Post on 15-Mar-2019
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PENETAPAN HARGA BBM “Suatu Tinjauan dari Perspektif Ekonomi Islam”.
Oleh:
HERMAWAN 101046122381
JURUSAN MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2006
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PENETAPAN HARGA BBM “Suatu Tinjauan dari Perspektif Ekonomi Islam”.
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
HERMAWAN 101046122381
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
I. Drs. H. Anwar Abbas, M.Ag, MM II. Dedy Nursamsi, SH, M.Hum NIP. 131273007 NIP. 150264001
JURUSAN MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2006
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, hanya berkat rahmat dan
petunjuk-Nya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi Islam pada Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi besar Muhammmad SAW, sang Periclytos yang menyediakan
kesejahteraan bagi yang dipimpinnya, pimpinan yang menyediakan suatu organisasi
sosial dimana orang-orang merasa aman didalamnya, pimpinan yang menyediakan
suatu bentuk kepercayaan yang benar dan hakiki.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan
dan tantangan. Namun dengan ketekunan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang mendalam kepada :
1. Prof. Dr. H, Amin Suma, SH, MA., selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Euis Amalia, M.Ag dan Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Muamalat, Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
i
ii
3. Drs. H. Anwar Abbas, M.Ag, MM dan Dedy Nursamsi, SH, M.Hum, selaku
dosen pembimbing yang selalu mengarahkan dengan penuh kesabaran dalam
membimbing penulis.
4. Segenap Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah
memberikan bekal ilmu yang bermanfaat dalam proses belajar dan pendewasaan
diri dalam hidup dan kehidupan penulis.
5. Pimpinan Perpustakaan beserta seluruh staf-stafnya di lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah menyediakan sumber referensi.
6. Orang tua kami, H. Asikin dan Ibunda T. Mulyati, serta nenek tercinta Hj.
Rohaeni yang banyak memberikan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan angkatan tahun 2001, yang telah sama-sama
menuntut ilmu di kampus tercinta.
Jakarta, Februari 2007
Penulis
DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………….........1 B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah…………………………………………………6 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………………………………………………………..7 D. Metode Penelitian……………………………………………………………………...8 E. Objek Penelitian………………………………………………………………………10 F. Sistematika Penulisan…………………………………………………………………10 BAB II. GAMBARAN UMUM BMT AL-KAUTSAR A. Latar Belakang Berdirinya BMT Al-Kautsar…………………………………………12 B. Struktur Organisasi……………………………………………………………………15 C. Asas, Landasan dan Prinsip BMT Al-Kautsar………………………………………..18 D. Profil Organisasi Al-Kautsar………………………………………………………….19 E. Produk-Produk BMT Al-Kautsar……………………………………………………..19 F. Produk-Produk Al-Kautsar Dalam Dinar Dan Dirham……………………………….20 BAB III. KONSEP DAN SEJARAH DINAR DAN DIRHAM A. Pengertian Dinar Dan Dirham………………………………………………………...22 B. Dinar Dan Dirham Dari Masa Kemasa 1. Dinar dan dirham pada masa Rasulullah SAW………………………………………..24 2. Dinar dan dirham di zaman Lhulafaurrasyidin………………………………………..25 3. Dinar dan dirham pada masa sesudah Khulafaurrasyidin……………………………..26 4. Dinar dan dirham masa kini dan masa keredupan penggunaan dimar dan dirham…...29 C. Konsep Uang Menurut Pada Pemikir Islam 1. Abu Ubaid (154-224 H)……………………………………………………………….32 2. Imam Al-Ghazali (450-505 H)………………………………………………………..33 3. Ibnu Khaldun (732-808 H)……………………………………………………………35 4. Al-Maqrizi (766-845 H)………………………………………………………………36 5. Umar Chapra………………………………………………………………………….38 D. Standar Emas 1. Arti dan syarat standar emas…………………………………………………………..39 2. Macam-macam standar emas………………………………………………………….40 3. Standar emas Internasional……………………………………………………………42 4. Jenis-jenis standar moneter……………………………………………………………42 BAB IV. REALISASI PENGGUNAAN DINAR DAN DIRHAM PADA PRODUK BMT AL-KAUTSAR A. Realisasi Penggunaan Dinnar Dan Dirham Pada BMT Al-Kautsar 1. Penukaran dinar dan dirham pada BMT Al-Kautsar.....................................................44 2. Penitipan uang dinar dalam tabung dinar pada Wakala BMT Al-Kautsar....................49 3. Dinar dan dirham untuk pembelian segala macam produk-produk BMT Al-Kautsar...51 4. Tabungan haji dinar…………………………………………………………………...53 5. Membayar zakat, infaq, dan shadaqah dengan dinar dan dirham……………………..57 B. Dampak Penjualan Dinar Dan Dirham Terhadap BMT Al-Kautsar Dan Tanggapan Masyarakat Terhadap Dinar Dan Dirham
1. Dampak penjualan dinar dan dirham terhadap BMT Al-Kautsar……………………..59 2. Tanggapan masyarakat terhadap penerapan dinar dan dirham pada BMT Al-Kautsar.64 C. Analisis Terhadap Realisasi Penggunaan Dinar Dan Dirham Pada BMT Al-Kautsar.72 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan……………………………………………………………………………82 B. Saran………………………………………………………………………………….84
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perkembangan harga produk BBM tahin 2005………………………….44
Tabel 3.2 Rincian Rumah Tangga, Usaha Kecil, Transportasi
dan Pelayanan Umum ...............................................................................45
Tabel 3.3 Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN 2004………………50
Tabel 3.4 Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN 2005……………....51
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Belanja pemerintah Pusat 2004 (Realisasi).............................................38
Gambar 3.2 Belanja Pemerintah Pusat 2005 (APBN Revisi II)..................................38
Gambar 3.3 Trend Produksi dan Impor Minyak dalam kurun waktu
lima tahun (2000-2004)………………………………………...………56
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah tanah surga yang didalamnya banyak terkandung kekayaaan
alam yang melimpah ruah. Bagaimana tidak, lautannya yang terbentang luas
merupakan salah satu kekayaan alam indonesia dimana para nelayan dapat menikmati
ikan-ikan yang ada di perairan Indonesia. Belum lagi kekayaan yang lainnya, meliputi
hutan, hasil tambang, pertanian, minyak dan yang lainnya.
Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah kenapa sejak beberapa tahun
belakangan telah berubah posisi dari net eksportir menjadi net importir. Salah satunya
adalah produksi minyak bumi kita yang tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri
sendiri yang pada akhirnya Indonesia sebagai salah satu negara penghasil minyak
terbesar harus mengimpor minyak untuk kebutuhan rakyatnya.
Berita di harian Kompas hari ini (14 Desember 2005) yang menjelaskan data
impor produk pertanian memperlihatkan bahwa Indonesia mengimpor beras 3,7 juta
ton/tahun, gula 1,6 juta ton/tahun, kedelai 1,3 juta ton/tahun, gandum 4,5 juta
ton/tahun, jagung 1,3 juta ton/tahun, garam 1,6 juta ton/tahun, singkong 0,85 juta
ton/tahun, kacang tanah 260.000 ton/tahun, buah-buahan 247.000 ton/tahun serta
sayuran 281.000 ton/tahun.
1
2
Indonesia adalah negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
(Pasal 29 UUD 1945). Oleh sebab itu, bangsa Indonesia yakin dan mengimani bahwa
bumi dan seluruh kekayaan yang terkandung di dalamnya baik di darat, laut maupun
udara adalah milik Allah Robbul Alamin sebagaimana tercantum dalam surat al-
Maidah/5 ayat 17:
رض وما بينهما يخلق ما يشاء والله على آل ألله ملك السموات واول )17 : 5/المائدة (رشيء قدي
Artinya : "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (al-Maidah/5 :17) Ia percayakan kekayaan alam itu kepada manusia Indonesia untuk dikelola
dengan sebaik-baiknnya sehingga menghasilkan kemakmuran dan kesejahteraan. Di
darat ada pegunungan yang mengandung bahan-bahan tambang. Dalam surat al-
Hadid/57 ayat 25 dan surat al-A’raf/7 ayat 74:
لقد أرسلنا رسلنا بالبينات وأنزلنا معهم الكتاب والميزان ليقوم الناس بالقسط وأنزلنا الحديد فيه بأس شديد ومنافع للناس وليعلم الله من
)25: 57/الحديد( الله قوي عزيزينصره ورسله بالغيب إن
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.(al-Hadid/57 : 25)
3
رض تتخذون من ألعد عاد وبوأآم في اواذآروا إذ جعلكم خلفاء من ب
تعثوا في آلسهولها قصورا وتنحتون الجبال بيوتا فاذآروا ءالاء الله و )74 : 7/األعراف. (الأرض مفسدين
Artinya : “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum `Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah ni`mat-ni`mat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan”. (al-A’raf/7 : 74) Ada hutan yang menghgasilkan kayu-kayuan, ada sawah dan ladang yang
dapat menghasilkan makanan pokok. Juga tercantum dalam surat Ibrahim/14 ayat 32 :
ه الذي خلق السموات والأرض وأنزل من السماء ماء فأخرج به اللأمره من الثمرات رزقا لكم وسخر لكم الفلك لتجري في البحر ب
)32 : 14/ابراهيم. (نهارألوسخر لكم اArtinya : “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai”.(Ibrahim/14 : 32)
Sayangnya, daratan yang bisa mendatangkan kemakmuran itu belum dikelola
secara maksimal. Bukti nyata adalah impor beras dan makanan lainnya yang
sesungguhnya bisa diproduksi oleh rakyat itu sendiri. Di luar pulau Jawa banyak
lahan terlantar dan banyak pulau tak terurus.
4
Sementara itu, lautan Indonesia yang luasnya mencapai 5,8 juta km2 menyimpan
pokok-pokok kemakmuran yang luar biasa. Dari sumber daya yang dapat
diperbaharui ada perikanan. Sebagaimana tercantum dalam surat an-Nahl/16 ayat 14:
وهو الذي سخر البحر لتأآلوا منه لحما طريا وتستخرجوا منه حلية . تلبسونها وترى الفلك مواخر فيه ولتبتغوا من فضله ولعلكم تشكرون
)14 : 16/النحل(Artinya : “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”.(an-Nahl/16 : 14)
Sumber daya yang tidak dapat diperbaharui meliputi minyak, gas bumi dan
mineral. Lagi-lagi sangat disayangkan belum optimalnya pemerintah mengelola
kekayaan alam di laut. Yang terjadi justru sebaliknya banyak aset-aset negara yang
dicuri oleh negara-negara asing, bahkan pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab di
dalam negeripun ikut mengeruk kekayan laut Indonesia demi untuk kepentingan
pribadinya masing-masing. Sehingga dampak yang harus diterima oleh bangsa ini
adalah seperti sekarang ini, kelangkaan bahan pokok makanan, kelangkaan bahan
bakar minyak (BBM) dan kelangkaan yang lainya, sehingga mengakibatkan
melonjaknya harga di pasaran dikarnakan sulitnya untuk mendapatkannya.
Di antara kita tentu pernah menyaksikan atau bahkan merasakan sendiri
peristiwa-peristiwa berikut: ongkos transportasi kota tiba-tiba naik; barang-barang
konsumsi tertentu tiba-tiba lenyap dari pasaran; mahasiswa tidak lagi berdemonstrasi;
5
partai politik tidak lagi dapat beroperasi secara bebas di daerah pedesaan atau
penggunaan bahan energi tertentu terpaksa harus dicatut, dan lain sebagainya.1
Peristiwa-peristiwa yang kita contohkan itu sebenarnya untuk menunjukkan
bahwa kebanyakan peristiwa yang berkangsung di sekitar kita bukanlah kejadian
secara alami, atau sebagai sesuatu yang terjadi karena proses perkembangan yang
normal. Dalam berbagai peristiwa tadi, kebijaksanaan negaralah (Public Policy) yang
sesungguhnya telah memberikan warna terhadap timbulnya peristiwa tersebut.
Dengan kata lain, kebijaksanaan negaralah yang sebenarnya banyak mempengaruhi
kehidupan kita sehari-hari, baik kita sadari atau tidak, mengerti atau tidak.2
Kadangkala orang awam bingung dan tidak dapat membedakan antara
kebijaksanaan (Policy) dan politik (Politics). Namun untuk mudahnya kita harus
selalu ingat bahwa istilah policy itu dapat dan memang seyogianya bisa dipergunakan
di luar konteks politik. Sebagai ilustrasi, seorang pemilik toko mungkin saja
mempunyai kebijaksaan tertentu di bidang pembelian atau penjualan barang-barang
dagangannya, sebuah perusahaan besar dengan diversifikasi usaha yang luas
(konglomerasi bisnis) tentu akan mempunyai kebijaksanaan pemasaran (marketing
policy), bahkan pemilik rumah mungkin mempunyai kebijaksanaan tertentu yang
dimaksudkan untuk memelihara atau mempertahankan harta miliknya. Pada contoh-
contoh yang baru saja dikemukakan di atas, kita sebenarnya mengacu pada suatu jenis
1 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakasanaan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakasanaan Negara, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 1 2 Ibid
6
tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu (course of action), yang lebih kurang
berkesinambungan sepanjang waktu, dan diharapkan untuk menjaga terpeliharanya
keadaan tertentu dan biasanya dimaksudkan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang
tidak dinyatakan secara eksplisit dalam pernyataan kebijaksanaan (policy statement).
Penjelasan ini sekaligus menegaskan bahwa policy itu adalah suatu tindakan berpola
yang mengarah pada tujuan tertentu dan bukan sekedar keputusan untuk melakukan
sesuatu.3
Kalau kita berbicara masalah kebijakan pemerintah, berarti kita juga
membicarakan masalah kebijakan publik. Kebijakan Publik merupakan salah satu
disiplin ilmu yang baru saja berkembang. Sudah sejak lama kebijakan publik
dimasukkan ke dalam disiplin ilmu politik, tetapi perkembangan selanjutnya
menuntut agar kebijakan publik berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu. Ini tidak
berarti kebijakan publik terlepas sama sekali dari disiplin ilmu social lainnya.
Kebijakan publik lebih banyak dikaitkan dengan kegiatan pemerintah karena
keseluruhan dari keputusan kebijakan publik mencerminkan akhir dari kebijakan
pemerintah. Baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, keputusan
kebijakan publik itu dijalankan untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Dasar
pembentukan kebijakan publik itu adalah kepentingan publik Suatu kebijakan publik
3 Ibid., h. 2-3
7
tidak dapat dikatakan sebagai kebijakan publik kalau ia tidak berorientasi terhadap
kepentingan publik.4
Kebijakan publik sebagai ilmu pengetahuan mempelajari yang dilakukan
pemerintah, mengapa pemerintah melakukannya? Serta dampak apa yang
ditimbulkan?
Dalam usaha memahami pengertian tentang kebijakan publik, beberapa ahli
telah memberikan definisinya masing-masing. Menurut Thomas R Dye, Public Policy
adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan ataupun untuk tidak
dilakuakan. Dalam pengertian ini, maka pusat perhatian dari Public Policy tidak
hanya pada apa saja yang dilakukan oleh pemerintah melainkan termasuk juga apa
yang tidak dilakukan oleh pemerintah. Justru dengan apa yang tidak dilakukan
pemerintah itu mempunyai dampak yang sangat besar terhadap masyarakat sama
seperti halnya dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Dapat
dibayangkan betapa besar pengaruhnya terhadap masyarakat jika pemerintah
mendiamkan atau tidak melakukan apa-apa terhadap kejahatan yang semakin semakin
merajalela dalam masyarakat.5
Sebagai policy itu dapat dilakukan pemerintah dengan melakukan tindakan-
tindakan selanjutnya. Dye mengatakan bahwa bila pemerintah memilih untuk
melakukan sesuatu, maka harus ada tujuannya atau objeknya dan Kebijakan Publik
4 Mohammad Ihsan, “Kebijakan Publik: Dalam Perspektif Ilmu Politik dan Ilmu Administrasi”,
makalah pada seminar mengenai kebijakan publik, (Jakarta: FISIP, 2005), h. 1 5 Ibid., h. 2
8
itu harus meliputi semua tindakan pemerintah jadi bukan semata-mata merupakan
pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja. Di samping itu,
sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh/dampak
yang sama besarnya dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah.6
David Easton memberikan arti “Kebijakan Publik sebagai : pengalokasian
nilai-nilai secara paksa (sah) kepada seluruh anggota masyarakat”. Berdasarkan
definisi ini, Easton menegaskan bahwa hanya pemerintahlah yang secara sah dapat
membuat sesuatu pada masyarakatnya dan pilihan pemerintah untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu tersebut dirupakan dalam bentuk pengalokasian
nilai-nilai pada masyarakat. Hal ini disebabkan karena pemerintah yang masuk ke
dalam apa yang oleh Easton disebut sebagai “Authorities in a political system”, yaitu
para penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam masalah sehari-hari yang telah
menjadi tanggung jawab atau peranannya.7
Bagaimana mekanisme pemerintah dalam menetapkan pematokan harga dan
menentukan tarif upah? Dalam menjalankan kebijakan ini, pemerintah sesungguhnya
tidak diperkenankan berbuat sewenang-wenang mengikuti kehendaknya sendiri.
Akan tetapi, pemerintah mesti melakukan negosiasi, diskusi, dan konsultasi dengan
berbagai pihak yang terkait, termasuk dengan pihak pemasok dan penyalur barang.8
6 Ibid., h. 3
7 Ibid 8 M. Arskal Salim GP, Etika Intervensi Negara: Perspektif Etika Politik Ibnu Taimiyah, (Jakarta:
Logas, 1999), h. 102
9
Dalam hubungan ini, Ibnu Taimiyah mengajukan sebuah mekanisme yang
telah pernah diungkapkan oleh Ibnu Habib. Menurutnya, dalam pematokan harga dan
penentuan tarif upah, pemerintah selayaknya membuat pertemuan dengan pihak-
pihak yang terlibat dalam dunia perdagangan (pasar), baik para pedagang maupun
para pembeli (konsumen). Dalam pertemuan itu, pemerintah berkesempatan bertanya
dan memverifikasi harga atau tarif upah yang berlaku dari masing-masing kedua
belah pihak. Dalam hal tidak terjadinya kecocokan harga di antara kedua belah pihak,
maka pemerintah dapat membujuk mereka agar sampai menyetujui harga yang
mereka kehendaki bersama secara sukarela tanpa paksaan sedikitpun. Jadi, penetapan
harga ataupun tarif upah bukannya dilakukan tanpa dasar apapun, melainkan
dilandasi oleh kerelaan dan kesepakatan kedua belah pihak.9
Untuk menjelaskan tujuan pertemuan di atas, Ibnu Taimiyah mengutip
pendapat Abu al-Walid yang mengatakan: “Dengan cara tersebut, kepentingan dan
kemaslahatan para pedagang maupun pembeli akan dapat terjamin; sehingga
pedagang akan memperoleh keuntungan yang seharusnya dan pembeli pun akan
terhindar dari kerugian. Kalau penetapan harga masih tetap dilakukan meski tanpa
kerelaan para pedagang, maka hal itu bukan saja dapat mengacaukan harga di
pasaran, tetapi juga mengakibatkan hilangnya barang-barang di pasaran.”10
9 Ibid 10 Ibid,. h. 103
10
Dari uraian di atas, tampak bahwa Ibnu Taimiyah sadar bahwa penetapan
harga dan penentuan tarif upah yang sewenang-wenang akan membawa dampak
buruk bagi perkembangan ekonomi.11
Salah satu dari kebijakan pemerintah yang baru-baru ini dikeluarkan adalah
masalah kenaikan harga BBM. Kebijakan tersebut dianggap kontroversial dan
mendapat kecaman yang sangat keras dari masyarakat, khususnya masyarakat kelas
bawah. Wajar bila hal itu terjadi, karena menaikan harga BBM itu adalah keputusan
yang buruk. Bagaimana tidak! Dengan menaikkan harga BBM, berarti menaikkan
seluruh harga kebutuhan masyarakat.
Adapun dampak yang dihasilkan dari kebijakan tersebut adalah
melambungnya harga bahan pokok makanan, naiknya tarif kendaraan, dan naiknya
harga kebutuhan lainnya. Inilah kenyataan pahit yang harus masyarakat terima mau
tidak mau, ikhlas tidak ikhlas, ridho tidak ridho mereka harus menerimanya dengan
lapang dada dan sabar.
Seperti yang sudah dijabarkan di atas bahwa kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah sangat berpengaruh terhadap perekonomian rakyat, terlebih kebijakan
tersebut menyangkut masalah kemakmuran rakyat. Salah mengambil kebijakan
berarti merampas kemakmuran rakyat itu sendiri. Maka dalam penelitian yang akan
dilakukan hanya terbatas pada kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga BBM
serta bagaimana ekonomi Islam menanggapi kebijakan tersebut.
11 Ibid
11
Dari berbagai penjelasan di atas, penulis bermaksud menuangkannya dalam
sebuah skripsi yang berjudul KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM
PENETAPAN HARGA BBM: “Menurut Perspektif Ekonomi Islam”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan yang akan diteliti, maka penelitian ini akan
dibatasi pada: “Kebijakan pemerintah dalam penetapan harga BBM tahun 2005
ditinjau dari perspektif ekonomi Islam.”
Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, maka di sini penulis
memberikan perumusan, antara lain:
1. Bagaimana konsep Islam tentang peranan negara dalam penetapan harga?
2. Bagaiman kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga BBM pada tahun
2005?
3. Bagaimana pandangan ekonomi Islam terhadap penetapan harga BBM oleh
pemerintah pada tahun 2005?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui konsep Islam tentang peranan negara dalam penetapan
harga.
12
b. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga BBM
pada tahun 2005.
c. Untuk mengetahui pandangan ekonomi Islam terhadap penetapan harga
BBM oleh pemerintah pada tahun 2005.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis: menambah khazanah pengetahuan dalam bidang ekonomi
Islam, khususnya masalah penetapan harga yang dilakukan oleh
pemerintah.
b. Manfaat praktis: agar masyarakat mengetahui rumusan pemikiran ekonomi
Islam terhadap kebijakan yang di ambil oleh pemerintah dalam menetapkan
harga BBM. Sehingga diharapkan kepada pemerintah dalam menetapkan
harga BBM harus benar-benar adil dan mengacu kepada ekonomi Islam
demi kemaslahatan rakyat banyak.
D. Metode Penelitian
Dalam pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library reseach), yaitu mencari dan menghimpun data yang ada
hubungannya dengan pembahasan ini, dilakukan dengan membaca dan menelaah
buku-buku dan majalah-majalah yang ada relevansinya dengan skripsi ini.
Pengolahan data, adapun metode yang penulis gunakan dalam pengolahan
data tersebut adalah deskriptif analitis, dimana dari data yang ada penulis
menganalisa melalui pendekatan politik-ekonomi dan mengkaitkannya dengan
13
perspektif ekonomi Islam. Tujuannya adalah untuk mencari pengertian-pengertian
atau untuk memahami konsepsi-konsepsi yang sedang dibahas. Dengan demikian,
skripsi ini bersifat deskriptif analisis.
Dalam penelitian ini penulis mencoba mengetahui perspektif ekonomi islam
terhadap kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga BBM pada tahun 2005.
Teknik penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku-buku:
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi untuk mahasiswa UIN” yang
diterbitkan oleh UIN Jakarta Press dan Logos tahun 2004.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari empat bab, dengan
perincian sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, sistematika
penulisan.
Bab II. Peranan Pemerintah dalam Sistem Ekonomi Islam, yang meliputi
pengertian pemerintah menurut konsep islam, fungsi dan peranan
pemerintah dalam islam, peranan pemerintah dalam bidang ekonomi
dan penetapan harga menurut ekonomi islam.
Bab III. Kebijakan Pemerintah Terhadap Harga BBM Tahun 2005 Serta Analisis
Ekonomi Islam Terhadap Kebijakan Tersebut, yang meliputi deskriptif
tentang kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga BBM
14
(Peraturan Presiden Dalam Menetapkan Harga BBM Tahun 2005,
Faktor Yang Melatar Belakangi Kenaikan Harga BBM Tahun 2005),
analisis terhadap kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga
BBM menurut perspektif ekonomi islam.
Bab IV. Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
Daftar Pustaka
Lampiran
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an dan Terjemahannya
Gilarso T., Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Mikro. Yogyakarta: Kanisius, 1993, Jilid 2, Cet. ke-1
Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: III T, 2003, Jilid 2, Cet. ke-2
Khaf, Monzer, Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, Cet. ke-1
Mannan, M. Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1997, Cet. ke-2
Salim, M. Arskal GP, Etika Intervensi Negara: Perspektif Etika Politik Ibnu Taimiyah. Jakarta: Logos, 1999, Cet. ke-1
Wahab, Solichin Abdul, Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara, 1997, Cet. ke-2
16
OUTLINE
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Sistematika Penyusunan
BAB II. PERANAN PEMERINTAH DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM
A. Pengertian Pemerintah Menurut Konsep Islam
B. Tujuan dan Fungsi Pemerintah Dalam Islam
C. Peranan Pemarintah Dalam Bidang Ekonomi dan Penetapan Harga
Menurut Ekonomi Islam
17
BAB III. KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP HARGA BBM TAHUN
2005
A. BBM dan Perekonomian Nasional
B. Pengaturan Kebijakan Yang Diambil Oleh Pemerintah Dalam
Menetapkan Harga BBM
1. Dasar Hukum Penetapan Harga BBM Tahun 2005
2. Perpres Tentang Harga BBM Tahun 2005
C. Faktor Yang Melatar Belakangi Kenaikan BBM Tahun 2005
BAB IV. ANALISIS TENTANG KEBIJAKAN PEMERINTAH
TERHADAP PENETAPAN HARGA BBM DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
A. Analisis Ekonomi Islam Terhadap Wewenang Pemerintah dalam
Menetapkan Harga BBM
B. Analisis Ekonomi Islam terhadap Subsidi BBM yang Dilakukan
Pemerintah dalam Menstabilkan Perekonomian
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
BAB II
PERANAN PEMERINTAH DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM
A. Pengertian Pemerintahan Menurut Konsep Islam.
Dalam kelompok masyarakat pada umumnya ada sejumlah orang yang
mengatur dan sekaligus melakukan usaha guna menciptakan serta memelihara
ketertiban. Mereka merupakan pimpinan dalam suatu masyarakat negara. Golongan
orang-orang yang berwenang untuk mengatur dan memimpin itu disebut dengan
pemerintah. Oleh karena salah satu syarat berdirinya negara yaitu adanya unsur
pemerintah/pemerintahan.1 Sebelum melangkah pada bahasan mengenai konsep
pemerintahan dalam al-Qur’an terlebih dahulu penulis akan memaparkan pengertian
pemerintahan itu sendiri.
Secara etimologi pemerintah berasal dari kata sebagai berikut :
1. Kata dasar “perintah” berarti melakukan pekerjaan menyuruh.
2. Penambahan awalan pe menjadi “pemerintah” berarti badan yang melakukan
kekuasaaan memerintah.
3. Penambahan akhiran an menjadi “pemerintahan” berarti pembutan, cara, hal
atau urusan dari pada badan yang memerintah tersebut.2
1 Inu Kencana Syafi’ie, Ilmu Pemerintahan dan Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet.
Ke-1, h. 128 2 Ibid., h. 5
14
15
Dibeberapa negara, antara pemerintah dan pemerintahan tidak dibedakan,
Inggris menyebutnya “Government” dan Prancis menyebut “Gouvernment” keduanya
berasal dari kata latin “Gubernacalum”. Dalam bahasa Arab disebut “Hukumat” dan
di Amerika Serikat disebut hanya dengan “Administration”, sedangkan Belanda
mengartikan “Regering” sebagai penggunaan kekuasaan negara oleh yang berwenang
untuk menentukan keputusan dan kebijaksanaan dalam rangka mewujudkan tujuan
negara, dan sebagai penguasa menetapkan perintah-perintah.3
Pemerintahan dalam arti organnya dibedakan, yaitu pemerintahan dalam arti
sempit, hanya terbatas pada lembaga yang memegang kekuasan eksekutif.
Pemerintahan dalam ati luas, mencakup kekuasaan eksekutif, legislatif dan
yudika
upakan pembawa suara dari rakyat
sehingga pemerintah dapat berdiri dengan stabil.5
tif.4
Jadi pemerintahan merupakan alat bagi negara dalam menyelenggarakan
segala kepentingan rakyatnya dan juga dalam mewujudkan tujuan yang sudah
ditetapkan. Pemerintah harus diartikan luas yang mencakup semua badan-badan
negara. Suatu hal yang penting adalah pemerintah yang berkuasa harus diakui oleh
rakyatnya karena pada hakekatnya pemerintah mer
3 Ibid., h. 6
4 Ibid
5 Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000),
cet. ke-4, h. 112.
16
1. Kons
yang islami, tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an,
sur
ف وينهون عن
menyeru kepada
ebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Al-imran/3:104)
engan tujuan agar terciptanya kedamaian,kemakmuran dan
kes
musuhnya,ambisi,ikrar,pengorbanan, kebaikan dan kelemahannya. Begitu pula
ep Pemerintahan Dalam Al-Qur’an
Tentang elit pemerintahan yang kemudian menjadi dasar untuk
pembentukan suatu negara
at ali imran/3 ayat 104:
ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعرو )104 : 3/أل عمران. (المنكر وأولئك هم المفلحون
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yangk
Ayat diatas menjadi dasar berdirinya negara dan perlunya diadakan
pemerintahan untuk pengaturan dan penyelenggaraan kenegaraan tersebut.
Walaupun jumlah aparat pemerintah tersebut sedikit tetapi sanggup mengatur
warga Negara yang jumlahnya relative jauh lebih banyak. Rakyat wajib
mendengar dan menaati segala perintah dan peraturan yang dibentuk oleh
pemerintah, d
ejahteraan.
Al-Qur’an di dalamnya berisikan pokok utama peristiwa-peristiwa yang
pernahtrjadi di kalangan umat islam baik tentang musuh-
17
mengenai hubungan-hubungan antara pemimpin(Rasulullah) dan sahabatnya, dan
staf generalnya.6
Demikian pula hubungan antara pemimpin dengan tim pimpinan dan seluruh
penganut setia, dan penganut sifatnya adalah pendukung dan simpatisan.
Golongan-golongan ini, secara bersama membentuk suatu komunitas dan
tentunya menjadi bagian dari komunitas itu sendiri. Dan dalam kedudukannya,
memelihara hubungan dengan golongan-golongan dan individu-individu yang
bukan bagian dari komunitas itu.7
Lebih lanjut, islam sebagai ‘fakta al-Qur’an’ mempunyai konsepsi tentang
kekuasaan. Ada dua hal yang menjadi bagian dari konsepsi tersebut, yaitu
pertama, adalah yang tak masuk jika memikirkan bahwa, pengalaman yang
dilakukan manusia untuk membentuk suatu tata tertib baru yang bersifat universal
dapat dilakukan tanpa suatu otoritas, pemimpin dan organisasi. Kedua, al-Qur’an
telah membentuk sejumlah prinsip mengenai otoritas dan kekuasaan, dan telah
membentuk sejumlah prinsip mengenai otoritas dan kekuasaan, dan telah
membedakan antara keduanya dengan jelas. Tahta otoritas, secara ekslusif berada
di tangna tuhan. Ada satu otoritas dab hanya Allah, lailahaillahu. Sedangkan tahta
kekuasaan telah diambil oleh Muhammad saw, sebagai utusan Allah kekuasaan
ini yang diserahkan dan dianugerahkan, pada definisinya tidak mempunyai
6 Mehdi Muzaffari, Authority in Islam, Abdul Rahman Ahmed, Kekuasaan dalam Islam,
(terj.), (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994), cet. ke-1, h. xi 7 Ibid.
18
otonomi, tetapi sebalikya tergantung pada otoritas Allah di mana dari Dialah
harus menerima legitimasi untuk dipatuhi.8
Secara tegas al-Qur’an menggunakan ungkapan ulul amr umtuk konsep
pemegang dan pengendali kekuasaan politik. Meskipun begitu para ulama tidak
sependapat mengenai konsep yang dimaksud karena terpengaruh oleh
perkembangan pemikiran politik zamannya. Pemerintah sebagai salah satu
struktur dasar system politik merupakan lembaga yang menyelenggarakan
mekanisme politik atau roda pemerinthan yang di pimpin oleh seorang pejabat
yang disebut ‘wali’ atau ‘amir’ atau dengan istilah lainnya yang dikenal dalam
kepustakaan politik dan ketatanegaraan islam.9
Kekuasaan politik yang dimiliki oleh wali mempunyai dua landasan :
landasan formal normatif dan landasan struktural formatif.10 Landasan pertama
bertumpu pada ajaran kedaulatan hukum ketuhanan (al-Qur’an). Karena itu
kekuasaan politik yang dimiliki oleh wali berdasarkan ayat al-Qur’an yang
memberinya tugas untuk menegakkan hukum Allah dan menyelenggarakan
pemerintahan dengan adil dalam masyarakat. Kekuasaan politik diperoleh dan
dimiliki wali karena kekuasaan itu interen pada tugas-tugas tersebut. Landasan
kedua yakni landasan struktural formatif yang bertumpu pada penerimaan dan
pengakuan rakyat; seorang wali yang berkedudukan sebagai pemerintah harus
8 Ibid., h, xii
9 Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Qur’an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), cet. ke-2, h. 301
10 Ibid., h. 302
19
mendapat legalisasi dari rakyat dan ini diperoleh melalui bai’at dengan demikian
rakyatlah yang memegang kedaulatan politik sehingga tanpa bai’at, kekuasaan
wali tidak dapat diberlakukan secara sah. Bai’at kepada wali merupakan
manifestasi kapercayaan rakyat kepadanya untuk menegakkan hukum Allah.
Karena itu jika ia tidak melaksanakan tugasnya maka rakyat dapat menggantinya
dengan wali lain.
Adanya istilah al-Amr, al-Hukm, al-Mulk, yaitu kekuasaan yang
melakasanakan hukum dan aturan. Juga bisa disebut dengan aktifitas
kepemimpinan ini merupakan kekuasaan yang dipergunakan untuk menjaga
terjadinya tindak kezaliman serta memutuskan masalah-masalah yang
dipersengketakan.11 Istilah-istilah tersebut telah dipakai untuk menunjukan
kekuasaan, namun dengan sangat jelas al-Qur’an menegaskan bahwa secara
eksklusif otoritas berada ditangan Allah. Dialah: Yang menciptakan peraturan:
Khalq dan amr. Tuhan adalah pemilik kehendak penciptaan (iradah khalqiyyah)
atau (kauniyyah) dan kehendak legislatif (iradah tasyri’iyyah). Rosulullah sendiri,
dan lebih lagi semua para khalifah, sultan, raja, imam, tuan, ayah, suami
memrintah hanya karena perintah-perintah yang diberikan oleh Allah.12
Disamping itu, al-Qur’an juga menyoroti mengenai kebijaksanaan
pemerintah. Allah menyuruh berlaku adil walaupun terhadap saudara dan kerabat
11 Taqiyuddin An-Nabhani, Nidhamul Hukmi Fil Islam, Moh. Magfur Wachid, Sistem
Pemerintahan Islam: Doktrin Sejarah dan Realitas Empirik, (terj.), (Surabaya: Al-Izzah, 1996), cet. ke-1, h. 11
12 Mehdi Muzaffari, Authority in Islam …, Op.Cit., h. 19-20
20
sendiri oleh karenanya, pemerintah dalam menetapkan kebijakan-kebijakannya
dituntut berlaku seadil-adilnya, tanpa ada unsure kepentingan pribadi maupun
golongan. Pada hakikatnya semua yang berkaitan dengan kebijaksanaan
pemerintah hendaknya semata-mata untuk kemakmurkan dan kesejahteraan
rakyat. Sebagaimana tercantum dalam dalam al-Qur’an, surat an-Nisa’/4 ayat
135:
ياأيها الذين ءامنوا آونوا قوامين بالقسط شهداء لله ولو على أنفسكم أو الوالدين والأقربين إن يكن غنيا أو فقيرا فالله أولى بهما فلا تتبعوا
تلووا أو تعرضوا فإن الله آان بما تعملون الهوى أن تعدلوا وإن )135 : 4/ءألنسا(. خبيرا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan”. (An-Nisa’/4: 135) Pemerintahan sebagai suatu ilmu (science) dan seni (art) memiliki serba-serbi,
objek dan metode tersendiri. Pemerintahan sebagai cara bagaimana mengatur,
memrintah dan menguasai orang-orang, dan yang sering dan masih akan terus
berlanjut dalam pemerintahan itu sendiri adalah perebutan kekuasaan. Padahal
pada hakikatnya, kekuasaan itu tidak akan kekal di tangan manusia, melainkan
kekal pada Allah.13
13 Inu Kencana Syafi’ie, Ilmu Pemerintahan dan Al-Qur’an …, Op.Cit., h. 166
21
2. Prinsip Dasar Pemerintahan dalam Islam
Prinsip dasar yang harus dipegang dalam menjalankan pemerintahan
islam. Secara garis besarnya yaitu:14
a. Keadilan.
Perintah melaksanakan keadilan banyak ditemukan secara eksplisit dalam al-
Qur’an, surat an-Nisa’/4 ayat 58:
إن الله يأمرآم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها وإذا حكمتم بين الناس أن تحكموا بالعدل إن الله نعما يعظكم به إن الله آان سميعا بصيرا
)58 : 4/ءألنسا(. Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (An-Nisa’/4: 58)
b. Persamaan di Hadapan Hukum.
Tentang persamaan, juga disebutkan dalam al-Qur’an, sebagaimana firman-
Nya surat al-Hujurat/49 ayat 13:
اأيها الناس إنا خلقناآم من ذآر وأنثى وجعلناآم شعوبا وقبائل ي
: 4/ءألنسا(. لتعارفوا إن أآرمكم عند الله أتقاآم إن الله عليم خبير49(
Artinya:
14 Muhammad Dhiauddin Rais, An-Nazhariyatu As-Siyasatul Islamiyah, Abdul Hayyie Al-
Kattani, Teori Politik Islam, (terj.), (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), cet. ke-1, h. 265
22
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Al-Hujurat/49: 13)
c. Taat.
Loyalitas adalah satu pilar pemerintahan dalam islam. Negara tidak akan kuat
tanpa adanya keadilan dari penguasa dan ketaatan rakyat kepada umara’
(pimpinan), sebagaimana dalam firman Allah swt dalam surat An-Nisa’/4 ayat
59:
ياأيها الذين ءامنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم بالله فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن آنتم تؤمنون
)49 : 4/ءألنسا(. ألك خير وأحسن تأويواليوم الآخر ذلArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (An-Nisa’/4: 59)
d. Syura (Musyawarah).
Dalam pemerintahan islam mengambil keputusan didalam semua urusan
kemasyarakatan harus dilakukan melalui musyawarah dan konsultasi dengan
semua pihak sebagaimana tercantum dalam Firman Allah swt surat Ali
Imran/3 ayat 159:
23
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو آنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في الأمر فإذا عزمت
)159 : 3/أل عمران( . نفتوآل على الله إن الله يحب المتوآلي Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Ali Imran/3: 159)
B. Tujuan dan Fungsi Pemerintah Dalam Islam.
Ditinjau dari tujuan adanya negara, Islam memandang bahwa kewajiban
utama atas seorang penguasa dan pemerintahannya ialah menegakan sistem
kehidupan islami dengan sempurna tanpa mengurangi atau mengganti,
memerintahkan segala yang ma’ruf, menebarkan kebaikan dan mencegah
kemunkaran serta bertindak membasmi kejahatan dan kerusakan sesuai dengan
ukuran nilai-nilai akhlak Islam.15
Tujuan menunjukan dunia cita-cita, yakni suasana ideal yang harus dijelmakan.
Maka, tujuan mengandaikan adanya sasaran yang hendak dicapai. Sebaliknya, fungsi
menunjukan dunia riel yang konkret. Oleh karenanya fungsi adalah pelaksanaan dari
pada tujuan yang hendak dicapai itu.16
15 M. Amin Rais, Khalifah dan Kerajaan, (Bandung: Mizan, 1984), cet. ke-1, h. 104 16 M. Arskal Salim GP, Etika Intervensi Negara: Perspektif Etika Politik Ibnu Taimiyah,
(Jakarta: Logos, 1999), h. 62
24
Dalam hubungannya dengan Negara, tujuan menunjukan apa yang secara
ideal hendak dicapai oleh Negara itu, sedangkan fungsi adalah pelaksanaan cita-cita
Negara itu dalam kenyataan. Dengan demikian, antara tujuan Negara dan fungsi
Negara harus terdapat konsistensi.17
Dari pembahasan yang lalu, kita mengetahui Negara bagi Ibnu Taimyah tak
lebih sebagai sarana bukan tujuan. Lalu apa sebenarnya yang menjadi tujuan dengan
terbentuknya Negara? Dalam pandangan politik Ibu Taimiyah, Negara
diselenggarakan agara semua tujuan-tujuan syariat dapat diwujudkan. Jadi, dalam hal
ini, mempersoalkan tujuan Negara sesungguhnya secara tak langsung
mempertanyakan apa yang menjadi tujuan dari syariat itu sendiri. Dengan kata lain,
antara tujuan Negara dan tujuan syariat terdapat paralelisasi.18
Ibnu Taimiyah menulis:
“semua bentuk kekuasaan di dalam islam dimaksudkan hanyalah untuk
kepentingan Allah semata dan agar kalimatullah dapat ditegakan setinggi-
tingginya. Sebab, Allah swt. Sengaja menciptakan seluruh makhluk di dunia
untuk kepentingan itu, dan untuk maksud tersebut Allah menurunkan sejumlah
kitab suci dan mengutus beberapa orang rasul. Berdasarkan alas an itu, segenap
17 Ibid. 18 Ibid., h. 63
25
para Rasul bersama orang-orang yang beriman turut bahu-membahu
memperjuangkannya.”19
Secara sederhana, tujuana Negara dalam pandangan politik Ibnu Taimiyah
adalah terealisasinya syariat ditengah komunitas umat. dengan demikian, seorang
yang dipercayai memegang kendali pemerintahan harus menjalankan fungsi-fungsi
Negara sesuai dengan tujuan Negara tersebut. Lalu apa fungsi-fungsi negara menurut
Ibnu Taimiyah? Dari beberapa keterangan di dalam karya-karyanya, kita mengetahui
bahwa fungsi Negara yang paling utama adalah menegakan amar makruf dan nahi
mungkar. Ibnu Taimiyah mengatakan:
“seluruh kekuasaan keagamaan dimaksudkan untuk menegakan amar makruf
dan nahi mungkar, baik pada kekuasaan yang sifatnya makro, seperti kekuasaan
Sultan, ataupun pada kekuasaan yang sifatnya mikro, seperti kekuasaan polisi,
kekuasaan hakim, kekuasaan fiskal(kantor keuangan), dan kekuasaan hisbah.”20
Dalam hal itu, khan benar ketika mengemukakan pandangan bahwa tujuan
utama dari Negara dan pemerintahan, menurut Ibnu Taimiyah, adalah menegakan
amar makruf dan nahi mungkar. Memang, penegakan amar makruf dan nahi mungkar
parallel dengan upaya mewujudkan terciptanya sebuah tata social dan tertib hukum
yang adil, dan beriman kepada Allah serta merealisasikan syariat.21
19 Ibid. 20 Ibid. 21 Ibid., h. 64
26
Secara literal, amar makruf nahi mungkar diartikan sebagai perintah berbuat
kebajikan dan larangan berbuat kejahatan. Penegakan amar makruf nahi mungkar
merupakan kewajiban semua individu Muslim. Artinya, kewajiban tersebut bersifat
kolektif (fardhu kifayah). Walau begitu, kewajiban tersebut dapat berubah menjadi
individual impertatif (fardhu ain) jika tak ada satupun pihak yang sanggup
melaksanakannya. Dalam hal itu, pihak yang mempunyai otiritas dan kopetensi,
seperti Negara, merupakan institusi yang paling bertanggung jawab untuk
merealisasikannya.22
Dari uaraian-uraian Ibnu Taimiyah di dalam dua karangan politiknya, al-
siyasah dan al-hisbah, kita menyimpulkan sedikitnya ada lima bentuk fungsi Negara
dalam menegakan amar makruf nahi mungkar, yaitu (1) pelaksanaan dasar-dasar
agama Islam; (2) penegakan hukum/keadilan dan perlindungan hak-hak; (3)
pemeliharaan ketertiban dan keseimbangan ekonomi; (4) penyediaan infrastruktur
social; dan (5) pembelaan keamanan Negara.23
Dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut, Ibnu Taimiyah menghendaki agar
Negara membentuk pula beberapa institusi-institusi yang mendukung kelancaran
tugas penegakan amar makruf nahi mungkar, seperti pengadilan (al-qadha), lembaga
al-hisab, pilisi (as-syurthah), dan kantor keuangan (dawawin al-maliyah).24
22 Ibid. 23 Ibid. 24 Ibid.
27
Dari uraian singkat tersebut, tampak jelas betapa fungsi negara dalam
pandangan politik Ibnu Taimiyah terlihat sangat kentara, konkret, dan transparan.
Karena itu, kita dapat mengatakan fungsi negara dalam pandangannya tidak hanya
sekedar “penjaga malam”, meminjam istilah yang digunakan oleh Adam Smith.
Sebab, fungsi Negara menurut Ibnu Taimiyah mempunyai cakupan obyek yang lebih
luas dan terlihat lebih optimal dalam melakukan fingsinya.25
C. Peranan Pemarintah Dalam Bidang Ekonomi dan Penetapan Harga Menurut
Ekonomi Islam
“Patut dicatat bahwa mengatur segala urusan masyarakat itu merupakan salah
satu hal penting yang diperlukan (wajibat) dalam agama (addin). Ad-din
sesungguhnya tidak bisa dibangun tanpa itu. Seluruh manusia di dunia ini merupakan
anak cucu Adam yang tak bisa disempurnakan urusannya kecuali melalui organisasi
masyarakat yang baik (ijtimai’). Sebab mereka saling membutuhkan satu sama lain;
dan masyarakat seperti itu sangat membutuhkan pemimpin.”26
Kutipan pernyataan Ibnu Taimiyah di atas adalah penegasan tentang kelahirn
manusia yang diciptakan sebagai makhluk sosial. Masyarakat sebagai basis hubungan
horizontal antara-individu ditekankan tentang kebutuhan sebuah organisasi yang
menciptakan relasi yang seimbang dan adil. Keseimbangan dan keadilan terwujud
sehingga tercipta tatanan masyarakat yang baik hanya bisa muncul bila rasa
25 Ibid., h. 65 26 Ibnu Taymiyyah, Al-Siyasah Al-Syar’iyyah, (Kairo: Dar Al-Sya’ab, 1971), h.184
28
kebutuhan itu bisa dipenuhi dengan baik oleh seluruh komponen masyarakat. Karena
kehidupan manusia saja mencakup satu demografi kecil, tetapi juga meliputi suat
wilayah yang luas, dimana keanekeragaman tercipta dengan sendirinya disertai
dengan keinginan yang berbeda. Disinilah Ibnu Taimiyah menganggap pemimpin
sebagai satu pra syarat untuk bisa mengatasi keanekaragaman itu.
Penegasa Ibnu Taimiyah ini ditegaskan dengan kalimat yang lain bahwa,
“jika seorang pemimpin dibutuhkan dalam sebuah perjalanan yang secara temporer
dilakukan dan hanya terdiri dari beberapa orang sungguh merupakan perintah untuk
memililki seorang pemimpin pula untuk mengatur sebuah asosiasi banyak orang yang
sangat besar.27
“asosiasi banyak orang yang sangat besar” yang dimaksud oleh Ibnu
Taimiyah adalah pemerintahan atau negara. Pemerintahan atau negara menunaikan
banyak tugas seperti halnya bebuat kebaikan dan mencegah segala pebuatan jahat
yang terjadi. Tugas ini tak bisa dilaksanakan tanpa adanya sebuah legitimasi
masyarakat tetang seorang pemimpin (imarah) dan adanya kekuatan yang dibangun
untuk melaksanakan tugas-tugasnya itu.
Ibnu Taimiyah menyamakan hal ini dengan kewajiban agama seperti
pelaksanaan jihad, keadilan, pelaksanaan haji, membantu orang yang bersalah untuk
memperoleh jalan yang benar serta jaminan akan adanya penegakan hukum yang adil,
yang kesemuanya merupakan satu perintah (kewajiban) agama yang tak bisa
ditunaikan dengan baik tanpa kehadiran seorang pemimpin dan kekuatan untuk
27 Ibid., h. 185
29
mengatur. Maka, kebutuhan akan kekuasaan politik dengan tujuan memperkuat
ajaran Islam sepenuhnya, baik secara personal maupun dalam kehidupan sosial adalah
kebutuhan yang pasti. Dengan demikian negara adalah sebuah kebutuhan untuk
masyarakat itu sendir dengan segala penuaian tugas yang sudah ada padanya.28
Pemikiran Ibnu Taimiyah tentang kebutuhan adanya negara ini, sebagaiman
Al-Ghazali, diperlukan untuk mencegah terjadinya kerusuhan dan keadaan tanpa
hukum. Bila suatu pemerintahan tidak menjalankan tugas dengan baik, Ibnu
Taimiyah menganjurkan untuk tidak menaatinya. Namun demikian, Ibnu Taimiyah
juga melarang melakukan pemberontakan terbuka atau menggulingkan kekuasaan,
meski ia juga tak menganjurkan untuk bekerja sama dengan penguasa yang zalim.29
Ibnu Taimiyah adalah pencinta perdamaian. Ia melihat bahwa akan lebih
banyak orang yang buruk ketimbang yang baik dalam usaha untuk melakuakan
penggulingan itu. Tidak ada yang menjamim bahwa orang yang menggantikan
mempunyai inkompetensi yang lebih baik ketimbang yang dijatuhkannya itu. Di lain
pihak, kondisi stabilitas membutuhkan jangka waktu yang sangat lama. Enam puluh
tahun di bawah kekuasaan yang tak adil, lebih baik dari sebuah negara yang semalam
tak mempunyai pemimpin,” demikian ungkapan terkenal Ibnu Taimiyah yang sering
dikutip banyak orang.30
28 Ibid. 29 Ibid., h. 16 30 Ibid., h. 185
30
Negara, karena ia mengfungsikan dirinya sebagai pelaksana masyarakat yang
baik, ia tak bisa bersifat absolut dalam artian ia bisa melaksanakan tugasnya tanpa
pertanggungjawaban. Ibnu Taimiyah menganggap negara sebagai kewenangan
amanat dari Allah yang harus ditunaikan sesuai dengan cara yang berpihak pada
hukum-hukum syari’ah. Memerintah adalah kewajiban agama untuk memperoleh
ridah Allah SWT dengan memenuhi segala kewajiban dimana setiap orang dianjurkan
untuk berbuat baik, demikian tegas Ibnu Taimiyah.31
Untuk melaksanakan itu, Ibnu Taimiyah mengatakan tentang perlunya
hubungan yang harmonis dan kerja sama yang erat antara masyarakat dan
pemerintah. Ibnu Taimiyah tidak mengatakan bahwa kesejahteraan negara ditinjau
dari perbaikan hidup para individual, tetapi lebih melihat bahwa adanya negara
dengan otoritas yang dimilikinya dipergunakan untuk mengembangkan kondisi
material dan agama serta mempersiapkan penduduk yang berdiam diwilayah itu
mengadapi kehidupan yang lebih baik.32 Pemikiran ini berbeda dengan pandangan
kaum merkantilis yang meyakini bahwa kesejahteraan negara dilihat dari peningkatan
sisi material kehidupan penduduk. Agama sama sekali tidak menjadi pilihan. Dalam
pandangan kaum merkantilis, usaha apapun akan dilakukan meski ia melanggar batas
31 Ibnu Taymiyyah, Al-Hisbah fi Al-Islam, (Kairo: Dar Al-Sha’ab, 1976), h. 11 32 Ibnu Taymiyyah, Al-Siyasah Al-Syar’iyyah …, Op.Cit., h.36
31
etika dan moral dan bahwa kekuasaan yang ada tidak dipertanggungjawabkan
kepada publik.33
Karenanya, untuk menjalankan pemerintahan yang baik. Ibnu Taimiyah
melihat perlunya persyaratan seorang pemimpin negara yang dianggap cocok duduk
di tampuk kekuasaan, yakni kompetensi (quwwah) dan integritas (amanah).34 Alasan
ini dipertimbangkan melihat tujuan besar dari sebuah negara yakni mengajak
penduduknya melaksanakan kebaikan dan mencegah terjadinya kemungkaran yang
kesemuanya itu ditujukan untuk mensejahterakan kehidupan masyarkat dalam arti
yang sangat luas.35 Tujuan negara ini memang sangat komprehensif, termasuk
didalamnya mengajak malaksanakan praktik-praktik sosial dan ekonomi yang
bermanfaat. “kesejahteraan penduduk dan negeri hanya bisa dicapai melalui perintah
melaksanakan kebaikan dan mencegah perbuatan yang menyimpang (keburukan).36
Di sini Ibnu Taimiyah ingin memberikan gambaran bahwa segala kegiatan
manusia yang bersifat horizontal maupun diagonal frontal mempunyai keterkaitan
dengan garis vertikal kepada tuhannya. Tidak melulu ibadah yang ia anjurkan, tetapi
juga semangat untuk memjukan ekonomi, terutama ketika ia membahas keadilan
dalam sebuah negara. Ibnu Taimiyah benar-benar mengharagai kegiatan ekonomi dan
agama sebagai perpaduan garis kehidupan untuk mencapai maksud kesejahteraan
33 Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Bandung: Mizan, 1997), h. 92 34 Ibnu Taymiyyah, Al-Siyasah Al-Syar’iyyah …, Op.Cit., h. 35 35 Ibid., h. 90-91 36 Ibid., h. 89
32
yang sesungguhnya. Ia menekankan kerangka tanggung jawab yang tak terpisahkan
antara keduanya itu.37 Kesejahteraan agama Islam, dengan demikian diperlukan
untuk menjamin keadilan ekonomi dan sosial bagi seluruh warga negaranya.
Karenanya, merupakan tugas utama dari negara untuk memenuhi setiap kebutuhan
pokok atas pangan, sandang, papan, kesejahteraan dan pendidikan dan kemudian
pengawasan atas harga, penetapan upah kerja, penyediaan lapangan kerja, intervensi
(bila diperlukan) dalam pemilikan hak milik dan pelarangan atas kegiatan bisnis uang
mengandung unsur riba. Negara harus berusaha keras untuk meghilangkan
kemiskinan dan mewujudkan perokonomian yang stabil dan menetapkan tujuan-
tujuan organisasi dan kebutuhan perencanaan.38
Untuk mencapai semua itu, Ibnu Taimiyah menekankan keadilan sebagai asas
pelaksanaan.39 Dalam Al-hisab Ibnu Taimiyah menulis bahwa “jika pengeluaran
untuk belanja itu dilakukan sesuai dengan nilai kebenaran, keadilan, menafaat dan
kejujuran dalam mekanisme pasar, hasilnya pun akan mancapai kesana. Sebaliknya
jika pengeluaran belanja dilakukan dengan cara yang salah, sewenag-wenang, tidak
adil dan jujur, kondisi yang sama juga akan mengarah kesana.”40
Ini bisa diartikan bahwa jika pengusa meletakan dasar-dasar kebenaran,
kejujuran dan keadilan serta memberlakukan nilai-nilai positif sebagai tonggak utama
37 AA Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taymiyyah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1997), h. 221 38 Ibid., h. 222 39 Ibnu Taymiyyah, Al-Siyasah Al-Syar’iyyah …, Op.Cit., h. 178 40 Ibid., h. 44-45
33
dalam tata laksana kepemerintahan, tentu para pelaku ekonomi yang ada dalam
wilayah kekuasaan penguasa itu juga akan melakukan respons yang positif pula. Itu
pula yang menjadi tujuan utama para pemimpin dalam pandangan Ibnu Taimiyah,
yakni mengatur negara dengan adil dan menyumbangkan tenaga dan pikirannya
kepada siapa saja yang memintanya serta mengatur prinsip-prinsip dasar dari
pemerintahan yang adil (al-siyasah al-adilah) dan lebih mengutamakan kebaikan
urusan publik (al-wilayah al-shalihah).41
Keadilan bagi penguasa yang dimaksudkan disini bisa berarti dua: yakni
pertama, otoritas meminta dari masyarakat yang benar-benar sesuai dengan adil,
semisal pajak dan bea cukai dan penduduk segera membayarnya sesuai dengan beban
yang di emban. Ketidakadilan, kata Ibnu Taimiyah, sebagian besar dilakukan oleh
dua pihak, yakni penguasa dan warga negaranya. Yang pertama meminta ke
masyarakat melebihi kewenangan, sementara yang kedua menunda atau bahkan
mengelak pelaksanaan kewajiban yang sudah seharusnya segera dilaksanakan;.
Kedua, berkaitan dengan distribusi. Distribusi berarti memberikan ganjaran
kepada siapa saja yang berhak menerimanya, dan sebaliknya penduduk tidak meminta
apa yang memang tidak menjadi hak-haknya.
Hal lain yang berkaitan dengan keadilan ekonomi adalah tidak adanya
monopoli kekuasaan ekonomi sentral. Semua orang dipahami sebagai individu yang
berhak memperoleh kesempatan yang sama. Tidak ada pengecualian bagi siapapun
41 Ibid., h. 16
34
untuk turut serta berpartisipasi dan melakukan kegiatan bisnis. Karenanya, negara
mempunyai hak pula untuk mengawasi upah dan harga yang berlangsung di pasar
untuk menciptakan stabilitas ekonomi penduduk.42
Dalam perkembangan sejarah Islam, masalah pematokan harga barang sudah
muncul sejak zaman Nabi Muhammad saw. Dilaporkan dari Anas bin Malik pada
suatu saat ketika terjadi kenaikan harga-harga barang di kota Madinah, beberapa
sahabat menghadap Nabi saw mengaduakan masalah itu dan meminta beliau agar
mematok harga-harga barang di pasaran. Lalu Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya
Allah yang menetapkan harga, yang menahan dan melapaskan, dan yang mengatur
rezeki. Dan, aku mengharapkan agar saat berjumpa Allah dalam keadaan tidak ada
seorangpun di antara kalian yang menggugatku karena kezaliman dalam soal jiwa dan
harta. Singkat kata, Nabi saw. menolak permintaan tersebut.43
Menurut Ibnu Taimiyah, hadis itu memang mengungkapkan betapa Nabi saw.
tidak mau campur tangan dalam soal pengaturan harga-harga barang. Akan tetapi,
keengganan Nabi saw. sebagai pemimpin di Madinah saat itu untuk intervensi
sebetulnya lebih karena kenaikan harga-harga barang memang dipicu oleh kondisi
obyektif pasar Madinah, dan bukannya karena tindak kecurangan yang dilakukan oleh
segelintir orang yang mengejar-ngejar keuntungan belaka.
42 AA Islahi, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taymiyyah …, Op.Cit., h.35 43 M. Arskal Salim GP, Etika Intervensi Negara …, Op.Cit., h. 91
BAB III
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP HARGA BBM TAHUN 2005
SERTA ANALISIS EKONOMI ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN TERSEBUT
A. Deskriptif Tentang Kebijakan Pemerintah Terhadap Kenaikan Harga BBM.
Minyak bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam
kondisi tekanan dan temperature atmosfir berupa fasa cair atau padat termasuk
aspal, lilin mineral atau ozokerit dan bitumen yang diperoleh dari proses
penambangan, tapi tidak termasuk batu bara atau endapan hidrokarbon lain yang
berbentuk padat yang di peroleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan
kegiatan usaha minyak dan gas bumi. BBM merupakan hidrokarbon yang
dibentuk dari proses yang berlangsung dalam skala waktu geologis, atau dengan
kata lain bahan bakar minyak adalah bahan bakar yang berasal dan atau diolah
dari minyak bumi.1
Dalam skala kehidupan manusia, BBM praktis merupakan sumber daya
alamyang tidak dapat diperbaharui. Artinya suatu saat nanti akan habis dan
sebelum habis harganya akan terus meningkat indonesia sebagai salah satu
Negara pengekspor migas disinyalir cadangan minyaknya hanya tinggal 5 miliar
barrel. Itu berarti hanya sekitar 0,484 persen dari seluruh cadangan minyak
dunia.atau hanya sekitar 0,614 persen dari cadangan minyak Negara-negara
1 Undang-Undang Republik Indonesia No.22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
beserta Penjelasannya, ( Jakarta, Citra Umbara, 2002). h. 3
35
36
anggota OPEC. Sementara itu produksi minyak Indonesia pada bulan Agustus
2005 adalah 940.000 barrel perhari. Ini jauh di bawah kuota Negara-negara
anggota OPEC yang besarannya 1,451 juat barrel perhari. Menurut dat ini,
produksi minyak Indonesia hanya 2,75 persen dari seluruh produksi Negara-
negara anggota OPEC.2
Sementara itu produksi minyak Indonesia menurun sebesar 4,5 persen
menjadi 1,113 juta barrel perhari. Sedangkan konsumsi minyak masyarakat
Indonesia meningkat1,4 persen menjadi 1,15 juta barrel pertahun. Artinya,
Indonesia harus mengimpor minyk untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa kebutuhan konsumsi minyak
masyarakat Indonesia meningkat sementara produksi minyak Indonesia menurun
dan tidak seperti kebayakan Negara-negara penghasil minyak lainnnya bahwa
Indonesia adalah Negara yang banyak jumlah penduduknya. Walaupun cadangan
minyak Indonesia tidak sampai 1 % dari cadangan minyak negara-negara
anggota OPEC, jumlah penduduk Indonesia adalah 42% dari seluruh jumlah
penduduk Negara-negara anggota OPEC.3
Mungkin Indonesia adalah satu-satunya negara anggota OPEC yang
menderita apabila terjadi kenaikan harga minyak di pasar internasional. Masalah
ini berlangsung dari tahun ke tahun dan seolah-olah kita tidak berdaya dan
tentunya secara mudah kita dapat menyatakan bahwa salah satu penyebabnya
2 http://priyadi.net/archives/2005/09/23 3 http://kolom.pasific.net.id/ind/2004/12/15
37
adalah kualitas manajeman migas nasional yang kurang memadai. Kita sering
menyaksikan fluktuasi harga minyak internasional tidak menentu bahkan telah
menembus batas psikologis US $ 50/barrel dan akibatnya APBN terancam karena
subsidi BBM akan makin melonjak. Masalah ini sering terjadi sejak dulu. Pilihan
kebijakan yang dapat diambil dengan naiknya harga minyak mentah tersebut
seolah-olah hanya dua, yaitu menghentikan subsidi terhadap BBM
mengakibatkan timbulnya resiko keresahaan sosial, atau tetap mempertahankan
subsidi BBM yang akan meningaktkan beban keuangan pada APBN.
Fluktuasi harga minyak dunia memang sulit ditebak apakah akan naik atau
turun. Meski seharusnya sudah turun, bisa saja pasar merespon suatu kondisi pada
suatu Negara sehingga menyebabkan harga minyak mentah naik kembali.
Naming sesulit apapun memprediksi harga minyak mentah dunia, dapat
dipastikan hargas minyak mentah dunia tetap berada pada angka yang sangat jauh
di atas patokan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) tahun 2005
yang mengasumsikan harga minyak mentah dunia sebesar 24 dollar AS. Bahkan
pengamat minyak internasional mempercayai meskipun harga minyak mentah
dunia akan turun makn akan tetap diatas level 40 dollar AS per barrel atau malah
menyentuh level 60 dollar AS per barrel.4
4 Masyarakat Harus Pahami Kenaikan BBM, Kompas, Jakarta, 23 Oktober 2004
38
Gambar 3.1
Belanja pemerintah Pusat 2004 (Realisasi)
Subsidi BBM , 17%
Bayar Utang, 31%
Belanja Rutin, 49%
Gambar 3.2
Belanja Pemerintah Pusat 2005 (APBN Revisi II)
Sub sud i B B M , 2 3 %
B ayar U t ang , 2 4 %
B elanja R ut in, 4 8 %
Rakyat mengharapkan tidak dicabut sehingga harga BBM tidak dinaikan dan
tetap menuntut adanya pasokan BBM dalam jumlah yang dibutukan. Dilain
pihak, bila harga BBM tetap dipertahankan, pemerintah akan menghadapi
kesulitan keuangan yang cukup signifikan. Walaupun harga minyak internasional
naik dan menimbulkan dampak positif pada sisi penerimaan APBN, namun
pengeluaran APBN akan meningkat dalam bentuk pengeluaran subsidi BBM
39
yang jumlahnya mencapai Rp. 60 triliun.dan juga dana bagi hasil ke daerah. Pada
masa lalu, pengeluaran bagi hasil migas ke daerah belum ada sehingga kenaikan
pengeluaran subsidi dapat dikompensasikan dengan kenaikan penerimaan minyak
sebagai akibat kenaikan harga minyak.5
Salah satu alasan pemerintah menaikan harga BBM adalah karena naiknya
harga minyak mentah di pasaran dunia. Pada tahun 2005 harga minyak dunia
sempat menembus angka 60 dollar lebih per barrel. Hal itu di sebabkan
permintaan pada triwulan pertana tahun 2005 yang masih tingggi yakni sekitar
81,4 juta barrel per hari atau meningkat sekitar 1,6 juta barrel per hari
dibandingkan dengan triwulan pertama 2004. meskipun pada triwulan kedua atau
antara bulan April sampai dengan Juni harga minyak mentah dunia kembali
tertekan karena permintaan minyak mentah dunia yang akan menurun menjadi
sekitar 83,0 juta barrel per hari (bph). Namun secara keseluruhan harga minyak
mentah dunia pada tahun 2005 diperkirakan akan masih tetap tinggi yakni
berkisar antara 45-55 dollar AS per barrelnya. Hal itu disebabkan selama tahun
2005 tambahan minyak mentah dunia diperkirakan akan masih tetap tinggi
ditengah ketatnya tambahan pasokan yang makin menurun.6
5 http://kolam.pasifik.net.id/ind/ 15/2004/12/15 6 kompas, BBM Antara Hajat Dan lahan Korupsi, ( Jakarta: Penerbit Buku kompas, 2005),
Cet. 1, h. 9 .
40
1. Peraturan Presiden Dalam Menetapkan Harga BBM Tahun 2005
Kenaikan harga bahan bakar minyak yang dipicu oleh kenaikan harga minyak
mentah dunia membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk mengurangi
beban subsidi yang sangat memberatkan keuangan negara. Peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 55 tahun 2005 tentang harga jual eceran bahan bakar
minyak dalam negeri yang ditetapkan tahun lalu merupakan salah satu langkah
yang diambil permerintah dalam hal kebijakan ekonomi guna meringankan
keuangan negara yang semakin berat. Bila kita mengingat sepanjang tahun 2005
telah terjadi tiga kali kenaikan harga bahan bakar minyak dalam dua masa
pemerintahan, yakni pemerintahan Megawati Soekarno Puteri dan Hamzah Haz,
dan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan M. Jusuf Kalla.
Kenaikan harga bahan bakar minyak ini dipicu oleh berbagai macam faktor,
antara lain: ekonomi; seperti melonjaknya harga minyak mentah dunia yang
sempat menyentuh lebih dari 70 dollar amerika per barrel, dari segi politik,
seperti konflik Timur Tengah yang kian memanasdan belum mereda sehingga
mengganggu pasokan minyak mentah dunia ke berbagai negara konsumsi bahan
bakar minyak, maupun faktor-faktor lain baik yang terkait langsung dengan
pendistribusian minyak mentah ke seluruh dunia maupun yang tidak secara
langsung terkait dengan hal tersebut.
Kebijakan pemerintah dalam menaikan harga bahan bakar minyak dengan
dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2005 tentang harga jual
eceran bahan bakar minyak dalam negeri berarti mengurangi subsidi yang selama
41
ini diberikan pemerintah kepada rakyat. Hal itu dimaksudkan untuk meringankan
beban keuangan negara yang semakin berat khususnya dalam penyediaan dan
pengadaan bahan bakar minyak untuk konsumsi dalam negeri. Hal tersebut
sebagaimana yang dimaksudkan oleh pemerintah dalam bab menimbang yang
tercantum dalam poin a, PP nomor 55 tahun 2005. Pemerintah beranggapan
dengan menaikan harga bahan bakar minyak berarti mengurangi nilai subsidi
yang selama ini ditanggung oleh pemerintah, sehingga diharapkan akan dapat
meringankan beban keuangan yang semakin berat yang selama ini di tanggung
pemerintah. Beban subsidi yang selama ini di tanggung pemerintah memang
benar-benar sangat memberatkan keuangan negara karena harga minyak mentah
dunia yang naik hingga 210 persen dalam hitungan bulan atau per tiga bulan
diantara pertengahan dan akhir tahun 2005.
Selama kurun waktu tahun 2005 harga minyak mentah dunia kembali
menembus angka 60 dollar Amerika Serikat per barrel. Hasil ini disebabkan
permintaan pada triwulan pertama tahun 2005 yang masih tinggi, yakni sekitar
84,1 juta barrel per hari, atau meningkat sekitar 1,6 juta barrel per hari
dibandingkan dengan triwulam pertama tahun 2004. Meskipun pada triwulan
kedua tahun 2005 harga akan kembali tertekan karena tingkat permintaan minyak
mentah dunia akan menurun menjadi sekitar 83 juta barrel per hari (bph), secara
keseluruhan harga minyak mentah dunia tahun 2005 dipastikan akan masih tetap
tinggi, yakni sekitar 45-5 dollar Amerika Serikat per barrel. Hal itu disebabkan
42
selama tahun 2005 tambahan permintaan minyak dunia diperkirakan masih tetap
tinggi ditengah ketatnya tambahan pasokan. 7
Peraturan presiden nomor 55 tahun 2005 ini dirasakan oleh masyarakat
semakin membebani biaya hidup mereka karena dalam pasal 2 ayat (1) PP.
Momor 55 tahun 2005 disebutkan:
“harga jual eceran minyak tanah (kerosene) untuk rumah tangga dan usaha kecil di titik serah, termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) untuk setiap liter ditetapkan Rp. 2000,00 (dua ribu rupiah).”8
Harga baru minyak tanah ini naik Rp. 700,00 (tujuh ratus rupiah) dari harga
sebelumnya yakni Rp. 1300,00 (seribu tiga ratus rupiah) atau naik sekitar 15
persen dari harga sebelumnya. Minyak tanah nerupakan suatu masalah yang
memang harus dibahas secara rasional. Masalah ini memang sensitif karena
menyangkut kehidupan masyarakat luas. Subsidi BBM menjadi meningkat sangat
tajam karena kenaikan harga minyak mentah dunia. Di antara jenis BBM yang
terbesar subsidi per satuan isi adalah minyak tanah. Kita belum memiliki data
akurat yang terakhir tentang segmen pemakai minyak tanah, terutama di kota
besar dan di desa, apakah itu untuk memasak dan penerangan atau untuk runah
tangga dan industeri. Minyak tanah dikonsumsi luas di masyarakat bawah
dengan pengetahuan yang rendah mengenai jenis dan perilaku energi, sehingga
7 Harga Minyak Dunia Dan Kemelut Harga BBM, Kompas, Jakarta, 26 Februari 2005 8 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Harga Eceran
Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri.
43
sulit mengharapkan sulit mengharapkan masyarakat mampu untuk memiliki
energi secara tepat, efisien, dan rasional dalam penggunaannya. Namun demikian,
sayangnya belum ada data penelitian seperti yang dilakukan pada akhir tahun
1970-an. Yang jelas konsumsi minyak tanah 2003 sudah mencapai 16,7 juta kilo
liter, dibandingkan dengan konsumsi tahun 1980 sebesar 7,8 juta kl, atau
meningkat 214 persen.9
Sementara itu dalam pasal 2 ayat (2) Peraturan Presiden nomor 55 tahun 2005
di sebutkan :
”harga jual eceran bensin premium dan minyak solar (gas oil) untuk usaha kecil, transportasi dan pelayanan umum di titik serah termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) untuk setiap liter ditetapkan sebagai berikut: a. Bensin premium : Rp. 4500,00 (empat ribu lima ratus rupiah); b. Minyak Solar : Rp. 4300,00 (empat ribu tiga ratus rupiah)”10
9 Soal minyak tanah, Kompas, Jakarta, 29 Oktober 2004 10 Peraturan Presiden…Op.Cit.
44
Tabel 3.1
PERKEMBANGAN HARGA PRODUK BBM TAHUN 2005
Tangal Pertamax Plus Pertamax Premium M.
TanahM.
SolarM.
DieselM.
BakarPertamina
Dex Keterangan 1.810 1.800 1.650 1.650 1.560 - Harga Eceran
3 Jan 4.200 4.000 2.100 2.200 2.100 2.050 1.600 - Harga Industri 1.810 1.800 1.650 1.650 1.560 - Harga Eceran
1 Feb 4.200 4.000 2.100 2.200 2.100 2.050 1.600 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.300 - Harga Eceran
1 Mar 4.200 4.000 2.870 2.790 2.700 2.660 2.300 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.160 - Harga Eceran
14 Mar 4.200 4.000 2.870 2.790 2.700 2.660 2.300 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.360 - Harga Eceran
1 Apr 4.200 4.000 2.870 2.790 2.700 2.660 2.360 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.360 - Harga Eceran
1 Juli 4.200 4.000 4.060 4.940 4.740 4.560 2.900 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.600 - Harga Eceran
1 Agus 4.200 4.000 4.640 5.490 5.480 5.240 3.150 - Harga Industri 2.400 2.200 2.100 2.300 2.600 Harga Eceran
1 Sep 5.900 5.700 5.160 5.600 5.350 5.130 3.150
6.300 Harga Industri
4.500 2.000 4.300 - - Harga Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar Perpres No. 55/2005 1 Okt 5.900 5.700
5.160 5.600 5.350 5.130 3.150
6.300 Harga Jual Pasar
4.500 2.000 4.300 - - Harga Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar Perpres No. 55/2005
8 Okt 5.900 5.700 6.290 6.400 6.000 5.780 3.810
6.300 Harga Industri Berdasarkan SK Dir PMS & Niaga No Kpts-340/F00000/2005-S3
4.500 2.000 4.300 - - Harga Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar Perpres No. 55/2005 1 Nov 5.900 5.700
5.890 6.480 6.170 5.940 3.870
6.300 Harga Jual Pasar
4.500 2.000 4.300 - - Harga Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar Perpres No. 55/2005 21 Nov 5.600 5.400
5.890 6.480 6.170 5.940 3.870
5.900 Harga Jual Pasar
1 Des 5.600 5.400 4.500 2.000 4.300 - - 5.900 Harga Premium, Minyak Tanah, Minyak Solar Perpres No. 55/2005
Catatan :
• Harga jual eceran dalam ne geri untuk Premium dan Minyak Solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)/Agen Premium dan Minyak Solar (APMS)/Premium Solar Packed Dealer (PSPD). Harga tersebut juga diperuntukkan untuk pemakaian Pertamina sendiri (tidak termasuk kapal bendera asing yang dicharter Pertamina dan atau tujuan ke luar negeri).
• Harga jual Industri berlaku untuk kegiatan pertambangan umum dan pertambangan migas seperti pertambangan batubara, migas, panas bumi, biji logam, logam yang tidak mengandung besi dan
45
bahan baku semen. Selain itu harga tersebut juga berlaku untuk kegiatan pengolahan seperti industri semen serta industri logam dasar dan baja.
Kenaikan harga bensin premium dan solar yang di berlakukan oleh
pemerintah melalui Peraturan Presiden. Nomor 55 tahun 2005 ini merupakan
kenaikan yang ketiga kalinya pada triwulan yang ke empat tahun 2005. harga
baru ini di peruntukan bagi konsumen dengan empat kategori, yakni rumah
tangga, Usaha kecil, transportasi dan pelayanan umum dengan perincian sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Rincian Rumah Tangga, Usaha Kecil, Transportasi dan Pelayanan Umum
KONSUMEN PENGGUNA URAIAN
Rumah Tangga
Konsumen yang menggunakan minyak
tanah (Kerosene) untuk memasak dan
penerangan dalam lingkupRumah Tangga.
Usaha Kecil
Konsumen yang menggunakan minyak
tanah (Kerosene), Bensin Premium dan
Minyak Solar (Gas Oil) terdiri dari:
a. Usaha kecil setelah diverifikasi instan
berwenang dapat diberikan kebutuhan BBM
paling banyak 8 kiloliter/bulan/Unit Usaha
Kecil; atau
b. Nelayan yang mengkonsumsi Minyak
Solar (Gas Oil) dengan menggunakan kapal
maksimum 30 GT yang mengkonsumsi
Minyak Solar (Gas Oil) paling banyak 25
(dua puluh lima) kiloliter/bulan.
46
Transportasi
Konsumen yang menggunakan Bensin
Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) terdiri
dari:
a. Segala bentuk sarana transportasi darat
(kendaraan bermotor, kereta api) yang
digunakan untuk angkutan umum dan
angkutan sungai, danau, dan penyebrangan
(ASDP);
b. Kapal berbendera nasional dengan trayek
dalam negeri;
c. Kendaraan bermotor milik TNI/Polri,
Instansi Pemerintah/Swasta, Kapal milik
Pemerintah/TNI/Polri; atau
d. Kendaraan bermotor milik pribadi.
Pelayanan Umum
Konsumen yang menggunakan Bensin
Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) terdiri
dari: Rumah Sakit, Sarana
Pendidikan/Sekolah/Pesantren, Tempat
Ibadah, Krematorium, Sarana Sosial, dan
Kantor Pemerintahan.
2. Faktor Yang Melatar Belakangi Kenaikan Harga BBM Tahun 2005
Dapat dikemukakan disini beberapa faktor yang dapat mengakibatkan
kenaikan harga BBM, antara lain:
47
a. Naiknya harga minyak mentah dunia.
Di atas telah dikemukakan bahwa rentang waktu antara tahun 2004 dan
tahun 2005 harga minyak mentah dunia terus mengalami fluktuasi harga yang
mengarah pada melonjaknya harga minyak mentah dunia akibat dari
permintaan minyak dunia yang terus meningkat ditengah menurunnya
pasokan minyak dunia, terutama yang tergabung dalam Negara-negara
anggota OPEC. Permintaan minyak dunia diperkirakan akan meningkat dari
85,2 juta barrel per hari (bph) pada tahun 2004 menjadi 84,5 juta barrel per
hari (bph) pada tahun 2005. meskipun pada triwulan kedua akan menurun
menjadi sekitar 82,5 juta barrel per hari, pada triwulan ketiga dan keempat
tahun 2005 permintan akan kembali meningkat menjadi sekitar 84,0 juta
barrel per hari dan 86,2 juta barrel per hari (bph).11
Masih tingginya laju permintaan minyak pada tahun 2005 ini disebabkan
oleh masih tingginya laju permintaan di China dan belakangan ini diikuti oleh
India. Sebab, pertumbuhan ekonomi di kedua Negara berpenduduk terbesar di
dunia itu diperkirakan akan akan masih jauh di atas rata-rata pertumbuhan
ekonomi dunia. Sementara itu, di sisi pasokan selama tahun 2005
diperkirakan akan sangat ketat mengingat kemampuan Negara-negara non-
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menambah
tingkat produksinya akan mengalami banyak kesulitan. Sebagai mana
diketahui, pasokan minyak yang terbesar Negara non OPEC adalah berasal
11 Kompas, BBM Antara Hajat…Op. Cit., h. 10
48
dari Rusia (termasuk Negara-negara bekas Uni Soviyet), Amerika Serikat,
Norwegia, Inggeris dan Meksiko. Pada tahun 2005 ini diperkirakan pasokan
minyak dunia dari Negara-negara non OPEC akan mencapai sekitar 51,0 juta
barrel per hari, padahal tambahan minyak mentah dunia pada tahun 2005 akan
mencapai sekitar 2,0 juta barrel per hari.12
Keterbatasan tambahan produksi non-OPEC disebabkan tambahan
produksi dari Rusia untuk tahun 2005 akan sangat menurun. Sebagaimana
diketahui, dalam beberapa tahun terakhir ini tambahan pasokan dari non-
OPEC sangat bergantung pada peningkatan pasokan dari Rusia yang telah
mempu menambah produksi sekitar 0,8 juta bph setiap tahun. Namun, untuk
tahun 2005, Rusia hanya akan mampu menambah pasokan sekitar 0,3 juta
bph, dari sekitar 11,5 juta bph pada tahun 2004 menjadi sekitar 11,8 juta bph.
Karena itu, tambahan pasokan non-OPEC hanya akan mengandalkan
tambahan dari negara-negara produsen kecil, seperti Angola, Brasil, Chad,
Guinea-Ekuatorial, dan Sudan yang sangat beruntung pada kondisi politik
keamanan setempat, sementara produsen non-OPEC yang besar seperti
Inggris, Norwegia, dan Meksiko, akan sulit untuk diandalkan. Oleh karena
itu, selama tahun 2005 ini perkirakan harga minyak dunia akan tetap tinggi.
Sebab, pergerakan harga yang mengarah keangka dibawah 40 dollar AS
perbarel pasti akan ditentang oleh Negara-negara OPEC, disamping angka ini
12 Harga Minyak Dunia Dan Kemelut Harga BBM, Kompas, Jakarta, 26 Februari 2005
49
diyakini sebagai tingkat harga keseimbangan baru setelah terjadi perubahan
elastisitas permintaan minyak di Cina pada tahun 2004. 13
b. Beban Subsidi BBM Yang Melampaui RAPBN.
OPEC sebagai Negara pengekspor minyak mentah dunia, masih sangat
kuat (powerful) dalam menentukan harga minyak dunia. Terlebih untuk tahun
2005, tambahan permintaan minyak mentah dunia jauh di atas kemampuan
tambahan pasokan Negara-negara non-OPEC. Dengan demikian, asumsi
harga minyak dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
(RAPBN) tahun 2005 sebesar 35 dollar AS per barrel terkesan masih sangat
komservatif meski jauh lebih maju daripada asumsi tahun-tahun sebelumnya.
Hampir pasti patokan harga minyak mentah dunia tahun 2005 ini akan
terlampaui karena harga minyak mentah dunia saat ini berada pada anngka
40-60 dollar per barrel. Artinya, perhitungan subsidi BBM di RAPBN tahun
2005 kembali akan terlampaui sebagaimana yang terjadi pada RAPBN tahun
2004 yang mengasumsikan harga minyak mentah dunia berada pada angka 24
dollar AS per barrel dengan subsidi BBM sekitar Rp.19 triliun rupiah, tetapi
dalam realisasinya subsidi BBM 2004 membengkak menjadi sekitar Rp.60
triliun rupiah. Demikian juga dengan asumsi harga minyak di RAPBN-
RAPBN tahun-tahun sebelumnya yang selalu menggunakan angka yang
13 Ibid
50
sangat tidak realistis atau sangat rendah sehigga didalam realisasinya subsidi
BBM selalu jauh diatas yang dianggarkan.14
Di bawah ini dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
terhadap APBN tahun 2004 dan tahun 2005.
Tabel 3.3
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN 2004
DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK TERHDAP APBN 2004
APBN* Perkiraan Realisasi** Perubahan
(Rp triliun) APBN-P (Rp triliun) (Rp triliun)
22 dollar AS/barrel 36 dollar AS/barrel
Penerimaan 57,1 110,7 53,6 Subsidi BBM 14,5 63,1 -48,6 Bagi Hasil Migas 8,5 17,4 -8,9 Total Perubahan -3,9 *) Kurs Rp 8.500 per dollar AS; Produksi 1,150 juta barel/hari *) Kurs Rp 8.900 per dollar AS; Produksi 1,072 juta barrel/hari
14 Ibid
51
Tabel 3.4
Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN 2005
DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK TERHDAP APBN 2005
APBN* Perkiraan Realisasi** Perubahan (Rp triliun) APBN-P (Rp triliun) (Rp triliun)
24 dollar AS/barrel 35 dollar AS/barrel
Penerimaan 60,7 99.7 39,0
Subsidi BBM 19,0 53,4 -34,4 Bagi Hasil Migas 9.3 15,2 -5,9 Total Perubahan -1,3 *) Kurs Rp 8.600 per dollar AS; Produksi 1,125 juta barrel/hari *) Kurs Rp 8.600 per dollar AS; Produksi 1,125 juta barrel/hari
Dalam hal angka subsidi ini, ada kecenderungan untuk menampilkan
angka yang “menyenangkan” nasyarakat dengan menempatkan besaran
subsidi BBM yang rendah dalam RAPBN. Padahal angka yang rendah
tersebut disebabkan asumsi harga minyak mentah yang dipakai sangatlah
rendah seperti pada tahun 2004 dan bukan Karena adanya persetujuan untuk
menaikan harga BBM. Sebab dalam kenyataannya ada semacam anggapan
bahwa menyetujui kenaikan harga BBM berarti tidak pro rakyat. Anggapan
ini baru sepenuhnya benar kalau sekiranya kita memiliki cadangan dan
produksi minyak di perut bumi dalam jumlah yang besar jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk dan konsumsi BBM dalam negeri. Akan tetapi
Indonesia saat ini tidak pada kondisi seperti itu. Untuk tahun 2005, angka
52
subsidi BBM ini sangat kritis. Bukan semata-mata karena angka yang
cenderung under estimate karena asumsi harga minyak mentah dunia yang
masih relatif rendah, tetapi yang lebih penting untuk dipahaml adalah adanya
fakta bahwa minyak mentah nasional saat ini sudah berada dalam kondisi
tidak mampu lagi menutupi kebutuhan BBM nasional.
Kenaikan BBM pada tahun 2005 memang diperlukan karena pemerintah
harus menekan subsidi BBM dan meningkatkan subsidi yang langsung
menyentuh kesejahteraan masyarakat miskin. Bahkan, kalau subsidi BBM
sebanyak Rp.63 triliun seperti yang dikeluarkan tahun 2004 dicabut sampai
ke titik nol, mungkin bisa dipakai untuk membangun ratusan ru,ah sakit dan
sekolah di daerah tertinggal. Apalagi subdisi pada tahun 2005 juga
diperkirakan akan melonjak karena patokan APBN hanya menyediakan Rp.
19 triliun untuk subsidi BBM, sementara harga minyak mentah dipatok
sebesar 24 dollar AS per barrel. Padahal sesuai perkiraan harga minyak
(Indonesian crude price/ICP) tahun 2005 bisa mencapai 24-35 dollar AS per
barrel. Harga minyak mentah tahun 2005 mencapai 37 dollar AS sehingga
rata-rata IPC mencapai 34-35 dollar AS per barrel. Perkiraan harga minyak
mentah Indonesia mengacu pada perkiraan west texas index (WTI), yang
menurut energy information administration AS harga WTI tahun 2005
mencapai rata-rata 37 dollar AS per barrel. Dan selama ini harga rata-rata
53
minyak menyah Indonesia berkisasr 2-3 dollar AS per barrel di bawah harga
WTI.15
Perkiraan di atas berdasarkan beberapa faktor, antara lain masih akan
berlanjutnya ketidakstabillan kawasan Timur Tengah akibat ancaman
terorisme dan gangguan keamanan di Irak sehingga mengancam kesetabilan
suplai minyak dari kawasan tersebut. Pertumbuhan ekonomi dunia, terutama
Ameriak dan Cina, cenderung tetap membaik sehingga permintaan minyak
mentah dunia akan tetap meningkat signifikan. Stok minyak mentah dan
produksi minyak Negara-negara maju masih tetap rendah dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya.
c. Produksi BBM Nasional yang tidak Mencukupi Konsumsi BBM Nasional.
Salah satu alasan yang selalu membuat orang tidak menerima kenaikan
harga BBM di dalam negeri adalah karena masyarakat menganggap Indonesia
sebagai salah satu Negara penghasil minyak mentah dunia, sehingga lonjakan
harga minyak mentah saat ini justeru bisa dinikmati masyarakat. Padahal
tingkat konsumsi BBM di Indonesia yang terkesan sudah boros dan berada di
atas jumlah minyak yang diproduksi. Seperti beban subsidi yang harus
ditanggung pemerintah pada tahun 2004 yang melebihi Rp. 60 triliun. Akibat
tingginya harga minyak mentah dunia tahun 2005, dampak terhadap APBN
tahun 2005 jika harga BBM dalam negeri tidak diubah dengan tingkat harga
35 dollar AS per barrel, maka peneriman akan mencapai Rp. 99,7 triliun,
15 Utang, Subsidi BBM dan Krisis Fiskal, Kompas, (Jakarta), 23 Oktober 2004
54
tetapi subsidi BBM Rp.53,4 triliun dan bagi hasil migas sebesar Rp.15,2
triliun. Sementara kalau harga minyak mentah bisa sesuai dengan 24 dollar
AS, maka penerimaan sesuai APBN tahun 2005 sebesar Rp.60,7 triliun, tetapi
subsidi BBM sebesar Rp.19 triliun dan bagi hasil migas sebesar Rp.9,3
triliun.16
Beban yang dihadapi pemerintah akibat subsidi BBM yang terlalu besar
tidak lagi memberiakan nilai tambah sebagai Negara produsen minyak diatar
satu juta barrel per hari. Hingga saat ini ada lima jenis BBM yang dijual
Pertamina yang masih disubsidi pemerintah yakni premium, minyak tanah,
minyak solar, minyak diesel dan minyak baker. Jika harga minyak mentah 35
dollar AS, maka subsidi untuk premium sekitar Rp.90 per liter, subsidi
minyak tanah rumah tangga sebesar Rp.2.010 per liter, subsidi minyak tanha
untuk industeri sekitar Rp.750 per liter, subsidi minyak solar untuk
transportasi sekitar Rp.960 per liter, subsidi solar untuk industri sekitar
Rp.960 per liter, subsidi untuk minyak diesel sekitar sekitar Rp.920 per liter
dan subsidi untuk minyak bakar sekitar Rp. 550 per liter. Sementara data
konsumsi BBM di Indonesia menunjukan pemakaina premium mencapai
15,173 kiloliter(KL), minyak tanah untuk rumah tangga mencapai 9,464 juta
kiloliter, minyak tanah untuk industri mencapai 1,038 juta kiloliter, minyak
solar untuk transportasi mencapai 14,332 juta kiloliter, minyak solar untuk
16 Ibid
55
industri mencapai 11,963 juta kiloliter, minyak diesel sekitar 1,296 juta
kiloliter dan minyak bakar sebanyak 6,346 juta kiloliter.17
Produksi minyak mentah Indonesia pada triwulan pertama tahun 2004
tercatat 0,98 juta barrel per harri (bph) atau sekitar 360 juta barrel per tahun.
Pada tahun 1999 produksi minyak masih berkisar 1,4 juta barrel per hari.
Penurunan produksi sekitar 30 persen ini terjadi dalam empat tahun terakhir.
Sebaliknya, kebutuhan minyak mentah untuk diolah menjadi BBM di dalam
negeri terus meningkat. Akibatnya, jumlah impor minyak membesar,
berbanding terbalik dengan penurunan ekspor. Tanpa kenaikan harga jual
BBM, kondisi tersebut tentu akan menimbulkan pembengkakan subsidi
pemerintah. Mengutip the Asian Wall Stree Journal, pengamat perminyakan
Kurtubi memaparkan, minyak yang diimpor untuk keperluan BBM dalam
negeri pada Maret 2004 sejumlah 484.000 barrel per hari atau sekitar 36.000
jauh lebih besar dari jumlah minyak yang diekspor. Pada bulan April di tahun
yang sama, selisih ini melebar menjadi 90.000 barrel per hari, dengan jumlah
impor minyak 503.000 barrel per hari sedangkan ekspor minyak menurun
menjadi 413.000 barrel per hari. Di bawah ini dipaparkan tren produksi dam
impor minyak dalm kurun waktu lima tahun ( 2000-2004 ).
17 Menaikan Harga Bensin Premium, kompas, 3 Februari 2005
56
Gambar 3.3
Trend Produksi dan Impor Minyak
dalam kurun waktu lima tahun (2000-2004)
TREN PRODUKSI DAN IMPOR MINYAK
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2000 2001 2002 2003 2004
IMPOR MINYAK MENTAH(Juta barrel)
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
2000 2001 2002 2003 2004
PRODUKSI MINYAK MENTAH (Juta barrel/hari)
75.3 79.1
108.7118.8
0
20
40
60
80
100
120
2000 2001 2002 2003 2004
IMPOR BBM(Juta barrel)
Penurunan produksi memang terjadi secara alami pada lahan eksploitasi
tua. Akan tetapi negara-negara penghasil minyak dunia pada umumnya masih
dapat mempertahankan produksi dengan penerapan teknologi dan kegiatan
eksploitasi untuk mengembangkan cadangan baru. Masalahnya, teknologi
prodiksi dan pengembangan cadangan baru tudak dapat dilakukan tanpa
investasi.
Dapat disimpulkan bahwa hubungan BBM dengan perekonomian nasional
(APBN) sangat erat sekali dan mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap APBN. Indonesia dengan konsumsi minyaknya yang tinggi
sementara produsi minyak menurun, ini dapat mengancam APBN karena
subsidi BBM semakin melonjak. BBM dengan harganya yang tinggi
dikarenakan melonjaknya harga minyak dunia membuat pemerintah berpikir
keras untuk menutupi beban subsidi yang sangat tinggi. Salah satu cara agar
57
APBN tidak mengalami devisit yang tinggi akhirnya pemerintah menaikan
harga BBM. Kalau kita lihat pada tabel 3.4 (Dampak Kenaikan Harga Minyak
Terhadap APBN 2005) pemerintah mengalami minus pada anggaran subsidi
BBM akibat tingginya harga minyak mentah dunia pada tahun 2005.
Dampak terhadap APBN 2005 jika harga BBM dalam negeri tidak diubah
dengan tingkat harga minyak 35 dollar AS perbarrel, tetapi penerimaan akan
mencapai Rp. 99,7 triliun, tetapi subsidi BBM Rp. Rp. 53,4 triliun, dan bagi
hasil migas sebesar Rp. 15,2 triliun. Sementara kalau harga minyak mentah
bisa sesuai 24 dollar AS per barrel, maka penerimaan sesuai APBN 2005
sebesar Rp. 60,7 triliun, tetapi subsidi BBM sebesar Rp. 19 triliun, dan bagi
hasil migas sebesar Rp. 9,3 triliun.
Jadi jika realisasi harga minyak tahun 2005 rata-rata 35 dollar AS, maka
tanpa kenaikan harga BBM di dalam negeri dengan patokan APBN harga
minyak hanya 24 dollar AS, maka diperlukan tambahan sebsidi sebanyak Rp.
34,4 triliun dan menimbulkan defisit Rp.1,3 triliun dari penerimaan Negara
dari minyak mentah. Inilah yang menyebabkan pemerintah menaikan harga
BBM didalam negeri tercinta ini, agar APBN tidak mengalami devisit yang
semakin tinggi. Jadi wajar apabila pemerintah melimpahkan beban kenaikan
harga minyak dunia kepada warga Negara Indonesia, dikarenakan pemerintah
sudah tidak mampu untuk menutupi beban subsidi yang sudah dianggarkan
dalam APBN.
58
B. Analisis Terhadap Kebijakan Pemerintah Dalam Menetapkan Harga BBM
Menurut Perspektif Ekonomi Islam.
Sebagaiman telah disebutkan bahwa kebijakan pemerintah mengenai
penetapan harga BBM telah menimbulkan berbagai pendapat dikalangan
masyarakat luas. Dalam kajian hukum Islam, kebijakan yang diambil pemerintah
harus selalu mengacu kepada (Maslahah) kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Sebagaimana ucapan Imam syafi’I dalam kaidah Ushul Fiqih:18
ف اإلمام على الرعية منوط بالمصلحةتصر
Artinya: “Kebijakan pemerintah terhadap rakyatnya harus berorientasi kepada maslahah (kesejahteraan dan kemakmuran).” (fatwa Imam Syafi’i)
Kemaslahatan yang hendak dicapai pemerintah dalam menetapkan harga
BBM antara lain:
1. APBN dan devisa
Beban subsidi BBM yang ditanggung APBN tahun 2005 naik sekitar 64
persen. Hal itu disebabkan karena naiknya harga minyak dunia sempat menembus
angka 60 dollar lebih per barrel, sehingga keuangan negara pada waktu itu
mengalami defisit anggaran sebesar Rp, 1,3 Triliun.
Dari data tersebut diatas maka pemerintah melakukan kebijakan dengan
menaikan harga BBM agar dapat disesuaikan dengan harga BBM yang baru,
18 Abdul Mudjib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqih, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h. 61
59
dengan devisa dari penerimaan migas sebesar Rp. 99,7 triliun. Maka dengan
menaikan harga BBM diharapkan penerimaan negara dari migas meningkat.
Dengan meningkatnya devisa negara dari penerimaan hasil migas, maka dampak
positif dari kenaikan harga BBM tersebut antara lain:
a. Dapat meringankan beban anggaran belanja negara, hal ini terjadi karena
selama ini beban anggaran belanja negara selalu digunakan untuk
mensubsidi BBM. Jika harga BBM naik maka beban subsidi yang di
tanggung anggaran belanja negara dapat diringankan.
b. Dengan menaikan harga BBM, pemerintah memungkinkan mendapat
devisa yang banyak, hal itu dapat digunakan pemerintah untuk
merealisasikan berbagai macam program pemerintah seperti
meningkatkan mutu pendidikan, mengentaskan kemiskinan, membangun
desa-desa terpencil dan lain-lain.
2. Penyelundupan dan pasokan BBM dalam negeri.
Harga BBM yang relatif lebih rendah dari pada harga BBM di luar negeri
maka yang akan terjadi adalah maraknya penyelundupan. Sebagai gambaran
seberapa besar kerugian negara akibat penyelundupan, adalah jika biaya produksi
premium per liter adalah Rp. 2.004,66, minyak tanah sebesar Rp. 1.834,90,
minyak solar Rp. 1.758,26, minyak diesel sebesar Rp. 1.721 dan minyak bakar
sebesar Rp.1.599,81. harga penjualan minyak bakar adalah Rp. 1.560. selisihnya
perliter Rp. 39,81. Jadi, jika terjadi penyelundupan minyak bakar sebanyak
60
2.600.000 liter, kerugian yang ditimbulkan biaya produksi yang telah dikeluarkan
Pertamina adalah Rp. 103,506 juta. Total nilai kerugian negara akibat
penyelundupan minyak dari Indonesia mencapai Rp. 56 triliun pertahun, sekitar
5,6 miliar dollar AS.19
Jika penyelundupan terus dilakukan tanpa ada pencegahan yang efektif maka
dampak langsung yang terjadi adalah kelangkaan pasokan konsumsi BBM dalam
negeri. Bila ini terjadi, dan pemerintah tidak mau menghadapi resiko berupa
kritik dan kemarahan rakyat karena kelangkaan BBM akibat berkurangnya suplai,
maka negara harus mengimpor lagi sejumlah yang diselundupkan. Hal itu tentu
akan memberatkan APBN lagi dan juga akan menimbulkan masalah baru berupa
pengadaan devisa. Maka untuk mencegah kelangkaan pasokan akibat dari
penyelundupan, pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM dalam negeri
dengan menaikan harga BBM dalam negeri. Dengan demikian diharapkan
penyelundupan dapat diminimalisir dan pasokan BBM dalam negeri menjadi
stabil.
Dengan demikian dampak positif yang terjadi dari kenaikan harga BBM
dalam negeri adalah: pertama dapat mencegah penyelundupan, kedua dapat
menjamin pasokan konsumsi BBM dalam negeri.
19 Minyak rakyat diselundupkan, Kompas, Jakarta, 16 Februari 2003, h. 55
61
3. Inflasi, daya beli masyarakat dan rakyat miskin.
Tidak diragukan lagi, bahwa kenaikan harga BBM memicu kenaikan berbagai
harga kebutuhan pokok. Hal itu terjadi karena kenaikan harga BBM akan
mempengaruhi biaya produksi yang pada gilirannya akan memicu terjadinya
inflasi. Inflasi seperti dikatakan para ahli merupakan masalah yang selalu menjadi
hambatan didalam pembangunan semua negara. Inflasi juga dapat melamahkan
daya beli masyarakat. Sehingga yang terkena dampak langsung dalam hal ini
adalah rakyat kecil atau orang miskin.
Tetapi untuk mengatasi hal tersebut, demi mewujudkan kemaslahatan
masyarakat dari dampak dicabutnya subsidi BBM, pemerintah melalui program
BLT (Bantuan Langsung Tunai) memberikan bantuan kepada masyarakat miskin
sebagai kompensasi dari kenaikan harga BBM.
Secara konseptual pemberian BLT (Bantuan Langsung Tunai) oleh
pemerintah kepada masyarakat tentu jelas memberikan banyak manfaat kepada
masyarakat miskin karena dengan BLT (Bantuan Langsung Tunai) tersebut
masyarakat miskin mampu memenuhi kebutuhan hidupnya meskipun harga BBM
naik. Disamping untuk program BLT (Bantuan Langsung Tunai), keuntungan
yang di dapat pemerintah dari kenaikan harga BBM juga di gunakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin, dan
program pengentasan kemiskinan.
62
Dengan BLT (Bantuan Langsung Tunai) tersebut, diharapkan daya beli
masyarakat dapat kembali kuat sehingga roda ekonomi dapat berjalan dan daya
beli masyarakat tidak mengalami penurunan sehingga inflasi dapat dikendalikan.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM pada
tahun 2005, adalah merupakan bentuk ijtihad dari pemerintah untuk menciptakan
maslahat begi negara dan rakyat kecil. Oleh karena itu kebijakan pemerintah
menaikan harga BBM tersebut bukan berarti pemerintah tidak peduli kepada
rakyat kecil. Justeru dengan menaikan harga BBM pemerintah terselamatkan dari
defisit dan beban keuangan negara yang makin parah, dan disamping itu pula
keuntungan dari kenaikan harga BBM tersebut dapat digunakan untuk membantu
rakyat kecil melaui program yang telah dikeluarkan pemerintah berupa BLT
(Bantuan Langsung Tunai). Hal itu tentu saja telah memenuhi kaidah fiqhiyyah:20
}عبا سرواه احمد وابن ما جه عن ابن {.اررضالوررضال Artinya:
“Tidak boleh membuat kemudaratan pada diri sendiri dan membuat kemudaratan pada orang lain”
Dan juga sudah sesuai }مطابقة{ dengan hukum Islam, dimana kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah adalah ditujukan untuk kemaslahatan umat atau
orang banyak.
20 Abdul Mudjib, Kaidah-kaidah Ilmu Fiqih…,Op.Cit., h. 35
63
Islam sebagai agama yang sempurna memberikan aturan-aturan yang
berkaitan dengan kebijakan pemerintahan yang secara khusus meyangkut
kebijakan pemerintah dalam menentukan harga. Dalam hal ini beberapa pemikir
Islam yang secara khusus memaparkan hal tersebut seperti Imam Yahya Bin
Umar menguraikan pendapatnya dalam kitabnya, yaitu al-Ahkam al-Suq. Menurut
beliau, penetapan harga (al-Ta’sir) tidak boleh dilakukan.21 Dia berhujjah dengan
berbagai hadits Nabi Muhammmad Saw, antara lain22:
غالالسعرفى المدينةعلى عهد : انس بن مالك رضي اهللا عنه قالنعرسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم فقال الناس يآرسول اهللا
ال رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ان اهللا فق. غالالسعرفسعرلناهوالمسعرالقابض الباسط الرزق وانى ألرجوان القى اهللا تعالى وليس
رواه الخمسة االالنسائى (احد منكم يطلبنى بمظلمة فى دم والمال )وصححه ابن حبان
21 Hammad Bin Abdurrahman al-Janidal, Manhaj al-Bathitsin fi al-Iqtishad al-Islami, (
Riyadh, Syirkah al-Ubaikan li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, 1406 H), h.118 22 Adu Daud al-Syijistani, Sunan Abu Daud, ( Beirut, Dar al-Fikr, 1994), Jilid 3, h.272
64
Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Telah melonjak harga (di pasar) pada masa Rosulullah saw. Mereka (para sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah, tetapkanlah harga bagi kami”. Rasulullah saw menjawab: “Sesungguhnya Allah-lah yang menguasai (harga), yang memberi rizki, yang memudahkan, dan yang menetapkan harga. Aku sungguh berharap bertemu dengan Allah dan tidak seorang pun (boleh) memintaku untuk melakukan suatu kezaliman dalam persoalan jiwa dan harta”. (diriwayatkan oleh perawi yang lima kecuali an-Nasai (Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Lebih jauh, Imam Yahya bin Umar menyatakan bahwa pemerintah tidak boleh
melakukan intervensi pasar, kecuali dalam dua hal, yaitu; para pedagang tidak
memperdagangkan barang dagangan tertentunya yang sangat dibutuhkan
masyarakat, sehingga dapat menimbulkan kemudaratan serta merusak mekanisme
pasar. Dalam hal ini pemerintah dapat mengeluarkan para pedagang tersebut dari
pasar serta menggantikannya dengan para pedagang yang lain berdasarkan
kemaslahatan dan kemanfaatan umum.
Kemaslahatan yang hendak dicapai pemerintah dalam menetapkan harga
BBM antara lain:
1. Menjaga APBN dari beban keuangan yang semakin berat.
Sebenarnya dengan kenaikan harga BBM dunia, pemerintah dihadapkan
dua masalah. Apakah harus mencabut subsidi BBM yang selama ini ada
dalam APBN, ataupun membiarkan BBM dalam negeri tetap disubsidi?
Alhasil dapat dilihat, bahwa dengan tetapnya pemerintah mensubsidi
BBM dalam APBN jauh lebih mudharat dari pada harus menaikan harga
65
BBM di dalam negeri. Apabila tidak dicabutnya subsidi BBM oleh
pemerintah, pemerintah harus menutupi dengan beberapa alternatif, pertama,
berhutang kepada pihak asing untuk menutupi beban APBN akibat naiknya
harga minyak mentah dunia. Jika hal ini dilakukan justru malah lebih
mudharat karena hutang yang ada saja belum dapat terbayar. Kedua, untuk
menutupi beban APBN akibat kenaikan harga minyak mentah dunia
pemerintah dapat mencetak uang agar uang yang beredar dimasyarakat
mampu memenuhi kebutuhan uang di pasaran. Jika hal ini dilakukan, dampak
langsung yang akan terjadi ialah inflasi, karena uang yang beredar terlalu
banyak di pasaran sehingga nilai tukar rupiah terhadap nilai uang asing
terutama dollar akan merosot.
Dari kedua alternatif tersebut akhirnya pemerintah mengambil kebijakan
yang lebih rendah tingkat mudharatnya yakni dengan menaikan harga BBM
dalam negeri, sehingga berdampak pada masyarakat kelas bawah, yakni
naiknya harga dipasar khususnya kebutuhan bahan pokok. Sebagai ganti dari
kenaikan harga BBM, pemerintah melalui program BLT (Bantuan Langsung
Tunai) memberikan dana kompensasi pada rakyat miskin, hal itu
dimaksudkan agar subsidi BBM tepat sasaran
Sebagaimana diketahui salah satu faktor penyebab kenaikan harga BBM
yang dilakukan pemerintah adalah karena beban keuangan negara yang
semakin tinggi akibat melonjaknya haga minyak mentah dunia. Beban subsidi
yang ditanggung RAPBN tahun 2005 naik sekitar 64 persen. Hal itu
66
disebabkan karena pada tahun 2005 harga minyak dunia sempat menembus
angka 60 dollar lebih per barrel, sehingga keuangan negara mengalami defisit
keuangan yang tinggi karena Pemerintah kesulitan mendapat dana untuk
merealisasikan RAPBN yang terus membengkak. Dalam hal ini, pemerintah
mengambil langkah untuk segera menaikan harga BBM agar bisa
mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk meringankan beban keuangan
negara. Langkah yang diambil pemerintah bertujuan untuk mencegah lebih
besar kemungkinan kerugian yang lebih parah terhadap keuangan negara
yang akhirnya berimplikasi pada terganggunya perekonomian nasional.
Dalam Islam langkah yang diambil pemerintah tersebut sesuai dengan
kaidah fiqhiyah yaitu:
ةحلصمو ةدسفتعارض ما ذاا فحالص المبل جن ملىو اداسفمالءرد .ابا ل غةدسفمال عف دمدق
Artinya: “ menolak kerusakan lebih diutamakan dari pada menarik kemaslahatan dan apabila berlawanan antara mafsadah dan maslahah, didahulukan menolak yang mafsadah.” 23 Berdasarkan data perekonomian nasional dalam APBN menjelaskan
bahwa pemerintah pada saat itu mengalami devisit anggaran sebesar Rp, 1,3
23 Abdul Mudjib, kaidah-kaidah ilmu fiqh, Jakarta, Kalam Mulia,1992, h. 39
67
Triliun. Oleh sebab itu cara untuk menyelamatkan keuangan Negara, salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah menaikkan harga BBM. Kebijakan
menaikkan BBM pada prinsipnya tidak memberikan dampak negative bagi
masyarakat, kalau kita lihat dari pandangan ekonomi Islam bahwa Pemerintah
boleh meregulasi ekonomi Negara agar dapat menyelamatkan keuangan
negara. Jika saja pemerintah saat itu tidak menaikkan harga BBM dalam
negeri pemerintah tentu akan kewalahan dalam menutupi devisit APBN pada
tahun 2005.
Menaikan harga BBM memang mungkin akan berdampak pada gejolak
ekonomi karena kenaikan BBM akan mengakibatkan melonjaknya harga-
harga di pasaran. Namun apabila tetap menahan harga BMM pada harga yang
jauh lebih rendah dari harga pasaran dunia, maka dampak yang dapat
ditimbulkan akan jauh lebih besar lagi dari pada menaikan harga BBM pada
tingkat yang setaraf dengan harga BBM di negara-negara tetangga.
Penyelundupan akan semakin marak karena harga BBM dalam negeri jauh
dari harga pasaran dunia sehingga supplay BBM untuk konsumsi dalam
negeri akan menjadi langka bahkan mungkin bisa menjadi habis karena
supplay BBM dialirkan keluar negara-negara yang menjual BBM jauh lebih
tinggi dari harga BBM dalam negeri.
Manfaat yang dapat diambil dari kenaikan harga BBM dalam negeri
adalah tertolongnya beban keuangan negara yang semakin berat akibat beban
subsidi yang makin memberatkan APBN negara. Namun di samping itu pula
68
kenaikan harga BBM juga akan berakibat pada melonjaknya berbagai harga
kebutuhan pokok. Melonjaknya harga berarti memicu terjadinya inflasi dan
melemahkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya juga akan
melemahkan pergerakan pertumbuhan ekonomi.
2. Menjamin kesejahteraan rakyat dengan menjaga subsidi BBM tepat sasaran.
Ada suatu hal yang harus pemerintah perhatikan, mensubsidi BBM berarti
mensubsidi orang-orang kaya yang memiliki kendaraan. Hal ini memang
tidak berdampak kepada masyarakat kecil, karena rakyat dapat menikmati
kebutuhannya dengan harga yang relatif rendah. Akan tetapi dibalik itu semua
ada mudharat yang harus pemerintah tanggung, yakni beban APBN yang
semakin tinggi akibat subsidi BBM. Dengan demikian menaikan harga BBM
jauh lebih banyak maslahatnya dari pada tetap mensubsidi BBM yang jelas-
jelas lebih banyak dinikmati golongan menengah ke atas. Jadi langkah
pemerintah menghapus subsidi BBM itu sudah tepat dan membawa maslahat
terhadap rakyat kecil. Lagi-lagi program BLT (Bantuan Langsung Tunai)
yang menjadi acuan pemerintah dalam mewujudkan kemaslahatan
masyarakat dari dampak dicabutnya subsidi BBM.
Berdasarkan data perekonomian nasional dalam APBN menjelaskan
bahwa pemerintah pada saat itu mengalami devisit anggaran sebesar Rp, 1,3
Triliun. Oleh sebab itu cara untuk menyelamatkan keuangan Negara, salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah menaikkan harga BBM. Kebijakan
69
menaikkan BBM pada prinsipnya tidak memberikan dampak negative bagi
masyarakat, kalau kita lihat dari pandangan ekonomi Islam bahwa Pemerintah
boleh meregulasi ekonomi Negara agar dapat menyelamatkan keuangan
negara. Jika saja pemerintah saat itu tidak menaikkan harga BBM dalam
negeri pemerintah tentu akan kewalahan dalam menutupi devisit APBN pada
tahun 2005.
Subsidi BBM yang selama ini diberlakukan pada dasarnya hanya
dinikmati oleh kalangan menengah ke atas, oleh karena itu menaikkan BBM
tidak memberikan dampak buruk bagi masyarakat. Terlebih lagi dana
kompensasi dari kenaikkan BBM pemerintah telah memberikan BLT
(Bantuan Langsung Tunai) dalam rangka membantu masyarakat lemah
terhadap dampak kenaikkan BBM. Selain itu dana kompensasi BBM juga
dialokasikan untuk kesehatan dan pendidikan, dengan demikian bahwa
kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM merupakan langkah tepat dalam
menyelamatkan Perekonomian negara dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Disini dapat disimpulkan, bahwa ekonomi Islam membolehkan intervensi
pemerintah dalam menetapkan harga berdasarkan maslahat orang banyak.
Kenaikan harga BBM oleh pemerintah bukan semata-mata pemerintah ingin
mendapatkan keuntungan yang banyak dari rakyat Indonesia, dengan
menaikan harga BBM di dalam negeri pemerintah dapat mengurangi devisit
negara yang semakin lama semakin tinggi. BLT (bantuan langsung tunai)
70
adalah bukti bahwa pemerintah masih peduli terhadap rakyat kecil walaupun
jumlah yang diberikan tidak terlalu besar Mungkin itu bisa membantu sedikit
beban masyarakat kecil. Tidak sampainya BLT kepada masyarakat secara
merata itu karena pemerintah bukan Tuhan yang bisa memonitori seluruh
warga negara Indonesia dengan sempurna, pemerintah juga menusia yang
mempunyai banyak kekurangan. Jadi seharusnya kita sebagai warga negara
Indonesia membantu pemerintah dalam menstabilkan perekonomian di negara
tercinta ini, bukankah cinta terhadap tanah air ini sebagian dari pada iman?
Dengan membatu pemerintah berarti kita membantu negara ini dengan
membantu negara ini berarti kita cinta akan tanah air kita. Dengan kita cinta
kepada tanah air kita mudah mudahan kita termasuk orang-orang yang
beriman.
Pemberian subsidi oleh pemerintah kepada masyarakat memberikan
banyak manfaat kepada masyarakat miskin karena dengan subsidi masyarakat
miskin mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan harga
BBM yang murah. Di samping itu pula pemberian subsidi melalui program
bantuan langsung tunai mencegah terjadinya pemberian subsidi yang salah
sasaran. Namun pemberian subsidi BBM mengakibatkan terjadinya
disparitas harga di pasar yang mendorong timbulnya berbagai bentuk
penyalah gunaan penggunaan BBM, sehingga walaupun sasaran kebijakan
subsidi tercapai namun dalam kenyataannya banyak pihak yang tidak berhak
mengambil keuntungan dari kebijakan tersebut di samping itu pula pemberian
71
subsidi dapat mengakibatkan maraknya penyelundupan yang banyak
dilakukan kalangan-kalangan tertentu dengan memanfaatkan harga yang
murah yang dijual pemerintah di dalam negeri.
3. Mencegah penyelundupan dan menjaga suplai BBM dalam negeri.
☺ ⌧ ☺
)141 : 3/أل عمران(
Artinya: “Kamu sekalian adalah sebaik umat yang diperuntukan bagi manusia, agar kamu menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kejahatan, dan agar kamu sekalian beriman kepada Allah”. (QS. Ali Imran: 141)
Amar ma’ruf nahi munkar, merupakan tujuan yang sangat komprehensif.
Termasuk didalamnya mengajak manusia melakukan praktik-praktik social
dan ekonomi yang bermanfaat dan mencegah praktik-praktik social ekonomi
yang buruk
72
Menurut Ibnu Taimiyah tujuan terbesar negara adalah mengajak
penduduknya melaksanakan kebaikan dan mencegah mereka berbuat munkar.
Penyelundupan adalah bentuk kemunkaran dan banyak membawa mudharat,
salah satu bentuk mudharatnya adalah berkurangnya pasokan untuk konsumsi
BBM dalam negeri yang mengakibatkan pemerintah harus menyediakan
anggaran untuk memenuhi pasokan konsumsi BBM dalam negeri. Akibatnya
pemerintah harus menanggung beban APBN akibat aksi penyelundupan
tersebut. Demi kemaslahatan, sudah menjadi tugas negara untuk memberantas
penyelundupan yang akibat dari penyelundupan tersebut dapat merugikan
keuangan negara.
Tentu saja negara mengalami kerugian akibat penyelundupan BBM tak
tanggung-tanggung. Selain oleh subsidi, harga BBM sebetulnya masih di
bawah harga produksinya. Sebagai gambaran biaya produksi premium per
liter pada tahun 2001 adalah Rp. 2.004,66, minyak tanah sebesar Rp.
1.834,90, minyak solar Rp. 1.758,26, minyak diesel sebesar Rp. 1.721 dan
minyak baker sebesar Rp.1.599,81. harga penjualan minyak bakar adalah Rp.
1.560. selisihnya perliter Rp. 39,81. Jadi, jika terjadi penyelundupan minyak
baker sebanyak 2.600.000 liter, kerugian yang ditimbulkan biaya produksi
yang telah dikeluarkan Pertamina adalah Rp. 103,506 juta. Total nilai
73
kerugian negara akibat penyelundupan minyak dari Indonesia mencapai Rp.
56 triliun pertahun, sekitar 5,6 miliar dollar AS.24
Posisi Indonesia yang strategis,diapit dua benua dan dua samudera,
ternyata membuka celah bagi penyelundup minyak dan hasil tambang. Tentu
saja mereka memanfaatkan lemahnya kemampuan aparat dalam menjaga laut
agar terhindar dari penyelundupan migas dan tambang keluar negeri.
Penyelundupan bahan bakar minyak sangat jahat sebab si penyelundup
mengeruk keuntungan dari selisih antara harga minyak di dalam negeri dan
harga minyak di luar negeri. Selisih harga itu sendiri merupakan subsidi
pemerintah kepada rakyat agar mampu membeli bahan bakar minyak (BBM).
Tahun ini (2005) pemerintah masih memberikan subsidi BBM sebanyak Rp.
13,5 triliun dan tambahan Rp. 1 triliun setiap bulan sampai harga minyak
dunia turun di bawah 28 dollar AS.
Salah satu usaha pemerintah mengatasi penyelundupan BBM adalah
menghilangkan dispirasi harga BBM yang terlalu tinggi, antara BBM dalam
negeri dan harga di luar negeri. Kebijakan itu cukup ampuh, tetepi ditentang
banyak pihak sebab, memang, memberatkan rakyat yang tak lagi mendapat
subsidi.
Akhirnya, penghapusan subsidi BBM dilakukan secara bertahap hingga
harga BBM dalam negeri dapat disesuaikan dengan harga pasar internasional.
Dengan demikian, penyelundupan tidak bakal memberikan keuntungan
24 Minyak rakyat diselundupkan, Kompas, Jakarta, 16 Februari 2003
74
kepada si penyelundup. Sebagai catatan: pada tahun 2000 dan 2001 subsidi
BBM dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencapai
sekitar 50 triliun pertahun. Namun, pada akhir 2002, subsidi itu dapat ditekan
menjadi sekitar Rp. 30 triliun. Ketika subsidi yang tinggal 13,5 triliun pada
tahun 2003 ditentang masyarakat, terpaksa pemerintah menambah Rp. 1
triliun per bulan.
Indonesia tampaknya harus benar-benar serius dalam menangani kasus
penyelundupan BBM sebab negeri ini hanya mempunyai cadangn minyak
terbukti sekitar lima miliar barrel. Cadangan itu akan bertahan hingga sepuluh
tahun kedepan saja. Selain itu, kamampuan produksi minyak Indonesia yang
hanya 1,3 juta barrel per hari sebenarnya masih kurang untuk memenuhi
kebutuhan minyak dalam negeri.
Jika aksi penyelundupan minyak ini tak dapat dicegah, sepuluh tahun
kemudian cadangan minyak kita habis tanpa dinikmati secara optimal oleh
rakyat banyak. Yang menikmatinya hanya segelintir orang: penyelundup dan
pejabat yang terlibat dalam penyelundupan itu. Pada saat itu harga minyak
yang harus kita ekspor akan sangat mahal harganya sebab cadangan minyak
dunia di Timur Tengah sudah mulai menipis.
4. Menstabilkan harga dengan menetapkan harga yang adil dan memelihara
ketertiban dan keamanan.
Berbicara masalah kemaslahatan tentu tidak lepas dengan masalah
keadilan. Berlaku maslahat kepada warga negara berarti berlaku adil kepada
75
warga negara. Harga minyak mentah dunia saat ini (2006) sebesar 48 dollar
AS per barrel. Dengan harga yang begitu tinggi, sebagian besar masyarakat
Indonesia tidak mampu membeli BBM. Agar masyarakat mampu membeli
BBM, maka pemerintah menjual harga BBM di dalam negeri lebih murah
dari pada di luar negeri, sebagai konsekuensinya maka pemerintah
menanggung beban keuangan yang berat akibat beban subsidi.
Saat ini apakah harga BBM yang dijual oleh pemerintah telah masuk
dalam kategori harga yang adil?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka kita mesti melihat apa yang
di maksud dengan harga yang adil dan standar apa yang dapat dipakai sebagai
ukuran dalam menentukan adil atau tidaknya kebijakan pemerintah tersebut?
Harga yang adil menurut Ibnu Taimiyah adalah adalah: “Nilai harga
dimana orang-orang menjual barangnya dan diterima secara umum sebagai
hal yang sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang-barang yang
sejenis lainnya di tempat dan waktu tertentu”.25
Dalam al-Hisbah, Ibnu Taimiyah lebih memperjelas apa yang dimaksud
dengan tsaman al-mitsl, yaitu; “Apabila orang-orang memperjualbelikan
barang dagangannya dengan cara-cara yang biasa dilakukannya, tanpa ada
pihak yang dizalimi kemudian harga mengalami kanaikan karena
kekurangannya persediaan barang ataupun karena bertambahnya jumlah
penduduk (permintaan), maka itu semata-mata karena Allah SWT. Dalam hal
25 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi…Op. Cit, h.179
76
demikian, memaksa para pedagang untuk menjual barang dagangannya pada
harga tertentu merupakan tindakan pemaksaan yang tidak dapat
dibenarkan”.26
Dengan demikian harga yang adil adalah harga yang sekiranya
masyarakat mampu membeli dan mendapat padanan nilai atas harga tersebut.
Dalam hal harga BBM pemerintah menaikan harga BBM,dengan maksud
menyesuaikan harga BBM dunia. Kebijakan pemerintah dalam upaya
menstabilkan harga di pasaran dengan memberikan subsidi pada masyarakat
yang pendapatan per kapitanya hanya sekitar dua dollar perhari dari segi
kemaslahatan tentu dimaksudkan agar rakyat mampu membeli BBM,
walaupun sebenarnya harga BBM dalam negeri cuma separuh dari harga
BBM di negara-negara tetangga seperti Singapura. Namun perlu diingat
pendapatan penduduk Singapura jauh di atas pendapatan perkapita rakyar
Indonesia yakni sekitar 80 dollar perhari.
Ketertiban dan keamanan nasoinal kadang bisa terancam oleh gejolak
ekonomi yang berpangkal pada ketidakstabilan dan ketiadakadilan harga. Di
samping itu pula Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari berbagai
pulau-pulau yang terpencar di seluruh nusantara. Kesetabilan dan keamanan
nasional merupakan hal yang cukup penting guna memelihara kesetabilan
harga di pasaran. Harga yang adil merupakan harga (nilai barang) yang
dibayar untuk objek yang sama diberikan, pada waktu dan tempat yang
77
diserahkan barang tersebut. Definisi harga yang adil juga bisa diambil dari
konsep Aquinas yang mendefinisikan dengan harga kompetitif normal. Yaitu
harga yang berada dalam persaingan sempurna yang disebabkan oleh supply
dan demand, tidak ada unsur spekulasi.
Sehingga dengan demikian, keadilan harga menjadi salah satu
kemaslahatan masyarakat karena dapat menjaga kesetabilan dan keamanan
nasional dengan menjaga kesetabilan harga pasar.
5. Mendidik masyarakat untuk menghemat energi dan mencari sumber energi
alternatif.
Indonesia sebagai salah satu Negara penghasil minyak mentah dunia,
sehingga lonjakan harga minyak mentah saat ini justeru bisa dinikmati
masyarakat. Padahal tingkat konsumsi BBM di Indonesia yang terkesan sudah
boros dan berada di atas jumlah minyak yang diproduksi. Produksi minyak
mentah Indonesia pada triwulan pertama tahun 2004 tercatat 0,98 juta barrel
per harri (bph) atau sekitar 360 juta barrel per tahun. Pada tahun 1999
produlsi minyak mentah masih berkisar 1,4 juta barrel per hari. Penurunan
produksi sekitar 30 persen ini terjadi dalam empat tahun terakhir. Sebaliknya,
kebutuhan minyak mentah untuk diolah menjadi BBMdi dalam negeri terus
78
meningkat. Akibatnya, jumlah impor minyak membesar, berbanding terbalik
dengan penurunan ekspor.
Berdasarkan program dan rencana produksi minyak mentah hingga 2015
yang dikeluarkan pemerintah (Departemen ESDM dan BP Migas), Indonesia
akan menjadi negara pengimpor minyak neto (net oil importer) setidaknya
hingga tahun 2015. Bahkan kalau tidak segera ada perubahan terhadap sistem
pengelolaan atau manajemen sumber daya migas nasional yang saat ini
didasarkan atas UU no. 22 tahun 2001 tentang migas, nyaris pasti Indonesia
akan menjadi negara pengimpor minyak neto secara permanent selamanya.27
Penggunaan sumber energi yang tidak hemat dan efisien hanya akan
menyebabkan kelangkaan sumber energi yang pada akhirnya nanti akan habis
dipakai, sehingga generasi penerusnya tidak dapat menikmati energi yang
dinikmati generasi sebelumnya.
C. Dampak Baik dan Buruk Penetapan Harga BBM Yang dilakukan
Pemerintah.
Melihat dari analisis di atas, sebenarnya kebijakan yang diambil pemerintah
dalam menentukan harga BBM dalam negeri sebenarnaya bertujuan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat (maslahah Mursalah). Apapun kebijakan
yang diambil pemerintah harus senantiasa mengacu pada kepentingan masyarakat
luas terutama tang menyangkut hajat hidup orang banyak.
27 Mencegah Indonesia menjadi pengimpor minyak, Media Indonesia, Jakarta, 15 januari
2007
79
Dampak langsung yang dapat terjadi jika menaikan harga BBM adalah:
c. Dapat meringankan beban anggaran belanja negara, hal ini terjadi karena
selama ini beban anggaran belanja negara selalu digunakan untuk
mensubsidi BBM. Jika harga BBM naik maka beban subsidi yang di
tanggung anggaran belanja negara dapat diringankan.
d. Dengan menaikan harga BBM, pemerintah memungkinkan mendapat
devisa yang banyak, hal itu dapat digunakan pemerintah untuk
merealisasikan berbagai macam program pemerintah seperti
meningkatkan mutu pendidikan, mengentaskan kemiskinan, membangun
desa-desa terpencil dan lain-lain.
e. Menaikan harga BBM dalam negeri dapat mencegah penyelundupan.
Maraknya penyelundupan belakangan ini banyak disebabkan harga BBM
dalam negeri yang jauh bawah harga pasaran dunia. Sehingga oleh orang-
orang tertentu hal itu dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan yang
besar dengan menjual BBM keluar negeri.
f. Menjaga kesetabilan harga di pasaran. Melonjaknya harga minyak mentah
dunia membuat berbagai negara melakukan penyesuaian harga BBM tak
terkecuali bagi Indonesia. Dengan menaikan harga BBM dalam negeri
diharapkan mampu menyesuaikan harga minyak mentah di pasaran.
Di samping dampak positif yang dapat diambil pemerintah dalam menaikan
harga BBM, dampak negative akibat kenaikan harga BBM pun bisa terjadi
seperti:
80
a. Melonjaknya harga-harga. Hal ini dapat memicu terjadinya inflasi.
b. Lemahnya daya beli masyarakat. Dengan naiknya harga BBM, masyarakat
lemah khususnya tidak mampu membeli berbagai macam kebutuhan bahan
pokok.
c. Mengganggu kesetabilan harga di pasaran akibat gejolak harga yang selalu
berubah akibat naiknya harga BBM.
Sementara itu bila pemerintah tetap menetapkan harga semula dengan tidak
menaikan harga BBM dalam negeri, maka ada beberapa kebaikan yang dapat
diambil antara lain:
a. Tidak naiknya harga berbagai kebutuhan bahan pokok. Kenaikan BBM
merupakan sumber pemicu kenaikan berbagai bahan pokok. Dengan tidak
naiknya harga BBM maka harga berbagai kebutuhan bahan pokok.
b. Dengan tidak naiknya harga BBM, maka daya beli masyarakat tertap tinggi
sehingga roda perekonomian tidak mengalami kemerosotan daya beli.
c. Dapat memelihara kesetabilan harga pasar. Kenaikan harga BBM dapat
mengakibatkan ketidak setabilan harga.
Namun demikian, bila tetap mematok harga BBM pada harga lama akan juga
berdampak negative bagi ekonomi, diantaranya adalah:
a. Membebani APBN. Naiknya harga minyak mentah dunia menyebabkan
pemerintah harus menanggung lebih besar APBN karena beban subsidi yang
membengkak.
81
b. Menguras pendapatan negara. Subsidi BBM yang harus ditanggung
pemerintah kian bertambah berat. Anggaran untuk subsidi BBM diambil dari
pendapatan negara. Bila minyak mentah dunia makin naik sementara
pemerintah tidak melakukan penyesuaian terhadap harga baru maka dapat
dipastikan pendapatan negara akan mengalami deficit.
c. Menyuburkan maraknya penyelundupan. Jika harga BBM dalam negeri tidak
segera disesuaikan dengan harga pasaran dunia, maka harga BBM dalam
negeri jauh lebih rendah dari harga-harga BBM di negara-negara yang
melakukan penyesuaian harga.
Dari pemaparan diatas mengenai penetapan harga BBM oleh pemerintah
melalui analisis ekonomi Islam, dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga BBM
pada tahun 2005, itu merupakan bentuk maslahat bagi negara dan rakyat kecil.
Menaikan harga BBM bukan semata-mata pemerintah tidak peduli kepada rakyat
kecil. Justeru dengan menaikan harga BBM pemerintah terselamatkan dari defisit
dan beban keuangan negara yang makin parah, disamping itu pula keuntungan
dari kenaikan harga BBM digunakan untuk membantu rakyat kecil melaui
program yang telah pemerintah keluarkan yakni BLT (Bantuan Langsung Tunai).
Hal itu sesuai dengan hukum Islam yaitu kebijakan pemerintah terhadap rakyat
harus dihubungkan dengan kemaslahatan umat.
82
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
1. Penetapan harga oleh pemerintah dalam ekonomi Islam disebut Tas’ir. Para
ekonom Islam berbeda pendapat mengenai dibolehkannya penetapan harga
oleh pemerintah. Perbedaan itu disebabkan keadaan dan kondisi yang ada
dalam masyarakat tersebut. Namun demikian tujuan utama dari penetapan
harga adalah adanya kesetabilan harga di pasar guna menjaga kemaslahatan
masyarakat itu sendiri.
2. BBM merupakan kebutuhan yang menyangkut hajat hidup orang banyak
sehingga dalam penggunaannya harus selalu berorientasi pada kemaslahatan
dan kemakmuran rakyat. Untuk mewujudkan tujuan diatas, maka pemerintah
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam lembaga eksekutif di suatu
negara diembankan tugas tersebut. Penetapan harga menjadi salah satu bentuk
kebijakan pemerintah dalam melaksanakan amanat tersebut. Dalam
pelaksanaanya, pemerintah dilarang semena-mena dalam menetapkan harga.
Adapun alasan yang melatar belakangi pemerintah menaikan harga BBM
(bahan bakar minyak) antara lain:
a. Naiknya harga minyak mentah dunia
b. Beban subsidi BBM yang melampaui RAPBN
63
64
c. Produksi BBM nasional yang tidak mencukupi konsumsi BBM
nasional.
Secara formal kebijakan pemerintah terhadap BBM tertuang dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas
bumi dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 55 tahun 2005
tentang harga jual eceran bahan bakar minyak dalam negeri.
3. Penetapan harga oleh pemerintah dalam pandangan para ekonom Islam
dibolehkan dengan ketentuan-ketentuan tertentu dan mempertimbangkan
kemaslahatan umat, disamping itu pula harga yang ditetapkan pemerintah
ditujukan untuk mensetabilkan harga pasar, bukan semata-mata untuk
kepentingan pemerintah apalagi untuk kepentingan segelintir orang semata.
Sehingga penetapan harga yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai
dengan semangat dan jiwa ajaran Islam karena sudah mencerminkan keadilan
dan berorientasi pada kemaslahatan masyarakat.
B. Saran
1. Hendaknya pemerintah melakukan sosialisasi masalah kenaikan harga minyak
internasional dengan berbagai implikasinya dan pilihan kebijakan serta
akibatnya kepada masyarakat luas dan memberitahukan kebijakan yang akan
ditempuh Pemerintah secara transparan.
65
2. Pimpinan nasional harus menegaskan kembali bahwa sasaran subsidi BBM
adalah masyarakat bawah dan kecil untuk keperluan rumah tangga dan
transportasi umum, Berdasarkan kebijakan tersebut secara selektif dapat
ditetapkan jenis BBM yang disubsidi misalnya minyak tanah untuk rumah
tangga dan solar untuk angkutan umum sedangkan lainnya di lepas menurut
harga pasar.
3. Pimpinan nasional menegaskan kembali bahwa penyalahgunaan BBM yang
disubsidi adalah tindak pidana kriminal dengan ancaman hukuman yang berat,
karena pada dasarnya penyalahgunaan BBM bersubsidi adalah
penyalahgunaan keuangan negara, dan penyalah gunaan keuangan negara
adalah perbuatan kriminal. Kebijakan ini harus didukung dengan penegakan
hukum yang tegas.
4. Pertamina seharusnya ditetapkan sebagai lembaga pertama yang bertanggung
jawab terhadap pengadaan, penyaluran dan ketepatan penggunaan BBM
bersubsidi.
5. Dalam pandangan ekonomi Islam kenaikan subsidi BBM diperlukan jika
memang pemerintah menanggung terlalu berat bebean subsidi yang semakin
berat terhadap APBN, namun kenaikan BBM tidak selalu mesti mencabut
subsidi untuk kalangan rakyat miskin, ada beberapa alternative yang dapat
dilakukan pemerintah dalam mengatasi beban subsidi, antara lain:
66
a. Mengurangi kebocoran belanja rutin, yang selama ini banyak dikorupsi.
b. Membuat kebijakan transportasi yang hemat energi, mengurangi kemacetan
serta lebih mementingkan angkutan publik seperti bus kota dan kerata api
ketimbang membuat jalan tol yang hanya dinikmati mobil pribadi orang
kaya.
c. Membuat kebijakan yang bisa mengurangi ketergantungan ekonomi pada
minyak. Indonesia memiliki gas bumi yang masih banyak, tapi belum
dimanfaatkan. Tapi, pada masa yang akan datang, pemerintah harus
mengarahkan pembangunan ekonomi menggunakan sumber energi
terbarukan (angin, surya, biodiesel dan sejenisnya).
d. Meminta pemotongan jumlah utang kepada negeri kreditor dan
menghentikan pembayaran obligasi rekap (subsidi langsung yang hanya
dinikmati orang kaya).
Daftar Pustaka
Al-Qur’an al-karim Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari masa Klasik hingga
Kontemporter, Jakarta, Pustaka Asatruss,2005 Al-Janidal, Hammad Bin Abdurrahman, Manhaj al-Bathitsin fi al-Iqtishad al-
Islami, Riyadh, Syirkah al-Ubaikan li al-Thaba’ah wa al-Nasyr, 1406 H An-Nabhani, Taqiyuddin, Nidhamul Hukmi Fil Islam, Moh. Magfur Wachid,
Sistem Pemerintahan Islam: Doktrin Sejarah dan Realitas Empirik, (terj.), (Surabaya: Al-Izzah, 1996
Daud al-Syijistani, Abu, Sunan Abu Daud, Beirut, Dar al-Fikr, Jilid 3, 1994 Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, Bandung, Mizan, 1997 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta 1987 Dhiauddin Rais, Muhammad, An-Nazhariyatu As-Siyasatul Islamiyah, Abdul
Hayyie Al-Kattani, Teori Politik Islam, terjemah, Jakarta, Gema Insani Press, 2001
Erani, Yustika, A., Pembangunan dan Krisis Memetakan Perekonomian
Indonesia, Jakarta, PT. Grasindo, 2002 http://kolom.pasific.net.id/ind/2004/12/15 http://kolom.pacific.net.id/ind/lain2/mohamad_ikhsan/kebijakan_penyesuaian_bb
m:_mengapa_perlu_dilakukan.html http://priyadi.net/archives/2005/09/23 Islahi, A A, Konsepsi Ekonomi Ibnu Taymiyyah, Surabaya, Bina Ilmu, 1997 kompas, BBM Antara Hajat Dan lahan Korupsi, Jakarta, Penerbit Buku kompas,
2005 Kompas, Pertamina, Lahan Uang, Kepentingan dan Persoalan, Jakarta, 26 Juni
2004
--------------, Harga Minyak Dunia Dan Kemelut Harga BBM, Jakarta, 26 Februari 2005
--------------, Harga Minyak Dunia Dan Kemelut Harga BBM, Jakarta, 26 Februari
2005 --------------, Utang, Subsidi BBM dan Krisis Fiskal, Jakarta, 23 Oktober 2004 --------------, Menaikan Harga Bensin Premium, 3 Februari 2005 -------------, UU Migas Rancu, Pertamina Runyam, 26 Juni 2004 --------------, Minyak rakyat diselundupkan, Jakarta, 16 Februari 2003 Kusnardi, Moh. dan Saragih, Bintan R., Ilmu Negara, Jakarta, Gaya Media
Pratama, cet. ke-4, 2000 Media Indonesia, Mencegah Indonesia menjadi pengimpor minyak, Jakarta, 15
Januari 2007 Mudjib, Abdul, kaidah-kaidah ilmu fiqh, Jakarta, Kalam Mulia,1992 Muin, Salim Abdul, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Qur’an, Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada, 1995 Muzaffari, Mehdi, Authority in Islam, Abdul Rahman Ahmed, Kekuasaan dalam
Islam, terjemah, Jakarta, Pustaka Panjimas, 1994 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Harga
Eceran Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri Rais, Amin M., Khalifah dan Kerajaan, Bandung, Mizan, 1984 Salim Arskal M., GP, Etika Intervensi Negara: Perspektif Etika Politik Ibnu
Taimiyah, Jakarta, Logos, 1999 Shiddiqi, Nejatullah, M., Kegiatan Ekonomi dalam Islam, Jakarta, Bumi Aksara,
1996 Syafi’ie, Inu Kencana, Ilmu Pemerintahan dan Al-Qur’an, Jakarta, Bumi Aksara,
cet. Ke-1, 1994
Taymiyyah, Ibnu, Al-Hisbah fi Al-Islam, Kairo, Dar Al-Sha’ab, 1976 Taymiyyah, Ibnu, Al-Siyasah Al-Syar’iyyah, Kairo, Dar Al-Sya’ab, 1971 Undang-Undang Republik Indonesia No.22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi beserta Penjelasannya, Jakarta, Citra Umbara, 2002 www.mail-archive.com/ekonomi-nasional@yahoogroups.com Yulianto, Ferry J, “ Dampak Kenaikan BBM Terhadap Petani dan Nelayan :
Embrio Gerakan Perlawanan Sosial”, Makalah Kenaikan BBM dan Dampaknya Terhadap Petani dan Nelayan : Mencari Format Kompensasi Langsung kepada Petani dan Nelayan, Jakarta, Jakarta Media Center, dewan Pimpinan Pusat Pemuda Tani- HKTI