerasan, benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontinuitas jaringan terputus. Tepi luka berbentuk garis
tidak teratur dan jaringan kulit disekitar luka juga mengalami kerusakan
(Junaidi, 2011).
2
Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses
peradangan atau inflamasi. Reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan
terputus, dalam keadaan ini ada peluang besar untuk terjadi infeksi yang sangat
hebat dan tindakan pertolongan segera yaitu melakukan desinfeksi kemudian
menutupnya dengan plester atau kasa steril lalu membawa korban kerumah
sakit. Jika diperlukan dapat diberikan antibiotika dan antitetanus untuk
mencegah infeksi atau serangan tetanus (Junaidi, 2011).
Untuk mencegah terjadinya infeksi diperlukan pertolongan dengan
perawatan luka. Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang
sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Dengan demikian,
perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian
yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan,
evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang
sistematis (Rostini dkk, 2013).
Perawatan luka yang dilakukan oleh perawat di rumah sakit salah satunya
dengan NaCl 0,9%. Normal salin atau NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis
aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi
kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses
penyembuhan. Perawat menggunakan cairan normal salin untuk
mempertahankan permukaan luka agar tetap lembab sehingga dapat
meningkatkan perkembangan dan migrasi jaringan epitel. Membersihkan luka
3
secara hati-hati dengan normal saline dengan memasang balutan yang dibasahi
normal salin (basah-basah, lembab-basah) merupakan cara yang sering
digunakan untuk menyembuhkan luka dan melakukan debridement luka basah-
kering (Wahyuni, 2014).
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontuinitas lapisan kulit atau jaringan
parut dan tidak menggangu aktifitas normal. Masa penyembuhan luka
umumnya ditandai dengan lamanya hari rawat pasien (Rostini dkk, 2013).
Penelitian yang dilakukan Rostini dkk (2013) menunjukan bahwa ada
penggaruh perawatan luka dengan NaCl 0,9% terhadap lama hari rawat pasien
vulnus laceratum. Pasien yang dirawat luka dengan NaCl 0,9% memiliki waktu
hari rawat yang lebih cepat.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis tertarik
mengimplementasikan pemberian larutan NaCl 0,9% pada pasien vulnus
laceratum di ruang IGD rumah sakit RSUD Sukoharjo. Serta melihat
perawatan luka yang dilakukan di bangsal dengan menggunakan larutan NaCl
0,9% untuk mempercepat lama hari rawat pasien.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan perawatan luka dengan NaCl 0,9% pada vulnus
laceratum di IGD.
2. Tujuan Khusus
4
Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien vulnus laceratum
a. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan vulnus laceratum.
b. Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien dengan vulnus
laceratum.
c. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien vulnus
laceratum.
d. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan vulnus
laceratum.
e. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian larutan NaCl 0,9%
terhadap lama hari rawat Tn. R dengan vulnus laceratum.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman tentang konsep penyakit serta
penatalaksanaanya dalam aplikasi melalui proses keperawatan dengan
basis ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan pada asuhan vulnus
laceratum.
2. Bagi Pendidikan
Sebagai referensi dan wacana dalam perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang keperawatan gawat darurat asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem integumen.
3. Bagi Profesi Keperawatan
5
Memberikan kontribusi dalam pengembangan profesi keperawatan
khususnya dalam bidang keperawatan ganguan sistem integumen.
4. Bagi Rumah Sakit
Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif terutama pada
pasien vulnus laceratum.
BAB II
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Luka
1. Definisi
Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh,
yang dapat terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat menggangu aktifitas
sehari – hari (Hidayat, 2014).
2. Jenis luka
Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi dua, yaitu luka
disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena
radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah luka
terkena trauma. Luka yang tidak disengaja (trauma) juga dapat dibagi
menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Disebut luka tertutup jika tidak
terjadi robekan sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan dan kelihatan
seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka puncture (luka akibat
tusukan), dan hautration (luka akibat alat perawatan luka)
(Hidayat, 2014).
Berdasarkan penyebabnya, luka dibagi menjadi dua, yaitu luka
mekanik dan luka non mekanik. Luka mekanik terdiri atas, sebagai berikut
:
a. Vulnus scissum, atau luka sayat akibat benda tajam. Pinggir luka
terlihat rapi.
7
b. Vulnus contusum, luka memar dikarenakan cedera pada jaringan
bawah kulit akibat benturan benda tumpul.
c. Vulnus laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainaya
yang menyebabkan robeknya jaringan rusak yang dalam.
d. Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil di bagian luar (bagian mulut
luka), akan tetapi besar di bagian dalam luka.
e. Vulnus seloferadum, luka tembak akibat tembakan peluru. Bagian tepi
luka tampak kehitam – hitaman.
f. Vulnus morcum, luka bekas gigitan yang tidak jelas bentuknya pada
bagian luka.
g. Vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak
sampai ke pembuluh darah.
Luka nonmekanik terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi
atau sengatan listrik.
3. Proses Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka melalui empat tahap, yaitu sebagai berikut
(Hidayat, 2014).
a. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera. Tahap ini di mulai saat
terjadinya luka. Pada tahap ini terjadi proses hemostasis yang ditandai
dengan pelepasan histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang
rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke
daerah yang rusak.
8
b. Tahap destruktif, pada tahap ini terjadi pembersihan jaringan yang
mati oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
c. Tahap poliferatif, pada tahap ini pembuluh darah baru diperkuat oleh
jaringan ikat dan menginfiltrasi luka.
d. Tahap maturasi, pada tahap ini terjadi reepitelisasi, konstraksi luka,
dan organisasi jaringan ikat.
4. Klasifikasi Penyembuhan Luka
Menurut (Sjamsuhidajat, 2005) beberapa klasifikasi dalam
penyembuhan luka sebagai berikut:
a. Penyembuhan primer dilakukan bila luka bersih, tidak terinfeksi dan
dijahit dengan baik, luka, luka di jahit, penyembuhan primer.
b. Penyembuhan sekunder, luka di biarkan terbuka, luka terisi jaringan
granulasi epitel; menutup granulasi mulai dari pinggir, terisi penuh
dengan jaringan granulasi, granulasi ditutup oleh epitel, proses
perupaan kembali diseertai pengerutan.
c. Penyembuhan primer tertunda atau penyembuhan dengan jahitan
tertunda dengan luka dibiarkan terbuka, setelah beberapa hari ada
granulasi baik tanpa gejala dan tanda infeksi, di pasang jahitan,
penyembuhan.
d. Debridemen atau toilet luka, luka kasar atau kotor, pembersihan dan
pembilasan debridemen yang terdiri atas pembuangan segala jaringan
yang kotor atau nekrotimk termasuk pinggir luka, jahitan lapis demi
lapis, penyembuhan primer.
9
5. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu
sebagai berikut (Hartono, 2014):
a. Vaskularisasi, mempengaruhi luka karena luka membutuhkan
peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan dan perbaikan sel.
b. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat
perbaikan sel membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu
orang yang mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah
akan mengalami proses penyembuhan yang lama.
c. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan
pertumbuhan atau kematangan usia seseorang. Namun selanjutya,
proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga
dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
d. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya
penyakit seperti diabetes melitus dan ginjal dapat memperlambat
proses penyembuhan luka.
e. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel,
terutama karena terdapat kandungan zat gizi di dalamnya. Sebagai
contoh, vitamin A diperlukan untuk membantu proses epitelisasi atau
penutupan luka dan sintesis kalogen. Vitamin B kompleks sebagai
faktor pada sistem enzimyang mengatur metabolisme protein,
karbohidrat, dan lemak. Vitamin C dapat berfungsi sebagai fibroblas,
mencegah timbulnya infeksi, dan membentuk kapiler-kapiler darah.
10
Vitamin K membantu sintetis protombin dan berfungsi sebagai zat
pembekuan darah.
f. Kegemukan, obat-obatan, merokok, dan stres, mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengonsumsi
obat-obatan, merokok, atau stres akan mengalami proses
penyembuhan yang lebih lama.
6. Masalah yang Terjadi pada Luka
Menurut Hidayat (2014) beberapa masalah yang dapat terjadi dalam
proses penyembuhan luka adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan, ditandai dengan adanya perdarahan disertai perubahan
tanda vital seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan pernafasan,
penurunan tekanan darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta
keadaan kulit yang dingin dan lembab.
b. Infeksi, terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan,
demam atau panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar
luka mengeras, serta adanya kenaikan leukosit.
c. Dehiscene, merupakan pecahnya luka sebagian atau seluruhya yang
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kegemukan,
kekurangan nutrisi, terjadinya trauma, dan lain-lain. Sering ditandai
dengan kenaikan suhu tubuh (demam), dan rasa nyeri pada daerah
luka.
11
d. Eviceration, yaitu menonjolya organ tubuh bagian dalamkearah luar
melalui luka. Hal ini dapat terjadi jika luka tidak segera menyatu
dengan baik atau akibat proses penyembuhan yang lambat.
B. Konsep NaCl 0,9%
1. Definisi
Natrium Klorida 0,9% adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh
tubuh, karena alasan ini, tidak ada reaksi hipersensitivitas dari natrium
klorida. Normal saline aman digunakan untuk kondisi apapu
(Kristianingrum, 2013). Natrium klorida mempunyai Na dan Cl yang sama
seperti plasma. Sel ini tidak akan mempengaruhi sel darah merah. Natrium
klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering digunakan
Natrium Klorida 0,9%.
2. Jenis- jenis NaCl menurut kristiyaningrum (2013):
a. NaCl 0,3%
Kandungan dalam larutan NaCl 3% (513 mEq/L)
b. NaCl 0,5%
Kandungan dalam larutan NaCl 5% (855 mEq/L)
c. NaCl 0,9 %
Cairan NaCl 0.9% juga merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk
perawatan luka karena sesuai dengan kandungan garam tubuh.
12
3. Manfaat
Normal salin atau NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis aman untuk
tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga
kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan.
Perawat menggunakan cairan normal salin untuk mempertahankan permukaan
luka agar tetap lembab sehingga dapat meningkatkan perkembangan dan migrasi
jaringan epitel.
C. Perawatan Luka dengan Vulnus Laceratum
1. Definisi
Pembersihan luka secara klasik menggunakan antiseptik seperti
hydrogen peroxide, povidone iodine, acetic acid dan chlorohexadine dapat
mengganggu proses penyembuhan dari tubuh karena kandungan antiseptic
tersebut tidak hanya membunuh kuman, tapi juga membunuh leukosit
yang dapat membunuh bakteri pathogen dan jaringan fibroblast yang
membentuk jaringan kulit baru. Cara yang terbaik untuk membersihkan
luka adalah dengan menggunakan cairan saline dan untuk luka yang sangat
kotor dapat digunakan water-presure (Kristiyaningrum, 2013).
2. Tujuan Perawatan Luka
Tujuan perwawatan luka Hidayat (2014) menyebutkan bentuk tujuan
dari perawatan luka:
a. Mencegah terjadinya infeksi.
b. Mengurangi nyeri dan mempercepat proses penyembuhan luka.
c. Memperbaiki integritas kulit dan jaringan.
13
3. Prosedur Pelaksanaan Perawatan Luka
Merupakan tindakan keperrawatan untuk merawat luka dan
melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk
melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka (Hidayat,
2014):
a. Alat dan bahan
1) Pinset anatomi.
2) Pinset cirurghi.
3) Gunting steril.
4) Kapas sublimat/savlon dalam tempatnya.
5) Larutan boorwater.
6) NaCl 0,9%.
7) Gunting perban (gunting tidak steril).
8) Plester/pembalut.
9) Bengkok.
10) Kasa steril.
11) Mangkok kecil.
12) Handscoon steril.
b. Prosedur kerja
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akandilaksanakan.
3) Gunakan sarung tangan steril.
4) Buka plester dan balutan menggunakan pinset.
14
5) Bersihkan luka dengan menggunakan savlon/sublimat, atau NaCl
0,9% sesuai dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih.
6) Berikan obat luka.
7) Tutup luka dengan menggunakan kasa steril.
8) Balut luka.
9) Catat perubahan keadaan luka.
10) Cuci tangan.
4. Komplikasi Penyembuhan Luka
Menurut Potter & Perry (2006) beberapa masalah yang terjadi pada
penyembuhan luka adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan
Perdarahan dari daerah luka merupakan hal yang normal terjadi
selama dan sesaat setelah trauma. Yang di tandai dengan perubahan
tanda vital, penurunan tekanan darah melemahnya kondisi
tubuh,kehausan, serta keadaan kuloit yang dingin.
b. Infeksi
Infeksi luka oleh bakteri akan menghambat penyembuhan luka.
Luka terkontaminasi atau luka traumatik akan menunjukan tanda-
tanda infeksi lebih awal yaitu dalam waktu 2-3 hari. Ditandai dengan
demam, nyeri tekan dan nyeri pada daerah luka serta sel dartah putih
meningkat. Tepi luka terlihat mengalami inflamasi dan terdapat
purulen.
c. Dehisens
15
Jika luka tidak sembuh dengan baik, maka lapisan kulit dan
jaringan akan terpisah. Terpisahnmnya jaringan kulit dan jaringan
paling sering terjadi sebelum pembentukan kalogen (3-11 hari setelah
cidera). Dehisens merupakan terpisahnya lapisan luka secara parsial
atau total yang dipengaruhi oleh faktor, seperti obesitas, kekurangan
nutrisi, terjadinya trauma. Biasa ditandai dengan kenaikan suhu tubuh
dan nyeri pada luka.
d. Eviserasi
Terpisahnya lapisan luka secara total dan dapat menimbulkan
keluarnya organ viseral melalui luka yang terbuka. Luka harus segera
di tutup dengan balutan steril yang di basahi dengan normal salin di
atas jaringan yang keluar untuk mencegah masuknya bakteri dan
kekeringan pada jaringan.
e. Fistula
Saluran abnormal yang berada diantara dua buah organ atau di
antara organ dan luar tubuh. Sebagian besar fistula terbentuk karena
penyembuhan luka yang buruk atau karena komplikasi penyakit.
D. Kerangka Teori
16
Sumber : (Wahyuni, 2006; Potter & Perry, 2006; Hidayat, 2014)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep
Luka terkena
mesin
kecelakaan
Luka robek (vulnus laceratum)
Perdarahan Infeksi Dehisen Eviserasi Fistula
Perawatan luka
dengan NaCl
Menjaga
kelempanan
Mempercepat
penyembuhan
Memperbaiki
Integritas kulit
17
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III
Ketepatan perawat
merawat luka
Perawatan luka
dengan NaCl 0,9%
Luka vulnus
laceratum
18
METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset
Subjek yang digunakan aplikasi riset ini Tn. R dengan Vulnus Laceratum
B. Tempat dan Waktu
Aplikasi riset ini telah dilakukan di ruang IGD RSUD Sukoharjo pada tanggal
12 Maret 2015.
C. Media dan Alat yang Di Gunakan
Dalam aplikasi riset ini media alat yang digunakan NaCl 0,9% untuk perawatan
luka dan SOP perawatan luka.
D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset
1. Alat dan bahan
a. Pinset anatomi
b. Pinset cirurghi
c. Gunting steril
d. Kapas sublimat/savlon dalam tempatnya
e. Larutan boorwater
f. Nacl 0,9%
g. Gunting perban (gunting tidak steril)
h. Plester/pembalut
19
i. Bengkok
j. Kasa steril
k. Mangkok kecil
l. Handscoon steril
2. Prosedur kerja
Cuci tangan
a. Jelaskan prosedur yang akandilaksanakan
b. Gunakan sarung tangan steril
c. Buka plester dan balutan menggunakan pinset
d. Bersihkan luka dengan menggunakan savlon/sublimat, atau NaCl
0,9% sesuai dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih
e. Berikan obat luka
f. Tutup luka dengan menggunakan kasa steril
g. Balut luka
h. Catat perubahan keadaan luka
i. Cuci tangan
E. Alat Ukur evaluasi dari Aplikasi Tindakan Berdasarkan Riset
Untuk mengetahui ketepatan perawat melakukan perawatan luka maka
tindakan perawatan luka harus sesuai dengan SOP yang berlaku saat ini.
20
PENATALAKSANAAN PERSIAPAN KULIT, TEKNIK STERILISASI DAN
PERBAIKAN LASERASI
Pengertian Adalah tindakan membersihkan kulit sterilisasi kulit pada daerah
laserasi sebelum dilakukan perbaikan
Tujuan 1. Mencegah infeksi sekunder
2. Mempercepat penyembuhan luka
3. Meminimalkan bekas luka
Kebijakan Sesuai SOP dengan kebijakan No: 05.01.001
Prosedur A. Indikasi
1. Mengontrol perdarahan
2. Irigasi dan debridemen untuk mengurangi insidensi
infeksi
3. Pemulihan integritas fungsional dari kulit dan
mengurangi kemungkinan jaringan parut
B. Kontra Indikasi
Tidak terdapat kontra indikasi absolut, meskipun
demikianpenutupan yang lambat harusb diwaspadai pada
luka-luka yang sangat terkontaminasi dan atau terdapat suatu
interval yang lama sejak waktu terjadinya cidera (kurang
lebih 24 jam untuk wajah dan 12 jam untuk sisa bagian tubuh
yang lainya).
C. Peralatan
1. Larutan garam fisiologis untuk irigasi
2. Larutan betadine
3. Obat anestesi lokal
4. Jarum 11/12 inchi, 18G dan jarum 1 inchi 25 G
5. Spuit 3ml dan 50 ml
6. Duk steril
7. Berbagai macam benang jahit
8. Kasa
21
9. Hemostat
D. Persiapan Kulit
Terdapat 2 jenis tindakan persiapan kulit, yaitu
membersihkan kulit dan sterilisasi kulit.
1. Membersihkan kulit
Kulit yang dibersihkan cukup memenuhi syarat untuk
melakukan penyuntikan (SC, IM, atau IV) dan punksi
vena sederhana, tetapi tidak memenuhi syarat untuk
melakukan punksi vena untuk tujuan mengambil darah
untuk biakan atau memasang alat-alat.
2. Sterilisasi kulit
Sterilisasi kulit harus dilakukan sebelum melakukan
tindakan-tindakan yang akan melubangi atau memotong
kulit, kecuali hanya untuk menyuntik atau melakukan
punksi sederhana. Tindakan ini akan menghilangkan
bakteri pada permukaan kulit, dan hanya tertingal sedikit
bakteri hidup di folikel rambut atau kelenjar keringat.
Sterilisasi kulit tidak perlu dilakukan bila tindakan
tersebut menyebabkan terlambatnya tindakan untuk
menyelamatkan jiwa (misalnya thorakotomi untuk
mengatasi tension pneumotorak)
Macam-macam teknik sterilisasi untuk kulit
1. Basahi kulit secukupnya dengan alkohol 70% selama
2 menit, atau
2. Dengan kasa steril berukuran 4x4 inchi yang dibubuhi
tinetur yodium 2% ditempelkan pada darah tersebut,
biarkan hingga yodium kering. Kemudian kasa
tersebut diangkat dan daerah tersebut ditutup dengan
alkohol 70% karena yodium dapatmembakar kulit.
22
3. Bubuhkan desinfektan yodium organik 2 kali, biarkan
kering. Desinfektan ini tidak perlu di hapus sebelum
operasi selesai.
Petunjuk berikut yang harus diperhatikan untuk semua
kasus:
1. Sterilisasi harus lebih luas dari daerah yang lebih luas
dari yang diperlukan untuk tindakan
2. Desinfektan dilakukan dimulai dari sentral dan
meluas ke perifer
3. Gunakan sarung tangan steril saat membubuhkan
desinfektan
E. Teknik Sterilisasi
Sebenarnya tidak mungkin mencapai tehnik sterilisasi di
bagian gawat darurat dibandingklan dengan ruang operasi.
Petunjuk-petunjuk di bawah ini hanya menurunkan resiko
terjadinya infeksi. Penerangan yang baik sangat membantu
mencapai teknik sterilisasi dan hal ini sangat penting agar
prosedur yang akan dilakukan berhasil:
1. Cuci tangan dengan sabun antiseptik, sebelum melakukan
setiap tindakan.
2. Semua alat yang diperlukan tersedia di samping operator
sehingga setelah memakai sarung tangan steril hanya
peralatan steril yang selanjutya disentuh. Cara lain
seorang pembantu dapat menolong membuka
pembungkus alat-alat steril.
3. Kenakan sarung tangan.
4. Lakukan sterilisasi klulit, seperti dijabarkan diatas.
5. Perluas daerah steril dengan pembungkus kulit yang steril
dengan kertas atau kain steril. Penutup steril ini
mempunyai jendela yang memperlihatkan daerah yang
akan dilakukan tindakan.
23
6. Pastikan semua kateter, jarum ‘stopcok’ dan lainya
terletak baik di lapangan steril sehingga tidak jatuh di
lantai pada saat melakukan tindakan.
7. Pada saat melakukan prosedur yang memerlukan
sterilisasi tinggi (misalnya: memasang kateter untuk
pemberian nutrisi parentraltotal), pakailah topi, masker
dan pakaian yang biasa digunakan untuk melakukan
pembedahan, selain memakai sarung tangan steril.
Jika menggunakan suatu infiltrasi lokal, maka ukuran-
ukuran berikut ini akan mengurangi rasa sakit:
a. Gunakan jarum kecil ukuran 25G atau 27G dengan
spuit 5ml.
b. Lakukan incisi yang dalam pada dermis melalui luka
lebih baik daripada melalui kulit yang utuh.
c. Injeksikan secara perlahan-lahan.
d. Tunggulah beberapa menit bsebelim meneruskan
tindakan untuk memastikan bahwa telah terjadi
anestesi.
8. Lakukan debridemen jaringan yang mengalami
devitalisasi dengan menggunakan gunting iris dan scalpel
9. Lakukan irigasi yang cepat terhadap luka dengan
menggunakan 250 sampai 500 ml larutan garam fisiologis
yang diarahkan ke semua daerah luka menggunakan spuit
50ml dan jarum berukuran 19G, mintalah asisten
menuangkan cairan fisiologis untuk irigasi ke dalam
bejana steril sehingga anda mudah dalam menyedotnya.
10. Lihatlah dengan seksama seluruh luka untuk mencari
benda asing atau kerusakan terhadap struktur yang lebih
dalam seperti misalnya tendon dan sendi yang mungkin
mengalami cidera yaitu dengan rentan gerak yang penuh
pada saat anda mengamatinya di dalam luka. Untuk
24
cidera-cidera yang lebih aman atau daerah-daerah yang
sulit seperti misalnya: bibir atau tepi kelopak mata
memerlukan konsultasi kecuali kalau anda sendiri yakin
bahwa anda tahu bagaimana merawatnya.
11. Jika terjadi laserasi, tutupalah lapisan vascia subcutan
dengan jahitan interrupted yang dapat diserap. Harap
berhati-hati dalam menempatkan kembali keperkiraan
anatomisnya karena perkiraan yang baik dari lapisan yang
lebih dalam dapat membantu memastikan perkiraan yang
baik dari kulit.
F. Perbaikan Laserasi
Prosedur perbaikan laserasi:
1. Pilihlah ukuran benang dan jarum yang sesuai
2. Peganglah jarum dengan needle holder. Peganglah needle
holder dengan ibu jari keempat tangan anda yang
dominan. Hubungan antara tangan, needle holder, dan
jarum tersebut akan menghasilkan pasase jarum yang
wajar melalui tepi-tepi kulit.
3. Peganglah forcep adson dengan tangan anda yang tidak
dominan. Forcep tersebut dapat diguynakan untuk
menggengam tepi kulit untuk traksi dan mencabut jarum.
Jari-jari tangan anda tidak boleh menyentuh luka pada
saat anda menjahit.
4. Luka yang kecil ditutup yang panjang, palinmg tidak
ditutup mulai dari tengah dan secara berturut-turut
membagi luka tersebut menjadi 2 bagian. Gunakan
bentuk gambar kuilit (sebagai contoh kerutan, tepi bibir
yang sangat merah). Untuk membantu memastikan
bahwa luka menutup secara teratur.
5. Jahit sederhana dilakukan sebabai beriikut: peganglah
tepi kulit dengan forcep adson. Posisi ujung jarum tegak
25
lurus terhadap kulit dengan jarak yang sesuai dari ujung
luka dan pinggir kulit. Hasil kosmetik yang paling baik
diperoleh dengan menempatkan jaringan merapat pada
pinggir luka dan saling dirapatkan dengan menggunakan
jarum dan benang ukuran kecil. Demikian pula dengan
luka-luka diwajah ditutup dengan benang ukuran kecil,
menggunakan lebih banyak jahitan dibandingkan dengan
luka di badan atau luka extremitas. Putarlah pergelangan
tangan anda un tuk memajukan jarum melewati kulit pada
salah satu sisi luka dan jarum keluar dari kulit dan
kedalam luka harus sama pada kedua sisinya. Pada saat
jarum masuk melalui luka, lakukan reposisi forcep adson
untuk merapatkan tepi kulit berikutnya. Apabila lukanya
lebar dibandingkan dengan ukuran jarum, maka tidak
akan mungkin untuk memajukan jarum melewati kedua
sisi kulit hanya dengan 1x jalan. Dalam keadaan tersebut,
lewatkan jarum melalui tepi kulit berikutnya mulai dari
luka pada kedalaman yang sama seperti kulit yang
pertama tadi, sehingga jarum dapat keluar secara tegak
lurus teaarhadap kulit pada jarak yang sama dari ujung
luka dan tepi kulit yang terdahulu. Ikatlah benang
menggunakan simpul bedah dengan tekanan yang
adekuat dengan sedikit membalikan tepi kulit.
6. Jahitan matras diperlukan apabila lukanya panjang dan
lebar sedemikian rupa sehingga terdapat tekanan yang
cukup besar pada tepi kulit pada tengah-tengah luka.
Sumber: SOP perawatan luka RSUD Sukoharjo
26
BAB IV
LAPORAN KASUS
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang aplikasi jurnal pemberian larutan
NaCl 0,9% terhadap lama hari rawat pada Asuhan Keperawatan Tn. R dengan
vulnus laceratum di IGD RSUD Sukoharjo. Asuhan keperawatan pada Tn. R
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi sesuai masalah keperawatan,
implementasi yang telah dilakukan dan evaluasi. Pengkajian dilakukan pada
tanggal 12 Maret 2015 pukul 12.06 dengan menggunakan metode autoanamnesa
dan alloanamnesa.
A. Identitas Klien
Pasien bernama Tn. R, berjenis kelamin laki-laki dengan umur 60 tahun,
berstatus kawin, beragama islam, pekerjaan adalah swasta. Tn. R bertempat
tinggal di Jumampolo, Karanganyar. Tn. R di rawat di RSUD Sukoharjo yang
bertanggung jawab adalah Tn. A, Tn. A merupakan anak dari Tn. R, Tn. A
berumur 23 tahun, pekerjaannya adalah swasta. Tn. A bertempat tinggal di
daerah Jumampolo, Karanganyar.
B. Pengkajian
Setelah dilakukan pengkajian pada pasien didapatkan airway pasien jalan
nafas pasien tidak ada sumbatan benda asing di jalan nafas seperti muntahan
27
dan sekret. Breathing pasien di dapatkan RR: 19x/m tidak ada otot bantu
pernafasan tidak ada cuping hidung. Nafas spontan tidak ada suara nafas
tambahan. Circulation dengan hasil nadi 80x/menit, Tekanan darah 130/80
akral hangat tidak ada tanda-tanda sianosis. Capilary revile kurang dari 2 detik,
keluar darah dari luka ± 50cc dan tidak ada tanda-tanda syok. Disability dengan
didapatkan hasil GCS E4, V5, M6. Dan Exposure dengan hasil adanya luka
robek di punggung tangan dengan panjang 15cm kedalaman 1cm luka tampak
kemerahan suhu: 36,7°C.
Hasil pemeriksaan fisik yang didapat pasien dalam keadaan baik,
kesadaran composmentis, GCS E4 V5 M6. Dari pemeriksaan tanda-tanda vital
diperoleh hasil tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 80x/menit pernafasan
19x/m.
Setelah dilakukan pengkajian pada pasien didapatkan History (sampel)
nyeri di punggung tengah dengan luka robek panjang 15cm kedalaman 1cm
luka tampak kemerahan. P: pasien mengatakan nyeri dipunggung tangan kanan
terkena streng, Q: nyerinya seperti disayat-sayat, R: Nyeri pada punggung
tangan, S: skala nyeri 7, T: Nyeri terus menerus. Pasien tidak alergi terhadap
obat dan makanan. Pasien sebelumnya tidak mengkonsumsi obat apapun.
Riwayat penyakit sekarang pasien tidak ada penyakit sebelumnya yang
diderita. Last meal yaitu pasien sebelum ke IGD mengkonsumsi nasi sayur dan
teh hangat. Event leading yang berisi kronologi kejadian bahwa pasien sebelum
dibawa ke IGD, pasien mengalami kecelakaan kerja pada waktu
mengoperasikan mesin padi tangan kanan tersangkut streng dan mengalami
28
luka robek, kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD Sukoharjo 11.50 WIB.
Sesampainya di IGD pasien dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan di
lakukan perawatan luka dengan NaCl 0,9 % untuk mencegah infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka lalu pasien diberi anestesi lidokain untuk
dilakukan hecting 10 jahitan dalam dan 10 jahitan luar kemudian di berikan
ATS (Anti Tetanus Serum) lewat IM. Setelah tindakan selesai pasien
dibolehkan pulang. Lama gejala yang dirasakan yaitu nyeri karena luka robek
terkena streng sejak 10 menit yang lalu, penanganan yang telah dilakukan
sebelumnya belum dilakukan tindakan apapun dan langsung di bawa ke IGD
RSUD Sukoharjo. Gejala lain yang dirasakan pasien mengatakan tidak ada dan
lokasi nyeri atau keluhan lain adalah lokasi nyeri di punggung kanan karena
luka robek terkena streng.
Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih dan lembab, rambut
pendek dan warnanya sebagian memutih. Pada muka bentuk oval. Pada mata
palpebra tidak oedema, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor. Diameter kanan atau kiri sama dan simetris. Ada reflek terhadap
cahaya. Pada mata tidak ada alat bantu penglihatan. Pada hidung tidak ada
sekret, bersih, simetris tidak menggunakan alat bantu pernafasan. Pada mulut
bibir lembab, bersih. Pada gigi klien tampak bersih tidak ada caries gigi. Pada
telinga tidak ada penumpukan serumen dan simetris, sedangkan dileher tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid.
Pada pemeriksaan dada pada paru-paru simetris, tidak ada jejas ekspansi
kanan kiri, vokal fremitus kanan kiri sama, bunyi sonor, tidak ada suara nafas
29
tambahan. Sedangkan untuk pemeriksaan jantung klien di dapat ictus cordis
tidak tampak, ictus cordis teraba di ICS 5, perkusi bunyi pekak, bunyi jantung
reguler.
Perut klien bentuk datar, bising usus 18x/menit tidak ada massa dan nyeri
tekan. Pada genetalia tidak terpasang DC, pada rectum tidak terdapat hemoroid.
Daerah ekstremitas atas kekuatan otot kanan dan kiri 5/5 terdapat luka
robek di punggung tangan kanan, luka terbuka panjang 15cm dalam 1cm, luka
tampak kemerahan, ROM aktif, capilary refile <2 detik, tidak ada perubahan
bentuk tulang. Daerah ekstremitas bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5/5
ROM aktif, capilary refile <2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang.
Dilakukan pengkajian pada pasien untuk riwayat kesehatan keluarga
pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan seperti,
hipertensi, DM, jantung. Dari hasil genogram Tn. R adalah anak pertama dari
3 bersaudara dan sudah beristri mempunyai 2 orang anak.
Pada pemeriksaan laboratorium pasien tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
Tanggal 12 Maret 2015 Pasien mendapatkan terapi obat oral
ciprofloxasin dosis 2x1 tab 500mg, golongan kulnolon kandungan
siprofloksasin 500mg, fungsi untuk infeksi ringan dan berat, gonore. Na
diclofenat 3x1 tab 25mg golongan analgesik dan narkotik kandungan natrium
diklofenak 25mg fungsi untuk peradangan dan bentuk digeneratif, remalisme.
Ranitidin 3x1 tab 150mg golongan obat saluran cerna antasida dan ulkus
antibula kandungan ranitidin 150/tab, fungsi untuk tukak lambung dan
30
deudenum akut. kemudian pasien mendapat obat parenteral ATS (Anti Tetanus
Serum) dosis 1500 iu golongan vaksin kandungan anti toksin tetanus 1500 iu,
untuk mencegah tetanus pada luka yang terkontaminasi tanah debu jalan atau
zat lain.
C. Analisa Data
Pada tanggal 12 Maret 2015 pukul 12.06 WIB ditemukan masalah
keperawatan nyeri pada punggung tangan kanan. Data subyektif pasien
mengatakan nyeri pada punggung tangan kanan. P: luka terkena streng, Q:
nyeri seperti disayat-sayat, R: punggung tangan, S: skala nyeri 7, T: nyeri terus
menerus. Data obyektif pasien tampak kesakitan, TTV: TD 130/80 mmHg
respirasi 19x/m nadi 80x/m suhu 36,7°C, terdapat luka robek di punggung
tangan kanan dengan panjang luka 15cm kedalaman 1cm luka tampak
kemerahan.
Pada tanggal 12 Maret 2015 pukul 12.10 WIB ditemukan masalah
keperawatan luka robek di punggung tangan kanan terkena streng. Data
subyektif pasien mengatakan luka robek di punggung tangan kanan. Data
objektif terdapat luka robek di punggung tangan kanan dengan panjang luka
15cm kedalaman luka 1cm luka tampak kemerahan, suhu 36,7°C.
D. Prioritas Diagnosa
31
Dari hasil pengkajian dan analisa data penulis merumuskan dua
diagnosa yaitu prioritas diagnosa:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (terkena streng)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan sekunder.
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x1 jam diharapkan
nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil pasien mengatakan nyeri
berkurang, skala nyeri 1 sampai 5, pasien tidak meringis kesakitan, TTV dalam
batas normal TD 120/80 mmHg suhu 36,5°C nadi 80x/m respirasi 20x/m.
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa yang pertama adalah kaji pola
nyeri (PQRST) untuk mengetahui penyebab kualitas nyeri skala dan waktu
kejadian nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri,
kaji tanda-tanda vital untuk mengetahui tanda-tanda vital pasien, kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat analgetik ciprofloxasin, Na diclofenat,
ranitidin untuk mempercepat penurunan nyeri.
Diagnosa yang kedua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan
terbukanya jaringan sekunder. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x1 jam diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil: luka
tertutup, tidak ada tanda-tanda infeksi, suhu tubuh normal 36,5ᵒC, dolor tidak
ada, kalor tidak ada, tumor tidak ada, rubor tidak ada, fungsiolaesa tidak ada.
32
Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa yang kedua adalah monitor
kulit adanya kemerahan untuk mengetahui keadaan kulit, lakukan perawatan
luka dengan Nacl 0,9% untuk mempercepat penyembuhan luka dan mencegah
infeksi, lakukan heacting untuk menutup luka robek, kolaborasi dengan dokter
pemberian ATS (Anti Tetanus Serum) untuk mencegah terjadinya tetanus. Kaji
tanda-tanda infeksi dolor, kalor, tumor, rubior, fungsiolaesa untuk mengetahui
ada tidaknya infeksi.
F. Implementasi
Berdasarkan intervensi yang telah penulis susun implementasi yang
penulis lakukan untuk prioritas diagnosa pertama nyeri akut pada hari Kamis
12 Maret 2015 pukul 12.40 WIB mengkaji pola nyeri pasien dengan PQRST,
pasien mau untuk dikaji hasil yang di dapat P: luka terkena streng, Q: nyeri
seperti tersayat-sayat, R: punggung tangan, S: skala nyeri 7, T: terus menerus.
Pasien tampak meringis kesakitan. Pukul 12.50 WIB mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, pasien bersedia untuk diajarkan, pasien tampak
melakukan relaksasi nafas dalam. Pukul 12.15 WIB mengkaji TTV, pasien mau
untuk diperiksa, di dapatkan hasil suhu 36,7°C, nadi 80x/m respirasi 19x/m TD
130/80 mmHg. Pukul 12.55 WIB melakukan kolaborasi pemberian obat
analgetik, pasien mau untuk meminum obat, obat masuk melalui oral.
Implementasi yang penulis lakukan untuk diagnosa yang kedua yaitu
pada hari Kamis 12 Maret 2015 pukul 12.08 WIB memonitor kulit sekitar luka,
pasien bersedia untuk diperiksa, hasilnya kulit sekitar luka tampak kemerahan.
33
Pukul 12.10 WIB melakukan perawatan luka dengan NaCl 0,9%, pasien
mengatakan mau dilakukan perawatan luka, dan hasilnya luka sudah dilakukan
perawatan dan masih tampak terbuka. Perawatan luka yang dilakukan sesuai
dengan dengan langkah prosedur perawatan luka yaitu cuci tangan, jelaskan
prosedur yang akan dilaksanakan, gunakan sarung tangan steril, buka plester
dan balutan menggunakan pinset, bersihkan luka dengan menggunakan
savlon/sublimat, atau NaCl 0,9% sesuai dengan keadaan luka, lakukan hingga
bersih, berikan obat luka, tutup luka dengan menggunakan kasa steril, balut
luka, catat perubahan keadaan luka, cuci tangan (Hidayat, 2014).
Pukul 12.20 WIB melakukan heating, pasien mau untuk dilakukan
heacting, dan hasilnya luka tertutup dengan heating dalam 10 dan heacting luar
10. Pukul 12.35 WIB memberi obat ATS (Anti Tetanus Serum), pasien mau
untuk diberikan obat, dan hasilnya obat masuk melalui IM tidak ada reaksi
alergi. Pukul 13.45 WIB mengkaji tanda-tanda infeksi, pasien mau untuk
dikaji, dengan hasil tidak terjadi tanda-tanda infeksi, dolor tidak ada, kolor
tidak ada, tumor tidak ada, rubor tidak ada, fungsiolaesa tidak ada.
Setelah dilakukan tindakan perawatan di IGD selama 1x1 jam pasien
pulang dengan keadaan luka bersih, luka tertutup dengan heacting 10 jahitan
dalam dan 10 jahitan luar, luka ditutup menggunakan kasa steril, tidak tampak
tanda-tanda infeksi.
G. Evaluasi
34
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah penulis melakukan tindakan
sesuai dengan intervensi. Evaluasi untuk diagnosa pertama pada hari Kamis 12
Maret 2015 pukul 13.00 WIB respon subyektif pasien mengatakan nyeri
berkurang, P: luka terkena streng, Q: nyeri seperti tersayat-sayat, punggung
tangan, S: skala nyeri 5, T: nyeri terus menerus. Respon obyektif klien tampak
meringis kesakitan, analisa: masalah nyeri akut teratasi sebagian, planing:
intervensi dilanjutkan: anjurkan pasien melakukan relaksasi nafas dalam secara
mandiri, anjurkan pasien untuk minum obat penghilang nyeri Na diclofenac 25
mg/8 jam.
Evaluasi untuk diagnosa kedua hari Kamis 12 Maret 2015 pukul 13.10
WIB respon subyektif pasien mengatakan luka robek di punggung tangan,
respon obyektif tampak luka robek di punggung tangan dengan panjang luka
10cm kedalaman luka 1cm, luka tampak kemerahan, analisa: masalah laserasi
sebagian luka tertutup, planing: intervensi dilanjutkan: beri tahu pasien
lukanya jangan sampai terkena air, anjurkan pasien untuk mengontrolkan
keadaan luka pada tanggal 15 Maret 2015, anjurkan pasien untuk meminum
obat antibiotik ciproflaxasin 500 mg/12 jam.
BAB V
PEMBAHASAN
35
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang pemberian larutan NaCl 0,9
% terhadap lama hari rawat pada asuhan keperawatan Tn. R dengan vulnus
laceratum. Pembahasan yang di susun dalam bab ini telah disesuaikan dengan
tahapan proses keperawatan yang meliputi, pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi atau catatan
perkembangan klien.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
memeriksa dan mengkomunikasikan data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan klien,
baik fisik, metal, sosial maupun lingkungan (Dermawan, 2012).
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. R adalah pasien mengatakan ada
luka robek (vulnus laceratum) di punggung tangan kanan yang disebabkan oleh
faktor mekanis karena kecelakaan kerja terkena streng. Luka dengan panjang
15cm, kedalaman luka 1cm, luka tampak kemerahan dan tampak ada darah
yang keluar dari luka 50cc. Trauma mekanis terjadi karena tergesek, terbentur,
terpotong dan terjepit (Junaidi, 2011). Hasil pengkajian yang terjadi pada Tn.
R sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa trauma mekanis menyebabkan
luka tertutup dan terbuka. Pada Tn. R didapatkan luka terbuka (vulnus
laceratum) dan mengakibatkan rusaknya kontuinitas jaringan yang
menyebabkan nyeri (Potter & Perry 2006). Hasil pengkajian Tn. R juga
mengatakan nyeri pada punggung tangan kanan akibat vulnus laceratum.
36
Pada pemeriksaan airway, breathing, circulation, disability, exposure
didapatkan keadaan pasien masih baik, dimana jalan nafas paten, pasien tidak
sesak nafas, tekanan darah dalam batas normal, sirkulasi darah normal dan
keadaan pasien baik sehingga tidak ada menyebabkan ganguan lainya, selain
luka robek di punggung tangan kanan. Karena pada Tn. R luka vulnus
laceratum yang terjadi tidak menimbulkan gangguan A, B, C, D karena luka
hanya terjadi di punggung tangan kanan. Luka tidak terjadi pada daerah yang
sangat vital pada tubuh (Junaidi, 2011).
Perdarahan, ditandai dengan adanya perdarahan disertai perubahan tanda
vital seperti kenaikan denyut nadi, kenaikan pernafasan, penurunan tekanan
darah, melemahnya kondisi tubuh, kehausan, serta keadaan kulit yang dingin
dan lembab (Hidayat, 2014).
Meskipun ada keluar darah tetapi tidak sampai menimbulkan syok pada
pasien. Pemeriksaan fisik yang didapatkan adanya perdarahan pada luka sekitar
50 cc, tetapi hal itu tidak berpengaruh pada kesadaran pasien. Karena luka
tersebut bisa memicu terjadinya infeksi pada luka yang terbuka. Infeksi, terjadi
bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan, demam atau panas, rasa nyeri
dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka mengeras, serta adanya kenaikan
leukosit (Junaidi, 2011).
Pada pemeriksaan history (sampel) pasien mengatakan ada luka robek
(vulnus laceratum) di punggung tangan kanan yang disebabkan oleh faktor
mekanis karena kecelakaan kerja terkena streng (Junaidi, 2011).
37
Semua luka traumatik cenderung terkontaminasi bakteri serta mikro
organisme lainya. Apakah infeksi dapat berkembang atau tidak, tergantung
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan infeksi luka secara klinis,
seperti tingkat kontaminasi terhadap luka, virulensi dari organisme yang
mengkontaminasi, dan kepekaan host terhadap infeksi (Morison, 2004)
Luka dengan panjang 15cm, kedalaman luka 1cm, luka tampak
kemerahan dan tampak ada darah yang keluar dari luka 50cc. Pasien
mengatakan nyeri pada punggung tangan, skala nyeri 7, nyeri seperti di sayat-
sayat dan terus menerus. Pasien tidak ada alergi obat dan makanan. Di IGD
pasien mendapatkan perawatan luka dengan NaCl 0,9% kemudian dilakukan
heacting dan diberikan ATS (Anti Tetanus Serum) lewat IM.
Pada pasien Tn. R tidak dilakukan pemeriksaan lab, dikarenakan setelah
dilakukan perawatan pasien langsung pulang. Pada pasien cidera umumnya
dilakukan pemeriksaan lab untuk melihat hasil ada tidaknya infeksi.
Pemeriksaan yang dilakukan biasanya dengan pemeriksaan darah untuk
melihat ada tidaknya infeksi dengan melihat leukosit yang meningkat (Junaidi,
2011).
Infeksi merupakan suatu komplikasi pada luka. Ada tidaknya infeksi
merupakan penentu dalam proses penyembuhan luka. Sumber utama infeksi
adalah bakteri. Jika terjadi infeksi maka fase-fase dalam penyembuhan luka
akan terhambat (Boyle, 2009)
B. Diagnosa Keperawatan
38
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dirumuskan berdasarkan
data yang terkumpul dan berupa rumusan tentang respons klien terhadap
masalah kesehatan serta faktor penyebab (etiologi) yang perlu diatasi dengan
tindakan atau intervensi keperawatan (Maryam, 2008).
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan penulis dapat ditegakkan
prioritas diagnosa keperawatan utama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik (vulnus laceratum). Ditemukan luka robek (vulnus laceratum)
di punggung tangan kanan yang disebabkan oleh faktor mekanis karena
kecelakaan kerja terkena streng. Luka dengan panjang 15cm, kedalaman luka
1cm, luka tampak kemerahan.
Nyeri akut adalah sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang muncul dari kerusakan jaringan baik secara aktual atau
potensial atau, merupakan kerusakan yang terjadi tiba-tiba atau waktu yang
lama dengan intensitas sedang atau berat dan dapat diantisipasi atau diprediksi
dan lamanya kurang dari 6 bulan. Secara teori diagnosa ini dimunculkan
apabila terdapat batasan karakteristik antara lain posisi antalogik atau
menghindari nyeri, gerakan melindungi area nyeri, tingkah laku berhati-hati,
gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, meringis),
terfokus pada diri sendiri, fokus menyempit (penurunan interaksi dengan orang
lain), tingkah laku distraksi (jalan-jalan, menemui orang lain, dan beraktifitas
berulang-ulang), respon autonom (berkeringat, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil), tingkah laku ekspresif (gelisah,
merintih, menangis, waspada, nafas panjang atau berkeluh kesah), dan pasien
39
melaporkan secara verbal ataupun non verbal (Herdman, 2011). Kondisi Tn. R
saat itu sesuai dengan teori dimana Tn. R mengatakan nyeri pada punggung
tangan kanan dan terlihat meringis kesakitan menahan nyeri.
Diagnosa keperawatan yang kedua yang bisa ditegakkan adalah resiko
infeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan sekunder (terkena streng).
ditemukan luka robek (vulnus laceratum) di punggung tangan kanan yang
disebabkan oleh faktor mekanis karena kecelakaan kerja terkena streng. Luka
dengan panjang 15cm, kedalaman luka 1cm, luka tampak kemerahan. Resiko
infeksi adalah mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.
Secara teori, kondisi Tn. R sesuai dengan teori yang menjelaskan diagnosa
resiko infeksi terdapat beberapa batasan karakteristik yang harus terpenuhi
antara lain penyakit kronis, imunitas yang didapat tidak adekuat, pertahanan
tubuh primer yang tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh, jaringan yang
mengalami trauma, penurunan kerja silaris, statis cairan tubuh, perubahan
sekresi pH, gangguan peristalsis), pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (penurunan hemoglobin, leukopenia, supresi/penurunan respons
inflamasi), peningkatan pemajanan lingkungan terhadap patogen,
imunopsupresi, prosedur invasif, pengetahuan yang tidak cukup untuk
menghindari pemajanan patogen, malnutrisi, agens farmasis/obat
(imunosupresan), trauma, kerusakan jaringan (Herdman, 2011).
Infeksi, terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan, demam
atau panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka mengeras,
serta adanya kenaikan leukosit (Hartono, 2013).
40
Infeksi luka oleh bakteri akan menghambat penyembuhan luka. Luka
terkontaminasi atau luka traumatik akan menunjukan tanda-tanda infeksi lebih
awal yaitu dalam waktu 2-3 hari. Ditandai dengan demam, nyeri tekan dan
nyeri pada daerah luka serta sel darah putih meningkat. Tepi luka terlihat
mengalami inflamasi dan terdapat purulen (Potter & Perry, 2006).
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien (Maryam, 2008).
Berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan utama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (terkena streng). Tujuan keperawatan
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1 jam diharapkan
nyeri berkurang dengan kriteria hasil yaitu mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan), ekspresi wajah dan tubuh rileks, skala
nyeri berkurang dari 7 menjadi 5, tanda-tanda vital dalam batas normal,
menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi yang akan dilakukan pada prioritas diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (vulnus laceratum) adalah kaji nyeri (P,
Q, R, S, T) dengan rasional untuk mengetahui faktor predisposisi nyeri, kualitas
nyeri, tempat nyeri skala nyeri dan waktu timbulnya nyeri dan frekuensi nyeri.
41
Vulnus laceratum merupakan faktor nyeri pada klien. Nyeri pada vulnus
laceratum timbul karena stimulus penghasil nyeri mengirimkan implus melalui
serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan akhirnya
sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Stimulus nyeri
mencapai konteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan
mempersepsikan nyeri (Potter & Perry, 2006).
Nyeri bersifat subyektif dan sangat bersifat individual. Nyeri adalah
segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi
kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Empat antribut pasti
pengalaman nyeri, antara lain nyeri bersifat individu, tidak menyenangkan,
merupakan kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan
(Andarmoyo, 2013).
Monitor tanda vital klien untuk mengetahui tanda terjadinya syok pada
klien akibat nyeri yang dirasa berikan posisi yang nyaman pada klien dengan
rasional bahwa dengan posisi nyaman dapat membantu klien mengurangi rasa
nyeri yang dialami. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan mengurangi
rasa nyeri dan skala nyeri melalui terapi non farmakologi (Nuratif, 2013).
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Tehnik relaksasi nafas dalam dilakukan dengan perlahan dan berirama. Irama
yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat
bersama setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”) dan ekshalasi (“hembuskan, dua,
42
tiga”). Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan
dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis (Andarmoyo, 2013).
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik dengan rasional
mengurangi nyeri yang dirasakan pasien dengan bantuan terapi farmakologi
(Wilkinson, 2007).
Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu resiko infeksi berhubungan
dengan terbukanya jaringan sekunder (terkena streng) setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x1 jam diharapkan luka tertutup dan tidak
terjadi tanda-tanda infeksi pada luka.
Intervensi yang dilakukan diagnosa kedua resiko infeksi adalah kaji
monitor kulit adanya kemerahan dengan rasional untuk mengetahui keadaan
kulit, lakukan perawatan luka dengan NaCl 0,9%. Untuk mempercepat
penyembuhan luka lakukan heacting untuk menyatukan jaringan yang terbuka.
Heacting merupakan tindakan keperawatan untuk menutup luka melalui
jahitan, bertujuan untuk mencegah perdarahan, mencegah infeksi silang,
mempercepat proses penyembuhan luka (Hidayat, 2014).
Untuk mendapatkan cara yang terbaik untuk membersihkan luka adalah
dengan menggunakan cairan salin dan untuk luka yang sangat kotor dapat
digunakan water-presure. Cairan NaCl 0.9% juga merupakan cairan fisiologis
yang efektif untuk perawatan luka karena sesuai dengan kandungan garam
tubuh (Kristiyaningrum, 2013).
Normal salin atau NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis aman untuk
tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga
43
kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan.
Perawat menggunakan cairan normal salin untuk mempertahankan permukaan
luka agar tetap lembab sehingga dapat meningkatkan perkembangan dan
migrasi jaringan epitel. Membersihkan luka secara hati-hati dengan normal
saline dengan memasang balutan yang dibasahi normal salin (basah-basah,
lembab-basah) merupakan cara yang sering digunakan untuk menyembuhkan
luka dan melakukan debridement luka basah-kering (Wahyuni, 2014).
Untuk luka yang tidak terlalu terkontaminasi, air steril atau NaCl 0,9 %
adalah pilihan untuk perawatan luka. Larutan tersebut sudah digunakan sejak
2000 Tahun terakhir, selain itu cairan itu non-toksik (Morison, 2004).
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan
dengan tujuan kebutuhan klien terpenuhi secara optimal (Maryam,
2008).
Implementasi yang dilakukan berdasarkan diagnosa nyeri berhubungan
dengan agen cidera fisik adalah mengkaji nyeri pada pasien secara
komprehensif yang meliputi P, Q, R, S, T. Implementasi yang dilakukan
selanjutnya adalah melakukan tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
nyeri. Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan intervensi keperawatan secara
mandiri untuk menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Potter & perry, 2006). Sudah banyak bukti
44
tehnik relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam meredakan nyeri
(Syamsudin, 2009).
Tindakan selanjutnya melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik, nadiclofenat 25mg, yaitu golongan analgesik non
narkotik dengan indikasi sakit paska traumatik, inflamatori, sakit paska operasi
yang berfungsi sebagai anti reumatik non steroid (ISO, 2012).
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan kedua
resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan sekunder.
Pemberian larutan NaCl 0,9% dilakukan pada pasien vulnus laceratum.
Normal salin atau NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis untuk tubuh dan tidak
membahayakan jaringan luka, melindungi granulasi jaringan dari kondisi
kering, menjaga kelembapan sekitar luka dan membantu luka menjalani proses
penyebuhan dan mencegah infeksi pada luka (Rostini, 2013).
Perawataan luka yang dilakukan oleh perawat sudah sesuai prosedur
penulis dan sesuai dengan SOP RSUD Sukoharjo yaitu: jelaskan prosedur yang
akan dilaksanakan, gunakan sarung tangan steril, buka plester dan balutan
menggunakan pinset, bersihkan luka dengan menggunakan savlon/sublimat,
atau NaCl 0,9% sesuai dengan keadaan luka, lakukan hingga bersih, berikan
obat luka, tutup luka dengan menggunakan kasa steril, balut luka, catat
perubahan keadaan luka dan yang terakhir cuci tangan. Dengan melihat
perawat merawat luka yang telah dilakukan perawat dapat disimpulkan perawat
telah melakukan perawatan luka dengan baik sesuai poin prosedur tindakan
perawatan luka.
45
Terdapat empat tahap dalam proses penyembuhan luka antara lain tahap
respon inflamasi akut terhadap cedera. Tahap ini di mulai saat terjadinya luka.
Pada tahap ini terjadi proses hemostasis yang ditandai dengan pelepasan
histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses
peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah yang rusak. Tahap destruktif,
pada tahap ini terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh leukosit
polimorfonuklear dan makrofag. Tahap poliferatif, pada tahap ini pembuluh
darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi luka. Tahap
maturasi, pada tahap ini terjadi reepitelisasi, konstraksi luka, dan organisasi
jaringan ikat (Hidayat, 2014).
Dengan pemberian larutan NaCl 0,9% didapatkan hasil terhadap lama
hari rawat pasien vulnus laceratum dengan hasil:
Setelah dilakukan tindakan perawatan luka dan heacting didapatkan hasil
luka bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi dan luka tertutup dengan heating.
Karena penulis melakukan penelitian sehari di IGD tidak bisa mengetahui lama
hari rawat pasien, yang harapannya dapat dilihat di bangsal, namun pasien
pulang setelah dapat perawatan luka dengan NaCl 0,9%.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Rostini dkk (2013)
menunjukan dengan mengobservasi perawatan luka di bangsal menggunakan
larutan NaCl 0,9% didapatkan penyembuhan luka bisa lebih cepat mengalami
perbaikan jaringan. Sehingga, berdasarkan pada penelitian tersebut
penggunaan larutan NaCl 0,9% pada perawatan luka vulnus laceratum sangat
efektif untuk mempercepat penyembuhan luka. Menunjukkan ada penggaruh
46
penggunaan larutan NaCl 0,9% terhadap lama hari rawat pada pasien vulnus
laceratum.
E. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada Tn. R ini untuk membandingkan kriteria
hasil pada perencanaan dengan hasil akhir dari tindakan implementasi penulis.
Evaluasi yang akan dibahas meliputi dua diagnosa, yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik (vulnus laceratum) dan resiko infeksi
berhubungan dengan terbukanya jaringan sekunder.
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah penulis melakukan tindakan
sesuai dengan intervensi. Evaluasi untuk diagnosa pertama pada hari Kamis 12
Maret 2015 jam 13.00 WIB respon subyektif pasien mengatakan nyeri
berkurang, P: luka terkena streng, Q: nyeri seperti tersayat-sayat, punggung
tangan, S: skala nyeri 5, T: nyeri terus menerus. Respon obyektif klien tampak
meringis kesakitan, analisa: masalah nyeri akut teratasi sebagian, planing:
intervensi dilanjutkan: anjurkan pasien melakukan relaksasi nafas dalam secara
mandiri, anjurkan pasien untuk minum obat penghilang nyeri nadiclofenac 25
mg/8 jam.
Evalusi untuk diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya
jaringan sekunder didapatkan data subyektif, pasien mengatakan terdapat luka
robek di punggung tangan kanan dan telah dilakukan perawatan luka dan
heacting oleh perawat, hasil analisa subyektif dan obyektif bahwa masalah
teratasi sebagian setelah dilakukan perawatan luka dan heacting. Intervensi
47
tetap dilakukan dengan memberitahu pasien lukanya tidak boleh terkena air,
anjurkan pasien mengontrolkan lukanya dan anjurkan pasien untuk minum
obat.
Pada evaluasi penulisan karya tulis ini adalah perawatan luka vulnus
laceratum yang dilakukan oleh perawat dengan NaCl 0,9% sesuai dengan SOP
yang berlaku saat ini.
BAB VI
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan proses asuhan keperawan yang meliputi,
pengkajian, diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan
evaluasi pada Tn.R dengan vulnus laceratum di ruang IGD RSUD Sukoharjo,
maka ditarik kesimpulan:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang ditemukan pada Tn. R dengan vulnus
laceratum adalah terdapat luka robek di punggung tangan kanan dengan
panjang luka 15cm kedalaman 1cm luka tampak kemerahan dan tampak
keluar darah 50cc. Hasil TTV: TD 130/90 mmHg respirasi 19x/menit nadi
48
80x/menit suhu 36°C. Pasien menggatakan nyeri pada punggung tangan
kanan akibat terkena streng (trauma mekanis).
2. Diagnosa
Diagnosa yang didapatkan pada Tn. R dengan vulnus laceratum
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (vulnus laceratum)
dan resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan sekunder
(terkena streng).
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan yang dapat disusun pada Tn. R dengan
vulnus laceratum untuk nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
(vulnus laceratum). Intervensinya yaitu kaji nyeri (P, Q, R, S, T ), monitor
tanda-tanda vital pasien. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam. Kolaborasi
dengan dokter pemberian analgesik.
Perencanaan keperawatan untuk resiko infeksi berhubungan dengan
terbukanya jaringan sekunder (terkena streng). Yaitu obseravasi warna dan
karakteristik luka, bersihkan luka dengan NaCl 0,9% lakukan heacting,
kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Tn. R dengan vulnus laceratum
terhadap masalah nyeri, diantaranya mengkaji nyeri (P, Q, R, S, T).
Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan kolaborasi dengan dokter
pembemberian obat analgesik.
49
Implementasi selanjutnya dilakukan untuk mengatasi masalah resiko
infeksi adalah mengobservasi warna dan karakteristik luka, melakukan
perawatan luka dengan NalC 0,9% dan melakukan heacting. Melakukan
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik.
5. Evaluasi
Evaluasi masalah nyeri akut pada Tn. R dengan vulnus laceratum
setelah dilakukan relaksasi nafas dalam dan pemberian obat analgesik
nyeri sudah berkurang, klien sudah tampak tenang dan rileks, skala nyeri
menjadi 5 (ada penurunan skala nyeri).
Evaluasi masalah keperawatan resiko infeksi setelah dilakukan
tindakan perawatan luka dengan NaCl 0,9 % , heating dan pemberian obat
antibiotik luka sudah tertutup dan pasien pulang tidak terjadi tanda-tanda
infeksi.
6. Analisa Pemberian Tindakan
Hasil evaluasi aplikasi jurnal pada Tn. R dengan perawatan luka
dengan NaCl 0,9% sudah sesuai dengan SOP. Tetapi hasil tidak dapat
dilihat secara langsung karena pasien hanya dirawat dalam satu hari.
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien vulnus
laceratum, terdapat masukan atau saran yang ditujukan kepada:
1. Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah sakit)
50
Hendaknya perawat melakukan perawatan luka sesuai SOP dengan
memperhatikan tehnik aseptik.
2. Tenaga Kesehatan Khusunya Perawat
Tenaga kesehatan yang berdinas dapat semakin meningkatkan
kemampuan perawatan luka dan tetap sesuai dengan SOP dalam perawatan
luka.
3. Institusi Pendidikan
Meningkatkan fasilitas, sarana dan prasarana dalam proses pendidikan dari
apa yang sudah ada saat ini, melengkapi perpustakaan dengan buku-buku
keperawatan khususnya tentang perawatan luka.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo S. 2013. Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Yogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Boyle M. 2009. Pemulihan Luka ( Wound Healing in Midwifery). Jakarta: EGC.
Dermawan D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja.
Yogyakarta: Goysing Publising.
Hartono A.2014. Perawatan Luka. Jakarta: Binapura Aksara.
Herdman, T. H. 2012. Nursing diagnoses: definitions and Classification. Jakarta:
EGC.
Hidayat Alimul AA & M. Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat. 2012. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT ISFI.
Junaidi. 2011. Pedoman Pertolongan Pertama Yang Harus Dilakukan Saat Gawat
& Darurat Medis. Yogyakarta: Andi Offset.
Kristiyaningrum, dkk. 2013. Efektifitas Penggunaan larutan NaCl Dibandingkan
Dengan D40 % Terhadap Proses Penyembuhan Luka Ulkus Dm di RSUD
KUDUS. Jurnal Keperawatan. 52-58.
Maryam, dkk.2008. Buku Ajar Berfikir Kritis dalam Proses Keperatatan. Jakarta:
EGC.
Morison MJ. 2004. Manajemen Luka. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Mosby EGC.
Rostini, dkk. 2013. Penggaruh Penggunaan Larutan NaCl 0,9% Terhadap Lama
Hari Rawat Pada Pasien Vulnus Laceratum di RSUD H.Andi Sulthan
Daeng Radja Kabupaten Bulukumba. Jurnal Keperawatan. 1-6.
Sjamsuhidajat R & Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed. 2. Jakarta :
EGC.
Syamsuddin A. 2009. Efektifitas Terapi Relaksasi Nafas Dalam dengan Bermain
Meniup Baling-baling Untuk Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Anak
Post Perawatan Luka Operasi di Dua Rumah Sakit di Banda Acehg
Nanggroe Aceh Darussalam Tesis. Program Studi Magister. Depok.
Wahyuni TP. 2014. Pemberian Luka Dermatitis Atopik Dengan Cairan Normal
Salin. Jurnal Keperawatan. 79-91.
Wilkinson, M. J. 2007. Nursing Diagnosis Handbook With NIC Interquentions and
NOC Outcomes, Edisi 7. Jakarta: EGC.