Post on 30-Nov-2020
1
1
STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN
GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
Oleh :
ANDI INASTHIYYAH HARIS
PO.71.3.251.15.1.103
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN FARMASI
2018
ii
ii
STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN
GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
Karya Tulis Ilmiah Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir Program
Pendidikan Ahli Madya Farmasi
Oleh:
ANDI INASTHIYYAH HARIS
PO. 71.3.251.15.1103
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN FARMASI
2018
iii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
STUDI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA
PASIEN GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RSUD LABUANG
BAJI MAKASSAR
Oleh:
ANDI INASTHIYYAH HARIS
PO.71.3.251.15.1.103
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar
DRS. SMAIL IBRAHIM, M.Kes, AptNIP : 196502241992031002
Pembimbing I :
DR. H. ASYHARI ASYIKIN, S.Farm.,M.Kes
NIP : 19660929 198703 1 002
Pembimbing II :
DRA. HIANY SALIM, M.Kes., Apt.
NIP : 19550515 198603 2 001
iv
iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah Telah Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Ujian Karya
Tulis Ilmiah Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Makassar Pada Tanggal 25 Juli 2018.
Tim Penguji : Tanda Tangan :
1. Dr. H. Asyhri Asyikin, S.Farm., M.Kes (Ketua) 1.........................
2. Ida Adhayanti, S.Si., M.Sc., Apt (Anggota) 2………………..
3. Dwi Rachmawaty, S.Farm., M.Kes (Anggota) 3.........................
Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar
DRS. H. ISMAIL IBRAHIM, M.Kes, Apt
NIP : 196502241992031002
v
v
PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA TULIS ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Andi Inasthiyyah Haris
NIM : PO.71.3.251.15.1.103
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah saya sendiri, bukan
merupakan pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian keseluruhan karya tulis ilmiah
ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung
jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi yang seberat-beratnya atas
perbuatan tidak terpuji tersebut.Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan
sadar dan tanpa ada paksaan sama sekali.
Makassar, 18 Juli 2018
Yang membuat pernyataan,
Andi Inasthiyyah Haris
vi
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan atas ke hadirat Allah SWT
yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Studi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada
Pasien Gagal Ginjal di RSUD Labuang Baji Makassar” yang merupakan salah
satu syarat akademik dalam menyelesaikan tugas akhir pada jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Makassar dapat terselesaikan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada yang terhormat orang tua tercinta ibunda A. Khaeriyah, Amd
dan ayahanda drh. Abdul Haris yang selalu memberikan doa dan motivasi
selama mengikuti pendidikan hingga selesainya karya tulis ini. Juga terkhusus
kepada Bapak Dr. H. Asyhari Asyikin., S.Farm, M.Kes selaku pembimbing I
dan Ibu Dra. Hiany Salim., M.Kes., Apt selaku pembimbing II atas segala
waktu, perhatian dan bimbingan yang telah diberikan selama proses sampai
kepenyelesaian tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Ir. H. Agustian Ipa, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Makassar yang telah memberikan kesempatan mengikuti
pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Makassar.
2. Bapak Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes, Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Makassar atas kesempatan yang diberikan
untuk menjadi salah satu dari mahasiswa Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Makassar.
vii
vii
3. Bapak Raimundus Chalik S.Si., M.Sc., Apt selaku Ketua Prodi DIII yang
selalu memberikan motivasi, arahan dan petunjuk selama mengikuti
pendidikan di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Makassar.
4. Direktur dan pihak Rekam Medik di RSUD Labuang Baji Makassar yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
5. Ibu Alfrida Monica Salasa, S.Si,M.Kes,Apt, sebagai pembimbing akademik
yang senantiasa menasehati, memotivasi dan membimbing dengan sepenuh
hati.
6. Bapak dan Ibu dosen serta staf tata usaha Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Makassar.
7. Sahabat-sahabatku di SCMF yaitu Hasni, Asma, Anjani, Irmayani, Mifta,
Sulang, Ambar, Hany, Emy, Hera, Mega, Ayu, Indah, kak Hanifa, Detri,
Fatimah dan Usi yang selalu mendoakan, memberi dukungan dan memberikan
kasih sayang serta mengajarkan arti persaudaraan dan persahabatan.
8. Adik-adik di UKH Rohis Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan yang telah
banyak memotivasi dan membantu selama mengikuti pendidikan.
9. Teman penelitianku Irmayani di RSUD Labuang Baji Makassar yang selama
ini kami selalu saling mendukung dan memberi semangat dalam penyelesaian
pendidikan ini.
10. Teman-teman seperjuangan EXTRACTA 2015 atas persaudaraan, kebersama-
an dan solidaritasnya selama tiga tahun pendidikan di Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Makassar.
Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis, Allah
yang berkenan membalas-Nya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini
jauh dari sempurna, dan hal ini semata-mata karena keterbatasan yang ada pada
penulis. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi tercapainya hasil
yang lebih baik. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.
Makassar, 18 Juli 2018
viii
viii
Kata Kunci :
Penulis
ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif dimana terus terjadi peningkatan dari
tahun ke tahun, berdasarkan data di RSUD Labuang Baji Makassar menempati
penyakit tertinggi sejak tahun 2015 - 2017. Salah satu faktor tertinggi penyebab
gagal ginjal adalah penyakit hipertensi. Oleh karena itu, telah dilakukan
penelitian pada bulan April-Juni 2018 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
penggunaan obat antihipertensi yang digunakan pada pasien gagal ginjal rawat
inap di RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa catatan rekam medik pasien hipertensi komplikasi gagal ginjal
rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar pada bulan Juli – Desember tahun
2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat antihipertensi yang
tertinggi yaitu furosemid tablet (45,45%), amlodipin (40,50%), irbesartan
(10,74%) dan captopril (3,31%). Tingkat penggunaan furosemid tertinggi
berdasarkan informasi yang kami dapatkan dimana rata-rata pasien gagal ginjal
rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar menderita gagal ginjal kronik
stadium 5, penggunaan obat yang tepat pada pasien tersebut adalah furosemid
karena selain menurunkan hipertensi juga dapat mengobati edema yang terjadi
akibat retensi cairan karena hilangnya fungsi ginjal.
Hipertensi, gagal ginjal, obat antihipertensi, RSUD Labuang Baji
Makassar
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
HALAMAN PRASYARAT... ………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN KTI..................………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI........................................ iv
PERNYATAAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH...................... v
KATA PENGATAR…………………………………………………….. vi
ABSTRAK……………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. ix
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………......... 1
A. Latar Belakang………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………..... 3
C. Tujuan Penelitian……………………………………….. 4
D. Manfaat Penelitian……………………………………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………… 5
A. Uraian Umum Tentang Hipertensi..................…………… 5
B. Uraian Tentang Gagal Ginjal.....................................……. 9
x
x
C. Uraian Tentang Obat Antihipertensi................................... 11
D. Uraian Tentang RSUD Labuang Baji Makassar ………..... 18
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………..... 20
A. Jenis Penelitian…………………………………………….. 20
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………... 20
C. Sampel dan Populasi………………………………………. 20
D. Pengumpulan Data…………………………………............ 20
E. Langkah-langkah Penelitian................................................. 21
F. Pengolahan Data................................................................... 21
G. Variabel Penelitian…………………………………………. 21
H. Definisi Operasional……………………………………….. 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………...... 23
A. Hasil Penelitian…………………………………………….. 23
B. Pembahasan………………………………………............... 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………...... 28
A. Kesimpulan………………………………………............... 28
B. Saran…………………………………………….................. 28
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………......…. 29
LAMPIRAN…………………………………………………………......... 31
xi
xi
DAFTAR SINGKATAN
ACE-Inhibitor Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
ARB Angiotensin Receptor Blocker
CCB Calcium Channel Blocker
CKD Chronic Kidney Disease
GFR Glomerular Filtration Rate
AKI Acute Kidney Injury
xii
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis……………………….…….. 23
Tabel 4.2. Penggunaan Obat Antihipertensi.……………………….…… 24
xiii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Skema Kerja……………………………………………….... 31
Lampiran 2.Data Rekam Medik Pasien Gagal Ginjal.…………………… 32
Lampiran 3.Gambar……………….……………………………………... 36
Lampiran 4.Persuratan………………………………………………….... 38
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi sampai saat ini masih merupakan tantangan besar di
Indonesia.Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan
pada pelayanan kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%sesuai dengan data
Riskesdas 2013. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa
maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi (Kemenkes, 2013).
Hipertensi yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal).Berdasarkan Perhimpunan
Nefrologi Indonesia dalam Indonesian Renal Registry, 2015 menyatakan
bahwa penyakit penyebab gagal ginjal yang terbanyak adalah akibat penyakit
hipertensi (Kemenkes, 2017).Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana fungsi
ginjal mengalami penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan
filtrasi sisa metabolisme tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit
seperti sodium dan kalium di dalam darah atau urin (Price, dkk, 2006 dalam
Hutagaol, 2017).
Hipertensi dengan gagal ginjal, dapat berakibat komplikasi vaskular
lain (Tambayong, 2002 dalam Muchtar, dkk, 2015). Oleh karena itu,
diperlukan data yang akurat mengenai ketersediaan obatnya dan pemilihan
serta penggunaan obat secara tepat,sehingga intervensi obat dapat
2
2
mencapaisasarannya (penyembuhan penderita) dengan efek samping obat
seminimal mungkin (Pahlawan, dkk, 2013).
Fenomena yang terlihat masih terdapat kekurangan ketersediaan obat
antihipertensi di beberapasarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas
maupunrumah sakit karena kasus hipertensi yangterus meningkat.Hal ini
dibuktikan oleh penelitian yang telah dilakukan Pradono, 2013 mengenai
prevalensi dan determinan hipertensi kelompok umur 15-60 tahun di kota
Bogor, prov. Jawa Barat, penelitian ini dilakukan di wilayah binaan
puskesmas jambu 2 menyatakan persediaan obat di puskesmas terbatas karena
kasus hipertensi meningkat terus.
Selanjutnya dibuktikan oleh penelitian yang telah dilakukan Indriani,
2014 mengenai profil peresepan antihipertensi di apotek rawat jalan rumah
sakit Pertamina Jaya periode Januari-Maret 2014 menyatakan tingginya
jumlah pasien menyebabkan terjadinya kekosongan persediaan obat
antihipertensi.
Berdasarkan fenomena di atas maka penting untuk mengetahui
ketersediaan obat antihipertensi terlebih pada pasien hipertensi dengan
komplikasi gagal ginjal karena ketersediaan obat sangat penting berhubungan
erat dengan mutu pelayanan.Ketersediaan obat juga merupakan pilar utama
dalam menciptakan kepuasan pasien, dokter, tenaga kefarmasian (Satibi,dkk,
2016).Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan obat yaitu kurangnya
keterampilan pengelola obat dalam menghitung kebutuhan obat sehingga
mempengaruhi persediaan obat (Carolien, 2017).
3
3
Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muchtar, dkk, 2015
mengenai studi penggunaan obat antihipertensi pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani perawatan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
menyatakan obat antihipertensi yang sering digunakan yaitu Amlodipin
(26,4%), Furosemid (15,1%) dan Captopril (3,8%).
Berdasarkan observasi awal yang di lakukan mengenai peringkat
hipertensi dari penyakit terbanyak di RSUD Labuang Baji Makassar terus
meningkat dari tahun ke tahun berdasarkan data yang kami ambil dari tahun
2015 sampai 2017. Tahun 2015 hipertensi menempati peringkat ke 10, tahun
2016 menempati peringkat ke 8, dan tahun 2017 menempati peringkat ke
3dari penyakit terbanyak di RSUD Labuang Baji Makassar. Dan data yang
diperoleh di rawat inap RSUD Labuang Baji Makassar pasien yang menderita
gagal ginjal rata-rata disebabkan penyakit hipertensi.
Hal inilah yang melatar belakangi peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai studi penggunaan obat anthipertensi pada pasien gagal ginjal rawat
inap di RSUD Labuang Baji Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: Bagaimana tingkat penggunaan obat antihipertensi
yang digunakan pada pasien gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji
Makassar ?
4
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penggunaan
obat antihipertensi yang digunakan pada pasien gagal ginjal rawat inap di
RSUD Labuang Baji Makassar
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pihak RSUD Labuang Baji Makassar terhadap
pengobatan hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal dan untuk
perencanaan pengadaan obatnya.
2. Sebagai bahan bacaan untuk penelitian berikutnyaterkait dengan isi
penelitian ini.
5
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Umum Tentang Hipertensi
1. Pengertian hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan
(Lany, 2001 dalam Anita Y, 2016).
2. Kriteria dan klasifikasi hipertensi
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berdasarkan Clinical
Practice Guideline terbagi atas 4, yaitu:
a. Normal : tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan darah
diastolik <80 mmHg
b. Prahipertensi (Belum hipertensi) : tekanan darah sistolik 120-129
mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg
c. Hipertensi stadium 1 : tekanan darah sistolik 130–139 mmHg dan
tekanan darah diastolik 80-89 mmHg
d. Hipertensi stadium 2 : tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg (Whelton, dkk, 2017).
Tekanan darah rendah (hipotensi) jika sistolik < 90 mmHg dan
diastolik < 60 mmHg.
Klasifikasi hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu
hipertensi Benigna dan Maligna.Hipertensi Benigna adalah kedaan
6
6
hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, ditemukan pada saat
penderita cek up.Hipertensi Maligna adalah keadaan hipertensi yang
membahayakan biasanya disertai dengan keadaan kegawatan yang
merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal
(Sianturi, 2004 dalamArtiyaningrum, 2015).
3. Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi
a. Usia
Penambahan usia dapat meningkatkan risiko terjangkitnya
penyakit hipertensi. Walaupun penyakit hipertensi bisa terjadi pada
segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa yang berusia
35 tahun atau lebih. Meningkatnya tekanan darah seiring dengan
bertambahnya usia memang sangat wajar. Hal ini disebabkan adanya
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan kadar hormon
(Edi, J, dkk, 2013).
b. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko lain yang turut menentukan
keparahan hipertensi. Semakin besar massa tubuh seseorang, semakin
banyak darah yang dibutuhkan untuk menyuplai oksigen dan nutrisi
ke otot dan jaringan lain. Obesitas meningkatkan jumlah panjangnya
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan resistensi darah yang
seharusnya mampu menempuh jarak yang lebih jauh.Peningkatan
resistensi ini menyebabkan tekanan darah menjadi lebih tinggi.
Kondisi ini juga diperparah oleh adanya sel-sel lemak yang
7
7
memproduksi senyawa merugikan bagi jantung dan pembuluh darah
(Edi, J, dkk, 2013)
c. Kurang aktivitas fisik
Kurang melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko
seseorang terserang penyakit hipertensi. Hal ini berkaitan dengan
masalah kegemukan. Orang yang tidak aktif cenderung memiliki
frekuensi denyut jangtung lebih tinggi sehingga otot jantung harus
bekerja lebih keras pada saat kontraksi (Edi, J, dkk, 2013).
d. Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol
Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam
dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan
plak.Nikotin dalam tembakau dapat membuat jantung bekerja lebih
keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah sementara.Selain
itu, dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah
(Edi, J, dkk, 2013).
Keadaan ini terjadi karena adanya peningkatan produksi
hormon selama kita menggunakan tembakau, termasuk hormon
epinefrin (adrenalin). Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok
akan menggantikan oksigen dalam darah. Akibatnya, tekanan darah
akan meningkat karena jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk
memasok oksigen keseluruh organ dan jaringan tubuh (Edi, J, dkk,
2013).
8
8
Hampir 5-20% kasus hipertensi diperkirakan terjadi akibat
konsumsi rokok yang berlebihan. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih
minuman beralkohol perhari dapat meningkatkan risiko terserang
hipertensi sebesar 2 kali (Edi, J,dkk, 2013)
e. Riwayat keluarga
Hipertensi merupakan penyakit keturunan.Jika salah satu dari
orang tua kita menderita hipertensi, sepanjang hidup kita memiliki
risiko terkena hipertensi sebesar 25%.Jika kedua orang tua kita
menderita hipertensi, kemungkinan kita terkena penyakit ini sebesar
60%. Penelitian terhadap penderita hipertensi dikalangan orang
kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan adanya faktor
keturunan yang berperan pada kasus tertentu. Namun, kemungkinan
itu tidak selamanya terjadi. Ada seseorang yang sebagian besar
keluarganya penderita hipertensi, tetapi dirinya tidak terkena penyakit
tersebut (Edi, J,dkk, 2013).
f. Stres
Hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatik yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten (selang-seling atau berselang). Jika stres terjadi
berkepanjangan, dapat menyebabkan tekanan darah tinggi secara
menetap (Edi, J,dkk, 2013).
9
9
4. Hubungan hipertensi dengan gagal ginjal
Hipertensi berhubungan erat dengan ginjal dan kardiovaskular pada
penyakit ginjal kronis (Eknoyan, 2013). Hipertensi merupakan penyebab
gagal ginjal kronis melalui suatu proses yang melibatkan hilangnya sejumlah
besar nefron fungsional yang progresif dan irreversible (Hartini, 2016).
B. Uraian Umum Tentang Gagal Ginjal
1. Pengertian gagal ginjal
Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami
penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa
metabolisme tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit seperti sodium
dan kalium di dalam darah atau urin.Penyakit ini terus berkembang secara
perlahan hingga fungsi ginjal semakin memburuk sampai ginjal kehilangan
fungsinya (Price, dkk, 2006 dalam Hutagaol, 2017).
2. Klasifikasi gagal ginjal
Gangguan pada ginjal dapat berupa penyakit ginjal kronis (PGK) atau
dahulu disebut gagal ginjal kronis, gangguan ginjal akut (acute kidney injury)
atau sebelumnya disebut gagal ginjal akut (chronickidney disease) (Kemenkes,
2017).
a. Gagal ginjal akut
Acute kidney injury (AKI) merupakan suatu sindrom yang ditandai
dengan gangguan fungsi ginjal dalam mengatur komposisi cairan dan
elektrolit tubuh, serta pengeluaran produk sisa metabolisme, yang terjadi
tiba-tiba dan cepat.Gagal ginjal akut (GGA) biasanya disebabkan oleh
10
10
sebuah peristiwa yang mengarah kepada kerusakan ginjal, seperti
dehidrasi, kehilangan banyak darah ketika operasi besar atau cedera, bisa
juga karena penggunaan obat-obatan. AKI didiagnosis jika kadar kreatinin
serum meningkat minimal 0,3 mg/dL (26,5 µmol/L) dalam 48 jam atau
meningkat minimal 1,5 kali nilai dasar dalam 7 hari (Melyda, 2017).
b. Gagal ginjal kronis
Penyakit ginjal kronis adalah penurunan progresif fungsi ginjal dalam
beberapa bulan atau tahun. Penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal dan/atau penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR)
kurang dari 60mL/min/1,73m2 selama minimal 3 bulan (Kidney Disease
Improving Global Outcomes, KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline
for the Evaluation and Management) (Kemenkes, 2017), Berdasarkan
pada fungsi ginjal penyakit ginjal kronis ditentukan oleh tingkatnya,
semakin tinggi tingkatnya maka semakin berat gagal ginjal yang
dideritanya. Dimana tingkat 1 fungsi ginjal normal, namun terdapat
kerusakan pada ginjal yang terdeteksi oleh tes lain, tingkat 2 gagal ginjal
yang ringan, tingkat 3 gagal ginjal yang sedang, tingkat 4 gagal ginjal
yang parah, sedangkan pada tingkat 5 dikatakan sebagai gagal ginjal tahap
akhir (Eknoyan, dkk, 2012).
Stadium gagal ginjal kronisberdasarkan Kidney Disease Improving
Global Outcomes (KDIGO), 2012, terbagi atas 5 yaitu :
1. Stadium 1 : GFR ≥ 90ml/min/1.73 m2
2. Stadium 2 :GFR 60–89 ml/min/1.73 m2
11
11
3. Stadium 3 : GFR 30–59 ml/min/1.73 m2
4. Stadium 4 : GFR 15–29 ml/min/1.73 m2
5. Stadium 5 :GFR< 15 ml/min/1.73 m2 (atau dialisis) (Eknoyan, dkk,
2012).
C. Uraian Umum Tentang Obat Antihipertensi
1. Golongan obat antihipertensi yang digunakan pada pasien gagal ginjal
1) Renin angiotensin aldosterone system blockers
Perannya yang sangat penting dalam pengaturan tekanan darah. Adapun
kelompok ini terbagi atas :
1. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) memblokir
konversi angiotensin I menjadi angiotensin II dan degradasi
bradikinin. Tampaknya akumulasi bradikinin menyebabkan batuk
kering yang menetap, efek samping yang diketahui terjadi pada 5
hingga 20% pasien dengan ACE-I. Angioedema dapat terjadi dengan
ACE-I (Eknoyan, dkk, 2012).
2. Angiotensin Receptor Blocker (ARB) adalah penghambat reseptor
angiotensin tipe 1 (AT1) dan pertama kali diperkenalkan sebagai
alternatif untuk ACE-I pada pasien yang memiliki batuk yang
diinduksi ACE-I ( Katzung, dkk, 2013)
ACE-I dan ARB adalah agen penurun tekanan darah yang penting
pada pasien gagal ginjal kronik, diindikasikan jika ekskresi albumin urin
meningkat dan aman untuk dikombinasikan dengan sebagian besar agen
penurun tekanan darah lainnya (Eknoyan, dkk, 2012).
12
12
2) Diuretik
Retensi garam dan air adalah faktor-faktor utama yang
berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi pada pasien gagal ginjal dan
terlihat melalui edema. Dengan demikian, diuretik berpotensi memiliki
peran penting dalam pengendalian hipertensi dalam pengaturan klinis ini
(Eknoyan, dkk, 2012).
3) β-bloker
β-bloker telah terbukti efektif dalam mengurangi tekanan darah
atau mengurangi angina, dalam kasus-kasus gagal jantung ringan sampai
sedang dan mengurangi mortalitas dalam kasus gagal jantung berat.
Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-bloker,
antara lain yaitu penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas
miokard sehingga menurunkan denyut jantung, hambatan sekresi renin di
sel-sel ginjal dengan akibat penurunan produksi angiotensin II (Syarif,
dkk, 2012). Dapat digunakan pada pasien pasien gagal ginjal kronik
dengan gagal jantung. Kombinasi β-bloker dengan clonidin dapat
menyebabkan kantuk atau kebingungan, terutama pada orang tua
(Eknoyan, dkk, 2012).
4) Calcium channel blockers (CCB)
Calcium channel blockers adalah agen penurun tekanan darah yang
penting pada pasien gagal ginjal kronik, adapun mekanisme kerjanya yaitu
menghambat influks kalsium pada sel otot polos. Calcium channel
blockers secara luas digunakan dalam pengobatan hipertensi, angina, dan
13
13
takikardia. Retensi cairan, terlihat terutama dengan CCB dihidropiridin
(misal amlodipin), dapat menjadi masalah pada pasien dengan gagal ginjal
kronik (Eknoyan, dkk, 2012).
5) α- bloker (Alpha blockers)
α- bloker adalah pengobatan tambahan untuk peningkatan tekanan
darah pada pasien CKD yang pengobatan ACE-I, ARB, diuretik, calcium
channel blockers, dan β- bloker telah gagal.Secara umum, α- bloker tidak
dianggap sebagai pilihan pengobatan pertama karena efek samping umum
hipotensi postural, takikardia dan sakit kepala.Mereka harus dimulai pada
dosis rendah untuk menghindari reaksi hipotensi dosis pertama. α- bloker
secara selektif bertindak untuk mengurangi tekanan darah dengan
menyebabkan vasodilatasi perifer.Prazosin, doxazosin, dan terazosin
adalah α- bloker yang paling umum digunakan dalam pengobatan
hipertensi(Eknoyan, dkk, 2012).
3. Pengobatan awal antihipertensi pada pasien gagal ginjal kronik
Penyakit ginjal kronik terapi antihipertensi awal atau tambahan
sebaiknya mencakup ACE-Inhibitor atau ARB untuk meningkatkan outcome
ginjal.Hal ini berlaku untuk semua pasien penyakit ginjal kronik dengan
hipertensi terlepas dari ras atau status diabetes (Muhadi, 2016).Pada orang
dewasa dengan hipertensi dan penyakit ginjal kronik, pengobatan dengan
ACE Inhibitor (atau ARB, dalam kasus intoleransi dengan ACE Inhibitor)
dapat memperlambat perkembangan penyakit ginjal. Orang dewasa dengan
14
14
hipertensi dan penyakit ginjal kronis harus diobati dengan target tekanan
darah kurang dari 130/80 mmHg (Whelton, dkk. 2017)
a. Agen Pengobatan Pertama
GFR> 20 mL / min / 1,73m2ACEI (misal captopril) atau ARB (misal
Irbesartan). Kebanyakan pasien gagal ginjal kronik dengan hipertensi
membutuhkan 2 atau lebih obat antihipertensi
b. Agen Pengobatan Kedua dan Ketiga
GFR ≥ 40 mL / min / 1,73m2 tambahkan tiazid (hidroklortiazid) dan / atau
(Calcium Channel Blocker) CCB (misal amlodipin), jika agen anti renin
angiotensin aldosteron sistem (misal captopril, Irbesartan) adalah
pengobatan pertama
GFR <40 mL /min/ 1,73 m2 tambahkan agen loop, misalnya, bumetanid
dan furosemid (dosis dua kali sehari), atau torsemid (dosis sekali sehari),
dan / atau CCB, jika agen anti renin angiotensin aldosteron sistem (misal
captopril, Irbesartan) dimulai sebagai terapi pengobatan pertama (Gregory,
dkk, 2011).
4. Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan pada penderita gagal
ginjal kronik rawat inap dari data rekam medik di RSUD Labuang Baji
Makassar.
Beberapa jenis obat antihipertensi yang sering digunakan pada penderita
gagal ginjal kronik dari data rekam medik di RSUD Labuang Baji Makassar
diuraikan sebagai berikut :
15
15
1. Furosemid
Furosemid merupakan diuretik kuat, bekerja dengan meningkatkan
ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurukan tekanan darah dan
cairan ekstraseluler. Dan dapat digunakan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal (Syarif, dkk, 2012). Furosemid sangat berguna untuk
mengobati edema dan hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik stadium
4-5.Furosemid bekerja pada ansa Henle asendens sehingga meningkatkan
diuresis dan digunakan pada pasien yang memiliki laju filtrasi glomelular
< 30-40 mg/mnt (Katzung, 2013).
Indikasi dan dosis:
1. Edema
Dewasa: Awalnya 40 mg setiap hari, dosis yang harus diambil di
pagi hari, kemudian pengobatan 20-40 mg setiap hari
2. Hipertensi
Dewasa: 40–80 mg setiap hari
Efek samping :gout, kolestasis intrahepatik, hiperkalsuria (Baxter, dkk,
2017).
2. Irbesartan
Irbesartan merupakan golongan Angiotensin Receptor Blocker
(ARB) penghambat reseptor angoitensin II tipe 1 .ARB menimbulkan efek
yang mirip dengan pemberian (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor)
ACE – Inhibitor, tapi karena tidak mempengaruhi metabolisme bradikinin,
maka obat ini dilaporkan tidak memiliki efek samping batuk dan
16
16
angioedema seperti yang sering terjadi pada ACE-Inhibitor (Syarif, dkk,
2012).
Indikasi dan dosis :
1. Hipertensi
a. Dewasa 18–74 tahun: Awalnya 150 mg satu kali sehari,
meningkat jika perlu hingga 300 mg satu kali sehari
b. Dewasa 75 tahun ke atas: Awalnya 75–150 mg satu kali sehari,
meningkat jika perlu hingga 300 mg sekali sehari
2. Hipertensi pada pasien yang menerima hemodialisis
Dewasa: Awalnya 75–150 mg satu kali sehari, meningkat jika
perlu hingga 300 mg satu kali sehari
Efek samping :
Biasa atau sangat umum terjadi kelelahan, nyeri muskuloskeleta,
mual, muntah (Baxter, dkk, 2017).
3. Captopril
Captopril merupakan obat golongan ACE- Inhibitor, yang bekerja
dengan menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II
sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Vasodilatasi
secara langsung menurunkan tekanan darah, sedangkan berkurangnya
aldosteron akan menyebabkan ekskresi air, natrium dan retensi kalium
(Syarif, dkk, 2012). Captopril berperan penting dalam mengobati pasien
dengan gagal ginjal kronik karena mereka mengurangi proteinuria dan
menstabilkan fungsi ginjal (Katzung, dkk, 2013).
17
17
Indikasi dan dosis:
Hipertensi
a. Dewasa: Awalnya 12,5–25 mg dalam 2 kali sehari, kemudian
meningkat jika perlu hingga 150 mg setiap hari dalam 2 dosis
terbagi, dosis ditingkatkan pada interval minimal 2 minggu, dosis
sekali sehari mungkin tepat jika obat antihipertensi lain yang
dipakai bersamaan.
b. Lansia: Awalnya 6,25 mg dua kali sehari, kemudian meningkat jika
perlu hingga 150 mg setiap hari dalam 2 dosis terbagi, dosis
ditingkatkan pada interval minimal 2 minggu, dosis harian dapat
tepat jika obat antihipertensi lainnya digunakan
Efek samping :
Biasa atau sangat umum terjadi dispnea, mulut kering,gangguan
tidur,batuk, angioedema, hiperkalemia (Baxter, dkk, 2017).
4. Amlodipin
Amlodipin memiliki mekanisme kerja inhibisi terhadap influks
kalsium kedalam sel otot polos arteri (Katzung, dkk, 2013). Kalsium
diperlukan otot untuk melakukan kontraksi, jika pemasukan kalsium ke dalam
sel–sel diblok, maka otot tersebut tidak dapat melakukan kontraksi sehingga
pembuluh darah akan melebar dan akibatnya tekanan darah akan menurun.
Amlodipin merupakan obat antihipertensi yang sangat efektif untuk
menurunkan tekanan darah pada pasien gagal ginjal yang dianggap resisten
terhadap obat antihipertensi lain.Pada pasien gagal ginjal kronik dengan
18
18
ekskresi albumin urin yang meningkat disarankan menghindari penghambat
kanal kalsium dihidropiridin (amlodipin) terutama jika tidak ada penggunaan
(Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor) ACE-I atau (Angiotensin
receptor blocker) ARB secara bersamaan akan menjadi masalah pada pasien
gagal ginjal (Eknoyan, dkk, 2012).
Indikasi dan dosis :
Hipertensi
Dewasa: Awalnya 5 mg satu kali sehari; maksimum 10 mg per hari.
Efek samping :
Sakit perut, pusing, kelelahan, sakit kepala, mual, edema, gangguan
tidur (Baxter, dkk, 2017).
D. Uraian Tentang Rumah Sakit Daerah Labuang Baji Makassar
RSUD Labuang Baji Makassar didirikan pada tahun 1938 oleh
Zending.
Pada tahun 1960, oleh Zending RSUD Labuang Baji diserahkan
kepada pemerintah daerah tingkat I Sulawesi Selatan dan dikelola oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.RSUD Labuang Baji adalah satu dari
sekian rumah sakit milik pemerintah provinsi kota Makassar yang berbentuk
rumah sakit umum daerah, dinaungi oleh pemerintah daerah provinsi dan
tergolong kedalam rumah sakit tipe B. Rumah sakit ini telah teregistrasi
dengan nomor surat ijin 04706/yankes-2/IV2010 dan tanggal surat ijin
06/04/2010 dari dinas kesehatan pemerintah provinsi Sulawesi selatan.
Sesudah mengadakan prosedur akreditasi rumah sakit dengan proses
19
19
pentahapan III (16 Pelayanan) akhirnya ditetapkan dengan status
Lulus.Direktur RSUD Labuang Baji yaitu dr.Enrico Marentek, Sp.PD
RSUD ini bertempat di Jl. Dr. Ratulangi No.81 Kota Makassar,
Indonesia.RSUD Labuang Baji mempunyai mempunyai luas tanah 14.404
dengan luas bangunan 22.738,1.
Adapun data tenaga kesehatan di RSUD Labuang Baji Makassar
yaitu:
- Dokter sebanyak 69 orang
- Perawat sebanyak 228 orang
- Bidan sebanyak 19 orang
- Farmasi sebanyak 24 orang
- Kesehatan masyarakat sebanyak 6 orang
- Kesehatan lingkungan sebanyak 6 orang
- Gizi sebanyak 20 orang
- Fisioterapi sebanyak 19 orang
- Analisis kesehatan sebanyak 21 orang
20
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif restropektif yang
dilakukan terhadap catatan rekam medik pasien rawat inap RSUD Labuang
Baji Makassar pada bulan Juli - Desember tahun 2017 yang menderita
hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April - Juni 2018 di RSUD
Labuang Baji Makassar.
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah catatan rekam medik pasien
hipertensi komplikasi gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji
Makassar pada bulan Juli - Desember tahun 2017.
b. Sampel
Sampel penelitian ini adalah semua rekam medik pasien hipertensi
komplikasi gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar pada
bulan Juli – Desember tahun 2017.
D. Pengumpulan Data
Data penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari
catatan rekam medik pasien hipertensi komplikasi gagal ginjal rawat inap di
RSUD Labuang Baji Makassar pada bulan Juli – Desember tahun 2017.
21
21
E. Langkah-langkah Penelitian
a. Penentuan Lokasi
Memilih lokasi berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan
dimana lokasi yang terpilih adalah RSUD Labuang Baji Makassar.
b. Pengurusan izin
Pengurusan izin penelitian dimulai dengan memasukkan
permohonan izin ke pihak RSUD Labuang Baji Makassar.
c. Pengambilan catatan rekam medik pasien
Pengambilan catatan rekam medik pasien yaitu pasien yang
memiliki penyakit hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal rawat inap
di RSUD Labuang Baji Makassar pada bulan Juli-Desember tahun
2017.Serta dicatat nama pasien, jenis kelamin, umur, klasifikasi gagal
ginjal kronis berdasarkan stadiumnya, penggunaan jenis obat
antihipertensi yaitu amlodipin, captopril, furosemid dan irbesartan.
F. Pengolahan Data
Data yang terkumpul selanjutnya di persentasekan dan disajikan dalam
bentuk tabel.
G. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu obat antihipertensi yang
digunakan pasien dan klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan
stadiumnya.
22
22
b. Variabel terikat
Variabel terikat pada penelitian ini yaitu pasien hipertensi dengan
komplikasi gagal ginjal
H. Defenisi Operasional
1. Pasien gagal ginjal adalah pasien rawat inap yang terdiagnosa penyakit
hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal kronisdi RSUD Labuang Baji
Makassar bulan Juli – Desember tahun 2017 berdasarkan rekam medik.
2. Penggunaan obat antihipertensi yang dimaksud tingkat penggunaan
berdasarkan jenis obat antihipertensi yaitu amlodipin, captopril, furosemid
dan irbesartan yang terdapat pada data rekam medik pasien yang
menderita penyakit hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal di RSUD
Labuang Baji Makassar bulan Juli – Desember tahun 2017.
3. RSUD Labuang Baji Makassar merupakan rumah sakit milik Pemerintah
Daerah Tk. I Provinsi Sulawesi Selatan dan Tipe Rumah Sakit B. RSUD
Labuang Baji.
23
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil penelitian yang telah dilakukan di ruang rekam medik mengenai
studi penggunaan antihipertensi pada pasien gagal ginjal rawat inap di RSUD
Labuang Baji Makassar bulan Juli-Desember tahun 2017 terhadap 89 rekam
medik pasien hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal.Mencakup data
mengenaiklasifikasigagal ginjal kronik berdasarkan stadiumnya danpenggunaan
obat antihipertensi.Adapun hasil penelitian sebagai berikut :
1. Klasifikasi gagal ginjal kronis
Tabel 4.1.
Stadium gagal ginjal
kronik
Jumlah
Pasien
Persentase
(%)
Stadium 1 0 0
Stadium 2 3 3,37
Stadium 3 0 0
Stadium 4 11 12,36
Stadium 5 75 84,27
Total 89 100
Sumber :Data sekunder 2018
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkan klasifikasi stadium gagal ginjal
kronis pada pasien gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar bulan
Juli - Desember tahun 2017 kelompok terbanyak yaitu stadium 5 sebanyak 75
pasien (84,27%).
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan stadiumnya pada pasien
gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar bulan Juli-
Desember tahun 2017
24
24
Tabel 4.2.
2. Penggunaan obat antihipertesi
Sumber :Data sekunder 2018
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa berdasarkanpenggunaan obat antihipertensi
padapasien gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar bulan Juli -
Desember tahun 2017, jenis obat furosemid (40mg) yang paling tinggi tingkat
penggunaannya yaitu sebanyak 55 resep (45,45%).
B. Pembahasan
Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami
penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme
tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit seperti sodium dan kalium di
dalam darah atau urin (Price, dkk, 2006 dalam Hutagaol, 2017).
Hipertensi merupakan penyebab gagal ginjal kronis melalui suatu proses
yang melibatkan hilangnya sejumlah besar nefron fungsional yang progresif dan
irreversible (Hartini, 2016).Nefron yang rusak tidak akan dapat melakukan
tugasnya untuk menyaring limbah, natrium, serta kelebihan cairan dalam darah.
Kelebihan cairan dan natrium yang terdapat pada aliran darah akan memberikan
No.
Bulan
Nama Obat Antihipertensi Yang Digunakan Jumlah % Amlodipin
(5-10 mg)
Captopril
(25 mg)
Furosemid
(40 mg)
Irbesartan
(150 mg)
1. Juli 11 1 16 4 32 26.45
2. Agustus 11 0 8 2 21 17.35
3. September 8 1 7 2 18 14.88
4. Oktober 7 1 8 2 18 14.88
5. November 8 0 7 2 17 14.04
6. Desember 4 1 9 1 15 12.40
Jumlah 49 4 55 13 121 100
% 40,50 3,31 45,45 10,74 100%
Penggunaan obat antihipertensi pasien gagal ginjal di RSUD
Labuang Baji Makassar bulan Juli- Desember tahun 2017
25
25
tekanan ekstra pada dinding pembuluh darah, sehingga meningkatkan tekanan
darah hingga taraf yang berlebih. Karena hipertensi dan gagal ginjal saling
berhubungan sehingga membutuhkan pengobatan yang tepat untuk mencegah
penyakit kardiovaskular lain dan penurunan fungsi ginjal.
Adapun berdasarkan klasifikasi gagal ginjal kronis menurut stadiumnya
pada pasien gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar bulan Juli -
Desember 2017 diperoleh hasil pasien terbanyak pada stadium 5 yaitu sebanyak75
pasien (84,27%) (tabel 4.1). Gagal ginjal kronis stadium 5 adalah akhir tahap
gagal ginjal atau akhir infusiensi ginjal kronis. Pada stadium akhir gagal ginjal
kronis, kurang dari 90% massa nefron telah hancur, bahkan kurang dari tersebut,
penderita tidak sanggup mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit di
dalam tubuh, penderita menjadi oliguri (pengeluaran kemih kurang dari
500ml/hari karena kegagalan glomerulus) (Muhammad, 2012 dalam Muchtar,
dkk, 2015).
Pada tabel 4.2. Penggunaan obat antihipertensi pada pasien gagal ginjal
rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar bulan Juli - Desember tahun
2017yaitu amlodipin (5-10 mg) sebanyak 49 resep (40,50%), captopril (25mg)
sebanyak 3 resep (3,31%), furosemid (40 mg) sebanyak 55 resep (45,45%) dan
irbesartan sebanyak 13 resep (10,47%). Pemberian obat pada masing masing
pasien memiliki jenis obat dan dosis yang berbeda-beda.Terdapat berbagai
pertimbangan penggunaan obat pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Pertimbangan tersebut antara lain adanya penurunan ekskresi obat lewat ginjal
sehingga berpotensi menimbulkan peningkatan konsentrasi obat dalam darah.
26
26
Penyesuaian dosis didasarkan kepada tingkat keparahan gangguan ginjal Serta
efek terapi setiap individu terkait dengan fisiologis individu dan proses kinetika
obat. Efek terapi yang optimal diperoleh dengan pertimbangan respon klinis
pasien dengan dosis minimal terapi.
Furosemid yaitu salah satu obat diuretik paling efektif yang tersedia saat
ini yang menghambat pengangkutan Na+/K+/Clˉ yang bekerja di ansa Henle
asendens bagian epitel tebal.Ansa Henle asendens memiliki kapasitas reabsorbsi
NaClˉ tinggi sehingga dengan menghambat pengangkutan ini, furosemid dapat
mengurangi reabsorpsi NaClˉ hal ini menyebabkan furosemid memiliki efek
diuresis yang lebih besar dibandingkan diuretik lain. Furosemid digunakan pada
laju filtrasi gromelular < 30-40 mL/ mnt.
Furosemid sangat berguna ketika mengobati edema dan tekanan darah
tinggi pada pasien gagal ginjal kronik stadium 4 dan 5. Edema dapat terjadi pada
pasien tersebut karena hilangnya fungsi ginjal sehingga biasanya terjadi retensi
cairan akibat hilangnya atau rusaknya sejumlah besar nefron pada pasien gagal
ginjal kronik stadium 4 dan 5. Pasien ini memperlihatkan retensi cairan dalam
bentuk edema.
Kebanyakan dokter beralih ke kelompok loop diuretic (misal furosemid)
pada pasien dengan gagal ginjal kronik stadium 4, terutama jika tekanan darah
menjadi resisten terhadap terapi atau edema menjadi masalah (Eknoyan, dkk,
2012).
Hasil wawancara dengan salah satu perawat senior di ruang perawatan
untuk pasien gagal ginjal RSUD Labuang Baji Makassar tentang alasan
27
27
menggunakan furosemid untuk mengobati hipertensi pada pasien gagal ginjal
kronik, yaitu :
“alasannya karena furosemid digunakan untuk mengimbangi keperluan
pengeluaran urin, mempertahankan keseimbangan cairan, pengobatan
hipertensi pada pasien gagal ginjal, pemilihan obat oleh dokter berdasarkan
pertimbangan yang di sesuaikan dengan keadaan pasien dan penyakit yang di
deritanya.”
Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Musyahidah, 2016
tentang studi penggunaan terapi furosemid pada pasien penyakit ginjal kronik
stadium 5 menunjukkan bahwa terapi furosemid pada pasien gagal ginjal kronik
stadium 5 digunakan untuk tujuan mobilisasi kelebihan cairan. Hasil terapi
furosemid adalah penurunan edema dan peningkatan volume urin.
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan menunjukkan bahwa
penggunaan furosemid terbanyak digunakan di RSUD Labuang Baji Makassar
berdasarkan pemaparan diatas menurut kami obat ini tepat digunakan pada pasien
gagal ginjal untuk memperbaiki atau mengobati hipertensi komplikasi gagal ginjal
terutama jika terjadi edema pada pasien gagal ginjal stadium 4 dan 5 .
28
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian penggunaan obat antihipertensi pada pasien
gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar maka dapat
disimpulkan obat antihipertensi yang sering digunakan pada pasien gagal ginjal
rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar bulan Juli – Desember tahun 2017
yaitu furosemid (45,45%), amlodipin (40,50%), irbesartan (10,74%) dan
captopril (3,31%). Tingkat penggunaan furosemid tertinggi karena rata-rata
pasien gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar menderita
gagal ginjal kronik stadium 5, penggunaan obat yang tepat pada pasien tersebut
adalah furosemid karena selain menurunkan hipertensi juga dapat mengobati
edema yang terjadi akibat retensi cairan karena hilangnya fungsi ginjal.
B. Saran
Saran untuk peneliti selanjutnya yaitu perlu dilakukan monitoring efek
samping obat pada pasien hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal karena
pasien ini membutuhkan pengobatan yang lama serta penggunaan obat yang
tepat untuk mencapai kesembuhan penderita.
29
29
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Y, 2016.Hubungan Pengetahuan Hipertensi Dengan Kepatuhan Meminum
Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD Labuang Baji
Kota Makassar.KTI. Makassar: Politeknik Kesehatan Jurusan Farmasi.
Artiyaningrum, 2015.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Tidak Terkendali Pada Penderita Yang Melakukan
Pemeriksaan Rutin Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun
2014.Universitas Negeri Semarang http://lib.unnes.ac.id/20420/1/641141
0092-S.pdf, diakses 18 Januari 2018.
Baxter, dkk,2017.BNF 73 March-September 2017.London : BMJ Group.
Carolien, dkk, 2017.Evaluasi Ketersediaan Obat Sebelum Dan Sesudah
Implementasi Jkn Pada Puskesmas Di Kabupaten Keerom Provinsi
Papua.Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Universitas Gajah
MadaYogyakarta.Volume 7 Nomor 1.file:///C:/Users/USER/Downloads/
30294-71113-3PB%20(1). pdf, diakses 20 Januari 2018.
Edi, J, dkk. 2013.Hipertensi Kandas Berkat Herbal. FMedia :
Jakartahttps://books.google.co.id/books?id=J-TIAwAAQBAJ&printsec
Eknoyan, dkk, 2012.KDIGO Clinical Practice Guideline for the Management of
Blood Pressure in Chronic Kidney Disease.http://www.kdigo.org /clinical
practiceguidelines/pdf/KDIGO _BP_GL.pdf, diakses diakses 20 Januari
2018.
Gregory, dkk, 2011.Chronic Kidney Disease (CKD) Clinical Practice
Recommendations for Primary Care Physicians and Healthcare
Providers.Henry Ford Health System : Los Angeles. file:///C:/Users/
Publi/Documents/CKD/HFHS_CKD_2011%2024.pdf,diakses 9 Juli 2018.
Hartini, 2016.Gambaran Karakteristik Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang
Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
.Universitas Muhammadiyah : Surakarta http://eprints.ums.ac.id/44680/1
/nas%20pub%20jadi.pdf, 01 Juli 2018.
Hutagoal, 2017.Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik
Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychological sIntervention
Di Unit Hemodialisa RS Royal Prima Medan Tahun 2016.Jurnal
JUMANTIK Volume 2 nomor 1.
Indriani.2014. Profil Peresepan Antihipertensi di Apotek Rawat Jalan Rumah
Sakit Pertamina Jaya Periode Januari-Maret 2014.KTI. Politeknik
30
30
Kesehatan Jakarta Jurusan Farmasi https://www.slideshare.net/
erlindri/profil-peresepan-antihipertensi-di-apotek-rawat-jalan-rs-pertamina
-jaya-periode-janmar-2014,di akses 20 Januari 2018.
Katzung, dkk, 2013.Farmakologi Dasar dan Klinik.EGC : Jakarta
Kementerian Kesehatan, 2017. Infodatin Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta
Selatan : Pusat data dan Informasi.
--------------,2013.Infodatin Hipertensi.Jakarta Selatan : Pusat data dan Informasi.
Muhadi, 2016.JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi
Dewasa.Jakarta:Universitas Indonesia.CDK-236/ vol. 43 no. 1.
Melyda, 2017.Diagnosis dan Tatalaksana Acute Kidney Injury (AKI) pada Syok
Septik.Nusa Tenggara Timur : PTT RSUD Kefamenanu. CDK-259/ vol. 44
no. 12.http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_21_259Opini-Wireless %
20Microcurrent%20Stimulation%20Therapy%20for%20Wound%20Heali
ng.pdf, diakses 20 Januari 2018
Muchtar, dkk, 2015.Studi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Perawatan Di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado Periode Juli 2013 - Juni 2014. Jurnal Ilmiah Farmasi –
UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 – 2493.
Musyahidah, 2016.Studi Penggunaan Terapi Furosemid Pada Pasien Penyakit
Ginjal Kronik Stadium 5.Skripsi.Surabaya :Univesitas Airlangga.
Pahlawan, dkk, 2013.Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Hipertensi di
Bagian Rawat Jalan RS Muhammadiyah Palembang Periode Juli 2011–
Juni 2012.Jurnal.Palembang : Universitas Muhammadiyah.
Pradono, 2013.Prevalensi Dan Determinan Hipertensi Kelompok Umur 15-60
Tahun Di Kota Bogor, Prov. Jawa Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.
12 No 3.
Satibi, 2016.Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Obat Di
Era Jkn Pada Rumah Sakit Umum Daerah.Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi. Yogyakarta :Universitas Gajah Mada.
Syarif, dkk, 2012.Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI.
Whelton, dkk, 2017.Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and
Management of High Blood Pressure in Adults.America : AHA.
31
31
Lampiran 1
SKEMA KERJA
Gambar : Skema kerja studi penggunaan obat antihipertensi pada pasien gagal
ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji Makassar
Surat dari PoliteknikKemenkes Makassar
Jurusan Farmasi
Diklat/DirekturRSUD Labuang Baji
Makassar
Rekam Medik RSUD Labuang Baji
Makassar
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pembahasan
Kesimpulan
32
32
Lampiran 2
Data Rekam Medik Pasien Gagal Ginjal Di RSUD Labuang Baji Makassar
Bulan Juli – Desember 2017
1. Juli 2017
No.
Nama
Pasien
Jenis Kelamin
Pasien
Umur
Pasien
Stadium
Gagal Ginjal
Kronik
Jenis Obat
1. IS Perempuan 53 Stadium 5 Furosemid 40mg
2. AS Laki-laki 44 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
3. MD Laki-laki 61 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
4. MN Laki-laki 52 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin10 mg
5. MN Perempuan 47 Stadium 4 Furosemid 40 mg
Irbesartan 150 mg
6. HR Perempuan 58 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
7. AS Perempuan 51 Stadium 5 Furosemid 40 mg
8. HB Laki-laki 45 Stadium 5 Furosemid 40 mg
9. TF Laki-laki 45 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
10. YY Perempuan 29 Stadium 5 Furosemid 40 mg
11. YS Perempuan 33 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
12. FT Perempuan 59 Stadium 5 Furosemid 40 mg
13. RM Perempuan 44 Stadium 4 Furosemid 40 mg
Amlodipin10 mg
14. HB Perempuan 68 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
15. MR Laki-laki 75 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
16. MY Laki-laki 54 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
17. SS Perempuan 62 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
18. NS Laki-laki 44 Stadium 5 Furosemid 40 mg
19. HU Perempuan 51 Stadium 5 Furosemid 40 mg
20. WH Perempuan 24 Stadium 5 Furosemid 40 mg
21. PS Laki-laki 65 Stadium 5 Furosemid 40 mg
22. YH Laki-laki 53 Stadium 5 Furosemid 40 mg
23. SE Perempuan 54 Stadium 2 Captopril 25 mg
24. HA Perempuan 51 Stadium 5 Furosemid 40 mg
25. NS Perempuan 27 Stadium 5 Furosemid 40 mg
33
33
2. Agustus 2017
No.
Nama
Pasien
Jenis Kelamin
Pasien
Umur
Pasien
Stadium
Gagal Ginjal
Kronik
Jenis Obat
1. YU Perempuan 26 Stadium 5 Amlodipin10 mg
Irbesartan 150 mg
2. IN Perempuan 53 Stadium 5 Furosemid 40 mg
3. MR Laki-laki 53 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin10 mg
4. HR Perempuan 44 Stadium 4 Furosemid 40 mg
Amlodipin10 mg
5. SA Perempuan 58 Stadium 2 Furosemid 40 mg
6. MD Laki-laki 53 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
7. MY Laki-laki 75 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
8. RA Perempuan 57 Stadium 4 Furosemid 40 mg
Amlodipin10 mg
9. BI Perempuan 68 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
10. SU Laki-laki 44 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
11. MR Laki-laki 52 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin10 mg
12. RH Laki-laki 23 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
13. HS Perempuan 67 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
3. September 2017
No.
Nama
Pasien
Jenis Kelamin
Pasien
Umur
Pasien
Stadium
Gagal Ginjal
Kronik
Jenis Obat
1. SY Laki-laki 45 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
2. IS Perempuan 54 Stadium 5 Furosemid 40 mg
3. YR Perempuan 33 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
4. SD Perempuan 59 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
5. HS Perempuan 61 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
6. WR Perempuan 44 Stadium 4 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
7. RM Perempuan 57 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
34
34
8. MN Laki-laki 53 Stadium 4 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
9. MR Laki-laki 52 Stadium 4 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
10. BT Perempuan 72 Stadium 5 Captopril 25 mg
11. MF Laki-laki 53 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
12. NS Perempuan 26 Stadium 5 Furosemid 40 mg
13. MA Laki-laki 75 Stadium 5 Furosemid 40 mg
4. Oktober 2017
No.
Nama
Pasien
Jenis Kelamin
Pasien
Umur
Pasien
Stadium
Gagal Ginjal
Kronik
Jenis Obat
1. SI Perempuan 55 Stadium 5 Furosemid 40 mg
2. SR Laki-laki 44 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
3. NR Laki-laki 50 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
4. YS Perempuan 26 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
5. RW Perempuan 44 Stadium 4 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
6. AE Perempuan 59 Stadium 2 Catopril 25 mg
7. MN Laki-laki 53 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
8. NI Perempuan 57 Stadium 5 Furosemid 40 mg
9. MR Laki-laki 54 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
10. MI Laki-laki 75 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
11. RT Perempuan 58 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
12. SH Perempuan 59 Stadium 5 Furosemid 40 mg
13. SA Perempuan 48 Stadium 5 Furosemid 40 mg
14. NT Perempuan 26 Stadium 5 Furosemid 40 mg
5. November 2017
No.
Nama
Pasien
Jenis Kelamin
Pasien
Umur
Pasien
Stadium
Gagal Ginjal
Kronik
Jenis Obat
1. RK Perempuan 45 Stadium 4 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
2. RM Perempuan 58 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
3. IA Perempuan 55 Stadium 5 Furosemid 40 mg
35
35
4. MH Laki-laki 75 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
5. AS Laki-laki 46 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
6. NW Perempuan 27 Stadium 5 Furosemid 40 mg
7. DA Perempuan 54 Stadium 2 Furosemid 40 mg
8. RH Perempuan 39 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
9. MN Laki-laki 53 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
10. MR Laki-laki 45 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
11. MS Laki-laki 54 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
6. Desember 2017
No.
Nama
Pasien
Jenis Kelamin
Pasien
Umur
Pasien
Stadium
Gagal Ginjal
Kronik
Jenis Obat
1. SN Perempuan 55 Stadium 5 Furosemid 40 mg
2. RK Perempuan 45 Stadium 4 Furosemid 40 mg
3. NS Perempuan 27 Stadium 5 Furosemid 40 mg
4. YR Perempuan 34 Stadium 5 Amlodipin 10 mg
Irbesartan 150 mg
5. ND Perempuan 58 Stadium 2 Catopril 25 mg
6. YF Laki-laki 54 Stadium 5 Furosemid 40 mg
Amlodipin 10 mg
7. NR Laki-laki 44 Stadium 5 Amlodipin 10mg
8. MN Laki-laki 53 Stadium 4 Furosemid 40 mg
9. SR Perempuan 57 Stadium 5 Furosemid 40 mg
10. NR Laki-laki 53 Stadium 5 Furosemid 40 mg
11. MY Laki-laki 45 Stadium 5 Amlodipin 5 mg
12. HD Laki-laki 45 Stadium 5 Furosemdi 40 mg
13. SH Perempuan 49 Stadium 5 Furosemdi 40 mg
36
36
Grafik 1.
Grafik 2.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Data Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gagal
Ginjal Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji Makassar
Amlodipin
Captopril
Furosemid
Irbesartan
Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis Berdasarkan Stadiumnya
Pada Pasien Gagal Ginjal Rawat Inap Di RSUD Labuang
Baji Makassar
Stadium 1
Stadium 2
Stadium 3
Stadium 4
Stadium 5
Lampiran 3
Gambar
Data Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gagal Ginjal Rawat
Inap Di RSUD Labuang Baji Makassar Pada Bulan Juli-Desember 2017
Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis Berdasarkan Stadiumnya Pada Pasien Gagal
Ginjal Rawat Inap Di RSUD Labuang Baji Makassar Pada Bulan Juli-
Desember 2017
lasifikasiGagalGinjalKronisBerdasarkanStadiumnyaPadaPasienGagalGinja
lRawatInap Di RSUD LabuangBaji Makassar PadaBulanJuli-Desember
201
37
37
Dokumentasi Penelitian
1. RSUD Labuang Baji Makassar
2. Contoh rekam medik pasien gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji
Makassar
3. Mencatat rekam medik pasien gagal ginjal rawat inap di RSUD Labuang Baji
Makassar
38
38
Lampiran 4
Persuratan
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
BIOGRAFI DIRI
A. Identitas Diri
Nama Lengkap : Andi Inasthiyyah Haris
Nim : PO.71.3.251.1.51.103
Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 26 Oktober 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Program Studi : D III
Alamat : Jl. Elang No. 36 Kabupaten Bantaeng
Email : andiinasthiyyahharis@gmail.com
No.Telepon/HP : 085212474451
Nama Orang Tua : Ayah : drh. Abdul Haris
Ibu : A. Khaeriyah,Amd
B. Riwayat Pendidikan
SD : SDN 5 Lembang Cina (2003-2009)
SMP : SMPN 1 Pa’jukukang (2009 – 2012)
SMA : SMKN 3 Bantaeng (2012-2015)
Perguruan Tinggi : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar
(2015-sekarang)
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya sebagai bahan
pertimbangan bapak /ibu atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.