KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja...

31
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “PRAKTIK ILLEGAL FISHING DITINJAU DARI HUKUM LAUT INTERNASIONAL (STUDI KASUS: PENANGKAPAN KAPAL MOTOR KWAY FEY DI LAUT NATUNA)”. Skripsi ini diajukan sebagai kewajiban dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penyelesaian skripsi ini dapat berhasil dengan baik berkat arahan, bimbingan, dukungan, masukan dan saran dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,M.Hum, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana. 2. Bapak Dr. Gde Made Swardhana, SH.,MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana. 3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH.,MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana. 4. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH.,MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Transcript of KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja...

Page 1: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, skripsi ini dapat penulis selesaikan

dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “PRAKTIK ILLEGAL FISHING

DITINJAU DARI HUKUM LAUT INTERNASIONAL (STUDI KASUS:

PENANGKAPAN KAPAL MOTOR KWAY FEY DI LAUT NATUNA)”.

Skripsi ini diajukan sebagai kewajiban dalam rangka memperoleh gelar Sarjana

Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penyelesaian skripsi ini dapat

berhasil dengan baik berkat arahan, bimbingan, dukungan, masukan dan saran

dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi

ini. Pada kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih yang

setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,M.Hum, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. Gde Made Swardhana, SH.,MH, Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH.,MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Gede Yusa, SH.,MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

Page 2: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

5. Ibu Anak Agung Sri Utari, SH.,MH, Ketua Bagian Hukum Internasional

serta Bapak I Gde Putra Ariana, SH.,M.Kn, Sekretaris Bagian Hukum

Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan

semangat dan petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.,M.Hum, Dosen Pembimbing I

dalam penyusunan skripsi ini, yang telah memberi arahan, bimbingan,

dukungan, saran dan petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Made Maharta Yasa, SH., MH, Dosen Pembimbing II dalam

penyusunan skripsi ini, yang telah meluangkan banyak waktu dan telah

dengan sabar memberi arahan, bimbingan, dukungan, masukan dan saran

serta petunjuk yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Putu Dwi Djaya dan Ketut Supartini selaku orang tua penulis yang

senantiasa sabar dan tak pernah berhenti memberikan dukungan demi

rampungnya skripsi ini.

9. Indah Triari Dwijayanthi dan Andina Triari Dwijayanthi selaku saudara

penulis, yang selalu memberikan motivasi-motivasi pada saat jenuh maupun

suntuk.

10. Bapak I Nyoman Bagiastra, SH.,MH, Dosen Pembimbing Akademik penulis

yang senantiasa mengarahkan dan membimbing penulis selama duduk di

bangku perkuliahan.

Page 3: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

11. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Udayana

yang telah sangat berjasa memberikan ilmu pengetahuan selama penulis

duduk di bangku perkuliahan.

12. Seluruh Staff Administrasi dan Pegawai di lingkungan Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

13. Keluarga besar Asian Law Students’ Association Local Chapter Universitas

Udayana, National Chapter Indonesia, Student Community for International

Law, dan LittleCircleFoundation (LCF), tempat saya menempa soft skill dan

menimba pengalaman yang tak kalah berguna dan sangat bermanfaat dalam

penyusunan dan perampungan tugas akhir ini.

14. Komang Hare Yashuananda, Jody Bagus Wiguna serta teman-teman di

Fakultas Hukum Universitas Udayana yang selalu memberikan dukungan

selama penulis duduk di bangku perkuliahan.

Akhirnya, dengan menyadari keterbatasan dan ketidaksempurnaan skripsi

ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga

karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca dan bagi

kemajuan ilmu hukum.

Denpasar, 15 Oktober 2016

Penulis

Page 4: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM.......................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI.....................................................iv

KATA PENGANTAR...................................................................................................v

DAFTAR ISI..............................................................................................................viii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................xiv

ABSTRAK..................................................................................................................xv

ABSTRACT..................................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….....7

1.3 Ruang Lingkup Masalah ………………………………………………………...7

1.4 Orisinalitas Penelitian……………………………….…………………………...8

1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………………………..…9

a. Tujuan Umum……………………………………………………………………...9

b. Tujuan Khusus…………………………………………………………………….10

1.6 Manfaat Penelitian ………………………………………………………….…...10

a. Manfaat Teoritis…………………………………………………………………...10

Page 5: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

b. Manfaat Praktis…………………………………………………………………….11

1.7 Landasan Teori …..………………...…………………………………………….12

1.8 Metode Penelitian ……………....…………………………………………….…14

a. Jenis Penelitian……………....………………………………………...……….….14

b. Jenis Pendekatan……………....…………………………………….………….….15

c. Bahan Hukum/Data……………....…………………………………………….….17

d. Teknik Pengumpulan Bahan/Data……………....…………………………………18

e. Teknik Analisis……………....…………………………………………….………19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ILLEGAL FISHING DAN

HUKUM LAUT INTERNASIONAL

2.1 Tinjauan mengenai Illegal Fishing…………………..……………………………..20

2.1.1 Pengertian Illegal Fishing……………...……..……………………………20

2.1.2 Bentuk Tindakan Illegal Fishing……………...……..………..…………....22

2.2 Tinjauan mengenai Hukum Laut Internasional ………………………………….23

2.2.1 Pengaturan Zona-zona Maritim..……………...……..………..…………....23

2.2.2 Wilayah dan Yurisdiksi Negara di Laut ……………...……..…..………....25

BAB III PENGATURAN INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL

DALAM MENANGANI PRAKTIK ILLEGAL FISHING

3.1 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan

United Nations Convention on the Law of the Sea 1982…………………………… 34

3.2 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan

The 1993 FAO Agreement to Promote Compliance with

Page 6: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

International Conservation and Management Measures by

Fishing Vessels on High Sea………………………………………………………… 37

3.3 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan The Agreement

for the Implementation of the Provision of the UNCLOS of

10 December 1982 relating to the Conservation and Management of

Straddling Fish Stocks and Highly Migratory Fish Stocks 1995 ………………… 40

3.3.1 Ketentuan Mengenai Konservasi dan Pengelolaan Persediaan

Ikan yang Beruaya Terbatas dan Persediaan Ikan Yang

Beruaya Jauh ...................................................................................... 41

3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional

dalam Konservasi dan Pengelolaan Atas Persediaan Ikan yang

Beruaya Terbatas dan Persediaan Ikan yang Beruaya Jauh ............... 43

3.3.3 Ketentuan Mengenai Kewajiban Negara Bendera Kapal .................. 45

3.3.4 Mekanisme Penataan dan Penegakan Hukum Di Laut Lepas ........... 49

3.4 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing Berdasarkan

The 1995 FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries ........................... 50

3.5 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Illegal Fishing

Berdasarkan International Plan of Action to Deter, Prevent and

Eliminate Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IPOA-IUU) 2001 .. 53

3.6 Pengaturan Hukum Mengenai Praktik Ilegal Fishing Berdasarkan Regional

Page 7: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

Plan of Action to Promote Responsible Fishing Practices including

Combating Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing in

the Region 2007 ............................................................................................. 58

3.7 Implementasi ketentuan Hukum Perikanan Internasional dalam Peraturan

Perundang-Undangan di Indonesia di Bidang Perikanan ................................ 60

3.8 Tinjauan Komprehensif Perihal Pengaturan Instrumen Hukum

Laut Internasional Dalam Menangani Praktek Illegal Fishing ...................... 76

BAB IV MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

BERKAITAN DENGAN PRAKTIK ILLEGAL FISHING

4.1 Posisi Kasus ..................................................................................................... 79

4.2 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai ................... 80

4.2.1 Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur Politik/DiplomatikError! Bookmark not

defined.

a. Negosiasi (Perundingan) ............................ Error! Bookmark not defined.

b. Pencarian Fakta (Inquiry) ........................... Error! Bookmark not defined.

c. Jasa baik dan Mediasi ................................. Error! Bookmark not defined.

d. Konsiliasi .................................................... Error! Bookmark not defined.

4.2.2 Penyelesaian Sengketa Melalui Jalur HukumError! Bookmark not defined.

a. International Tribunal for the Law of the Sea (ITLOS)Error! Bookmark not

defined.

b. International Court of Justice (ICJ) ........... Error! Bookmark not defined.

Page 8: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

c. Arbitrase ..................................................... Error! Bookmark not defined.

d. Arbitrase Khusus ........................................ Error! Bookmark not defined.

4.3 Mekanisme Penyelesaian Sengketa Internasional

Menggunakan Kekerasan ................................ Error! Bookmark not defined.

a. Non Perang ................................................. Error! Bookmark not defined.

1) Retorsi .................................................... Error! Bookmark not defined.

2) Reprisal .................................................. Error! Bookmark not defined.

3) Blokade Damai ...................................... Error! Bookmark not defined.

4) Embargo ................................................. Error! Bookmark not defined.

b. Perang ......................................................... Error! Bookmark not defined.

4.4 Tinjauan Komprehensif Mengenai Mekanisme Penyelesaian

Sengketa Internasional Berkaitan dengan Praktik Illegal Fishing ...... Error!

Bookmark not defined.

BAB V 5.1 Kesimpulan .............................................. Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ......................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………... 97

Page 9: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam
Page 10: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Deklarasi dan Reservasi dari China Terhadap

Ketentuan dalam UNCLOS 1982………………………………. 92

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. United Nations Convention on the Law of the Sea 1982

Lampiran 2. The 1993 FAO Agreement to Promote Compliance with

International Conservation and Management Measures by Fishing

Vessels on High Sea

Lampiran 3. The Agreement for the Implementation of the Provision of the

UNCLOS of 10 December 1982 relating to the Conservation and

Management of Straddling Fish Stocks and Highly Migratory Fish

Stocks 1995

Lampiran 4. The 1995 FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries

Lampiran 5. International Plan of Action to Deter, Prevent and Eliminate

Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IPOA-IUU) 2001

Lampiran 6. Regional Plan of Action to Promote Responsible Fishing Practices

including Combating Illegal, Unreported and Unregulated (IUU)

Fishing in the Region 2007

Page 11: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

ABSTRAK PRAKTIK ILLEGAL FISHING DITINJAU DARI HUKUM LAUT

INTERNASIONAL (STUDI KASUS: PENANGKAPAN KAPAL MOTOR KWAY FEY DI

LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam baik hayati maupun nonhayati. Perkembangan teknologi dan meningkatnya akses terhadap kekayaan alam yang ada di laut tidak hanya memberikan manfaat tetapi juga menimbulkan suatu ancaman bagi persediaan sumber daya ikan. Salah satu ancaman tersebut adalah praktik penangkapan ikan yang dilakukan secara tidak sah atau dikenal pula sebagai illegal, unreported, and unregulated fishing (IUU-fishing). Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) proporsi penurunan atau eksploitasi ikan dewasa ini telah mencapai angka 25% yang disebabkan oleh maraknya praktek IUU-fishing itu sendiri. Sebagai negara maritim, praktik illegal fishing juga marak terjadi di perairan Indonesia. Hingga akhir Agustus 2013, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menangkap 58 kapal ikan yang melakukan penangkapan ikan secara illegal, dimana sebagian besar kapal-kapal yang tertangkap justru berasal dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina dan China. Hal ini menggambarkan urgensi pengaturan hukum internasional dan mekanisme penyelesaian sengketa internasional guna menangani praktik IUU-fishing tersebut. Dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif dan pendekatan perundang-undangan dan analisis-konseptual hukum, penulis melalui skripsi ini akan membahas dua permasalahan hukum utama yakni: keberadaan peraturan hukum internasional yang memberikan kewajiban hukum internasional dalam menangani praktik illegal fishing dan mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh berkaitan dengan praktik illegal fishing itu sendiri. Melalui penelitian normatif skripsi ini, adapun kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1) Pengaturan dalam menangani praktik illegal fishing sudah berada di tingkat hard law dan soft law; 2) Sesuai dengan ketentuan dalam hukum internasional, maka setiap sengketa internasional patut diselesaikan secara damai, baik melalui jalur politik/diplomatik maupun melalui jalur hukum. Kata kunci: penangkapan ikan secara illegal, pengaturan, penyelesaian sengketa internasional.

Page 12: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

ABSTRACT

Sea is one of the natural resources, both living and non-living. The rapid development of technology and increasing access over the natural resources in the sea had not only providing benefits but also presenting a threat to the supply of fish resources. One of the threats is the practice of fishing conducted illegally or also known as illegal, unreported, and unregulated fishing (IUU-fishing). Based on data from the Food and Agriculture Organization (FAO), the proportion of the reduction or exploitation of fish these days has reached 25% due to the rampant practice of IUU-fishing itself. As a maritime nation, illegal fishing practices are also rife in the waters of Indonesia. Until the end of August 2013, the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries has captured 58 fishing vessels conducting illegal fishing, where most of the ships were caught actually comes from neighboring countries, such as Malaysia, the Philippines and China. Thus, international regulatory framework and any mechanism of international dispute settlement over IUU-fishing remain as an urgent matter in order to combat the practice of IUU-fishing itself. Through the application of normative legal research method and statutory and analytical-conceptual approach respectively, the author shall observe two main legal issues namely: the existence of international regulation, which entails the international obligation to all States to combat the illegal fishing and also any means of international disputes settlement can be taken related to the practice of illegal fishing itself. Through normative legal research analysis, conclusion drawn for each respective issues are as follows: 1) The existing international legal instruments to combat the practice of illegal fishing already formed both in hard law and soft law; 2) In accordance with the provisions of international law, any international disputes shall be settle peacefully, which can be done through political or diplomatic settlement or judicial settlement. Keywords: illegal fishing, regulatory, international dispute settlement.

Page 13: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangMasalah

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, laut adalah kumpulan air

asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi

daratan atas benua atau pulau.1 Definisi ini merupakan definisi yang bersifat fisik

semata. Laut menurut definisi hukum adalah keseluruhan air laut yang

berhubungan secara bebas di seluruh permukaan bumi, yaitu sekitar 70% atau

140 juta mil persegi dari permukaan bumi.2

Pada zaman kuno, status hukum dari lautan tidak pernah dipersoalkan

oleh siapa pun, dimana setiap orang bebas memanfaatkan laut (freedom of the

sea), demi memenuhi kebutuhan hidupnya. 3 Pada masa itu, orang hanya

memanfaatkan laut untuk kepentingan pelayaran, perikanan serta untuk

kepentingan upacara-upacara keagamaan atau kepercayaan yang mereka yakini.4

Semenjak berakhirnya Perang Dunia II, hukum laut mengalami perubahan-

perubahan yang mendalam.5

Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan dalam

hukum laut internasional yaitu, Pertama, semakin bergantungnya penduduk

1 URL: http://kbbi.web.id/laut, diakses tanggal 25 April 2016. 2 Boer Mauna, 2011, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Edisi Kedua, Cet. 4, P.T. Alumni, Bandung, h. 304-305. 3 Parthiana, I Wayan, 2014, Hukum Laut Internasional dan Hukum Laut Indonesia, Cet. 1, Yrama Widya, Bandunug, h. 3. 4 Ibid. 5 Boer Mauna, op. cit., h. 304.

Page 14: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

2

dunia yang semakin bertambah jumlahnya pada laut dan samudera sebagai sumber

kekayaan alam baik hayati maupun nonhayati termasuk minyak dan gas bumi;

Kedua, kemajuan teknologi yang memungkinkan penggalian sumber kekayaan

alam di laut yang tadinya tak terjangkau oleh manusia; Ketiga, perubahan peta

bumi politik sebagai akibat kebangkitan bangsa-bangsa merdeka, menginginkan

perubahan dalam tata hukum laut internasional yang dianggap terlalu

menguntungkan negara-negara maju.6

Sejak masa itu hukum laut tidak hanya mengurus mengenai kegiatan-

kegiatan di atas permukaan laut tetapi juga dasar laut dan kekayaan mineral yang

terkandung di dalamnya.7 Di abad ke-20 ini, fungsi laut telah meningkat dengan

ditemukannya bahan-bahan tambang dan galian yang berharga di dasar laut dan

dimungkinkannya usaha-usaha menggambil kekayaan alam tersebut, baik di

airnya maupun di dasar laut dan tanah dibawahnya.8 Perkembangan atas fungsi laut ini pun dirasakan Indonesia sebagai negara

maritim dan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki 17.508

pulau9 dengan luas laut yang mencapai 5.8 juta km2 dan garis pantai sepanjang ±

81.000 km dengan wilayah yang terletak pada posisi silang dunia, yaitu diantara

dua benua dan dua samudera. Posisi geografis ini menyebabkan laut yang terdapat

di antara pulau-pulau menjadi alur laut yang luas dan mengandung potensi sumber

6 Mochtar Kusumaatmadja, 1978, Hukum Laut Internasional, CV. Trimitra Mandiri, Bandung, h. 81. 7 Ibid. 8 Frans E. Lidkadja & Daniel F. Bassie, 1985, Hukum Laut Dan Undang-Undang Perikanan, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 21. 9 Portal Nasional Republik Indonesia, URL: http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/geografi-indonesia, diakses pada 13 April 2016.

Page 15: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

3

daya kelautan yang sangat melimpah dan memiliki nilai strategis bagi

kesinambungan Nasional. Luasnya wilayah laut yang dimiliki oleh Indonesia membawa tantangan

tersendiri bagi Indonesia. Salah satu tantangan tersebut adalah pengelolaan

sumber daya ikan secara berkelanjutan di perairan Indonesia menjadi sangat berat

karena banyaknya praktek penangkapan ikan secara tidak sah yang oleh dunia

internasional dikenal dengan kegiatan perikanan yang illegal, unreported and

unregulated (selanjutnya disebut IUU-fishing). IUU-fishing ini telah mengancam persediaan ikan di seluruh dunia.

Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), dalam pertengahan

tahun 1970-an, proporsi penurunan atau eksploitasi ikan secara berlebihan

(overfishing) hanya 10%, namun sekarang angka ini meningkat menjadi 25%.

Illegal fishing sebagai bagian dari IUU-fishing, merupakan penyumbang

signifikan dalam masalah penurunan persediaan ikan ini.10 Sampai akhir Agustus 2013, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah

menangkap 58 kapal ikan yang melakukan penangkapan secara ilegal.11 Ironisnya,

sebagian besar kapal-kapal ikan yang tertangkap mencuri ikan di perairan

10 Lihat: Laurance Blakely, 2008, “The End of the Viarsa Saga And the Legality of Australia’s Vessel Forfeiture Penalty For Illegal Fishing in Its Exclusive Economic Zone”, Pacific Rim & Law Policy Journal, h. 680. URL: http://digital.law.washington.edu/dspace-law/bitstream/handle/1773.1/545/17PacRimLPolyJ677.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses 25 April 2016. 11Anonim, 2014, “Pemerintah Dituntut Menuntaskan Kasus Pencurian Ikan”, BBC Indonesia, URL: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/11/141120_pencurian_ikan, diakses pada 25 April 2016.

Page 16: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

4

Indonesia, justru berasal dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina,

Vietnam, Thailand dan China.12 Menurut Kementerian Perikanan dan Kelautan, modus operandi yang

umumnya dilakukan adalah penangkapan ikan tanpa izin, mengunakan izin palsu,

serta menggunakan alat tangkap yang dilarang.13 Pelaku juga diketahui melakukan

penangkapan di wilayah yang tidak sesuai izin, serta tidak melaporkan hasil

tangkapan yang sesungguhnya atau pemalsuan data hasil tangkapan.14 Adanya kemajuan teknologi penangkapan ikan yang semakin canggih dan

disertai dengan meningkatnya kebutuhan umat manusia terhadap ikan

memerlukan adanya pengaturan yang tegas dan bersifat mengikat. Hingga saat ini,

secara de facto dan de jure, United Nations Convention on the Law of the Sea

(UNCLOS) 1982 berlaku sebagai hukum internasional positif guna menegakan

hukum laut. Namun, walaupun berlaku sebagai salah satu hukum internasional positif,

UNCLOS 1982 tidak mengatur tentang IUU-fishing. Kendati demikian, praktek

IUU-fishing ini lazim terjadi di kawasan laut yang tunduk di bawah kedaulatan

dan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) suatu negara yang secara umum diatur

dalam UNCLOS 1982. Adapun salah satu pasal yang mengatur tentang penegakan

hukum terhadap praktek IUU-fishing adalah Pasal 73 UNCLOS 1982, yang

12 Anonim, 2015, “Lagi, Kapal-Kapal Asing “Pencuri Ikan” Akan Ditenggelamkan”, BBC Indonesia, URL: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/08/150812_indonesia_kapal, diakses pada 25 April 2016. 13 Anonim, 2014, “Pemerintah Dituntut Menuntaskan Kasus Pencurian Ikan”, BBC Indonesia, URL: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/11/141120_pencurian_ikan, diakses pada 25 April 2016. 14 Ibid.

Page 17: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

5

menentukan bahwa jika kapal asing tidak mematuhi peraturan perundang-

undangan perikanan negara pantai di ZEE, negara pantai dapat menaiki,

memeriksa, menangkap dan melakukan proses pengadilan atas kapal tersebut dan

memberitahu negara bendera kapal. Salah satu insiden illegal fishing yang terjadi di Indonesia baru-baru ini

adalah insiden penangkapan kapal motor Kway Fey 10078 yang berbendera China

di perairan Natuna pada bulan Maret 2016, tepatnya pada tanggal 19 Maret

2016.15 Insiden ini diawali dengan adanya deteksi Target Operasi yang dimulai

pada Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 14.15, dimana posisi kapal ikan asing terdeteksi

berada di wilayah Indonesia.16 Target Operasi Kemudian dikejar dan diberhentikan, namun kapal tidak

mau berhenti. Pihak Kapal Pengawas lalu memberikan tembakan peringatan,

namun kapal tersebut tetap berusaha melarikan diri dengan zig-zag, sehingga KP

Hiu 11 mendekat dan tidak bisa menghindari tabrakan.17 Dalam operasi tersebut,

delapan ABK kapal Kway Fey 10078 ditahan setelah mereka diduga melakukan

pencurian ikan di wilayah Indonesia dan tertangkap di koordinat 05°05,866'N.

109°07, 046'E jarak 2,7 mil haluan 67°.18

15 Hanna Azarya Samosir, 2016, “Insiden di Natuna, Menlu Panggil Kuasa Usaha Kedubes China”, CNN Indonesia, URL: http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160321124641-106-118756/insiden-di-natuna-menlu-panggil-kuasa-usaha-kedubes-china/, diakses pada 25 April 2016. 16Taufik Rachman, 2016, “Kronologi Penangkapan Kapal Pencuri Ikan KM Kway Fey 10078”, Republica.co.id, URL: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/03/20/o4c2xr219-kronologi-penangkapan-kapal-pencuri-ikan-km-kway-fey-10078, diakses pada 25 April 2016. 17 Ibid. 18 Egy Adyatama, 2016, “Menteri Susi Janji Lepas ABK Kapal Cina, Ini Syaratnya”, Tempo, URL: https://m.tempo.co/read/news/2016/03/21/063755655/menteri-susi-janji-lepas-abk-kapal-cina-ini-syaratnya, diakses pada 25 April 2016.

Page 18: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

6

Namun upaya penyitaan kapal Kway Fey gagal dilakukan setelah kapal

coastguard atau kapal penjaga pantai milik China mengejar dan kemudian

menabrak Kway Fay, sehingga kapal Hiu 11 milik Kementerian Kelautan

kesulitan untuk menarik kapal itu. Tabrakan terjadi sekitar 70-80 mil dari lokasi

pemancingan ilegal dan saat hampir memasuki teritori Indonesia.19 Walau gagal membawa kapal Kway Fey, namun delapan ABK telah

dipindah ke kapal Hiu 11 dan kemudian dibawa ke pangkalan Pulau Tiga Natuna.

Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Kementerian Luar Negeri telah

mengecam keras aksi pemerintah China itu.20 Namun, China membantah dengan

mengatakan lokasi pemancingan itu masuk wilayah penangkapan ikan tradisional

(traditional fishing zone).21 Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti

mengancam akan melaporkan China ke pengadilan internasional untuk hukum

laut (The International Tribunal for the Law of the Sea) jika tetap melakukan

pencurian ikan di wilayah Indonesia.22 Insiden yang terjadi antara Indonesia dan China sangat mempengaruhi

hubungan baik antara kedua negara. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk

melakukan penelitian guna mendapatkan solusi terbaik terhadap konflik ini agar

tidak ada lagi ketegangan antar negara terkait dengan illegal fishing ini.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengkaji permasalahan tersebut dengan mengidentifikasi instrumen hukum laut

19 Ibid. 20 Ibid. 21 Egy Adyatama, 2016, “Menteri Susi Akan Lapor Cina ke Pengadilan Internasional”, Tempo, URL: https://m.tempo.co/read/news/2016/03/21/090755620/menteri-susi-akan-laporkan-cina-ke-pengadilan-internasional, diakses pada 25 April 2016. 22 Ibid.

Page 19: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

7

internasional dalam menangani praktik illegal fishing serta mekanisme

penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh berkaitan dengan praktik illegal

fishing dalam bentuk skripsi dengan judul “PRAKTIK ILLEGAL FISHING

DITINJAU DARI HUKUM LAUT INTERNASIONAL (STUDI KASUS:

PENANGKAPAN KAPAL MOTOR KWAY FEY DI LAUT NATUNA)”.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul beberapa permasalahan yaitu:

1. Bagaimanakah pengaturan hukum laut internasional dalam menangani

praktik illegal fishing?

2. Bagaimanakah mekanisme penyelesaian sengketa internasional berkaitan

dengan praktik illegal fishing?

1.3 RuangLingkupMasalah

Mengingat luasnya permasalahan yang terkait illegal fishing dalam hukum

internasional, maka akan sulit untuk membahas semua permasalahan dalam satu

tulisan. Sehingga, dalam penulisan ini ruang lingkup permasalahan dibatasi hanya

mengenai pengaturan instrumen hukum laut internasional dalam menangani

praktik illegal fishing dan penyelesaian sengketa internasional antara Indonesia

dan China berkaitan dengan penangkapan kapal laut Kway Fey di Laut Natuna.

Ruang lingkup permasalahan ini pun akan dibahas dengan memperhatikan

ketentuan dalam konvensi internasional terkait, salah satunya adalah United

Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.

Page 20: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

8

1.4 OrisinalitasPenelitian

Orisinalitas suatu penelitian sangat diperlukan untuk menghindari adanya

plagiarisme. Adapun dalam penulisan penelitian ini, penulis melakukan suatu

perbandingan terhadap penulisan penelitian ini dengan penulisan yang telah ada.

Perbedaan penulisan hukum ini dengan karya penulisan ilmiah lain adalah:

Nomor Judul Penulis Rumusan Masalah

1. Tinjauan Hukum Laut

Internasional Terhadap

Tindakan Illegal Fishing

yang Dilakukan oleh

Nelayan Vietnam di

Wilayah Indonesia

Ni Putu

Putri

Wasundari

1. Bagaimanakah kualifikasi

hukum tindakan illegal

fishing yang dilakukan

oleh nelayan Vietnam?

2. Bagaimanakah

penegakkan hukum illegal

fishing yang dilakukan

Indonesia terhadap

nelayan Vietnam?

2. Tinjauan Tentang

Penegakan Hukum

Tindak Pidana

Penangkapan Ikan Secara

Illegal (Illegal Fishing)

di Wilayah Zona

Ekonomi Eksklusif

Yudi

Dharma

Putra

1. Bagaimana penegakan

hukum terhadap pelaku

tindak pidana Illegal

Fishing oleh kapal

berbendera asing di Zona

ekonomi eksklusif

Indonesia?

Page 21: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

9

Indonesia

2. Kendala yuridis apakah

yang menghambat

penegakan hukum

terhadap pelaku tindak

pidana Illegal Fishing di

Zona ekonomi eksklusif

Indonesia?

Berdasarkan rincian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penulisan

penelitian ini tidak memiliki kemiripan yang signifikan terhadap penulisan karya

ilmiah yang telah ada sebelumnya, terlebih mengenai substansi pembahasan.

1.5 TujuanPenelitian

Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. TujuanUmum

Adapun tujuan umum dari penulisan penelitian ini adalah:

1. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran dalam

suatu karya ilmiah;

2. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Khususnya dalam

bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa;

3. Untuk menambah perkembangan ilmu pengetahuan hukum;

Page 22: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

10

4. Untuk mengembangkan kepribadian diri mahasiswa di dalam

kehidupan;

5. Pembulatan studi mahasiswa untuk memenuhi persyaratan SKS dari

jumlah beban studi untuk memperoleh gelar sarjana hukum.

b. TujuanKhusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisa pengaturan hukum laut internasional dalam

menangani praktik illegal fishing;

2. Untuk mengetahui opsi-opsi penyelesaian secara hukum internasional

yang dapat ditempuh berkaitan dengan praktik illegal fishing.

1.6 ManfaatPenelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. ManfaatTeoritis

Manfaat teoritis merupakan manfaat yang ditujukan oleh peneliti

dalam memberikan sumbangsih pada perkembangan bidang keilmuan yang

didalami. 23 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dasar

mengenai pengaturan instrumen hukum internasional dalam menangani

praktik illegal fishing, serta mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat

ditempuh dalam sengketa mengenai illegal fishing. Penelitian ini juga

diharapkan dapat digunakan sebagai literatur tambahan bagi mahasiswa pada 23 Mukti Fajar & Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 90.

Page 23: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

11

umumnya dan penulis pada khususnya dalam hal pengaturan hukum terhadap

larangan praktik illegal fishing.

b. ManfaatPraktis

Penulisan yang bersifat ilmiah ini juga memiliki manfaat penelitian

yang ditujukan untuk kegunaan praktis menyelesaikan persoalan lainnya yang

sejenis. Biasanya ditujukan bagi para praktisi hukum, manfaat bagi negara

atau manfaat bagi masyarakat awam yang menemui kasus yang sama.24 Selain

itu, dari segi praktis berguna sebagai upaya yang dapat diperoleh langsung

manfaatnya, seperti peningkatan keahlian meneliti dan keterampilan menulis,

sumbangan pemikiran dalam pemecahan suatu masalah hukum, acuan

pengambilan keputusan yuridis, dan bacaan baru bagi penelitian ilmu

hukum.25

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pemerintah Indonesia

dan masyarakat internasional sebagai sarana pengembangan pemikiran tentang

dasar hukum pengaturan dalam menangani praktik illegal fishing, serta

mekanisme penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh para pihak yang

bersengketa sesuai dengan hukum internasional yang berlaku dewasa ini.

1.7 LandasanTeori

Landasan teori bertujuan untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum yang

bersifat konsensus yang diperoleh dari rangkaian upaya penelusuran (controleur

baar). Landasan teoritis ini meliputi: filosofi, teori hukum, asas-asas hukum,

24 Ibid. 25 Abdul Kadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 66.

Page 24: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

12

norma, konsep-konsep hukum, dan doktrin.26 Usulan penelitian ini menggunakan

landasan teoritis sebagai berikut:

a. Teori Kedaulatan Negara

Kedaulatan berasal dari bahasa Latin yaitu superanus artinya yang teratas.

Jadi kedaulatan Negara diartikan bahwa Negara memegang kekuasaan

tertinggi. Dalam hal ini, Negara memiliki monopoli kekuasaan dimana

Negara berhak mengambil tindakan yang diperlukan untuk

mempertahankan kedaulatannya. 27 Berdasarkan konsep hukum

internasional, maka kedaulatan memiliki tiga aspek utama28, yaitu ekstern,

intern dan teritorial.

(1) Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap negara untuk secara

bebas menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau

kelompok-kelompok lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan

dari negara lain;

(2) Aspek intern kedaulatan adalah hak atau wewenang eksklusif suatu

negara untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja

lembaga-lembaganya tersebut dan hak untuk membuat undang-

undang yang diinginkan serta tindakan-tindakan untuk mematuhi;

26 Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 75. 27 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty E. Agoes, 2010, Pengantar Hukum Internasional, P.T. Alumni, Bandung, h. 16-17. 28 Nkambo Mugerwa, 1968, Subjects to International Law, Edited by Max Sorensen, Mac Millan, New York, h. 253.

Page 25: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

13

(3) Aspek teritorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif

yang dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda

yang terdapat di wilayah tersebut.

b. Teori Kepastian Hukum

Teori Kepastian hukum secara normatif adalah suatu peraturan yang

dibuat dan diundangkan secara pasti serta mengatur secara jelas dan logis.

Sehingga, tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan tidak

menimbulkan konflik norma. Kepastian hukum mengandung dua

pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat

individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan;

dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan

pemerintah karena dengan adanya atura yang bersifat umum itu individu

dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh

negara terhadap individu.29

c. Prinsip Aut Judicare Aut Dedere

Prinsip ini menyatakan bahwa “allege offender of crime shall be handed

over to a state concerned”.30 Prinsip ini merupakan penjabaran yang

menyatakan bahwa setiap pelaku tindak kejahatan wajib dihadapkan pada

peradilan terhadap tindak kejahatan yang dilakukan.

d. Prinsip Kebebasan Memilih Prosedur Penyelesaian

Hukum internasional tidak berisi keharusan agar suatu negara

menyelesaikan sengketanya dengan suatu prosedur tertentu. Pasal 33 29 Peter Mahmud Marzuki, 2012, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, h. 137. 30 Antonio Cassese, 2003, International Criminal Law, Oxford University Press, New York, h. 9

Page 26: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

14

Piagam PBB meminta kepada negara-negara untuk menyelesaikan secara

damai sengketa-sengketa mereka sambil menyebutkan bermacam-macam

prosedur yang dapat dipilih oleh negara-negara yang bersengketa.31 Pasal

283 ayat 1 United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS)

1982 juga menetapkan, bahwa ketika timbul sengketa di antara negara-

negara anggota menyangkut interpretasi atau penerapan konvensi tersebut,

“para anggota yang bersengketa harus meneruskan bertukar pendapat

dengan cara terbaik mengenai penyelesaiannya melalui negosiasi atau cara

damai lainnya”.

1.8 MetodePenelitian

Skripsi merupakan salah satu dari bentuk penulisan karya tulis yang

bersifat ilmiah dan tentunya harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

pula. Maka dari itu, penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah ini perlulah

dilakukan suatu penelitian dan mencari kebenaran ilmu hukum dengan

menggunakan metodologi yang bertujuan untuk mengadakan pendekatan atau

penyelidikan ilmiah yang tepat. Adapun metodologi penelitian yang digunakan

dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. JenisPenelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini

termasuk ke dalam penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif

berarti penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah sistem

31 Boer Mauna, op.cit, h. 194.

Page 27: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

15

norma. Menurut Soerjono Soekanto32 penelitian hukum dapat dibagi dalam:

1. Penelitian Hukum Normatif, yang terdiri dari:

a. penelitian terhadap asas-asas hukum; b. penelitian terhadap sistematika hukum; c. penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum; d. penelitian sejarah hukum; dan e. penelitian perbandingan hukum.

Selain itu Peter Mahmud Marzuki menyatakan pendapatnya mengenai

penelitian hukum normatif, adalah:

“.... suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip- prinsip

hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan

hukum yang dihadapi. ... Penelitian hukum normatif dilakukan untuk

menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi....”33

Maka dari itu, penulis menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu,

dari sejumlah pendekatan yang dikenal dalam penelitian hukum normatif.

b. JenisPendekatan

Penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah agar dapat mengungkapkan

kebenaran jawaban atas permasalahan secara sistematis, metodologis, dan

konsisten sehingga dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya, sebaiknya

disusun dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang tepat. Dalam

penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, antara lain pendekatan

32 Soerjono Soekanto dalam Bambang Sunggono, 2013, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta, h.41. 33 Peter Mahmud Marzuki dalam Mukti Fajar & Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h. 90.

Page 28: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

16

peraturanperundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus (case

approach), pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan

konseptual.34

Pendekatan dalam penelitian hukum normatif dimaksudkan adalah

bahan untuk mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir

seorang peneliti untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum normatif

terdapat beberapa pendekatan, yaitu:35

1. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach); 2. Pendekatan Konsep (Conseptual Approach); 3. Pendekatan Analitis (Analytical Approach); 4. Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach); 5. Pendekatan Sejarah (Historical Approach); 6. Pendekatan Filsafat (Philosophical Approach); dan 7. Pendekatan Kasus (Case Approach).

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya tulis yang

bersifat ilmiah ini adalah pendekatan peraturan perundang-undangan (statute

approach) dan pendekatan kasus (case approach).

Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) adalah

metode penelitian dengan menelaah semua undang-undang, memahami hirarki

dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan. Dikatakan bahwa

pendekatan perundang-undangan berupa legislasi dan regulasi yang dibentuk

oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara

umum. 36 Namun dalam penulisan ini, penulis menganalisis instrumen-

instrumen hukum internasional agar ditemukan substansi dari permasalahan

34 Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, h. 93. 35 Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 97. 36 Mukti Fajar & Yulianto Achmad, op.cit., h.184-191.

Page 29: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

17

yang akan dibahas.

Pendekatan kasus (case approach) dalam penelitian hukum normatif

bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan

dalam praktik hukum. 37 Penulis menggunakan pendekatan ini untuk

membahas bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa internasional yang

dapat ditempuh oleh Indonesia dan China berkaitan dengan penangkapan

kapal laut Kway Fey di Laut Natuna.

c. BahanHukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan data

sekunder yaitu data yang diperoleh penulis dari penelitian kepustakaan dan

dokumen, yang merupakan hasil penelitian dan pengelolahan orang lain, yang

sudah tersedia dalam bentuk buku atau dokumen.38

Data sekunder terdiri atas:

1. Bahan hukum primer yaitu bahan bahan hukum yang bersifat

mengikat dalam tulisan ini, seperti United Nations Convention on the

Law of the Sea (UNCLOS) 1982;

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, contohnya pendapat para sarjana;

37 Ibid, h. 189. 38 Hilman Hadikusuma, 1995, Metode pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, h. 65.

Page 30: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

18

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder.39

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa undang

undang atau buku buku hukum terutama mengenai konvensi tentang hukum

laut, khususnya illegal fishing.

d. TeknikPengumpulanBahanHukum

Teknik pengumpulan data dalam penelitian hukum normatif dilakukan

dengan studi pustaka terhadap bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier dan atau bahan non-

hukum.40 Adapun penulisan penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan

bahan-bahan hukum yang diperoleh melalui:

1. Pengumpulan bahan hukum primer yang dilakukan melalui

pengumpulan instrumen internasional yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas;

2. Pengumpulan bahan hukum sekunder yang dilakukan dengan cara

penelitian kepustakaan untuk mendapatkan bahan hukum yang

bersumber dari buku-buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli

hukum yang terdapat dalam suatu jurnal hukum, maupun artikel

hukum terpercaya terkait dengan permasalahan yang akan dibahas

pada penelitian ini yang terdapat di media massa atau internet;

39 Amiruddin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Graffindo Persada, Jakarta, h. 118. 40 Mukti Fajar & Yulianto Achmad, op.cit, h.160.

Page 31: KATA PENGANTAR “PRAKTIK DITINJAU DARI HUKUM LAUT ... · 3.3.2 Ketentuan Mengenai Mekanisme Kerja Sama Internasional ... LAUT NATUNA) Laut merupakan salah satu sumber kekayaan alam

19

3. Pengumpulan bahan hukum tersier dilakukan dengan menggunakan

kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

e. TeknikAnalisis

Adapun teknik pengolahan bahan hukum yaitu setelah bahan hukum

terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik deskripsi yaitu dengan

memaparkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.41

Setelah bahan hukum primer dan sekunder yang terkumpul, kemudian

dilakukan suatu penilaian (evaluasi) dan selanjutnya dilakukan interpretasi

yang kemudian diajukan dengan argumentasi. Teknik argumentasi dilakukan

untuk memberikan preskripsi atau penilaian benar atau salah atau apa yang

lebih tepat digunakan berdasarkan hukum daripada permasalahan yang

dibahas. Dari tahap-tahap tersebut nantinya akan ditarik kesimpulan secara

sistematis agar tidak menimbulkan pertentangan antara bahan hukum yang

satu dengan bahan hukum yang lain.

Adapun teknik lain yang digunakan oleh penulis adalah teknik

Analisis, yaitu pemaparan secara mendetail dari keterangan-keterangan yang

didapat pada tahap sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan dalam

penelitian ini sehingga keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang saling

berhubungan secara logis.

41 Ronny Hanitijo, 1991, Metode Penelitian Hukum, Cet. ke II, Ghalia Indo, Jakarta, h. 93.