Post on 05-Feb-2016
description
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit paget merupakan gangguan pada osteoklas dimana osteoklas
lebih aktif dibanding osteoblast, sehingga terjadi absorbsi tulang yang
berlebihan yang diikuti oleh pembentukan tulang baru yang juga berlebihan
oleh osteoblast. Tulang menjadi lebih besar dari normal, namun strukstur
dalam tulangnya sangat kacau. Hal ini dapat menyebabkan nyeri tulang,
deformitas, dan kerapuhan tulang.
Sampai saat ini penyebab penyakit paget belum diketahui secara pasti.
Selain itu, penyakit paget juga mempunyai tanda dan gejala yang sangat
susah untuk diketahui sejak dini, karena tanda dan gejala awal yang muncul
sangat susah dibedakan dengan penyakit tulang lainnya. Sehingga sebagian
besar penderita penyakit ini mengetahui bahwa menderita penyakit paget
secara pasti setelah adanya pemeriksaan-pemeriksaan yang mendukung
penyakit ini. Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran yang lebih lanjut dalam
memahami penyakit paget ini .
Penyakit paget terjadi sekitar 3% populasi di atas usia 50 tahun.
Insidensinya sedikit lebih tinggi pada pria dibanding wanita dan meningkat
sesuai pertambahan usia. Riwayat keluarga telah diketahui, saudara
sekandung yang menderita kelainan serupa. Penyebab virus sedang diteliti
secara aktif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari penyakit paget?
2. Apa penyebab dari penyakit paget?
3. Bagaimana gejala klinis dari penyakit paget?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit paget?
5. Pemerisaan penunjang apa saja yang di gunakan pada penyakit paget?
6. Bagaiman penatalaksanaan pada penyakit paget?
7. Komplikasi apa saja yang timbul akibat penyakit paget?
8. Bagaiman asuhan keperawatn pada penyakit paget?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pembuatan makalah mata kuliah keperawatan Sistem Endokrin 1 dengan
judul “Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Penyakit Paget”.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi penyakit paget
2. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit paget
3. Untuk mengetahui gejala klinis yang timbul pada penyakit paget
4. Untuk mengatahui patofisiologi pada penyakit paget
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada penyakit paget
6. Untuk mengetahui penatalaksaan pada penyakit paget
7. Untuk mengetahui komplikasi yang timbul akibat penyakit paget
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pad apenyakit paget
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami dan menerapkan bagaimana penanganan
pasien dengan penyakit paget.
1.4.2 Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang penyakit
paget, serta dapat lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku
tentang penyakit-penyakit dan asuhan keperawatan penyakit tersebut.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti, memahami dan mengetahui tanda gejala dini
tentang penyakit paget.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Penyakit Paget
Penyakit Paget (osteitis deformans) adalah kelainan peningkatan
remodeling tulang lokal, kebanyakan mengenai tengkorak, femur, tibia,
tulang pelvis, dan vertebra. Terjadi proliferasi primer osteoklas, yang
menyebabkan resorpsi tulang. Kemudian diikuti oleh peningkatan
kompensatoris aktivitas osteoblastik yang akan memperbaiki tulang.
Sepanjang pergantian tulang berlangsung, terdapat pola mosaik klasik
perkembangan matriks tulang. Tulang yang baru terbentuk mengandung
mineral tinggi tapi konstruksinya tidak baik. Scara struktur tulang menjadi
lemah dan dapat terjadi fraktur patologis. Sering terjadi lengkungan tungkai;
yang menyebabkan ketidaksejajaran sendi panggul, lutut dan kaki
pergelangan, yang berperan dalam terjadinya artritis dan nyeri (Smelzter,
2001).
Penyakit paget, yang juga disebut osteitis deformans, merupakan
penyakit metabolik tulang yang perkembangannya berjalan lambat dan
ditandai oleh pola remodelling tulang yang cepat. Fase awal resoprsi tulang
yang berlebihan (fase osteoklasik) diikuti oleh fase reaktif pembentukan
tulang yang abnormal (fase osteoblasik). Remodelling cepat yang kronis pada
akhirnya akan membuat tulang yang terkena menjadi besar dan lunak.
Struktur tulang baru yang kacau, rapuh dan lemah menyebabkan deformitas
kontur eksternal maupun internal disertai rasa nyeri. Biasanya penyakit paget
terdapat pada satu atu beberapa bagian skeleton (bagian yang paling sering
terkena adalah vertebra lumbo sakral, tulang kranium, pelvis, femur, dan
tibia) tetapi kadang-kadang terjadi deformitas skletal yang tersebar luas
(Kowalak, 2011).
Penyakit paget pada tulang, atau osteitis deformans, adalah penyakit
gangguan pertumbuhan dan remodelling tulang (Greenberg, 2014).
2.2 Klasifikasi
Menurut Brunner & Smeltzer, 2001 penyakit paget dibagi menjadi tiga fase,
yaitu:
1. Fase osteolitik, ditandai dengan resorpsi tulang oleh sejumlah osteoklast
yang abnormal. Kemudian adanya reaksi dari osteoblast dalam
memproduksi tulang baru secara berlebihan namun sangat tidak terkontrol.
2. Fase menengah
Pada tahap ini aktivitas osteoblast mendominasi. Hal ini di tunjukkan
dengan perubahan struktur tulang atau deformitas,
3. Fase quiescent
Pada fase ini, asktivitas osteoblastik berkurang. Tulang menjadi diam dan
proses remodeling tulang tidak mengalami peningkatan. Tulang membesar
dan melebar dari ukuran normal. Jaringan vaskular fibrosa menggantikan
sumsusm.
2.3 Etiologi
Meskipun penyebab pasti penyakit paget tidak diketahui, salah satu teori
mengatakan bahwa infeksi virus yang dini menyebabkan infeksi skeletal yang
dorman dan baru muncul beberapa tahun kemudian sebagai penyakit paget
(Kowalak, 2011) .
Keadaan lain yang mungkin menjadi penyebab meliputi:
1. Tumor tulang yang benigna atau maligna
2. Defisiensi vitamin D selama fase pembentukan tulang selama usia kanak-
kanak
3. Penyakit autoimun
4. Faktor lingkungan
5. Infeksi virus : paramyxo viruses
6. Kelainan Genetik
2.4 Manifestasi Klinik
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita
penyakit paget, karena kebanyakan yang muncul biasanya tidak terlalu
signifikan atau bahkan tidak menunjukan gejala sama sekali. Kelainan
biasanya didapat ketika melakukan pemeriksaan radiologis ataupun
pemeriksaan penunjang lainnya.
Menurut Kowalak, 2011 Penyakit Paget memiliki efek klinis yang
bervariasi . stadium dini bisa tanpa gejala (asimptomatik). Ketika muncul.
Tanda dan gejala dapat mencakup:
1. Nyeri persisten yang biasanya berat dan semakin terasa ketika harus
menyangga beban tubuh, gejala ini mungkin terjadi karena gangguan
gerak yang disebabkan oleh desakan tulang yang abnormal pada medulla
spinalis atau radiks saraf sensorik (nyeri dapat pula terjadi karena
inflamasi kontak yang menyertai pemecahan sel)
2. Pembesaran kranium yang khas pada daerah frontal serta oksipital
(ukuran topi bisa bertambah) dan mungkin pula sakit kepala,
abnormalitas sensorik, serta gangguan fungsi motorik (dengan
terdapatnya lesi kranium).
Deformitas yang lain meliputi:
1. Kifosis (tulang punggung yang melengkung akibat fraktur kompresi
vertebra)
2. Dada gentong (barrel chest)
3. Tulang tibia dan femur yang melengkung seperti busur (sering
menyebabkan berkurangnya tinggi badan)
4. Gaya berjalan yang goyah ke samping dengan langkah pendek-pendek
(waddling gait) (akibat pelunakan tulang pelvis)
5. Bagian yang sakit menjadi hangat, nyeri tekan, dan rentan terhadap
fraktur patologis akibat trauma ringan
6. Penyembuhan fraktur patologis yang lambat dan sering tidak lengkap .
2.5 Patofisiologi
Kelainan awal pada penyakit paget adalah peningkatan dramatis dari
laju resorpsi tulang pada satu (monoostotic) atau beberapa daerah tulang
(poliostotic). Osteoklas pada penyakit paget memiliki bentuk yang abnormal,
yaitu berukuran lima kali lebih besar dan mengandung ± 20 inti tiap sel bila
dibandingkan dengan osteoklas orang dewasa normal yang hanya
mengandung 3 – 4 inti tiap sel. Osteoklas ini juga mengandung badan inklusi
yang berbentuk struktur mikrosilinder, dan badan inklusi ini memiliki
karakteristik yaitu menyerupai partikel virus. Badan inklusi ini tidak spesifik
untuk osteoklas pada penyakit paget, dan banyak struktur lain yang
menyerupai badan inklusi ini seperti pada penyakit osteopetrosis,
pycnodysostosis, dan pada makrofag pasien yang menderita hereditary
oxalosis.
Sel osteoblas walaupun jumlahnya banyak, namun tidak memiliki
kelainan. Karena resorpsi tulang berhubungan dengan formasi tulang, maka
peningkatan resorpsi tulang dibarengi oleh peningkatan laju pembentukan
tulang yang dapat meningkat hingga 40 kali lipat. Tulang yang baru terbentuk
memiliki struktur yang tidak terorganisasi (chaotic) yang kemudian berakibat
menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya resiko fraktur dan
deformitas. Sebagai tambahan, peningkatan dari formasi tulang berakibat
peningkatan vaskularitas dan peningkatan jumlah jaringan penunjang fibrosa
di sum-sum tulang, serta peningkatan formasi tulang yang tidak teratur.
Secara histologis, kelainan ini menyebabkan hilangnya gambaran arsitektur
normal dari tulang, dan digantikan oleh gambaran mozaik dari tulang yang
merupakan gabungan dari woven bone dan tulang lamellar .
Penyakit ini sering mengenai tulang panjang pada ekstremitas bawah
dan tulang tengkorak, yaitu tulang pelvis, femur, vertebra lumbal, tulang
tengkorak, dan tibia.
Kelainan sitologis ditandai dengan peningkatan aktifitas osteoklas dan
osteoblas. Siklus pertumbuhan tulang dipercepat, kadar alkaline phospatase di
darah meningkat akibat peningkatan aktifitas osteoblas, begitu juga kadar
urinary hydroxi proline yang menunjukkan peningkatan kerja osteoklas.
Penyakit ini umumnya bersifat asimptomatik, dan biasanya terdeteksi secara
tidak sengaja pada pemeriksaan radiologis, atau akibat peningkatan kadar
alkaline phospatase.
Penyakit paget terdiri dari 3 stadium, meliputi :
1. Fase litik awal atau hot phase
Stadium ini disebut juga stadium vascular. Awalnya aktifitas osteoklastik
predominan pada bagian akhir tulang, kemudian perlahan-lahan menjalar
ke diafisis. Adanya gambaran “blade of grass” atau “flame” pada ujung
tulang panjang yang menuju ke diafisis. Karakteristik yang menyolok
adalah dibatasinya daerah osteolisis mulai dari tulang subcortical dan
berlanjut sepanjang diafisis. Aktifitas osteoblastik tertinggal, kemudian
jaringan vaskular fibrosa menggantikan jaringan tulang normal. Pada fase
ini murni terjadi destruksi tulang
2. Intermediate atau mixed phase
Fase ini menampakkan kejadian osteolitik dan aktifitas osteoblastik yang
tak terorganisasi. Bentuk tulang baru abnormal dan menunjukkan
gambaran khas trabekula yang kasar dan penebalan cortex pada tulang
kanselosa dan kompakta. Pemasukan intrasitoplasmik jika dilihat secara
mikroskopis mendukung teori infeksi viral. Pada fase ini terjadi destruksi
tulang dan pembentukan tulang
3. Final cold phase atau sclerotic phase
Ditandai oleh formasi densitas tulang dan menurunnnya vaskularitas. Fase
ini menggambarkan sedikit kejadian dari remodelling tulang yang terus
menerus. Sebelumnya jaringan tulang diubah menjadi tulang lamellar.
Gambaran histologik dari tulang yang tak terorganisisr sangat mencolok.
Batas tulang yang mengalami remodelling memiliki gambaran mozaik
secara histologis
4. Kerusakan tulang rawan sendi
Perubahan bentuk tulang akibat proses resorpsi dan formasi tulang yang
berlebihan terutama pada ujung tulang panjang mengakibatkan perubahan
bentuk dan inkongruensi dari permukaan sendi. Hal ini akan
mengakibatkan mekanisme wear and tear pada kartilago sendi yang akan
membawa ke oasteoarthritis sekunder
5. Penebalan pada tulang vertebra
Dapat menyebabkan penekanan pada korda spinalis dan serabut saraf
6. Steal syndrome
Akibat peningkatan kinerja resorpsi dan formasi tulang pada penyakit
paget, maka terjadi hipervaskularisasi pada daerah tulang yang terkena, hal
ini akan menyebabkan pengalihan sirkulasi darah dari organ dalam ke
sirkulasi tulang disekitarnya, hal ini dapat menyebabkan gangguan
serebral dan iskemi medulla spinalis. Apabila terdapat spinal stenosis,
pasien akan mengalami gejala yang khas, yaitu klaudikasio spinal dan
kelemahan tungkai bawah
7. Deformitas postur tubuh
Pada penyakit paget generalisata, terdapat pembengkokan pada tulang
punggung, sehingga postur tubuh pasien menjadi kiphosis, lebih pendek,
dan tampak seperti kera (ape like) dengan tungkai yang membengkok dan
lengan menggantung di depan tubuh pasien.
2.6 Pathway
c
Infeksi Virus Genetik Lingkungan Faktor pencetus lainnya
Tubulus Tulang
Diafisis
Peningkatan aktifitas osteoklasik terus
Peningkatan resorpsi tulang
Lubang-lubang pada tulang diisi dengan jaringan fibrovaskuler
Peningkatan kompesasi aktivitas osteoblastik (osteolitik osteoblastik)
Peningkatan suhu diatas tulang
Peningkatan vaskularisasi tulang
Densitas kortex & trabekula tulang dipenuhi oleh deposit osteoblas
Proses mozaik klasik perkembangan matrix tulang
Tulang sklerosis. Disorgaisasi & rapuh Organ Target
Ekstremitas Kran ial Vertebra
Deformitas t ulang Penekanan saraf kranial Penebalan vertebra
Ketidak sajajaran sendi, panggul, lutut, pergelangan kaki
Nyeri akut
Gangguan penglihatan
Penekanan medulla spinalis
Kelemahan ekstremitas bawah
Kerusakan mobilitas fisik
Tuli Neuralgia trigeminus
Gangguan Persepsi sensori auditori
Risiko tinggi cedera (Fraktur)
Penurunan massa tulang,
2.7 Penatalaksanaan
Biasanya tak ada tindakan yang di anjurkan bagi pasien tanpa gejala.
Nyeri biasanya berespons dengan pemberian NSAID.
Pasien dengan bentuk penyakit yang sedang sampai berat dapat ditolong
dengan terapi supresif. Pasien seperti ini mengalami nyeri berat, defisit
neurologis, keterlibatan skelet luas, atau gagal jantung curah-tinggi. Pada saat
ini, terdapat berbagai agens yang merupakan inhibitor poten terhadap resorpsi
tulang dan pada beberapa keadaan dapat mengganti tulang yang berpenyakit
dengan tulang lamelar normal.
Biposphonate adalah obat antiresortive yang paling banyak digunakan
dan saat ini dianggap sebagai pilihan utama untuk terapi penyakit paget.
Banyak klinis yang merasa aminobiphosphonates seperti pamidronate,
risedronate, dan zoledronik acid lebih baik dari pada jenis biphosponate yang
lama seperti etidronate dan tiludronate karena aminobiphosponate lebih
efektif dalam mengurangi bone turnaver. Biphosponate dapat diberikan secara
oral maupun intravena.
Kalsitonin, suatu hormon polipetid dapat memperlambat resorbsi tulang
dengan menurunkan jumlah dan ketersediaan osteoklas. Terapi kalsitonin
memungkinkan remodelling tulang pagetik abnormal menjadi tulang lamelar
normal, mengurangi nyeri tulang dan membantu mengurangi komplikasi
neurologis dan biokimia. Kalsitonin diberikan secara subkutan. Efek samping
berupa aliran panas pada wajah dan mual dapat diatasi denga memakai obat
sebelum tidur atau bersama dengan antihistamin. Efek ini cenderung kurang
bersama dengan waktu. Terapi kalsitonin dilanjutkan untuk 3 bulan.
Disodium Etidronat (EHDP), suatu senyawa difosfat, menghasilkan
pengurangan pergantia tulang cepat dan mengurangi nyeri. Juga menurunkan
peningkatan fosfatase alkali serum dan kadar hidrosikpolin urine. Makanan
dapat mengahmabat penyerapannya. Efek samping mual, kram perut, dan
diare dapat terjadi dan dapat dikurangi denga menurunkan dosis. Dosis tinggi
dapat mencegah penyembuhan fraktur dan dapat berperan terjadinya
osteomalasia. Kalsitonon dan EHDP dapat dikombinasikan dan dapat
diberikan kepada pasien dengan penyakit yang sangat aktif.
Plikamisin (Mithrachin), suatu antibiotik sitotoksik, dicadangkan bagi
pasien berat dnegan gangguan neurologis atau bagi mereka yang resisten
terhadap terapi yang lain. Obat ini memiliki efek dramatik pada pengurangan
nyeri dan pada kalsium serum, alkali fosfatase, dan kadar hidroksiproline
urine. Diberikan secara infus intravena dna perlu pemantauan fungsi hepar,
ginjal dan sumsum tulang selama terapi.
Fraktur ditangani sesuai lokasinya, penyembuhan dapat terjadi bila
reduksi, imobilisasi dan stabilitasnya sesuai memadai. Tidak adanya
penyatuan fraktur leher femur, perlu ditangai dengan pemasangan
endoprostesis.
Kehilangan pendemgaran ditangani dengan alata bantu dengar dan teknik
komunikasi dilakukan pada orang yang menderita gangguan pendengaran
(Smelzter, 2001).
Operasi Orthopaedi
Biasanya operasi dilakukan jika ada salah satu komplikasi berikut :
1. Osteoatrhitis yang menyebabkan nyeri
2. Fraktur pada tulang panjang
3. Deformitas berat
4. Nerve entrapment
5. Spinal stenosis
6. Osteosarkoma yang dapat di diagnosa dini.
2.8 Komplikasi
Menurut Kowalak, 2011 komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit
paget meliputi:
1. Kebutuhan dan kehilangan pendengaran disertai tinitus dan vertigo akibat
desakan tulang pada nervus kranialis
2. Fraktur patologis
3. Hipertensi
4. Batu ginjal
5. Hiperkalsemia
6. Gout
7. Gagal jantung akibat kebutuhan aliran darah yang tinggi pada tulang
yang mengalami remodelling
8. Gagal nafas akibat deformitas tulang toraks
9. Perubahan maligna pada tulang yang terekna (pada 1% pasien)
2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologis
Tampilan dari radiologis sangatlah karakteristik untuk penyakit paget,
sehingga diagnosis jarang meragukan. Saat fase resorpsi tampak darah
osteolitis yang terlokalisasi : gambaran yang paling khas adalah
gambaran seperti api yang memanjang sepanjang diafisis dari tulang
(flame shaped lesion atau blade of grass), atau bercak osteoporosis
berbatas tegas di tulang tengkorak (osteoporosis circumscripta).
Kemudian tulang menjadi menebal dan sklerotik dengan gambaran
trabekula yang kasar.
2. CT-Scan dan MRI
CT-scan dan MRI tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis
penyakit paget, namun keduanya sangat berguna untuk mengevaluasi
komplikasi penyakit paget, seperti degenerasi ganas, kelainan artikular,
keterlibatan tulang belakang dengan gangguan neurologis.
Kelainana pada sendi membutuhkan CT-Scan atau MRI untuk
menggambarkan sejauh mana komplikasi sendi yang terjadi. CT-San
dan MRI juga berguna untuk mendiagnosa dan mengevaluasi
komplikasi neurologis, seperti invaginasi basilar, kompresi medulla
spinalis atau hydrosefalus. Stenosis spinal dan keterlibatan vertebra
paling baik dievaluasi menggunakan CT-Scan atau MRI. CT-Scan
memberikan visualisasi yang lebih baik untuk tulang dan fossa
posterior, sedangkan MRI memberikan gambaran yang lebih detil untuk
otak, medulla spinalis, cauda equina, dan jaringan lunak. Oleh karena
itu, perubahan neoplastik seperti sarkoma paget dan penyebarannya
lebih baik dievaluasi menggunakan MRI.
3. Investigasi Biokimia
Kadar serum kalsium dan fosfat biasanya normal, namun pasien yang
imobilisasi dapat mengalami hiperkalsemia. Tes urin yang yang paling
berguna untuk mendiagnosa penyakit paget adalah penilaian
konsentrasi serum alkaline phospatase (merefleksikan aktivitas
osteoblas dan menunjukkan tingkat keparahan penyakit), dan kadar
hydroxyproline di urine selama 24 jam (berkorelasi dengan proses
resorpsi tulang).
4. Bone Scan
Pemindaian tulang adalah alat bantu diagnostik yang sangat sensitif
untuk mengevaluasi sejauh mana lesi yang terkena penyakit paget.
Namun pemindaian tulang kurang spesifik daripada foto radiologis
polos, sehingga perubahan yang dideteksi pada skintigrafi harus
dikonfirmasi oleh adanya perubahan pada miimal satu tempat tulang
denga foto radiologis polos.
5. Biopsi tulang yang memperlihatkan pola mosaik yang khas
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Konsep Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : -
Umur : Beresiko pada usia lebih dari 40 tahun
Jenis Kelamin : sedikit lebih tinggi pada pria dibanding wanita
Alamat : lingkungan yang terbuka dan sanitasi yang buruk
mempengaruhi karena di duga penyebab penyakit paget
adalah virus.
Pekerjaan : -
Pendidikan : -
Suku/ bangsa : -
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama:
Adanya nyeri terus menerus pada daerah yang terkena. Nyeri
bertambah jika melakukan aktivitas atau bergerak. Terjadi
penurunan tinggi badan dan adanya deformitas pada daerah yang
terkena. Rasa sakit tulang punggung (bagian bawah), leher dan
pinggang. Berat badan menurun
b. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Kien biasanya mengatakan nyeri pada daerah yyang terkena dan
klien mengalami ketulian pada daerah telinga serta penurunan tinggi
badan dan berat badan
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
1. Tanyakan pada klien mengenai masalah kesehatan yang pernah
dialaminya seperti cidera?
2. Tanyakan pada klien tentang imunisasi tetanus dan polio, karena
kekakuan pada persendian maupun kejang pada otot dapat juga
disebabkan oleh tetanus dan polio
3. Tanyakan pada klien apakah mengalami DM, anemia dan
sistemik lupus eritematosus Karena hal ini juga dapat menjadi
resiko terjadinya masalah muskuloskeletal seperti osteoporosis
dan osteomyelitis.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga:
1. Tanyakan kepada anggota keluarga apakah mempunyai riwayat
penyakit paget?. karena penyakit paket adalah penyakit genetik
2. Tanyakan kepada anggota keluarga apakah mempunyai riwayat
rheumatoid arthtritis, gout atau osteoporosis
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : tampak lemah
b. Kesadaran : compos mentis
c. TTV
TD : > 120 / 80 mmhg
Nadi :< 100 x/menit
Suhu : >37,50C
RR : > 20 x/menit
d. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath)
Adanya penurunan pernafasan (bradikardi)
B2 (Blood)
Terdapat gangguan pada sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi
B3( Brain)
Adanya penekanan saraf kranial dan kanalis spinalis. Biasanya
pasien mengalami vertigo sebagai akibat dari desakan tulang pada
nervus kranialis
B4 ( Bladder)
Tidak terdapat gangguan pada sistem perkemihan (normal)
B5 (Bowel)
Pasien biasanya mengalami kurangnya asupan kalsium, pola
makan yang tidak teratur
B6 (Bone)
Inspeksi : terlihat deformitas tulang seperti ada pembengkokan
pada tulang, perubahan gaya berjalan
Palpasi : ada nyeri tekan pada tulang deformitas dan peningkatan
suhu diatas tulang yang terkena deformitas
4. Pola Fungsi Gordon
1. Aktivitas/istirahat
Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena, nyeri
(mungkin segera atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan
jaringan)
2. Sirkulasi
Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri/ansietas), pembengkakan jaringan atau massa, hematoma pada
sisi cedera, kadang muncul keluhan sakit kepala
3. Neurosensori
Deformitas, kesemutan, kelemahan atau hilang fungsi, penurunan
visual, auditori, gerakan/sensasi, spasme otot, terjadi penekanan
saraf kranial dan kanalis spinalis
4. Nyeri atau kenyamanan
Nyeri secara tiba-tiba saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area/
jaringan/kerusakan dapat berkurang pada imobilisasi, spasme atau
kram otot (Setelah mobilisasi)
5. Pola nutrisi
Kurangnya asupan kalsium, pola makan yang tidak teratur, adanya
riwayat perokok dan riwayat konsumsi alcohol serta riwayat minum-
minuman yang juga bersoda
6. Pernafasan
Terjadi penurunan pernapasan pada kasus kiposis berat, karena
penekanan pada fungsional paru
7. Skeletal
Inspeksi dan palpasi seluruh tubuh pasien, penderita dengan penyakit
paget berat sering menunjukkan adanya perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, nyeri pada daerah tulang yang terkena
8. Keamanan
Laserasi kulit, avulsi jaringan,perdarahan, perubahan warna,
pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-
tiba)
9. Penyuluhan/pembelajaran
Lingkungan cedera memerlukan bantuan dengan transportasi,
aktivitas perawatan diri, dan tugas pemeliharaan dan perawatan
rumah
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan gerakan fragmen tulang
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskular atau penurunan kekuatan atau tahanan
3. Gangguan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan
penerimaan status/organ indera
4. Resiko tinggi cedera (fraktur) berhubungan dengan penurunan massa
tulang
3.3 Rencana Keperawatan
No Tujuan/ KH Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 2x24 jam
diharapkan nyeri
pasien berkurang,
dengan KH:
1. Skala nyeri 1
2. Melaporkan nyeri
berkurang/hilang
3. Pasien tampak
rileks, mampu
tidur dan istirahat
dengan tepat
1. Pertahan
imobilisasi bagian
yang sakit dengan
tirah baring, gips
dan pembebat,
traksi
2. Tinggikan dan
dukung ekstremitas
yang terkena
3. Evaluasi keluhan
nyeri/ketidaknyam
anan, perhatikan
lokasi,
karakteriktik,
termasuk intensitas
1. Menghilangkan
nyeri dan
mencegah
kesalahan posisi
tulang/tegangan
jaringan yang
tersedia
2. Meningkatkan
aliran darah balik
vena, menurunkan
edema dan
menurunkan nyeri
3. Mempengaruhi
pilihan/pengawasa
n keefektifan
intervensi. Tingkat
ansietas dapat
mempengaruhi
nyeri (skala 0-10).
Perhatikan
petunjuk nyeri non
verbal (perubahan
tanda vital dan
emosi/perilaku)
4. Berikan alternatif
tindakan
kenyamanan,
mislanya pijatan
punggung dan
perubahan posisi
5. Dorong
menggunakan
teknik managemen
stress, misalnya :
relaksasi, progresif
nafas dalam,
imajinasi
visualisasi,
sentuhan terapeutik
6. Kolaborasi dalam
pemberian obat
analgesik
persepsi/reaksi
terhadap nyeri
4. Meningkatkan
sirkulasi umum,
menurunkan area
local dan kelelahan
otot
5. Memfokuskan
kembali perhatian,
meningkatkan rasa
kontrol, dan dapat
meningkat
kemampuan
koping dalam
manajemen nyeri
yang mungkin
menetap untuk
periode lebih lama
6. Diberikan untuk
menghilangkan
nyeri atau spasme
otot
2. Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 2x24 jam
diharapkan tidak
terjadi kerusakan
mobilitas fisik, dengan
KH:
1. Pasien dapat
menjelaskan
mobiltas fisik
teratasi
2. Pasien dapat
menunjukkan
teknik yang
mungkin
memampukan
akitivitas
1. Kaji dejarat
imobilisasi yang
dihasilkan oleh
cedera/pengobatan
dan perhatikan
persepsi pasien
terhadap
imobilisasi
2. Dorong partisipasi
pada
aktivitas/rekreasi.
Pertahankan
rangsangan
lingkungan,
mislanya: radio, tv,
koran, barang milik
pribadi, kunjungan
keluarga/teman
3. Bantu pasien dalam
rentang gerak aktif
pada ekstremitas
yang sakit dan
1. Pasien mungkin
dibatasi oleh
pandangan
diri/persepsi
tentang
keterbatasan fisik
aktual,
memerlukan
informasi/interven
si untuk
meningkatkan
kemajuan
kesehatan
2. Memberikan
kesempatan untuk
mengeluarkan
eneegi,
memfokuskan
kembali perhatian,
emningkatkan rasa
kontrol diri/harga
diri dan membantu
menurunkan
isolasi sosial
3. Meningkatkan
aliran darah ke
otot dan tulang
untuk
yang tidak sakit
4. Bantu/dorong
perawatan
diri/kebersihan
misalnya : mandi,
mencukur
5. Berikan atau bantu
dalam mobilisasi
dengan kursi, roda,
kruk, tongkat
sesegera mungkin.
Instruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat
mobilisasi
meningkatkan
tonus otot,
mempertahankan
gerak sendi,
mencegah
kontraktur/atrofi
dan reasorpsi
kalsium karena
tidak digunakan
4. Meningkatkan
kekuatan otot dan
sirkulasi,
meningkatkan
kontrol pasien
dalam situasi dan
meningkatkan
kesehatan diri
langsung
5. Mobilitas dini
dapat menurunkan
komplikasi tirah
baring dan
meningkatkan
penyembuhan dan
normalisasi fungsi
organ. Belajar
memperbaiki cara
menggunakan alat
6. Kolaborasi dengan
ahli terapi
fisik/okupasi
dan/atau
rehabilitasi
spesialis
penting untuk
mempertahankan
mobilisasi optimal
dan keamanan
pasien
6. Pasien dapat
memerlukan
bantuan jangka
panjang dengan
gerakan, kekuatan
dan aktivitas yang
mengandalkan
berat badan juga
penggunaan alat
3. Setelah di lakukan
tindakan keperawatan
2x24 jam tidak terjadi
gangguan persepsi
sensori auditori dengan
KH:
1. Pasien dapat
meningkatkan
ketajaman
pendengaran dalam
batas situasi kondisi
1. Tentukan
ketajaman
pendengaran, catat
satu atau kedua
telinga yang
terlibat
2. Orientasikan
pasien terhadap
lingkungan, staff,
orang lain
disekirnya
1. Kebutuhan
individu dan
pilihan intervensi
bervariasi, sebab
kehilangan
pendengaran
terjadi lambat dna
progresif
2. Memberikan
peningkatan
kenyamanan dan
kekeluargaan
menurunkan
kecemasan dan
disorientasi
3. Letakkan barang
yang
dibutuhkan/posisi
bel pemanggil
dalam jangkauan
4. Kolaborasi dengan
poli THT
3. Memungkinkan
pasien melihat
objek lebih
mudah dan
memudahkan
panggilan untuk
pertolongan bila
diperlukan
4. Untuk
memperbaiki
gangguan pada
pasien
Setelah di lakukan
tindakan keperawatan
2x24 jam resiko cedera
tidak menjadi aktual
dengan KH:
1. Klien tidak jatuh
dan fraktur tidak
terjadi
2. Klien dapat
menghindari
aktivitas yang
mengakibatkan
fraktur
1. Observasi aktivitas
klien selama
dirumah sakit.
Hindari
membungkuk tiba-
tiba, gerakan
mendadak dan
mengangkat berat
2. Ajarkan
penggunaan
mekanik tubuh
yang baik dan
postur tubuh yang
benar saat duduk
maupun berdiri
3. Berikan support
ambulasi sesuai
1. Mencegah resiko
terjadinya
kecelakaan dan
mencegah
terjadinya nyeri
yang lebih berat
2. Mempertahankan
atay
mengembalikan
postur tubuh yang
benar
3. Mengurangi
resiko kecelaan
dan skala nyeri
bertambah
4. Mengurangi
resiko terjadinya
dengan kebutuhan
4. Beri lingkungan
yang aman dan
nyaman bagi klien
5. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
obat-obatan
misalnya terapi
hormonal dan
terapi non
hormolan
kecelakaan
5. Memperbaiki
kepadatan tulang
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit paget adalah kelainan metabolic tulang kronik yang secara khas
mengakibatkan pembesaran, deformitas tulang, kerusakan formasi jaringan
tulang dan irregularitas struktur dalam tulang yang ditandai oleh
peningkatan remodelling tulang akibat kinerja osteoklas yang berlebihan
yang di ikuti oleh peningkatan aktivitas osteoblas sehingga pada akhirnya
akan menyebabkan kerapuhan dan kelemahan tulang. Penyakit ini juga di
kenal dengan nama Osteitis Deformans.
3.2 Saran
Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
paget. Karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu
signifikan atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Penyakit
paget biasanya dapat di diagnosa setelah melakukan pemeriksaan diagnostic
terhadap klien atau setelah klein mengalami kelainan bentuk tulang atau
rasa nyeri hebat pada tulang. Oleh sebab itu di perlukan pembelajaran lebih
lanjut mengenai pemahaman dari penyakit paget ini.