Post on 27-Mar-2019
KEANEKARAGAMAN HAYATI IKAN NON BUDIDAYA DI
WADUK CIRATA CIANJUR JAWA BARAT
ADAM WIRADISASTRA
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Hayati Ikan Non Budidaya di Waduk Cirata Cianjur Jawa Barat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Adam Wiradisastra
NIM C24090067
ABSTRAK
ADAM WIRADISASTRA. Keanekaragaman Hayati Ikan Non Budidaya di
Waduk Cirata Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing oleh KADARWAN SOEWARDI
dan RAHMAT KURNIA.
Pembangunan waduk Cirata pada awalnya berfungsi sebagai PLTA.
Masyarakat memanfaatkannya sebagai keramba jaring apung namun lama
kelamaan hasil KJA. Masyarakat beralih menangkap ikan di luar KJA. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman ikan yang ada di luar karamba
jaring apung dengan mengetahui hasil tangkapan nelayan. Jenis ikan yang
tertangkap serta mengidentifikasi spesies ikan asli.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil tangkapan nelayan yang
terbesar adalah ikan Nila (Oreochromis niloticus) sebesar 424 kg (68,1%) dan alat
tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan adalah jaring insang. Nilai indeks
keanekaragaman (H’), keragaman (E), dan dominasi (C) berturut-turut adalah 1,30
; 0,59; dan 0,42. Berdasarkan nilai indeks tersebut ikan yang mendominasi di
perairan waduk Cirata adalah ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Kata kunci: Ikan Nila, keanekaragaman, waduk Cirata
ABSTRACT
ADAM WIRADISASTRA. Diversity of Fish Non-Cultivation in Cirata Lake
Cianjur West Java. Supervised by KADARWAN SOEWARDI and RAHMAT
KURNIA.
Construction of Cirata lake beginning work as Hydroelectric power, its
potential great society exploited as Floating Cage Net however gradually Floating
Cage Net not be felt by people around and switch caught fish outside floating cage
net, increasing activity the exploitation in Cirata lake will impact of fish habitats
who lived outside floating cage net. The aim of this research wasto observe fish
diversity outside floating cage net with knowing the catch of fisherman and fish
are caught and identify native fish species.
The result showed most caught of fisherman is nila fish (Oreochromis
niloticus) is 424 kg (68,1%) and the most fishing gear used by fisherman is gillnet.
The value of index (H’), (E), and (C) consecutive is 1,28; 0,58; and 0,43. Based
on the value of that index in waters Cirata Lake, fish who dominated in Cirata
Lake is Nila Fish (Oreochromis niloticus).
Keywords: Cirata lake, Diversity, nila fish
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan
KEANEKARAGAMAN HAYATI IKAN NON BUDIDAYA DI
WADUK CIRATA CIANJUR JAWA BARAT
ADAM WIRADISASTRA
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Keanekaragaman Hayati Ikan Non Budidaya di Waduk Cirata
Cianjur Jawa Barat
Nama : Adam Wiradisastra
NIM : C24090067
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi
Pembimbing I
Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Keanekaragaman Hayati Ikan Non Budidaya di Waduk Cirata Cianjur Jawa Barat
Nama : Adam Wiradisastra NIM : C24090067
Disetujui oleh
rof Dr Ir Kadarwan Soewardi Pembimbing I
Diketahui oleh
Tanggal Lulus: 0 3 0 2 2 0 1 4
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul
”Keanekaragaman Hayati Ikan Non Budidaya di Waduk Cirata, Cianjur
Jawa Barat” Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana perikanan pada program studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini, kepada:
1. Bapak Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi dan Bapak Dr Ir Rahmat Kurnia,
MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberi arahan, saran, dan
nasehat.
2. Ibu Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku pembimbing
akademik yang telah mengarahkan serta memberikan motivasi selama
perkuliahan.
3. Bapak Ali Mashar, SPi., MSi selaku penguji tamu dan Bapak Ir
Agustinus M Samosir, MPhil selaku perwakilan departemen.
4. Tim Cirata (Ananda, Aziz, Julpah, mbak Yuni, dan mas Kafi) atas
kerjasama dan telah banyak membantu dalam pengambilan data.
5. Keluarga penulis bapak Subadri, ibu Kadarrohmi, dan adik Assegaf yang
telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis
6. Riska Prorina atas doa dan dukungannya kepada penulis
7. Teman seperjuangan (Fatkur, Syarif, Kusnanto, Asyanto, Fajar, Iqra dan
juga seluruh keluarga MSP 46)
8. Sahabat penulis (Alpi, Lutdih, Adi, Ilham, Ilapi, Abi, Kiki, Gilang, Reza,
Enel, Arif, Jayadi, Indra, Aa Gareng) atas doa dan dukungan kepada
penulis.
9. Seluruh teman MSP 45, MSP 46 dan MSP 47 yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu atas dukungan yang diberikan.
Bogor, Januari 2014
Adam Wiradisastra
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL………………………………………………………………... vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………... vi
PENDAHULUAN………………………………………………………………... 1
Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
Perumusan Masalah…………………………………………………………….. 1
Tujuan Penelitian……………………………………………………………….. 2
Manfaat Penelitian……………………………………………………………… 2
METODE…………………………………………………………………………. 2
Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………………… 2
Alat dan Bahan…………………………………………………………………. 2
Metode Kerja…………………………………………………………………… 3
Analisis Data…………………………………………………………………… 3
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………… 5
Kondisi Umum Waduk Cirata………………………………………………….. 5
Biomassa dan Presentase Hasil Tangkapan…………………………………….. 6
Biomassa Hasil Tangkapan Berdasarkan Alat Tangkap………………………...8
Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominasi……………………………… 10
Pendugaan Biomassa Menggunakan Parfish………………………………….. 11
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………….. 12
Kesimpulan……………………………………………………………………. 12
Saran…………………………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 12
LAMPIRAN……………………………………………………………………... 14
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………………… 20
DAFTAR TABEL
1 Data morfometrik waduk Cirata 6 2 Biomassa dan presentase hasil tangkapan 7 3 Hasil tangkapan per jenis ikan dengan alat tangkap jala 9
DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi Penelitian 2 2 Hasil tangkapan dengan gillnet per jenis ikan 8 3 Hasil tangkapan ketiga alat tangkap 10
DAFTAR LAMPIRAN
1 Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian 14 2 Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di waduk Cirata 14 3 Jenis ikan yang ditemukan di waduk Cirata 15 4 Kuisioner nelayan 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Waduk merupakan wilayah yang digenangi badan air sepanjang tahun
serta dibentuk atau dibangun dengan campur tangan manusia (Jangkara 2000).
Waduk sebagai salah satu contoh dari perairan umum merupakan ekosistem yang
berperan penting bagi kelangsungan hidup organisme perairan, dan memiliki
potensi ekologis dan ekonomis. Selain itu, waduk juga sebagai pemasok air irigasi
dan pencegah banjir serta tempat kegiatan perikanan tangkap ataupun budidaya
(Kartamihardja 1998).
Waduk Cirata yang didirikan pada tahun 1987 merupakan salah satu
waduk terbesar di Indonesia dengan fungsi utama sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) di Pulau Jawa dan Bali dengan kapasitas 1008 megawatt
(BPWC 2010). Melihat potensinya yang sangat besar, pemanfaatan yang terjadi di
waduk Cirata terus berkembang sehingga dijadikan sumber mata pencaharian oleh
masyarakat. Pada tahun 1988, waduk Cirata mulai dimanfaatkan untuk kegiatan
budidaya perikanan sistem Keramba jaring Apung (KJA). Budidaya perikanan
sistem KJA merupakan suatu bentuk pemanfaatan waduk Cirata yang pada
awalnya diprioritaskan bagi masyarakat sekitar yang lahannya terkena dampak
pembangunan waduk. Lambat laun pemanfaatan waduk melalui budidaya
perikanan KJA tidak dirasakan keuntungannya karena biaya operasional dan biaya
sarana produksi perikanan KJA semakin mahal. Disamping itu, biaya pembuatan
KJA juga makin mahal sehingga sebagian besar masyarakat sekitar waduk tidak
mampu membuat KJA. Akibatnya banyak masyarakat yang hanya bisa berperan
sebagai buruh atau pekerja KJA. Masyarakat yang tidak mempunyai kesempatan
sebagai buruh atau pekerja di KJA, lebih memilih menangkap ikan yang ada di
luar KJA karena dengan bermodalkan alat tangkap dan perahu mereka bisa
mendapatkan penghasilan dari kegiatan menangkap ikan.
Ikan yang ada di luar KJA sangat membantu masyarakat yang tidak
memiliki KJA sebagai sumber penghasilan. Pemerintah juga terus berupaya
mensejahterakan masyarakat dengan menebar ikan di luar jaring apung untuk
menambah penghasilan masyarakat. Ikan yang ada di luar jaring apung selain
dapat meningkatkan penghasilan masyarakat, juga dapat memanfaatkan sisa pakan
yang tebuang dari aktifitas KJA. Jumlah KJA di waduk Cirata sudah melampaui
batas yang telah diperbolehkan oleh pemerintah sebanyak 12000 unit. Hal ini
berdampak terhadap ikan yang hidup di luar jaring apung.
Perumusan Masalah
Kegiatan perikanan tangkap di luar KJA dilakukan dengan leluasa tanpa
memerhatikan kelestarian ikan yang ada di perairan Waduk Cirata tersebut. Hal
ini dapat mengancam kelestarian ikan-ikan di luar KJA untuk itu dibutuhkan suatu
penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman ikan non
budidaya yang ada di luar KJA.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji keanekaragaman hayati ikan yang
ada di luar keramba jaring apung, mendata jenis-jenis ikan lokal, dan menganalisis
jenis ikan yang dominan akibat adanya kegiatan pemanfaatan di waduk Cirata.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat
dan pemerintah sebagai acuan untuk pengelolaan sumber daya perikanan yang ada
di waduk Cirata.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama 3 bulan, dari bulan Maret hingga April 2013
di waduk Cirata Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pengambilan contoh dilakukan
sebanyak tiga kali setiap bulan. Kegiatan penelitian dilakukan di lapangan dan
laboratorium. Kegiatan di laboratorium dilakukan di laboratorium Bio Makro
(BIMA), Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah formalin, alkohol, ikan-
ikan yang ditangkap di waduk Cirata. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain laptop, buku identifikasi ikan, kamera, GPS, perahu, cool box, alat tulis
dan kertas hvs.
Gambar 1 Lokasi Penelitian
3
Metode Kerja
Penelitian di Lapang
Penelitian di lapang dilakukan di waduk Cirata menggunakan metode
survey. Data primer diperoleh melalui pengambilan contoh ikan dan wawancara.
Pengambilan contoh ikan dibedakan berdasarkan alat tangkap yang digunakan.
Ikan yang sudah ditangkap kemudian dimasukan ke dalam wadah dengan
menambahkan formalin 10% untuk dilakukan analisis lebih lanjut di laboratorium
BIMA. Wawancara terhadap nelayan dengan bantuan kuisioner, untuk
memperoleh data hasil tangkapan dan alat tangkap yang digunakan. Wawancara
dilakukan dengan mengambil responden sebanyak 95 dari 357 nelayan yang
menangkap ikan di luar KJA. Wawancara dilakukan di daerah Jangari, Maleber,
Calincing, Ciputri, Nusa Dua, Cilebu, Cadas Bodas, Pasir Panjang, Patok Beusi,
Coklat. Nelayan tersebut ada yang tergabung ke dalam kelompok nelayan dan ada
juga yang tidak. Pengambilan responden dilakukan dengan metode Penarikan
Contoh Acak Sederhana (Simple Random Sampling). Adapun data sekunder
terdiri dari data hasil tangkapan nelayan dari Balai Pengembangan Budidaya
Perikanan Umum Cirata yang terletak di desa Bobojong Kecamatan Mande
Cianjur Jawa Barat.
Penelitian di Laboratorium
Penelitian di laboratorium dilakukan di laboratorium Bio Makro
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi spesies ikan yang telah
diberi formalin. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi.
Selain itu, hasil wawancara dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan data hasil
tangkapan.
Analisis data
Indeks Keanekaragaman
Indeks keanekaragaman adalah indeks untuk mengetahui tingkat
keanekaragamn jenis dalam komunitas dan menunjukkan keseimbangan dalam
pembagian jumlah individu tiap spesies (Odum 1971). Keanekaragaman ikan
dihitung dengan menggunakan indeks Shannon (Odum 1993) :
∑(
) (
)
Keterangan :
H’ = indeks Shannon
ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah total individu semua spesies
4
Penentuan kriteria :
0 ≤ H’ < 2,3026 :Keanekaragaman rendah
2,3026 < H’ ≤ 6,9078 :Keanekaragaman sedang
H’ > 6,9078 : Keanekaragaman tinggi
Indeks Keseragaman
Indeks keseragaman merupakan indeks yang menggambarkan ukuran
jumlah individu antara spesies dalam suatu komunitas ikan (Odum 1993).
Keseragaman merupakan ukuran dari kelimpahan relatif dari setiap spesies yang
berbeda yang menyusun keanekaragaman disuatu ekosistem. Indeks tersebut
menunjukkan kemerataan sebaran individu setiap spesies. Semakin merata
penyebaran individu antara spesies maka keseimbangan ekosistem semakin
meningkat. Keseragaman dalam komunitas dapat dihitung dengan persamaan
indeks keseragaman (evennes) (Odum 1993) :
Keterangan :
E = indeks keseragaman
H’= indeks Shannon
S = jumlah spesies di dalam komunitas
Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 hingga 1. Nilai indeks
mendekati nol menunjukkan bahwa jumlah individu di satu atau beberapa spesies
relatif banyak tetapi beberapa spesies yang lainnya memiliki jumlah individu yang
relatif sedikit atau kemerataan antara spesies rendah. Nilai indeks mendekati satu
menunjukkan bahwa jumlah individu setiap spesies relatif sama atau kemerataan
antara spesies relatif merata.
Indeks dominansi
Dominansi suatu spesies di dalam komunitas dihitung menggunakan
persamaan (Odum 1993) :
∑(
)
Keterangan :
C = indeks dominansi
ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah total individu semua spesies
Penentuan kriteria :
0 ≤ C < 0,4 : tingkat dominasi rendah
0,4 < C ≤ 0,6 : tingkat dominasi sedang
0,6 < C ≤ 1,0 : tingkat dominasi tinggi
Pendugaan daya dukung berdasarkan parfish (Participatory Fish Stock
Assessment)
Pada analisis dengan menggunakan parfish, dilakukan wawancara dengan
nelayan yang melakukan penangkapan ikan di perairan alami. Contoh yang
5
diambil sebanyak 95 orang dari 357 nelayan yang tergabung dalam nelayan
perikanan alami. Hasil wawancara tersebut di analisis dengan menggunakan
program Parfish. Metode dengan parfish dinyatakan sebagai :
(
)
∑ ( ∑ )
Keterangan :
Bt = Biomassa pada periode ke t (kg)
r = laju pertumbuhan intrinsic (% per tahun)
Ct = hasil tangkapan pada periode ke t (kg)
Qg = peluang tertangkapnya ikan (kg/unit)
t = waktu penangkapan
Fg = upaya tangkap (unit)
B~ = Biomassa asimtotik (kg)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi umum waduk Cirata
Waduk Cirata merupakan waduk yang terletak diantara dua waduk, yaitu
waduk Saguling di bagian hulu dan waduk Jatiluhur di bagian hilir. Waduk Cirata
dibangun pada tahun 1987, diawali dengan proses penggenangan selama satu
tahun. Sumber masukan air berasal dari outlet waduk Saguling (Sungai Citarum)
dan 14 sungai lainnya seperti Cisokan, Cibalagung, Cikundul, Gado Bangkong,
Cilangkap, Cicendo, Cilandak, Cibakom, Cinangsi, Cimareuwah, Cimeta,
Cihujang, Cihea, dan Cibodas. Waduk Cirata terletak di tiga kabupaten yaitu
Cianjur, Bandung, dan Purwakarta propinsi Jawa Barat. Waduk Cirata selesai
dibangun pada tahun 1988 dengan memiliki luas 6200 ha dan kedalaman rata-rata
34,9 m (Purnamawati 2009). Berdasarkan umurnya waduk Cirata merupakan
waduk yang paling muda umurnya dibandingkan waduk Jatiluhur yang mulai
beroperasi pada tahun 1967 dan waduk Saguling beroperasi pada tahun 1985
(Mardiana, 2007). Waduk Cirata mempunyai beberapa pemanfaatan, diantaranya
yang utama adalah untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air. Namun
pada saat ini pemanfaatan waduk Cirata terus berkembang mulai dari budidaya
ikan, restoran apung, pariwisata, ataupun kegiatan penangkapan ikan.
Pemanfaatan danau dan waduk menyangkut kepentingan masyarakat luas, dituntut
agar fungsi utama perairan, kelestarian sumber daya hayati dan ekosistem perairan
harus diperhatikan (Rochdianto 2000)
6
Kegiatan budidaya dan perikanan tangkap semakin berkembang tiap tahun.
Menurut sensus BPWC pada tahun 2011 jumlah KJA di waduk Cirata mencapai
53000 unit, sedangkan batas maksimal yang diperbolehkan adalah sebanyak
12000 unit. Jumlah KJA yang berlebihan berdampak terhadap penurunan produksi
hasil budidaya ikan (Prihadi et.al 2003). Jenis ikan yang di budidayakan di KJA
diantaranya adalah ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan mas (Cyprinus carpio)
dan ikan bawal (Colossoma macropomum). Data morfometri waduk Cirata
disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Data morfometrik Waduk Cirata
No Dimensi Nilai
1 Tinggi Bendungan 125 m
2 Panjang Bendungan 453,5 m
3 Elevasi muka air normal 220 m
4 Luas Permukaan 6.200 ha
5 Panjang maksimum 14,3 km
6 Lebar rata-rata 4,3 km
7 Kedalaman Maksimum 106 m
8 Kedalaman Rata-rata 28,76 m
9 Keliling garis Pantai 181 km
10 Volume air Maksimum 2165 x 106
m3
Sumber : Unit Pembangkitan Cirata (UP Cirata)
Waduk memiliki fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis dari waduk
sebagai habitat bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan, pengatur fungsi
hidrologis, dan menjaga sistem serta proses-proses alami. Waduk sebagai habitat
hewan dan tumbuhan, ekosistem waduk merupakan tempat mencari makan dan
berkembang biak berbagai jenis ikan, beberapa jenis ikan diantaranya merupakan
ikan endemik yang perlu dilestarikan. Waduk sebagai pengatur fungsi hidrologis,
keberadaan waduk sangat erat kaitannya dengan air dan siklus hidrologis. Waduk
merupakan cekungan yang dapat menampung air tanah dan limpasan air
permukaan, dengan demikian keberadaan waduk dapat mencegah banjir pada
musim hujan dan mencegah kekeringan pada musim kemarau. Waduk juga dapat
mencegah interupsi air laut ke daratan yang merupakan pemasok air bagi kantung-
kantung air lain seperti sungai, rawa, dan sawah. Keberadaan waduk dapat
menjaga kelangsungan sistem dan proses ekologis, geomorfologi dan geologi
yang terjadi di alam.
Waduk Cirata juga memiliki nilai ekonomis yaitu sebagai penghasil
energi, waduk Cirata memiliki volume air yang cukup besar sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Biomassa dan persentase hasil tangkapan
Biomassa dan persentese hasil tangkapan nelayan yang ada di waduk
Cirata dapat disajikan pada tabel 2.
Ikan yang banyak tertangkap oleh nelayan di waduk Cirata adalah ikan
golsom (Amphilophus alfari), ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan mas
(Cyprinus carpio), ikan bawal (Colossoma macropomum), ikan lalawak
(Barbonymus altus), ikan hampal (Hampala macrolopidota), ikan patin
7
(Pangasius pangasius), ikan jambal (Pangasius suchi), dan ikan tagih
(Hemibagrus nemurus).
Tabel 2. Biomassa dan persentase hasil tangkapan
No Jenis Ikan Biomassa (kg) %
1 Golsom 2 0,3
2 Nila 424 68,1
3 Mas 56 9
4 Bawal 3 0,5
5 Lalawak 60 9,6
6 Hampal 33 5,3
7 Patin 19 3,1
8 Jambal 8 1,3
9 Tagih 17 2,8
Total 622
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat biomassa dan persentase terbanyak ada
pada ikan nila dengan biomassa 424 kg (68,1 %). Ikan mas memiliki biomassa 56
kg (9%), ikan bawal memiliki biomassa 3 kg (0,5 %). Sedangkan ikan dengan
biomassa terkecil adalah ikan golsom dengan 2 kg dan dengan persentese sebesar
0,3 %. Ikan yang banyak tertangkap oleh nelayan di waduk Cirata adalah ikan nila,
ikan nila hidup di perairan tawar, Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang
digemari oleh semua orang karena rasanya enak dan harganya relatif murah. Ikan
ini merupakan spesies yang umum dijumpai di waduk Cirata. Menurut Amri dan
Khairuman (2008). Ikan nila sengaja diintroduksi untuk menggantikan ikan mujair
yang dinilai kurang menguntungkan karena bobotnya relatif kecil berbeda dengan
ikan nilai yang mampu memiliki bobot tubuh relatif lebih besar. Suhu optimal
untuk ikan nila adalah 2 -33 C (Kordi et.al 2007). Perairan waduk Cirata memiliki
suhu rata-rata mencapai 29 C. Hal ini yang menyebabkan ikan nila dapat tumbuh
dengan baik sehingga jumlah individunya cukup banyak. Selain itu ikan nila juga
merupakan ikan melakukan proses pemijahannya tidak memerlukan waktu yang
lama, artinya ikan ini dapat melakukan proses reproduksi dengan cepat, selain itu
juga ikan nila memiliki pola pertumbuhan yang cepat.
Ikan bawal yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak
dibudidayakan di KJA. Ikan ini tertangkap dengan jumlah dan persentase yang
cukup kecil. Berdasarkan hasil dari wawancara terhadap nelayan yang ada di
perairan waduk Cirata, beberapa tahun yang lalu pemerintah melakukan program
penebaran satu juta benih ikan bawal, akan tetapi pada kenyataannya sampai saat
ini ikan bawal yang ada di perairan waduk Cirata relatif sedikit jika dibandingkan
dengan ikan lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kegiatan
perikanan tangkap yang dilakukan oleh nelayan setiap tahun semakin bertambah,
dan juga penggunaan mata jaring yang tidak sesuai. Nelayan kerap kali
menggunakan mata jaring dengan ukuran yang lebih kecil, bertujuan untuk
mendapatkan ikan dengan jumlah yang banyak, sehingga menyebabkan ikan
dengan ukuran yang lebih kecil ikut tertangkap, padahal ikan yang berukuran
kecil tidak boleh tertangkap demi kelangsungan kelestarian dari ikan Bawal itu
sendiri. Sedangkan ikan Golsom memiliki jumlah dan persentase terkecil, ikan
Golsom kurang digemari oleh masyarakat untuk dikonsumsi, namun ikan ini
dapat dijadikan ikan hias.
8
Ikan yang merupakan spesies asli waduk Cirata adalah ikan tagih, hampal,
dan lalawak, dan ikan introduksi adalah ikan nila, golsom, bawal. Masuknya
spesies ikan asing ke perairan waduk Cirata harus lebih diperhatikan lagi, apakah
ikan introduksi akan menambah pendapatan masyarakat atau bahkan dapat
mengancam spesies asli. Ikan yang dapat mengancam spesies asli adalah ikan
yang bersifat karnivor. Hasil wawancara terhadap nelayan, ikan gabus beberapa
tahun yang lalu masih banyak tertangkap oleh jaring nelayan, akan tetapi saat ini
sudah jarang tertangkap. Selain itu ada ikan tagih yang merupakan ikan asli
beberapa tahun lalu sangat banyak jumlahnya di alam, tetapi saat ini mulai
berkurang.
Biomassa hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap
Gillnet
Gillnet atau disebut jaring insang merupakan alat tangkap ikan dengan
cara dijerat pada sekitar operkulumnya pada mata jaring. Alat tangkap ini
berberntuk persegi panjang dan memiliki pelampung agar gillnet tidak tenggelam,
terkadang pada bagian bawahnya diberi pemberat tetapi ada juga yang tidak.
Cara pengoperasian gillnet adalah dengan cara membentangkan jaring
secara tegak lurus dan kemudian ditenggelamkan setelah itu pada bagian
bawahnya diberi pemberat. Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah
inilah maka jaring akan membentang. Pertimbangan dua gaya tersebut yang akan
menentukan baik buruknya rentangan suatu gillnet dalam air dan berhubungan
dengan gaya dari angin, arus, dan gerak gelombang (Ayodhyoa 1981). Ikan yang
beruaya akan terhadang oleh gillnet. Gillnet dioperasikan pada perairan dangkal
yang ditujukan untuk menangkap ikan pelagis khususnya ikan pelagis yang
memiliki nilai ekonomis penting.
Berikut merupakan grafik hasil tangkapan dengan alat tangkap gillnet yang
digunakan oleh nelayan setempat.
Gambar 2 Hasil tangkapan dengan Gillnet per jenis ikan
2
308
48
3
50 23 19 8 9.5
0
50
100
150
200
250
300
350
Go
lso
m
Nila
Mas
Baw
al
Lala
wak
Ham
pal
Pat
in
Jam
bal
Tagi
h
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bio
mas
sa h
asil
tan
gkap
an (
kg)
Jenis Ikan
9
Pada Gambar 2 menjelaskan hasil tangkapan dengan Gillnet per jenis ikan,
ikan nila tertangkap dengan jumlah 308 kg dan dengan persentase sebesar 65.5 %.
Ikan lalawak tertangkap dengan biomassa sebesar 50 kg dengan 10,6 %. Biomassa
tangkapan dengan hasil terkecil adalah ikan golsom dengan jumlah 2 kg dan
dengan persentase 0,4 %.
Jala
Berikut merupakan tabel hasil tangkapan per jenis ikan dengan
menggunakan alat tangkap jala yang digunakan oleh nelayan setempat.
Tabel 3. Hasil tangkapan ikan per jenis ikan dengan alat tangkap jala
No Jenis Ikan Biomassa (kg) %
1 Nila 109 78,4
2 Mas 8 5,8
3 Lalawak 10 7,2
4 Hampal 10 7,2
5 Tagih 2 1,4
Total 139
Dari Tabel 3 memperlihatkan bahwa hasil tangkapan dengan jala per jenis
ikan yang paling banyak tertangkap adalah ikan nila dengan biomassa sebesar 109
kg dan ada beberapa ikan yang tidak tertangkap dengan menggunakan alat
tangkap ini seperti ikan golsom, ikan bawal, ikan patin, dan ikan jambal. Nelayan
yang menggunakan alat tangkap ini cukup sedikit. Dari hasil wawancara, nelayan
yang menggunakan jala biasanya hasil tangkapannya tidak dijual kepada
pengumpul melainkan hasil tangkapannya untuk dikonsumsi sendiri atau di bawa
untuk dikonsumsi dengan keluarga.
Rawai
Rawai merupakan alat tangkap yang terdiri dari rangkaian tali utama dan
tali pelampung. dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali
cabang yang pendek dan berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini
diikatkan pancing yang telah diberi umpan..
Berbeda dengan alat tangkap gillnet dan jala, dari alat tangkap rawai ini ikan
yang paling banyak tertangkap adalah ikan tagih yaitu sebesar 6 kg dan ikan nila
tertangkap dengan hasil tangkapan sebesar 5 kg sedangkan ikan golsom, ikan mas,
ikan bawal, ikan lalawak, ikan hampal, ikan patin, dan ikan jambal tidak tidak ada
tangkapan dengan menggunakan alat tangkap ini.
Berdasarkan data hasil tangkapan dari ketiga alat tangkap yang digunakan
jelas sekali perbandingannya. Gillnet merupakan alat tangkap yang paling banyak
digunakan oleh nelayan yang ada di waduk Cirata. Data tersebut diperoleh dari
hasil wawancara terhadap 95 orang responden. Gillnet banyak digunakan oleh
nelayan karena dengan menggunakan gillnet ikan yang tertangkap dalam jumlah
yang banyak berbeda dengan alat tangkap yang lain.
10
Gambar 3 Hasil tangkapan ketiga alat tangkap
Nelayan di waduk Cirata menggunakan gillnet dengan ukuran mata jaring
yang kecil, bertujuan untuk mendapatkan ikan lebih banyak. Hal ini tentu saja
dapat berdampak buruk bagi ikan yang masih berukuran kecil. Ikan yang
berukuran kecil seharusnya dapat tumbuh dan bukan menjadi target tangkapan
nelayan. Perairan waduk Cirata memiliki potensi untuk dikembangkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan upaya-upaya pemanfaatan
sumberdaya perairan khususnya pada sektor perikanan tangkap. Ada indikasi
bahwa dengan meningkatnya populasi nelayan di perairan tersebut maka akan
terjadi penurunan populasi ikan. Penurunan populasi ikan ini tidak semata-mata
karena kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan secara intensif,
melainkan penggunaan alat tangkap yang digunakan tidak memperhatikan
kelestarian lingkungan. Pembentukan kelembagaan masyarakat sangat diperlukan
yang berfungsi untuk saling memberikan informasi dalam upaya kelestarian
keanekaragaman ikan di perairan waduk Cirata.
Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominasi
Untuk melihat keragaman, keseragaman, dan dominasi ikan maka
digunakan beberapa perhitungan dengan menggunakan rumus analisis
keanekaragaman Indeks Shannon-Wiener (Krebs 1972). Indeks keragaman
menggambarkan keanekaragaman jenis-jenis ikan di suatu perairan, nilai indeks
tergantung dari jumlah spesies dan jumlah spesies tiap individu yang didapatkan.
Semakin kecil variasi jumlah individu tiap spesies maka keanekaragaman di suatu
perairan akan semakin kecil. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan ekosistem yang disebabkan gangguan atau tekanan dari
lingkungan, berarti hanya jenis tertentu yang dapat bertahan hidup
(Alfitriatussulus 2003).
Indeks Keanekaragaman jenis (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C)
adalah indeks yang sering digunakan untuk mengevaluasi keadaan suatu
lingkungan perairan berdasarkan kondisi biologisnya. Suatu lingkungan yang
470.5
139
11.0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
GIILNET JALA RAWAI
Bio
mas
sa h
asil
tan
gkap
an (
kg)
Jenis alat tangkap
11
stabil dicirikan dengan adanya kondisi ekologis yang seimbang dan mengandung
kehidupan yang beranekaragam tanpa ada suatu spesies yang dominan (Ali 1994).
Kenaekaragaman jenis ikan antara lain ditentukan oleh perbedaan sejarah geologi
dan keadaan topografi (Inger & Chin 1962). Harteman (2003) mengatakan bahwa
keanekaragaman hayati dapat dipilah menjadi 3 taraf yang ada, yaitu
keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman
genetik.
Data hasil ikan yang ditangkap di perairan waduk Cirata pada tabel
menunjukan nilai keanekaragaman, keseragaman, dan dominasi di waduk Cirata
berturut-turut adalah 1,30 ; 0,59 ; dan 0,42. Nilai keanekaragaman (H’) yang
didapat menunjukan bahwa tingkat keanekaragaman di perairan waduk Cirata
tersebut tergolong rendah karena nilainya berada pada selang nol sampai 2,3026,
nilai tersebut dikatakan rendah juga karena jumlah jenis spesiesnya relatif sedikit. Nilai indeks keseragaman (E) mendekati nilai satu menunjukan spesies
yang ada di perairan waduk Cirata tersebut kelimpahannya tergolong sedang, dari
nilai tersebut menunjukan bahwa jumlah individu dalam setiap spesies tidak
merata. Keanekargaman dan keseragaman berhubungan dengan distribusi spesies
di dalam komunitas (Suarez et al. 2007). Indeks keseragaman menggambarkan
ukuran jumlah individu antara spesies dalam suatu komunitas ikan. Fachrul 2007,
menyatakan bahwa individu ikan dalam komunitas menyebar dalam tiga pola
dasar, yaitu penyebaran secara acak, merata, atau seragam, dan bergerombol.
Indeks dominansi (D) di perairan waduk Cirata tergolong sedang namun
cenderung mendominasi karena ada spesies yang jumlahnya dominan. Suatu
ekosistem dengan keanekaragaman spesies tinggi menunjukkan keseimbangan di
dalam ekosistem tersebut lebih baik dan memiliki elastisitas yang tinggi dalam
menghadapi bencana, seperti penyakit, predator, dan lainnya dibandingkan dengan
ekosistem dengan keanekaragaman spesies rendah (Kristina 2001).
Keanekaragaman di waduk Cirata tergolong rendah karena ada spesies
yang mendominasi perairan tersebut, seperti ikan nila (Orechromis niloticus).
Adanya spesies yang mendominasi di perairan tersebut dapat memberikan dampak
yang baik bagi ekologi di perairan tersebut tetapi juga dapat meningkatkan
penghasilan masyarakat. Jika di suatu perairan tersebut terdapat spesies yang
beragam, maka akan baik untuk perairan tersebut, karena ikan memiliki tingkat
trofik yang berbeda-beda, ada ikan yang bersifat karnivor, herbivor, omnivor serta
pemakan plankton. Jika di waduk Cirata keanekaragaman ikannya tinggi, maka
akan baik bagi kualitas perairan tersebut. Waduk Cirata memiliki jumlah KJA
yang melebihi batas, dengan banyaknya jumlah KJA tentu saja berdampak pada
kualitas perairan untuk itu ikan yang ada di luar KJA. Jika banyak ikan yang
memakan plankton, maka akan dapat membantu mengurangi eutrofik dan bahkan
mencegah terjadinya blooming. Beberapa hal yang menyebabkan menurunnya
keanekaragaman di suatu perairan adalah perubahan habitat, introduksi spesies
asing, penggunaan akat tangkap yang tidak sesuai, pencemaran, dan pemanasan
global (Reid & Miller 1989)
Pendugaan biomassa berdasarkan Parfish
Berdasarkan perhitungan parfish untuk hasil dugaan Bnow diperoleh 1,1012
kg/hari. Sementara dugaan untuk parameter r, Binf berturut-turut adalah 0,015,
15208. Dugaan biomassa ikan yang terdapat di alam yaitu 15.208 kg/hari, dan
12
waktu yang digunakan dalam setahun yaitu 365 hari, sehingga jumlah biomassa
yang terdapat di alam berdasarkan parfish yaitu 5550 kg ikan/tahun. Berdasarkan
hal tersebut jumlah biomasa yang masih mampu ditampung oleh alam yaitu
5,55ton ikan/tahun.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ikan yang umum di temukan di waduk Cirata adalah ikan nila, ikan mas,
ikan golsom, ikan tagih, ikan patin, ikan jambal, ikan hampal, ikan lalawak, dan
ikan bawal. Total tangkapan hasil dugaan Bnow diperoleh 1,1012 kg/hari, jumlah
biomasa yang masih mampu ditampung oleh alam yaitu 5.550 ton ikan/tahun.
Saran
Diperlukan informasi mengenai ikan introduksi maupun ikan lokal yang ada
di waduk Cirata, dan juga informasi mengenai hasil tangkapan nelayan.
DAFTAR PUSTAKA
Alftriatussulus. 2003. Sebaran moluska (bivalvia dan gastropoda) di muara sungai
Cimandiri, Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Ali IM. 1994. Struktur Komunitas Ikan dan Aspek Biologi Ikan-Ikan Dominan di
Danau Sedenreng, Sulawesi Selatan. Karya Ilmiah. Program Studi
Manajemen Perairan, Fakultas Perikanan, IPB.
Amri K, Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta. PT
Agromedia Pustaka. 102 hlm.
Ayodhyoa AU. 1981. Metode penangkapan ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Hlm
31-41.
[BPWC] Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. 2010. Laporan Hasil
Pemantauan Kualitas Air Waduk Cirata Triwulan IV.
Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Harteman, E. 2003. Ancaman Manusia terhadap Keanekaragaman hayati dan
Upaya Perlindungan di Indonesia. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Inger RF, PK Chin. 1962. The Fresh-Water Fishes of North Borneo. Sabah
Zoological Society
Jangkara J. 2000. Pembesaran Ikan Air Tawar Di Berbagai Lingkungan
Pemeliharaan. Penebar Swadaya. Jakarta.
13
Kartamiharja 1998. Pengembangan dan Pengelolaan Budidaya Ikan dalam
Keramba Jaring Apung Ramah Lingkungan di Perairan Waduk dan Danau
Serbaguna. Posiding Simposium Perikanan Indonesia II, Ujung Pandang, 2
-3 Desember 1997.
Kordi M, Gufron H, Tancung AB. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam. Jakarta.
Rineka Cipta. 210 hlm
Krebs CJ. 1972. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. Harper and Rows Publication. New York. 694h.
Lagler KF, JE Bardach, RR Miller, dan D Passino. 1962. Ichtyology. New York,
USA : John Wiley and Sons inc.
Mardiana L. 2007. Studi Kandungan Fosfor di Air dan Sedimen yang Dipengaruhi
Aktifitas Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata, Jawa Barat. Skripsi.
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Odum EP. 1971. Fundamental of Ecology. Third Edition. W. B. Saunders
Company, Philadephia. 546h.
Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Terjemahan : Samingan, T,
Srigandono. Fundamental of Ecology. Third Edition. Gadjah Mada
University Press.
Prihadi, Tri H. 2005. Pengelolaan budidaya ikan secara lestari di Waduk (Studi
kasus di perairan Waduk Cirata Jawa Barat). [Tesis]. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Purnamawati. 2009. Tingkat PErombakan Bahan Organik Sedimen Waduk Cirata
Pada Kondisi Anaerob Skala Laboratorium. Tesis. Program Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Reid WV, KR Miller 1989. Keeping options alive: the scientific basis for
conserving biodiversity. World Resources Institut, Washington, D.C., 128
pp.
Rochdianto A. 2000. Budidaya Ikan di Jaring Apung. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Suarez TR, Valerio SB, Tondano KK, Florentino AC, Felipe TRA, Xiemens LQL,
Lourenco LS. 2007. Fish diversity in headwater steram of Paraguay and
Parana Basins. J. Brazil Arch Biol Tech. [Internet]. [diunduh pada 2013
Sept 23]; 50: 1033-1042. Tersedia pada: http : //www.scielo.br /pdf /babt
/v50n6 /14.pdf
UP Cirata. 2008. Pematokan dan Pengukuran Sedimentasi Waduk Cirata. Unit
Pembangkitan Cirata
14
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian
Kamera Laptop GPS
Alat Tulis Perahu
Lampiran 2. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di waduk Cirata
Gillnet (Jaring Insang) Jala
Rawai
15
Lampiran 3. Jenis ikan yang ditemukan di waduk Cirata
Bawal Betutu Gabus
Hampal Nila Kebogerang
Mas Mujair Patin
16
Tagih Golsom Sapu-sapu
Lampiran 4. Kuisioner Nelayan
Responden ke: 1 Tanggal: 4
Februari 2013
No Parameter Jawaban
1 Nama Endang
2 Alamat Maleber
3 Status Menikah
4 Jumlah anak 2
5 Banyaknya pengeluaran sebulan 700000
6 Pekerjaan sampingan
7 Sejak kapan jadi nelayan? 4 tahun
8
Jenis dan jumlah alat tangkap
A. Pancing
B. Gillnet (Jala tebar)
Mes
h size: 3
inch
C. Rawai
D.
9 Ikan banyak tertangkap di A. Pagi
B.
Siang
C. Malam
17
10
Dearah tangkapan Maleber
Berapa m dr daratan? 100 m
Kedalaman?
11
Berapa kali trip / hari? 2 kali
Kapan saja? Pagi dan siang
12 Penangkapan A. Max 20 kg B.
Min 2 kg
13
Komposisi ikan yg tertangkap
Paling dominan Ikan nila
Paling jarang Ikan tagih, patin
Dulu sering ditemukan, skrg jrg tagih
Ikan paling mahal patin
14
Ukuran ikan yg tertangkap
A. Per kilo
Ikan: nila Ukuran:
5 kilo
Ikan:
lalawak
Ukuran:
3 kilo
Ikan: Ukuran:
B. Per satuan
Ikan: nila Ukuran:
5 eko/kilo
Ikan:
lalawak
Ukuran:
6 ekor/kilo
Ikan: Ukuran:
15
Hasil tangkapan
A. Tertinggi
Ikan: nila banyakn
ya:
Ikan: banyakn
ya:
B. Terendah
Ikan: banyakn
ya:
Ikan: banyakn
ya:
16
Biaya
Pengadaan alat
Transportasi & operasional
Kapal A. Minjem
B. Sendiri
BBM
18
Makan
Rokok
17
Jualnya kemana?
A. Pengumpul
Siapa? Pak Dadang
Dimana? Maleber
Motivasi ngasih ke
pengumpul yg itu? Dekat dengan
daerah penangkapan
Boleh pindah ga?
(bebas/terikat)
Bebas
B. Sendiri Kemana?
18 Cara menjual A. Campur B.
Satu jenis
19
Harga jual ikan
A. Ikan Nila 7000 per kilo
B. Ikan
C. Ikan
D. Campuran
20
Modal
A. Sendiri Sendiri
B. Pihak ketiga
Siapa?
Perjanjiannya apa?
Berapa?
21 Aktifitas saat menunggu jaring? Merokok
22
Kelembagaan
Termasuk kedalam kelompok
nelayan? Iya
Nama kelompok Sadulur
Sejak kapan bergabung? 2009
Alasan bergabung? Banyak kenalan nelayan
19
Kegiatannya apa saja? penyuluhan
Kewajiban dlm kelompok?
Keuntungan bergabung? Mendapatkan penyuluhan
23 Kendala dalam usaha KJA
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Oktober 1990 sebagai anak dari
pasangan Subadri dan Kadarrohmi. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara
yaitu Assegaf Kusumaatmaja. Pendidikan formal pernah dijalani penulis berawal dari
TK Tunas Sejahtera (1995-1997), SDN Panaragan 1 (1997-2003), SMP Negeri 1
Bogor (2003-2006), SMA Negeri 5 Bogor (2006-2009). Pada tahun 2009 penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur UTM, kemudian diterima di
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Imu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan
Himpunan Profesi Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (HIMASPER)
sebagai anggota divisi HRD (2011/2012), dan anggota HIMASUPERINDO
(2011/2012), serta turut aktif mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam
berbagai kepanitiaan di lingkungan kampus IPB.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi
Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Imu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul “Keanekaragaman Hayati
Ikan Non Budidaya di Waduk Cirata, Cianjur Jawa Barat” dibimbing oleh Prof Dr Ir
Kadarwan Soewardi dan Dr Ir Rahmat Kurnia MSi.