Post on 04-Feb-2016
description
Kasus Panjang
KONJUNGTIVITIS AKUT
Disusun oleh :
Rolan Harabiti, S.Ked
Ni Putu Dita I, S. Ked
SMF Mata RSUD Bangil
RS Pendidikan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai
kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Kasus Panjang dengan judul
Konjungtivitis akut.
Penulis terdorong untuk membahas topik ini oleh karena masalah konjungtivitis masih
banyak dijumpai oleh karena berbagai faktor pemicunya, baik di daerah pedesaan maupun
wilayah perkotaan.
Tugas Akhir ini berhasil penulis selesaikan karena dukungan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih yang tak terhingga
kepada :
1. dr. Gunawan Sp. M, sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,
serta dorongan dalam menyelesaikan tugas kasus panjang ini.
2. Dr. Tutuk, Sp. M, sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,
serta dorongan dalam menyelesaikan tugas kasus panjang ini.
3. Para perawat-perawat bagian mata yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
kasus panjang ini
4. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas kasus panjang ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas kasus panjang ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala masukan demi sempurnanya tulisan
ini. Akhirnya kami berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait.
Bangil, 7 oktober 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata
dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai
macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. 1, 3
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata
sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya
mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak,
berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya,
selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan
dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis
papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa
kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih,
dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati,
karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap
akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder
oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak
nyaman di mata. 1, 3
Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis
bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain. Pada
konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah mata untuk
meringankan gejala. Tablet atau tetes mata antihistamin cocok diberikan pada konjungtivitis
alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat diberikan agar mata terasa lebih nyaman,
sekaligus melindungi mata dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di
lapisan air mata. Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah
menghentikan paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti
menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk
mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata. 3
Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa kasus
dapat berlanjut menjadi penyakit yang serius. Untuk itu tidak ada salahnya berkonsultasi
dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular,
infiltrasi selular dan eksudasi, atau Radang pada selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata.1, 3
Konjungtivitis di bedakan menjadi akut dan kronis yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2
2.2 Anatomi
Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa
tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan
berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi
atas 2 bagian yaitu konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbaris. Namun, secara letak
areanya, konjungtiva ibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar
dan limbal. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus.Pada konjungtiva palpebra, terdapat dua
lapisan epithelium dan menebal secara bertahap dari forniks ke limbus dengan membentuk
epithelium berlapis tanpa keratinisasi pada daerah marginal kornea. Konjungtiva palpebralis
terdiri dari epitel berlapis tanpa keratinisasi yang lebih tipis. Dibawah epitel tersebut terdapat
lapisan adenoid yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdiri dari leukosit. Konjungtiva
palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada
sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea.3
Berikut adalah gambaran anatomi dari konjungtiva 5,6
.
Gambar 2.5. Anatomi Konjungtiva
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan – bersama dengan banyak vena konjungtiva yang
umumnya mengikut i pola arterinya – membentuk jaringjaring vaskuler konjungtiva yang
banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superfisial dan lapisan
profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus
limfatikus yang banyak. 1
Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) nervus
trigeminus. Saraf ini hanya relatif sedikit mempunyai serat nyeri. 1,3
Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan
oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata, dengan mekanisme
pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, akt ivitas lakrimasi, dan menyuplai darah.
Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast,
leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA 1,2
Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar
yaitu 3,4
1. Penghasil musin
a. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah inferonasal.
b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior dan
sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.
c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.
2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar
Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria.
Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena
suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang rendah
menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata bukan merupakan
medium yang baik. 1
2.3 Etiologi
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las
listrik atau sinar matahari. 3
2.4 Klasifikasi
Konjungtivitis, terdiri dari:
1. Konjungtivitis bakterial Akut
2. Konjungtivitis virus Akut
3. Konjungtivitis alergi
4. Konjungtivitis Neonatorum
5. Konjungtivitis iritasi atau kimia 1 3
2.4.1 Konjungtivitis Bakterial Akut
Definisi
Peradangan pada konjungtiva yang disebabkan Oleh Streptokokus, Corynebacterium
diptherica, Pseudomonas, neisseria, dan hemophilus. 3
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.
Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan
Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan
mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu
jika tidak diobati dengan memadai. 3
Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian
antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari.
Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides
dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini, 4
Diagnosis
Hiperemi Konjungtiva
Edema kelopak dengan kornea yang jernih
Kemosis : pembengkakan konjungtiva
Mukopurulen atau Purulen4
Pemeriksaan
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan segmen anterior bola mata
Sediaan langsung (swab konjungtiva untuk pewarnaan garam) untuk
mengindentifikasi bakteri, jamur dan sitologinya. 5
Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi
dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti seprei,
kain, dll.1,5
Pemeriksaan Laboratorium
Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat diketahui dengan
pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram
atau Giemsa; pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear.1,2,3
Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua
kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi
sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric.
Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan. 6
Terapi
Prinsip terapi dengan obat topical spectrum luas. Pada 24 jam pertama obat diteteskan
tiap 2 jam kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali sehari selama 1 minggu. Pada
malam harinya diberikan salep mata untuk mencegah belekan di pagi hari dan mempercepat
penyembuhan1, 3
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan terapi
topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika yang cocok
untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N meningitides. Terapi topical dan sistemik harus
segera dilkasanakan setelah materi untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh. 4,6
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas
dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah
penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus hygiene
perorangan. 1,4
Perjalanan dan Prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat berlangsung
selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus
(yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap mnehun) dan
konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan
endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi meningokokus ke
dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis meningokokus adalah septicemia dan
meningitis.1,4
Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi
masalah pengobatan yang menyulitkan.
Pencegahan
Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudahmembersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.
Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah
lainnya.8
2.4.2 Konjungtivitis Gonore
Merupakan radang konjungtiva akut dan hebat disertai dengan sekret purulen.
Gonokok merupakan kuman yang sangat patogen, virulen dan bersifat invasif, sehingga
reaksi radang terhadap kuman ini sangat berat. 3
Infeksi pada neonatus terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran, sedang pada bayi
penyakit ini ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut.
Gejala
Konjungtiva yang kaku, dan sakit saat perabaan
Kelopak mata membengkak dan kaku sehingga sukar di buka.
Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior, sedangkan konjungtiva
bulbi merah.
Pada stadium supuratif terdapat sekret yang kental. 3,5.
Pemeriksan dan diagnosis
Pemeriksaan sekret dan pewarnaan metilen blu dimana dapat terlihat diplokok di
dalam sel leukosit.
Pengobatan
Penisilin Salep dn Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama & hari. 1, 3
2.4.3 konjungtivitis Angular
Konjungtivitis Angular terutama didapatkan di daerah kantus interpalpebra.
Disebabkan oleh Basil Moraxella Axenfeld. 3
Gejala
Ekskoriasi kulit di sekitar daerah meradang
Sekret mukopurulen
Pasien sering mengedip5,6
Pengobatan
Tetrasiklin dan basitrasin
2.4.4 Konjungtivitis mukopurulen
Konjungtivitis mukopurulen merupakan konjungtivitis dengan gejala umum
konjungtivitis kiataral mukoid yang disebabkan oleh Staphylococcus atau basil Koch Weeks.3
Gejala
Hiperemi konjungtiva
Sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata melekat terutama saat
bangun pagi.
2.5 Konjungtivitis Virus
2.5.1 Konjungtivitis Folikuler Virus Akut
a). Demam Faringokonjungtival
Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit tenggorokan, dan
konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok pada
kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan
kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati
preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
Laboratorium
Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang
– kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes
netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara
serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal
mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6
Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri
yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa
dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam sekitar 10
hari. 1
b). Keratokonjungtivitis Epidemika
Tanda dan gejala
Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata
saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada infeksi dengan
nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis
epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri
tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut.
Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk
pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,4
Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama
terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun menyembuh
tanpa meninggalkan parut. 1
Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata.
Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit
tenggorokan, otitis media, dan diare. 1, 3
Laboratorium
Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37
(subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan
diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang
mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil. 1
Penyebaran
Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari
tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan yang
terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung
penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan
dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3
Pencegahan
Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai penetes
steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur
di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata
khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan
alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 4,6
Terapi
Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi
beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan
kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi
bacterial. 1
c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks
Tanda dan gejala
Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah
keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi
mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri
yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang
banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di
palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah
nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3
Laboratorium
Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya
folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya
terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear
tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan
Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel – sel epithelial
raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3
Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di
atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan.3
Terapi
Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,
umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local maupun
sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin
diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain
kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical
sendiri harus diberikan 7 – 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida
rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes
setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3%
lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7
hari.3
Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah
pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari.
Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes
simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi
yang sangat panjang dan berat. 1,3
d). Konjungtivitis Hemoragika Akut
Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar
konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana dalam
tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini
pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5
Tanda dan Gejala
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata,
merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis.
Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik pada awalnya,
dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami
limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior
pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti
sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti. 4,5
2.6 Konjungtivitis Imunologik (Alergik)
Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung
2.7 Konjungtivitis Atopik
Tanda dan gejala
Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra
eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus, namun papilla
raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat
di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang
terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut
penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer
superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur
dan bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3
Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau
keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada
lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti
dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami
eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang
aktif bila pasien telah berusia 50 tahun. 3,4
Laboratorium
Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat sebanyak
pada keratokonjungtivitis vernal. 1
Terapi
Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg
empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata
bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan
iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini. Pada kasus berat,
plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat,
mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya. 1,3
2.8 Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat Topikal
Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang diikuti
pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin, miotika,
idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam bahanpengawet atau vehikel
toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus
conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air
mata berkurang akibat iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak
ada pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus conjungtivae. 2,3
Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa neutrofil
polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri atas menghentikan
agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan.
Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya
setelah penyebabnya dihilangkan. 5,6
2.7.2 Konjungtivitis Vernalis
suatu inflamasi mata bagian luar yang bersifat musiman dan dianggap sebagai suatu
alergi. 7
Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan (mast sel) yang
melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam merespon terhadap berbagai rangsangan
(seperti serbuk sari atau debu tungau) . Mediator ini menyebabkan radang pada mata, yang
mungkin sebentar atau bertahan lama. Sekitar 20% dari orang memiliki tingkat mata merah
alergi.7
Diagnosis
Ditemukan adanya tanda-tanda radang konjungtiva
Ditemukan adanya giant papil pada konjungtiva palpebra superior
Ditemukan adanya tantras dot pada limbus kornea
Kadang disertai shield ulcer
Bersifat kumat-kumatan1, 3
Gejal danTanda :
Mata merah (biasanya rekuren)
Kadang disertai rasa gatal yang hebat
Adanya riwayat alergi
Adanya hipertrofi papil difus pada konjungtiva tersal terutama superior
Adanya penebalan limbus dengan tantras dot
Discharge mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder4,7
Terapi
Kasus ringan : terapi edukasi (menghindari allergen, kompres dingin, ruangan sejuk,
lubrikasi, salep mata), pemberian antihistamin (topical levokabastin, emestadine),
vasokonstriktor (phenileprine, tetrahidrolozine), mast cell stabilizer (cromolin sodium 4%
alomide)
Kasus sedang-berat : mast cell stabilizer (cromolin sodium 4% alomide), antiinflamasi
steroid topika (ketorolac 0,5%), kortikosteroid topical atau agen modulator siklosporin. Pada
pasien denga sheld ulcer bias diberikan sikloplegik yang agresif (atropine 1%, homatropin
5%, atau skopolamin 0,25%) dan antibiotic topikal
Dapat diberikan antihistamin sistemik.8
2.7.3 Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yangmasuk ke saccus
conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun,
deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di
daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis
kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan
pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang
terkena seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung.
Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan
menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama
berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan
jumlah yang masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea
lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian
manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,
dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan. 5,6
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garam
sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai
antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit
setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu.
Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea
mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah
plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya
buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut yang
terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik. 4,6
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
2. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. 1998
3. Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003, hal 2, 134.4. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005
5. Putz, R. & Pabst R. Sobotta. Jilid 1. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2000. hal 356.6. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran.
Jakarta. 2002
7. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
8. Wijaya N. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 1983
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama : Sdri. Shofy
Usia : 14 thn
Alamat : Pondok Sidogiri , Kraton-Pasuruan
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum menikah
Agama : Islam
2. Keluhan Utama : kedua mata merah pada malam hari
3. RPS ( Riwayat Penyakit Sekarang )
Pasien datang ke poli RSUD BANGIL tanggal 7 Agustus 2015 dengan keluhn mata
merah jika malam hari, sejak 1 bulan yang lalu. Keluhah kedua mata merah disertai nrocoh,
belekan sejak 1 minggu ini terutama pagi hari mata terasa lengket, terkadang terasa gatal,
terkadang nyeri cekot-cekot, pandangan kadang terasa kabur
4. RPD (Riwayat penyakit Dahulu)
Pasien tidak pernah sakit seperti ini. Riwayat alergi disangkal
5. RPK (Riwayat Penyakit Keluarga) :
Tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini
6. Riwayat kebiasaan :
Pasien biasa membaca buku dalam jarak dekat, dengan jarak kurang lebih 10 cm,
dengan penerangan yang cukup.
7. RPO :
Pasien seminggu ini menggunakan obat tetes mata yang diberi oleh temannya, pasien
tidak tahu apa nama obatnya.
8. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik :
a. keadaan umum : kesadaran compos mentis
b. a/ i/ c/ d/ : DBN
c. Visus : - VOD : 6/6
- VOS : 6/6
d. Segmen Anterior :
Bagian mata Mata kanan Mata kiri
Alis mata Ada/ tidak Ada Ada
Simetris/ tidak Simetris Simetris
Bulu mata Rontok - -
Entropion - -
Ektropion - -
Bulu mata menyebar rata + +
Palpebra Edema - -
Benjolan - -
Ekimosis - -
Ektropion - -
Entropion - -
Lagoftalmus - -
Ptosis - -
Sikatriks - -
Xantalesma - -
Blefarospasme - -
Konjungtiva palpebra Folikel - -
Papil - -
Sikatriks - -
Litiasis - -
Penebalan konjungtiva - -
Konjungtiva bulbi PCI - -
CI - -
Benjolan - -
Sekret - -
Merah - -
Sclera Icterus - -
Corpus alienum - -
Benjolan - -
Melanosis sclera - -
Perdarahan - -
Kornea Jernih atau keruh - -
Defect - -
Infiltrate - -
Corpus alienum - -
Edema - -
Bilik mata depan Dalam atau dangkal Cukup dalam Cukup dalam
Hifema - -
Hipopion - -
Fler - -
Iris Regular/ ireguler Reguler Reguler
Warna iris Cokelat Cokelat
Atrofi - -
Perlekatan - -
Iris shadow + -
Pupil Miosis / midriasis Miosis 3mm Miosis 3mm
Ishokor / anishokor Isokor Isokor
Reflek pupil + +
Bentuk pupil Bulat Bulat
Lensa Jernih / keruh Jernih Jernih
Posisi lensa - -
9. Diagnosis Banding:
a. Konjungtivtis Alergi
b. Konjungtivitis Viral
10. Diagnosis : ODS Konjungtivitis Bakteri
11. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
Edukasi untuk pasien menghindari paparan debu dan jangan mengucek mata jika terasa gatal.
Pemberian kacamata ditunda hingga infeksi reda (cek koreksi ulang)
Medikamentosa
• Neomisin, polimiksin, deksametason ED
4 x 1 OS
• Asam mefenamat 3 x 500 mg (jika perlu)