Post on 09-Dec-2015
KAJIAN INDUSTRIALISASI PLTP BINARY CYCLE
SKALA KECIL
(BERDASAKAN RUPTL 2014-2022)
Disusun Oleh :
Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Tahun Anggaran 2014
Daftar Isi
1. Latar Belakang................................................................................................................3
2. Tujuan...............................................................................................................................4
3. Sasaran.............................................................................................................................4
4. Ruang Lingkup...............................................................................................................5
5. Keluaran...........................................................................................................................5
6. Langkah Kegiatan..........................................................................................................5
7. Waktu Pelaksanaan.......................................................................................................5
8. Metode Studi...................................................................................................................5
9. Digram alir Studi Penelitian........................................................................................6
10. Hasil studi.....................................................................................................................7
10.1. Pembangunan Sistem PLTP Jawa Bali.............................................................8
10.2. Pembangunan PLTP Sumatra..........................................................................12
10.3. Pembangunan PLTP Indonesia Timur.............................................................15
10.4. Pembangunan PLTP Indonesia.......................................................................19
11. Kesimpulan................................................................................................................21
12. Daftar Pustaka...........................................................................................................21
1. Latar Belakang
Panasbumi sebagai salah satu sumberdaya energi terbarukan mempunyai
potensi yang berlimpah di Indonesia (lebih dari 28.000 MW). Meskipun saat ini
belum dimanfaatkan secara optimal, namun perhatian pemerintah pada sumber
energi panas bumi sudah mulai kelihatan serius. Hal ini dibuktikan PT PLN
(Persero), selanjutnya disebut PLN, sebagai sebuah perusahaan listrik
merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek kelistrikan dengan lead time
panjang, sehingga PLN secara alamiah perlu mempunyai sebuah rencana
pengembangan sistem kelistrikan yang berjangka panjang. Dengan demikian
rencana pengembangan sistem kelistrikan yang diperlukan PLN harus berjangka
cukup panjang, yaitu 10 tahun, agar dapat mengakomodasi lead time yang panjang
dari proyek-proyek kelistrikan khususnya yang berkaitan dengan pembangkit panas
bumi.
Perlunya PLN mempunyai rencana pengembangan sistem kelistrikan jangka
panjang juga didorong oleh keinginan PLN untuk mempunyai rencana investasi yang
efisien, Untuk mencapai hal tersebut PLN menyusun sebuah dokumen perencanaan
sepuluh tahunan ke depan yang disebut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik,
atau RUPTL. Selanjutnya sejalan dengan UU No.30/2009 dimana Pemerintah
Provinsi (dan juga Pemerintah kabupaten/ kota) wajib membuat Rencana Umum
Ketenagalistrikan Daerah atau RUKD, maka dalam RUPTL 2013 – 2022 ini juga
terdapat perencanaan sistem kelistrikan per Provinsi. Salah satu yang menjadi
sorotan adalah sistem pembangkit panas bumi yang pembangunanya masih sangat
terbatas.
Salah satu kendala yang banyak dihadapi dalam pengembangan energi
panasbumi saat ini adalah letaknya yang terisolir jauh dari beban, sehingga
menyebabkan tingkat keekonomianya kurang menarik. Namun disisi lain PLTP
terutama skala kecil bisa menjadi solusi bagi investor menengah kebawah yang
dapat dengan segera memperoleh keuntungan dalam tempo waktu yang lebih cepat
dibandingkan dengan pembangkit batubara yang membutuhkan investasi sangat
besar dan resiko yang lebih tinggi dan modal kembali yang relatif lebih lama
Keuntungan pengembangan energi panas bumi, selain dari sisi lingkungan
dan pertumbuhan ekonomi langsung sebagaimana tersebut diatas, pengembangan
diharapkan bisa mendorong industri dalam negeri untuk ikut berkembang melalui
penyediaan komponen-komponen yang diperlukan. TKDN (Tingkat Komponen
Dalam Negeri) menjadi isu penting dalam pengembangan industri nasional ke
depan. Makin tinggi TKDN dalam pengembangan panas bumi diharapkan dapat
mempunyai multiplier efek yang lebih besar bagi pertumbuhan perekonomian
nasional.
Pemanfaatan energi panas bumi (PLTP) skala kecil akan dapat membantu
meningkatkan tambahan pasokan daya untuk menangani kebutuhan/demand dari
konsumen listrik dan juga membantu mengurangi penggunaan PLTD yang ada.
Telah diketahui bahwa PLTD yang ada selama beberapa tahun kedepan akan
mengalami penurunan efisiensi /derating dan subsidi bahan bakar yang terus
membengkak akan membuat pengurangan pemakaian PLTD sebagai alternatif
pembangkit saat beban puncak. Disamping itu subsidi listrik saat ini sangat
membebani Pemerintah (Rp. 100 trilyun, tahun 2013). maka BPPT, sebagai bagian
dari pemerintah, telah mengembangkan PLTP dengan menerapkan teknologi binary
cycle yang sangat sesuai untuk pembangkit skala kecil.
PLN Sebagai perpanjangan tangan pemerintah dan sebagai BUMN
berencana untuk melakukan peningkatan pasokan listrik dengan sistem UTAMA
Tbesar sampai kecil pada rentang waktu 2014-2022. Telah dilakukan kajian
terhadap RUPTL PT.PLN, terutama tentang rencana penerapan PLTP skala kecil
untuk pemenuhan listrik dan untuk subtitusi PLTD diberbagai daerah operasional
(DAOP) di Indonesia.
2. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi berkaitan dengan PLTP skala
kecil yang akan dibangun di Indonesia berdasarkan studi literatur RUPTL yang
diterbitkan oleh PLN untuk rentang waktu 2014-2022.
3. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah didapatkannya informasi tentang potensi pembangunan
PLTP skala kecil, khususnya aspek kapasitas pembangkit listrik skala kecil, yang
dapat dikembangkan di Indonesia, kebutuhan daya yang tahun serta perbandingan
PLTP yang dimiliki PLN maupun IPP (Independent Power Producer) .terhadap
keseluruhan Jenis Pembangkit.
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan ini mencakup hal-hal berikut :
Identifikasi besaran kapasitas PLTP skala kecil yang akan dibangun
Identifikasi besaran.beban, kebutuhan dan kapasitas listrik yang terpsang
disetiap DAOP PLN
Kajian terhadap pertumbuhan PLTP di Indonesia dalam rentang waktu 2014-
2022
5. Keluaran
Hasil utama yang diharapkan dari kajian ini adalah data prospek penerapan PLTP
skala kecil di Indonesia berdasarkan studi literatur dari RUPTL yang ditebitkan PLN
6. Langkah Kegiatan
Untuk mendapakan keluaran yang diinginkan, beberapa langkah yang dilakukan
meliputi tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut :
Melakukan studi pustaka RUPTL PLN, terutama yang berkaitan dengan PLTP.
Melakukan studi pustaka tentang rencana pembangunan pembangkit listrik,
terutama PLTP skala kecil oleh PT PLN (Persero)
Melakukan studi pustaka terutama tentang beban kebutuhan listrik dari setiap
DAOP PLN serta perbandingan percepatan pembangunannya dibanding dengan
swasta
7. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan pekerjaan ini adalah selama satu bulan terhitung dari awal
bulan Oktober sampai akhir bulan.
8. Metode Studi
Metode studi yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode sampling
informasi yang bersumber dari RUPTL, dengan menggunakan dasar asumsi potensi
pengembangan pembangkit panas bumi yang sudah disesuaikan dengan kerangka
kerja dari PLN.
9. Diagram alir Studi Penelitian
Pengkajian ini direncanakan mengikuti alur yang sudah dibuat untuk
memudahkan dalam proses pekerjaan dan memberi informasi yang baik sesuai
dengan kaidah keilmiahan yang ada. Proses pengumpulan data dan informasi
serta pemrosesan dilakukan pada minggu pertama bulan penugasan sedang
penulisan laporan pengkajian dilakukan pada minggu ke dua dan ketiga di bulan
penugasan.
10. Hasil studi
Berdasarkan studi literature yang dilakukan telah diperoleh informasi tentang
beban kebutuhan listrik dari setiap DAOP PLN yang terbagi menjadi 3 region yaitu
Jawa-Bali, Sumatra dan Indonesia timur. Setiap DAOP memiliki beban terpasang,
kebutuhan, produksi dan pertumbuhan yang berbeda.
Komposisi produksi listrik per jenis energi primer untuk gabungan Indonesia
diproyeksikan pada tahun 2022 akan menjadi 65,6% batubara, 16,6% gas alam
(termasuk LNG), 11% panas bumi, 5,1% tenaga air, 1,7% minyak dan bahan bakar
lainnya seperti diperlihatkan pada.
Tabel 10.1. Komposisi Pembangkit berdasarkan jenis bahan bakar
Fuel Type 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022HSD 22356 22668 17288 12476 9702 5918 6072 5874 6266 6855MFD 4640 4662 5524 5179 3980 635 656 653 660 721Gas 42468 44317 45895 48860 49929 45149 41762 40504 39990 42553LNG 10769 10105 13695 16472 18564 23771 26839 27038 28554 29753Batubara 113033 134066 153229 17311 189722 211721 226459 250577 276059 288807Hydro 10205 10475 11127 11743 14635 15227 16209 18196 20062 21990Surya/Hybrid 2 4 4 5 6 6 6 6 7 7Biomass 37 37 37 105 148 117 109 109 109 109Impor 767 767 767 657 767 767 767 767Geothermal 9399 10375 10618 11179 14693 18575 29849 31695 36050 48089
Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Gabungan Indonesia (GWh)
Gambar 10.1. Diagram Perkembangan pembangkit dari tahun ke tahun berdasarkan jenis
bahan bakar.
10.1. Pembangunan Sistem PLTP Jawa Bali
Untuk daerah jawa-bali beban kebutuhan listrik sangat besar dan hampir
sebagian besar produksi listrik jawa-bali didominasi oleh pembangkit batu-bara yang
tersebar sebagian besar di daerah utara pulau jawa. Berdasarkan perpres no 71
tahun 2006 diharapkan pembangkit yang beroperasi sebesar 10.000 MW dan yang
sudah beroperasi sebesar hingga triwulan ketiga tahun 2013 adalah sebesar 630
MW, yaitu PLTU Pacitan Unit 1-2 (2x315 MW), sedangkan yang akan beroperasi
sampai akhir Desember 2013 sebesar 1.050 MW, yaitu PLTU Pelabuhan Ratu Unit
1-2 (2x350 MW) dan PLTU Tanjung Awar-Awar Unit-1 (1x350 MW). Ada juga
pembangkit yang mundur pembangunannya dikarenakan perubahan jenis
pembangkit, kapasitas dan perijinan sehingga menghambat pasokan kapasitas daya
pada neraca sistem ini
Akibat keterlambatan pembangkit yang semula direncanakan beroperasi pada
tahun 2015-2017, RM netto tahun 2015-2017 turun menjadi sangat rendah. PLTGU
Muara Karang (450 MW), PLTGU Grati (450 MW), PLTMG Pesanggaran (200 MW)
dan PLTGU Jawa 1 (800 MW) serta PLTU IPP seperti; PLTU Celukan Bawang,
PLTU Banten, PLTU Cilacap Ekspansi harus bisa beroperasi dalam tahun 2014 –
2017 untuk menjaga RM tidak makin menurun.
Pembangkit Panas Bumi yang mengalami perubahan sebagai berikut: PLTP
Kamojang Unit 6 (60 MW), karena dari hasil studi reservoir PGE tidak dimungkinkan
untuk mengembangkan PLTP Kamojang 6, namun hanya bisa untuk
mengembangkan PLTP Kamojang 5 (30 MW).
Dari beberapa kajian yang dilakukan diperoleh informasi tentang Produksi
listrik di daerah jawa bali dan beban puncak dari sistem tersebut seperti pada
diagram dibawah:
Jawa Bagian barat
Jawa tengah Jawa Timur dan Bali
02000400060008000
1000012000140001600018000
Neraca sistem Jawa-Bali
Kapasitas TerpasngPeak Load
Region
Daya
(MW
)
Gambar 10.1.1. Produksi dan beban daya pada sistem Jawa Bali per th. 2014.
Sedangkan untuk potensi peningkatan pembangkit panas bumi diIndonesia
terlihat mengalami perkembangan pesat tiap tahunya, hal ini tidak terlepas dari
upaya pemerintah lewat PLN untuk mengembangkan dan memenuhi kapasitas dan
kebutuhan listrik diIndonesia. Rencana penyediaan energi dan kebutuhan bahan
bakar untuk periode tahun 2013 - 2022 berdasarkan jenis bahan bakarnya diberikan
pada tabel dan diagram dibawah
Tabel 10.1.1. Komposisi Pembangkit berdasarkan jenis bahan bakar
Fuel Type 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022HSD 5108 4356 4436 5099 3398 3062 2539 2528 2528 2528MFD 649 642 1874 2396 2122 524 576 571 620 681Gas 33558 34335 35092 36569 37088 32186 30500 29374 28785 31242LNG 10769 10105 11765 10800 11495 18454 18089 18089 19311 20233Batubara 99817 114443 124999 37503 149614 164554 179899 190201 207090 219682Hydro 5273 5273 5273 5273 7275 7165 7637 8067 8404 8346Surya/HybridGeothermal 8129 8991 9224 9470 11080 11083 20212 21059 22677 29043
Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar (Jawa-Bali)
HSD MFD Gas LNG
Batubara
Hydro
Surya
/Hyb
rid
Geotherm
al0
50000100000150000200000250000
Produksi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar
Daerah Jawa Bali
2013 2014 2015 2016 20172018 2019 2020 2021 2022
HSD3%
MFD0%
Gas21%
LNG7%
Batubara61%
Hydro3%
Geothermal5%
Porsi Pembangkit berdasarkan Jenis Bahan Bakar
Gambar 10.1.2. Diagram Perkembangan pembangkit dari tahun ke tahun berdasarkan jenis
bahan bakar.(Jawa-Bali).
Berdasarkan Tabel dan diagram diatas perkembangan jenis bahan bakar dari
pembangkitan panas bumi berkisar antara 5% dengan pertumbuhan 0.6-0.9% per
tahunnya. Hal ini cukup signifikan mengingat daya dukung dan infrastruktur
pembangunan PLTP terutama yang skala kecil juga mengalami perkembangan baik
dalam hal teknologi maupun sumber daya manusia yang terlibat didalamnya.
Dari RUPTL yang dikeluarkan Oleh PLN diperoleh informasi bahwa pembangkit
panas bumi menempati tempat ketiga setelah batu bara dan gas alam serta
pembangunan pembangkit lebih didominasi oleh pihak IPP dengan kapasitas daya
bangun sekitar 1935 MW.
20132014
20152016
20172018
20192020
20220
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
Kebutuhan Pasokan Listrik Jawa-Bali
Power DemandProduksi
Tahun
GWh
Gambar 10.1.3. Diagram Kebutuhan pasokan listrik Jawa Bali
Kebutuhan Listrik Daerah Jawa-Bali tergolong besar dan terus meningkat
setiap tahunnya terlihat dari kondisi pertumbuhan pengguna listrik baru yang
mencapai 15-20% setiap tahunnya
20132014
20152016
20172018
20192020
2022
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
0 55 30 30
225
0
1275
110
1075
Kapasitas Kenaikan Sistem Pembangkit PLTP per Tahun
Kapasitas Kenaikan Sistem PembangkitPLNIPPPembangkit dengan penambahan kapasitas
Gambar 10.1.4. Diagram Pembangunan PLTP dari tahun ke tahun (PLN, IPP & Upgrade)
Pergerakan perkembangan teknologi pembangkit panas bumi /geothermal
yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan listrik Jawa-Bali diperkirakan akan
banyak dilaksanakan pada tahun 2019 hingga tahun 2022.
Sedangkan untuk perbandingan pembangunan PLTP Skala kecil (<10MW) didaerah
Jawa-Bali dengan PLTP skala menengah hingga besar dari tahun 2013 hingga
tahun 2022 hanya 1:20 sehingga terlihat bahwa PLTP Skala kecil tidak berdampak
signifikan terhadap pasokan daya untuk DAOP Jawa-Bali. PLTP Skala Kecil yang
akan dibangun didaerah Jawa-bali adalah PLTP Cibuni dengan kapasitas 10 MW di
yang direncanakan beroperasi tahun 2019.
Berikut ini adalah PLTP yang akan dibangun untuk DAOP Jawa-Bali
Daerah Pemilik Proyek Pembangkit MW CODJawa Barat Swasta PLTP Patuha 165 2014&2017Jawa Barat Swasta PLTP Kamojang 5 30 2015Jawa Barat Swasta PLTP Karaha Bodas 30 2016Jawa Tengah Swasta PLTP Dieng 115 2017Jawa Barat Swasta PLTP Cibuni 10 2019Jawa Barat Swasta PLTP Cisolok-Cisukoromo 50 2019Jawa Barat Swasta PLTP Karaha Bodas 110 2019
Jawa Barat Swasta PLTP Tamponas 45 2019
Jawa Barat SwastaPLTP Tangkuban Perahu 1 110 2019
Jawa Barat SwastaPLTP Tangkuban Perahu 2 60 2019
Jawa Barat Swasta PLTP Wayang windu 220 2019Jawa Tengah Swasta PLTP Baturaden 220 2019Jawa Tengah Swasta PLTP Guci 55 2019Jawa Tengah Swasta PLTP Ungaran 55 2019Jawa Timur Swasta PLTP Ijen 110 2019Jawa Timur Swasta PLTP Wilis/Ngobel 165 2019-2020Jawa Timur Swasta PLTP Iyang Argopuro 55 2020Banten Swasta PLTP Endut 55 2021Jawa Barat Swasta PLTP Gn. Ciremai 110 2021Jawa Tengah Swasta PLTP Umbul Telomoyo 55 2021Banten Swasta PLTP Seulawah Agam 110 2021-2022
10.2. Pembangunan PLTP Sumatra
Untuk pembangunan listrik sistem jaringan Sumatra Pemerintah melalui PLN
bersama dengan IPP (Swasta) mencoba membangun sistem pembangkit dengan
komposisi bahan bakar sebagai berikut Komposisi produksi listrik per jenis energi
primer di Sumatera diproyeksikan pada tahun 2022 akan menjadi 49% batubara,
17% gas alam, 11% tenaga air, 1% minyak dan 22% panas bumi.
Daerah Sumatra merupakan daerah kedua yang kebutuhan pasokan listriknya
tertinggi kedua setelah daerah Jawa-Bali, porsi pembangkit listrik dengan jenis
bahan bakar panas bumi/Geothermal dapat terlihat pada tabel dibawah.
Tabel 10.2.1. Komposisi pembangkit berdasarkan jenis bahan bakar
Fuel Type 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022HSD 11310 9724 5566 3178 2889 744 727 726 713 701MFD 1263 1005 952 447 262 38 40 42Gas 6755 7388 7708 8797 8948 8756 7482 7428 7533 7599LNG 1640 3475 3781 4620 5247 5321 5231 5354Batubara 8242 12238 17714 20770 22788 24901 28190 32758 36139 37274Hydro 3411 3.539 3932 4355 4907 5516 5890 6122 6960 8160Surya/HybridBiomass 37 37 37 105 148 117 109 109 109 109ImporGeothermal 701 815 825 1140 2860 6470 8515 9286 11778 16884
Komposisi Produksi Energi Listrik Berdasarkan Jenis Bahan Bakar (Jawa-Bali)
HSD36%
MFD4%Gas
21%
Batubara26%
Hydro11%
Biomass0% Geothermal
2%
Porsi Pembangkit berdasarkan jenis bahan bakar
Gambar 10.2.1.Diagram Perkembangan pembangkit dari tahun ke tahun berdasarkan jenis
bahan bakar.(Sumatra).
Berdasarkan studi yang dilakukan pada RUPTL PLN diperoleh informasi
bahwa sistem pembangkitan panas bumi menempati urutan ke 2 terbesar setelah
pembangkit dengan bahan bakar batu bara terutama pada tahun 2020 keatas.
informasi yang diperoleh bahwa produksi listrik berdasarkan jenis bahan bakar
panas bumi sebesar 2% dan pertumbuhannya terus naik 0.7-1% dari tahun ke tahun
lebih tinggi dari pada Jawa-Bali.
Kapasitas pembangkit listrik untuk DAOP PLN Sumatra terlihat pada gambar 10.2.3.
20142015
20162017
20182019
20202021
2022-1000
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Kapasitas Pembangkit Per Tahun
Kapasitas TerpasangLinear (Kapasitas Terpasang)PLNSewaIPPRetired & Mothballed
Gambar 10.2.3. Kapasitas Pembangkit daerah Sumatra yang akan terus mengalami
penurunan tiap tahun
Proyek pembangunan pembangkit panas bumi untuk daerah region Sumatra
sangat cukup signifikan jika dibandingkan dengan sistem jawa bali, hal ini terlihat
dari banyaknya grafik pertumbuhan yang terus meningkat rata-rata 20 – 50 % per
tahun.
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 20220
200
400
600
800
1000
1200
Kapasitas Kenaikan Sistem Pembangkit PLTP per Tahun
Total Kapasitas Trepasang PLNIPP On Series & Committed Upgrade Kapasitas
Gambar 10.2.3. Kenaikan kapasitas pembangkit panas bumi per tahun daerah Sumatra
Tambahan kapasitas pembangkit tahun 2013 – 2022 adalah 16,6 GW atau
penambahankapasitas ratarata 1,7 GW per tahun, termasuk PLTM skala kecil
tersebar sebesar 163 MW dan PTMPD 80 MW. PLTU batubara akan mendominasi
jenis pembangkit thermal yang akan dibangun, yaitu mencapai 9,1 GW atau 54,9%,
disusul oleh PLTG/MG dengan kapasitas 1,5 GW atau 9,1% dan PLTGU 1,2 GW
atau 7,2%. Sementara untuk energi terbarukan khususnya panas bumi sebesar 2,9
GW atau 17,2%, PLTA/PLTM/ pumped storage sebesar 1,8 GW atau 11,2%, dan
pembangkit lainya sebesar 0.08 GW atau 0.5 %.
. 20132014
20152016
20172018
20192020
20212022
0
500
1000
1500
2000
2500
3000Proyek PLTP 2013-2022
Upgrade PembangkitIPPPLN
Gambar 10.2.4. Proyek pembangunan dan pengambangan PLTP per tahun.
Neraca Daya sistem interkoneksi Sumatera direncanakan dengan reserve
margin yang tinggi, yaitu mencapai 65% pada tahun 2022, angka ini sudah lebih
rendah bila dibandingkan reserve margin pada RUPTL 2012-2021 yang mencapai
70% pada tahun 2018. Potensi beban di Sumatera masih bisa lebih tinggi dari yang
telah direncanakan. Dengan reserve margin yang cukup tinggi maka memungkinkan
untuk mengambil potensi beban yang tinggi tersebut. Namun apabila reserve margin
lebih rendah dari 40% perlu dilakukan pengendalian beban. Pengembangan PLTP
oleh PLN masih jauh dibawah swasta, seharusnya pengembangannya dapat lebih
ditingkatkan.
Gambar 10.2.4. Proporsi pengembangan PLTP (PLTP & IPP)
Berikut ini rencana PLTP yang akan dibangun di DAOP Sumatra:
Daerah Pemilik Proyek Pembangkit MW CODLampung Swasta PLTP Ulubelu 3 dan 4 110 2016-2017Sumbar Swasta PLTP Muara Laboh 220 2017-2018Jambi PLN PLTP Hululai 110 2018-2019Aceh Swasta PLTP Jaboi 110 2019Bengkulu PLN PLTP Rawa Dano 110 2019Lampung Swasta PLTP Rajabasa 220 2021-2022Lampung Swasta PLTP Suoh Sekincau 220 2021-2022Lampung Swasta PLTP Danau Ranau 110 2022Lampung Swasta PLTP Wai Ratai 55 2022Sumbar Swasta PLTP Bonjol 165 2022Jambi Swasta PLTP Sungai Penuh 110 2024
10.3. Pembangunan PLTP Indonesia Timur
Rencana pengembangan Pembangkit Wilayah Operasi Indonesia Timur untuk
memenuhi kebutuhan beban periode 2013 – 2022, diperlukan tambahan kapasitas
pembangkit sebesar 11,45 GW untuk seluruh wilayah operasi Indonesia Timur,
termasuk committed dan ongoing projects
Dari daerah Indonesia timur hanya daerah Kalimantan yang sama sekali tidak
ada pengembangan sistem pembangkit Geothermal sehingga untuk kajian studi
pengembangan PLTP tidak dilakukan. .daerah Indonesia timur yang dilakukan
kajian tentang pembangunan PLTP adalah daerah Sulawesi, NTT, dan Maluku
Sebagian besar daerah operasional PLN indonesia timur tidak interkoneksi secara
grid melainkan terpisah-pisah dan berjalan sendiri-sendiri sehingga sulit untuk
diketahui karakteristik beban tahunan dan data-data
Beberapa daerah yang diketahui antara lain adalah
Sulawesi bagian utara.
Beberapa hal yang menjadi perhatian pada Sistem Sulbagut antara lain: Pada
tahun 2014 - 2015 perlu dilakukan penambahan kapasitas pembangkit secara cepat
dan bersifat sementara agar tidak terjadi defisit daya, sebelum pembangkit non-BBM
selesai pembangunannya. Adanya indikasi bahwa beberapa proyek PLTU batubara
diperkirakan akan mundur dari jadwal semula. Untuk mengisi kekurangan daya dan
sekaligus dalam rangka memenuhi kebutuhan beban puncak, direncanakan
penambahan kapasitas pada proyek peaker yaitu PLTG/GU/MG Minahasa Peaker
150 MW dan Gorontalo Peaker 100 MW. Adanya proyek-proyek tersebut, maka
reserve margin 2016 - 2022 masih dalam batas yang diperbolehkan yaitu antara
30% sampai 58%.
20132014
20152016
20172018
20192020
20212022
050
100150200250300350400450
Kapasitas Pembangkit Panas Bumi (Sulut) per Tahun
Kapasitas TerpasangLinear (Kapasitas Terpasang)PLNIPPSewa
Tahun
MW
Gambar 10.3.1. Kapasitas pembangkit panas bumi daerah Sulawesi yang diprediksi akan
mengalami penurunan tiap tahun (Derating).
Proyek pembangkit panas bumi yang direncanakan akan berjalan di Sulawesi
bagian utara hampir kesemuanya hanya berupa penambahan kaspasitas saja.
Seperti PLTP Kotamobagu 1,2 (FTP), Kotamobagu 3,4 (FTP2), Lahendong 5(FTP2)
Lahendong 6(FTP2).
20132014201520162017201820192020202120220
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Proyek PLTP 2012-2022
Upgrade Pembsngkit
Gambar 10.3.2. proyeksi pengembangan PLTP Sulbagut
Sulawesi Bagian Selatan
Sistem Sulbagsel merupakan penggabungan sistem Sulsel-Sulbar, Sulteng
dan sistem Sultra. Sistem ini direncanakan akan terbentuk pada tahun 2016 setelah
proyek transmisi 150 kV interkoneksi sistem Sulsel dengan sistem Sultra selesai
dibangun termasuk IBT 275/150 kV GI Wotu. Rencana penempatan pembangkit di
sistem Sulsel-Sulbar, Sultra, Sulteng diupayakan seimbang dengan menganut
kriteria regional balance. Proyek pembangkit panas bumi yang dilakukan seluruhnya
merupakan PLTP Skala Menengah (>10MW dan <55 MW). PLTP yang akan
dibangun adalah PLTP Marana (↑20 MW) dan PLTP Lainea (↑20 MW).
20132014
20152016
20172018
20192020
20212022
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
Kapasitas Pembangkit Per Tahun
Kapasitas TerpasangPLNIPPsewaRetired & Mothballed
Gambar 10.3.3. Kapasitas Pembangkit dari PLTP Sulbagsel yang terus menurun per
tahun.
Pembangunan PLTP Maluku, NTT dan NTB
PLTP yang akan dibangun merupakan PLTP skala kecil dan menengah
berkisar antara 5-20 MW dan sebagian besar merupakan kontribusi pemerintah
melalui PLN yang bekerjasama dengan pihak swasta, PLTP yang akan dibangun
adalah PLTP Atadei, PLTP Tulehu, PLTP Mataloko, PLTP Sokoria, PLTP Jailolo,
PLTP Songa Wayaua, PLTP Sembalun , PLTP Oka Ile Ange, PLTP Huu, sebagian
besar dibangun di wilayah NTT dan NTB. Kebutuhan terbesar listrik di NTT adalah di
Kupang sebagai ibu kota Provinsi, yaitu 36%. Hampir semua pembangkit di NTT
menggunakan PLTD dan terdapat tiga unit PLTM serta PLTP, sehingga biaya pokok
produksi listrik sangat tinggi.
Berikut ini adalah daftar PLTP yang akan dibangun di daerah Indonesia Timur
Daerah Pemilik Proyek Pembangkit MW COD
NTT Swasta PLTP Atadei 5 2017
sulut SwastaPLTP Lahendong V dan VI 40 2017-2018
Maluku PLN PLTP Tulehu 20 2018
NTT Swasta PLTP Mataloko 5 2018
NTT Swasta PLTP Sokoria 15 2018-2020Maluku Utara Swasta PLTP Jailolo 10 2019
NTB PLN PLTP Songa Wayaua 5 2019
NTB PLN PLTP Sembalun 20 2020
NTT Swasta PLTP Oka Ile Ange 10 2020
NTB Swasta PLTP Huu 20 2021
Sulteng Swasta PLTP Bora Pulu 55 2022
Sulteng Swasta PLTP Marana/Masaingi 20 2022
sulut PLNPLTP Kotamobagu 1 dan 2 40 2022
sulut PLNPLTP Kotamobagu 3 dan 4 40 2022
10.4. Pembangunan PLTP Indonesia
Pembangunan PLTP di Indonesia berdasarkan UU No 9 tahun 2009, PP no 14
tahun 2012 dll, maka Pembangunan PLTP diberbagai daerah diIndonesia
dilaksanakan
Gambar 10.4.1. Komposisi PLTP Skala Menengah-Besar (Sumber: RUPTL PLN)
Pembangunan PLTP skala besar secara tidak langsung juga memacu pertumbuhan
PLTP skala kecil yang diaplikasikan untuk daerah dengan reservoir relative kecil
ataupun pemodal /investor kecil.
Gambar 10.4.2. Komposisi PLTP Skala kecil (Sumber: RUPTL PLN)
PLTP yang akan dibangun diIndonesia sebagian besar masih dikuasai oleh swasta
dan porsi pemerintah masih jauh lebih kecil baik dari pembangunan PLTP skala kecil
maupun skala besar.
89%
11%
PLTP SKALA KECILSwasta PLN
Gambar 10.4.3. Komposisi PLTP milik PLN dan Swasta (Sumber: RUPTL PLN)
PLTP yang dibangun oleh PLN sebesar 11-18 % dari total keseluruhan proyek
pembangunan.
11. Kesimpulan
1. PLTP Skala kecil yang direncanakan akan dibangun oleh PLN dalam rentang
waktu 2014-2024 ternyata jumlah tidak terlalu banyak. Hanya ada 6 PLTP
yaitu PLTP Atadei (5 MW-NTT), PLTP Mataloko (5 MW-NTT), PLTP Cibuni
(10 MW-Jawa Barat), PLTP Jailolo (10 MW-Maluku Utara), PLTP Songa
Wayaua (5 MW-NTB), PLTP Oka Ile Ange(10 MW-NTT).
2. Industri PLTP Skala kecil yang akan dibangun terdiri dari; 5 unit dari pihak
IPP/Swasta dan 1 unit dari PLN, total kapasitas keseluruhan ±45 MW dan
rata-rata akan dibangun pada kurun waktu2017,2018,2019 dan 2020
12.Daftar Pustaka.
1. PT. PLN, (2013), Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2014-2024, PT
PLN (Persero); Jakarta, Indonesia.
2. BPPT, (2013), Kajian desiminasi PLTP Binary Cycle, Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi; Jakarta, Indonesia