Post on 04-Mar-2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, skripsi ini dapat penulis selesaikan
dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “PRAKTIK ILLEGAL FISHING
DITINJAU DARI HUKUM LAUT INTERNASIONAL (STUDI KASUS:
PENANGKAPAN KAPAL MOTOR KWAY FEY DI LAUT NATUNA)”.
Skripsi ini diajukan sebagai kewajiban dalam rangka memperoleh gelar Sarjana
Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penyelesaian skripsi ini dapat
berhasil dengan baik berkat arahan, bimbingan, dukungan, masukan dan saran
dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi
ini. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,M.Hum, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
2. Bapak Dr. Gde Made Swardhana, SH.,MH, Pembantu Dekan I Fakultas
Hukum Universitas Udayana.
3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH.,MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
4. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH.,MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
5. Ibu Anak Agung Sri Utari, SH.,MH, Ketua Bagian Hukum Internasional
serta Bapak I Gde Putra Ariana, SH.,M.Kn, Sekretaris Bagian Hukum
Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan
semangat dan petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.,M.Hum, Dosen Pembimbing I
dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberi arahan, bimbingan,
dukungan, saran dan petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Made Maharta Yasa, SH., MH, Dosen Pembimbing II dalam
penyusunan skripsi ini, yang telah meluangkan banyak waktu dan telah
dengan sabar memberi arahan, bimbingan, dukungan, masukan dan saran
serta petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Putu Dwi Djaya dan Ketut Supartini selaku orang tua penulis yang
senantiasa sabar dan tak pernah berhenti memberikan dukungan demi
rampungnya skripsi ini.
9. Indah Triari Dwijayanthi dan Andina Triari Dwijayanthi selaku saudara
penulis, yang selalu memberikan motivasi-motivasi pada saat jenuh maupun
suntuk.
10. Bapak I Nyoman Bagiastra, SH.,MH, Dosen Pembimbing Akademik penulis
yang senantiasa mengarahkan dan membimbing penulis selama duduk di
bangku perkuliahan.
11. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Udayana
yang telah sangat berjasa memberikan ilmu pengetahuan selama penulis
duduk di bangku perkuliahan.
12. Seluruh Staff Administrasi dan Pegawai di lingkungan Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
13. Keluarga besar Asian Law Students’ Association Local Chapter Universitas
Udayana, National Chapter Indonesia, Student Community for International
Law, dan LittleCircleFoundation (LCF), tempat saya menempa soft skill dan
menimba pengalaman yang tak kalah berguna dan sangat bermanfaat dalam
penyusunan dan perampungan tugas akhir ini.
14. Komang Hare Yashuananda, Jody Bagus Wiguna serta teman-teman di
Fakultas Hukum Universitas Udayana yang selalu memberikan dukungan
selama penulis duduk di bangku perkuliahan.
Akhirnya, dengan menyadari keterbatasan dan ketidaksempurnaan skripsi
ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca dan bagi
kemajuan ilmu hukum.
Denpasar, 15 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM.......................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI.....................................................iv
KATA PENGANTAR...................................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................................viii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................xiv
ABSTRAK..................................................................................................................xv
ABSTRACT..................................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….....7
1.3 Ruang Lingkup Masalah ………………………………………………………...7
1.4 Orisinalitas Penelitian……………………………….…………………………...8
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………………………..…9
a. Tujuan Umum……………………………………………………………………...9
b. Tujuan Khusus…………………………………………………………………….10
1.6 Manfaat Penelitian ………………………………………………………….…...10
a. Manfaat Teoritis…………………………………………………………………...10
b. Manfaat Praktis…………………………………………………………………….11
1.7 Landasan Teori …..………………...…………………………………………….12
1.8 Metode Penelitian ……………....…………………………………………….…14
a. Jenis Penelitian……………....………………………………………...……….….14
b. Jenis Pendekatan……………....…………………………………….………….….15
c. Bahan Hukum/Data……………....…………………………………………….….17
d. Teknik Pengumpulan Bahan/Data……………....…………………………………18
e. Teknik Analisis……………....…………………………………………….………19
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ILLEGAL FISHING DAN
HUKUM LAUT INTERNASIONAL
2.1 Tinjauan mengenai Illegal Fishing…………………..……………………………..20
2.1.1 Pengertian Illegal Fishing……………...……..……………………………20
2.1.2 Bentuk Tindakan Illegal Fishing……………...……..………..…………....22
2.2 Tinjauan mengenai Hukum Laut Internasional ………………………………….23
2.2.1 Pengaturan Zona-zona Maritim..……………...……..………..…………....23
2.2.2 Wilayah dan Yurisdiksi Negara di Laut ……………...……..…..………....25
BAB III PENGATURAN INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL
DALAM MENANGANI PRAKTIK ILLEGAL FISHING
3.1 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan
United Nations Convention on the Law of the Sea 1982…………………………… 34
3.2 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan
The 1993 FAO Agreement to Promote Compliance with
International Conservation and Management Measures by
Fishing Vessels on High Sea………………………………………………………… 37
3.3 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan The Agreement
for the Implementation of the Provision of the UNCLOS of
10 December 1982 relating to the Conservation and Management of
Straddling Fish Stocks and Highly Migratory Fish Stocks 1995 ………………… 40
3.3.1 Ketentuan Mengenai Konservasi dan Pengelolaan Persediaan
Ikan yang Beruaya Terbatas dan Persediaan Ikan Yang
Beruaya Jauh ...................................................................................... 41
3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional
dalam Konservasi dan Pengelolaan Atas Persediaan Ikan yang
Beruaya Terbatas dan Persediaan Ikan yang Beruaya Jauh ............... 43
3.3.3 Ketentuan Mengenai Kewajiban Negara Bendera Kapal .................. 45
3.3.4 Mekanisme Penataan dan Penegakan Hukum Di Laut Lepas ........... 49
3.4 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan
The 1995 FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries ........................... 50
3.5 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing
Berdasarkan International Plan of Action to Deter, Prevent and
Eliminate Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IPOA-IUU) 2001 .. 53
3.6 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Ilegal Fishing Berdasarkan Regional
Plan of Action to Promote Responsible Fishing Practices including
Combating Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing in
the Region 2007 ............................................................................................. 58
3.7 Implementasi ketentuan Hukum Perikanan Internasional dalam Peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia di Bidang Perikanan ................................ 60
3.8 Tinjauan Komprehensif Perihal Pengaturan Instrumen Hukum
Laut Internasional Dalam Menangani Praktek Illegal Fishing ...................... 76
BAB IV MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL
BERKAITAN DENGAN PRAKTIK ILLEGAL FISHING
4.1 Posisi Kasus ..................................................................................................... 79
4.2 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai ................... 80
4.2.1 Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur Politik/DiplomatikError! Bookmark not
defined.
a. Negosiasi (Perundingan) ............................ Error! Bookmark not defined.
b. Pencarian Fakta (Inquiry) ........................... Error! Bookmark not defined.
c. Jasa baik dan Mediasi ................................. Error! Bookmark not defined.
d. Konsiliasi .................................................... Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur HukumError! Bookmark not defined.
a. International Tribunal for the Law of the Sea (ITLOS)Error! Bookmark not
defined.
b. International Court of Justice (ICJ) ........... Error! Bookmark not defined.
c. Arbitrase ..................................................... Error! Bookmark not defined.
d. Arbitrase Khusus ........................................ Error! Bookmark not defined.
4.3 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional
Menggunakan Kekerasan ................................ Error! Bookmark not defined.
a. Non Perang ................................................. Error! Bookmark not defined.
1) Retorsi .................................................... Error! Bookmark not defined.
2) Reprisal .................................................. Error! Bookmark not defined.
3) Blokade Damai ...................................... Error! Bookmark not defined.
4) Embargo ................................................. Error! Bookmark not defined.
b. Perang ......................................................... Error! Bookmark not defined.
4.4 Tinjauan Komprehensif Mengenai Mekanisme Penyelesaian
Sengketa Internasional Berkaitan dengan Praktik Illegal Fishing ...... Error!
Bookmark not defined.
BAB V 5.1 Kesimpulan .............................................. Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ......................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 97
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Deklarasi dan Reservasi dari China Terhadap
Ketentuan dalam UNCLOS 1982………………………………. 92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. United Nations Convention on the Law of the Sea 1982
Lampiran 2. The 1993 FAO Agreement to Promote Compliance with
International Conservation and Management Measures by Fishing
Vessels on High Sea
Lampiran 3. The Agreement for the Implementation of the Provision of the
UNCLOS of 10 December 1982 relating to the Conservation and
Management of Straddling Fish Stocks and Highly Migratory Fish
Stocks 1995
Lampiran 4. The 1995 FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries
Lampiran 5. International Plan of Action to Deter, Prevent and Eliminate
Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IPOA-IUU) 2001
Lampiran 6. Regional Plan of Action to Promote Responsible Fishing Practices
including Combating Illegal, Unreported and Unregulated (IUU)
Fishing in the Region 2007
ABSTRAK PRAKTIK ILLEGAL FISHING DITINJAU DARI HUKUM LAUT
INTERNASIONAL (STUDI KASUS: PENANGKAPAN KAPAL MOTOR KWAY FEY DI
LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam baik hayati maupun nonhayati. Perkembangan teknologi dan meningkatnya akses terhadap kekayaan alam yang ada di laut tidak hanya memberikan manfaat tetapi juga menimbulkan suatu ancaman bagi persediaan sumber daya ikan. Salah satu ancaman tersebut adalah praktik penangkapan ikan yang dilakukan secara tidak sah atau dikenal pula sebagai illegal, unreported, and unregulated fishing (IUU-fishing). Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) proporsi penurunan atau eksploitasi ikan dewasa ini telah mencapai angka 25% yang disebabkan oleh maraknya praktek IUU-fishing itu sendiri. Sebagai negara maritim, praktik illegal fishing juga marak terjadi di perairan Indonesia. Hingga akhir Agustus 2013, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menangkap 58 kapal ikan yang melakukan penangkapan ikan secara illegal, dimana sebagian besar kapal-kapal yang tertangkap justru berasal dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina dan China. Hal ini menggambarkan urgensi pengaturan hukum internasional dan mekanisme penyelesaian sengketa internasional guna menangani praktik IUU-fishing tersebut. Dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif dan pendekatan perundang-undangan dan analisis-konseptual hukum, penulis melalui skripsi ini akan membahas dua permasalahan hukum utama yakni: keberadaan peraturan hukum internasional yang memberikan kewajiban hukum internasional dalam menangani praktik illegal fishing dan mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh berkaitan dengan praktik illegal fishing itu sendiri. Melalui penelitian normatif skripsi ini, adapun kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1) Pengaturan dalam menangani praktik illegal fishing sudah berada di tingkat hard law dan soft law; 2) Sesuai dengan ketentuan dalam hukum internasional, maka setiap sengketa internasional patut diselesaikan secara damai, baik melalui jalur politik/diplomatik maupun melalui jalur hukum. Kata kunci: penangkapan ikan secara illegal, pengaturan, penyelesaian sengketa internasional.
ABSTRACT
Sea is one of the natural resources, both living and non-living. The rapid development of technology and increasing access over the natural resources in the sea had not only providing benefits but also presenting a threat to the supply of fish resources. One of the threats is the practice of fishing conducted illegally or also known as illegal, unreported, and unregulated fishing (IUU-fishing). Based on data from the Food and Agriculture Organization (FAO), the proportion of the reduction or exploitation of fish these days has reached 25% due to the rampant practice of IUU-fishing itself. As a maritime nation, illegal fishing practices are also rife in the waters of Indonesia. Until the end of August 2013, the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries has captured 58 fishing vessels conducting illegal fishing, where most of the ships were caught actually comes from neighboring countries, such as Malaysia, the Philippines and China. Thus, international regulatory framework and any mechanism of international dispute settlement over IUU-fishing remain as an urgent matter in order to combat the practice of IUU-fishing itself. Through the application of normative legal research method and statutory and analytical-conceptual approach respectively, the author shall observe two main legal issues namely: the existence of international regulation, which entails the international obligation to all States to combat the illegal fishing and also any means of international disputes settlement can be taken related to the practice of illegal fishing itself. Through normative legal research analysis, conclusion drawn for each respective issues are as follows: 1) The existing international legal instruments to combat the practice of illegal fishing already formed both in hard law and soft law; 2) In accordance with the provisions of international law, any international disputes shall be settle peacefully, which can be done through political or diplomatic settlement or judicial settlement. Keywords: illegal fishing, regulatory, international dispute settlement.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, laut adalah kumpulan air
asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi
daratan atas benua atau pulau.1 Definisi ini merupakan definisi yang bersifat fisik
semata. Laut menurut definisi hukum adalah keseluruhan air laut yang
berhubungan secara bebas di seluruh permukaan bumi, yaitu sekitar 70% atau
140 juta mil persegi dari permukaan bumi.2
Pada zaman kuno, status hukum dari lautan tidak pernah dipersoalkan
oleh siapa pun, dimana setiap orang bebas memanfaatkan laut (freedom of the
sea), demi memenuhi kebutuhan hidupnya. 3 Pada masa itu, orang hanya
memanfaatkan laut untuk kepentingan pelayaran, perikanan serta untuk
kepentingan upacara-upacara keagamaan atau kepercayaan yang mereka yakini.4
Semenjak berakhirnya Perang Dunia II, hukum laut mengalami perubahan-
perubahan yang mendalam.5
Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan dalam
hukum laut internasional yaitu, Pertama, semakin bergantungnya penduduk
1 URL: http://kbbi.web.id/laut, diakses tanggal 25 April 2016. 2 Boer Mauna, 2011, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Edisi Kedua, Cet. 4, P.T. Alumni, Bandung, h. 304-305. 3 Parthiana, I Wayan, 2014, Hukum Laut Internasional dan Hukum Laut Indonesia, Cet. 1, Yrama Widya, Bandunug, h. 3. 4 Ibid. 5 Boer Mauna, op. cit., h. 304.
2
dunia yang semakin bertambah jumlahnya pada laut dan samudera sebagai sumber
kekayaan alam baik hayati maupun nonhayati termasuk minyak dan gas bumi;
Kedua, kemajuan teknologi yang memungkinkan penggalian sumber kekayaan
alam di laut yang tadinya tak terjangkau oleh manusia; Ketiga, perubahan peta
bumi politik sebagai akibat kebangkitan bangsa-bangsa merdeka, menginginkan
perubahan dalam tata hukum laut internasional yang dianggap terlalu
menguntungkan negara-negara maju.6
Sejak masa itu hukum laut tidak hanya mengurus mengenai kegiatan-
kegiatan di atas permukaan laut tetapi juga dasar laut dan kekayaan mineral yang
terkandung di dalamnya.7 Di abad ke-20 ini, fungsi laut telah meningkat dengan
ditemukannya bahan-bahan tambang dan galian yang berharga di dasar laut dan
dimungkinkannya usaha-usaha menggambil kekayaan alam tersebut, baik di
airnya maupun di dasar laut dan tanah dibawahnya.8 Perkembangan atas fungsi laut ini pun dirasakan Indonesia sebagai negara
maritim dan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17.508
pulau9 dengan luas laut yang mencapai 5.8 juta km2 dan garis pantai sepanjang ±
81.000 km dengan wilayah yang terletak pada posisi silang dunia, yaitu diantara
dua benua dan dua samudera. Posisi geografis ini menyebabkan laut yang terdapat
di antara pulau-pulau menjadi alur laut yang luas dan mengandung potensi sumber
6 Mochtar Kusumaatmadja, 1978, Hukum Laut Internasional, CV. Trimitra Mandiri, Bandung, h. 81. 7 Ibid. 8 Frans E. Lidkadja & Daniel F. Bassie, 1985, Hukum Laut Dan Undang-Undang Perikanan, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 21. 9 Portal Nasional Republik Indonesia, URL: http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/geografi-indonesia, diakses pada 13 April 2016.
3
daya kelautan yang sangat melimpah dan memiliki nilai strategis bagi
kesinambungan Nasional. Luasnya wilayah laut yang dimiliki oleh Indonesia membawa tantangan
tersendiri bagi Indonesia. Salah satu tantangan tersebut adalah pengelolaan
sumber daya ikan secara berkelanjutan di perairan Indonesia menjadi sangat berat
karena banyaknya praktek penangkapan ikan secara tidak sah yang oleh dunia
internasional dikenal dengan kegiatan perikanan yang illegal, unreported and
unregulated (selanjutnya disebut IUU-fishing). IUU-fishing ini telah mengancam persediaan ikan di seluruh dunia.
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), dalam pertengahan
tahun 1970-an, proporsi penurunan atau eksploitasi ikan secara berlebihan
(overfishing) hanya 10%, namun sekarang angka ini meningkat menjadi 25%.
Illegal fishing sebagai bagian dari IUU-fishing, merupakan penyumbang
signifikan dalam masalah penurunan persediaan ikan ini.10 Sampai akhir Agustus 2013, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah
menangkap 58 kapal ikan yang melakukan penangkapan secara ilegal.11 Ironisnya,
sebagian besar kapal-kapal ikan yang tertangkap mencuri ikan di perairan
10 Lihat: Laurance Blakely, 2008, “The End of the Viarsa Saga And the Legality of Australia’s Vessel Forfeiture Penalty For Illegal Fishing in Its Exclusive Economic Zone”, Pacific Rim & Law Policy Journal, h. 680. URL: http://digital.law.washington.edu/dspace-law/bitstream/handle/1773.1/545/17PacRimLPolyJ677.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses 25 April 2016. 11Anonim, 2014, “Pemerintah Dituntut Menuntaskan Kasus Pencurian Ikan”, BBC Indonesia, URL: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/11/141120_pencurian_ikan, diakses pada 25 April 2016.
4
Indonesia, justru berasal dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina,
Vietnam, Thailand dan China.12 Menurut Kementerian Perikanan dan Kelautan, modus operandi yang
umumnya dilakukan adalah penangkapan ikan tanpa izin, mengunakan izin palsu,
serta menggunakan alat tangkap yang dilarang.13 Pelaku juga diketahui melakukan
penangkapan di wilayah yang tidak sesuai izin, serta tidak melaporkan hasil
tangkapan yang sesungguhnya atau pemalsuan data hasil tangkapan.14 Adanya kemajuan teknologi penangkapan ikan yang semakin canggih dan
disertai dengan meningkatnya kebutuhan umat manusia terhadap ikan
memerlukan adanya pengaturan yang tegas dan bersifat mengikat. Hingga saat ini,
secara de facto dan de jure, United Nations Convention on the Law of the Sea
(UNCLOS) 1982 berlaku sebagai hukum internasional positif guna menegakan
hukum laut. Namun, walaupun berlaku sebagai salah satu hukum internasional positif,
UNCLOS 1982 tidak mengatur tentang IUU-fishing. Kendati demikian, praktek
IUU-fishing ini lazim terjadi di kawasan laut yang tunduk di bawah kedaulatan
dan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu negara yang secara umum diatur
dalam UNCLOS 1982. Adapun salah satu pasal yang mengatur tentang penegakan
hukum terhadap praktek IUU-fishing adalah Pasal 73 UNCLOS 1982, yang
12 Anonim, 2015, “Lagi, Kapal-Kapal Asing “Pencuri Ikan” Akan Ditenggelamkan”, BBC Indonesia, URL: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/08/150812_indonesia_kapal, diakses pada 25 April 2016. 13 Anonim, 2014, “Pemerintah Dituntut Menuntaskan Kasus Pencurian Ikan”, BBC Indonesia, URL: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/11/141120_pencurian_ikan, diakses pada 25 April 2016. 14 Ibid.
5
menentukan bahwa jika kapal asing tidak mematuhi peraturan perundang-
undangan perikanan negara pantai di ZEE, negara pantai dapat menaiki,
memeriksa, menangkap dan melakukan proses pengadilan atas kapal tersebut dan
memberitahu negara bendera kapal. Salah satu insiden illegal fishing yang terjadi di Indonesia baru-baru ini
adalah insiden penangkapan kapal motor Kway Fey 10078 yang berbendera China
di perairan Natuna pada bulan Maret 2016, tepatnya pada tanggal 19 Maret
2016.15 Insiden ini diawali dengan adanya deteksi Target Operasi yang dimulai
pada Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 14.15, dimana posisi kapal ikan asing terdeteksi
berada di wilayah Indonesia.16 Target Operasi Kemudian dikejar dan diberhentikan, namun kapal tidak
mau berhenti. Pihak Kapal Pengawas lalu memberikan tembakan peringatan,
namun kapal tersebut tetap berusaha melarikan diri dengan zig-zag, sehingga KP
Hiu 11 mendekat dan tidak bisa menghindari tabrakan.17 Dalam operasi tersebut,
delapan ABK kapal Kway Fey 10078 ditahan setelah mereka diduga melakukan
pencurian ikan di wilayah Indonesia dan tertangkap di koordinat 05°05,866'N.
109°07, 046'E jarak 2,7 mil haluan 67°.18
15 Hanna Azarya Samosir, 2016, “Insiden di Natuna, Menlu Panggil Kuasa Usaha Kedubes China”, CNN Indonesia, URL: http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160321124641-106-118756/insiden-di-natuna-menlu-panggil-kuasa-usaha-kedubes-china/, diakses pada 25 April 2016. 16Taufik Rachman, 2016, “Kronologi Penangkapan Kapal Pencuri Ikan KM Kway Fey 10078”, Republica.co.id, URL: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/03/20/o4c2xr219-kronologi-penangkapan-kapal-pencuri-ikan-km-kway-fey-10078, diakses pada 25 April 2016. 17 Ibid. 18 Egy Adyatama, 2016, “Menteri Susi Janji Lepas ABK Kapal Cina, Ini Syaratnya”, Tempo, URL: https://m.tempo.co/read/news/2016/03/21/063755655/menteri-susi-janji-lepas-abk-kapal-cina-ini-syaratnya, diakses pada 25 April 2016.
6
Namun upaya penyitaan kapal Kway Fey gagal dilakukan setelah kapal
coastguard atau kapal penjaga pantai milik China mengejar dan kemudian
menabrak Kway Fay, sehingga kapal Hiu 11 milik Kementerian Kelautan
kesulitan untuk menarik kapal itu. Tabrakan terjadi sekitar 70-80 mil dari lokasi
pemancingan ilegal dan saat hampir memasuki teritori Indonesia.19 Walau gagal membawa kapal Kway Fey, namun delapan ABK telah
dipindah ke kapal Hiu 11 dan kemudian dibawa ke pangkalan Pulau Tiga Natuna.
Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Luar Negeri telah
mengecam keras aksi pemerintah China itu.20 Namun, China membantah dengan
mengatakan lokasi pemancingan itu masuk wilayah penangkapan ikan tradisional
(traditional fishing zone).21 Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
mengancam akan melaporkan China ke pengadilan internasional untuk hukum
laut (The International Tribunal for the Law of the Sea) jika tetap melakukan
pencurian ikan di wilayah Indonesia.22 Insiden yang terjadi antara Indonesia dan China sangat mempengaruhi
hubungan baik antara kedua negara. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk
melakukan penelitian guna mendapatkan solusi terbaik terhadap konflik ini agar
tidak ada lagi ketegangan antar negara terkait dengan illegal fishing ini.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengkaji permasalahan tersebut dengan mengidentifikasi instrumen hukum laut
19 Ibid. 20 Ibid. 21 Egy Adyatama, 2016, “Menteri Susi Akan Lapor Cina ke Pengadilan Internasional”, Tempo, URL: https://m.tempo.co/read/news/2016/03/21/090755620/menteri-susi-akan-laporkan-cina-ke-pengadilan-internasional, diakses pada 25 April 2016. 22 Ibid.
7
internasional dalam menangani praktik illegal fishing serta mekanisme
penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh berkaitan dengan praktik illegal
fishing dalam bentuk skripsi dengan judul “PRAKTIK ILLEGAL FISHING
DITINJAU DARI HUKUM LAUT INTERNASIONAL (STUDI KASUS:
PENANGKAPAN KAPAL MOTOR KWAY FEY DI LAUT NATUNA)”.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimanakah pengaturan hukum laut internasional dalam menangani
praktik illegal fishing?
2. Bagaimanakah mekanisme penyelesaian sengketa internasional berkaitan
dengan praktik illegal fishing?
1.3 RuangLingkupMasalah
Mengingat luasnya permasalahan yang terkait illegal fishing dalam hukum
internasional, maka akan sulit untuk membahas semua permasalahan dalam satu
tulisan. Sehingga, dalam penulisan ini ruang lingkup permasalahan dibatasi hanya
mengenai pengaturan instrumen hukum laut internasional dalam menangani
praktik illegal fishing dan penyelesaian sengketa internasional antara Indonesia
dan China berkaitan dengan penangkapan kapal laut Kway Fey di Laut Natuna.
Ruang lingkup permasalahan ini pun akan dibahas dengan memperhatikan
ketentuan dalam konvensi internasional terkait, salah satunya adalah United
Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.
8
1.4 OrisinalitasPenelitian
Orisinalitas suatu penelitian sangat diperlukan untuk menghindari adanya
plagiarisme. Adapun dalam penulisan penelitian ini, penulis melakukan suatu
perbandingan terhadap penulisan penelitian ini dengan penulisan yang telah ada.
Perbedaan penulisan hukum ini dengan karya penulisan ilmiah lain adalah:
Nomor Judul Penulis Rumusan Masalah
1. Tinjauan Hukum Laut
Internasional Terhadap
Tindakan Illegal Fishing
yang Dilakukan oleh
Nelayan Vietnam di
Wilayah Indonesia
Ni Putu
Putri
Wasundari
1. Bagaimanakah kualifikasi
hukum tindakan illegal
fishing yang dilakukan
oleh nelayan Vietnam?
2. Bagaimanakah
penegakkan hukum illegal
fishing yang dilakukan
Indonesia terhadap
nelayan Vietnam?
2. Tinjauan Tentang
Penegakan Hukum
Tindak Pidana
Penangkapan Ikan Secara
Illegal (Illegal Fishing)
di Wilayah Zona
Ekonomi Eksklusif
Yudi
Dharma
Putra
1. Bagaimana penegakan
hukum terhadap pelaku
tindak pidana Illegal
Fishing oleh kapal
berbendera asing di Zona
ekonomi eksklusif
Indonesia?
9
Indonesia
2. Kendala yuridis apakah
yang menghambat
penegakan hukum
terhadap pelaku tindak
pidana Illegal Fishing di
Zona ekonomi eksklusif
Indonesia?
Berdasarkan rincian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penulisan
penelitian ini tidak memiliki kemiripan yang signifikan terhadap penulisan karya
ilmiah yang telah ada sebelumnya, terlebih mengenai substansi pembahasan.
1.5 TujuanPenelitian
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. TujuanUmum
Adapun tujuan umum dari penulisan penelitian ini adalah:
1. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran dalam
suatu karya ilmiah;
2. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Khususnya dalam
bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa;
3. Untuk menambah perkembangan ilmu pengetahuan hukum;
10
4. Untuk mengembangkan kepribadian diri mahasiswa di dalam
kehidupan;
5. Pembulatan studi mahasiswa untuk memenuhi persyaratan SKS dari
jumlah beban studi untuk memperoleh gelar sarjana hukum.
b. TujuanKhusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisa pengaturan hukum laut internasional dalam
menangani praktik illegal fishing;
2. Untuk mengetahui opsi-opsi penyelesaian secara hukum internasional
yang dapat ditempuh berkaitan dengan praktik illegal fishing.
1.6 ManfaatPenelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. ManfaatTeoritis
Manfaat teoritis merupakan manfaat yang ditujukan oleh peneliti
dalam memberikan sumbangsih pada perkembangan bidang keilmuan yang
didalami. 23 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dasar
mengenai pengaturan instrumen hukum internasional dalam menangani
praktik illegal fishing, serta mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat
ditempuh dalam sengketa mengenai illegal fishing. Penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan sebagai literatur tambahan bagi mahasiswa pada 23 Mukti Fajar & Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 90.
11
umumnya dan penulis pada khususnya dalam hal pengaturan hukum terhadap
larangan praktik illegal fishing.
b. ManfaatPraktis
Penulisan yang bersifat ilmiah ini juga memiliki manfaat penelitian
yang ditujukan untuk kegunaan praktis menyelesaikan persoalan lainnya yang
sejenis. Biasanya ditujukan bagi para praktisi hukum, manfaat bagi negara
atau manfaat bagi masyarakat awam yang menemui kasus yang sama.24 Selain
itu, dari segi praktis berguna sebagai upaya yang dapat diperoleh langsung
manfaatnya, seperti peningkatan keahlian meneliti dan keterampilan menulis,
sumbangan pemikiran dalam pemecahan suatu masalah hukum, acuan
pengambilan keputusan yuridis, dan bacaan baru bagi penelitian ilmu
hukum.25
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah Indonesia
dan masyarakat internasional sebagai sarana pengembangan pemikiran tentang
dasar hukum pengaturan dalam menangani praktik illegal fishing, serta
mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh para pihak yang
bersengketa sesuai dengan hukum internasional yang berlaku dewasa ini.
1.7 LandasanTeori
Landasan teori bertujuan untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum yang
bersifat konsensus yang diperoleh dari rangkaian upaya penelusuran (controleur
baar). Landasan teoritis ini meliputi: filosofi, teori hukum, asas-asas hukum,
24 Ibid. 25 Abdul Kadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 66.
12
norma, konsep-konsep hukum, dan doktrin.26 Usulan penelitian ini menggunakan
landasan teoritis sebagai berikut:
a. Teori Kedaulatan Negara
Kedaulatan berasal dari bahasa Latin yaitu superanus artinya yang teratas.
Jadi kedaulatan Negara diartikan bahwa Negara memegang kekuasaan
tertinggi. Dalam hal ini, Negara memiliki monopoli kekuasaan dimana
Negara berhak mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mempertahankan kedaulatannya. 27 Berdasarkan konsep hukum
internasional, maka kedaulatan memiliki tiga aspek utama28, yaitu ekstern,
intern dan teritorial.
(1) Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap negara untuk secara
bebas menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau
kelompok-kelompok lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan
dari negara lain;
(2) Aspek intern kedaulatan adalah hak atau wewenang eksklusif suatu
negara untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja
lembaga-lembaganya tersebut dan hak untuk membuat undang-
undang yang diinginkan serta tindakan-tindakan untuk mematuhi;
26 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 75. 27 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty E. Agoes, 2010, Pengantar Hukum Internasional, P.T. Alumni, Bandung, h. 16-17. 28 Nkambo Mugerwa, 1968, Subjects to International Law, Edited by Max Sorensen, Mac Millan, New York, h. 253.
13
(3) Aspek teritorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif
yang dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda
yang terdapat di wilayah tersebut.
b. Teori Kepastian Hukum
Teori Kepastian hukum secara normatif adalah suatu peraturan yang
dibuat dan diundangkan secara pasti serta mengatur secara jelas dan logis.
Sehingga, tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan tidak
menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum mengandung dua
pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat
individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan;
dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan
pemerintah karena dengan adanya atura yang bersifat umum itu individu
dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh
negara terhadap individu.29
c. Prinsip Aut Judicare Aut Dedere
Prinsip ini menyatakan bahwa “allege offender of crime shall be handed
over to a state concerned”.30 Prinsip ini merupakan penjabaran yang
menyatakan bahwa setiap pelaku tindak kejahatan wajib dihadapkan pada
peradilan terhadap tindak kejahatan yang dilakukan.
d. Prinsip Kebebasan Memilih Prosedur Penyelesaian
Hukum internasional tidak berisi keharusan agar suatu negara
menyelesaikan sengketanya dengan suatu prosedur tertentu. Pasal 33 29 Peter Mahmud Marzuki, 2012, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, h. 137. 30 Antonio Cassese, 2003, International Criminal Law, Oxford University Press, New York, h. 9
14
Piagam PBB meminta kepada negara-negara untuk menyelesaikan secara
damai sengketa-sengketa mereka sambil menyebutkan bermacam-macam
prosedur yang dapat dipilih oleh negara-negara yang bersengketa.31 Pasal
283 ayat 1 United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS)
1982 juga menetapkan, bahwa ketika timbul sengketa di antara negara-
negara anggota menyangkut interpretasi atau penerapan konvensi tersebut,
“para anggota yang bersengketa harus meneruskan bertukar pendapat
dengan cara terbaik mengenai penyelesaiannya melalui negosiasi atau cara
damai lainnya”.
1.8 MetodePenelitian
Skripsi merupakan salah satu dari bentuk penulisan karya tulis yang
bersifat ilmiah dan tentunya harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
pula. Maka dari itu, penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah ini perlulah
dilakukan suatu penelitian dan mencari kebenaran ilmu hukum dengan
menggunakan metodologi yang bertujuan untuk mengadakan pendekatan atau
penyelidikan ilmiah yang tepat. Adapun metodologi penelitian yang digunakan
dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. JenisPenelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini
termasuk ke dalam penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif
berarti penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah sistem
31 Boer Mauna, op.cit, h. 194.
15
norma. Menurut Soerjono Soekanto32 penelitian hukum dapat dibagi dalam:
1. Penelitian Hukum Normatif, yang terdiri dari:
a. penelitian terhadap asas-asas hukum; b. penelitian terhadap sistematika hukum; c. penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum; d. penelitian sejarah hukum; dan e. penelitian perbandingan hukum.
Selain itu Peter Mahmud Marzuki menyatakan pendapatnya mengenai
penelitian hukum normatif, adalah:
“.... suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip- prinsip
hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan
hukum yang dihadapi. ... Penelitian hukum normatif dilakukan untuk
menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi....”33
Maka dari itu, penulis menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu,
dari sejumlah pendekatan yang dikenal dalam penelitian hukum normatif.
b. JenisPendekatan
Penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah agar dapat mengungkapkan
kebenaran jawaban atas permasalahan secara sistematis, metodologis, dan
konsisten sehingga dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya, sebaiknya
disusun dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang tepat. Dalam
penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, antara lain pendekatan
32 Soerjono Soekanto dalam Bambang Sunggono, 2013, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, h.41. 33 Peter Mahmud Marzuki dalam Mukti Fajar & Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 90.
16
peraturanperundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus (case
approach), pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan
konseptual.34
Pendekatan dalam penelitian hukum normatif dimaksudkan adalah
bahan untuk mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir
seorang peneliti untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum normatif
terdapat beberapa pendekatan, yaitu:35
1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach); 2. Pendekatan Konsep (Conseptual Approach); 3. Pendekatan Analitis (Analytical Approach); 4. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach); 5. Pendekatan Sejarah (Historical Approach); 6. Pendekatan Filsafat (Philosophical Approach); dan 7. Pendekatan Kasus (Case Approach).
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya tulis yang
bersifat ilmiah ini adalah pendekatan peraturan perundang-undangan (statute
approach) dan pendekatan kasus (case approach).
Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) adalah
metode penelitian dengan menelaah semua undang-undang, memahami hirarki
dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan. Dikatakan bahwa
pendekatan perundang-undangan berupa legislasi dan regulasi yang dibentuk
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara
umum. 36 Namun dalam penulisan ini, penulis menganalisis instrumen-
instrumen hukum internasional agar ditemukan substansi dari permasalahan
34 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, h. 93. 35 Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 97. 36 Mukti Fajar & Yulianto Achmad, op.cit., h.184-191.
17
yang akan dibahas.
Pendekatan kasus (case approach) dalam penelitian hukum normatif
bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan
dalam praktik hukum. 37 Penulis menggunakan pendekatan ini untuk
membahas bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa internasional yang
dapat ditempuh oleh Indonesia dan China berkaitan dengan penangkapan
kapal laut Kway Fey di Laut Natuna.
c. BahanHukum
Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan data
sekunder yaitu data yang diperoleh penulis dari penelitian kepustakaan dan
dokumen, yang merupakan hasil penelitian dan pengelolahan orang lain, yang
sudah tersedia dalam bentuk buku atau dokumen.38
Data sekunder terdiri atas:
1. Bahan hukum primer yaitu bahan bahan hukum yang bersifat
mengikat dalam tulisan ini, seperti United Nations Convention on the
Law of the Sea (UNCLOS) 1982;
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, contohnya pendapat para sarjana;
37 Ibid, h. 189. 38 Hilman Hadikusuma, 1995, Metode pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, h. 65.
18
3. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder.39
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa undang
undang atau buku buku hukum terutama mengenai konvensi tentang hukum
laut, khususnya illegal fishing.
d. TeknikPengumpulanBahanHukum
Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum normatif dilakukan
dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier dan atau bahan non-
hukum.40 Adapun penulisan penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan
bahan-bahan hukum yang diperoleh melalui:
1. Pengumpulan bahan hukum primer yang dilakukan melalui
pengumpulan instrumen internasional yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas;
2. Pengumpulan bahan hukum sekunder yang dilakukan dengan cara
penelitian kepustakaan untuk mendapatkan bahan hukum yang
bersumber dari buku-buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli
hukum yang terdapat dalam suatu jurnal hukum, maupun artikel
hukum terpercaya terkait dengan permasalahan yang akan dibahas
pada penelitian ini yang terdapat di media massa atau internet;
39 Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Graffindo Persada, Jakarta, h. 118. 40 Mukti Fajar & Yulianto Achmad, op.cit, h.160.
19
3. Pengumpulan bahan hukum tersier dilakukan dengan menggunakan
kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
e. TeknikAnalisis
Adapun teknik pengolahan bahan hukum yaitu setelah bahan hukum
terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik deskripsi yaitu dengan
memaparkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.41
Setelah bahan hukum primer dan sekunder yang terkumpul, kemudian
dilakukan suatu penilaian (evaluasi) dan selanjutnya dilakukan interpretasi
yang kemudian diajukan dengan argumentasi. Teknik argumentasi dilakukan
untuk memberikan preskripsi atau penilaian benar atau salah atau apa yang
lebih tepat digunakan berdasarkan hukum daripada permasalahan yang
dibahas. Dari tahap-tahap tersebut nantinya akan ditarik kesimpulan secara
sistematis agar tidak menimbulkan pertentangan antara bahan hukum yang
satu dengan bahan hukum yang lain.
Adapun teknik lain yang digunakan oleh penulis adalah teknik
Analisis, yaitu pemaparan secara mendetail dari keterangan-keterangan yang
didapat pada tahap sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan dalam
penelitian ini sehingga keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang saling
berhubungan secara logis.
41 Ronny Hanitijo, 1991, Metode Penelitian Hukum, Cet. ke II, Ghalia Indo, Jakarta, h. 93.