Post on 19-Nov-2015
description
PERILAKU PKL (PEDAGANG KAKI LIMA) DI KAWASAN
PERKANTORAN Studi Kasus : Koridor Jalan Kusumawardhani
Kelompok 3
Aryowibowo N.N. 21040111130053
Wahyu Nur Isnaini 21040111120003
Pratiwi Aulia K. 21040111130063
Istiqomah Tya Dewi P. 21040111130075
Avinda Norzistya 21040111140099
Puteri Rizqi Amelia 21040111140109
Jurike Winarendri 21040111140111
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
1
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan perekonomian suatu negara maupun daerah tidak terlepas dari aktivitas
perekonomian masyarakat, perekonomian tersebut terbentuk dari beberapa sektor usaha baik
sektor formal maupun sektor informal dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan yang
layak dalam memenuhi kebutuhan hidup serta untuk mensejahterakan anggota keluarganya.
Usaha kecil dalam perekonomian suatu negara memiliki peran yang penting dan strategis dalam
pembangunan struktur perekonomian nasional. Posisi usaha kecil dalam kancah pembangunan
ekonomi tidak lain adalah sekelompok aktor yang bersama-sama dengan usaha besar
menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Usaha kecil biasanya berbentuk usaha
informal dan tradisional, usaha ini antara lain petani penggarap, industri rumah tangga,
pedagang asongan, pedagang keliling, pemulung serta pedagang kaki lima dan berbagai usaha
lainnya.
Menurut Breman (1988), pedagang kaki lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh
masyarakat yang berpenghasilan rendah (gaji harian) dan mempunyai modal yang terbatas.
Dalam bidang ekonomi, pedagang kecil ini termasuk dalam sektor informal, di mana merupakan
pekerjaan yang tidak tetap dan tidak terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada
aturan hukum, hidup serba susah dan semi kriminil pada batas-batas tertentu. Swasono (1987)
mengatakan bahwa adanya sektor informal bukan sekedar karena kurangnya lapangan
pekerjaan, apalagi menampung lapangan kerja yang terbuang dari sektor informal akan tetapi
sektor informal adalah sebagai pilar bagi keseluruhan ekonomi sektor formal yang terbukti
tidak efisien.
Keberadaan pedagang kaki lima tersebut sangat berarti bagi masyarakat, khususnya
masyarakat yang berada di kawasan perkantoran terutama di koridor Jalan Kusumawardhani.
Hal ini dapat menunjukan bahwa sektor informal telah banyak mensubsidi sektor formal,
disamping sektor informal merupakan sektor yang efisien karena mampu menyediakan
kehidupan murah. Pada dasarnya suatu kegiatan sektor informal harus memiliki suatu lokasi
yang tepat agar dapat memperoleh keuntungan (profit) yang lebih banyak dari tempat lain dan
untuk mencapai keuntungan yang maksimal, suatu kegiatan harus seefisien mungkin
(Richardson, 1991). Kawasan perkantoran dianggap cukup strategis dan telah memicu
maraknya aktivitas perekonomian khususnya bagi kemunculan pedagang kaki lima. Pedagang
kaki lima mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen, karena menyediakan dan menjual
makanan, minuman dan barang-barang dengan harga murah. Di samping itu, pedagang kaki
lima turut serta menghiasi keramaian di pusat kota.sebagai pelaku di sektor informal yang
tumbuh di tengah-tengah masyarakat.
Sebagian besar pedagang kaki lima yang berada di kawasan perkantoran koridor Jalan
Kusumawardhani menjual makanan dan minuman yang memang menjadi kebutuhan bagi para
2
pekerja kantor. Pedagang kaki lima memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam menjalankan
kegiatan ekonominya. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2003). Perilaku pedagang kaki lima atau penjual ini ditunjukkan dan dilihat dari lokasi dan
waktu berjualan pedagang kaki lima di koridor tersebut. Terkadang perilaku pedagang kaki
lima kurang sesuai dengan aturan sehingga menyebabkan ketidakteraturan antara pola
aktivitas dan lingkungannya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya gerobak atau kedai
pedagang kaki lima yang berada di bahu jalan utama yang dapat menyebabkan kemacetan lalu
lintas dan gangguan pejalan kaki di koridor jalan tersebut. Kondisi tersebut juga mempengaruhi
perilaku pembeli di sekitar kawasan tersebut. pembeli yang sebagian besar pekerja di kawasan
perkantoran tersebut memilih berjalan kaki karena lokasi pedagang kaki lima yang dekat
dengan kantor. Namun bagi pembeli yang menggunakan kendaraan bermotor akan sulit
memarkirkan kendaraannya dan cenderung parkir sembarangan. Oleh karena itu, keberadaan
pedagang kaki lima yang tumbuh pesat merupakan bukti nyata kalau perkembangan kawasan
dapat mempengaruhi pertumbuhan kegiatan pendukung seperti pedagang kaki lima dan harus
direspons secara positif, sehingga para pedagang kaki lima bisa mencari nafkah, sedangkan
Pemerintah dan masyarakat sekitar nantinya juga diuntungkan dengan keberadaan pedagang
kaki lima.
B. RUANG LINGKUP WILAYAH AMATAN
Pada studi ini, wilayah yang dijadikan sebagai fokus amatan adalah koridor Jalan
Kusumawardhani. Koridor tersebut merupakan jalan yang berada di bagian timur wilayah
perkantoran Jalan Pahlawan. Area perkantoran ini berada di pusat Kota Semarang yang
memiliki banyak aktivitas dan kegiatan serta terdapat pemusatan kepadatan. Muncul sebuah
pola perilaku pedagang kaki lima karena dipengaruhi adanya aktivitas perkantoran Jalan
Pahlawan. Berikut adalah batas-batas dari wilayah amatan:
Utara : Jalan Imam Bardjo
Timur : Kantor Bank Indonesia
Barat : Area Perkantoran Jalan Pahlawan
Selatan : Makam Pahlawan Giri Tunggal
Perilaku pedagang kaki lima yang muncul pada koridor jalan ini cukup bervariatif dari
pagi hingga malam hari. Masing-masing pedagang kaki lima memiliki karakteristik yang
berbeda satu sama lain. Dimulai dari alasan pemilihan lokasi, waktu, hingga barang yang
diperjualbelikan. Keberadaan pedagang kaki lima juga dipengaruhi oleh keberadaan konsumen
yang mengakses lokasi tersebut. Agar mendukung penentuan batas wilayah amatan,
dicantumkan peta ruang lingkup sebagai berikut,
3
Sumber : Bappeda Jawa Tengah, 2010.
Gambar 1. Peta Wilayah Amatan Perilaku PKL Kawasan Perkantoran
C. HASIL AMATAN
Tabel I
Hasil Amatan Perilaku PKL Kawasan Perkantoran
No. Elemen Waktu Amatan
Pagi Siang Sore Malam
1. Setting Koridor Jl. Kusumawardhani
Koridor Jl. Kusumawardhani
Koridor Jl. Kusumawardhani
Koridor Jl. Kusumawardhani
2. Standing Pattern
Makan pagi Membeli makanan Menyiapkan
dagangan
Membeli makanan/minuman
Makan siang Nongkrong
(kedai/kafe minuman)
Membeli makanan/minuman
Makan siang
Membeli makanan/minuman
Makan malam Nongkrong,
mengobrol (PKL/kafe minuman)
3. Milieu Lingkungan perkantoran Jl. Kusumawardhani
Lingkungan perkantoran Jl. Kusumawardhani
Lingkungan perkantoran Jl. Kusumawardhani
Lingkungan perkantoran Jl. Kusumawardhani
4. Synomorphy
PKL sebagai aktivitas pendukung (activity support) dari aktivitas utama yang berfungsi sebagai kawasan perkantoran
PKL sebagai aktivitas pendukung (activity support) dari aktivitas utama yang berfungsi sebagai kawasan perkantoran
PKL sebagai aktivitas pendukung (activity support) dari aktivitas utama yang berfungsi sebagai kawasan perkantoran
PKL sebagai aktivitas pendukung (activity support) dari aktivitas utama yang berfungsi sebagai kawasan perkantoran
5. Spatio Temporal
Pagi hari pukul 07.00-10.00
Siang hari pukul 11.00-14.00
Sore hari pukul 15.00-18.00
Malam hari pukul 19.00-22.00
4
No. Elemen Waktu Amatan
Pagi Siang Sore Malam
6. Batas
Batas amatan yaitu Jl. Imam Barjo, Kantor PT. Telkom, dan Bank Indonesia
Batas amatan yaitu Jl. Imam Barjo, Kantor PT. Telkom, dan Bank Indonesia
Batas amatan yaitu Jl. Imam Barjo, Kantor PT. Telkom, dan Bank Indonesia
Batas amatan yaitu Jl. Imam Barjo, Kantor PT. Telkom, dan Bank Indonesia
7. Kecenderungan Perilaku
PKL hanya menyiapkan dagangannya
Bagi pembeli, cenderung membawa pulang makanan yang dibeli
PKL cenderung berjualan saat makan siang dengan jenis jualan makanan berat.
Pembeli cenderung membeli makanan bersama teman-teman dan makan di tempat
Bagi penjual, menjual barang dagangannya
Bagi pembeli, membeli makanan dan minuman
PKL juga ramai saat malam yang didominasi tenda angkringan.
Pembeli cenderung datang beramai-ramai dan menempati tempat yang sudah disediakan penjual
Sumber : Analisis Kelompok 3, 2015.
1) Behaviour Setting
a) Setting
Setting atau yang dimaksud dengan lokasi yang menjadi area pengamatan untuk
melihat perilaku pedagang kaki lima (PKL) kawasan perkantoran adalah berada di
koridor Jl. Kusumawardhani. Lokasi ini dipilih dikarenakan berada di antara kantor
Telkom dengan kantor Bank Indonesia serta berlokasi di pusat kota Semarang. Koridor
Jl. Kusumawardhani merupakan ruas jalan yang berada di sebelah timur kawasan
perkantoran Jalan Pahlawan. Letaknya yang berada di pusat kota dan terdapat
kepadatan aktivitas perkantoran serta terpisah dari jalan arteri sehingga Jalan
Kusumawardhani menjadi lahan potensial bagi para PKL untuk menjajakan
dagangannya.
b) Standing Pattern
Standing pattern adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh Pedagang Kaki Lima
(PKL) maupun pembeli. Pada pagi hari sekitar pukul 07.00 belum banyak PKL yang
buka, hanya ada dua penjual yang sudah buka yaitu penjual nasi kucing dan bubur
ayam. Sekitar pukul 08.00 terdapat penjual pecel yang mulai mempersiapkan
dagangan yang dijual. Sebagian besar PKL yang berada di area perkantoran ini menjual
makanan berat sejenis nasi, seperti nasi kucing, nasi pecel, bubur ayam, gado-gado,
soto, dan sebagainya. Biasanya PKL ramai ketika siang hari ketika jam makan siang.
Ada pembeli yang hanya membeli lauk, biasanya adalah perempuan dan tidak dimakan
ditempat. Untuk pembeli berjenis kelamin laki-laki yang masih muda biasanya
membeli di nasi kucing. Terdapat pembeli yang datang sendiri dan ada yang bersama-
5
sama dengan rekan kerja. Ketika malam hari, biasanya pembeli yang datang adalah
remaja laki-laki yang datang beramai-ramai untuk nongkrong.
Sumber : Dokumentasi Kelompok 3, 2015.
Gambar 2. Pedagang Kaki Lima yang menempati bahu jalan
c) Milieu
Milieu adalah lingkungan ruang pengamatan yang dilakukan. Dalam hal ini,
lingkungan ruang pengamatan yang dipilih adalah perilaku PKL dan pembeli di
kawasan perkantoran Bank Indonesia dan Telkom yang berada di koridor jalan
Kusumawardhani. Lokasi ini dipilih karena lokasinya yang berada di dekat
perkantoran dan lokasinya cukup strategis di pusat kota. PKL tersebut berjualan di
jalan di antara Bank Indonesia dan Telkom, selain itu jalan tersebut juga digunakan
untuk parkir pegawai Telkom. Pada koridor jalan ini terdapat PKL yang berjualan
beraneka jenis makanan berat seperti nasi pecel, gado-gado, sate, dan sebagainya. PKL
yang berjualan biasanya buka sekitar pukul 10.00 hingga malam, rata-rata pukul 23.00
tergantung jenis makanan yang dijual. Hanya terdapat beberapa kendaraan pembeli
yang parkir, karena sebagain besar pembeli adalah pegawai kantor sehingga cukup
berjalan kaki.
(a) (b)
6
(c) (d)
Sumber : Dokumentasi Kelompok 3, 2015.
Gambar 3. PKL yang menempati koridor Jl. Kusumawardhani (a) pagi hari; (b) siang hari;
(c) sore hari; dan (d) malam hari
d) Synomorphy
Identifikasi aktivitas pada kawasan dilakukan untuk mengetahui interaksi antar
komunitas dan hubungan akivitas dengan karakter fisik kawasan. Aktivitas-aktivitas
sosial masyarakat khususnya kawasan perkantoran dicatat melalui pengamatan
terhadap pedagang kaki lima. Melihat hasil identifikasi kawasan, terlihat karakter
masyarakat yang heterogen. Ada terdapat kelompok masyarakat dengan latar belakang
yang berbeda dan pola aktivitas yang berbeda. Mayoritas aktivitas yang dikerjakan
masyarakat dilakukan bersama. Ini terjadi pada kegiatan di fungsi komersial yaitu
pedagang kaki lima.
Hubungan aktivitas/kegiatan pedagang kaki lima yang berada di kawasan
perkantoran khususnya di koridor Jalan Kusumawardhani menempati ruang-ruang
publik sebagai aktivitas pendukung (activity support) dari aktivitas perkantoran yang
sudah ada. Pedagang Kaki Lima (PKL) di koridor Jalan Kusumawardhani menempati
sepanjang bahu jalan baik di kiri jalan maupun di kanan jalan. Umumnya PKL ini
menjajakan makanan berat seperti gado-gado, pecel, sate ayam, angkringan (nasi
kucing dan gorengan), soto ayam, dll. Alasan PKL berjualan di lokasi ini yaitu
mendekatkan pelanggan khususnya masyarakat perkantoran serta dekat dengan pusat
kota. Banyaknya PKL yang berjualan di koridor Jalan Kusumawardhani menyebabkan
lingkungan ini selalu ramai.
7
Sumber : Dokumentasi Kelompok 3, 2015.
Gambar 4. Pedagang Kaki Lima yang menempati bahu jalan
e) Spatio Temporal
Aktivitas yang ada di lingkungan koridor Jalan Kusumawardhani terbilang cukup
ramai. Aktivitas ini disebabkan oleh perilaku PKL yang berjualan di bahu jalan baik di
kiri jalan maupun kanan Jalan Kusumawardhani. Pemilihan waktu berjualan PKL
berbagai macam waktunya atau terbilang non-stop 24 jam. Ada beberapa PKL yang
hanya berjualan untuk di pagi hari maupun malam hari saja, ada juga yang berjualan
dari siang hari sampai malam hari, dan ada pula yang berjualan sampai makanannya
habis/terjual semua.
Pada pagi hari (07.00-10.00) hanya ada sedikit PKL yang berjualan. Biasanya PKL
pagi hari hanya menjajakan bsedikit variasi makanan seperti nasi bungkus, gorengan,
cemilan, minuman (susu, teh, kopi). Ini tentunya dikarenakan masyarakat perkantoran
jarang membeli pada pagi hari tetapi masih ada masyarakat yang bukan dari
perkantoran di kawasan sekitar koridor Jalan Kusumawardhani yang membeli.
Sumber : Dokumentasi Kelompok 3, 2015.
Gambar 5. PKL yang berjualan di pagi hari
8
Siang hari (11.00-14.00) merupakan waktu ramai PKL berjualan karena tepat
dengan jam makan siang. Masyarakat perkantoran banyak yang keluar untuk makan
siang dan tentunya ada yang memilih makan dekat dengan kantor sehingga koridor
Jalan Kusumawardhani terbilang ramai dengan aktivitas jual beli makanan. Variasi
makanan yang diperjualbelikan pun berbagai macam, seperti sate ayam, gado-gado,
pecel, soto ayam, angkringan.
Sumber : Dokumentasi Kelompok 3, 2015.
Gambar 6. PKL yang berjualan di siang dan sore hari
Malam hari (19.00-22.00) PKL yang berjualan mulai ada perubahan jualan. Ada PKL
yang tadinya sore hari jualan pecel dan nasi rames kalau malam hari berjualan kerang
rebus. PKL yang berada di belakang Kantor Telkom ini memilih waktu malam hari
karena lokasi pintu belakang perkantoran sehingga baru buka setelah aktivitas
perkantoran berakhir. Aktivitas PKL malam hari di koridor Jalan Kusumawardhani
cukup ramai dan biasanya ada masyarakat yang sekedar duduk lesehan di PKL
angkringan. Salah satu PKL yang berada di belakang Kantor Telkom mengatakan
bahwa sekitar pukul 20.00-00.00 WIB adalah waktu teramai datangnya pembeli.
9
Sumber : Dokumentasi Kelompok 3, 2015.
Gambar 7. PKL yang berjualan di malam hari
f) Batas
Pengamatan perilaku PKL (Pedagang Kaki Lima) dalam menempati ruang-ruang
publik perkotaan khususnya di kawasan perkantoran mengambil lokasi di koridor
Jalan Kusumawardhani. Perilaku yang ada di lokasi ini perlu diketahui batas lokasi
amatannya agar ruang aktivitas PKL pada kawasan perkantoran dapat teridentifikasi
secara jelas. Batas lokasi pengamatan dapat dilihat sebagai berikut :
Sumber: Analisis Kelompok 3, 2015.
Gambar 8. Batas Lokasi Amatan Perilaku PKL
g) Kecenderungan Perilaku
Hasil amatan perilaku PKL di koridor Jalan Kusumawardhani yang dilakukan pada
aktivitas pagi, siang, sore, dan malam dapat dilihat kecenderungan perilaku PKL dan
pembeli yang menempati ruang publik tersebut. Kecenderungan perilaku PKL
10
(penjual) di koridor Jalan Kusumawardhani memulai jualannya sekitar pukul 11.00
atau pukul 12.00, hal ini karena bertepatan dengan jam makan siang di kawasan
perkantoran. Jenis jualannya pun mayoritas berupa makanan berat seperti nasi
bungkus, pecel, sate, gado-gado dan minuman (es teh, kopi dll). Namun ada pula yang
berjualan mulai dari pukul 18.00 sampai tengah malam, yang berjualan pada waktu
malam hari ini biasanya merupakan tenda-tenda angkringan sebagai tempat
nongkrong setelah melakukan aktivitas kantor selama seharian. Para penjual ini
menempati ruang di pinggiran koridor Jalan Kusumawardhani alasan pemilihan
tempat karena menurut para penjual tempat tersebut strategis dekat daerah
perkantoran dan Simpang Lima.
Perilaku pembeli yang ada juga memiliki kecenderungan dimana pembeli ini
memilih membeli makanan di tempat tersebut karena harganyanya yang tergolong
murah dan tidak jauh dari tempat bekerja. Penjual yang dipilih untuk dibeli
makanannya yaitu yang sudah terbiasa membeli di si penjual tersebut atau yang
terdapat tempat duduk kosongnya. Para pembeli ini mayoritas membeli bersama
dengan teman-teman kantor supaya bisa ngobrol saat menunggu makanan atau selama
makan. Jenis yang dibeli merupakan makanan berat untuk makan siang seperti nasi
bungkus, pecel dll atau sekedar minum kopi di saat jam istirahat.
2) Karakteristik Pedagang Kaki Lima (PKL)
Pada koridor Jalan Kusumawardhani terdapat beberapa pedagang kaki lima yang
memiliki karakteristik berbeda. Masing-masing pedagang kaki lima memiliki alasan
dimulai dari dari pemilihan lokasi, waktu, hingga bentuk dagangan yang diperjualbelikan.
Alasan tersebut juga dipengaruhi oleh ragam aktivitas yang ada di koridor Jalan
Kusumawardhani. Aktivitas yang ada pun berbeda di tiap setting waktunya. Agar dapat
diketahui bentuk karakteristik dari pedagang kaki lima di koridor Jalan Kusumawardhani,
dapat dengan melihat tabel di bawah ini :
Tabel II
Karakteristik PKL Jl. Kusumawardhani
No. Setting Waktu Karakteristik PKL
1. Pagi
Aktivitas perdagangan di mulai pukul 07.00 10.00 Menjajakan dagangan berupa makanan ringan dan minuman
yang dikonsumsi untuk sarapan Target konsumen adalah pegawai di wilayah perkantoran Harga barang dagangan relatif murah dan terjangkau untuk
karyawan kantor
2. Siang Aktivitas perdagangan di mulai pukul 11.00 14.00 Dagangan berupa makanan yang cukup berat dan digunakan
untuk konsumsi makan siang di saat jam istirahat kantor
11
No. Setting Waktu Karakteristik PKL
Harga barang dagangan relatif murah dan terjangkau untuk karyawan kantor
3. Sore
Aktivitas perdagangan di mulai pukul 15.00 18.00 Target konsumen tidak hanya pegawai tetapi juga masyarakat
yang pulang dari aktivitas sehari-hari Harga barang dagangan relatif murah dan terjangkau
4. Malam
Aktivitas perdagangan di mulai pukul 19.00 22.00 Target konsumen sudah bukan pegawai di wilayah
perkantoran tetapi masyarakat secara umum Kegiatan perdagangan dimulai setelah aktivitas perkantoran
berakhir Dagangan berupa makanan ringan hingga makanan berat
dengan harga yang relatif murah Sumber: Analisis Kelompok 3, 2015.
Melalui tabel di atas maka dapat diketahui terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan karakteristik pedagang kaki lima di koridor Jalan Kusumawardhani. Masing-
masing pedagang memiliki pertimbangan di dalam menjajakan dagangannya berdasarkan
waktu yang dipilih. Hal itu dikarenakan bentuk aktivitas yang muncul disekitar area
koridor Jalan Kusumawardhani. Pemilihan lokasi pedagang kaki lima di Jalan
Kusumawardhani pun berbeda-beda berdasarkan pemilihan waktunya. Sebaran titik
lokasi pedagang kaki lima di Jalan Kusumawardhani berdasarkan setting waktu dapat
dilihat melalui peta berikut.
12
Sumber: Survei Kelompok 3, 2015.
Gambar 9. Peta Sebaran Lokasi Pedagang Kaki Lima Jl. Kusumawardhani
Jika melihat pola persebaran pemilihan lokasi pedagang kaki lima, seperti tidak terlihat
pola khusus yang menunjukkan kecenderungan pemilihan lokasi. Tetapi sesungguhnya
terdapat bentuk pola pemilihan di dalam menentukan lokasi oleh pedagang kaki lima.
Seperti pada PKL yang buka pada jam pagi, memilih di dekat persimpangan jalan yang
berada di dekat kompleks Bank Indonesia dan Kantor Telkom karena lokasi tersebut
berada di akses utama bagi karyawan dan pegawai kantor yang menuju lokasi kerja.
Sehingga PKL memilih lokasi tersebut karena jam pagi dan pergerakan karyawan yang
mempengaruhi lokasi penempatannya.
Pola yang sama muncul lagi di sore hari, hal itu juga dipengaruhi oleh aktivitas
karyawan yang baru saja selesai bekerja. Berbeda dengan siang dan malam hari,
pemilihan lokasi PKL dikarenakan mereka sudah lama menempati area tersebut. Sehingga
sudah memiliki pelanggan tetap yang akan mengakses lokasi tersebut meskipun tidak
mengikut pengaruh setting waktu dan aktivitas yang ada. Masing-masing pedagang kaki
lima memiliki alasan dan pertimbangan dalam menjual dagangannya, sehingga
memunculkan karakteristik ruang yang berbeda pula.
13
3) Karakteristik Pembeli
Pembeli yang ada di koridor Jalan Kusumawardhani memiliki karakteristik dalam
memilih PKL yang akan dibeli barang dagangannya. Karena PKL yang menjadi obyek
berada di kawasan perkantoran, mayoritas pembeli merupakan dewasa yaitu para
pekerja kantoran dan beberapa terdapat juga remaja, dilihat dari lokasinya yang dekat
dengan kawasan pendidikan Undip dan Simpang Lima. Jarang bahkan tidak ada pembeli
yang masih anak-anak. Berikut karakteristik pembeli selama waktu amatan pagi, siang,
sore dan malam di PKL koridor Jalan Kusumawardhani.
Tabel III
Karakteristik Pembeli
No. Perilaku Laki-Laki Perempuan
Anak-Anak
Remaja Dewasa Anak-anak
Remaja Dewasa
1. Pemilihan Tempat Duduk
- Berdasarkan tempat yang kosong
Berdasarkan tempat yang kosong
-
Berdasarkan tempat yang kosong dan tidak ramai pembeli
Berdasarkan tempat yang terlihat nyaman, bersih dan terdapat tempat duduknya
2. Lama Kunjungan
- 1 jam 1-2 jam - 1 jam 1 jam
3. Barang yang Dibeli
-
Biasanya di tempat angkringan seperti nasi kucing, gorengan, kopi dll
Makanan berat (nasi bungkus, pecel, dll), gorengan dan kopi
-
Biasanya di tempat angkringan seperti gorengan dan minuman seperti es teh. Terdapat juga yang membeli makanan berat seperti pecel dan gado-gado.
Makanan berat (nasi bungkus, pecel, soto dll) dan minuman
4. Waktu Berkunjung
- Sore dan malam hari
Siang hari (jam makan siang) dan malam hari (selesai jam kantor)
- Sore hari Siang hari ketika jam makan siang
5. Alur Pergerakan
- Sepanjang koridor Jl. Kusumawardhani
Sepanjang koridor Jl. Kusumawardhani
- Sepanjang koridor Jl. Kusumawardhani
Sepanjang koridor Jl. Kusumawardhani
Sumber: Analisis Kelompok 3, 2015.
4) Keterkaitan Aktivitas PKL dan Pembeli
Keterkaitan aktivitas pedagang kaki lima dan pembeli yang berada di koridor Jalan
Kusumawardhani ini dapat dilihat dari karakteristik pembelinya. Jika pembeli merupakan
karyawan atau pegawai kantor maka aktivitas PKL adalah warung makan yang menjual
makanan dan minuman terjangkau yang diperlukan pegawai untuk kebutuhan sarapan
14
atau makan siang. Sedangkan apabila karakteristik pembeli sebagian besar adalah
mahasiswa atau remaja maka aktivitas PKL menjual makanan dan minuman ringan
seperti kafe, kucingan, kedai makanan dan minuman ringan dengan harga terjangkau.
Apabila pembeli adalah keluarga yang terdiri dari beberapa orang maka aktivitas PKL
berupa rumah makan dengan luas dan jumlah tempat duduk yang luas.
Keterkaitan aktivitas pedagang kaki lima dan pembeli juga dapat dilihat dari dimensi
waktu dan ruang. Pada siang hari aktivitas jual beli PKL berbeda dengan malam hari. pada
Pada siang hari, aktivitas PKL menjual dagangan makan siang untuk pembeli yang
sebagian besar pegawai perkantoran sedangkan pada malam hari aktivitas PKL
cenderung berjualan makanan ringan karena karakteristik pembelinya lebih heterogen
dan didominasi oleh para kaum muda. Pedagang kaki lima akan cenderung berjualan di
lokasi yang dekat dengan perkantoran dan jalan utama. Semakin banyak pegawai di lokasi
tersebut maka semakin banyak aktivitas PKL yang berkembang.
Sumber : Dokumentasi Kelompok 3, 2015.
Gambar 10. Keterkaitan Aktivitas PKL dengan Pembeli
Aktivitas pedagang kaki lima juga terkadang berhubungan dengan preferensi pembeli.
Pembeli lebih suka membeli makanan yang biasa dimakan setiap hari seperti nasi dan
lauk. Pembeli juga cenderung memilih tempat makan yang murah/terjangkau, bersih dan
luas. Oleh karena itu, aktivitas pedagang kaki lima berusaha menyediakan pelayanan bagi
pembeli sesuai apa yang diinginkan dalam hal penyediaan tempat serta makanan dan
minuman ayng dijual.
Berdasarkan hal tersebut maka semakin banyak pembeli atau penghuni di koridor
tersebut maka semakin banyak aktivitas pedagang kaki lima yang tumbuh. Selain itu, jenis
kegiatan atau aktivitas pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh pembeli dari segi
jumlah , preferensi dan karakteristik pembeli yang berada di kawasan tersebut.
15
D. KESIMPULAN
Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) tersebut sangat berarti bagi masyarakat,
khususnya masyarakat yang berada di kawasan perkantoran terutama di koridor Jalan
Kusumawardhani. Hal ini dapat menunjukan bahwa sektor informal telah banyak mensubsidi
sektor formal, disamping sektor informal merupakan sektor yang efisien karena mampu
menyediakan kehidupan murah. Terdapatnya kegiatan PKL di kawasan koridor jalan sebelah BI
dan Telkom ini disebabkan beberapa hal. Hal tersebut karena adanya konsumen dan kurangnya
penegakan peraturan yang ada. Fungsi jalan yang ada juga menurun karena selain digunakan
sebagai kawasan bagi para PKL, juga digunakan oleh parkir kendaraan roda empat bagi para
pegawai yang bekerja.
Hubungan aktivitas/kegiatan pedagang kaki lima yang berada di kawasan perkantoran
khususnya di koridor Jalan Kusumawardhani menempati ruang-ruang publik sebagai aktivitas
pendukung (activity support) dari aktivitas perkantoran yang sudah ada. Umumnya PKL ini
menjajakan makanan berat seperti gado-gado, pecel, sate ayam, angkringan (nasi kucing dan
gorengan), soto ayam, dll. Alasan PKL berjualan di lokasi ini yaitu mendekatkan pelanggan
khususnya masyarakat perkantoran serta dekat dengan pusat kota. Perbedaan jam juga
mempengaruhi jenis barang/makanan yang dijajakan. Seperti halnya pada pagi hari berjualan
seperti nasi bungkus, gorengan, cemilan dan minuman. Pada siang hari yang dijual berupa
makanan berat, begitu pua pada sore hari. Pada malam hari ada yang berjualan makanan berat
dan ada pula yang berjualan makanan ringan dan minuman. Aktivitas PKL malam hari di
koridor Jalan Kusumawardhani cukup ramai dan biasanya ada masyarakat yang sekedar duduk
lesehan di PKL angkringan.
Perbedaan jenis jualan yang dijajakan juga dipengaruhi oleh perilaku pembeli tu sendiri.
Perilaku pembeli yang ada juga memiliki kecenderungan dimana pembeli ini memilih membeli
makanan di tempat tersebut karena harganya yang tergolong murah dan tidak jauh dari tempat
bekerja. Para pembeli ini mayoritas membeli bersama dengan teman-teman kantor supaya bisa
ngobrol saat menunggu makanan atau selama makan. Jenis yang dibeli merupakan makanan
berat untuk makan siang seperti nasi bungkus, pecel, atau sekedar minum kopi di saat jam
istirahat.
Akibat dari adanya perilaku pembeli ini, maka perilaku penjual (PKL) akan
menyesuaikannya. Masing-masing pedagang kaki lima memiliki alasan dimulai dari dari
pemilihan lokasi, waktu, hingga bentuk dagangan yang diperjualbelikan. Alasan tersebut juga
dipengaruhi oleh ragam aktivitas yang ada di koridor Jalan Kusumawardhani. Aktivitas yang ada
pun berbeda di tiap setting waktunya. Pemilihan lokasi juga menjadi salah satu pengaruhnya.
Perbedaan status dan jenis kelamin juga mempengaruhi perilaku pembeli.
16
Keterkaitan aktivitas pedagang kaki lima dan pembeli juga dapat dilihat dari dimensi
waktu dan ruang. Pada siang hari aktivitas jual beli pedagang kaki lima berbeda dengan malam
hari. pada Pada siang hari, aktivitas pedagang kaki lima menjual dagangan makan siang untuk
pembeli yang sebagian besar pegawai perkantoran sedangkan pada malam hari aktivitas
pedagang kaki lima cenderung berjualan makanan ringan karena karakteristik pembelinya lebih
heterogen dan didominasi oleh para remaja. Aktivitas pedagang kaki lima juga terkadang
berhubungan dengan preferensi pembeli.