Post on 17-Nov-2021
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBUATAN KAPALBAGAN DI NAGARI SUNGAI NYALO MUDIAK AIA
KABUPATEN PESISIR SELATAN 1980-2017
THE LOCAL CULTURE IN BUILDING KAPAL BAGANIN NYALO RIVER NAGARI MUDIAK AIA SOUTHERN
COASTAL REGENCY 1980-2017
Ajisman
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera BaratJl. Raya Belimbing No 16 A Kuranji Kota Padang
Email: ajisman.dt@gmail.com
DOI: 10.36424/jpsb.v6i1.150
Naskah Diterima: 14 Februari 2020 Naskah Direvisi: 29 April 2020Naskah Disetujui: 04 Mei 2020
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan menjelaskan tentang kearifanlokal pembuatan kapal bagan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia 1980-2017.Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode penelitian sejarah yangterdiri dari empat tahap: heuristik, kritik, sintesis dan penyajian hasil dalambentuk tulisan. Hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat Nagari SungaiNyalo Mudiak Aia berkerja sebagai nelayan dan pembuat kapal bagan.Tradisi pembuatan kapal bagan masih bertahan di tengah-tengah gencarnyagelombang arus promosi pariwisata di kawasan Sungai Nyalo dan sekitarnya.Tradisi membuat kapal bagan masih diwarisi dari generasi ke generasi.Walaupun kemampuan membuat kapal bagan yang dimiliki para tukang tidakdiperoleh melalui pendidikan formal, namun hasil buatan tukang SungaiNyalo Mudiak Aia sudah memenuhi syarat pokok dalam pembuatan kapalbagan seperti keapungan, kekuatan, dan stabilitas. Ada unsur kearifan lokaldalam mengkonstruksi bodi kapal, contohnya bodi kapal dibuat sedikit lebihlebar kebelakang atau lancip ke depan agar kapal tersebut kuat dan lebihtahan ombak. Kearifan lokal yang diajarkan tukang pada generasi mudabukan hanya tentang teknik membuat bodi kapal yang bagus, akan tetapi jugabagaimana cara memilih dan memperlakukan kayu dengan baik,mengerjakannya, hingga meluncurkan kapal ke laut. Kata Kunci: Kearifan Lokal, Pembuatan Kapal Bagan, Nagari Sungai Nyalo
1
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
Abstract
This study aims to reveal and explain the local culture of kapal baganbuilding at Nyalo River nagari Mudiak Aia in 1980-2017. To achieve thisaim, the historical research methods were used which consist of four stages:heuristics, criticism, synthesis and the results are presented in written form.The results of the study show that the people of Nyalo River nagari MudiakAia works as fishermen and shipbuilder. The tradition of kapal baganbuilding still survives in the midst of the tidal wave of incessant tourismpromotion in the Nyalo River region and beyond. The tradition in buildingkapal bagan is still inherited from generation to generation. Although theability to build kapal bagan is not obtained through formal education, but theresults of the shipbuilder of the Nyalo River nagari Mudiak Aia have fulfilledthe basic requirements of kapal bagan building such as floating, strength,and stability. There is an element of local culture in constructing the body ofthe ship, for example the body of the ship is made slightly wider backward ortaper forward so that the ship is stronger and more resistant to waves. Thelocal culture that is taught by shipbuilder to the younger generation is notonly about the technique of building a good ship body, but also how tochoose and treat wood well, build it, until launch the ship into the sea.
Keywords: Local Culture, Kapal Bagan Building, Nyalo River Nagari
PENDAHULUAN
Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia terletak di pinggir Teluk Carocok
Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan sebagian besar
penduduknya adalah nelayan tradisional, disamping berprofesi sebagai
nelayan mereka juga punya keahlian membuat kapal bagan.1 Aktivitas
pembuatan kapal bagan tradisonal di Sungai Nyalo Mudiak Aia sebenarnya
sudah berlangsung sejak lama, dan sudah mereka warisi secara turun
temurun dari generasi ke generasi. Kapal bagan yang diproduksi di Sungai
Nyalo Mudiak Aia umumnya dipesan pelaku usaha perikanan di kawasan
Sumatera Barat dan material kayu yang digunakan biasanya adalah jenis kayu
1 Informasi yang disampaikan Wali Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia Marjam, pengrajinpembuat kapal bagan di Sungai Nyalo ada sekitar 45 orang, membuat kapal kayu tidak terlalurumit seperti kapal besi, belajar untuk bertukang kapal kayu juga tidak sulit dan ilmubertukang mengalir secara alami. Tukang 45 orang adalah tukang yang produktif, tukangkapal kayu dibatasi oleh umur, umur produktif bertukang antara 20-45 tahun, orang yangsudah berumur tidak akan mampu lagi bertukang, karena seorang tukang harus mampumengangkat kayu yang besar-besar, makanya mantan tukang di Nagari Sungai Nyalo MudiakAia cukup banyak.
2
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
Musyarai, Rasak, Kalek (balam), Madang, Laban dan lain-lain. Secara teknis
kualitas kapal bagan buatan tukang Sungai Nyalo Mudiak Aia tergolong
cukup bagus dan kuat.
Tukang kapal bagan tradisional Sungai Nyalo Mudiak Aia terbilang
cukup unik, karena mereka membuat kapal bagan bertumpu pada kemampuan
alami dan pengalaman. Kemampuan membuat kapal yang dimiliki oleh para
tukang tidak diperoleh melalui pendidikan formal, meskipun demikian kapal-
kapal buatan tukang Sungai Nyalo Mudiak Aia dari desainnya walaupun
tanpa gambar dan perhitungan secara tertulis, kapal bagan yang
dihasilkannya sudah memenuhi syarat pokok dalam pembangunan kapal
bagan: keapungan, kekuatan dan stabilitas (Dalimunthe, 2007:2). Pada
umumnya kapal-kapal ikan di Indonesia dibangun secara tradisional dan
biasanya tidak didahului dengan gambar desain dan perhitungan sebagaimana
layaknya pembangunan kapal-kapal modern. Kapal-kapal bagan tradisional
ini tidak dilengkapi dengan gambar-gambar rancangan umum. Walaupun
demikian kapal-kapal ikan tersebut dapat menjalankan fungsinya sebagai
kapal ikan. Biasanya kapal-kapal kayu tradisional dibangun berdasarkan
keahlian yang didapat secara turun temurun (Dalimunthe, 2007: 2-3).
Untuk mengerjakan satu buah badan kapal bagan membutuhkan
tukang sebanyak 8 orang, kapal-kapal bagan yang dibuat cukup besar
misalnya dengan ukuran panjang 25 m, lebar 5 m. Untuk mengerjakan kapal
yang sebesar itu, biasanya memakan waktu selama lebih kurang 4 bulan, dan
bisa lebih lama tergantung ketersediaan bahan kayu. Kesulitan tukang adalah
mendapatkan kayu yang bagus dan kayu yang sudah tua, satu unit badan
kapal buatan tukang Sungai Nyalo Mudiak Aia dengan panjang 25 m, lebar 5
m dengan harga 400-450 juta (Wawancara dengan Marjam, 22 Februari
2018). Hal yang tidak kalah pentinya lagi dalam proses membuat kapal
bagan para tukang Sungai Nyalo Mudiak Aia, diawali dari pengambilan kayu
di hutan, mengerjakan dan peluncuran kapal ke laut ada kearifan lokalnya,
kearifan lokal yang mereka miliki dalam membuat kapal bagan tersebut juga
3
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
diwarisi kepada tukang-tukang yang muda di Nagari Sungai Nyalo Mudiak
Aia.
Usaha pembuatan kapal bagan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia
menarik untuk dikaji, karena mareka masih dapat bertahan di tengah-tengah
gelombang arus gencarnya promosi pariwisata di kawasan Sungai Nyalo
Mudiak Aia dan sekitarnya. Usaha membuat kapal bagan sudah merupakan
alat mata pencaharian pokok bagi sebagian masyarakat nelayan di Nagari
Sungai Nyalo Mudiak Aia. Rata-rata para tukang di Nagari Sungai Nyalo
Mudiak Aia mendapatkan pesanan 2 buah kapal bagan/ tahun. Kapal bagan
buatan Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia dipesan oleh para nelayan atau
pelaku usaha perikanan baik untuk dipakai di Nagari Sungai Nyalo Mudiak
Aia sendiri maupun oleh para nelayan di daerah lain seperti Carocok Tarusan,
Surantih, Bungus Teluk Kabung, Gawung dan Pasir Jambak.2 (Wawancara
dengan Marjam, 9 Mei 2018 di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia).
Penelitian ini memusatkan perhatian pada kajian kearifan lokal dalam
pembuatan kapal bagan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia, untuk itu perlu
dijelaskan beberapa konsep yang terkait dengan hal tersebut. Kearifan lokal
adalah kumpulan pengetahuan dan cara berpikir yang berakar dalam
kebudayaan suatu kelompok manusia, yang merupakan hasil pengamatan
selama kurun waktu yang lama (Arafah, 2002: 23). Sedangkan menurut
Adrianto kearifan lokal dipahami sebagai usaha manusia dengan
menggunakan akal budinya untuk bertindak atau bersikap sebagai hasil
penilaian terhadap sesuatu, objek atau peristiwa yang terjadi (Adrianto,
2011:59).
Dalam komunitas masyarakat lokal, kearifan lokal mewujud dalam
bentuk seperangkat aturan-aturan, tata nilai, norma, kepercayaan, serta etika
2 Sayanganya data jumlah kapal yang dipesan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia tidakditemukan, namun menurut pengakuan Wali Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia Rata-rata paratukang di Sungai Nyalo mendapatkan pesanan dari usaha perikanan 2 buah kapal/tahun,dengan mendapatkan pesanan 2 buah kapal tersebut sudah hidup ekonomi masyarakat NagariSungai Nyalo. Karena membuat kapal membutuhkan banyak tenaga mulai dari menebangkayu di hutan, menarik kayu Rindang kapal dari dalam hutan memerlukan 30-40 orang,kemudian tenaga mencari kayu untuk kong, bilai, sento dan kayu lainya. Belum termasuktenaga kerja dan tukang untuk membuat kapal.
4
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
yang mengatur tatanan sosial komunitas yang terus hidup dan berkembang
dari generasi ke generasi (Thamrin, 2013: 46). Ciri yang melekat dalam
kearifan tradisional adalah sifatnya yang dinamis, berkelanjutan dan dapat
diterima oleh komunitasnya. Kearifan lokal terbentuk dari adanya suatu
proses panjang pada sistem hubungan manusia dan komunitas, adanya
hubungan antara masyarakat tradisional dengan ekosistem lingkungan
disekitar. Dengan pemahaman masyarakat tradisional yang mendalam tentang
dimensi ekonomi, budaya dan keyakinan spiritual, mereka tinggal dikawasan
tersebut mempunyai kepentingan jangka panjang memelihara keberlanjutan
sumberdaya yang ada. (Nababan, 1995:36).
Eksistensi kearifan lokal dirasakan semakin memudar pada berbagai
kelompok masyarakat. Keprihatinan terhadap kerusakan sumber daya alam
khususnya akibat berbagai faktor perilaku manusia, sehingga kearifan lokal
mengalami pelunturan sebagai penyangga sosial bagi upaya pelestarian
sumber daya alam. Tantangan-tantangan terhadap kearifan lokal semakin
besar seiring dengan perkembangan teknologi modern dan kapitalisme.
(Nababan, 1995:44)
Kapal secara umum adalah sesuatu benda yang terapung di air yang
dapat dijadikan sebagai sarana transportasi dan sarana kerja dan mempunyai
alat gerak maupun tidak seperti layar, mesin dalam, mesin luar, dan dayung
(Dalimunthe, 2007:6). Berdasarkan penggunaannya dikenal ada empat jenis
kapal di Indonesia. Pertama kapal dagang (membawa barang), kedua kapal
untuk membawa penompang, ketiga kapal perang dan terakhir kapal untuk
penangkap ikan. Berdasarkan daerah operasinya kapal juga dapat
dikategorikan menjadi empat, yakni pertama kapal untuk pelayaran ke daerah
pedalaman (pelayaran sungai). Kedua kapal yang melayani penumpang atau
barang di daerah pelabuhan. Ketiga kapal yang melayani pelayaran pantai
dan kempat kapal untuk pelayaran laut lepas (Asnan, 2007: 261). Kapal
penangkap ikan berbeda dengan kapal lainnya, hal ini disebabkan karena cara
operasional. Kapal penangkap ikan juga mempunyai sifat-sifat khusus. Sifat
khusus tersebut meliputi kecepatan kapal yang tidak terlalu tetap, pelayaran
5
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
relatif jauh dari pantai atau dari pelabuhan dan area pelayaran luas. Karena
itu maka kapal harus kuat karena akan menghadapi badai, gelombang dan
sebagainya (Winanda, 2007: 25).
Bagan di Indonesia ini diperkenalkan pada awal tahun 1950 dan
sekarang telah banyak mengalami perubahan. Bagan pertama-tama digunakan
oleh nelayan Makasar dan Bugis di Sulawesi Selatan, kemudian nelayan
daerah tersebut membawanya kemana-mana dan akhirnya hampir dikenal di
seluruh Indonesia (Subani dan Barus, 1989: 23).
Dalam pembuatan kapal penangkap ikan di Indonesia memiliki ciri
khas tersendiri dimana antara satu daerah memiliki bentuk yang berbeda
dengan daerah yang lainya. Hal ini dikarenakan para pengrajin kapal setiap
daerah membuat kapal dengan mengandalkan keahlian secara turun temurun,
artinya kapal-kapal tersebut dibangun berdasarkan pengalaman tanpa
perhitungan yang pasti sebagaimana layaknya pembuatan kapal secara
modern. Pembuatan kapal secara tradisional biasanya tidak berdasarkan pada
perencanaan dan perhitungan yang jelas sehingga dalam pembuatannya selalu
ada perubahan karakteristik pada bentuk kapal (Tangke, 2009: 45).
Aktivitas pembuatan kapal bagan tradisional di Nagari Sungai Nyalo
Mudiak Aia sudah berlangsung sejak lama, keranjinan pembuatan kapal
bagan ini sudah mereka warisi dari nenek moyang mereka secara turun
temurun sampai saat ini. Lasibani mengungkapkan masyarakat yang
bermukim di kawasan pesisir bagian darat terutama yang dekat pemukiman
juga dijadikan sebagai pembuat kapal atau perahu untuk memenuhi
kebutuhan kapal penangkap ikan dan alat transportasi masyarakat. Pembuatan
atau pembangunan kapal dilakukan secara tradisional namun secara teknis
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan (Lasibani, 2010:7).
Bertitik tolak dari persoalan di atas, kajian ini menfokuskan tentang
kearifan lokal dalam pembuatan kapal bagan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak
Aia, Kecamatan XI Koto Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Masyarakat di
nagari tersebut memiliki pengetahuan dan kearifan lokal dalam pembuatan
kapal bagan yang masih tetap eksis dan bertahan di tengah-tengah gelombang
6
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
arus gencarnya pengembangan pariwisata di kawasan Sungai Nyalo Mudiak
Aia dan sekitarnya.
METODE PENELITIAN
Meneliti dan mengkaji kearifan lokal pembuatan kapal bagan di
Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia merupakan bentuk penelitian sejarah, maka
metode yang digunakan adalah metode sejarah. Metode penelitian sejarah
akan melalui empat tahap yakni pertama heuristic mencari dan menemukan
sumber-sumber sejarah. Kedua kritik untuk menilai otentik atau tidaknya
sesuatu sumber. Ketiga , sistesis dari fakta yang diperoleh melalui keritik
sumber atau disebut juga kredibilitas sumber, keempat, penyajian hasil dalam
bentuk tulisan (Gottschlk, 1995: 32).
Dalam pengumpulan sumber dilakukan melalui studi pustaka dan
studi lapangan. Studi kepustakaan pada Arsip dan Perpustakaan Provinsi
Sumatera Barat, Perpustakaan Universitas Andalas Padang (Unand),
Perpustakaan Universitas Negeri Padang (UNP), Perpustakaan DHD Provinsi
Sumatera Barat, Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan di
Painan dan Kantor Wali Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia dan lainya. Untuk
menutupi kekurangan dan keterbatasan sumber dan bahan tertulis, digunakan
sumber wawancara dilakukan terhadap, mantan tukang, para tukang yang
aktif dan pembantu tukang, tukang sinso pengambil kayu di hutan.
Wawancara terhadap pemuka masyarakat, tokoh agama, ulama, wawancara
juga dilakukan terhadap pihak pemerintahan seperti Wali Nagari dan Camat.
Tahap kedua, kritik, yaitu tahap penyeleksian sumber-sumber sejarah,
meliputi kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern dilakukan untuk menguji
tingkat keabsahan sumber (otentisitas sumber). Sedangkan kritik intern
dilakukan untuk menguji kredibilitas sumber. Tahap ketiga adalah tahap
analisis dari fakta yang diperoleh melalui kritik sumber atau disebut juga
kredibilitas sumber itu. Tahap keempat, historiografi, yaitu tahap penulisan
sejarah. Tahap ke tiga adalah interpretasi dalam artian merangkaikan fakta-
fakta menjadi suatu kesatuan pengertian. Pada akhirnya fakta sejarah yang
7
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
telah mempunyai makna tersebut dituliskan secara terintegrasi dalam suatu
cerita sejarah yang sesuai dengan topik yang dibahas.
Beberapa publikasi sejarah yang pernah mengulas tentang persolan
tersebut yakni Asnan (2007), Utomo (2016), Nur (2015), Ekaputra (2013),
Yusfa Hendra Bahar dan Fauzan Amri (2009), Yuspardianto (2003).
Publikasi sejarah tersebut sangat berguna dalam membantu penulisan hasil
penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, daftar kepustakaan di belakang dapat
melengkapi informasi tentang sumber-sumber dalam rangka penelitian ini.
PEMBAHASAN
Gambaran Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia
Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia adalah pengabungan dari dua
kampung, Kampung Sungai Nyalo dan Kampung Mudiak Aia yang dijadikan
sebuah nagari. Secara administratif, Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia
merupakan satu dari 23 nagari yang terdapat di Kecamatan Koto XI Tarusan
Kabupaten Pesisir Selatan. Kecamatan Tarusan merupakan daerah paling
utara dari Kabupaten Pesisir Selatan, yang secara geografis terletak pada
0º59,00’-1º17,30’ Lintang Selatan dan 100º19,00’ - 100º34,70’ Bujur Timur.
Sebelum pemekaran Nagari Sungai Nyalo berada pada kenagarian Ampang
Pulai dan Mudiak Aia berada pada kenagarian Duku.
Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia terdiri dari 2 kampung yakni Sungai
Nyalo dan Mudiak Aia. Kenagarian Sungai Nyalo Mudiak Aia juga
merupakan salah satu nagari yang termasuk kedalam Wilayah Kawasan
Wisata Terpadu Bahari Mandeh yang dirancang oleh Presiden Republik
Indonesia Joko Widodo pada tanggal 10 Oktober 2015. Nagari yang terletak
di arah Utara Kabupaten Pesisir Selatan, dengan jarak 15 km dari Kantor
Kecamatan. Jarak Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia dari Kantor Bupati
Kabupaten Pesisir Selatan sekitar 37 km, dengan waktu tempuh menuju pusat
kota kecamatan sekitar 75 menit. Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia
berbatasan sebelah Utara dengan Nagari Sungai Pinang, sebelah Selatan
8
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
dengan Nagari Mandeh, sebelah Barat dengan Samudra Indonesia dan
Sebelah Timur dengan Hutan Belantara.
Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia memiliki luas sekitar 2.142,00 km²
dengan rincian pemanfaatan tanah sebagai berikut: Tanah permukiman
1.100,00 ha, tanah perkebunan 52,00 ha, tanah pertanian 38,50 ha, tanah
perbukitan 1500,00 ha, tanah perikanan 6,50 ha, tanah lepas 534,00 ha dan
tanah rawa 11,00 ha. (Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM)
Tahun 2017-2023. Pemerintah Nagari Sungai Nyalo Mudiak Air Kecamatan
Koto X1 Tarusan tahun 2017: 20 ). Penggunaan tanah di Nagari Sungai
Nyalo Mudiak Aia sebagian besar untuk tanah pertanian dan perkebunan,
sedangkan sisanya untuk tanah kering yang merupakan bangunan dan fasilitas
lainya. Dari segi luas daerah, Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia tergolong
relatif kecil dibandingkan nagari-nagari lainnya. Hal itu bisa difahami karena
sebelum dimekarkan, Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia merupakan salah satu
jorong atau desa di Nagari Ampang Pulai dan Nagari Duku. Oleh karena
letaknya yang relatif jauh dari pusat nagari dan kecamatan dan agak terpisah
dijadikan sebagai nagari yang otonom.
Transportasi ke pusat kecamatan, kabupaten dan provinsi sejak dahulu
melalui jalur laut dengan menggunakan boat atau kapal motor ke Pelabuhan
Carocok Ampang Pulai, dan selanjutnya menggunakan transportasi darat.
Namun beberapa tahun terakhir sejak adanya kawasan Mandeh sebagai objek
wisata terpadu, maka Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia sudah bisa ditempuh
melalui jalan darat, bahkan untuk menuju Kota Padang sudah bisa melewati
Nagari Sungai Pinang dan sampai ke Teluk Kabung. Wilayah Nagari Sungai
Nyalo Mudiak Aia dikelilingi oleh bukit-bukit sehingga terbatas dalam
memperluas wilayah persawahan. Konstruksi tanah yang ada di Nagari
Sungai Nyalo Mudiak Aia sangat cocok untuk bercocok tanam khususnya di
sektor pertanian padi, yang menjadi makanan pokok masyarakat Nagari
Sungai Nyalo Mudiak Aia.
Perkampungam masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia tidak
semuanya berada di pantai, tetapi berada di sepanjang Muara Sungai Nyalo
9
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
yang membujur dari pantai Kampung Sungai Nyalo sampai ke Muara
Kampung Mudiak Air, di sepanjang Muara Sungai Nyalo terdapat rumah-
rumah penduduk. Nagari ini bertopografi dataran dan berbukit-bukit di
sekelilingnya dengan ketinggian dari permukaan laut 1-2 km. Curah hujan
rata-rata 307,5 mm dan jumlah hari hujan 11,45 hari per bulan, hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap pola tanam yang ada di Nagari Sungai Nyalo
Mudiak Aia.
Untuk sampai ke Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia mesti ditempuh
melalui bukit dengan kondisi jalan yang berkelok. Jalur transportasi hanya
bisa melalui jalur laut ke pelabuhan Carocok Tarusan, dan darat melalui
Nagari Mandeh dan Nagari Sungai Pinang yang bisa tembus sampai ke
Padang. Nagari ini merupakan suatu pemukiman sendiri atau tidak
berdampingan langsung dengan pemukiman nagari lain, nagari yang terdekat
adalah Nagari Mandeh.
Tidak banyak data yang ditemukan yang bisa menjelaskan tentang
sejarah Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia. Dalam Dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah yang disusun oleh Pemerintahan Nagari
Sungai Nyalo Mudiak Aia menyebutkan awal mula penamaan Sungai Nyalo.
Dalam RPJM tersebut disebutkan bahwa pada masa dahulunya nenek moyang
kita berjalan-jalan, karena lama berjalan berhenti di suatu tempat yang
lengang, tempat tersebut mereka namakan “Lengang Sunyi”. Pada saat itu
mereka mencari tempat yang akan dijadikan untuk menetap, mereka melihat
aliran sungai muaranya yang bagus untuk menjala ikan. Sepakatlah nenek
moyang menamakan tempat tersebut dengan nama “Sungai Nyalo Mudiak
Aia”. (Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Pemerintahan Nagari Sungai Nyalo Tahun 2017-2023:18).
Salah seorang pemuka masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia
menyebutkan “asal mulanya daerah ini dinamakan Sungai Nyalo adalah
karena di sungai ini dahulunya ikannya sangat banyak, sehingga banyak
orang datang mencari ikan/menjalo ikan terutama dari daerah Tarusan.
Sebahagian dari mereka yang datang menjalo ikan tersebut ada yang tinggal
10
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
dan menetap, maka pada saat itulah daerah tersebut diberi nama Sungai Jalo,
namun lama kelamaan menjadi Sungai Nyalo”. (Wawancara dengan Nafri Dt.
Bandaro Sati Nan Mudo, tanggal 8 Mei 2018 di Sungai Nyalo Mudiak Aia).
Tahun 2002 Kampung Sungai Nyalo masuk ke dalam wilayah Kenagarian
Ampang Pulai, sedangkan Kampung Mudiak Aia masuk kedalam wilayah
Kenagarian Duku. Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia adalah pengabungan dari
2 (dua) kampung yang mana dengan pemerintahan yang berbeda pula,
berawal dari keinginan masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan
pemerintah yang lebih dekat, lebih efektif, maka pada akhir tahun 2011
dibentuklah panitia pemekaran Nagari dan pada waktu itu juga langsung
mengajukan permohonan pemekaran Nagari kepada Pemerintah Kabupaten.
Dengan melewati berbagai proses pemekaran yang sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku dari mulai penentuan nama Nagari, pembagian wilayah,
dan pembagian kekayaan nagari. Akhirnya pada bulan November 2011
dilaksanakan pemilihan Wali Nagari serentak Kabupaten Pesisir Selatan,
salah satu Nagari yang ikut pemilihan adalah Nagari Sungai Nyalo Mudiak
Aia. Pada tanggal 7 Februari 2012 dilantiklah Wali Nagari hasil dari
pemilihan secara langsung yang dilaksanakan di Kantor Camat Koto XI
Tarusan, maka semenjak itulah Sungai Nyalo menjadi Nagari Sungai Nyalo
Mudiak Aia.
Dalam sejarahnya Nagari Sungai Nyalo adalah salah satu kerajaan
lama di pantai Barat Sumatera (yang pusatnya berada di Mandeh, Kecamatan
Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, sekarang sudah menjadi sebuah
nagari). Sungai Nyalo menjadi penting, terlebih setelah menjadi kerajaan.
Posisi Nagari Sungai Nyalo menjadi strategis sebagai daerah pelabuhan
dagang di pantai Barat Sumatera. Rempah-rempah dan emas menjadi
komoditi penting yang diperdagangkan di daerah ini. Apalagi setelah
perpindahan jalur perdagangan dari Selat Malaka pasca terjadinya perang
antara Malaka dengan Portugis. (Sa’ad, .2017: 53- 55)
Diperkirakan pada abat ke-16 kawasan, Sungai Nyalo dan daerah
sekitarnya telah ramai dikunjungi oleh para pedagang. Bahkan kawasan ini
11
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
juga pernah kedatangan VOC, dalam artian Belanda juga berperan dalam
perdagangan. Saat ini masih terdapat bekas kapal tenggelam milik VOC yang
diserbu pasukan Jepang pada saat Perang Dunia II. Bangkai kapal ini dapat
ditemukan di laut Mandeh dan Sungai Nyalo yang ke dalamannya ± 30 meter
ke dasar laut. Hal ini dapat diperkirakan bahwa hubungan masyarakat Sungai
Nyalo, Mandeh dan daerah sekitarnya dengan para pedagang lainya sudah
pernah terjadi. (Laporan Lapangan peserta Arung Sejarah Bahari Sumatera
Barat tahun 2016).
Pembuatan kapal bagan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia
diperkirakan sudah berlangsung cukup lama, hal ini sangat memungkinkan
karena bahan baku kayu untuk membuat kapal bagan banyak ditemukan di
kawasan ini. Wilayah Sungai Nyalo Mudiak Aia, Mandeh dan daerah
sekitarnya sejak abad ke 19 M sudah menjadi lokasi pengambilan kayu oleh
penduduk yang berasal dari Sibolga, Mukomuko, dan Bengkulu, sehingga
Belanda mengirim utusan ke daerah tersebut untuk mengambil upeti bagi
yang mengambil kayu. Belanda memerintahkan pada Tuanku Tarusan untuk
mengutus salah seorang untuk memungut upeti, yang bernama Saleh bergelar
“Pandekar Sombong” untuk melaksanakan tugas tersebut. Menurut
masyarakat sekitar, Pendekar Sombong memiliki kesaktian yang tinggi,
sehingga para pengambil kayu tidak dapat berbuat banyak dan terpaksa
memberikan upeti yang diminta oleh “Pendekar Sombong”. (Laporan
Lapangan peserta Arung Sejarah Bahari Sumatera Barat 2016).
Penduduk Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia berdasarkan data BPS
Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2017 penduduk laki-laki lebih banyak
jumlahnya ketimbang penduduk perempuan tercatat sebanyak 415 jiwa laki-
laki dan 364 jiwa perempuan. Masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia
mayoritas (80%) berkehidupan sebagai nelayan, dan 20 % terbagi dalam
sektor lainnya seperti petani (sawah dan kebun), pedagang, tukang bagan dan
lainnya. Profesi atau pekerjaan sebagai nelayan merupakan pekerjaan
tradisional masyarakat nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia diperoleh secara
turun temurun, umumnya mereka berprofesi sebagai nelayan. Masyarakat
12
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia secara perlahan sudah menggeliat dari segi
ekonominya karena Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia juga merupakan salah
satu nagari yang termasuk kedalam Wilayah Kawasan Wisata Terpadu Bahari
Mandeh yang dirancang Pemerintah Republik Indonesia. Manfaat utama
yang sangat dirasakan lancarnya tranportasi jalan menuju Nagari Sungai
Nyalo Mudiak Aia. Jika masyarakat Sungai Nyalo Mudiak Aia ingin pergi ke
Padang mereka sudah bisa dengan menempuh jalan darat melewati Nagari
Sungai Pinang.
Pemukiman penduduk Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia, boleh
dikatakan mengelompok pada satu areal memanjang dari utara ke selatan,
sepanjang jalan yang membelah nagari itu menjadi dua bagian atau belahan.
Secara umum, pemukiman tersebut terdiri dari dua pengelompokan yakni
pemukiman di Kampung Mudiak Aia yang berada di utara, Pemukiman
utama di Kampung Sungai Nyalo, kedua kampung ini penduduknya sangat
ramai dan padat. Rumah yang didiami oleh masyarakat Sungai Nyalo
Mudiak Aia pada umumnya rumah kayu dan semi permanen, hanya beberapa
buah rumah yang permanen. Rumah-rumah berada disepanjang jalan utama
yang sebagian besar menghadap ke jalan atau gang. Nagari Sungai Nyalo
Mudiak Aia sebagai daerah yang dekat dengan laut, kehidupan masyarakatnya
hampir seluruhnya sebagai nelayan. Setiap hari mereka menelusuri Muara
Sungai Nyalo menuju laut lepas untuk menangkap ikan. Rumah-rumah
penduduk berjejer menghadap ke sungai. Disepanjang Sungai Sungai Nyalo
berjejer pula boat pariwisata berbagai ukuran dan boat yang digunakan untuk
transportasi nelayan ke laut maupun menuju ke daerah lain.
Sarana pendidikan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia masih minim
hal ini dapat dilihat belum adanya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di daerah
tersebut, jika orang tua ingin melanjutkan sekolah anaknya ke tingkat SLTA,
mereka harus pergi ke daerah Tarusan.
Walaupun di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia belum memiliki
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) namun dari data yang ada
masyarakatnya banyak yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
13
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
(SLTA). Suatu hal yang membuktikan bahwa masyarakat Sungai Nyalo
Mudiak Aia menyadari akan pentingnya pendidikan. Padahal untuk
melanjutkan ke Sekolah Menegah Atas (SMA) mereka harus keluar dari
Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia. Disamping itu bagi mereka yang akan
melanjutkan ke Sekolah Menegah Atas harus menggunakan transportasi boat/
perahu ke sekolah setiap hari karena Sekolah Menengah Atas hanya ada di
Tarusan.
Masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia sangat menyadari
penting pendidikan, tanpa pendidikan yang memadai suatu daerah masyarakat
tidak akan maju dan berkembang, hal ini dapat dicermati pada tabel di atas.
Tabel tersebut menunjukan hampir setengah dari jumlah penduduknya adalah
tamatan SLTA, walaupun yang tamatan SD juga cukup banyak, yang tidak
tamat SD hanya 61 orang dari jumlah penduduk. Sementara itu yang tamat
sarjana atau perguruan tinggi terdapat 14 orang, tingginya kesadaran orang
tua untuk menyekolahkan anaknya juga didorong oleh adanya program
biasiswa bagi anak nelayan oleh pemerintah pusat melalui Depertemen
Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh
pemerintahan wali nagari, sebagian besar masyarakat nelayan Nagari Sungai
Nyalo Mudia Aia telah menikmati bantuan pendidikan dari pemerintah pusat,
melalui program bia siswa bagi pelajar SLTP, SLTA maupun bagi mahasiswa
yang berprestasi.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat Nagari
Sungai Nyalo Mudia Aia, dapat dilihat dari banyaknya orang tua yang
menyekolahkan anaknya ke luar daerah untuk melanjutkan pendidikan.
Bahkan sudah banyak generasi muda yang melanjutkan pendidikan di
universitas di Padang seperti Universitas Negeri Padang, Universitas Andalas
dan perguruan tinggi swasta lainya.
Sebagaimana telah diungkapkan, masyarakat Nagari Sungai Nyalo
Mudiak Aia sebagian besar penduduknya sebagai nelayan, yang merupakan
mata pencaharian utama secara turun temurun. Pekerjaan atau mata
pencaharian lainnya adalah sebagai pedagang, petani, (sawah dan kebun),
14
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
tukang bagan dan lainnya. Mayoritas masyarakat Sungai Nyalo Mudiak Aia
80 % berprofesi sebagai nelayan, karena secara geografis daerah Sungai
Nyalo dikelilingi oleh laut. Adapun jenis ikan yang terdapat di laut Sungai
Nyalo Mudia Aia dan sekitarnya yaitu ikan, gabus, gambalo, curut, sanam,
bawal, balato, tuna dan lainnya.
Strategi penangkapan ikan nelayan Sungai Nyalo Mudia Aia ada
beberapa macam yakni 1) bagan, 2) memancing, 3) keramba/tambak, dan 4)
pukat atau mamukek. Selain melaut dengan bagan masyarakat juga
memancing, memacing dilakukan pada siang hari atau malam hari. Keramba
merupakan usaha sampingan para nelayan, terutama yang mempunyai modal
yang berlebih sebagai investasi bagi mereka. Namun, seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan daerah Sungai Nyalo Mudia Aia yang juga
masuk sebagai objek wisata unggulan, maka sebagian masyarakatnya sudah
ada yang beralih profesi sebagai pemandu wisata, jika memasuki muara
Sungai Nyalo Mudiak Aia akan bertemu dengan boat wisata dengan berbagai
ukuran.
Mata pencaharian sebagai petani adalah dengan mengolah lahan
pertanian di Kampung Sungai Nyalo dan Kampung Mudiak Aia dengan
tanaman padi. Proses penanaman padi dilakukan dengan cara serentak. Hal
ini bertujuan agar padi tersebut tidak terserang hama wereng dan tikus.
Masyarakat Kampung Sungai Nyalo dan Kampung Mudiak Aia masih
memegang erat sistem kekeluargaan, salah satunya masyarakat bergotong
royong turun ke bandar irigasi untuk membersihkan dan melancarkan
jalannya air yang mengairi lahan persawahan. Membersihkan parit bertujuan
agar sawah para petani dapat membantu pertumbuhan padi dari awal sampai
panen dan menghasilkan padi yang baik. Bibit unggul yang digunakan para
petani agar hasil panen lebih maksimal, menggunakan bibit yang telah
dipakai oleh para pendahulunya atau mengikuti arahan dari penyuluh
pertanian.
Selain sebagai petani masyarakat Sungai Nyalo Mudiak Aia juga ada
yang berprofesi sebagai tukang bagan, namun berkerja sebagai tukang bagan
15
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
tidak menetap. Jika ada orang yang memesan kapal bagan mereka akan
mengerjakan, jika tidak ada pesanan mereka akan pergi melaut atau ke
ladang, prinsipnya bagi mereka yang penting ada kerjaan, sehingga dapat
menafkahi anak istri, mereka akan mengerjakan pekerjaan apa saja yang
penting bagi mereka adalah dapat makan.
Penduduk Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia diperkirakan
sebagaimana masyarakat Minangkabau pada umumnya, telah lama memeluk
agama Islam dan dikenal taat menjalankan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Tidak diketahui secara pasti dari mana dan kapan
agama Islam mulai dianut oleh masyarakat Sungai Nyalo Mudiak Aia.
Sebagai daerah pesisir, ada kemungkinan agama Islam dibawa oleh para
saudagar yang datang ke Sungai Nyalo Mudiak Aia beberapa waktu silam.
Sampai sekarang, masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudia Aia dikenal
sebagai masyarakat yang kental keislamannya, hal ini dapat dilihat dengan
semaraknya tradisi keagamaan di di nagari ini.
Sarana peribadatan di daerah ini terdiri dari mesjid dan mushallah,
mesjid nagari yakni masjid “Nurul Huda” dan masjid “Nurul Hidayah”.
Sedangkan mushallah yang terletak di kampung Sungai Nyalo mushallah
“Darul Ulum” dan mushallah “Nur Jadid” di Kampung Mudiak Aia. Kegiatan
keagamaan dipusatkan di masjid dan mushallah/surau. Sebagaimana
biasannya ditempat lain masjid selain digunakan tempat shalat lima waktu,
shalat Jum’at, shalat tarawih, shalat Idul Fitri dan Idul Adha, masjid juga
dijadikan tempat kegiatan belajar mengaji Al-Quran bagi anak usia sekolah.
Kelompok-kelompok pengajian seperti Majelis Taklim dan Yasinan
cukup berkembang di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia. Jika ada warga yang
meninggal dunia mereka datang bersama-sama mengaji Yasin. Selanjutnya
hari-hari besar Islam juga diperingati, seperti Isra’Mi’raj, Maulid Nabi, dan
memperingati Tahun Baru Hijriyah. Khusus hari-hari besar Islam
didatangkan penceramah dari daerah Tarusan dan Pesisir Selatan.
16
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
Bentuk Kearifan Lokal Pembuatan Kapal Bagan
Bentuk kearifan lokal dalam pembuatan kapal bagan dapat dilihat dari
tahapan pembuatan kapal, dimulai dari penebangan kayu di hutan,
mengerjakan pembuatan kapal dan proses peluncuran kapal ke laut. Para
tukang kapal bagan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia mempercayai dan
meyakini bahwa penghuni kayu itu bukan benda mati. Semua tukang yang
ada di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia mengakui jika tidak dilakukan
upacara ritual ketika akan mengerjakan kapal bagan akan ada efek negatifnya
baik pada orang yang mengerjakan, maupun pada sipemakai kapal itu sendiri.
Sebagian besar tukang sangat meyakini bahwa upacara ritual dalam
pembuatan kapal sangat penting dilakukan. Berikut beberapa kearifan lokal
dalam proses pembuatan kapal bagan di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia.
Pengambilan Kayu di Hutan
Dalam menebang kayu di hutan ada aturan-aturan atau rambu-rambu
yang harus dijaga oleh tukang sinso, ada kayu yang tidak boleh ditebang
karena ada penghuninya. Antara lain kayu yang ada Sakek Antuang-Antuang
(ada akar menjuntai dari atas ke bawah bentuknya seperti datar kepala).
Sakek Antuang-Antuang adalah tempat berdiam atau rumahnya para jin dan
setan, kayu tersebut tidak boleh ditebang, jika ditebang orang yang menebang
kayu tersebut akan jatuh sakit minimalnya akan mendapatkan mimpi buruk.
Kemudian kayu yang tumbuh di tepi anak air dimana urat kayu tersebut
menjalar ke dalam air. Para tukang mempercayai kayu yang tumbuh di tepi
anak air uratnya menjalar ke dalam air, adalah tempat bermainnya setan atau
iblis (Wawancara dengan Rusdi, 6 Mei 2018 di Nagari Sungai Nyalo Mudiak
Aia ).
Sebagian besar tukang sinso di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia
sudah mengerti dan paham mana kayu yang ada penghuninya dan mana yang
tidak berpenghuni. Tukang sinso punya cara untuk menandakan kayu ada
penghuninya. Sebelum kayu ditebang tukang sinso akan menancapkan besi
runcing atau paku pada batang kayu tersebut sambil berucap “jika ada
17
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
penghuninya cabutlah paku ini”. Setelah paku ditancapkan pada batang kayu,
selanjutnya paku akan dibiarkan untuk beberapa hari, jika paku tidak tercabut
berarti kayu tidak ada penghuninya dan kayu boleh ditebang. Namun jika
paku tercabut dari pohon berarti kayu tersebut ada penghuninya dan kayu
tidak boleh ditebang. Jika tukang sinso ingin juga mengambil kayu tersebut
karena kayunya bagus untuk bahan kapal, maka sebelum menebang tukang
sinso akan mendarahi kayu tersebut dengan memotong ayam di pangkal kayu
(Wawancara dengan Aprijon, 5 Mei 2018 di Nagari Sungai Nyalo Mudiak
Aia ).
Menurut para tukang, jika mengalami kesulitan dalam menebang kayu
akan bertanda ada masalahnya yang akan dihadapi oleh tukang dalam
membuat kapal, seperti kekurangan bahan, lama mengerjakan, atau
kecelakaan pada waktu mengerjakannya. Begitu juga nelayan yang akan
memakai kapal tersebut akan mengalami masalah, antara lain kapal tidak
tahan ombak, mudah oleng atau hasil tangkapan kurang memadai.
Kayu sedang berbunga juga tidak boleh di tebang, karena serat kayu
sedang dalam keadaan lunak. Jika ditebang kayu yang sedang berbunga akan
mudah dimakan bubuk atau rayap. Kayu sedang berbunga batangnya akan
menjadi harum sehingga mengundang bubuk atau rayap untuk memakan
daging kayu tersebut. Para tukang sinso tidak akan menebang dan mengambil
kayu yang sedang berbunga. Jika kayu yang sedang berbunga ditebang,
mengakibatkan kapal mudah bocor dan kapal tidak akan bertahan lama. Kayu
untuk membuat kapal adalah kayu pilihan, kayu harus lurus dan berkualitas
seperti maranti, kalek, balam, musyarai, rasak dan madang.
Ada sebagian tukang atau nelayan yang mempercayai bahwa kayu
yang ada penghuninya tidak menjadi masalah jika dijadikan bahan kapal,
yang penting bagaimana memperlakukan penghuni kayu tersebut dengan
baik. Begitu juga kayu yang ditebang ujungnya jatuh ke dalam air suatu
bertanda kapal tersebut akan murah rezkinya, artinya ketika dipakai oleh
nelayan ke laut kapal tersebut akan mendapatkan ikan yang banyak
(Wawancara dengan Meri, 7 Mei 2018 di Sungai Nyalo Mudiak Aia).
18
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
Pemilihan Kayu
Berdasarkan pengakuan beberapa orang tukang kapal, mencari kayu
untuk membuat kapal bagan yang besar tidak membabat hutan dengan
sembarangan. Berbeda halnya dengan bahan pembuatan kapal yang
berukuran kecil dan menegah. Untuk membuat kapal kecil semua kayu yang
ada di rimba bisa diambil, sementara kapal besar disamping kayunya panjang
juga kayu yang keras. Kayu yang dibutuhkan untuk satu buah kapal hanya
sebanyak 1-2 batang pohon kayu yang besar. Bahkan jika dapat kayu yang
besar satu batang cukup untuk satu buah kapal. (Wawancara dengan Aprijon,
5 Mei 2018 di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia).
Tukang sinso tidak akan menebang kayu yang tidak memenuhi syarat
untuk bahan kapal atau kayu yang masih mudah walaupun lurus dan panjang.
Para tukang sinso akan membiarkan terlebih dahulu kayu tersebut besar,
sehingga suatu ketika kayu tersebut bisa ditebang. Tukang sinso juga akan
memperhitungkan ketika kayu ditebang kemana tumbangnya kayu tersebut,
jika tumbangnya ke tempat yang agak sulit atau terhambat oleh kayu yang
lain, maka kayu tersebut tidak akan ditebang. Berdasarkan pengakuan tukang
sinso biarlah jauh mencari kayu asalkan kayu tersebut mudah ditebang dan
mudah untuk membawanya.
Memulai Pekerjaan
Pada zaman dahulu lebih kurang sekitar tahun 1970 an, tukang yang
mencari kayu ke hutan di sekitar Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia, namun
setelah beberapa tahun kemudian sampai sekarang tukang tidak lagi mencari
kayu secara langsung ke hutan, kayu dipesan oleh yang punya kapal bagan
sama tukang sinso. Sebelum kayu ditebang dilakukan mantra-mantra, bahkan
ada yang mendarahi dengan memotong ayam. Tukang mempercayai jika
tidak dilakukan mantra-mantra akan ada efek negatif pada orang yang
menebang kayu tersebut, bahkan bisa nyawa taruhanya. Mantra-mantra
dalam menebang kayu dihutan tergantung ilmu yang dimiliki oleh masing-
masing tukang sinso. Tukang sinso yang mencari kayu di hutan sangat
19
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
mempecayai bahwa pohon ada penghuninya, maka harus dilakukan mantra-
mantra sebelum dilakukan penebangan, jika tidak dilakukan akan ada efeknya
sama orang yang menebang, paling tidak ia akan bermimpi buruk pada
malam hari.
Sekitar tahun 1980 an menebang kayu di hutan pakai kapak setelah
kayu tumbang kemudian baru dipotong dan dibelah pakai arit sesuai dengan
ukuran yang diinginkan. Mengarit (membelah) kayu di hutan sampai
memakan waktu berbulan-bulan. Zaman sekarang orang tidak lagi menebang
dan membela kayu dengan arit, tapi sudah ada mesin sinso, cara kerjanya pun
sangat cepat. Dalam waktu yang tidak terlalu lama tukang sinso sudah bisa
mendapatkan kayu dan sampai ketempat orang yang memesan. Menurut para
tukang, kelemahan ketika memesan kayu sama tukang sinso, pemilik kayu
tidak tahu bagaimana tukang sinso mengambil kayu di hutan apa ia pakai
mantra atau tidak. Sebab mengambil kayu dihutan harus minta izin terlebih
dahulu sama penghuni kayu (Wawancara dengan Saris, 8 Mei 2018 di Nagari
Sungai Nyalo Mudiak Aia).
Sebelum memulai mengerjakan membuat kapal bagan para tukang
akan melakukan mantra atau ritual. Mereka sangat meyakini walaupun kayu
tersebut sudah ditebang, namun penghuninya tetap ada di dalam kayu. Ketika
akan memulai mengerjakan atau memahat, memotong, mengetam, dan lain
sebagainya, tukang mendarahi kayu tersebut dengan memotong ayam sambil
mengasih mantra-mantra. Mendarahi dengan memotong ayam serta
memberikan mantra dilakukan dengan tujuan untuk meminta izin dan
menghormati penghuni kayu yang diyakini masih ada di dalam kayu.
Beberapa orang tukang mengatakan berdasarkan pengalaman
mengerjakan kapal bagan, tiga hari menjelang ia memulai mengerjakan, jika
kayu ada penghuninya maka penghuni kayu tersebut akan datang dalam
mimpi. Jika dalam mimpim datangnya tidak baik, maka tukang akan
mengajurkan pada orang yang punya kapal agar memberikan mantra-mantra
pada kayu. Selanjutnya yang punya kapal akan mencari orang yang pandai
melakukan mantra-mantra pada kayu, bahkan kalau perlu didarahi dengan
20
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
memotong ayam atau kambing. Namun bagi tukang yang senior ia akan
melakukan sendiri mantra-mantra tersebut, masyarakat Sungai Nyalo Mudiak
Aia menyebutnya dengan mempurasani (Wawancara dengan Saris, 8 Mei
2018 di Sungai Nyalo Mudiak Aia).
Ada juga tukang yang tidak mempercayai adanya penghuni kayu,
sehingga ia tidak menghiraukan akhirnya berdampak pada dirinya, anak atau
istrinya, paling tidak tukang itu akan bermimpi buruk. Saris mengaku
sebelum memulai mengerjakan kapal, ia berserah diri pada Allah, kemudian
ia membaca ayat Kul Au’ Zubirabbinnas dan Kul Au’Zubirabbil Falag dan
ditambah dengan ayat kursi. Semua itu ia baca pada saat akan memulai
mengerjakan kapal yang disebut dengan dipurasani, menurutnya jika ia sudah
lakukan penghuni kayu Insya Allah tidak akan mengganggu walaupun
penghuninya tetap ada di dalam kayu.
Berbeda halnya dengan tukang yang masih muda bernama Meri, ia
mengaku baru beberapa tahun berprofesi sebagai tukang kapal. Menurut Meri
kepercayaan terhadap penghuni kayu tergantung kepada individu orangnya,
sifatnya kalau orang yang tidak tahu jika dilanggar tidak masalah pula. Tapi
bagi orang yang paham atau tahu dengan hal-hal itu, jika tidak dilakukan
mantra-mantra akan ada dampak negatifnya pada orang tersebut. Namun
demikian, Meri masih mempercayai ada hal hal yang tidak boleh dilanggar
seperti matan/buku atau pusar-pusar kayu tidak boleh terhimpit, kalau
terhimpit nanti akan ada efek negatifnya baik sama tukang maupun sama
orang yang akan memakai kapal (Wawancara dengan Meri, 8 Mei 2018 di
Sungai Nyalo Mudiak Aia ).
Proses Mengerjakan
Ada dua hal yang berkaitan dengan kearifan lokal dalam proes
pengerjaan kapal bagan yang perlu diperhatikan oleh seorang tukang di
Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia, pertama ukuran bodi kapal dan yang kedua
perlu memperhatikan atau memilih kayu yang baik, artinya kayu yang tidak
21
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
cacat. Tukang harus memperhatikan ke dua hal tersebut sebelum memulai
peroses pengerjaan kapal bagan.
1. Pertama ukuran kapal. Sebelum memulai mengerjakan kapal, tukang dan
yang memesan kapal bagan harus ada kesepakantan, medel dan ukuran
bodi kapal yang diinginkan. Di Nagari Sungai Nayalo Mudiak Aia jarang
nelayan atau pemesan kapal bagan yang menyodorkan gambar pada
tukang, tapi cukup hanya berpesan pada tukang model dan berapa ukuran
kapal yang akan dibuat. Walaupun demikian ada juga konsumen yang
menyodorkan gambar pada tukang, sehingga hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan, namun rata-rata hampir tidak ada yang menyodorkan gambar.
Berdasarkan pengalaman para tukang, ada beberapa model bodi dan
ukuran kapal yang sering dipesan para pemesan, antara lain adalah: Tinggi
kapal rata-rata antara 2 m sampai dengan 2,5 m, lebar 5 m dan panjang 25
m. Jika ukuran kapal sudah jelas, maka tukang menyarankan pada yang
punya kapal, agar bodi kapal dibuat lebih lebar kebelakang dari pada di
depan. Tujuan melebarkan bodi kapal kebelakang adalah untuk menjaga
keseimbangan kapal jika dihampas gelombang di tengah laut, jika lebar
kapal 5 m, maka bagian belakang akan menjadi 5,5 m. Melebihkan lebar
kapal kebelakang 0,5 m dari bagian depan, menjadikan kapal lebih besar
ke belakang dan kecil atau lancip ke depan. Membuat bodi kapal lebih
besar ke belakang dan lancip ke depan karena beban kapal lebih berat
kebelakang, sehingga kapal tersebut tahan ombak dan tidak mudah oleng
atau membenam. (Wawancara dengan Saris, 8 Mei 2018 di Sungai Nyalo
Mudiak Aia).
Berkaitan dengan pembuatan ukuran bodi kapal bagan lebih lebar
kebelakang, tukang senior mengungkapkan:
“ Sebagian tukang tidak mengetahui hal itu, sehingga kapal yangdihasilkannya sama besarnya muka dan belakang. Jika badankapal sama lebar bagian depan dengan yang di belakang, nantikapal akan lebih mudah membenam. Kadangkala ilmu atau teorimembuat bodi kapal seperti itu sebagain tukang tidak maumemberikannya pada anak buanhnya tidak diberikan oleh
22
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
sebagian tukang pada anak buahnya” (Wawancara dengan Saris,8 Mei 2018 di Mudia Aia Sungai Nyalo).
2. Kedua mengetahui tanda-tanda kayu yang cacat. Seorang tukang kapal
pada saat mengerjakan kapal, jika bertemu dengan kayu yang ada
berpusar-pusar (serat atau daging kayu itu berputar). Pusar-pusar kayu
tidak selalu besar, kadang kala hanya sebesar beras, pusar-pusar kayu tidak
boleh terimpit oleh kayu lain. Jika pusar-pusar kayu terjepit oleh kayu lain,
tukang yang mengerjakan akan kena penyakit bisul, pusar-pusar kayu
harus dalam keadaan terbuka. Jika tukang akan memaku kayu yang ada
pusar-pusarnya usahakan jangan terimpit. (Wawancara dengan M. Sudion,
10 Mei 2018 di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia).
Selain pusar-pusar ada lagi yang disebut dengan batu mejan, batu
mejan adalah pusar-pusar kayu yang berbentuk batu mejan biasanya terletak
di pangkal kayu. Menurut para tukang ketika mengerjakan kapal bertemu
dengan pusar pusar kayu seperti batu mejan, maka pusar-pusar tersebut tidak
boleh terimpit. Jika tersumbat atau terimpit oleh kayu yang lain akan
berakibat fatal pada tukang yang mengerjakan kapal bahkan bisa nyawa
taruhannya. Tukang yang tidak mengerti dengan batu mejan sehingga kayu
tersebut terjepit, maka penghuni kayu akan datang dalam mimpi pada malam
hari. Seorang tukang juga tidak harus membuang batu mejan ia hanya cukup
menghindar agar tidak kena paku atau terjepit oleh kayu yang lain. Jika
tukang ketemu dengan pusar-pusar kayu yang ada batu mejan sebaiknya kayu
jangan dipotong, kalau kayu dipotong akan berpengaruh terhadap kekuatan
kapal.
Hampir semua tukang di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia
mempercayai bahwa penghuni kayu bukan benda mati, walaupun kayu sudah
diolah menjadi kapal, namun penghuninya masih tetap berada dalam kayu
tersebut. Salah seorang tukang mengungkapkan:
“Penghuni kayu jika dipanggil ia akan datang jika diusir iaakan pergi. Penghuni kayu harus diperlakukan sepertimanusia, selagi diperlakukan baik, ia tidak akan mengganggu,secara zahirnya kayu sudah mati, tapi secara bathinnya kayu
23
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
masih hidup. Penghuni kayu sewaktu-waktu juga bisadipanggil ketika nelayan mencari ikan di laut, bahkanpenghuni kayu bisa mendatangkan rezeki yang banyak. Akantetapi tidak semua nelayan yang mengetahui hal tersebutbahkan ada pula tukang atau nelayan yang tidakmempercayainya sama sekali. (Wawancara dengan Utir,tanggal 10 Mei 2018 di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia).
Peluncuran Kapal
Seiring dengan perkembangan zaman, ritual peluncuran kapal bagan
ke laut mengalami pasang surut sesuai dengan ilmu dan keyakinan
masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia. Pada zaman dahulu disekitar
tahun 1980-an ritual peluncuran kapal bagan dipimpin oleh salah seorang
tukang yang paling senior atau dukun dan dihadiri oleh beberapa orang
keluarga terdekat. Ritual peluncuran kapal bagan dilakukan di Muara Sungai
Nyalo. Sebelum peluncuran dimulai tukang atau dukun akan memberikan
mantra-mantra serta beberapa ramuan yang telah dipersiapkan oleh yang
punya kapal antara lain: perasannya (ramuan/perlengkapan) singkat ruweh
panjang ruweh atau sikumpai, sikarau, sidingin, sitawa (tawa yang empat:
sikumpai, sikarau, sidingin dan sitawa), baringin sonsang, bungo panggieh-
panggieh. Semua perlengkapan tersebut diiris halus-halus dimasukan ke
dalam wadah, kemudian diasap pakai kemayan dan ditaburkan ke dalam
kapal bagan, sebagianya juga dibuang ke sungai di dekat kapal diluncurkan.
(Wawancara dengan Marjam, 9 Mei 2018 di Nagari Sungai Nyalo Mudiak
Aia).
Pada saat acara mantra-mantra tersebut yang punya kapal juga
menyiapkan makanan seperti ayam yang sudah dimasak satu ekor, nasi kunyit
dihiyasi dengan bunga, telor ayam, lapek, goreng, pisang manih dan kue-kue
ringan lainya. Sebagian dari makanan atau persyaratan tersebut dimakan
bersama-sama di lokasi peluncuran seperti lapek, goreng, air kopi dan air teh.
Sedangkan ayam, telur rebus dan nasi kunyit dibawah pulang oleh yang
punya kapal, selanjutnya diantarkan ke rumah tukang atau dukun yang
memberikan mantra-mantra, namun peluncuran kapal yang seperti ini sudah
24
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
agak jarang dilakukan oleh masyarakat Sungai Nyalo Mudiak Aia. Tidak ada
acuan yang baku bagi masyarakat Sungai Nyalo Mudiak Aia untuk
peluncuran kapal ke laut, ada juga pemilik kapal sebelum meluncurkan kapal
ke laut mereka memanggil orang siak untuk mendoa. Pemanggilan orang siak
untuk mendoa dengan tujuan untuk meminta keselamatan agar kapal mereka
terhindar dari malapetaka ketika melaut.
Sejalan dengan kemajuan pemikiran masyarakat Nagari Sungai Nyalo,
Mudiak Aia mantra-mantra peluncuran kapal sebagianya sudah mulai
ditinggalkan, namun sebagian besar pemilik kapal masih banyak yang
melakukannya. Mantra-mantra dalam meluncurkan kapal ke laut bagi pemilik
kapal sangat penting, jika hal itu tidak dilakukan terasa ada sesuatu yang
belum sempurna. Minimalnya pemilik kapal akan memanggil orang siak ke
rumahnya untuk mendoa, dengan harapan ketika melaut kapal akan terhindar
dari musibah atau malapetaka. Jika tukang tidak pandai melakukan mantra,
maka tukang akan mencari dukun yang punya keahlian. (Wawancara dengan
Toni Aprianto, 8 Mei 2018 Sungai Nyalo Mudiak Aia)
Upacara Tolak Bala
Untuk menghindari mala petaka, baik di laut maupun di darat
masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia mengadakan upacara tolak bala.
Tujuan upacara tolak bala adalah untuk menyampaikan permintaan maaf dan
memohon perlindungan kepada kekuatan gaib di laut maupun di darat.
Masyarakat Sungai Nyalo Mudiak Aia percaya bahwa kekuatan gaib tersebut
dapat mengganggu kelancara nelayan ketika menangkap ikan maupun
mengambil kayu di hutan, para nelayan menyebutnya dengan nama antu
lauik (hantu laut). Selain untuk meminta keselamatan bagi nelayan mencari
ikan di laut, upacara tolak bala juga bertujuan untuk meminta keselamatan
bagi para nelayan yang mencari kayu di hutan. Masyarakat nelayan
mempercayai bahwa di hutan ada penjaganya yang disebut orang bunian.
Pelaksanaan acara tolak bala tidaklah terjadwal, namun lebih sering
dilaksanakan setiap masuk bulan puasa. Acara tolak bala sewaktu-waktu bisa
25
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
dilakukan secara mendadak, jika nelayan merasakan ada sesuatu keanehan
atau petaka seperti berkurangnya tangkapan ikan secara serentak. Jika tidak
ada kejadian yang luar biasa acara tolak bala tetap dilakukan setiap tahunnya,
pelaksanaannya dilakukan pada bulan Jumadil Akhir atau tiga bulan
menjelang bulan ramadhan. Pelaksanaan acara tolak bala melibatkan seluruh
masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia, para nelayan, tokoh
masyarakat, tokoh adat, alim ulama, cerdik pandai, Wali Nagari dan unsur
dari kecamatan dan masyarakat umum. Berikut tatacara pelaksanaan upacara
tolak bala:
Pada hari yang telah disepakati selesai shalat Asyar seluruh lapisan
masyarakat berkumpul di masjid Mudiak Air Nagari Sungai Nyalo. Setelah
seluruh lapisan masyarakat berkumpul acara dimulai dengan membaca
selawat kepada Nabi “Allahhumma Sali’ala Muhammad” dan seterusnya.
Kemudian dilanjutkan dengan membaca ayat-ayat pendek, diawali dengan
membaca Surat Alfatihah, kemudian Kul Au’zubirabbil Falaq dan Kul
Au’zubirabbinnas dan diakhiri dengan membaca Surat Al Ikhlas. Selanjutnya
seluruh peserta berjalan menuju halaman balai-balai di tepi pantai, dalam
perjalanan seluruh peserta membaca istighfar “Asstaghfiruulahal Aziim”.
Membaca “Astaghfirullahal Aziim” dalam perjalanan dengan tujuan sebuah
pengakuan bahwa masyarakat telah berdosa terhadap alam, maka oleh karena
itu harus meminta ampun pada Allah dan meminta maaf pada alam semesta.
Setelah sampai di halaman balai-balai di tepi pantai, membaca kalimat “Laa
llaha Ilallalah”, ketika membaca “Laa llaha Ilallalah” ada dua orang yang
membaca kalimat azan. Terakhir ditutup dengan pembacaan doa tolak bala,
dan diakhiri dengan makan bersama.
Acara tolak bala dilakukan ketika masyarakat sudah merasakan hal-
hal yang aneh di Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia, seperti menurun atau
kuranya hasil tangkapan nelayan, banyaknya terjadi musibah atau wabah
penyakit di nagari. Dengan upacara tolak bala diharapkan masyarakat akan
kembali bangkit, dan saling menjaga nagari dari kemaksiatan. Selain itu yang
tidak kalah pentingnya adalah untuk menjalin sirahturrahmi dan kebersamaan
26
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
seluruh lapisan masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia, kebersamaan
dan kekompakan akan mendatangkan rahmat. (Wawancara dengan Nofri Dt
Bandaro Sati Nan Mudo, 8 Mei 2018 di Sungai Nyalo Mudiak Aia )
PENUTUP
Masyarakat Nagari Sungai Nyalo Mudiak Aia seperti halnya suku
bangsa lain di nusantara termasuk bangsa bahari yang kehidupannya
tergantung dari laut. Sebagai bangsa bahari, masyarakat Sungai Nyalo
Mudiak Aia lekat dengan budaya bahari yang diwujudkan dalam bentuk mata
pencaharian sebagai nelayan dan pembuat kapal bagan. Kehidupan mereka
tergantung kepada hasil tangkapan, dengan hasil tangkapan mereka dapat
membiayai keluarga mereka, baik untuk keperluan sehari-hari maupun untuk
kebutuhan lainya. Begitu juga dengan profesi sebagai tukang kapal bagan,
jika ada orang memesan kapal bagan mereka akan mengerjakannya. Nagari
Sungai Nyalo Mudiak Aia banyak terdapat tempat-tempat membuat kapal
bagan, yang mengambil lokasi di sepanjang Muara Sungai Nyalo.
Tradisi pembuatan kapal bagan masih bertahan di tengah-tengah
gelombang gencarnya promosi pariwisata di kawasan Sungai Nyalo Mudiak
Aia dan sekitarnya. Tradisi membuat kapal bagan masih diwarisi dari generasi
ke generasi, walaupun kemampuan membuat kapal bagan yang dimiliki para
tukang tidak diperoleh melalui pendidikan formal. Para tukang bagan
mendidik generasi muda bagaimana cara membuat bodi kapal bagan yang
baik dengan kearifan lokalnya. Dari hasil penelitian ditemukan kearifan lokal
dalam merancang bodi kapal, badan kapal buatan tukang Sungai Nyalao
Mudiak Aia lebih lebar kebelakang dari pada di depan. Tujuan melebarkan
bodi kapal kebelakang adalah untuk menjaga keseimbangan kapal jika
dihampas gelombang di tengah laut.
Tukang kapal ketika sedang mengerjakan membuat kapal bagan ia
akan mengetahui terlebih dahulu mana kayu yang baik untuk dipakai dan
mana kayu yang cacat, seperti kayu berpusar-pusar (serat atau daging kayu
itu berputar). Pusar-pusar kayu tidak boleh terhimpit oleh kayu yang lain
27
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
ketika memaku, jika pusar-pusar kayu terjepit oleh kayu lain, tukang yang
mengerjakan akan kena penyakit bisul, pusar-pusar kayu harus dalam
keadaan terbuka. Adalagi istilah kayu yang cacat yang disebut dengan batu
mejan, jika batu mejan terimpit oleh kayu yang lain akan berakibat fatal pada
tukang bahkan bisa nyawa taruhannya.
Hampir semua tukang di Nagai Sungai Nyalo Mudiak Aia
mempercayai bahwa penghuni kayu bukan benda mati, walaupun kayu sudah
diolah menjadi kapal, namun penghuni kayu masih tetap berada dalam kayu,
jika dipanggil ia akan datang jika diusir ia akan pergi. Penghuni kayu harus
diperlakukan seperti manusia. Penghuni kayu sewaktu-waktu juga bisa
dipanggil ketika nelayan mencari ikan di laut, bahkan penghuni kayu bisa
mendatangkan rezki yang banyak bagi nelayan.
Sebaiknya tradisi pembuatan kapal bagan di Nagari Sungai Nyalo
Mudiak Aia, bisa dipertahankan karena kapal bagan buatan Nagari Sungai
Nyalo Mudiak Aia, kualitas kayunya tergolong bagus bila dibandingkan
dengan di tempat lain. Disamping itu buatan tukang dari Nagari Sungai Nyalo
Mudiak Aia tidak kalah bagusnya dengan buatan di tempat lain. Oleh karena
itu diharapkan pada pemerintah setempat dan instansi terkait agar melakukan
pembinaan terhadap para nelayan dan tukang bagan di Nagari Sungai Nyalo
Mudiak Aia. Antara lain pembinaan yang diberikan adalah dengan
memberikan modal bagi para nelayan yang masih membutuhkan, dan juga
modal peralatan dan pelatihan bertukang untuk para tukang. Dengan
memberikan pembinaan tersebut diharapkan dapat melahirkan tukang yang
inovatif dan kreatif dalam membuat kapal bagan khususnya di Nagari Sungai
Nyalo Mudiak Aia.
28
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adrianto dkk. 2011. Konstruksi Lokal Pengelolaan Sumberdaya Perikanandi Indonesia. Bogor (ID):IPB Press
Arafah, N. 2002 Pengetahuan Lokal Suku Maronene dalam SistemPertanian di Sulawesi Tenggara. Program Pascasarjana InstitutPertanian Bogor
Asnan, Gusti. 2007 “Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera”. Jokjakarta:Ombak
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesisir Selatan, 2017. Kecamatan XITarusan Dalam Angka. BPS Kabupaten Pesisir Selatan
Gottschlk, Lois. 1995. Mengerti Sejarah. Terjemahan NogrohoNotosusuanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Lasibani, S.M. 2010. “Bahan Ajar Rancang Bangun Kapal Perikanan”.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta,Padang
Sa’ad, Zaitul Ikhlas 2017 Kerajaan Sungai Nyalo dalam Kerajaan-Kerajaandi Pesisir Selatan Jejak Sejarah dan Perjuangan Nasional. DinasPendidikan dan Kebudayaan Pemkab Pesisir Selatan
Tangke, U. 2009. “Evaluasi dan Disain Kapal Pole And Line di PelabuhanDufa Provinsi Maluku Utara”
Utomo, Bambang Budi. 2016. Warisan Bahari Indonesia, Jakarta: YayasanPustaka Obor Indonesia
Yuspardianto. 2003 “Bahan Pembuatan Kapal Kayu”. Karya Ilmiah,Fakultas Perikanan Univesitas Bung Hatta : Padang
Jurnal, Skripsi, dan Makalah
Bahar, Yusfa Hendra dan Fauzan Amri. 2009. “Peninggalan Maritim PantaiSumatera Barat”. Dalam Amogahapasa: Sumber Daya ArkheologiMaritim di Perairan Sumatera Barat. Buletin Arkeologi. Edisi 13Tahun XV/ Juni 2009
Dalimunthe, T. 2007. “Studi Tentang Rancang Bagan Kapal Pukat Langgat diKota Tanjung Balai Sumatera Utara.” Skripsi Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang
29
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
Nababan, 1995. “Kebudayaan, KearifanTradisional danPelestarianLingkungan. (Studi Kasusyang Dilakukan di empatPropinsi Kalimantan Timur,Maluku, Irian Jaya dan NusaTenggaraTimur).” Jurnal Analisis CSIS, Jakarta
Nur, Mhd. 2016. “Bandar X Pada Masa Lampau dan Prospek KawasanMandeh Teluk Carocok Sebagai Destinasi Wisata Nasional di PulauSumatera”. Makalah disampaikan dalam rangka pembekalan pesertaArung Sejarah Bahari Sumatera Barat 2016, tanggal 15 Mei 2016 diBPNB Sumatera Barat
Rinaldi, Ekaputra. 2003. “Hubungan Pantai Barat Dengan DaerahPedalaman”. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari TentangDiunia Pantai Barat Sumatera Dalam Persfektif Sejarah yangdiselenggarakan oleh BKSNT Padang, tanggal 20 Mei 2003 diPadang
Thamrin, Husni. 2013 “Kearifan Lokal dalam Pelestarian Lingkungan (TheLokal Wisdom in Environmental Sustainable”). Dalam JurnalKutubkhanah, Vol. 16 No. 1 Januari- Juni 2013
Dokumen Lainnya
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) PemerintahanNagari Sungai Nyalo Tahun 2017-2023.
Laporan Lapangan Peserta Arung Sejarah Bahari Sumatera Barat 2016.Kegiatan Arung Sejarah Bahari Sumatera Barat Padang-PesisirSelatan dengan tema “Melacak Peradaban Maritim di Bandar XPesisir Selatan Sumatera Barat Untuk Menatap ke Masa depan”. TimArung Sejarah Bahari Sumatera Barat 2016
Subani dan Barus. 1989. “Alat Penangkap Ikan dan Udang Laut diIndonesia “, dalam Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.50. Jakarta:Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Depertemen Pertanian.
Winanda, A. 2007. “Rancang Bangun Perahu Payang Tanpa Cadik DesaMuaro Jambu Nagari Punggasan Kecamatan Linggo SaribagantiPesisir Selatan Sumatera Barat”. Skripsi Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang.
30
Kearifan Lokal Dalam Pembuatan Kapal Bagan.......Ajisman
DAFTAR INFORMANNama : MarjamUmur : 40 tahunPendidikan : SLTAPekerjaan : Wali Nagari Sungai NyaloAlamat : Kampung Mudiak Aia Sungai NyalWawancara : Tanggal, 9 Mei 2018
Nama : UtirUmur : 45 TahunPendidikan : SDPekerjaan : Tukang Bagan dan NelayanAlamat : Kampung Mudiak Aia Sungai NyaloWawancara : Tanggal, 10 Mei 2018
Nama : Nafri Dt. Bandaro Sati Nan MudoUmur : 67 TahunPendidikan : ST. MuhammadyahPekerjaan : Imam Khatib/Tokoh Masyarakat Alamat : Kampung Mudiak Aia Sungai NyaloWawancara : Tanggal, 8 Mei 2018
Nama : Toni AriantoUmur : 49 TahunPendidikan : SLTAPekerjaan : Kepala Kampung Mudiak AiaAlamat : Kampung Mudiak Aia Sungai NyaloWawancara : Tanggal 8 Mei 2018
Nama : M. SudionUmur : 47 TahunPendidikan : SDPekerjaan : Tukang Bagan dan NelayanAlamat : Kampung Sungai NyaloWawancara : Tanggal, 10 Mei 2018
Nama : AprijonUmur : 40 TahunPendidikan : SDPekerjaan : Tukang Bagan dan NelayanAlamat : Nagari Sungai NyaloWawancara : Tanggal, 5 Mei 2018
Nama : MeriUmur : 30 Tahun
31
Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Vol. 6 No 1 Mei 2020
Pendidikan : SLTPPekerjaan : Tukang Bagan Alamat : Nagari Sungai NyaloWawancara : Tanggal, 7 Mei 2018
Nama : RusdiUmur : 35 TahunPendidikan : SDPekerjaan : Tukang BaganAlamat : Kampung Sungai NyaloWawancara : Tanggal, 6 Mei 2018
Nama : SarisUmur : 58 TahunPendidikan : SDPekerjaan : Kepala Kampung Sungai NyaloAlamat : Kampung Sungai NyaloWawancara : Tanggal, 8 Mei 2018
32