Kelayakan Maroba Ite

12
A. LATAR BELAKANG Kebijakan nasional yang merubah paradigma penyelengaraan pemerintahan, pembangunan dan palayanan masyarakat, berupaya mewujudkan sebuah tatanan pemerintahan baik (good governance). Kebijakan ini nampak dalam bentuk implementasi pergeseran kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah sebagai lini terdepan dan lini terdekat kepada masyarakat. Lebih jelasnya terlihat dari kebijakan otonomi daerah yang diperluas dengan pola pembagian kewenangan pusat dan propinsi, sedangkan selebihnya (residual authority) menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota. Undang-undang no.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah (selanjutnya disingkat otoda) di Indonesia. Undang-undang no.32 tahun 2004 pasal 1 butir 5 menyatakan “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat, menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Suatu perwujudan asas desentralisasi dan pemberian otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota.”. Pelaksanaan otoda akan mempengaruhi sektor perbankan di daerah. Peran dan fungsi perbankan sangat penting, dan diharapkan dapat

Transcript of Kelayakan Maroba Ite

Page 1: Kelayakan Maroba Ite

A. LATAR BELAKANG

Kebijakan nasional yang merubah paradigma penyelengaraan

pemerintahan, pembangunan dan palayanan masyarakat, berupaya mewujudkan

sebuah tatanan pemerintahan baik (good governance). Kebijakan ini nampak

dalam bentuk implementasi pergeseran kewenangan dari pemerintah pusat ke

pemerintah daerah sebagai lini terdepan dan lini terdekat kepada masyarakat.

Lebih jelasnya terlihat dari kebijakan otonomi daerah yang diperluas dengan pola

pembagian kewenangan pusat dan propinsi, sedangkan selebihnya (residual

authority) menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota.

Undang-undang no.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah salah

satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah (selanjutnya disingkat

otoda) di Indonesia. Undang-undang no.32 tahun 2004 pasal 1 butir 5 menyatakan

“Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat, menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Suatu perwujudan asas

desentralisasi dan pemberian otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab

kepada daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota.”.

Pelaksanaan otoda akan mempengaruhi sektor perbankan di daerah. Peran

dan fungsi perbankan sangat penting, dan diharapkan dapat menghidupkan dan

memacu perekonomian daerah. Sejalan dengan pelaksanaan otoda, perbankan di

daerah mau tak mau akan mendapatkan efeknya, antara lain semakin banyaknya

dana yang berada atau ditanamkan pada sektor perbankan di daerah. Dana ini

harus dimanfaatkan, karena suku bunga pinjaman yang harus dibayar perbankan

akan cukup besar, dan hanya mungkin bisa menutup biaya overhead apabila

perbankan dapat menyalurkan dana tersebut masuk ke sektor riil. Melihat kondisi

Page 2: Kelayakan Maroba Ite

ini, perbankan harus benar-benar mampu dan mengetahui kondisi makro ekonomi

di daerah, sebagai dasar membuat kebijakan pemberian pinjaman, penetapan

suku bunga, serta pemasaran produk dan jasa perbankan.

Sehubungn dengan itu, di tingkat lokal atau daerah bermunculan Bank yang

langsung menangai pada tingkat tapak atau menyentuh langsung pada

masyarakat ditingkat bawah yang di kenal dengan Bank Pengkreditan Rakyat

(BPR). Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang

menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan,

dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana

sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan

tempat masyarakat yang membutuhkan. Status BPR diberikan kepada

Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih

Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD),

Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga

Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau

lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan berdasarkan UU Perbankan

Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tatacara yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah . Ketentuan tersebut diberlakukan

karena mengingat bahwa lembaga-lembaga tersebut telah berkembang

dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh

masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu,

UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-

lembaga dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam

pembinaan dan pengawasan, maka persy-ratan dan tatacara pemberian

Page 3: Kelayakan Maroba Ite

status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan

hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. BPR

bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah

peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sasaran BPR ialah untuk melayani

kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang kecil, pegawai dan pensiunan

karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih

mewujudkan pemerataan layanan perbankan. Pemerataan kesempatan berusaha,

pemerataan pendapatan,dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas

uang (rentenir dan pengijon).

Bank Perkreditan Rakyat sebagai bank untuk daerah-daerah perdesaan

atau pengusaha gurem yang sifat usahanya melayani sektor informal di kota-kota

kabupaten, kecamatan dan daerah pedesaan. Sesuai dengan kemampuan

permodalan yang lemah dari masyarakat umumnya, bentuk Bank Perkreditan

Rakyat merupakan bentuk yang tepat untuk didirikan di kabupaten, sekaligus

sebagai lembaga keuangan untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat

golongan ekonomi lemah. Di Indonesia setelah melalui pembaharuan undang-

undang perbankan yang cukup panjang, maka dalam Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 disebutkan bahwa: bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Selanjutnya, kondisi Perbankan Provinsi Bengkulu kebijakan dalam rengka

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan produk-produk unggulan, sehingga

Page 4: Kelayakan Maroba Ite

menarik minat perbankan swasta lainnya menanamkan modal di Bengkulu.

Mengenai pertumbuhan ekonomi Bengkulu yang mencapai 4,6 persen, lebih tinggi

dari pertumbuhan ekonomi nasional. Secara kelembagaan, terjadi penambahan

jaringan kantor perbankan di Provinsi Bengkulu yaitu satu ATM. Jumlah bank

umum yang beroperasi di wilayah kerja Bank Indonesia Bengkulu sebanyak 14

bank yang terdiri dari satu Bank Pembangunan Daerah (BPD), empat Bank

Pemerintah dan sembilan Bank Swasta dengan dua diantaranya merupakan bank

syariah. Jaringan kantor pelayanan bank di Provinsi Bengkulu terdapat satu

kantor pusat, 21 kantor cabang, 42 kantor cabang pembantu, 26 kantor kas, 45

kantor unit, enam pusat pelayanan dan 73 anjungan tunai mandiri (ATM).

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Bengkulu juga

cukup signifikan. BPR di Provinsi Bengkulu berjumlah lima BPR yang terdiri dari

tiga BPR Konvensional dan dua BPR Syariah. Sedangkan jaringan kantor BPR diluar

kantor pusat, terdiri dari tiga kantor cabang dan tujuh kantor kas. Jaringan kantor

BPR tersebut baru terdapat di Kota Bengkulu, Kab. Seluma, Kab. Bengkulu Utara,

Kab. Rejang Lebong, dan Kab. Kepahiang dan dapat di simpulkan BPR mengalami

perkembangan yang cukup. Aset BPR secara mengalami kenaikan sebesar 4,69

persen. Begitu juga beberapa indikator lainnya seperti Dana Pihak Ketiga (DPK)

dan penyaluran kredit. DPK meningkat 6,97 persen dari Rp26.706 juta menjadi

Rp28.569 juta. Sedangkan kredit meningkat 5,49 persen dari Rp37.661 juta

menjadi Rp39.729 juta pada tahun 2011.

Salah satu BPR yang relatif kuat secara liquditas adalah PT. BPR Maroba Ite,

yang berkedudukan Jln Kol Santoso 101 C Kepahiang. Dalam penge,bangan dan

diversifikasi usahanya dalam bidang perbankan PT. Maroba ITE akan membangun

cabang-cabang di berbagai daerah salah satunya tentu di Ibukota Provinsi yaitu

Kota Bengkulu. Namun disadari dalam pendirian dan pengembangan perlu di kaji

kelayakan sehingga pendirian dan pengembangan cabang di Kota bengkulu

Page 5: Kelayakan Maroba Ite

tersebut layak dan menghasilkan keuntungan baik sedara kelembagaan maupan

dalam rangkan peningkataan kesejahteraan masyarakat Kota Bengkulu.

Dalam melakukan kelayakan atas pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite ini

tentu perlu kajian tentang aspek-aspek kelayakan dari aspek sosial, pasar dan

pemasaran sampai kepada aspek investasi dan keuangan. Maka dalam usulan

kegiatan ini akan dlakukan kejian kelayakan tersebut dengan memperhatikan

kondisi perekonomian Kota bengkulu secara eksternal dan manajemen Pt. Maroba

Ite secara Internal.

B. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dan Sasaran kelayakan pendirin dan pengembangan Bank sebagaimana

disebut dalam Undang-Undang Perbankan dioperasionalkan ke edaran Bank

Indonesia Nomor 8/31/DPBPR tanggal 12 Desember 2006 , maka tujuan usulan

kegiatan ini adalah :

a. Terkendalinya pembangunan dan pengembangan cabang PT. BPR Maroba Ite di

Kota Bengkulu

b. Terciptanya arah pengembangan manajerial PT. BPR Maroba Ite di Kota

Bengkulu

c. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program keuangan pada PT.

BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu dan selalu terintegrasi dengan PT. PT. BPR

Maroba Ite di Kepahiang sebagai Induk BPR

d. Tedorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha dalam bentuk

pengkreditan yang efisie dan efektif

e. Menemukan kelayakan dari aspek Kelayakan bisnis perbankan baik kelayakan

keuangan, pemasaran dan sosial ekonomi

C. MANFAAT STUDI KELAYAKAN

Page 6: Kelayakan Maroba Ite

Fungsi kelayakan pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu adalah :

1. Manfaat financial artinya, pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota

Bengkulu tersebut dirasa sangat menguntungkan bagi manajemen PT. BPR

Maroba Ite sendiri apabila pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota

Bengkulu tersebut dibandingkan dengan resiko yang akan ditanggung

2. Manfaat ekonomi financial , artinya, pendirian cabang PT. BPR Maroba

Ite di Kota Bengkulu tersebut jika dijalankan mampu menunjukkan manfaat

makro bagi daerah dan negara. Hal ini bisa ditunjukkan dengan semakin

banyak tenaga kerja yang terserap, PDRB meningkat dan paramater

ekonomi makro lainnya.

3. Manfaat social artinya masyarakat sekitar lokasi tersebut merasa

memperoleh manfaat atas pendirian cabang PT. BPR Maroba Ite di Kota

Bengkulu yang dilakukan.

D. RUANG LINGKUP

Lingkup kegiatan pekerjaan atau proses Studi Kelayakan Pendirian Cbang

PT. BPR Maroba Ite di Kota Bengkulu secara garis besar terbagi menjadi 6 (enam)

tahapan yaitu :

a. Persiapan, yang akan meliputi persiapan teknis dan non-teknis.

b. Pengumpulan data, baik itu berupa data primer maupun data sekunder,

yang tersusun dalam bentuk kompilasi data baik data keuangan dan

sosial.

c. Analisis, yaitu kegiatan menganalisa data sebagai dasar penyusunan

rancangan rencana dan dimuat dalam bentuk analisa data.

d. Draft naskah studi kelayakan Pendirian Cbang PT. BPR Maroba Ite di

Kota Bengkulu yang siap dilakukan untuk dibawa pada diskusi

terbuka/seminar.

Page 7: Kelayakan Maroba Ite

e. Diskusi terbuka/seminar, dengan semua stakeholders untuk membahas

draft studi kelayakan Pendirian Cbang PT. BPR Maroba Ite di Kota

Bengkulu.

f. Laporan studi kelayakan Final, yang merupakan penyempurnaan

terhadap studi kelayakan Pendirian Cbang PT. BPR Maroba Ite di Kota

Bengkulu

Page 8: Kelayakan Maroba Ite

E. JADWAl KEGIATAN

Tabel 3.1. Jadwal KegiatanKegiata studi Kelayakan Peembanga dan Penidiran PT. BPR Maroba Ite di Kota Begkulu

NO

URAIANMinggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Persiapan

2 Pelaksanaan Survey

- Survey Kepustakaan/ Instansional

- Survey Lapangan

3 Penyusunan LHS

4 Analisis Kelayakan

5 Hasil Analisis, Proyeksi dan Pemetaan Sosial ekonomi

6 Pelaporan - Laporan Pendahuluan- Laporan Draft Akhir- Diskusi / Seminar Draft- Laporan Akhir dan Perbaikan

Page 9: Kelayakan Maroba Ite

Usulan Kegiatan :Kelayakan Pendirian BPR

Maroba Ite

F. RENCANA BIAYA

Dalam melaksankan kegiatan Studi kelayakan pendirian PT. BPR Maroba

Ite pembiayaan anggaran adalah sebagai berikut :

Uraian Kegiatan Satuan Harga Satuan

jumlah

Peralatan - Laptop- Ink Jet - Printer Canon- ATK- Komunikasi/Internet

1 Unit1 Box1 Unit

--

8.700.00250.000

1.200.000500.000

2.500.000

8.700.000250.000

1.200.000500.000

2.500.000

Sub Total 12.650.000Survai dan Transportasi

- Survay dan analisis Awal

- Survay dan analisis Final

- Transpor Lokal

3 x 23 x 210

1.500.0001.500.000

250.000

9.000.0009.000.0002.500.000

Sub Total 20.500.000Publikasi- Cetak Laporan Awal- Draft Perbaikan - Cetak Laporan Akhir- Seminar dan

Lokakarya

25 Buah10 Buah25 Buah

1 kali

200.000150.000250.000

7.500.000

5.000.0001.500.0006.500.0007.500.000

Sub Total 20.000.000Personal

- Honor Ketua Peneliti- Honor Anggota Peneliti- Surveyor- Staf dan Pengetikan- Fess Kelembagaan

1 org6 org3 org2 org

1 Lemb

5.000.0004.000.0002.000.0001.000.00010.000.00

0

5.000.00024.000.000

6.000.0002.000.000

10.000.000

Sub Total 47.000.000Total 100.150.000

Kelayakan Pendirian BPR Maroba ITE | 9