Post on 01-Jan-2016
description
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sektor kelautan dan perikanan dapat dijadikan sebagai prioritas utama
pembangunan Indonesia masa depan dalam rangka menggerakkan kembali roda
ekonomi Indonesia yang telah lama mengalami krisis ekonomi. Hal ini sangat
penting mengingat sektor daratan yang selama ini dijadikan sebagai prioritas
utama pembangunan nasional sudah mengalami kejenuhan, disamping itu, sektor
kelautan dan perikanan mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan.
Dalam mencermati pembangunan Indonesia selama ini, secara empiris
pembangunan kelautan dan perikanan kurang mendapat perhatian dan selalu
diposisikan sebagai pinggiran dalam pembangunan ekonomi nasional. Menurut
Muhammad (2009), kondisi ini sangat ironis, mengingat hampir 70% wilayah
Indonesia merupakan lautan yang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar.
Salah satu sektor kelautan dan perikanan yang merupakan sumber daya
potensial adalah wilayah pesisir yang merupakan suatu wilayah peralihan antara
daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis
pantai sepanjang sekitar 81.000 km (Dahuri et al. 2001). Garis pantai yang
panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar. Potensi itu
diantaranya potensi hayati dan non hayati. Potensi hayati misalnya: perikanan,
hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi nonhayati misalnya:
mineral dan bahan tambang serta pariwisata (Yuniarti, 2007).
Keberadaan potensi yang besar tersebut belum dieksplorasi secara baik oleh
masyarakat pesisir. Hal tersebut ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat
pesisir yang mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan, dimana pekerjaan
tersebut masih berfokus pada penangkapan ikan saja, belum menjamah pada
potensi laut yang lain. Padahal, jika ditinjau lebih lanjut, pekerjaan sebagai
nelayan bukanlah pekerjaan yang menjanjikan bagi kehidupan masyarakat pesisir.
2
Menurut Muhammad (2009), sebanyak 83% nelayan di Indonesia masih hidup
miskin dan berusaha dengan cara tradisional dengan menggunakan armada
penangkapan sangat sederhana, sehingga hasil tangkapannya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
lainnya, dengan mengandalkan profesi sebagai seorang nelayan dan hidup di era
moderen seperti sekarang ini, semakin membuat mereka tertinggal dan tetap hidup
dalam kekurangan.
Salah satu potensi sektor kelautan yang dapat dikembangkan oleh masyarakat
pesisir adalah rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang
pembudidayaannya sedang digalakkan oleh pemerintah dalam rangka menjadi
penyedia rumput laut terbesar di dunia. Rumput laut merupakan komoditas yang
dapat dijadikan sebagai bahan makanan seperti agar-agar, sayuran, kue dan
menghasilkan bahan algin, karaginan dan fluseran yang digunakan dalam industri
farmasi, kosmetik, tekstil, dan lain sebagainya. Menurut Cocon (2011),
pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat dan kompleksitas nilai guna
rumput laut yang begitu besar sebagai penunjang kebutuhan hidup masyarakat
dunia, maka tidak heran memang jika saat ini rumput laut menjadi komoditas
yang prospektif dan telah menjadi bagian dari kebutuhan global. Betapa tidak
sejak kita bangun tidur sampai pada saat melakukan aktivitas, sebenarnya kita
telah terbiasamenggunakan produk berbahan baku rumput laut.
Saat ini, pemerintah telah membuat sistem kluster untuk budidaya rumput
laut. Daerah kluster rumput laut tersebut adalah Sumenep Jawa Timur, Gorontalo,
Pangkep Sulawesi Selatan, Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB), Kabupeten
Serang Banten, Kepulauan Riau, Minahasa Utara, Parigi Moutang Sulawesi
Tengah, Polewalimandar Sulawesi Barat dan Bau Bau Sulawesi Tenggara.
Namun, hingga tahun 2008, hanya 15% rumput laut yang diekspor dalam bentuk
olahan oleh Indonesia, sementara sisanya diekspor dalam bentuk kering
(www.antaranews.com). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengolahan rumput
laut di Indonesia masih sangat minim.
Pengolahan rumput laut menjadi salah satu hal yang perlu mendapat perhatian
khusus baik dari pemerintah maupun dari masyarakat, mengingat Indonesia
3
merupakan penghasil rumput laut terbesar kedua di dunia setelah Filipina. Dalam
hal ini, masyarakat pesisir dapat memberikan sumbangsih nyata dalam
pengolahan rumput laut.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menggerakkan masyarakat pesisir
agar memberikan sumbangsih nyata dalam pengolahan rumput laut adalah melalui
pembentukan Kampung Pesisir Kreatif (KPK). Kampung Pesisir Kreatif (KPK)
ini akan membuat diversivikasi produk rumput laut berupa lampu hias rumput
laut, dimana produk ini nantinya akan dijadikan sebagai produk unggulan. Agar
Kampung Pesisir Kreatif (KPK) ini dapat diwujudkan, diperlukan adanya
kerjasama antar elemen masyarakat pesisir yang terdiri dari petani rumput laut,
ibu-ibu rumah tangga, dan juga pemuda. Selain itu, dibutuhkan pula bantuan dari
pemerintah dan akademisi sebagai pemberi penyuluhan dan juga pendampingan.
Agar pembentukan Kampung Pesisir Kreatif dapat berjalan lancar, maka dapat
dilaksanakan melalui Linkage Channeling Program, dimana Linkage Channeling
Program merupakan sistem kemitraan antara perbankan dengan Usaha Mikro dan
Kecil (UMK).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengangkat karya
tulis yang berjudul "Pembentukan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) Melalui
Linkage Channeling Program Sebagai Upaya Diversifikasi Produk Rumput Laut
Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Pesisir"
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka rumusan masalah dalam karya tulis ini
adalah "Bagaimana pembentukan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) melalui
Linkage Channeling Program sebagai upaya diversivikasi produk rumput laut
dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir?"
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui pembentukan
Kampung Pesisir Kreatif (KPK) melalui Linkage Channeling Program sebagai
4
upaya diversivikasi produk rumput laut dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat pesisir.
1.4.Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pembentukan Kampung
Pesisir Kreatif (KPK) melalui Linkage Channeling Program sebagai upaya
diversivikasi produk rumput laut dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat pesisir
2. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan pembuatan kebijakan dan regulasi mengenai
pengelolaan dan pengembangan perekonomian masyarakat pesisir
3. Bagi Perbankan
Merupakan salah satu sarana untuk pemberian bantuan permodalan bagi
usaha kecil dalam mengembangkan perekonomian Indonesia
4. Bagi Masyarakat Pesisir
Menjadi salah satu upaya pemberdayaan masyarakat pesisir untuk
meningkatkan perekonomian di daerahnya dengan menggunakan sumber
daya lokal.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Mengenai Masyarakat Pesisir
Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama
dan menghasilkan kebudayaan. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu
struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat
adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal
di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian
besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
Menurut Bappenas (1999) Kawasan Pesisir adalah daerah pertemuan antara
darat dan laut dengan batas kearah darat meliputi bagiandaratan, baik kering
maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin
laut, sedangkan kearah laut mencakup bagian perairan pantai sampai batas terluar
dari paparan benua, dimana cirri-ciri perairan tersebut masih dipengaruhi oleh
proses alamiah yang terjadi didarat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, serta
proses-proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat maupun di laut
(misalnya penggundulan hutan, pencemaran akibat industri, limbah tambak,
penangkapan ikan dll). Sedangkan menurut UU Nomor 27 tahun 2007, Wilayah
Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang
dipengaruhi olehperubahan di darat dan laut.
Menurut Direktur Pemberdayaan Masyarakat, Departemen Kelautan dan
Perikanan, Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal
di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara
langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. terdiri dari nelayan
pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang
ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan serta kelompok
masyarakat lainnya yang memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut dan pesisir
6
untuk menyokong kehidupannya. Sebagian masyarakat nelayan pesisir ini adalah
pengusaha skala kecil dan menengah.
Definisi lain menyatakan bahwa masyarakat pesisir adalah masyarakat yang
bersifat subsisten, menjalani usaha dan kegiatan ekonominya untuk menghidupi
keluarga sendiri, dengan skala yang begitu kecil sehingga hasilnya hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan jangka waktu sangat pendek. Menurut Dr. Ir. Victor
P.H. Nikijuluw, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang didominasi
kelompok nelayan dan pembudidaya ikan serta pedagang dan pengolah ikan serta
secara langsung mengusahakan dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui
kegiatan penangkapan dan budidaya. mendominasi pemukiman di wilayah pesisir
di seluruh Indonesia, di pantai pulau-pulau besar dan kecil.
Kondisi masyarakat nelayan atau masyarakat pesisir merupakan kelompok
masyarakat yang relatif tertinggal secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal
akses pendidikan dan layanan kesehatan), dan kultural dibandingkan dengan
kelompok masyarakat lain. (kompas.com). Masyarakat pesisir (wikipedia dalam
Muhammad Adi.2003) merupakan kelompok masyarakat yang relatif tertinggal
secara ekonomi, sosial (khususnya dalam hal akses pendidikan dan layanan
kesehatan), dan kultural dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Kondisi
masyarakat pesisir atau masyarakat nelayan diberbagai kawasan pada umumnya
ditandai oleh adanya beberapa ciri, seperti kemiskinan, keterbelakangan sosial-
budaya, rendahnya sumber daya manusia (SDM) karena sebagian besar
penduduknya hanya lulus sekolah dasar atau belum tamat sekolah dasar, dan
lemahnya fungsi dari keberadaan Kelompok Usaha Bersama (KUB), Lembaga
Keuangan Mikro (LKM), atau kapasitas berorganisasi masyarakat.
2.2. Tinjauan Mengenai Linkage Channeling Program
Menurut Ali (2009) dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Linkage Program adalah program
kerjasama antara bank umum termasuk bank umum peserta KUR dengan koperasi
dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
7
Adapun Tujuan dan sasaran Linkage Program adalah sebagai berikut:
A. Tujuan
1. Memperluas dan meningkatkan akses UMK terhadap fasilitas
kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi melalui Linkage
Program antara bank umum dengan koperasi;
2. Mengembangkan kerjasama antara bank umum termasuk bank
umum peserta KUR dengan koperasi;
3. Meningkatkan peran KSP/USP-Koperasi dan KJKS/UJKS-Koperasi
sebagai lembaga keuangan mikro yang mampu melayani UMK dalam
mendukung upaya perluasan kesempatan kerja dan
pengentasan kemiskinan, terutama untuk daerah-daerah yang jauh
dari layanan perbankan.
B. Sasaran
1. Tersalurnya kredit/pembiayaan untuk modal kerja dan atau investasi
dari bank umum termasuk bank umum peserta KUR kepada UMK
melalui Linkage Program antara bank umum dengan koperasi;
2. Terwujudnya kerjasama antara bank umum termasuk bank umum
peserta KUR dengan koperasi;
3. Terwujudnya peningkatan modal kerja dan atau investasi bagi UMK
yang disalurkan melalui koperasi;
4. Terwujudnya peningkatan produktivitas koperasi, usaha mikro dan
kecil anggota koperasi sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraannya.
Linkage Channeling Program merupakan salah satu bentuk Linkage Program,
yaitu pinjaman yang diberikan oleh bank umum kepada anggota koperasi melalui
koperasi yang bertindak sebagai agen dan tidak mempunyai kewenangan memutus
kredit kecuali mendapat surat kuasa dari Bank Umum. Pencatatan di Bank Umum
sebagai pinjaman kepada anggota koperasi, sedangkan pencatatan di Koperasi
pada off balance sheet. Pelaksanaan Linkage Channeling Program adalah sebagai
berikut:
8
1. Risiko pemberian kredit kepada anggota koperasi, ditanggung oleh bank
umum. KSP/USP-Koperasi hanya bertindak selaku penyalur/agen yang
tidak menanggung risiko, namun tetap melaksanakan prosedur penyaluran
kredit sesuai yang disepakati dan senantiasa menjaga dan memelihara agar
kredit tetap lancar;
2. Pendapatan bunga untuk bank umum, adalah sebesar suku bunga yang
dibebankan kepada anggota Koperasi, di kurangi channeling fee bagi
KSP/USP-Koperasi;
3. Besarnya channeling fee kepada KSP/USP-Koperasi dari bank umum
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak;
4. Kriteria dan besarnya plafon kredit kepada anggota koperasi, ditetapkan
oleh bank umum dengan memperhatikan masukan dari KSP/USP-
Koperasi;
5. Jaminan/agunan kredit kepada anggota koperasi, sesuai Undang-Undang
Pokok Perbankan dan ketentuan masing-masing bank umum;
6. Akad kredit kepada anggota koperasi dilakukan masing-masing anggota
koperasi dengan pengurus KSP/USP-Koperasi untuk dan atas nama bank
umum;
7. Jangka waktu proses persetujuan kredit dalam rangka Linkage Program
maksimal 1 (satu) bulan setelah data dan persyaratan dipenuhi secara
lengkap.
2.3. Tinjauan Mengenai Kampung Kreatif
Kampung adalah suatu tempat yang masih menyimpan etika kesopanan dan
tatakrama, suatu tempat dimana manusia masih menyandang status makhluk
sosial sejati, suatu tempat yang menyejukkan hati.
Kreatif adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau
anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang
sudah ada. (www.wikipedia.com). Menurut John Adair kreativitas adalah daya
pikir dan semangat yang memungkinkan kita untuk mengadakan sesuatu yang
9
memiliki kegunaan, tatanan, keindahan, atau arti penting dari sesuatu yang
kelihatannya tidak ada.
Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kampung
Kreatif merupakan lembaga yang konsen terhadap pemberdayaan masyarakat
berbasis pengembangan potensi lokal dalam rangka membantu pemerintah untuk
menjadikan masyarakat yang mandiri mampu mengembangkan potensi diri dan
lingkungan sehingga berdaya dan mandiri.
10
BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Jenis Penulisan
Penulisan karya tulis ini merupakan penulisan deskriptif yang memberikan
gambaran dan penjelasan mengenai realisasi penerapan kampung kreatif yang
memiliki sumberdaya pada daerah pesisir. Menurut Nazir (1999), tujuan penulisan
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat, serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki.
Pendekatan yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini adalah
pendekatan kualitatif. Menurut Sudikin (2002), penulisan dengan pendekatan
kualitatif adalah penulisan yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman
tentang kenyataan atau kejadian melalui proses berpikir induktif (logico indicative
abstraktif)
3.2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data – data yang berasal bukan langsung dari pihak yang
bersangkutan (objek yang diteliti), melainkan berasal dari pihak – pihak lain
seperti literatur – literatur kepustakaan, artikel – artikel dalam majalah, jurnal –
jurnal penelitian yang berkaitan, dan sumber media massa lainnya dan hasil
penelitian terdahulu (Moleong, 2000). Dalam karya tulis ini, data sekunder
diperoleh dari literatur – literatur kepustakaan dan artikel – artikel internet yang
berkaitan dengan isi karya tulis.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam karya tulis ini adalah kepustakaan.
Kepustakaan yaitu membaca literatur – literatur yang berkaitan serta menunjang
penulisan ini. Literatur yang digunakan adalah literatur – literatur tentang
kampung kreatif dan Linkage Channeling Program.
11
3.4. Teknik Analisis Data
Adapun tahapan proses analisis data dalam karya tulis ini yaitu :
1. Pengumpulan data (data collection)
Pengumpulan data yang dimaksud adalah proses awal untuk
mengumpulkan informasi atau fakta – fakta yang ada, yang berupa
data sekunder.
2. Reduksi data (data reduction)
Setelah tahap pengumpulan data, selanjutnya data – data yang telah
diperoleh dipilah – pilah berdasarkan tujuan penulisan, sehingga dapat
direduksi untuk mendukung karya tulis yang dibuat.
3. Penyajian data (data display)
Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk yang
sesuai dengan kebutuhan penulisan sehingga mudah untuk dimengerti.
4. Kesimpulan, penarikan, dan verifikasi (conclusion, drawing, and
verification)
Tahap akhir yang perlu dilakukan adalah membuat kesimpulan dari
data – data yang telah diperoleh, lalu menarik suatu hubungan antara
data – data tersebut kemudian mencocokkan dengan data – data yang
relevan (verifikasi). (Miles dan Huberman, 1994).
12
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir
Kondisi sosial ekonomi masyarakat saat ini masih didominasi oleh kegiatan
penangkapan ikan yang dilakukan dalam skala kecil, dengan produksi yang belum
memadai di satu sisi, dan biaya operasional yang tinggi, dimana semua hal
tersebut menyebabkan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir (Tuwo,
201:131).
Kemiskinan menjadi salah satu hal yang paling menonjol dalam kehidupan
masyarakat pesisir, khususnya nelayan. Tingkat kemiskinan nelayan jauh lebih
tinggi jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan petani. Menurut Rahardjo
dalam Tuwo (2011: 132), hal ini disebabkan oleh: (1) adanya tantangan alam yang
sangat berat, termasuk faktor musim, (2) pola kerja yang homogeny dan hanya
bergantung pada satu sumber penghasilan, (3) keterbatasan penguasaaan modal,
perahu, dan alat tangkap, (4) keadaan perumahan dan pemukiman yang tidak
memadai, dan (5) karakteristik sosial ekonomi yang belum mengarah pada sektor
lingkungan seperti kegiatan wisata.
4.2. Gambaran Umum Pembudidayaaan Rumput Laut di Indonesia
Produksi rumput laut Indonesia, khususnya jenis-jenis rumput laut yang
tumbuh di daerah tropis adalah yang terbesar di dunia. Kontribusi Indonesia
dalam bahan baku sudah diakui internasional, tetapi peran dan kontribusi
Indonesia dalam industri pengolahan rumput laut masih harus ditingkatkan dan
masih memiliki peluang cukup besar, seperti untuk industri agar-agar dan industri
karaginan. Program pengembangan industri rumput laut nasional, sejalan dengan
program-program pembangunan sektor dan pengembangan komiditi lainnya,
terutama dalam hal pro-job, pro-poor dan pro-growth (Anggardiredja, 2010).
Sebagai komoditas unggulan, produksi rumput laut menyumbang utama
produksi perikanan budidaya. Saat ini Kementrian Kelautan dan Perikanan
bersama Pemerintah Daerah (Pemda) dan swasta telah membangun 12 klaster
13
rumput laut yang tersebar di Sumenep Jawa Timur, Gorontalo, Pangkep Sulawesi
Selatan, Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB), Kabupeten Serang Banten,
Kepulauan Riau, Minahasa Utara, Parigi Moutang Sulawesi Tengah,
Polewalimandar Sulawesi Barat dan Bau Bau Sulawesi Tenggara. Adapun
produksi rumput laut di Indonesia tahun 2006-2010 adalah sebagai berikut:
Dari Grafik di atas, dapat dilihat bahwa produksi rumput laut di Indonesia
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Seiring dengan produksi
rumput laut yang terus meningkat tersebut, jumlah ekpor rumput laut Indonesia
juga mengalami peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan oleh grafik di bawah ini:
Grafik 4.1. Produksi Rumput Laut Nasional Tahun 206-2010Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 4.2. Perkembangan Volume dan nilai ekspor rumput laut Indonesia Tahun 2006-2010
Sumber: Statistik Ekspor-Impor Produk Perikanan, 2010
14
Meskipun volume dan nilai ekspor rumput laut Indonesia terus mengalami
peningkatan, ekspor tersebut belumlah hasil yang memuaskan. Menurut berita
yang dilansir oleh Antaranews, 4 Oktober 2011, disebutkan bahwa hingga tahun
2008, sebanyak 15% rumput laut yang diekspor dalam bentuk olahan oleh
Indonesia, sementara sisanya diekspor dalam bentuk kering. Hal tersebut
merupakan gambaran bahwa pengolahan rumput laut di Indonesia masih sangat
minim.
4.3.Konsep Kampung Pesisir Kreatif Melalui Linkage Channeling Program
Masyarakat pesisir umumnya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.
Namun, biasanya hanya kaum laki-laki yang bekerja sebagai nelayan, sedangkan
kaum perempuan biasanya menjadi ibu rumah tangga. Kehidupan nelayan tersebut
menjadi sebuah ironi tersendiri. Sebagian besar nelayan, sekitar 83% masih hidup
miskin dan berusaha dengan cara traditional dengan menggunakan armada
penangkapan sangat sederhana, sehingga hasil tangkapannya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan sebuah solusi agar
kondisi perekonomian masyarakat pesisir menjadi lebih baik. Salah satunya
dengan memanfaatkan sumber daya lokal berupa rumput laut. Mengingat bahwa
rumput laut merupakan komoditi unggulan yang hingga saat ini belum mampu
diekspor oleh Indonesia dalam bentuk olahan.
Kampung Pesisir Kreatif (KPK) merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Kampung
Pesisir Kreatif (KPK) merupakan sebuah sentra usaha yang didirikan pada daerah
pesisir, dimana sentra usaha ini bergerak dalam bidang diversivikasi produk
rumput laut agar memiliki nilai tambah. Demi terwujudnya Kampung Pesisir
Kreatif (KPK) ini, diadakan kerja sama antar semua elemen masyarakat pesisir
yaitu petani rumput laut, kaum perempuan, serta memanfaatkan peran pemuda
yang ada di daerah pesisir tersebut. Model kerja sama ini nantinya ada pihak
pemasok, pengolah, dan pemasar dalam satu daerah. Kampung Pesisir Kreatif
(KPK) ini menggunakan Linkage Channeling Program, dimana ada bantuan
permodalan dari perbankan pada Kampung Pesisir Kreatif (KPK). Selain elemen
15
masyarakat tersebut, diperlukan juga adanya peran pemerintah dan akademisi agar
pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) berjalan dengan baik. Adapun
konsep kerjasama dalam Kampung Pesisir Kreatif (KPK) adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Konsep Kampung Pesisir Kreatif (KPK)
Adapun fungsi dan peran masing-masing pihak tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Petani Rumput Laut
Petani rumput laut berperan sebagai supplier atau pemasok bahan baku
berupa rumput laut. Bahan baku ini selanjutnya langsung disetorkan
kepada kaum ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam sebuah
kelompok usaha bersama.
b. Kaum Perempuan/ ibu-ibu rumah tangga
Ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja diajak untuk bergabung dalam
kelompok usaha bersama, dimana kelompok usaha bersama bergerak di
bidang pengolahan rumput laut menjadi lampu hias rumput laut aroma
terapi.
c. Pemuda
Pemuda berperan sebagai pihak marketing melalui adanya kerjasama
dengan pemerintah dan akademisi. Dalam hal ini, pihak marketing
Perbankan
Pemerintah Akademisi
Kaum Perempuan sebagai Pengolah
Kampung Pesisir Kreatif (KPK)
Pemuda sebagai Tenaga Pemasar
Petani Rumput Laut sebagai Pemasok
Bahan baku
16
bertugas untuk melakukan analisis pasar dan juga melakukan penjualan
produk.
d. Akademisi
Akademisi, khususnya mahasiswa yang memiliki konsentrasi di bidang
perikanan dan kelautan serta mahasiswa ekonomi berperan sebagai
pemberi penyuluhan mengenai cara-cara produksi serta cara-cara
menganalisis pasar. Selain itu, akademisi juga berperan dalam
pendampingan, serta melakukan penelitian dan pengembangan produk-
produk baru.
e. Pemerintah
Pemerintah, khususnya pemerintah daerah berperan sebagai regulator bagi
sistem permodalan yang diberikan perbankan pada Kampung Pesisir
Kreatif (KPK) dengan cara membuat kebijakan yang benar-benar tepat.
f. Perbankan
Perbankan berperan untuk membantu permodalan Kampung Pesisir
Kreatif (KPK). Bantuan permodalan diberikan melalui pemberian
pinjaman kepada anggota Kampung Pesisir Kreatif (KPK) dengan bentuk
linkage channeling, dimana Kampung Pesisir Kreatif (KPK) yang
bertindak sebagai agen tidak mempunyai kewenangan memutus kredit
kecuali mendapat surat kuasa dari pihak perbankan. Pencatatan di pihak
perbankan sebagai pinjaman kepada anggota Kampung Pesisir Kreatif
(KPK), sedangkan pencatatan di Kampung Pesisir Kreatif (KPK) pada off
balance sheet.
4.4.Implementasi Kampung Pesisir Kreatif (KPK) Melalui Linkage
Channeling Program Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian
Masyarakat Pesisir
Berdasarkan konsep Kampung Pesisir Kreatif (KPK) yang telah dipaparkan,
maka langkah-langkah iplementasi yang diusulkan adalah sebagai berikut:
17
Keterangan:
a. Sosialisai dilakukan oleh pemerintah dengan bantuan akademisi.
Sosialisasi ini bertujuan untuk mengenalkan konsep KPK pada masyarakat
daerah pesisir.
b. Pelatihan mengenai produksi dan pemasaran
Pelatihan ini dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang
beranggotakan para ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan kelompok
yang terdiri dari para pemuda. Para ibu rumah tangga diberikan pelatihan
mengenai cara pengolahan rumput laut menjadi lampu hias rumput laut.
Selain itu, para ibu rumah tangga juga diberikan pelatihan dan penyuluhan
mengenai manajemen secara sederhana.
Pelatihan yang lain adalah pelatihan pada para pemuda. Dalam hal ini,
pemerintah melalui akademisi memberikan pelatihan mengenai cara
Pengenalan dan sosialisasi program kepada pihak-pihak terkait
Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK)
Pembentukan KPK melalui Linkage Channeling Program
Pelatihan mengenai produksi dan pemasaran oleh akademisi
Gambar 4.2. Langkah Implementasi KPK
Pemberian Bantuan Permodalan oleh Perbankan
Pendampingan oleh pemerintah dan akademisi
Pengenalan dan sosialisasi program kepada pihak-pihak terkait
Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK)
Pembentukan KPK melalui Linkage Channeling Program
Pelatihan mengenai produksi dan pemasaran oleh akademisi
Pemberian Bantuan Permodalan oleh Perbankan
Gambar 4.2. Langkah Implementasi KPK
18
menganalisis pasar serta cara untuk memasarkan produk baik secara online
maupun offline.
c. Pembentukan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) melalui Linkage
Channeling Program
Setelah sosialisasi dan pelatihan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
pembentukan KPK, dimana seluruh elemen masyarakat pesisir
dikumpulkan dan dibagi kedalam beberapa kelompok, yaitu nelayan
sebagai kelompok supplier, ibu rumah tangga sebagai kelompok
produsen/pengolah, sedangkan pemuda sebagai kelompok
marketing/pemasar. Dalam pembentukan KPK ini, juga ditentukan
struktur organisasi sederhana mulai dari Kepala Kampung, Sekretaris
Kampung, Bendahara Kampung, serta bagian-bagian lain yang menunjang
pelaksanaan KPK.
d. Pemberian bantuan permodalan oleh perbankan
Pemberian bantuan permodalan dilakukan setelah Kampung Pesisir
Kreatif (KPK) dibentuk. Dalam hal ini, KPK yang telah dibentuk dijadikan
sebagai agen penyaluran modal pada para anggotanya yang terdiri atas
pemasok, produsen, dan pemasaran. Pada awalnya, KPK belum memiliki
badan hukum seperti UMK pada umumnya. Oleh karena itu, dalam
pemberian bantuan permodalan ini, pemerintah turut andil untuk
menentukan berapa besaran modal yang diperoleh oleh masing-masing
anggota KPK.
e. Pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK)
Setelah pembentukan, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan
kegiatan, dimana dalam pelaksanaan ini, KPK didampingi oleh pihak
akademisi yang berperan sebagai konsultan. Alur pelaksanaan KPK ini
adalah mulai dari supplier kepada produsen untuk pengolahan. Setelah
produk jadi, maka akan diserahkan pada pihak marketing.
Adapun proses pengolahan rumput laut menjadi lampu hias rumput laut
adalah sebagai berikut:
19
Rumput laut ditiriskan dan dijemur sampai setengah kering agar
mudah di lem dan ditempel.
Apabila ingin warna yang bervariasi, rumput laut dapat direndam
dalam bahan pewarna sintetis yang mempunyai banyak kelebihan
dalam hal keanekaragaman warnanya, baik keseragaman maupun
kestabilan, serta penyimpanannya lebih mudah dan tahan lama.
Misalnya carbon black yang sering digunakan untuk memberikan
warna hitam, titanium oksida untuk memutihkan, dan lain-lain.
Setelah itu, rumput laut dijemur kembali setengah kering.
Rumput laut dibentuk sesuai desain yang diinginkan ketika
keadaan rumput laut masih setengah kering agar tidak keras dan
tidak retak.
Rumput laut ditempel di kaca yang dibentuk menyerupai tabung
(atau sesuai selera), atau dapat juga ditempel pada tabung dari
bahan kasa keras.
Kemudian rumput laut yang sudah dibentuk di lem ke tabung yang
sudah disediakan, kemudian di jemur sampai kering dan menempel
dengan sempurna.
Rumput laut yang sudah menempel sempurna ke tabung kemudian
dirakit dengan bohlam lampu dan rakitan pararel listrik sederhana
agar dapat menyala.
Apabila menginginkan kekenyalan rumput laut tetap terjaga
sehingga dapat dijadikan lampu hias gantung tanpa tabung
(terurai), maka rumput laut dapat direndam terlebih dahulu dalam
cairan Bleng setelah pewarnaan, sehingga mencegah pengerasan
rumput laut akibat penjemuran dan efek panas bohlam.
f. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pemerintah, akademisi dan
perbankan, dimana hal ini dilaksanakan satu bulan sekali. Monitoring dan
evaluasi ini dilakukan dengan cara membentuk forum pertemuan yang
20
dihadiri oleh masing-masing pihak. Pihak supplier, produsen, dan
marketing menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi selama
pelaksanaan KPK kepada pemerintah, perbankan dan akademisi. Hal ini
bertujuan agar masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan KPK dapat
dicarikan solusi serta dapat diketahui apakah model pelaksanaan yang
dilakukan telah efektif. Jika model pelaksanaan belum efektif, maka akan
dirumuskan kembali model pelaksanaan yang efektif.
4.5.Kelebihan dan Kendala Kampung Pesisir Kreatif (KPK) Melalui Linkage
Channeling Program sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian
Masyarakat Pesisir
Kampung Pesisir Kreatif (KPK) dapat dijadikan salah satu cara untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Melalui KPK akan tercipta
kerjasama antar elemen masyarakat pesisir. Melalui KPK pula, akan terbentuk
sebuah sentra usaha yang menggunakan sumber daya lokal berupa rumput laut,
dimana seluruh komponen utamanya berasal dari dan untuk masyarakat pesisir itu
sendiri. Selain itu, KPK juga memberikan peluang usaha bagi para ibu rumah
tangga dan pemuda yang menganggur untuk membuat diversifikasi produk olahan
rumput laut berupa lampu hias rumput laut. Diversifikasi tersebut diharapkan
dapat menjadi ikon tersendiri bagi daerah-daerah penghasil rumput laut. Hal
tersebut akan mampu meningkatkan tingkat perekonomian keluarga dan juga
dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
Selain kelebihan, pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) juga memiliki
beberapa kendala, diantaranya adalah sulitnya merubah mindset nelayan untuk
berubah menjadi petani rumput laut. Kendala lainnya adalah sulitnya
mengarahkan ibu rumah tangga dan pemuda untuk menjadi wirausaha yang
bergerak dalam bidang pengolahan rumput laut. Selain itu, kendala lain yang
memungkinkan terhambatnya Kampung Pesisir Kreatif (KPK) adalah sulitnya
membentuk kerjasama antar elemen dalam masyarakat pesisir.
21
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Masyarakat pesisir memiliki mata pencaharian yang didominasi oleh nelayan,
dimana ibu rumah tangga/perempuan tidak bekerja. Kampung Pesisir Kreatif
(KPK) melalui Linkage Channeling Program merupakan salah satu solusi yang
ditawarkan untuk menanggulangi masalah sosial ekonomi masyarakat pesisir.
Melalui KPK, semua elemen masyarakat akan diberdayakan. Melalui KPK pula,
akan tercipta suatu kerjasama antar elemen masyarakat, yaitu petani rumput laut,
ibu rumah tangga/perempuan, serta pemuda.
Dalam pelaksanaannya, Kampung Pesisir Kreatif (KPK) tidak hanya
dilakukan oleh masyarakat pesisir, tetapi juga melibatkan pemerintah sebagai
pemegang kebijakan tertinggi serta perbankan sebagai pembantu penyediaan
modal. Selain itu, pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) juga melibatkan
peran mahasiswa perikanan dan kelautan serta mahasiswa ekonomi, dimana
mahasiswa tersebut berperan dalam memberikan pelatihan, pendampingan,
penyuluhan, mengadakan penelitian untuk pengembangan produk serta
penyediaan jasa layanan konsultasi.
Implementasi Kampung Pesisir Kreatif (KPK) diharapkan mampu menjadi
solusi dalam menggerakkan masyarakat pesisir untuk meningkatkan
perekonomiam keluarga, dimana nantinya akan mampu meningkatkan pendapatan
asli daerah.
5.2.Saran
Saran yang diberikan dalam karya tulis ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
Hendaknya mendukung pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK)
melalui Linkage Channeling Program sebagai salah satu upaya
peningkatan perekonomian masyarakat pesisir. Dukungan yang diberikan
22
berupa dukungan permodalan serta kebijakan yang berpihak pada
masyarakat pesisir.
2. Bagi Akademisi
Memberikan dukungan berupa pengadaan penyuluhan, pelatihan, serta
pendampingan bagi pelaksanaan Kampung Pesisir Kreatif (KPK) sesuai
dengan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan.
3. Bagi Masyarakat Pesisir
Saling bekerja sama dalam pembentukan dan pelaksanaan Kampung
Pesisir Kreatif (KPK) sehingga mampu meningkatkan perekonomian
keluarga masing-masing dan juga mampu meningkatkan pendapatan asli
daerah.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Suryadharma, 2009. Pedoman Umum Linkage Channeling Program Antara Bank Umum dengan Koperasi. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Nomor
03/Per/M.KUKM/III/2009
Anonim, 2011. Produksi Rumput Laut Lampaui Target, (online), (http://www.antaranews.com/berita/244719/produksi-rumput-laut-
lampaui-target, diakses pada 4 November 2011)
Badan Pusat Statistik, 2010. Produksi Rumput Laut Nasional Tahun 206-2010
Cocon, 2011.Status Rumput Laut di Indonesia, Peluang dan Tantangan, (online), (http://www.scribd.com / doc/62149683/Status-Rumput-Laut-Indonesia-
Peluang-Dan-Tantangan, diakses pada 4 November 2011)
Dahuri, R. et al. 1998. “Penyusunan Konsep Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Lautan yang Berakar dari Masyarakat” Kerjasama Ditjen Bangda dengan
Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan, IPB. Laporan Akhir.
Muhammad, Dedi. 2009. “Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Pesisir Sebagai Alternatif Pembangunan Indonesia Masa Depan”, IPB.Laporan Akhir.
Moleong. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nazir, Moh. 1999. Metodologi Penelitian,Edisi kedua, Cetakan Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia
Statistik Ekspor-Impor Produk Perikanan, 2010. Perkembangan Volume dan nilai ekspor rumput laut Indonesia Tahun 2006-2010.
Yuniarti. 2007. “Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia (Studi Kasus : Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat di Kepulauan Riau)”.
Karya Tulis Ilmiah.
24
BIODATA PESERTA
Data Pribadi
- Nama : Ika Fitriani
- NIM : 0810220111
- Jur/Fak/ Univ. : Manajemen/Ekonomi dan Bisnis/ Brawijaya
- Tempat tanggal lahir : Blitar, 6 April 1990
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Alamat : Jl. Watugilang I No. 3 Malang
- Email/Hp : ikafitrianifeub@gmail.com/ 085755539990
Prestasi yang Pernah Diraih
- Finalis Second Secment tahun 2009 dengan judul: “Penerapan Ekonomi
Syariah Pada Pesantren Melalui Quantum Learning dan Kearifan Lokal”
yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Semarang
- Lolos Pendanaan PKM-K tahun 2010 dengan judul: “Jajanan Herbal Stik
Binahong Yummy Sebagai Inovasi Makanan Ringan Sehat Berkhasiat”
- Lolos Pendanaan PKM-M tahun 2010 dengan judul: “30 Hari Membangun
Entrepreneur Pada Anak-Anak Usia Dini di Bantaran Sungai Brantas
Malang”
- Peserta PIMNAS XXIII Bidang PKM-M tahun 2010 dengan judul: “30
Hari Membangun Entrepreneur Pada Anak-Anak Usia Dini di Bantaran
Sungai Brantas Malang”
- Finalis LKTIM tahun 2010 dengan judul: “Excellent Collegian Teaching
Programme sebagai Revitalisasi Program Pengiriman Tenaga Mahasiswa
(PTM) guna Mengatasi Tantangan Kekurangan Guru SMK di Jawa
Timur” yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan SMK Jawa Timur
- Juara Harapan 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Economic &
Solidarity (Entity) tahun 2011 dengan judul “Sinergisitas Pemerintah
Daerah dengan Swasta Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan
25
Melalui Green Budgeting” yang diselenggarakan oleh Himpunan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hassanudin, Makasar
- Finalis Communication Student Summit (CS2) tahun 2011 dengan judul
“Boarding House Online (BHO): Pemanfaatan Internet Sebagai Media
Pemasaran Tempat Kos” yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya
- Finalis Konferensi Ilmuwan Muda Mipa Untuk Negeri dengan judul
“Beach Lover Community (BLC): Upaya Optimalisasi Potensi Wisata
Bahari Kabupaten Blitar” yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok
- Juara I Call For Paper Bidang Ekonomi dalam Simposium Nasional
Kepemudaan (SIMUDA) 2011 dengan judul "Implementasi Business
Development Services (BDS) Melalui Sinergisitas Triple Helix Sebagai
Pola Pengembangan Usaha Pedagang Kaki Lima (PKL)" yang
diselenggarakan oleh BEM KM Institut Pertanian Bogor
26
BIODATA PESERTA
Biodata Pribadi
Nama : Adhistya Cinta Dhama Istari
NIM : 105020101111014
TTL : Kediri,19 April 1992
Alamat : Jl.MT. Haryono no 79 Malang
Email : disty_tarry@yahoo.co.id
Jur/Fak/ Univ. : Ilmu Ekonomi / Ekonomi dan Bisnis/Brawijaya
Karya Tulis :
- Juara 1 POMPA AWAN (Program Kerjasama Pupuk Kandang Pasar Bunga dan
Hewan) ANALISIS PENGEMBANGAN PASAR SPLENDID SEBAGAI
TUJUAN WISATA KOTA MALANG BERBASIS KEUNGGULAN
KOMPETITIF.
- PROGRAM GAM (Gerakan Ayo Menabung) PADA SISWA SD SEBAGAI
UPAYA MENUMBUHKAN MINAT MENABUNG SEJAK DINI
- Implementasi Business Development Services (BDS) Melalui Sinergisitas
Triple Helix Sebagai Upaya Pengembangan Keberadaan Pedagang Kaki
Lima (PKL).
27
BIODATA PESERTA
Biodata Pribadi
- Nama Lengkap : Asmaul Janah
- Fakultas/Jurusan/Univ : Ekonomi dan
Bisnis/Akuntansi/Brawijaya
- Tempat, tanggal lahir : Tulungagung, 25 Januari 1991
- Alamat : Jl Simpang Gajayana 609B Malang
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Agama : Islam
- Telp/No Hp : 085 649 177 952
- Email : asmauljanah@yahoo.com
Karya Tulis yang pernah dibuat :
- Restruturisasi Tata Letak Pasar Minggu sebagai Usaha Peningkatan
Efektifitas Route dan Kepuasan Pengunjung.
- Politik Etis Hutan
- Remodel Sistem FJB (Forum Jual Beli) Kaskus: Strategi Mengurangi
Kasus Penipuan Di Forum Kaskus