Post on 02-Jul-2018
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARIKEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
KEBIJAKAN PENURUNAN EMISI DAN SERAPAN KARBON DI HUTAN PRODUKSIMELALUI : PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI
OLEH :
DIREKTUR UJLHHBK-HP
Kawasan Hutan di Indonesia
HP
29,25 juta Ha
HPT
26,80 juta Ha
HPK
12,94 juta Ha
Dikonversi
untuk non-
kehutanan;
Dikelola
secara lestari
untuk
manfaat
ekonomi,
sosial &
lingkungan ;
KPH &
IUPHHK
PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI
HUTAN PRODUKSI: meskipun dalam proses pengelolaannya menyebabkan terjadi emisi, tetapi juga menyerap C02 dan meningkatkan stok karbon
DEFORESTS, EMITSLand
Clearing
HA -Selective Cutting, Enrichment,Planting, RIL-C
HTI - Clear
Cutting, Nursery,
Planting,
Biomass energy
RE - RAPPAN
Carbon Restoration
EMITS & SEQUESTS
EMITS & SEQUESTS
SEQUESTS
• Keberadaan hutan produksi apabila dikelola secara lestari akan mempunyai
peran yang sangat penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
• Mengelola hutan produksi dengan baik:
mengurangi emisi yang terjadi akibat deforestasi dan degradasi hutan(REDD+) melalui pengelolaan hutan lestari (sustainable forest management) atau perbaikan pengelolaan hutan (improved forest management).
meningkatkan serapan atau simpanan karbon terutama dari hutan-hutanyang kondisinya sudah rusak melalui kegiatan rehabilitasi hutan, penanaman, restorasi ekosistem.
Krinawati dan Adinugroho, 2018
PROGRAM
Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari dan
Usaha Kehutanan
SASARAN PROGRAM
1. Meningkatnya TutupanHutan di Hutan Produksi
2. Meningkatnya SumbanganHutan Produksi (termasukindustri) pada Devisa danPenerimaan Negara
3. Meningkatnya PengelolaanHutan Produksi di Tingkat Tapak secara Lestari
KEGIATAN
1. Peningkatan Perencanaan
Pengelolaan Hutan Produksi
2. Peningkatan Usaha Hutan Produksi
3. Peningkatan UJL dan HHBK HP
4. Peningkatan Tertib Penatausahaan
Hasil Hutan dan Iuran Kehutanan
5. Peningkatan Usaha Industri
Kehutanan
6. Pembinaan Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari dan Industri Hasil
Hutan
7. Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Ditjen PHPL
R
E
N
D
A
H
E
M
I
S
I
Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi
Pembentukan dan operasionalisasi KPHP
Peningkatan Produktifitas dan Penekanan Kerusakan
Hutan dan Limbah (Intensifikasi – SILIN, MSS, RIL, RIL-C)
Diversifikasi Produk: HHBK, Jasa, Energi (HTI Energi) dan peningkatan nilai produk (e.g. penghapusan distorsi pasar)
Peningkatan kualitas manajemen: Sertifikasi Mandatori
PHPL; SIPUHH - self assessment; soft approach
pengatasan IL dan peningkatan ekspor: SVLK
Kerjasama dengan stakeholders dan partners: masyarakat: (Kemitraan), hutan tanaman energi (ESDM/PLN), jasling (Pemda)
Apa yang sudah/sedang/akan
dilakukan untuk menekan emisi
Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi di 27 Provinsi per Tahun
Operasionalisasi KPHP 114 Unit Th 2016 dan 209 Unit Th 2017
Penerapan Prinsip PHPL oleh KPHP 3
Unit Th 2016 dan 5 KPHP Th 2017
KegiatanPeningkatanPerencanaan
Pengelolaan HutanProduksi
1. DIREKTORAT KPHP
IUPHHK-HA: HP/HPT tutupan hutan minimal 70% (tutupan bagus – selective cutting, RIL/RIL-C, SILIN tekan emisi)
IUPHHK-HT: HP tutupan hutan maksimal 20% (bareland atau belukar muda, ditanami meningkatkan stok karbon)
IUPHHK-RE: HP/HPT dengan tutupan hutan 20-70% (terdegradasi, dipulihkan tidak dipanen
sampai seimbang meningkatkan stok karbon)
HTR: HP dekat pemukiman (maks 10 Km) asesibilitas memadai
HD dan HKm: HP/HL dekat pemukiman (maks 10 Km) asesibilitas memadai
Masyarakat Sejahtera
PHPL
Penekanan
Emisi dan
Penyerapan
Karbon
• KPH menjadi penyelenggara pengelolaan SDH di tingkat tapak mulai penataan dan pelaksanaan pengelolaan hingga investasi dan pemasaran serta pemberdayaan masyarakat dan resolusi konflik.
• KPHP yang operasional menjadi kondisi pemungkin terwujudnya PHPL di wilayahnya sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat
• Mismanagement SDH dan aktifitas illegal ditekan, hutan lestari, emisi ditekan
Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi untukBioenergi 20.000 Ha per Tahun
Hutan Kalimantan yang dibangun denganSilin 1.200 Ha Th 2016 dan 2.000 Ha Th 2017
Kinerja Usaha Pemanfaatan Hutan Alam
meningkat menjadi 188 Unit Th 2016 dan 198
Unit Th 2017
Kinerja Usaha Pemanfaatan Hutan Tanaman
meningkat 34 Unit Th 2016 dan 36 Unit Th 2017
KegiatanPeningkatan Usaha
Hutan Produksi
2. DIREKTORAT UHP
• Penggunaan energi fossil adalah salah satu
sumber emisi terbesar.
• HTI Energi menghasilkan energi biomassa
(untuk listrik) dan energi biofuel (untuk
transportasi) yang minimal carbon-neutral.
• Mulai dengan 100.000 Hektar Hutan Energi s.d.
2019.
• Peraturan bersama Menteri LHK dan Menteri
ESDM menciptakan kondisi pemungkin: HTI
punya pembangkit listrik atau sebaliknya
pembangkit listrik punya HTI.
• Persoalan feeding tarrif – pengalihan subsidi,
atau ekspor
• Peningkatan produktifitas tegakan (pertumbuhan)
hutan bekas tebangan melalui penanaman dalam
jalur dengan tiga unsur: bibit unggul, manipulasi
lingkungan dan penanganan hama penyakit
terpadu.
• Produktifitas tinggi: luasan lebih kecil untuk
menghasilkan volume produksi yang lebih besar –
penekanan emisi
• Pertumbuhan cepat: penyerapan CO2 tinggi
• Tanaman dalam jalur: penekanan perambahan
dan penebangan liar – penekanan emisi
• Penerapan lebih dari satu sistem silvikultur
pada satu unit usaha, sesuai dengan kondisi
hutan dan topografi serta sosial ekonomi
masyarakat sekitar – keputusan manajerial,
masalah optimization under constraints.
• Tegakan masih bagus tidak akan di clear-cut.
Tegakan potensi rendah akan diganti
tanaman – penekanan emisi, peningkatan
stok karbon
• Peningkatan pendapatan, penekanan biaya,
PHPL .
Sumber: Griscom and Ellis, 2012 in TNC, 2013
• Pembalakan
terencana:
dengan
pemetaan
lokasi pohon,
perencanaan
jalan sarad,
penyaradan
kerusakan
minimal
• Sangat
signifikan
menurunkan
emisi
Unit Usaha Jasa Lingkungan/ pemanfaatan air/jasa wisata di HP 2 Unit Th 2016 dan 2 Unit Th 2017
Usaha Pemanfaatan Hasil HutanKayu Restorasi Ekosistem 100.000 Ha Th 2016 dan 100.000 Ha Th. 2017
Produksi HHBK meningkat menjadi
243.000 ton Th 2016 dan 252.000 ton Th.
2017
KegiatanPeningkatan UJL dan
HHBK HP
3. DIREKTORAT UJL & HHBK HP
No IUPJL Provinsi No SK Luas (Ha)
1 PT. Global Alam Lestari
Sumatera Selatan
SK.494/Menhut-II/2013
tanggal 12 Juli 2013
22,280
2 PT. Hutan Amanah
Lestari
Kalimantan
TengahSK.475/Menhut-II/2013
tanggal 3 Juli 2013
25,800
Daftar Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan
dan Penyimpanan Karbon
86.450 Ha 14%
14.080 Ha2%
364.763 Ha59%
8.300 Ha1%
149.482 Ha24%
TipeEkosistem
Dataran
Rendah
Rawa
Dataran
Tinggi
Mangrove
Gambut
0 50 100
1. Provinsi Riau (5 Unit)
2. Provinsi Jambi (2 Unit)
3. Provinsi Bengkulu (1 Unit)
4. Provinsi Sumatera Selatan (2 Unit)
5. Provinsi Kalimantan Barat (1 Unit)
6. Provinsi Kalimantan Tengah (4 Unit)
7. Provinsi Kalimantan Timur (1 Unit)
16 Unit Manajeman Seluas
623.075 Ha
77
Pembangunan 6 desa bambu di wilayah
KPH di Provinsi Bali, NTT dan NTB (Total
1.200 Ha) Th 2016.
Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekitar hutan produksi
Hasil Penelitian Litbang Tanaman Bambu
mampu menyerap karbon 50 ton C/ha/
thn (total penyerapan: 60.000 ton C/thn)
Penatusahaan Hasil Hutan danIuran Kehutanan dalam rangkapemanfaatan hutan produksi tertibdi 145 Unit Th 2016 dan 155 Unit Th2017
PNBP dari investasi pemanfaatanhutan produksi meningkat menjadiRp2.719 T Th 2016 dan Rp2.796 T Th2017
KegiatanPeningkatan Tertib
PenatausahaanHasil Hutan danIuran Kehutanan
4. DIREKTORAT IPHH
Penekanan ekonomi biaya tinggi (korupsi) melalui penyempurnaan Penata-Usahaan Hasil Hutan --SIPUHH
• Optimasi PNBP, pencegahan moral hazard
• PUHH dilakukan secara on line, terintegrasi SIMPONI (Kemenkeu)
• Menuntut peningkatan kualitas manajerial di IUPHHK, mulai dari cruising hingga pengangkutan berkontribusi terhadap PHPL penurunan kerusakan hutan (emisi) dan peningkatan kualitas tegakan (stok karbon)
• Mencegah Illegal Logging
SIPUHH
Post Audit
Self Assessment
Investasi Industri Kehutananmeningkat sebesar Rp540 M Th 2016 dan Rp540 M Th 2017
Peningkatan produk kayu olahandari Industri yang bersertifikatlegalitas kayu (VLK) menjadi 28,4 Juta M3 Th 2016 dan 29,2 Juta M3 Th2017
KegiatanPeningkatan
Usaha IndustriKehutanan
5. DIREKTORAT PPHH
• PHPL akan terwujud bila produk yang
dihasilkan HP dihargai secara benar/memadai
– mencegah pemborosan sumberdaya,
memberikan insentif bagi bisnis.
• Syarat: pasar tidak boleh terdistorsi oleh
kebijakan.
• Contoh: harga kayu domestik tertekan karena
praktek oligopsoni, pembeli menjadi price-
maker.
• Perlu kebijakan lintas sektor agar tidak
mematikan industri hulu.
• Industri hulu mati, pembangunan hutan
tanaman stagnan, target stok karbon tidak
tercapai, hutan alam tertekan, emisi meningkat.
Peningkatan Forest Gover-nance
Partisipasi multisake-
holders
Penurunan kegialan
illegal
Peningkatan stok karbon
dan penurunan emisi
Mendukung PHPL
Pembangunan Industri hasil hutan untuk :
Wood pellet,
Bio Fuel
Pembangkit listrik biomassa
BUTIR PENUTUP
• HP menjadi sumber emisi sekaligus berpotensi besar sebagaipenyerap CO2. Apakah akan menjadi net emitter atau penyerap yang efektif dan massive, tergantung kebijakan dan praktek pengelelolaan
• Banyak opsi kebijakan dan tindakan manajemen yang dapat dilakukan untuk menjadikan HP sebagai penyerap CO2 dan produsen green product
Butir Penutup• HP adalah sekaligus sumber emisi dan penyerap CO2. Apakah akan menjadi
net emitter atau penyerap yang efektif dan massive, tergantung kebijakan dan praktek pengelelolaan
• Banyak opsi kebijakan dan tindakan manajemen yang dapat dilakukan untuk menjadikan HP sebagai penyerap CO2 dan produsen green products
• Untuk dapat mengkuantifikasikan kapasitas HP Indonesia dalam menyerap CO2, perlu sistem dan perangkat pendugaan yang akurat dan diterima para pihak, serta database yang kondisi HP dan aktifitas manajemen yang dilakukan.
• Model-model alometrik untuk menduga penyerapan setiap type hutan dengan perlakuan manajemen tertentu di berbagai lokasi perlu disusun atau dikosolidasikan untuk membangun sistem tersebut.
• Database lintas Eselon I terkait di LHK juga perlu ditata dan dikonsolidasikan.
KESEIMBANGAN SIMPANAN KARBON
DI DALAM KAWASAN HUTAN PRODUKSI (2000 – 2009)
Sumber : Ditjen Planologi (2011) dalam
Ditjen BUK & ITTO, 2012
Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan
Kementerian Kehutanan 28