KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sejak tahun 1989, WHO memang mentargetkan eliminasi tetanus neonatorum, tetapi tetanus masih bersifat endemik pada negara-negara sedang berkembang dan WHO memperkirakan kurang lebih 1.000.000 kematian akibat tetanus di seluruh dunia pada tahun 1992, termasuk di dalamnya 580.000 kematian akibat tetanus neonatorum, 210.000 kematian di Asia Tenggara dan 152.000 di Afrika. Penyakit ini jarang dijumpai di negara-negara maju, tetapi karena tetanus neonatorum masih merupakan persoalan signifikan di 57 negara berkembang lain, maka UNICEF, WHO dan UNFPA pada Desember 1999 setuju mengulur eliminasi hingga tahun 2005. Target eliminasi tetanus neonatorum adalah satu kasus per 1000 kelahiran di masing-masing wilayah dari setiap negara. (1,2) Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI 2007), Angka Kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 1

Transcript of KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

Page 1: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sejak tahun 1989, WHO memang mentargetkan eliminasi tetanus

neonatorum, tetapi tetanus masih bersifat endemik pada negara-negara sedang

berkembang dan WHO memperkirakan kurang lebih 1.000.000 kematian akibat

tetanus di seluruh dunia pada tahun 1992, termasuk di dalamnya 580.000

kematian akibat tetanus neonatorum, 210.000 kematian di Asia Tenggara dan

152.000 di Afrika. Penyakit ini jarang dijumpai di negara-negara maju, tetapi

karena tetanus neonatorum masih merupakan persoalan signifikan di 57 negara

berkembang lain, maka UNICEF, WHO dan UNFPA pada Desember 1999 setuju

mengulur eliminasi hingga tahun 2005. Target eliminasi tetanus neonatorum

adalah satu kasus per 1000 kelahiran di masing-masing wilayah dari setiap negara.

(1,2)

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 (SDKI

2007), Angka Kematian Neonatal di Indonesia sebesar 19 kematian/1000

kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup

dan Angka Kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup. Sekitar

3% dari 1000 bayi lahir, meninggal akibat tetanus. Pertengahan tahun 1980,

tetanus menjadi penyebab utama kematian bayi dibawah usia satu bulan. Berbagai

upaya pencegahan telah dilakukan, antara lain dengan pemberian kekebalan pada

bayi baru lahir terhadap tetanus melalui imunisasi tetanus toxoid (TT) pada ibu

hamil, calon pengantin wanita dan wanita usia subur, upaya pertolongan

1

Page 2: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

persalinan yang bersih dan aman melalui pelatihan/pembinaan dukun bayi dan

pemanfaatan tenaga bidan di desa, memasyarakatkan perilaku kehidupan keluarga

sehat melalui dasawisma, posyandu dan kelompok peminat KIA, dan pelacakan

tetanus neonatorum menurut indeks kasus yang diperoleh dari rumah sakit. (1,3)

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa

disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara langsung,

tetapi sebagai dampak oksitisin (tetanuspasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada

sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neoromuskular

(neoro muscular junction) dan saraf autonom. Kekebalan terhadap tetanus hanya

dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Tetanus penyakit infeksi yang akut dan

kadang fatal yang disebabkan oleh nerotoksin (tetanospasmin) yang dihasilkan

oleh Clostridium Tetani, yang sporanya masuk kedalam tubuh melalui luka.

Tetanus merupakan penyebab utama kematian bayi di Indonesia. Masih banyak

calon ibu di masyarakat kita terutama yang tinggal di daerah-daerah terpencil

berada dalam kondisi yang bisa dibilang masih “jauh” dari kondisi steril saat

persalinan. Bila ibu hamil terpapar oleh bakteri atau spora tersebut, maka si ibu

berisiko terinfeksi. Infeksi juga bisa diperoleh dari pusar bayi baru lahir. Pasalnya,

bakteri ini tumbuh melalui luka dan biasanya terjadi saat proses pemotongan tali

pusat yang menggunakan alat-alat seperti gunting atau pisau yang tidak steril.(4)

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara

aktif terhadap suatu antigen, sehingga suatu kelak ia terserang pada antigen yang

serupa tidak terjadi penyakit. Sedangkan vaksinasi merupakan suatu tindakan

yang dengan sengaja memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari mikro

2

Page 3: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

organisme patogen. Jadi imunisasi Tetanus Toxoid merupakan proses untuk

membentuk kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Dalam

pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 (Pemeriksaan kehamilan sesuai

standar pada semester pertama) maupun K4 (pemeriksaan kehamilan sesuai

standar pada semester pertama, kedua dan ketiga ditambah pemeriksaan ketika

mendekati persalinan), ibu hamil akan diberikan imunisasi Tetanus Toxoid

sebagai upaya perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadi tetanus

pada waktu persalinan. Oleh karena itu, pemberian imunisasi TT merupakan suatu

keharusan pada setiap ibu hamil. (1,2)

Program imunisasi merupakan salah satu program penting di sektor

kesehatan. Salah satu program imunisasi penting yang dianjurkan pemerintah

adalah imunisasi Tetanus Toxoid. Tetanus timbul jika ketika spora bakteri

Clostridium Tetani masuk kedalam luka atau tali pusat (pada bayi baru lahir).

Tetanus dapat dicegah dengan melakukan imunisasi Tetanus Toksoid. Imunisasi

Tetanus Toxoid diberikan kepada ibu hamil.(3,4)

Menurut Notoatmojo, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor

diantaranya yaitu faktor predisposisi, faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

hal yang terkait dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Pemberian imunisasi TT ibu

hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang manfaat imunisasi TT,

karena imunisasi TT baik untuk kekebalan tubuh terhadap infeksi tetanus karena

3

Page 4: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

ibu tahu bahwa imunisasi TT akan memberikan kekebalan pada ibu sendiri dan

janinnya.

Dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Imunisasi Tetanus

Toxoid di Rumah Sakit Bersalin Masyita Makassar”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan

ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toxoid ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Imunisasi

Tetanus Toxoid di Rumah Sakit Bersalin Masyita Makassar

2. Tujuan Khusus

1. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Imunisasi

Tetanus Toxoid di Rumah Sakit Bersalin Masyita Makassar

2. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tujuan

imunisasi Tetanus Toxoid di Rumah Sakit Bersalin Masyita Makassar

3. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang penyebab

tetanus pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang tidak di imunisasi di

rumah sakit bersalin masyita makassar

4

Page 5: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

4. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ciri-ciri

bayi yang terinfeksi tetanus di rumah sakit bersalin masyita makassar

5.. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang resiko yang

bisa terjadi pada bayi yang terinfeksi di rumah sakit bersalin masyita

Makassar

6. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang

pencegahan tetanus pada bayi di rumah sakit bersalin masyita makassar

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi masyarakat khususnya ibu hamil

Dapat memberikan informasi tentang imunisasi Tetanus Toxoid, sehingga

masyarakat khususnya ibu hamil mendapatkan pelayanan imunisasi Tetanus

Toxoid secara lengkap (dua kali).

2. Bagi petugas kesehatan

Dapat memberikan masukan dan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam meningkatkan hasil cakupan imunisasi Tetanus Toxoid

pada ibu hamil untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi akibat

Tetanus Neonatorum dan meningkatkan keterampilan pengetahuan tentang

imunisasi Tetanus Toxoid.

3. Bagi peneliti

Dapat mengaplikasikan pengetahuan tentang ilmu penelitian yang didapatkan,

serta dapat menigkatkan wawasan terhadap penelitian.

5

Page 6: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN UMUM TENTANG IMUNISASI

Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas protektif

dengan menginduksi respons memori terhadap patogen/toksin tertentu dengan

meggunakan preparat antigen non virulen/non toksin. Imunitas perlu

dikembangkan untuk jenis antibodi/sel efektor imun yang benar. Antibodi yang

diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraseluler

dan produknya (toksin). (3)

Komponen penting dalam menimbulkan respons imun setelah pemberian

vaksin adalah sel limfosit (limfosit B dan T), APC (Antigen Presenting Cell)

misalnya sel dendritik, makrofag melalui :

a. Respons Humoral

Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah Limfosit B.

Reseptor immunoglobulin pada limfosit B berfungsi untuk mengenal dan

berinteraksi dengan antigen. Setelah antigen mengalami endositosis ke dalam

sel dan berinteraksi dengan limfosit T maka akan mengakibatkan terjadinya

aktivasi sel B yang berdiferensiasi menjadi sel plasma memproduksi antibodi

( IgG, IgA, dan IgE ) dan akan berhubungan dengan reseptor pada permukaan

sel. 1,7

b. Respons Selular

6

Page 7: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

Respons Selular dilakukan terutama oleh Limfosit T yang berfungsi sebagai sel

antara dan diaktifkan melalui pelepasan sitokin. Di lain pihak, B-cells berubah

menjadi sel-sel plasma yang memprodusir antibodi yang juga dinamakan

imunoglobulin (IgG). Senyawa-senyawa ini terutama terdapat dalam serum

darah atau di atas permukaan membran mukosa serta khusus diarahkan

terhadap suatu antigen tertentu. Selama perkembangan embrionik, prekursor

sel darah ditemukan dalam hati fetus dan jaringan lain ; pada masa postnatal,

sel stem terletak di dalam sumsum tulang. (1,7)

Tujuan pemberian vaksin adalah merangsang imunitas seluler maupun humoral

seperti yang layaknya timbul sebagai reaksi terhadap suatu infeksi alamiah. Bila

seseorang yang sudah divaksinasi mengalami infeksi yang tidak menentu,

gejalanya akan lebih ringan atau sama sekali tanpa manifestasi klinis. Vaksinasi

menghindarkan efek-efek serius yang diakibatkan oleh mikroba yang virulen

penuh. (7)

Oleh karena itu, vaksin merupakan salah satu senjata yang paling ampuh dalam

ilmu kedokteran preventif terhadap penyakit infeksi. Kemungkinan kendala dari

vaksin hidup yang telah diperlemah adalah mempertahankan keadaan yang stabil

ini tanpa ada kekuatiran bahwa mikroba tersebut melalui proses mutasi menjadi

virulen kembali. (7)

Beberapa jenis vaksin dibuat berdasarkan proses produksinya :(1)

a. Vaksin hidup dilemahkan ( Live artenuated vaccines ). Vaksin jenis ini

merupakan replikasi organismenya ( terutama virus ) pada penerima vaksin

untuk meningkatkan rangsangan antigen. Proses melemahkan antigen

7

Page 8: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

tersebut melalui pembiakan sel, pertumbuhan jaringan embrionik pada suhu

rendah atau pengurangan gen pathogen secara selektif. Biasanya vaksin ini

memberikan imunitas jangka panjang.

b. Vaksin dimatikan ( killed vaccine/Inactivated Vaccine ). Vaksin ini

mengandung organism yang tidak aktif setelah melalui proses pemanasan

atau penambahan bahan kimiawi. Biasanya pemberian vaksin ini perlu

beberapa dosis dan diperlukan bahan ajuvan untuk meningkatkan respons

imun.

c. Rekombinan Susunan vaksin ini ( misal Hepatitis B ) memerlukan epitop

organisme yang pathogen. Sintesa dari antigen vaksin tersebut melalui

isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.

d. Vaksin Plasma DNA ( Plasmid DNA Vaccines ). Vaksin ini berdasarkan

isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang pathogen dan

saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada

binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA ( virus dan bakteri )

merangsang respons humoral dan selular yang cukup kuat. Sedangkan

penelitian klinis pada anusia saat ini sedang dilakukan.

Berbagai macam cara pemberian vaksin ( intramuscular, sub kutan,

intradermal, intranasal atau oral ) berdasarkan pada komposisi vaksin dan

imunogenitasnya. Sebaiknya vaksin diberikan pada tempat di mana respons imun

yang diharapkan tercapai dan terjadinya kerusakan jaringan, saraf dan vaskuler

minimal.(1)

8

Page 9: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

Penyuntikan intramuscular dianjurkan pada kasus dimana bila dilakukan

penyuntikan subkutan atau intradermal dapat menimbulkan iritasi, indurasi,

perubahan warna kulit, peradangan, pembentukan granuloma. Pemberian suntikan

secara subkutan mempunyai resiko pada jaringan neurovascular lebih jarang, non

reaktogenik dan cukup imunogenik.(1)

Vaksin dan imunoglobulin terutama digunakan untuk tujuan profilaksis, untuk

menghindari terkena infeksi (hebat), misal cacar, polio, rabies dan tetanus. Tetapi

beberapa jenis vaksin juga digunakan sebagai pengobatan penyakit menahun,

misalnya pada penyakit yang disebabkan oleh stafilokok atau gonokok, sehingga

mendorong tubuh membentuk antibodi ekstra terhadap infeksi tersebut. (1,7)

Indikasi penggunaan vaksin pada orang dewasa didasarkan kepada riwayat

pajanan, risiko penularan, usia lanjut, imunokompromais, pekerjaan, gaya hidup

dan rencana bepergian.(1)

2.2 TINJAUAN UMUM TENTANG TETANUS

Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya

tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani yang

beberapa jenisnya dapat dibedakan berdasarkan antigen flagelar spesifik. Semua

mempunyai antigen O ( somatik ) yang sama, yang dapat disamarkan, dan semua

menghasilkan jenis antigenic neurotoksin yang sama, yaitu tetanospasmin.(8,9)

Sel-sel vegetative C. tetani menghasilkan toksin tetanospasmin ( BM 150000)

yang dipecah oleh protease bakteri menjadi dua peptide ( BM 50000 dan 100000)

yang dihubungkan oleh ikatan disulfide. Pada awalnya toksin berikatan dengan

9

Page 10: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

reseptor pada membran prasinaptik neuron motorik, kemudian toksin berimigrasi

melalui sistem transpor aksonal retrograde ke badan sel neuron-neuron ini ke

medulla spinalis dan batang otak. Toksin berdifusi ke bagian terminal sel-sel

inhibisi, termasuk interneuron glisinergik dan neuron penyereksi asam

aminobutirat dari batang otak. Toksin melakukan degradasi sinaptobrevin, sebuah

protein yang diperlukan untuk menghubungkan vesikel neurotransmitter pada

membrane prasinaptik.(10)\

Clossidium tetani bukan organsime invasif dan tidak menyebabkan inflamasi

dan port d’entrae tetap tampak tenang tanpa tanda inflamasi., kecuali apabila ada

infeksi oleh mikroorganisme yang lain.(8,10)

Infeksi tetap bersifat local di daerah jaringan yang mengalami devitalisasi

( luka, luka bakar, cedera, sisa umbilicus, jahitan bedah ) spora-spora telah masuk

ke area tersebut. Dalam kondisi anaerobik yang dijumpai pada jaringan nekrotik

dan terinfeksi, basil tetanus mensekresi dua macam toksin : tetanospasmin dan

tetanolisin. Tetanolisin mampu secara lokal merusak jaringan yang masih hidup

yang mengelilingi sumber infeksi dan mengoptimalkan kondisi yang

memungkinkan multiplikasi bakteri.(8,10)

Tetanospasmin menghasilkan sindroma klinis tetanus. Toksin ini mungkin

mencakup lebih dari 5% dari berat organisme. Toksin ini merupakan polipeptida

rantai ganda dengan berat 150.000 Da yang semula bersifat inaktif. Rantai berat

(100.000 Da) dan rantai ringan (50.000 Da) dihubungkan oleh suatu ikatan yang

sensitif terhadap protease dan dipecah oleh protease jaringan yang menghasilkan

jembatan disulfida yang menghubungkan dua rantai ini. Jika toksin yang

10

Page 11: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

dihasilkan banyak, ia dapat memasuki aliran darah yang kemudian berdifusi untuk

terikat pada ujung-ujung saraf di seluruh tubuh. Toksin kemudian akan menyebar

dan ditransportasikan dalam axon dan secara retrogred ke dalam badan sel di

batang otak dan saraf spinal.(9)

Volume jaringan terinfeksi kecil dan penyakit hampir seluruhnya toksemia.

Germinasi spora dan perkembangan organisme vegetatif yang menghasilkan

toksik ditambahkan oleh jaringan nekrotik, garam kalsium, dan infeksi patogenik

yang terkait, semua membantu timbulnya potensial oksidasi-reduksi yang rendah.

(11)

Toksin yang dilepaskan dari sel-sel vegetatif mencapai sistem saraf pusat dan

secara cepat menempel pada reseptor di medulla spinalis dan batang otak,

kemudian melakukan aksinya seperti yang telah dijelaskan.(11)

Masa tunas biasanya 5-14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa

minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh anti serum.

(11)

Penyakit ini ditandai dengaan kontraksi otot volunter. Spasme otot pertama

kali sering mengenai area cedera dan infeksi dan kemudian otot rahang ( trismus ).

Yang berkontraksi sedemikian rupa sehingga mulut tidak dapat dibuka. Secara

bertahap, otot volunter lain terkena menyebabkan spasme tonik. Setiap rangsang

eksterna dapat mencetuskan spasme otot tetanik generalisata. Pasien sadar penuh,

dan nyeri dapat hebat. Kematian biasanya disebabkan oleh gangguan mekanis

respirasi. Angka kematian pada tetanus generalisata sangat tinggi. (11)

11

Page 12: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

Tetanus neonatorum biasanya terjadi dalam bentuk generalisata dan biasanya

fatala apabila tidak diterapi. Tetanus neonatorum terjadi pada anak-anak yang

dilahirkan dari ibu yang tidak diimunisasi secara adekuat, terutama setelah

perawatan bekas potongan tali pusat yang tidak steril. Resiko infeksi tergantung

pada panjang tali pusat, kebersihan lingkungan, dan kebersihan saat mengikat dan

memotong umbilikus. Onset biasanya dalam 2 minggu oertama kehidupan.

Rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas dan spasme merupakan gambaran khas

tetanus neonatorum. Di antara neonatus yang terinfeksi, 90% meninggal dan

retardasi mental terjadi pada yang bertahan hidup.(9)

Menurut beratnya gejala, dapat dibedakan 3 stadium :(8)

a. Trismus ( 3 cm ) tanpa kejang tonik umum meskipun dirangsang.

b. Trismus ( 3 cm atau lebih kecil ) dengan kejang tonik umum bila

dirangsang.

c. Trismus ( 1 cm ) dengan kejang tonik umum spontan.

Diagnosis bersandar pada gambaran klinis dan riwayat cedera, meskipun

hanya 50% pasien tetanus yang menderita cedera mencari pertolongan medis.

Anamnesis terdapat luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang

sangat membantu. (8)

Diagnosis banding primer tetanus adalah keracunan striknin. Biakan anaerob

jaringan dari luka yang terkontaminasi dapat menghasilkan Clossidium tetani,

tetapi pencegahan manapun penggunaan terapeuetik antitoksin seharusnya tidak

ditunda untuk menunggu terjadinya hal tersebut. Bukti isolasi Clossidium tetani

12

Page 13: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

hanya bergantung pada produksi toksin dan neutralisasinya oleh antiseptik

spesifik.(10)

Komplikasi yang biasanya terjadi antara lain :(8)

a. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) di

dalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi

sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi.

b. Asfiksia

c. Atelaktasis karena obstruksi oleh sekret

d. Fraktura kompresi

Hasil pengobatan tetanus tidaklah memuaskan. Oleh karena itu, pencegahan

sangatlah penting. Pencegahan tetanus bergantung pada:(8)

1. Imunisasi aktif dengan toksoid

2. Perawatan secara tepat luka yang terkontaminasi dengan tanah

3. Penggunaan profilaktif antitoksin

4. Pemberian penisilin.

Pemberian intramuskular sebanyak 250-500 unit antitoksin manusia

(Imunoglobulin tetanus) memberikan proteksi sistemik yang adekuat (0,01 unit

atau lebi permililiter serum) selama 2-4 minggu. Antitoksin tersebut menetralisir

toksin yang tidak terikat pada jaringan saraf. Imunisasi aktif dengan toksoid

tetanus harus menyertai profilaksis antitoksin.(11)

Pasien yang mengalami gejala-gejala tetanus harus menerima relaksasi otot,

sedasi dan bantuan bantuan ventilasi. Kadang-kadang pasien diberikan antitoksin

dalam dosis besar (3000-10.000 unit imunoglobulin tetanus) melalui intravena

13

Page 14: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

dalam usaha menetralisir toksin yang belum berkaitan dengan jaringan saraf.

Namun, efiksasi antitoksin untuk pengobatan masih diragukan kecuali pada

tetanus neonatus, yang mungkin dapat menyelamatkan hidup. (8)

Debridemen bedah sangat penting karena mengangkat jaringan nekrotik yang

penting untuk proliferasi organisme. Oksigen hiperbarik tidak terbukti efektif.

Penisilin secara kuat menghambat pertumbuhan C. tetani dan menghentikan

produksi toksin lanjutan. Antibiotik juga dapat mengontrol infeksi piogenik yang

menyertai. (8)

Bila individu yang sebelumnya telah diimunisasi mendapatkan luka yang

secara potensial berbahaya, dosis tambahan toksin harus disuntikkan untuk

merangsang ulang produksi antitoksin. Suntikan toksoid “recall” tersebut dapat

disertai pemberian dosis antitoksin jika pasien belum menerima imunisasi baru-

baru ini atau booster atau jika riwayat imunisasi tidak diketahui. (10)

Sampai saat ini pada ibu hamil pemberian imunisasi tetanus dilakukan 2 kali,

masing-masing pada kehamilan ke 7 dan 8. Adanya aktivitas antitoksin IgG

berarti bahwa ibu yang cukup di imunisasi, dapat memindahkan antitoksin kepada

janin dan dapat memberikan proteksi pada hari pertama/minggu sesudah lahir. Hal

ini diperlukan dalam pencegahan tetanus neonatorumm pada tindakan obstetri

yang kurang steril. (3)

Vaksin tetanus mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan dan telah

teradopsi pada Al-fosfat. Diperoleh dengan cara yang sama seperti Clostridium

Tetani. Memberikan kekebalan selama 5-10 tahun. Toksoid ini tidak efektif

mencegah tetanus bila lukanyya

14

Page 15: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

(infeksi) sudah timbul karena bekerja terlampau lambat. Maka, dalam kasus

ini harus dilakukan imunisasi pasif dengan tetanus immune globulin dan serentak

diberikan injeksi pertama dari vaksin tetanus untuk imunisasi aktif. (9)

Dosis dan cara imunisasi : untuk imunisasi dasar 3x0,5 ml injeksi muskular ;

suntikan pertama dan kedua dengan jarak antara 4-6 minggu, suntikan ketiga 6-12

bulan setelah dosis pertama. (4,9)

Imunisasi tetanus untuk ibu hamil diberikan 2x, dengan dosis 0,5 cc

diinjeksikan intramuskuler/subkutan dalam. Sebaiknya diberikan sebelum

kehamilan 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi lengkap. TT1 dapat diberikan

sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan saat kunjungan pertama

ibu hamil ke sarana kesehatan. Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2 minimal

4 minggu.(7,12,13,14)

2.3 TINJAUAN UMUM TENTANG PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari

oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi,

hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian

adalah benar atau berguna. (15)

Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan

pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak

seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap

sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data

sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan

15

Page 16: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini

lah yang disebut potensi untuk menindaki. (15)

Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu

kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif

seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan

bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal

menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus

menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya

pemahaman-pemahaman baru.(16)

Secara terinci mengukur tingkat pengetahuan seseorang, Bloom

mengemukakan enam tingkatan proses: (16)

1. Pengetahuan (knowledge), bila seseorang hanya mampu mengingat sesuatu

yang telah dipelajarinya dalam garis besarnya saja.

2. Perbandingan (comprehension), bila seseorang telah dapat menerangkan

kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya.

3. Penerapan (application), bila telah ada kemampuan untuk menggunakan apa

yang dipelajarinya.

4. Analisis (analysis), bila telah mampu menerangkan bagian-bagian yang

menyusun suatu bentuk pengetahuan tertentu dan menganalisa hubungan satu

sama lain.

5. Sintesis (synthesis), bila disamping mampu menganalisis, ia pun mampu

menyusun kembali ke bentuk semula maupun ke bentuk yang lain.

16

Page 17: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

6. Penilaian (evaluation), merupakan tingkat pengetahuan yang tertinggi, apabila

telah mampu mengetahui secara menyeluruh dari semua bahan yang telah

dipelajarinya dan juga mampu menilai sesuai kriteria yang telah ditentukan.

2.4 KERANGKA TEORI

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan

penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan sesorang.

Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi tetanus toxoid sangat berperan

untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum yang akan menambah angka

kematian bayi juga akan melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila

terluka.

Tetanus neonatorum terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang

tidak diimunisasi secara adekuat, terutama setelah perawatan bekas potongan tali

pusat yang tidak steril. Resiko infeksi tergantung pada panjang tali pusat,

kebersihan lingkungan, dan kebersihan saat mengikat dan memotong umbilikus.

17

Page 18: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

2.5 KERANGKA KONSEP

Gambar 1. Kerangka Konsep

18

Pengetahuan Ibu Hamil :

- Tujuan - Penyebab

- Resiko- Ciri-ciri

- Pencegahan

Imunisasi Tetanus Toxoid

(TT)

Variabel Independent/bebas

Variabel Dependent/tergantung

Page 19: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

2.6 DEFENISI OPERASIONAL & KRITERIA OBJEKTIF

Sesuai permasalahan dan tujuan penelitian, maka sebagai pedoman awal

pengumpulan informasi digunakan definisi operasional yang dikembangkan

seperti uraian di bawah ini:(17)

1. Pengetahuan ibu hamil adalah pengetahuan tentang keadaan pada saat hamil.

Defenisi dari ibu hamil adalah seorang ibu/wanita yang membawa embrio atau

fetus di dalam tubuhnya.

2. Pengetahuan tentang imunisasi tetanus toxoid adalah segala sesuatu yang

dialami, dilihat dan didengar tentang imunisasi TT dan digali berdasarkan

kemampuan menjawab pertanyaan tentang tujuan, penyebab, resiko, ciri-ciri,

dan penyebab imunisasi TT.

Alat ukur : Kuesioner

Kriteria Objektif : a. Tahu, jika menjawab pertanyaan dengan benar

b. Tidak Tahu, jika salah dalam menjawab pertanyaan

19

Page 20: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengetahui

tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai imunisasi Tetanus Toxoid dengan

menggunakan kuesioner.

3. 2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian Tingkat Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toxoid

(TT) ini dilakukan di Rumah Sakit Bersalin Masyita di Makassar. Penelitian mulai

dilakukan dari 18 Oktober – 21 Oktober 2011.

3. 3 POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi penelitian merupakan ibu hamil yang sedang kontrol ke Rumah

Sakit Bersalin Masyita di Makassar. Dimana didapatkan populasi sebanyak 38

orang (sampel)

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Total Sampling, yaitu

teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan

mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh

populasi dijadikan sampel penelitian semua, dimana didapatkan 38 sampel.

20

Page 21: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

3.5 TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu

berupa kuesioner yang diberikan kepada sampel. Tekhnik ini dilakukan dengan

memberikan daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk

mendapatkan informasi tentang dtingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi

tetanus toxoid.

3.6 PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA

Data diolah menggunakan alat hitung sederhana berupa kalkulator,

kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan presentasi serta dilengkapi

dengan narasi.

Adapun tekhnik analisa menggunakan rumus berikut :

P = f x 100 % Keterangan :

N P = persentase

f = frekuensi faktor variabel

n = jumlah sampel

Adapun criteria objektif menurut Arikunto yaitu adalah :

Baik : Nilai = 76-100%

Cukup : Nilai = 56-75%

Kurang : Nilai = 40-55%

Tidak baik : Nilai = < 40%

BAB IV

21

Page 22: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi RSB Masyita

Lokasi Rumah Sakit Bersalin Masyita terletak di Jalan Cambajawayya

No.24 Kelurahan Tello Baru Kecamatan Panakkukang Kota Makassar. Akses

utama dari Rumah Sakit Bersalin Masyita bias di akses dari Jl. Abdullah Dg.

Sirua dan J. Urip Sumoharjo.

4.2 Jenis Layanan

22

Page 23: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

Jenis layanan yang disediakan di Rumah Sakit Bersalin Masyita ini

adalah:

1. UGD 24 jam

2. Pemeriksaan ibu hamil

3. USG oleh spesialis kandungan

4. Pemeriksaan anak oleh spesialis anak

5. Layanan KB

6. Imunisasi

7. Persalinan

8. Ambulans

4.3 Fasilitas

1. Ruang Operasi : 1 tempat tidur

2. Ruang Pulih/RR : 2 tempat tidur

3. Ruang Kuret : 1 tempat tidur

4. Ruang Bersalin : 7 tempat tidur

5. Ruang Bayi : 8 tempat tidur

6. Ruang Menyusui : 1 kamar

7. Ruang Direktur : 1 kamar

8. Ruang Konseling : 1 kamar

9. Ruang Poli Anak : 1 kamar

10. Ruang VVIP : 1 kamar

11. Ruang VIP : 5 kamar

12. Ruang Klas 2 : 4 kamar

23

Page 24: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

13. Ruang Klas 3 : 22 tempat tidur

14. Ruang UGD 24 jam

15. Ruang Resepsionis

16. Ruang Administrasi

17. Musholla

18. Dapur

19. Gudang Alat

20. Gudang Obat

BAB V

24

Page 25: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Proses penelitian ini dilakukan pada ibu hamil yang memeriksakan

kandungannya di Rumah Sakit Bersalin Masyita selama 2 hari, dengan jumlah

responden 38 sampel. Berdasarkan hasil pengumpulan pengolahan data yang telah

dilakukan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian maka hasilnya :

1. Identitas Responden

Tabel 1Identitas Responden

Identitas responden frekuensi % Total (f/%)

Usia ibu

(tahun)

<20 3 7,9

38/10020 – 30 20 52,6

30 – 40 15 39,5

Usia

kehamilan

(bulan)

2 – 4 8 21,1

38/1004 – 6 4 10,5

6 – 9 26 68,4

Pendidikan

terakhir

SD 1 2,6

38/100

SMP 4 10,5

SMA 23 60,5

PT 10 26,4

Tahu/tidak

imunisasi TT

Tahu 24 63,2

38/100Tidak 14 36,8

Sumber Data : Data Primer, September 2011

25

Page 26: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

Dari tabel di atas dijabarkan bahwa responden yg berobat ke rumah sakit RSB

Masyita Makassar tingkatan umur <20 tahun terdapat 3 orang (7,9%) dan antara

20-30 tahun ada 20 orang (52,6%) sedangkan 30-40 tahun terdapat 15 orang

(39,5%). Untuk usia kehamilan saat berkunjung, dimana usia kehamilan 2-4 bulan

ada 8 orang (21,1%) dan umur 4-6 bulan terdapat 4 orang (10,5%) sedangkan

umur kehamilan 6-9 bulan terdapat 29 orang (68,4%). Sedangkan tingkat

pendidikan ibu hamil saat berkunjung menunjukkan ibu hamil memiliki

pendidikan rata-rata tamat SMA terdapat 23 orang (60,5%) dan lulusan perguruan

tinggi ada 10 orang (26,4%) untuk lulusan SMP ada 4 orang (10,5%) sedangkan

tamatan SD ada 1 orang (2,6%). Dari distribusi tabel di atas menunjukkan bahwa

yang mengetahui tentang imunisasi tetanus saat hamil terdapat 24 orang (63,2%)

dan yang tidak mengetahui sebanyak 14 orang (36,8%).

26

Page 27: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

2.Variabel Penelitian

Tabel 2Pengetahuan responden Tentang Tempat Mendapatkan Imunisasi

Tetanus Saat Hamil

Tempat imunisasi tetanus didapatkanFrekuensi

(orang)%

Tahu

Tidak Tahu

24

14

63,2

36,8

Total 38 100

Sumber Data : Data Primer, September 2011

Tabel 2 menjelaskan tentang tempat yang biasa mendapatkan imunisasi tetanus

saat hamil dari hasil di atas menunjukkan bahwa rata-rata ibu hamil tahu dimana

bisa mendapatkan imunisasi tersebut (puskesmas, posyandu, rumah sakit) yaitu 24

orang (63,2%) sedangkan yang tidak tahu terdapat 14 orang (36,8%).

Tabel 3Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Imunisasi Tetanus Saat Hamil

Tujuan imunisasi tetanus saat hamilFrekuensi

(orang)%

Tahu

Tidak Tahu

21

17

55,3

44,7

Total 38 100

Sumber Data : Data Primer, September 2011

27

Page 28: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

21 170

10

20

30

40

50

60

tahutidak tahu

Dari tabel di atas sebanyak 21 orang (55,3%) pasien berpengetahuan baik tentang

tujuan dari imunisasi tetanus saat hamil dimana terhindar dari penyakit tetanus, ini

menunjukkan bahwa wanita hamil tahu betapa pentingnya imunisasi tetanus saat

hamil. Sedangkan yang menjawab lain atau tidak tahu terdapat 17 orang (44,7%).

Tabel 4Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Tetanus

Penyebab tetanus pada bayi yang baru dilahirkan

dari ibu yang tidak imunisasi

Frekuensi

(orang)%

Tahu

Tidak Tahu

13

25

34,2

65,7

Total 38 100

Sumber Data : Data Primer, September 2011

28

Page 29: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

13 250

10

20

30

40

50

60

70

tahutidak tahu

Tabel 4 di atas menjabarkan tentang penyebab dari tetanus tersebut dimana yang

menjawab tahu terdapat 13 orang (34,2%) dan jawaban selebihnya atau tidak tahu

sebanyak 25 orang (65,7%). Ini berarti pengetahuan pasien tentang penyebab

tetanus tersebut masih kurang baik.

Tabel 5Pengetahuan Responden Tentang Gejala Klinis dari Bayi Yang

Terinfeksi Tetanus

Gejala klinis dari bayi yang terinfeksi tetanusFrekuensi

(orang)%

Tahu

Tidak Tahu

2

36

5,2

94,8

Total 38 100

Sumber Data : Data Primer, September 2011

29

Page 30: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

2 360

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

tahutidak tahu

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menjawab dengan benar (tahu)

hanya 2 orang (5,2%) dan yang menjawab tidak tahu terdapat 36 orang (94,8%).

Dari hasil di atas menunjukkan bahwa rata-rata ibu hamil yang datang

memeriksakan diri ke RSB Masyita masih belum mengetahui pasti gejala klinis

dari infeksi tetanus pada bayi.

Tabel 6Distribusi Responden di RSB Masyita yang tahu resiko yang dapat

terjadi pada bayi yang terinfeksiResiko yang dapat terjadi pada bayi yang

terinfeksi

Frekuensi

(orang)%

Tahu

Tidak Tahu

15

23

39,4

60,5

Total 38 100

Sumber Data : Data Primer, September 2011

30

Page 31: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

15 230

10

20

30

40

50

60

70

tahutidak tahu

Tabel di atas menjelaskan apakah mengetahui resiko yang bisa terjadi pada bayi

yang terinfeksi, dimana dari hasil di atas menunjukkan bahwa dari 38 orang yang

mengisi kusioner terdapat 15 orang (39,4%) yang menjawab “Tahu” ini berarti

pasien tersebut mengetahui resiko yang bisa terjadi pada bayi tersebut. Sedangkan

yang menjawab “tidak tahu” terdapat 23 orang (60,5%).

Tabel 7Pengetahuan Responden Tentang Mencegah Agar Bayi Tidak Terinfeksi

Tindakan untuk mencegah agar bayi tidak

terinfeksi tetanus

Frekuensi

(orang)%

Tahu

Tidak tahu

23

15

60,5

39,4

Total 38 100

Sumber Data : Data Primer, September 2011

31

Page 32: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

23 150

10

20

30

40

50

60

70

tahutidak tahu

Tabel 7 menjelaskan bahwa cara mencegah agar bayi tidak terinfeksi yaitu dengan

vaksin atau menjawab dengan tepat sebanyak 23 orang (60,5%) sedangkan 15

orang (39,4%) menjawab dengan tidak tepat (tidak tahu). Hal tersebut

menjelaskan bahwa pengetahuan pasien tentang pencegahan cukup baik.

5.2 PEMBAHASAN

Imunisasi tetanus saat hamil sangat penting karena menyangkut keselamatan

ibu dan bayinya. Imunisasi tersebut penting untuk ibu yang lagi hamil, khususnya

ibu yang datang ke RSB Masyita akan kita gali pengetahuan tentang imunisasi

tersebut. Dalam hal ini ibu yang menjawab pertanyaan dari kusioner yang di

berikan, akan menjawab berdasarkan pengetahuan masing-masing yang akan

dibahas berdasarkan 7 tabel yang telah diuraikan.

32

Page 33: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

Berdasarkan tabel 1 yang merupakan tabel identitas dapat dilihat bahwa rata-

rata umur ibu yang datang memeriksakan kehamilannya di RSB Masyita sekitar

20-30 tahun sebanyak 52,6% sisanya ada yang berumur sekitar 30-40 tahun

sebanyak 39,5% dan <20 tahun terdapat 7,9%. Untuk umur kehamilan ibu saat

datang ke RSB Masyita dimana yang paling banyak umur 6-9 bulan yaitu 68,4%,

sedangkan umur 2-4 bulan sebanyak 21,1% dan umur kehamilan 4-6 bulan

sebanyak 10,5%. Sedangkan tingkat pendidikan ibu hamil saat berkunjung

menunjukkan ibu hamil memiliki pendidikan rata-rata tamat SMA terdapat 60,5%

dan lulusan perguruan tinggi ada 26,4% untuk lulusan SMP ada 10,5% sedangkan

tamatan SD ada 2,6%. Pendidikan yang telah ditekuni Ibu sebagian besar adalah

Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin

banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat

tentang kesehatan. Termasuk didalamnya pengetahuan tentang imunisasi tetanus

toxoid saat hamil.(16)

Selanjutnya dijabarkan distribusi menunjukkan bahwa yang mengetahui

tentang imunisasi tetanus saat hamil terdapat 63,2% dan yang tidak mengetahui

sebanyak 36,8%. Ini menunjukkan rata-rata ibu hamil mengetahui tentang

imunisasi tetanus toxoid. Berdasarkan Tabel 2 menjelaskan tentang tempat yang

biasa mendapatkan imunisasi tetanus saat hamil dari hasil di atas menunjukkan

bahwa rata-rata ibu hamil tahu dimana bisa mendapatkan imunisasi tersebut

33

Page 34: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

(puskesmas, posyandu, rumah sakit) yaitu 63,2% sedangkan yang tidak tahu

terdapat 36,8%. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa

yang dapat  mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.(16)

Tabel 3 menjelaskan pengetahuan ibu tentang tujuan dari imunisasi

tersebut dan yang menjawab benar sebanyak 55,3% yaitu terhindar dari penyakit

tetanus. Dan sisanya tidak mengetahui dengan pasti jawaban yang benar sebanyak

44,7%. Namun dalam hal ini rata-rata ibu yang mengetahui tentang imunisasi

tetanus ini sudah berpengetahuan cukup baik karena lebih dari setengah responden

telah menjawab pertanyaan dengan benar. Tabel 4 menjabarkan peyebab dari

tetanus tersebut dimana ibu-ibu menjawab benar sebanyak 54,2% dengan jawaban

yaitu bekas potongan tali pusat yang tidak steril, sedangkan 65,7% menjawab

dengan jawaban yang kurang tepat. Ini menjelaskan bahwa masih banyak variasi

jawaban dari ibu-ibu tentang penyebab dari tetanus tersebut, ini dimungkinkan

karena masih perlunya ibu-ibu mendapatkan informasi tentang imunisasi tetanus

tersebut. (9)

Selanjutnya tabel 5 menjelaskan pengetahuan ibu tentang ciri-ciri bayi

yang terinfeksi tetanus dimana banyak responden menjawab jawaban dengan tidak

tepat yaitu sebanyak 94,8% dari responden yang diteliti. Dari hasil jawaban

responden menunjukkan bahwa pengetahuan tentang ciri-ciri bayi yang terinfeksi

masih kurang. Karena ibu-ibu menganggap bahwa bayi yang terinfeksi tetanus itu

bergejala seperti bayi berwarna kuning, padahal gejala klinis dari infeksi tersebut

yaitu bayi sukar membuka mulut/kaku. (11)

34

Page 35: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

Pada tabel 6 menjabarkan tentang apakah ibu-ibu tahu resiko yang bisa

terjadi pada bayi yang terinfeksi, dari 38 orang yang menjawab “tahu” sebanyak

39,4% dengan jawaban keterbelakangan mental dan meninggal dunia dan yang

menjawab “tidak tahu” sebanyak 60,5%. Dari hasil tersebut didapatkan bahwa

responden belum banyak yang mengetahui bahwa resiko yang bisa terjadi pada

bayi yang terinfeksi itu dapat menyebabkan kematian pada bayi sehingga mereka

tidak begitu peduli dengan adanya imunisasi tetanus toxoid. Tabel 7 menjabarkan

pengetahuan pasien yang datang ke RSB Masyita tentang pencegahan agar bayi

tidak terinfeksi tetanus, hasil didapatkan dari 38 orang yang menjawab benar yaitu

melakukan vaksin/imunisasi tetanus saat hamil sebanyak 60,5% dan 39,5%

menjawab rajin makan makanan bergizi, dengan kata lain menjawab pertanyaan

dengan kurang tepat. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan mereka tentang

pencegahan cukup baik dimana untuk terhindar dari infeksi tersebut hanya dengan

vaksin/imunisasi tetanus saat hamil.(8)

Berdasarkan hasil penelitian tempat lain, yaitu Nik Kasyfun Nur, Gambaran

Pengetahuan Ibu-ibu Hamil Tentang Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) dan Tindakan

Pengambilan Imunisasi TT di Poliklinik Ibu Hamil RSUP. Haji Adam Malik, Medan, FK

Univ. Sumatera Utara, 2010. Dimana hasil penelitian, diperolehi tingkat pengetahuan ibu-

ibu hamil berada pada tahap baik sebanyak 69 orang (86,3%). Tahap pengetahuan ibu-ibu

hamil mengenai kepentingan imunisasi TT berada pada tahap baik sebanyak 79 orang

(98.8%). Sebanyak 79 orang (98.8%) dari sampel pernah mendapatkan suntikan

imunisasi TT. Secara umumnya, tingkat pengetahuan ibu-ibu hamil mengenai imunisasi

TT adalah pada tahap baik dan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang

belum pernah mendapatkan imunisasi TT. (19)

35

Page 36: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil tentang

imunisasi tetanus toxoid (TT) di Rumah Sakit Bersalin Masyita Makassar, maka

dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Umumnya mengetahui tentang imunisasi tetanus toxoid

36

Page 37: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

2. Umumnya berpengetahuan baik tentang tujuan imunisasi tetanus toxoid

3. Umumnya berpengetahuan baik tentang penyebab tetanus toxoid

4. Umumnya berpengetahuan kurang tentang gejala klinis/ciri-ciri tetanus pada

bayi yang terinfeksi tetanus toxoid

5. Umumnya berpengetahuan baik tentang resiko pada bayi yang terinfeksi

tetanus toxoid

6. Umumnya berpengetahuan baik tentang pencegahan agar bayi tidak terinfeksi

tetanus toxoid

6.2 SARAN

Berdasarkan proses penelitian serta analisa hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada ibu, diharapkan sangat memperhatikan keselamatannya terutama saat

hamil terutama pola hidup sehat saat kehamilan dan harus rajin mengontrol diri

selama kehamilan berlangsung.

37

Page 38: KTI tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT

2. Mengingat bahayanya resiko tetanus toxoid terhadap ibu hamil, maka tingkat

pengetahuan tentang imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil sangatlah

penting. Sehingga, diharapkan kerjasama dari beberapa pihak seperti media

yang tersedia, penyuluhan, serta instansi-instansi yang terkait.

38