Post on 04-Aug-2015
A. LATAR BELAKANG
Kebijakan nasional yang merubah paradigma penyelengaraan
pemerintahan, pembangunan dan palayanan masyarakat, berupaya mewujudkan
sebuah tatanan pemerintahan baik (good governance). Kebijakan ini nampak
dalam bentuk implementasi pergeseran kewenangan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah sebagai lini terdepan dan lini terdekat kepada masyarakat.
Lebih jelasnya terlihat dari kebijakan otonomi daerah yang diperluas dengan pola
pembagian kewenangan pusat dan propinsi, sedangkan selebihnya (residual
authority) menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota.
Undang-undang no.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah salah
satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah (selanjutnya disingkat
otoda) di Indonesia. Undang-undang no.32 tahun 2004 pasal 1 butir 5 menyatakan
“Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat, menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Suatu perwujudan asas
desentralisasi dan pemberian otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab
kepada daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota.”.
Pelaksanaan otoda akan mempengaruhi sektor perbankan di daerah. Peran
dan fungsi perbankan sangat penting, dan diharapkan dapat menghidupkan dan
memacu perekonomian daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otoda, perbankan di
daerah mau tak mau akan mendapatkan efeknya, antara lain semakin banyaknya
dana yang berada atau ditanamkan pada sektor perbankan di daerah. Dana ini
harus dimanfaatkan, karena suku bunga pinjaman yang harus dibayar perbankan
akan cukup besar, dan hanya mungkin bisa menutup biaya overhead apabila
perbankan dapat menyalurkan dana tersebut masuk ke sektor riil. Melihat kondisi
ini, perbankan harus benar-benar mampu dan mengetahui kondisi makro ekonomi
di daerah, sebagai dasar membuat kebijakan pemberian pinjaman, penetapan
suku bunga, serta pemasaran produk dan jasa perbankan.
Sehubungn dengan itu, di tingkat lokal atau daerah bermunculan Bank yang
langsung menangai pada tingkat tapak atau menyentuh langsung pada
masyarakat ditingkat bawah yang di kenal dengan Bank Pengkreditan Rakyat
(BPR). Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang
menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan,
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana
sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan
tempat masyarakat yang membutuhkan. Status BPR diberikan kepada
Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih
Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD),
Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga
Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau
lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan
Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tatacara yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah . Ketentuan tersebut diberlakukan
karena mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut telah berkembang
dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh
masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu,
UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-
lembaga dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam
pembinaan dan pengawasan, maka persy-ratan dan tatacara pemberian
status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan
hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. BPR
bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sasaran BPR ialah untuk melayani
kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang kecil, pegawai dan pensiunan
karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih
mewujudkan pemerataan layanan perbankan. Pemerataan kesempatan berusaha,
pemerataan pendapatan,dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas
uang (rentenir dan pengijon).
Bank Perkreditan Rakyat sebagai bank untuk daerah-daerah perdesaan
atau pengusaha gurem yang sifat usahanya melayani sektor informal di kota-kota
kabupaten, kecamatan dan daerah pedesaan. Sesuai dengan kemampuan
permodalan yang lemah dari masyarakat umumnya, bentuk Bank Perkreditan
Rakyat merupakan bentuk yang tepat untuk didirikan di kabupaten, sekaligus
sebagai lembaga keuangan untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat
golongan ekonomi lemah. Di Indonesia setelah melalui pembaharuan undang-
undang perbankan yang cukup panjang, maka dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 disebutkan bahwa: bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Selanjutnya, kondisi Perbankan Provinsi Bengkulu kebijakan dalam rengka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan produk-produk unggulan, sehingga
menarik minat perbankan swasta lainnya menanamkan modal di Bengkulu.
Mengenai pertumbuhan ekonomi Bengkulu yang mencapai 4,6 persen, lebih tinggi
dari pertumbuhan ekonomi nasional. Secara kelembagaan, terjadi penambahan
jaringan kantor perbankan di Provinsi Bengkulu yaitu satu ATM. Jumlah bank
umum yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Bengkulu sebanyak 14
bank yang terdiri dari satu Bank Pembangunan Daerah (BPD), empat Bank
Pemerintah dan sembilan Bank Swasta dengan dua diantaranya merupakan bank
syariah. Jaringan kantor pelayanan bank di Provinsi Bengkulu terdapat satu
kantor pusat, 21 kantor cabang, 42 kantor cabang pembantu, 26 kantor kas, 45
kantor unit, enam pusat pelayanan dan 73 anjungan tunai mandiri (ATM).
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Bengkulu juga
cukup signifikan. BPR di Provinsi Bengkulu berjumlah lima BPR yang terdiri dari
tiga BPR Konvensional dan dua BPR Syariah. Sedangkan jaringan kantor BPR diluar
kantor pusat, terdiri dari tiga kantor cabang dan tujuh kantor kas. Jaringan kantor
BPR tersebut baru terdapat di Kota Bengkulu, Kab. Seluma, Kab. Bengkulu Utara,
Kab. Rejang Lebong, dan Kab. Kepahiang dan dapat di simpulkan BPR mengalami
perkembangan yang cukup. Aset BPR secara mengalami kenaikan sebesar 4,69
persen. Begitu juga beberapa indikator lainnya seperti Dana Pihak Ketiga (DPK)
dan penyaluran kredit. DPK meningkat 6,97 persen dari Rp26.706 juta menjadi
Rp28.569 juta. Sedangkan kredit meningkat 5,49 persen dari Rp37.661 juta
menjadi Rp39.729 juta pada tahun 2011.
Salah satu BPR yang relatif kuat secara liquditas adalah PT. BPR Maroba Ite,
yang berkedudukan Jln Kol Santoso 101 C Kepahiang. Dalam penge,bangan dan
diversifikasi usahanya dalam bidang perbankan PT. Maroba ITE akan membangun
cabang-cabang di berbagai daerah salah satunya tentu di Ibukota Provinsi yaitu
Kota Bengkulu. Namun disadari dalam pendirian dan pengembangan perlu di kaji
kelayakan sehingga pendirian dan pengembangan cabang di Kota bengkulu
tersebut layak dan menghasilkan keuntungan baik sedara kelembagaan maupan
dalam rangkan peningkataan kesejahteraan masyarakat Kota Bengkulu.
Dalam melakukan kelayakan atas pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite ini
tentu perlu kajian tentang aspek-aspek kelayakan dari aspek sosial, pasar dan
pemasaran sampai kepada aspek investasi dan keuangan. Maka dalam usulan
kegiatan ini akan dlakukan kejian kelayakan tersebut dengan memperhatikan
kondisi perekonomian Kota bengkulu secara eksternal dan manajemen Pt. Maroba
Ite secara Internal.
B. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dan Sasaran kelayakan pendirin dan pengembangan Bank sebagaimana
disebut dalam Undang-Undang Perbankan dioperasionalkan ke edaran Bank
Indonesia Nomor 8/31/DPBPR tanggal 12 Desember 2006 , maka tujuan usulan
kegiatan ini adalah :
a. Terkendalinya pembangunan dan pengembangan cabang PT. BPR Maroba Ite di
Kota Bengkulu
b. Terciptanya arah pengembangan manajerial PT. BPR Maroba Ite di Kota
Bengkulu
c. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program keuangan pada PT.
BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu dan selalu terintegrasi dengan PT. PT. BPR
Maroba Ite di Kepahiang sebagai Induk BPR
d. Tedorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha dalam bentuk
pengkreditan yang efisie dan efektif
e. Menemukan kelayakan dari aspek Kelayakan bisnis perbankan baik kelayakan
keuangan, pemasaran dan sosial ekonomi
C. MANFAAT STUDI KELAYAKAN
Fungsi kelayakan pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu adalah :
1. Manfaat financial artinya, pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota
Bengkulu tersebut dirasa sangat menguntungkan bagi manajemen PT. BPR
Maroba Ite sendiri apabila pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota
Bengkulu tersebut dibandingkan dengan resiko yang akan ditanggung
2. Manfaat ekonomi financial , artinya, pendirian cabang PT. BPR Maroba
Ite di Kota Bengkulu tersebut jika dijalankan mampu menunjukkan manfaat
makro bagi daerah dan negara. Hal ini bisa ditunjukkan dengan semakin
banyak tenaga kerja yang terserap, PDRB meningkat dan paramater
ekonomi makro lainnya.
3. Manfaat social artinya masyarakat sekitar lokasi tersebut merasa
memperoleh manfaat atas pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota
Bengkulu yang dilakukan.
D. RUANG LINGKUP
Lingkup kegiatan pekerjaan atau proses Studi Kelayakan Pendirian Cbang
PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu secara garis besar terbagi menjadi 6 (enam)
tahapan yaitu :
a. Persiapan, yang akan meliputi persiapan teknis dan non-teknis.
b. Pengumpulan data, baik itu berupa data primer maupun data sekunder,
yang tersusun dalam bentuk kompilasi data baik data keuangan dan
sosial.
c. Analisis, yaitu kegiatan menganalisa data sebagai dasar penyusunan
rancangan rencana dan dimuat dalam bentuk analisa data.
d. Draft naskah studi kelayakan Pendirian Cbang PT. BPR Maroba Ite di
Kota Bengkulu yang siap dilakukan untuk dibawa pada diskusi
terbuka/seminar.
e. Diskusi terbuka/seminar, dengan semua stakeholders untuk membahas
draft studi kelayakan Pendirian Cbang PT. BPR Maroba Ite di Kota
Bengkulu.
f. Laporan studi kelayakan Final, yang merupakan penyempurnaan
terhadap studi kelayakan Pendirian Cbang PT. BPR Maroba Ite di Kota
Bengkulu
E. JADWAl KEGIATAN
Tabel 3.1. Jadwal KegiatanKegiata studi Kelayakan Peembanga dan Penidiran PT. BPR Maroba Ite di Kota Begkulu
NO
URAIANMinggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Persiapan
2 Pelaksanaan Survey
- Survey Kepustakaan/ Instansional
- Survey Lapangan
3 Penyusunan LHS
4 Analisis Kelayakan
5 Hasil Analisis, Proyeksi dan Pemetaan Sosial ekonomi
6 Pelaporan - Laporan Pendahuluan- Laporan Draft Akhir- Diskusi / Seminar Draft- Laporan Akhir dan Perbaikan
Usulan Kegiatan :Kelayakan Pendirian BPR
Maroba Ite
F. RENCANA BIAYA
Dalam melaksankan kegiatan Studi kelayakan pendirian PT. BPR Maroba
Ite pembiayaan anggaran adalah sebagai berikut :
Uraian Kegiatan Satuan Harga Satuan
jumlah
Peralatan - Laptop- Ink Jet - Printer Canon- ATK- Komunikasi/Internet
1 Unit1 Box1 Unit
--
8.700.00250.000
1.200.000500.000
2.500.000
8.700.000250.000
1.200.000500.000
2.500.000
Sub Total 12.650.000Survai dan Transportasi
- Survay dan analisis Awal
- Survay dan analisis Final
- Transpor Lokal
3 x 23 x 210
1.500.0001.500.000
250.000
9.000.0009.000.0002.500.000
Sub Total 20.500.000Publikasi- Cetak Laporan Awal- Draft Perbaikan - Cetak Laporan Akhir- Seminar dan
Lokakarya
25 Buah10 Buah25 Buah
1 kali
200.000150.000250.000
7.500.000
5.000.0001.500.0006.500.0007.500.000
Sub Total 20.000.000Personal
- Honor Ketua Peneliti- Honor Anggota Peneliti- Surveyor- Staf dan Pengetikan- Fess Kelembagaan
1 org6 org3 org2 org
1 Lemb
5.000.0004.000.0002.000.0001.000.00010.000.00
0
5.000.00024.000.000
6.000.0002.000.000
10.000.000
Sub Total 47.000.000Total 100.150.000
Kelayakan Pendirian BPR Maroba ITE | 9