Post on 08-Aug-2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan fisik yang dibutuhkan manusia , berbeda antara
manusia yang satu dengan manusia yang lain. Begitu pula dengan ibu
hamil, ada banyak kebutuhan fisik yang dibutuhkan pada ibu hamil,
diantaranya adalah kebutuhan nutrisi, personal hygine, dan lain
sebagainya.
Dalam masa kehamilan , calon ibu membutuhkan dukungan
penuh, sosial, spiritual dan kesehatan, bagi kesejahteraan dia dan calon
bayinya. Hal penting dalam masa kehamilan yang harus untuk
diperhatikan adalah imunisasi dan travelling. Imunisasi yang umumnya
diberikan pada ibu hamil adalah imunisasi TT, sementara travelling ,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan demi keselamatan ibu dan
bayinya.
Oleh karena itu, kami sebagai mahasiswa kebidanan harus
mempelajari tentang kebutuhan imunisasi dan travelling pada ibu hamil.
Agar saat terjun di masyarakat kami dapat memberikan asuhan dan
pendidikan kesehatan yang tepat bagi para calon ibu.
B. Rumusan Masalah
1. Apayang dimaksud dengan kebutuhan imunisasi pada ibu hamil ?
2. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan fisik travelling pada ibu
hamil?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memenuhi tugas mata kuliah Askeb Kehamilan.
1
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui maksud dari kebutuhan imunisasi pada ibu hamil.
b. Mengetahui maksud dari kebutuhan fisik travelling pada ibu
hamil.
D. Manfaat
Manfaat yang akan diperoleh setelah membaca makalah ini adalah ,
pembaca akan lebih mengetahuikebutuhan fisik immunisasi travelling
pada ibu hamil.
E. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas tentang kebutuhan fisik immunisasi
travelling pada ibu hamil, indikasi dan kontraindikasi dilakukannya
immunisasi pada kehamilan.
F. Metode
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode studi pustaka.
Penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dari buku referensi dan
membacanya secara intensif pada bagian yang akan disusun dalam
pembuatan makalah ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Fisik Imunisasi Pada Ibu Hamil
Kehamilan bukan saat untuk memulai program imunisasi terhadap
berbagai penyakit yang dapat dicegah. Setiap bahan (atau setiap kontak
dengan mikroorganisme) yang dapat menaikkan suhu tubuh dengan
tajam harus dihindari. Vaksinasi rubela, tifoid, dan influenza tidak
diberikan selama kehamilan karena kemungkinan adanya akibat yang
membahayakan janin.
Perlindungan terhadap polio dapat diberikan jika wanita tersebut
belum pernah divaksin. Vaksin tetanus harus diberikan pada wanita
hamil untuk mencegah kemungkinan tetanus neonaturum.
Ada beberapa pertimbangan tentang keamanan berbagai teknik
imunisasi selama masa hamil (Barry, Bia, 1989; Cunninghamet al,
1993). Imunisasi menggunakan virus hidup yang dilemahkan
dikontraindikasikan selama kehamilan karena berpotensi teratogenik.
Vaksin menggunakan virus yang telah dimatikan boleh digunakan.
Vaksin virus hidup mencakup virus campak (rubeola dan rubela)
(Burgess, 1990) dan vaksin gondong. Ada beberapa wanita
membutuhkan imunisasi yerhadap influenza. Untuk proteksi segera
setelah terpapar, bisa dipakai vaksin polio yang dimatikan. Imunisasi
terhadap kolera, tifoid, dan poliomielitis diperlukan bila ibu hamil harus
mengadakan perjalanan ke daerah endemik. Tokosoid tetanus atau imun
globulin varisela boleh diberikan, bila perlu.
Pada saat kunjungan ANC, tanyakan apakah ibu hamil pernah
mendapat suntikan tetanus toksoid (TT). Bila sudah, tanyakan kapan
diperolehnya. Ibu hamil yang belum penuh mendapat TT, pada
kehamilan sebelumnya atau pada waktu akan menjadi pengantin, maka
perlu mendapat dua kali suntikan Ttdengan jarak minimal satu bulan.
TT yang pertama diberikan pada kunjungan antenatal yang pertama.
Bila sudah pernah, maka cukup diberikan sekali selama kehamilan.
3
Suntikan TT melindungi ibu dan bayinya dari penyakit tetanus
neonatorum.
Terutama imunisasi tetanus toksoid untuk melindungi bayi terhadap
penyakit tetanus neonatorum. Imunisasi dilakukan pada trimester I/II
pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu. Lakukan
penyuntikan secara IM (intramuskular) dengan dosis 0,5mL. Imunisasi
yang lain diberikan sesuai indikasi (Lily Yulaikhah, 2009).
B. Kebutuhan Fisik Travelling Pada Ibu Hamil
Walaupun perjalanan itu sendiri bukanlah penyebab abortus atau
persalinan prematur, tetap direkomendasikan tindakan kewaspadaan
tertentu. Ibu hamil yang tidak menggunakan sabuk pengaman di dalam
kendaraan merisikokan keselamatan bayi dan dirinya sendiri. Kematian
ibu akibat cedera merupakan penyebab paling umum kematian janin
(Crosby, 1983). Penyebab umum kedua ialah separasi plasenta. Kontur
tubuh berubah akibat kekuatan benturan. Rahim sebagai organ berotot
dapat beradaptasi untuk menyesuaikan bentuk tubuh. Plasenta kurang
dapat menyesuaikan diri, sehingga terjadi separasi plasenta. Pemakaian
sabuk pengaman, sabuk pengaman baik di pinggang maupun di bahu,
harus dikenakan. Sabuk di pinggang harus dikenakan agak rendah, yaitu
di sekitar pangkal paha dan regangan senyaman mungkin. Sabuk bahu
harus dikenakan di atas rahim wanita hamil dan di bawah leher untuk
menghindari cedera. Wanita hamil harus duduk dengan posisi tegak.
Sandaran kepala harus dipakai untuk menghindari cedera benturan.
Pada dataran tinggi, kadar oksigen yang rendah dapat
menyebabkan hipoksia janin, terutama bila wanita tersebut anemia
(Barry, Bia, 1989). Ibu hamil yang melakukan banyak perjalanan
memiliki kemungkinan mengalami kecelakaan yang serius dan
kemungkinan tidak mendapat perawatan maternitas yang baik. Selain
itu, rasa letih dan tegang, perubahan kebiasaan sehari-hari, dan
makanan yang dikonsumsi sepanjang perjalanan yang panjang tidak
menguntungkan.
4
Apabila perjalanan panjang tidak dapat dihindari, maka perjalanan
ini sebaiknya dilakukan dengan menumpang pesawat. Menurut
peraturan penerbangan di Amerika Serikat, ibu hamil pada bulan
terakhir kehamilannya tidak diperbolehkan naik pesawat tanpa surat
dari tenaga kesehatan. Kebanyakan maskapai penerbangan dari luar
negeri hanya memperbolehkan ibu hamil menumpang pesawat sampai
usia kehamilan 35 minggu. Perjalanan udara itu sendiri memiliki risiko
bahaya yang kecil. Magnetometer yang digunakan di bagian keamanan
pelabuhan udara tidak membahayakan janin. Duduk diam di kursi untuk
waktu yang lama dapat meningkatkan risiko tromboflebitis superfisial
atau tromboflebitis dalam. Untuk mengurangi risiko ini, ibu hamil
dianjurkan berjalan-jalan selama 15 menit setiap satu jam.
Apabila berpergian jauh, jadwalkan waktu untuk melakukan
gerakan bebas dan beristirahat. Sambil duduk, ibu hamil dapat
melakukan latihan napas dalam, memutar-mutar kaki, dan secara
bergantian mengencangkan dan melemaskan otot di bagian tubuh yang
berlainan. Hindari keletihan.
Banyak wanita hamil mengalamai rasa tidak bebas bila berpergian
naik kendaraan. Mereka merasa takut akan keselamatan bayinya yang
belum lahir (Pendekatan Pengajaran). Berikut ini adalah pendekatan
pengajaran yang dapat dilakukan demi keamanan saat travelling selama
masa hamil :
Adaptasi maternal terhadap kehamilan meliputi relaksasi sendi,
perubahan pusat titik berat, terjadinya pingsan, dan rasa tidak nyaman.
Masalah koordinasi dan keseimbangan sering timbul. Oleh karena itu,
ibu hamil harus memperhatikan petunjuk berikut ini:
1. Gunakan mekanika tubuh yang baik
2. Gunakan alat pengaman kendaraan; sabuk pengaman, sabuk bahu,
dan sandaran kepala, kaca mata pelindung, helm, dan alat lain yang
tersedia.
5
3. Hindari aktivitas yang membutuhkan koordinasi, keseimbangan,
dan konsentrasi.
4. Upayakan untuk beristirahat, susun jadwal baru untuk aktivitas
harian yang memungkinkan ibu hamil mendapat cukup istirahat
dan relaksaisi.
5. Perkembangan embiro dan janin sangat mudah dipengaruhi zat
teratogen lingkungan. Banyak senyawa kimia berbahaya di dalam
rumah, kebun, dan tempat pekerjaan: cairan pembersih, cat, cairan
semprot, herbisida, dan pestisida. Tanah dan air yang tersedia
kemungkinan juga tidak aman. Oleh karena itu, ibu hamil harus
mematuhi pedoman beerikut :
a. Baca semua label untuk mengetahui isi suatu barang dan cara
penggunaan yang benar.
b. Usahakan cukup ventilasi udara bersih
c. Buang sampah dengan baik
d. Kenakan sarung tangan saat bekerja menggunakan bahan
kimia
e. Pindah ke bagian lain atau pindah pekerjaan bila perlu
f. Hindari tempat-tempat yang tinggi (bukan di dalam pesawat
yang tekanan udaranya diatur), yang dapat membutuhkan
oksigen.
Wanita hamil harus berhati-hati dalam membuat rencana perjalanan
yang cenderung lama atau melelahkan. Duduk diam untuk waktu yang
lama dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengakibatkan
gangguan sirkulasi serta edema tungkai karena tergantung. Sabuk
pengaman pada kendaraan harus dikenakan tanpa menekan bagian perut
yang menonjol.
Bepergian juga menimbulkan masalah lain. Biasanya perjalanan
jauh akan meletihkan dan asupan makanan serta minuman cenderung
berbeda dengan yang biasa dialami. Konstipasi atau diare terjadi dalam
perjalanan, dan jugadengn berada ditempat lain, terdapat ketidakpastian
dalam memperoleh pelayanan medic yang memuaskan.
6
Dilain pihak, pasangan suami-isteri mungkin merasa bahwa saat ini
merupakan kesempatan terakhir bagi mereka untuk dapat bepergian
dengan bebas dan kesempatan ini tidak akan mereka peroleh selama
beberapa tahun mendatang karena sesudah itu mereka akan terikat
dengan berbagai pembatasan dan persoalan yang berhubungan dengan
bayi. Jelas tidak diragukan bahwa bentuk liburan semacam ini yang
memberikan suasana tenang, udara bersih, makanan yang lezat,
olahraga yang menyenangkan dan banyak istirahat, sangat bermanfaat
bagi pasangan yang menantikan kehadiran puteranya. Berikut ini adalah
tips ringkas , bagi wanita hamil yang akan berpergian atau travelling :
a. Jangan terlalu lama dan melelahkan
b. Duduk lama-statis vena (vena stagnasi) menyebabkan
tromboflebitis dan kaki bengkak.
c. Berpergian dengan pesawat udara boleh, tidak ada bahaya
hipoksia, dan tekanan udara oksigen yang cukup dalam
pesawat udara(Lily Yulaikhah, 2009).
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehamilan bukan saat untuk memulai program imunisasi
terhadap berbagai penyakit yang dapat dicegah. Setiap bahan (atau
setiap kontak dengan mikroorganisme) yang dapat menaikkan suhu
tubuh dengan tajam harus dihindari. Vaksinasi rubela, tifoid, dan
influenza tidak diberikan selama kehamilan karena kemungkinan
adanya akibat yang membahayakan janin.
Wanita hamil harus berhati-hati dalam membuat rencana
perjalanan yang cenderung lama atau melelahkan. Duduk diam untuk
waktu yang lama dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan
mengakibatkan gangguan sirkulasi serta edema tungkai karena
tergantung. Sabuk pengaman pada kendaraan harus dikenakan tanpa
menekan bagian perut yang menonjol.
Bepergian juga menimbulkan masalah lain. Biasanya perjalanan
jauh akan meletihkan dan asupan makanan serta minuman cenderung
berbeda dengan yang biasa dialami. Konstipasi atau diare terjadi dalam
perjalanan, dan jugadengn berada ditempat lain, terdapat ketidakpastian
dalam memperoleh pelayanan medic yang memuaskan.
B. SARAN
Diharapkan dengan mempelajari makalah ini kita dapat lebih
memperhatikan dan mengetahui cara memberikan pendidikan kesehatan
dan memberikan asuhan yang tepat bagi ibu hamil.
8
DAFTAR PUSTAKA
Yulaikhah, Lily. 2009. Kehamilan : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
M. Kriebs, Jan, Carolyn L. Gegor. 2009. Buku Saku Asuhan Kebidanan
Varney Edisi 2. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC
Maryanah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
A. Wijiyarini,Maria, Peter I. Anugerah. 1996. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Farrer, Helen. 1996. Perawatan Maternitas (Maternity Care) Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
9
LAMPIRAN
A. Bagan Imunisasi Pada Ibu Hamil
Vaksin Pertimbangan
PenggunaanJi
ka Ada
Indikasi
Dikontraindikasi Keterangan
Hepatitis A Keamanan dalam
kehamilan tidak
diketahui; secara teoritis
risikonya rendah
Pada wanita yang
berisiko tinggi terpajan
hepatitis A harus
dipertimbangkan antara
risiko terinfeksi virus
tersebut dengan risiko
vaksinasi
Hepatitis B X Direkomendasikan untuk
wanita hamil dan
menyusuhi yang berisiko
terinfeksi virus hepatitis
B
Influenza
(Inaktif)
X Wanita yang hamil ketika
musim influenza harus
divaksinasi pada
trimester berapa pun
Influenza
(LAIV)
X Gunakan vaksin
influenza inaktif pada
kehamilan
Campak X Lihat keterangan Rubela
Gondong X Lihat keterangan Rubela
10
Pneumokok
us
Keamanan pada trimester
pertama belum
dievaluasi, namun tidak
ada efek merugikan
dilaporkan pada bayi
baru lahir yang ibunya
divaksinasi ketika hamil
Polio (IPV) Berdasarkan teori,
vaksinasi pada wanita
hamil harus dihindari.
Apabila berisiko
terinfeksi, IPV dapat
diberikan.
Rubela X Vaksin MMR tidak boleh
diberikan kepada wanita
hamil. Secara teoritis,
risiko pada hamil tidak
dapat dihindarkan. Oleh
karena itu, wanita harus
diberi konseling untuk
mencegah kehamilan
pada 28 hari setelah
vaksinasi. Jika wanita
hamil divaksinasi, atau ia
kemudian hamil dalam
empat minggu setelah
vaksinasi MMR, berikan
konseling mengenai
kemungkinan efeknya
pada janin yang teoritis;
namun, vaksinasi MMR
pada kehamilan bukan
11
alasan untuk mengakhiri
kehamilan
Tetanus /
Difteri
X Toksoid tetanus
dandifteri (Td)
diindikasikan secara rutin
bagi wanita hamil
Wanita hamil yang sudah
divaksinasi Td dan belum
divaksinasi lagidalam 10
tahun terakhir harus
mendapat dosis booster
Varisela X Efek pada janin tidak
diketahui. Oleh karena
itu, wanita hamil tidak
boleh divaksinasi.
Wanita tidak hamil harus
mencegah kehamilan
dalam satubulan.
Anggota keluarga wanita
hamil tidak ada
kontraindikasi untuk
divaksinasi. Apabila
wanita hamil divaksinasi
atau ia kemudian hamil
dalam kurun waktu
empat minggu, berikan
konseling tentang
kemungkinan efek pada
janin secara toeritis.
Vaksinasi varisela pada
kehamilan bukan alas an
umum untuk mengakhiri
12
kehamilan. Pada wanita
hamil yang rentan dan
telah terpajan, pemberian
VZIG [Varicella Zoster
Immune Globulin] harus
benar-benar
dipertimbangkan manfaat
dan risikonya.
Antraks Penelitian tentang
penggunaan vaksin
antraks pada kehamilan
belum ada yang
diterbitkan. Vaksinasi
antraks diberikan jika
manfaat yang diperoleh
melebihi risikonya pada
janin.
BCG X Meskipun vaksin BCG
tidak menimbulkan efek
berbahaya bagi janin,
penggunaanya tidak
dianjurkan selama
kehamilan
Japanese
Encephalitis
(JE)
Tidak ada data spesifik
tentang keamanan vaksin
JE pada kehamilan.
Secara teoritis, vaksinasi
berisiko bagi janin. Oleh
karena itu, vaksinasi
tidak boleh diberikan
secara rutin selama
kehamilan. Wanita hamil
13
yang melakukan
perjalanan ketempat yang
berisiko tinggi JE harus
divaksinasi jika risiko
infeksi pada janin dan
ibu melebihi risiko
teoritis.
Meningoko
kus
X Vaksin terbukti aman dan
efektif jika diberikan
kepada wanita hamil.
Rabies X Perjalanan rabies yang
tidak ditangani secara
adekuat akan berakibat
fatal. Vaksinasi rabies
tidak menyebabkan
abnormalitas janin. Oleh
karena itu, profilaksis
paska pajanan
diindikasikan pada
kehamilan.
Tifoid
(Parental
dan Ty21a)
X Tidak ada laporan
tentang penggunaan
salah satu diantara tiga
vaksin tifoid pada wanita
hamil.
Vaksinia
(Variola )
Vaksin vaksinasia tidak
boleh diberikan secara
rutin kaepada wanita
hamil. Vaksin ini dapat
diketahui dapat
menyebabkan
malformasi kongenital,
14
namun dilaporkan dapat
menyebabkan infeksi
janin kendati jarang, dan
infeksi tersebut terjadi
hampir selalu setelah
vaksinasi primer pada
ibu. Wanita hamil yang
jelas terpajan virus
variola (mis, wajah-ke-
wajah, dalam rumah, atau
kontak dekat dengan
pasien variola) harus
divaksinasi. Inveksi
variola pada wanita
hamil dapat
mengakibatkan infeksi
yang lebih berat dari
pada infeksi pada wanita
tidak hamil. Risiko
akibat variola klinis pada
ibu dan janin jauh lebih
besardari pada risiko
vaksinasi.
Demam
kuning
Keamanan vaksinasi
demam kuning selama
kehamilan belum
dipastikan. Berikan
hanya jika perjalanan
kedaerah endemic tidak
dapat dihindari dan jika
terdapat peningkatan
risiko perjalanan.
15
Sumber : M. Kriebs, Jan, Carolyn L. Gegor. 2009. Buku Saku Asuhan
Kebidanan Varney Edisi 2. Jakarta: Penerbit Kedokteran
EGC
B. Bagan Pemberian Suntikan Tetanus Toksoid
Antigen Interval waktu Lama
perlindungan
Presentase
perlindungan
TT 1 Kujungan 1
ANC
TT 2 4 minggu
setelah TT 1
3 tahun⁺ 80
TT 3 4 minggu
setelah TT 2
5 tahun 95
TT 4 4 minggu
setelah TT 3
10 tahun 99
TT 5 4 minggu
setelah TT 4
Tahun/seumur
hidup
99
⁺Artinya apabila dalam waktu 3 tahun wanita usia subur tersebut
melahirkan, maka yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus
neonatorum.
Sumber: Maryanah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
16