Post on 11-Mar-2021
KAJIAN HERMENEUTIK LEGENDA ASAL-USUL ORA
(KOMODO) DI PULAU KOMODO FLORES NUSA
TENGGARA TIMUR NTT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memeroleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
DEWI ASTUTI
NIM : 10533770614
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2018
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
Menyia-nyiakan waktu lebih buruk dari kematian.
Karena kematian memisahkanmu dari dunia,
Sementara menyia-nyiakan waktu memisahkanmu
Dari Allah.
-Imam bin Al Qayim.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta.
Buat kakak tercinta Asriyamawati, adik tersayang Nur Alviana dan Rizky
Kurniawan. Dan tak lupa pula buat yang selalu Tanya “kapan WISUDA ?”
ABSTRAK
DEWI ASTUTI,2018. Kajian Hermeneutik Legenda Asal-Usul Ora (Komodo)
di Pulau Komodo Flores Nusa Tenggara Timur.Skripsi.Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Munirah dan Andi Paida.
Tujuan penelitian ini adalah (i) Mendeskripsikan asal-usul legenda Ora
(Komoodo)(ii) Mendeskripsikan struktur prosesi ritual yang dilakukan masyarakat
setempat terhadap legenda Ora (Komodo) ( iii ) Mendeskripsikan peran legenda
Ora (Komodo) tersebut terhadap Masyarakat setempat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk memahami realitas tentang legenda Ora (Komodo) yang ada di Pulau
Komodo. Informasi di dapat melalui wawancara yang dilakukan sebagaimana
yang sudah ditentukan yaitu Kepala Adat, Kepala Desa, Tokoh Masyarakat,
Pemuda setempat, Pawang ataupun Guide.Teknik pengumpulan data yaitu
wawancara dan observasi. Tekhnik analisis data melalui pengumpulan data,
reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (i) asal-usul Ora (Komodo)
merupakan legenda masyrakat yang memiliki dan diyakini sebagai keturunan
manusia atau binatang yang terlahir kembar dari Rahim manusia, satu berwujud
manusia dan yang satunya berwujud kadal raksasa kemudian di beri nama Sebae
atau Ora (ii) Ora (Komodo) memiliki prosesi ritual yang berbeda dengan tempat
lain singkat,dan juga tidak terlalu membutuhkan bahan ataupun sesajian yang
begitu banyak, dan juga prosesi ritual dilakukan tidak setiap hari, akan tetapi
prosesi ritual dilakukan pada saat tertentu. (iii) peran Ora atau Komodo bagi
masyarakat setempat adalah sebagai pedoman bagi masyarakat dalam lingkungan
hidup.
Adapaun kesimpulan yang bisa penulis sampaiakan bahwa legenda, mitos
ataupun yang lain merupakan warisan yang perlu di lestarikan dan di jaga. Hal
itulah yang penulis temukan terhadap masyarakat setempat yang masih setia untuk
menjaga dan melestarikan kepercayaan mereka.
Kata Kunci : Hermeneutik dan Legenda
KATA PENGANTAR
Tidakada kata lain yang diucapkanselainpujidansyukurkehadirat Allah
SWT. Tuhan yang mahakuasayang
telahmemberikanpertolongankepadahambanya,sehinggapenulisdapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Hermeneutik Legenda Asal-Usul
Ora (Komodo) di Pulau Komodo Flores Nusa Tenggara Timur
(NTT)”dapatdiselesaikansebagai salah satu tugas akademik,
PadaJurusanPendidikan Bahasa dan Sasra Indonesia
FakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasMuhammadiyah Makassar.
Shalawat serta salam semoga tercurah atas Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta semoga semua umatnya senantiasa dapat
menjalankan syari’at-syari’atnya, amin. Penulistelahberusaha untuk menjadikan
skripsi inisebagaisebuahkarya yang bermanfaatterutamabagipenulissendiridanpara
pembaca. Namun, dibaliksemuaitu saran dankritikan yang
bersifatmembangunsangatdiharapkanuntukperbaikan menuju kesempurnaan
skripsi ini.
Penulismenyadaribahwamelangkahuntukmencapaisuatutujuan,
hambatandanrintanganmenemanisilihberganti.Namun, berkatrahmatdanhidayah-
Nyayang
disertaiusahadando’asertaikhtiarsehinggasemuaitudapatdijalanidenganikhlasdanta
wadhu.
Ucapanterimakasih yang sebesar-besarnyadanpenghargaan yang setinggi-
tingginyasertasalampenuhhormatdengansegenapcinta, Anandahaturkankepada
orang tua Ayahanda Achmad Said dan Ibunda Siti Halima M,
dengansusahpayahdanketulusannyamencurahkancinta, kasih sayang
disertaiperhatiannyadalammendidikdanmembesarkan yang
disertaidenganiringando’a yang tulus demi tercapainyacita-citaananda,
semogaanandadapatmembalassetiapteteskeringat yang tercurah demi
membantuanandamenjadi seorang manusia yang berguna. Keluargabesar yang
selamainiselalumenemanidanmemberikansemangatsertadorongankepadaanandase
hinggaananda dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi berbagai hambatan
dan tantangan namun berkat bimbingan, inovasi dan sumbangsi pemikiran dari
berbagai pihak, segala hambatan dan tantangan yang dihadapi penulis dapat
teratasi. Dengan penuh rasa hormat, penulis menghaturkan terima kasih yang
seberas-besarnya kepada, Dr.Munirah.,M.Pd, selaku pembimbing I sekaligus
ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan Andi Paida,
S.Pd.,M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan
sejak dari awal proposal hingga selesainya skripsi ini.
Tidaklupa pula penulismengucapkanterimakasihkepada Dr. H. Rahman
Rahim, MM, RektorUniversitasMuhammadiyah Makassar, Erwin Akib M. Pd,
DekanFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitas Muhammadiyah
Makassar,
segenapdosendanparastafpegawaidalamlingkunganFakultasKeguruandanIlmuPen
didikanUniversitasMuhammadiyah Makassar yang
telahmembekalipenulisdenganserangkaianberbagaiilmu yang
sangatbermanfaatbagipenulis.Sahabatsertateman-temanseperjuanganku di
JurusanPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FakultasKeguruan Dan
IlmuPendidikanUniversitasMuhammadiyah Makassar, terkhusus angkatan 2014
Kelas H, terimakasihataskebersamaandankekompakankitaselamaini yang
penuhkeceriaandansalingmembantu.Semuapihak yang telahmembantupenulis
dalam penyusunan skripsi ini yang tidaksempatdisebutkansatu-
persatuterimakasihatasbantuannya.
Mengiringipenghargaandanucapanterimakasihpenuliskepadasemuapihak
yang turutmembantusecaralangsungmaupuntidaklangsungkepadapenulis selama
penyelesaian skripsi ini.Semogasegalabantuan yang diberikankepadapenulis
mendapatimbalan yang berlipatgandadari Allah SWT.Mudah-
mudahankitasemuasenantiasamendapatkanrahmatdanhidayah-Nya.Amin. Akhir
kata, semoga skripsi inidapatbermanfaatbagisemuapihak yang membutuhkannya.
Makassar, Juni 2018
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................... i
KARTU KONTROL PEMBIMBING I ........................................................... ii
KARTU KONTROL PEMBIMBING II .......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
A. Penelitian yang Relevan .............................................................. 6
B. Kajian Teori ................................................................................ 8
1. Pengertian Hermeneutika ...................................................... 8
2. Kajian Teori .......................................................................... 10
C. Hermeneutika dan Karya Sastra ................................................. 11
D. Legenda ....................................................................................... 13
1. Pengertian Legenda ............................................................... 13
2. Ciri-ciri Legenda ................................................................... 16
3. Jenis-jenis Legenda ............................................................... 16
E. Orah (Komodo) ........................................................................... 19
F. Kerangka Pikir ............................................................................ 20
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 24
A. Rancangan Penelitian .................................................................. 24
1. Jenis Penelitian ...................................................................... 24
2. Lokasi Penelitian .................................................................... 24
B. Data dan Sumber Data ................................................................. 25
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 26
D. Teknik Analisis Data.................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 31
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 31
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 31
2. Asal-Usul Legenda Orah (Komodo) ....................................... 41
3. Struktur Prosesi itual Ora (Komodo) ...................................... 46
4. Peran Legenda Orah (Komodo) .............................................. 48
B. Pembahasan ................................................................................... 50
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 56
A. Simpulan........................................................................................ 56
B. Saran ............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 4. 1 Jumlah RT,RW, dan Dusun Desa Komodo 32
Tabel 4.2 Jumlah penduduk Desa Komodo menurut
golongan umur dan jenis kelamin
35
Tabel 4.3 Mata pencaharian penduduk desa Komodo 38
Tabel 4.4 Tingkat pendidikan penduduk desa Komodo
Kabupaten Manggarai Barat
40
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir 22
Gambar 4.1 Struktur Pemerintahan Desa
Komodo
34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bicara tentang sastra berati berbicara kebiasaan-kebiasaan, adat, dan
kondisi suatu masyarakat. Sastra ata kesustraan adalah pengungkapan dari fakta
artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (masyarakat)
melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap
kehidupan manusia (kemanusiaan). Perkembangan dan pertumbuhan sastra di
suatu masyarakat merupakan gambaran perkembangan dan pertumbuhan bahasa
dan budaya masyarakat tersebut. Sastra secara keseluruan tidak terlepas dari
persoalan kesusastraan daerah, khususnya sastra lisan.
Sastra lisan adalah kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan
warga suatu kebudayaan yang disebar luaskan secara turun-temurun atau mulut
ke mulut. Setiap daerah biasanya memiliki sastra lisan yang terus dijaga. Sastra
lisan ini adalah salah satu bagian budaya yang dipelihara oleh masyarakat
pendukungnya secara turun-temurun. Hal ini berarti, sastra lisan merupakan
bagian dari kebudayaan masyarakat yang harus dipelihara dan dilestarikan.
Sastra lisan daerah memunyai nilai-nilai luhur yang perlu dikembangkan dan
dimanfaatkan dalam hubungan usaha pembinaan serta penciptaan sastra.
Pelestarian sastra lisan ini dirasa sangat penting, karena sastra lisan hanya
tersimpan dalam ingatan orang tua atau sesepuh yang kian hari berkurang. Sastra
daerah berfungsi sebagai penunjang perkembangan bahasa daerah, dan
2
sebagaipengungkap alam pikiran serta sikap dan nilai-nilai kebudayaan
masyarakat pendukungnya. Sastra lisan juga merupakan budaya yang menjadikan
bahasa sebagai media, dan erat ikatannya dengan kemajuan bahasa masyarakat
pendukungnya tersebut, sehingga perlu adanya penyelamatan agar tidak hilang,
dari generasi ke generasi dapat mengenal serta menikmati kekayaan budaya
daerah tersebut.
Dalam penelitian sastra lisan, ada beberapa poin yang dapat dijadikan
bahan kajian. Salah satu yang perlu dikaji dalam sastra lisan adalah dari segi
makna. Kajian penelitian dari segi makna dalam penelitian sastra lisan adalah
realitas yang dihadirkan oleh pembaca. Salah satu sastra lisan yang memiliki
makna penting bagi pembaca dan masyarakat umumnya adalah Kajian
Hermeneutik Legenda Asal-usul Ora (komodo)di Pulau komodo Flores Nusa
Tenggara Timur (NTT).
Penulis merasa tertarik untuk mengkaji legenda yang ada di pulau
Komodo, karena legenda tersebut telah lama mempengaruhi kehidupan
masyarakat Manggarai Barat khususnya di pulau Komodo. Pengaruh yang sangat
jelas terutama berkaitan dengan prosesi ritual yang di laksanakan secara adat,
termasuk kehidupan atau pergaulan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penulis tertarik mengkaji legenda tersebut, karena penulis merasa
bahwa banyak masyarakat dari luar pulau Komodo tidak mengetahui cerita
Legenda Asal-Usul Komodo, karena masyarakat luar hanya memandang dari sisi
pariwisata saja.
3
Berdasarkan kesimpulan di atas, jelas bahwa sastra lisan memunyai
kedudukan dan fungsi yang penting, sehingga sastra lisan perlu diselamatkan
untuk dipelihara, dan dikembangkan. Usaha menyelamatkan semacam ini bukan
saja penting dan berguna bagi masyarakat pendukungnya, maupun sastra lisan
yang bersangkutan, melainkan juga bermanfaat bagi kepentingan nasional. Hal
ini relevan dengan bijaksana pemerintah dalam bidang kebudayaan yang antara
lain bertujuan meningkatkan pembinaan dan pemeliharaan kebudayaan nasional.
Beberapa hal di atas inilah yang menjadi alasan atau latar belakang untuk
melakukan penelitian Kajian Hermeneutik Asal-Usul Legenda Ora (Komodo) di
Pulau Komodo Flores Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dengan kajian ini, penulis berharap dapat mengungkap secara jelas
tentang pengaruh legenda Ora (Komodo) dengan segala seluk beluknya terutama
pengaruhnya terhadap kehidupan dimasa sekarang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang telah diuraikan, peneliti
berkeinginan untuk merumuskan masalah yaitu,
1. Bagaimanakah sejarahasal-usul legenda Ora (Komodo) ?
2. Bagaimana struktur prosesi ritual yang dilakukan masyarakat terhadap
Legenda Ora ( Komodo) tersebut?
3. Bagaimana peran Legenda Ora (Komodo) tersebut terhadap masyarakat
setempat ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan asal- usul legenda Ora (Komodo)
4
2. Mendeskripsikan struktur prosesi ritual yang dilakukan masyarakat
setempat terhadap legenda Ora (Komodo) tersebut.
3. Mendeskripsikan peran legenda Ora (Komodo) tersebut terhadap
masyarakat setempat.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik harus memberikan manfaat yang baik
pula.Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka ada beberapa manfaat yang
bisadiberikan kepada pembaca dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis.
Penelitian ini dapat digunakan dalam memperkaya khasanah ilmu
danmemberi sumbangan pemikiran bagi dunia sastra nasional, terutama
bagipenelitian cerita rakyat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca dan Penikmat Sastra.
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru dan pemahamanyang
mendalam tentang salahsatu legenda, yang sampai sekarang masih
dipercayaoleh masyarakat di Pulau Komodo Flores NTT
b. Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan bahanpertimbangan
bagi para mahasiswa dalam membentuk gagasan baru yanglebih kreatif
di masa yangakan datang demi kemajuan diri mahasiswa danjurusan.
5
c. Bagi Guru
Memberi gambaran serta pengetahuan juga sebagai bahan ajar tentang
makna yang terkandung dalam legenda Asal-usul Ora (komodo) di
Pulau Komodo Flores Nusa Tenggara Timur (NTT).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian yang Relavan
Untuk dapat mengetahui keaslian penelitian ini, maka perlu dilakukan
tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keautentikan
sebuahkarya ilmiah. Keaslian penelitian ini dapat diketahui dari pemaparan
beberapaskripsi. Tinjauan yang dimaksud adalah penelaahan terhadap hasil
penelitian lainyang relevan dengan penelitian ini.
Adapun beberapa penelitian serupa yang akan dikemukakan adalah
penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2014) yang meneliti tentang Asal Muala
Danau Kalimutu yang hasil penelitianya mengatakan bahawa danau kalimutu
memiliki cerita legenda masyarakat setempat dimana dari tiga warna danau
tersebut memiliki arti yang diyakini masyarakat setempat, seperti Warna Biru
Bernama Tiwu Nuwa Muri yang dihuni oleh roh orang-orang anak muda yang
sudah meninggal.Danau yang berwarna merah, bernama Tiwu Ata Palo yang
dihuni oleh roh-roh orang yang berkelakuaan jahat yang dimaksud adalah para
penyihir, ilmu hitam dan sebagainya. Sedangkan danau yang berwarna putih,
bernama Tiwu Ata Mbupu yang dihuni oleh roh-roh orang tua yang sudah
meninggal.
Penelitiannya menyatakan bahwa “masyarakat sangat meyakini bahwa
danau kalimutu memiliki kekuatan megis yang luar biasa, bahkan dalam
6
masyarakat setempat secara rutin diadakan upacara rutin ritual dengan
memberikan sesaji yang ditujuhkan kepada parah roh penunggu danau.
7
6
Rijal (2012) penelitian menyatakan bahwa “prospek pengembangan
pariwisata pulau komodo sangatlah bagus dengan adanya perhatian khusus dari
pemerintah setempat dan keseimbangan dukungan dari masyarakat setempat,
sehingga keseimbangan atau kemajuannya dimasa akan datang banyak yang
memanfaatkanya. Dari pada itu banyak wisatawan akanberlomba untuk
mengunjungi obyek wisata pulau komodo, dengan demikian manfaat dari
keindahan pulau Komodo banyak yang memanfaatkannya.
Berdasarkan penelitian kedua diatas dapat disimpulkan bahwa perhatian
khusus dari pemerintah ditinjau dari sisi sosial dan budaya masyarakat pulau
komodo sangat rendah dan lebih memperhatikan pengembangan pariwisata pulau
komodo. Dengan adanya kebijakan pemerintah seperti ini saya selaku anak daerah
daratan NTT mencoba untuk meneliti keberadaan legenda asal-usulOra
(Komodo)dengan tujuan hasil penelitian ini nantinya bisa merubah polah pikir
masyarakat maupun pemerintah setempatpada umumnya.
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti seperti
penelian yang dilakukan oleh Rijal dalam skripsinya yang berjudul “Prospek
Pengembangan Pariwisata Pulau Komodo” dan juga Ibrahim dalam skripsinya
yang berjudul “ Asal Mula Danau Kalimutu” .Sementara itu peneliti melakukan
penelitian ini dengan menggunakan metode deskrpisi,peneliti bermaksud guna
menggambarkan akan tempat maupun shal yang akan dilakukan dalam penelitian
guna untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap pembaca. Dalam hal ini
kedua peneliti di atas hanya melakukan penelitian pada ruang lingkup pariwisata
7
6
maupun unsur yang lain bukan pada sejarah maupun Legenda yang terdapat di
lokasi atau tempat penelitian.
Dari berbagai argumen yang disampaikan peneliti maka, peneliti
mengambil beberapa kesimpulan untuk membandingkan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terhadap perbedaanya Antara lain :
Penelitian ini dilakukan dengan penelitian deskripsi,menggambarkan
sesuatu dengan sedetail mungkin sehingga mampu memberikan informasi yang
objektif terhadap pembaca sesuai dengan fokus penelitian,penelitian ini juga
bermaksud untuk menjelaskan fenomena atau karakterestik
individual,situasi,tempat atau kelompok tertentu. Dalam hal ini kedua peneliti
sebelumnya hanya fokus pada struktur pariwista yang ada di pulau komodo.
B. Kajian Teori
1. Pengertian Hermeneutika
Hermeneutika adalah salah satu jenis filsafat yang mempelajari tentang
interpretasi makna. Nama hermeneutika diambil dari kata kerja dalam bahasa
yunani hermeneuein yang berarti, menafsirkan, memberi pemahaman, atau
menerjemahkan. Jika dirunut lebih lanjut kata kerja tersebut diambil dari nama
Hermes , dewa pengetahuan dalam mitologi Yunani yang bertugas sebagai
pemberi pemahaman kepada manusia terkait pesan yang disampaikan oleh
para dewa-dewa di Olympus . Sebagai istilah ilmiah, Hermeneutika
diperkenalkan pertama kali sejak munculnya buku dasar-dasar logika,Peri
Hermeneias karya Aristoteles. Sejaksaatitupulakonsep logika dan
7
6
penggunaan rasionalitas diperkenalkan sebagai dasar tindakan hermeneutis.
Konsep ini terbawa pada tradisi beberapa agama ketikamemasuki abad
pertengahan (medieval age). Hermeneutika diartikan sebagai tindakan
memahami pesan yang disampaikan Tuhan dalam kitab suci-Nya
secara rasional. Dalam tradisi Kristen, sejak abad 3 M, Gereja yang kental
dengan tradisi paripatetik menggunakan konsep tawaran Aristoteles ini untuk
menginterpretasikan Al-kitab. Sedangkan dalam tradisi filsafat Islam,
ulama kalam menggunakan istilah Takwil sebagai ganti dari hermeneutika,
untuk menjelaskan ayat-ayat Mutasyabbihat.
Ketika Eropa memasuki masa pencerahan([rennaisance]),dari akhir
abad 18 M sampai awal 19 M, kajian-kajian hermeneutika yang dilakukan
pada abad pertengahan dinilai tidak berbeda sama sekali dengan
upayaparaahli FilologiKlasik. Empat tingkatan interpretasi yang berkembang
pada abad pertengahan, yaitu, literal eksegesis,allegoris eksegesis,tropologikal
eksegegis, dan eskatologis eksegesis, direduksi menjadi Literal dan gramatikal
eksegesis. Pemahaman ini diawali oleh seorang ahli Filologi bernama Ernesti
pada tahun 1761, dan terus dikembangkan oleh Friederik Agust dan Friederic
Ast.
Hermeneutika kemudian keluar dari disiplin filologi bahkan
melampaui maksuddari empat tingkatan interpretasi abad pertengahan
ketika Schleiermacher menyatakan bahwa proses interpretasi jauh lebih umum
dari sekadar mencari makna dari sebuah teks.Ia kemudian menjadikan
hermeneutika sebuah disiplin filsafat yang baru.Hal tersebutdisetujui dan
7
6
dikembangkan oleh Wilhelm Dilthey di ujung
abad19Mmemadukankonsep sejarah danfilsafatserta
menjauhi dogma metafisika untuk melahirkan pemahaman yang baru terhadap
Hermeneutika . Iakemudian memahami bahwa proses hermeneutika adalah
sesuatu yang menyejarah, sehingga harus terus-menerus berproses di
setiap generasi.Walaupun melahirkan pemahamanyang tumpang-tindih,
hubungan keilmuan yang dinamis akan sangat berperan untuk menyatukan
kembali pemahaman dalam sudut pandang yang bersifat obyektif.
Abad20M,ditandai sebagai era post-modern dalam sejarah filsafat
barat, fenomenologi lahir sebagai paham baru yang merambah dunia
hermeneutikaAdalah MartinHeidegger, yang mengatakan bahwa proses
Hermeneutis merupakan proses pengungkapan jati diri.
2.Kajian Teori
Menurut Paul Ricoeur Hermeneutika, sebuah cara untuk memahami
teks yang pada akhirnya, ujung dari proses itu adalah ditemukannya makna
atau pesan. Dari skema tampak bahwa makna dan pesan dalam tafsir
hermeneutik berada pada wilayah yang paling luas dan paling berjauhan
dengan teks (karya seni sebagai fakta ontologisnya), tetapi tetap berada di
dalam horizon yang dipancarkan teks.
Kelebihan teori ini ialah memberikan interpretasi yang terhadap
kajian dalam teks sastra secara terus-menerus, karena interpretasi terhadap
teks itu sebenarnya tidak pernah tuntas dan selesai. Dengan demikian, setiap
7
6
teks sastra senantiasa terbuka untuk diinterpretasi terus-menerus. Proses
pemahaman dan interpretasi teks bukanlah merupakan suatu upaya
menghidupkan kembali atau reproduksi, melainkan upaya rekreatif dan
produktif. Konsekuensinya, maka peran subjek sangat menentukan dalam
interpretasi teks sebagai pemberi makna. Oleh karena itu, kiranya penting
menyadari bahwa interpreter harus dapat membawa aktualitas kehidupannya
sendiri menurut pesan yang dimunculkan oleh objek tersebut kepadanya.
C. Hermeneutika dan Karya Sastra
Penafsir sangat urgen dan fital sekali karena kalau terjadi kesalahan
pemehaman tentang pesan-pesan tersebut akibatnya akan fatal bagi manusia.
Penafsir harus mampu menginterpretasikan atau mendaur sebuah pesan
kedalam bahasa yang digunakan oleh penuturnya. Kalau diasosiasikan secara
sekilas hermeneutik, menunjukan akhirnya pada tiga unsur yang akhirnya
menjadi pembukaan utama pada kegiatan manusia dalam memahami dan
membuat interpretasi terhadap berbagai hal.
Hermenetik menurut pandangan kritik sastra ialah Sebuah metode
untuk memahami teks yang diuraikan dan diperuntukkan bagi penelaahan teks
karya sastra. Hermenautik cocok untuk membaca karya sastra karena dalam
Kajian sastra, apa pun bentuknya, karena berkaitan dengan suatu aktivitas
yakni interpretasi (penafsiran).
Kegiatan apresiasi sastra dan kritik sastra, pada awal dan akhirnya,
bersangkut paut dengan karya sastra yang harus diinterpreatasi dan
7
6
dimaknai.Semua kegiatan kajian sastra–terutama dalam prosesnya pasti
melibatkan peranan konsep hermeneutik.Oleh karena itu hermeneutik menjadi
hal yang tidak mungkin diabaikan.Atas dasar itulah hermeneutik perlu
diperbincangkan secara komprehensif guna memmeroleh pemahaman yang
memadai.
Dalam hubungan ini, mula-mula perlu disadari bahwa interpretasi dan
pemaknaan tidak diarahkan pada suatu proses yang hanya menyentuh
permukaan karya sastra, tetapi yang mampu “menembus kedalaman makna”
yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, penafsir harus memiliki wawasan
bahasa, sastra, dan budaya yang cukup luas dan mendalam. Berhasil tidaknya
penafsir untuk mencapai taraf interpretasi yang optimal, sangat bergantung
pada kecermatan dan ketajaman penafsir itu sendiri. Metode pemahaman
yang mendukung merupakan satu syarat yang harus dimiliki penafsir. Dari
beberapa alternatif yang ditawarkan para ahli sastra dalam memahami karya
sastra, metode pemahaman hermeneutik dapat dipandang sebagai metode
yang paling memadai.
D. Legenda
1.Pengertian Legenda
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang mirip dengan mite, yaitu
dianggap benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci dan oleh yang empu-
nya cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi dan juga telah dibumbui
dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan tokohnya. Berbeda dengan
7
6
mite, legenda ditokohi oleh manusia, ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar
biasa dan sering kali juga dihubungkan dengan makhluk ajaib. Peristiwanya
bersifat sekuler (keduniawian), dan sering dipandang sebagai sejarah kolektif.
Oleh karena itu, legenda seringkali dipandang sebagai ”sejarah” kolektif
(folkstory).
Walaupun demikian, karena tidak tertulis maka kisah tersebut telah
mengalami distorsi sehingga seringkali jauh berbeda dengan kisah aslinya.
Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk
merekonstruksi sejarah maka legenda harus bersih dari unsur-unsur yang
mengandung sifat-sifat folklor.
Legenda adalah Cerita rakyat bentuk penuturan cerita yang pada
dasarnyatersebar secara lisan dan diwariskan turun temurun di kalangan
masyarakatpenduduk secara tradisional (Depdikbud, 1982:1)Karena
penyebarannya tidak tertulis, melainkan dari mulut ke mulutmaka cerita rakyat
sering mengalami perubahan sehingga menimbulkanversi cerita yang berbeda-
beda pada suatu tempat yang sama (Depdikbud,1982:1).
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1982: 1-2),
jeniscerita rakyat ada tiga yaitu sebagai berikut.
1). Mite adalah
Cerita yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggapsakral oleh
pemilik ceritanya. Mite mengandung tokoh dewa atausetengah dewa,
terjadinya di dunia lain dan terjadi jauh di masa purba.
7
6
2) Legenda adalah
Cerita yang memunyai ciri-ciri mirip dengan mite yaitu dianggap
benar-benar terjadi, tetapi sakral. Tokohnya manusia biasa tetapi
memunyai sifat-sifat yang luar biasa dan sering dibantu oleh makhluk
halus. Tempat terjadinya di dunia ini dan waktu terjadinya tidak setua
mite.
3) Dongeng adalah
cerita yang dianggap tidak benar-benar terjadi baik olehyang
menceritakan maupun yang mendengarnya, sedang terjadinya dongeng
tidak terikat waktu dan tempat.
Melihat pengertian dari ketiga jenis cerita rakyat di atas, cerita
rakyatKawah Sikidang di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Wonosobo
termasuk cerita rakyat yang berjenis legenda karena dalam cerita rakyat ini
tokohnya adalah manusia yang memiliki kekuatan dan sifat-sifat yang luar
biasa. Legenda biasanya bersifat migratoris, yakni dapat berpindah-pindah
sehingga dikenal luas di daerah-daerah yang berbeda. Selain itu, legenda
acap kali tersebar dalam bentuk pengelompokkan yang disebut siklus,
yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau suatu
kejadian tertentu.
Jan Harold Brunyand (dalam Danandjaja, 1997: 67-75)
menggolongkan legenda menjadi empat kelompok:
7
6
a) Legenda keagamaan,
yang termasuk dalam legenda ini antara lain adalah legenda orang-
orang suci nasrani dan legenda orang-orang saleh.
b) Legenda alam gaib.
legenda semacam ini biasanya berbentuk kisah yang dianggap
benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi legenda
semacam ini adalah untuk meneguhkan kebenaran takhayul atau
kepercayaan rakyat.
c) Legenda perseorangan
Adalah cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh
yang empunya cerita benar-benar pernah terjadi.
d) Legenda setempat
yang termasuk ke dalam golongan legenda ini adalahcerita yang
berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat dan bentuk topografi,
yakni bentuk permukaan suatu daerah, apakah berbukit-bukit, berjurang,
dan sebagainya. Legenda Asal-Usul Orah (Komodo) termasuk dalam
kelompok legenda setempat karena dalam penelitian ini akan dibahas
mengenai asal-usul legenda tersebut terjadi dan lain-lain.
b. Ciri-Ciri Legenda
Legenda merupakan cerita rakyat yang memiliki ciri-ciri, yaitu sebagai
berikut :
7
6
1). Oleh yang empunya cerita dianggap sebagai suatu kejadian yang sungguh-
sungguh pernah terjadi.
2). Bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu
lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Tokoh
utama dalam legenda adalah manusia.
3) “Sejarah” kolektif, maksudnya sejarah yang banyak mengalami distorsi
karena seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
4). Bersifat migration yakni dapat berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di
daerah-daerah yang berbeda.
5). Bersifat siklus, yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau
kejadian tertentu, misalnya di Jawa legenda-legenda mengenai Panji.
c. Jenis-Jenis Legenda
Legenda dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu legenda
keagamaan, legenda alam gaib, legenda perseorangan, dan legenda
setempat.
1) Legenda Keagamaan
Legenda yang ceritanya berkaitan dengan kehidupan keagamaan
disebut dengan legenda keagamaan. Legenda ini misalnya legenda
tentang orang- orang tertentu.Kelompok tertentu misalnya cerita
tentang para penyebar Islam di Jawa.Kelompok orang-orang ini di Jawa
dikenal dengan sebutan walisongo. Mereka adalah manusia biasa, tokoh
yang memang benar-benar ada, akan tetapi dalam uraian ceritanya
7
6
ditampilkan sebagai figur-figur yang memiliki kesaktian. Kesaktian
yang mereka miliki digambarkan di luar batas-batas manusia biasa.
Sebutan wali songo ada yang menafsirkan bukan berarti sembilan
dalam arti jumlah, tetapi angka sembilan itu sebagai angka
sakral.Penafsiran ini didasarkan pada kenyataan adanya para tokoh
penyebar Islam yang lainnya.Mereka berada di tempat-tempat tertentu.
Masyarakat setempat biasanya memandang tokoh tersebut
kedudukannya sama atau sederajat dengan tokoh wali yang sembilan
orang. Tokoh-tokoh tersebut seperti Syekh Abdul Muhyi, Syekh Siti
Jenar, Sunan Geseng, Ki Pandan Arang, Pangeran Panggung, dan lain-
lain
2) Legenda Alam Gaib
Bentuk kedua yaitu legenda alam gaib.Legenda ini biasanya
berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami
seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan
kebenaran “takhyul” atau kepercayaan rakyat.
Jadi, legenda alam gaib adalah cerita-cerita pengalaman seorang
dengan makhluk-makhluk gaib, hantu-hantu, siluman, gejala-gejala
alam gaib, dan sebagainya.Contoh legenda alam gaib misalnya, di
Bogor Jawa Barat ada legenda tentang mandor Kebun Raya Bogor yang
hilang lenyap begitu saja sewaktu bertugas di Kebun Raya.Menurut
kepercayaan penduduk setempat, hal itu disebabkan ia telah melangkahi
setumpuk batu bata yang merupakan bekas-bekas pintu gerbang
7
6
Kerajaan Pajajaran. Pintu gerbang itu, menurut kepercayaan penduduk
setempat, terletak di salah satu tempat di kebun raya.Tepatnya tidak ada
yang mengetahui.
Oleh karenanya, penduduk disana menasihati para pengunjung
Kebun Raya, agar jangan melangkahi tempat antara tumpukan-
tumpukan batu bata tua, karena ada kemungkinan bahwa di sanalah
bekas pintu gerbang kerajaan zaman dahulu itu. Jika kita melanggarnya,
maka kita akan masuk ke daerah gaib dan tidak dapat pulang lagi ke
dunia nyata. Contoh lainnya yaitu kepercayan terhadap adanya hantu,
gendruwo, sundel bolong serta nyi blorong.
3 ). Legenda Perorangan.
Legenda perseorangan merupakan cerita mengenai tokoh-tokoh
tertentu yang dianggap benar-benar terjadi. Di Indonesia legenda
semacam ini banyak sekali, misalnya Sabai nan Aluih dan Si Pahit Lidah
dari Sumatra, Si Pitung dan Nyai Dasima dari Jakarta, Lutung Kasarung
dari Jawa Barat, Rara Mendut dan Jaka Tingkir dari Jawa Tengah,
Suramenggolo dari Jawa Timur, serta Jayaprana dan Layonsari dari Bali.
4). Legenda lokal/Setempat
Legenda lokal adalah legenda yang berhubungan dengan nama
tempat terjadinya gunung, bukit, danau, dan sebagainya. Misalnya,
legenda terjadinya Danau Toba di Sumatra, Sangkuriang (legenda Gunung
Tangkuban Parahu) di Jawa Barat, Rara Jonggrang di Yogyakarta dan
Jawa Tengah, Ajisaka di Jawa Tengah, dan Desa Trunyan di Bali
7
6
E. Ora (komodo)
Ora atau Komodo merupakan spesies kadal raksasa yang hanya
ditemukan di 4 pulau di wilayah Nusa Tenggara Timur yaitu di pulau Gili
Motang, pulau Padar, pulau Rinca dan pulau Komodo itu sendiri. Reptile
raksasa itu adalah hewan endemic dan dilindungi.
Di pulau Komodo itu sendiri ada sebuah kampung yang dikenal dengan
nama kampong Komodo. Meskipun Komodo dikenal berbahaya lantaran air
liurnya mengandung bakteri mematikan, kedekatan kadal raksasa itu dengan
masyarakat tak terlepas dari cerita rakyat atau legenda yang dipercaya
penduduk setempat. Obyek wisata ini mempunyai daya tarik tersendiri yang
mampu menarik wisatawan untuk berkunjung. Konon Ora ini merupakan
salah satu legenda yang sampai saat ini masi dipercaya oleh warga setempat
bahwa, Orah ini memiliki cerita yang bersangkutan dengan manusia.
Dalam cerita masyarakat yang bersifat dari orang ke orang bahwa, Ora
lahir dari seorang manusia yang bernama putri Naga. Konon ceritanya putri
Naga menikah dengan seorang pemuda di Pulau tersebut, tidak berselang lama
putri Naga melahirkan anak kembar, salah satu dari anak itu berwujud kadal
raksasa. Anak yang berwujud manusia dipelihara oleh orang tuanya,
sedangkan anak yang berwujud kadal itu di buang ke hutan.
Hal ini tentunya merupakan sebuah cerita yang sampai saat ini
masyarakat yakin bahwa itu adalah anak manusia yang dilepas di Pulau
Komodo yang terdapat di kabupaten Manggarai Barat.
7
6
Legenda Ora ini merupakan salah satu legenda yang terkenal akan
mistiknya masi dibicarakan oleh masyarakat setempat akan kemistikanya/
mitosnya. Dalam hal ini legenda ini merupakan salah satu juga objek wisata
yang mampu memikat masyrakat setempat ataupun masyrakat luar dan manca
Negara, semua hadir untuk melihat akan kebenaran dan mistik yang ada di
tempat tersebut. Hal tersebut dikarenakan obyek wisata tidak hanya
menyajikan potensi berupa Ora saja tetapi juga didukung oleh potensi yang
lain seperti laut yang ada di sekitarnya, serta pemandangan yang indah.
F. Kerangka Pikir
Kepercayaan masyarakat terhadap sebuah legenda merupakan salah
satu unsur yang menjadi sebuah tradisi terhadap kehidupan. Keyakinan
ataupun kepercayaan terhadap suatu legenda itu tentu memiliki alasan
tersendiri pada masyarakat tersebut. Legenda mampu merubah ataupun
memberikan dampak terhadap masyarakat dengan adanya keyakinan yang
dimiliki oleh masyarakatnya baik yang dampaknya terhadap sosial masyarakat
maupun terhadap individual. Haltersebut melnjadikan masyarakat memiliki
sifat yang positif yakni menghargai apa yang menjadi keyakinan secara
bersama.
Legenda sebagai salah satu sastra lisan memuat unsur yang
membangun baik unsur dari dalam (intrinsik) maupun unsur dari luar
(ekstrinsik). Unsur-unsur tersebut adalah hal yang sangat penting dan tidak
boleh bertentangan dengan eksistensi sebagai sebuah karya sastra.
7
6
Kajian Hermeneutika terhadap sebuah karya sastra dimaksudkan
sebagai upaya penemuan nilai-nilai sastra berkaitan dengan kehidupan
budaya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Paul Ricoeur, Hermeneutika
adalah sebuah cara untuk memahami teks yang pada akhirnya ujung dari
proses itu adalah ditemukannya makna atau pesan yang berpengaruh terhadap
sosial budaya.
Dalam karya ini, penulis akan mengkaji dari segi unsur ekstrinsiknya.
Unsur-unsur yang dimaksud meliputi; asal-usul Ora (Komodo), prosesi ritual
yang dilakukan masyarakat terhadap legenda Ora (Komodo), peran legenda
Ora (Komodo) terhadap kehidupan masyarakat setempat. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat bagan berikut:
7
6
Gambar 2.1. Bagan Kerangka p
Sastra Lisan
Legenda
Intrinsik Ekstrinsik
Hermeneutika
Temuan
Sastra
Peran Legenda
Orah (Komodo)
Struktur Prosesi Ritual Orah
(Komodo)
Asal-usul Orah
(Komodo)
Sastra Tulis
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian
1. Jenis Penelitian
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskripsi kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Jenis
penelitian deskriptif kualititatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati ( Bogdan dan Taylor dalam
Sumaryanto, 2010; 76 ).
Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian kualitatif
yangmenyajikan temuannya dalam bentuk deskripsi kalimat yang rinci,
lengkap, danmendalam mengenai proses mengapa dan bagaimana sesuatu
terjadi (Sutopo,2006: 139).Jadi, jenis penelitian pada penelitian ini adalah
penelitian dasar yanglebih memfokuskan pada deskripsi proses tentang
mengapa dan bagaimanasesuatu bisa terjadi. Dengan demikian, penelitian
ini merupakan penelitiankualitatif deskriptif.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di Pulau KomodoFlores Nusa Tenggara
Timur ( NTT).
a) Objek penelitian ini adalah legenda Asal-usul Ora (Komodo) di Pulau
Komodo Flores NTT.
32
32
b) Subjek Penelitian adalah warga setempat yang mengetahui tentang
Legenda asal-usul Ora (Komodo) yang bisa memberikan informasi
yang valid dan akurat baik itu pemerintah setempat,kepala adat dan
masyarakat setempat.
B. Data dan Sumber Data
a) Data
Sutopo (2006: 55) menyatakan bahwa baik penelitian kualitatif
maupun penelitian kuantitatif sama-sama mengakui adanya dua jenis data
yaitu data kuantitatif (yang berkaitan dengan kuantitas) dan data kualitatif
(yang berhubungan dengan kualitas). Penelitian kualitatif yang
menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan
proses terjadinya dan dilanjutkan dengan analisis kualitatifnya. Adapun
data penelitian ini adalah data yang berwujud pendapat dan cerita lisan
dari hasil wawancara secara langsung, peristiwa dan tindakan (aktivitas)
dari hasil observasi.
b) Sumber Data
Menurut Sutopo (2006: 56) pemahaman mengenai berbagai
macamsumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti
karenaketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan
menentukanketepatan dan kekayaan data atau ke dalam informasi yang
diperoleh. Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data.
33
33
1). Data primer.
yaitu yang terutama atau yang pokok (Depdikbud, 1994: 788),
dan sumber data sekunder yaitu yang kedua atau yang tidak utama
(Depdikbud, 1994: 894).Sumber data primer penelitian ini meliputi
manusia sebagai narasumber atau peristiwa yang terjadi, dan aktivitas
atau perilaku warga setempat
2). Data Sekunder
Meliputi buku dandokumen-dokumen atau arsip mengenai
legenda Asal-Usul Ora (Komodo)
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian Deskriptif kualitatif secara umum
dapatdikelompokkan ke dalam dua cara, yaitu metode atau teknik
pengumpulandata yang bersifat interaktif dan noninteraktif (Goetz dan
LeCompte dalamSutopo, 2006: 66).
Teknik pengumpulan data penelitian ini juga digolongkan menjadi
duamacam yaitu sebagai berikut:
1. Interaktif
a). Wawancara Mendalam
Menurut Sutopo (2002: 67-68) wawancara adalah
metodepengumpulan data yang memposisikan manusia sebagai
34
34
narasumber atauinforman untuk mengumpulkan informasi dari sumber
data yangdilakukan dalam bentuk wawancara mendalam.
Secara umum, teknik wawancara dibagi menjadi dua macam,yaitu
teknik wawancara tidak terstruktur yang kebanyakan dilakukandalam
penelitian kuantitatif dan wawancara mendalam (in-depthinterview) yang
pada umumnya dilakukan dalam penelitian kualitatif(Sutopo, 2006:
68).Wawancara mendalam merupakan teknik wawancara yang
palingbanyak digunakan dalam penelitian kualitatif, terutama pada
penelitian lapangan (Sutopo, 2006: 68)
2. Noninteraktif
a). Analisis Dokumen dan Arsip
Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang
seringmemiliki posisi penting dalam penelitin kualitatif.Sumber data jenis
inisangat bermanfaat bagi peneliti, terutama bila ingin memahami
latarbelakang suatu peristiwa. Dengan pemahaman latar belakang
tersebutpeneliti akan lebih mudah memahami proses mengapa suatu
peristiwabisa terjadi (Sutopo, 2006: 80-81).Yin (dalam Sutopo, 2006: 81)
menyatakan bahwa teknikmencatat dokumen ini disebut sebagai cara
untuk menemukan beragamhal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
penelitiannya.Dokumen dan arsip yang ada pada penelitian ini adalah
bukupanduan dari Dinas Pariwisata yang berupa informasi mengenai
legenda Asal-Usul Ora (Komodo).
35
35
b). Perekam
Alat perekam yang digunakan penelitian ini adalah kamera
fotountuk mendokumentasikan lokasi penelitian dan alat perekam
untukmerekam pembicaraan atau wawancara dengan masyarakat sekitar.
D. Teknik Analisis Data
Proses analisis dalam penelitian kualitatif, secara khusus
kegiatannyadilakukan secara induktif, interaksi dari setiap unit datanya,
bersamaan denganproses pelaksanaan pengumpulan data, dan dengan proses
siklus (Sutopo, 2006:116-117).Sifat analisis induktif sangat menekankan
pentingnya apa yangsebenarnya terjadi dan ditemukan di lapangan yang pada
dasarnya bersifatkhusus berdasarkan karakteristik konteksnya dalam kondisi
alamiah (Sutopo,2006: 105).
Dalam penelitian ini digunakan model analisis interaktif.Dalam
bentukini peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisis dengan
prosespengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung.
Kemudiansetelah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak di antara tiga
komponenanalisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi
penelitiannya (Sutopo, 2006:119).Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2006:
113) menyatakan bahwa dalam proses analisis kualitatif , terdapat tiga
komponen utama yang harusbenar-benar dipahami oleh setiap peneliti
deskriptif kualitatif.
Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2006: 120)Langkah-langkah
dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut.
36
36
a. Pengumpulan data
Yaitu mengumpulkan data di lokasi studi denganmelakukan
observasi, wawancara mendalam, dan mencatat dokumen
denganmenentukan strategi pengumpulan data yang dipandang tepat
danmenentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan
databerikutnya (Sutopo, 2006: 66).
Dalam penelitian ini pengumpulan datadilakukan dengan
pengamatan secara langsung mengenai tempat atau lokasiadanya peristiwa
yang berkaitan dengan legendaAsal-Usul Ora (Komodo) dan dilanjutkan
dengan pencarian informasi secara langsung dan mendalamdengan tokoh
masyarakat dan warga sekitar yang menjadi narasumber dalam penelitian
ini.Pengumpulan data dari hasil wawancara disimak dan dicatatoleh
penulis sebagai informasi dalam bentuk transkrip. Pengumpulan Data,
Reduksi Data, Sajian Data, Penarikan kesimpulan atau verifikasi
b. Reduksi data
Yaitu dapat diartikan sebagai proses seleksi,
pemfokusan,pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ada dalam
lapanganlangsung dan diteruskan pada waktu pengumpulan data. Dengan
demikian,reduksi data dimulai sejak peneliti memfokuskan tentang
kerangkakonseptual wilayah penelitian (Sutopo, 2006: 114).
Dalam penelitian inireduksi data dilakukan dengan
menyempurnakan data kasar dalam bentuktranskrip untuk diolah kembali
sehingga diterapkan pada sekelompok kata atau paragraf yang telah dicari
37
37
hubungan atau kaitannya dalam transkripmengenai legenda Asal-Usul Ora
(Komodo).
c. Sajian data
Yaitu suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan penelitian dilakukan. Dalam pengujian data meliputi
berbagaijenis matrik gambar, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau
tabel (Sutopo,2006: 115). Dalam penelitian ini data-data yang telah
dikumpulkan dalambentuk transkrip akan diuraikan dalam bentuk laporan.
d. Penarikan kesimpulan.
Sejak awal pengumpulan data peneliti harus mengerti dan tanggap
terhadap hal-hal yang ditemui di lapangan dengan menyusun pola-pola
arahan dan sebab akibat (Sutopo, 2006: 116). Dalam penelitian ini data-
data yang telah mengalami pengolahan dan siap disajikan dapat diambil
kesimpulan.
38
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Sejarah Desa
Desa Komodo berdiri pada tahun 1956, selama tahun itu, telah
terjadi 9 kali pergantian kepala desa. Kepala desa yang pertama
bernama Saaba menjabat selama satu periode yaitu dari tahun 1956
sampai dengan tahun 1960. Kepala desa yang kedua bernama Ahmad
menjabat selama satu tahun yaitu dari tahun 1960 sampai dengan 1961.
Kemudian kepala desa yang ketiga yaitu Muh.Nur menjabat satu
periode dari tahun 1961 sampai dengan 1965.
Kepala desa keempat yaitu Husen menjabat satu periode dari
tahun 1965 sampai dengan 1970, kemudian kepala desa kelima yaitu
H. Tayeb menjabat selama dua periode yaitu dari tahun 1970 sampai
dengan tahun 1980, kepala desa kenam yaitu H.Rasid menjabat selama
dua periode yaitu dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1988,
kemudian kepala desa ketujuh yaitu H.Abiding menjabat selama dua
periode dari tahun 1988 sampai tahun 2008.
Kepala desa kedelapan yaitu H.Adam menjabat selama tiga
tahun yaitu dari tahun 2008 sampai tahun 2011, kemudian kepala desa
ke Sembilan H.Aksan dari tahun 2012 sampai sekarang. Penduduk
desa
57
Komodo berasal dari suku Bima, suku Manggarai, suku Bajo,
suku Bugis.
Desa Komodo berada di bagian Barat Ibukota Kecamatan
Komodo dan berada di bagian Barat Ibukota Kabupaten Manggarai
Barat dengan ketinggian antara 20 m di atas permukaan laut, kondisi
alam yang terdiri dari pulau, dengan curah hujan rata-rata per tahun
Antara 4 s/d 5 bulan hujan. Suhu harian rata-rata 30 s/d 35 derajat
celcius. Dengan jumlah penduduk 1736 jiwa terdiri dari laki-laki
berjumlah 856 jiwa dan perempuan berjumlah 858 jiwa, jumlah KK
438 yang terdiri dari 114 KK adalah RTM. Dengan penyebaran
penduduk 100 KK Per kilometer.
Berdasarkan data perhitungan luas wilaayah desa Komodo
adalah 33.300 Ha. Desa Komodo terbagi atas 4 dusun, 0 RW dan 8
RT, dengan batas wilayah Desa Komodo adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Flores
Sebelah Selatan : Selat Sumba
Sebelah Timur : Desa Papagarang
Sebelah Barat : Pulau Sape.
57
Tabel.4.1 Jumlah RT, RW, dan Dusun Desa Komodo
Desa Komodo RT RW
Dusun 1
Dusun II
Dusun III
Dusun IV
2
2
2
2
1
1
1
1
JUMLAH 8 4
Data Olahan dari Profil Desa
b. Topografi dan Iklim
Wilayah Desa Komodo yang terletak di Barat Kecamatan
Komodo menjadi pusat pemukiman sebagian besar penduduk.
Berdasarkan kelas ketinggian wilayah Desa Komodo berada pada 0-50
meter di atas permukaan laut. Kondisi dan ekosistem pulau sebagian
besar telah beralih fungsi menjadi pemukiman dengan tipe pulau
dataran rendah.
Desa Komodo merupakan salah satu Desa dari Kabupaten
Manggarai Barat beriklim tropis yang umumnya dipengaruhi oleh 2
musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau
Tenggara. Kedua musim ini berawal pada bulan Mei dan dipengaruhi
oleh musim pancaroba yang merupakan transisi musim tersebut.
Musim Barat atau Utara umumnya berlangsung dari bulan Desember
57
sampai bulan Maret, bulan April merupakan musim transisi ke musim
Timur atau Tenggara.
Musim Timur atau Tenggara berawal pada bulan Mei dan
berlangsung hingga bulan Oktober. Bulan Nopember merupakan masa
transisi ke musim barat. Kondisi iklim Desa Komodo dipengaruhi oleh
iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1000-2000 mm per tahun.
Musim hujan jatuh pada bulan Januari-Juni dengan curah hujan 13-15
hari dan curah hujan terendah pada bulan Juli (8 mm) dengan jumlah
hari hujan 6-9 hari.
c. Penggunaan Lahan
Pola penggunaan lahan pada Desa Komodo merupakan
manifestasi hubungan Antara manusia dengan lingkungan. Polarisasi
dan intensitas penggunaan lahan tersebut juga merupakan indikator
yang mencerminkan aktifitas utama dalam tingkat penguasaan
teknologi penduduk dalam mengeksploitasi sumberdaya lahan
sekaligus mencerminkan karakteristik potensi wilayah yang
bersangkutan.
Perkembangan sumberdaya lahan dapat dilihat dari kondidi
tutupan lahan atau pemanfaatan lahan yang terbentuk. Pada dasarnya
pembentukan pola pemanfaatan lahan di pengaruhi oleh factor fisik
lahan, seperti geografis, struktur geologi dan tanah, klimatologi
wilayah, dan sector kegiatan ekonomi masyarakat. Pemanfaatan lahan
yang terbentuk hingga saat ini di Desa Komodo terdiri atas lahan
57
pemukiman, dominasi oleh pemukiman mencapai sekitar 7,5 Ha dari
total luas wilayah Desa Komodo sebesar 33.300 Ha/m2. Sementara itu,
pemanfaatan lahan untuk tanaman tahunan dan setahun.
d. Struktur Pemerintah Desa Komodo Kecamatan Komodo
:
Gambar 4.1. struktur Pemerintahan Desa Komodo
Sumber : kantor Desa Komodo,
KEPALA DESA
H. Aksan
SEKERTARIS
Mustaming
KAUR PEM
ABUBAKAR
KAUR PEMB
ALWI
KAUR UMUM
MAGU
SEK.PARIWISATA
RUSDIN
KASI
KEAMANAN
BAMBANG
BB
ABUBAKAR
KASI KESRA
ISMAIL
SEK.PARIWISATA
USMAN
KASI PAJAK
H.MAJID
KADUS 01
M. SIDIK
KETUA RT
01
MUSTAFA
KETUA RT
02
ABDULLAH
KETUA RT
03
RAIFING
KETUA RT
04
MUKSIN
KETUA RT
O5
YUSUP
KETUA RT
06
SAMSUDIN
KETUA RT
07
JUFRI
KETUA RT
08
ABIDIN
KADUS 02
TAJUDIN
KADUS 03
HATMIN
KADUS 04
A.KARIM
57
e. VISI DAN MISI
“MEMBANGUN AHLAK MASYARAKAT DAN SARANA
PRASARANA DI DESA KOMODO MENUJU PEMBANGUNAN
YANG BERKELANJUTAN DAN JADIKAN DESA KOMODO
MENJADI DESA WISATA”
f. Jumlah Penduduk Desa Komodo
Berdasarkan data penduduk tahun 2018 jumlah penduduk Desa
Komodo sebanyak 1.725 jiwa mengenai keadaan yang jelas tentang
keadaan penduduk desa Komodo akan digambarkan pada tabel berikut
ini
Tabel.4.2 Jumlah Penduduk Desa KomodoMenurut Golongan
Umur dan Jenis Kelamin
Golongan Umur Laki-Laki Perampuan usia Laki-laki perempuan
0-12 bulan 10 15 39 th 6 15
1 tahun 10 23 40 11 9
2 tahun 26 24 41 12 10
3 tahun 27 31 42 10 2
4 tahun 22 27 43 6 7
5 tahun 30 42 44 9 5
6 tahun 33 36 45 9 4
7 tahun 34 33 46 8 -
8 tahun 25 29 47 5 1
57
9 tahun 26 20 48 5 3
10 tahun 29 27 49 3 4
11 tahun 16 27 50 2 3
12 tahun 20 27 51 7 3
13 tahun 30 36 52 1 3
14 tahun 33 31 53 2 4
15 tahun 24 22 54 4 4
16 tahun 22 36 55 2 3
17 tahun 25 25 56 2 6
18 tahun 20 17 57 4 1
19 tahun 16 7 58 2 6
20 tahun 10 15 59 2 1
21 tahun 20 17 60 7 6
22 tahun 23 30 61 - 1
23 tahun 7 2 62 1 3
24 tahun 15 24 63 5 2
25 tahun 18 18 64 3 2
26 tahun 17 17 65 1 1
27 tahun 16 3 66 - -
28 tahun 13 10 67 1 -
29 tahun 16 25 68 - -
30 tahun 10 10 69 1 -
57
31 tahun 6 6 70 1 1
32 tahun 17 12 71 - -
33 tahun 8 12 72 - -
34 tahun 8 9 73 - 1
35 tahun 10 15 74 - -
36 tahun 1 5 75 1
37 tahun 76
38 tahun 77
(Sumber : Profil desa Komodo 2018)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki,
yakni perampuan sebanyak 864 jiwa dan laki-laki 861 jiwa. Faktor
yang menyebabkan hal tersebut adalah :
a. Angka kelahiran bayi perampuan lebih besar dari pada bayi laki-
laki.
b. Banyaknya laki-laki yang merantau atau mencari pekerjaan di luar
daerah.
g. Mata Pencaharian Penduduk Desa Komodo
Aktivitas perekonomian atau mata pencaharian sudah sangat
lama dikenal dalam masyarakat Manggarai khususnya masyarakat
Desa Komodo. Bahkan sepanjang usia peradaban yang dimilikinya
57
seusia itu pula pengenalan masyarakat setempat terhadap kegiatan
mencari nafkah atau bermata pencaharian.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Komodo
dan hasil observasi langsung dari peneliti, hampir sebagian besar
penduduk Desa Komodo adalah nelayan, dan sebagian lagi adalah
pedagang, pegawai swasta, PNS dan wiraswasta.Selain
bermatapencaharian sebagai nelayan, juga terdapat beberapa orang
Pegawai Negeri Sipil (PNS).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel.4.3 Mata Pencaharian Penduduk Desa Komodo Kabupaten
Manggarai Barat
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani
2 Buruh tani
3 Buruh migran perempuan
4 Buruh migran laki-laki
5 Pegawai Negeri sipil 6
6 Pengrajin industry rumah tangga
7 Pedagang keliling
8 Peternak,
9 Nelayan 289
10 Montir 4
11 Perawat sewasta 3
57
12 TNI 2
13 POLRI 1
14 Dukun kampong terlatih 1
15 Karyawan perusahan swasta 3
Jumlah
(Sumber: Profil Desa Komodo 2018)
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat
Desa Komodo bermata pencaharian sebagai nelayan.Hal ini didukung oleh
kondisi wilayah desa Komodo yang merupakan daerah perairan, sehingga
kebanyakan dari masyarakat Desa Komodo bermata pencaharian sebagai
nelayan.
Agama merupakan salah satu kebutuhan rohani yang paling
penting untuk dimiliki oleh setiap orang.Begitupun desa Komodo,
mayoritas penduduk di Desa Komodo beragama islam, ini sesuai dengan
hasil sensus terakhir tahun 2017.
h. Tingkat Pendidikan Desa Komodo
Pendidikan merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga diharapkan dapat
mengembangkan suatu keperibadian yang mandiri karena mempunyai
kemampuan, baik kemampuan disekolah maupun ketika berada diluar
sekolah atau masyarakat. Pada tabel berikut ini dijelaskan mengenai
komposisi penduduk di Desa Komodo berdasarkan tingkat pendidikan.
57
Tabel. 4.4Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Komodo Kabupaten
Manggarai Barat
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 2 3
1 Tidak tamat SD 116
2 Tamat SD 566
3 Tamat SLTP 51
4 Tamat SLTA 14
5 Tamat perguruan tinggi 17
Jumlah 746
(Sumber: Profil Desa Komodo 2018)
Berdasarkan tabel dapat memberikan gambaran mengenai
pendidikan yang ada di Desa Komodo yang masih belum merata, masih
banyak masyarakat Desa Komodo yang tidak pernah mengenyam
pendidikan khususnya para orang tua.Itu semua disebabkan pada
keterbelakangan daerah Desa Komodo, hingga ahirnya menimbulkan
kurangnya minat masyarakat untuk mengeyam dunia pendidikan. Namun
bukan berarti hal ini akan menyurutkan niat masyarakat Desa Komodo
untuk mengeyam dunia pendidikan. Bagi masyarakat keadaan ini harus
dirubah hingga akhirnya bisa membawa perubahan pada diri masyarakat
maupun daerah Desa Komodo .
57
2. Asal-Usul Legenda Ora ( Komodo)
Setelah melakukan penelitian selama kurang lebih satu bulan di
Kabupaten Manggarai Barat Desa Komodo Kecamatan Komdo, Penulis
memeroleh data-data guna menjawab rumusan masalah yang menjadi
fokus dalam penelitian ini. Dengan rumusan masalah yang telah di uraikan
di awal, penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian, diantaranya
mengungkapakan asal usul legenda Ora (Komodo), mendeskripsikan serta
menganalisis prosesi ritual yang dilakukan masyarakat setempat, serta
fungsi bagi masyarakat terhadap adanya Legenda Ora (Komodo) tersebut.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
melalui proses wawancara mendalam ( indepth interview) pada kalangan
masyarakat yang disajikan informan, karna dipandang mampu dan
memiliki pemahaman terkait Ora (Komodo) tersebut. Selain itu observasi
lapangan juga dilakukan guna memperkuat data yang diperoleh selama
melakukan penelitian.
Selama melakukan proses penelitian, penulis memperoleh data dari
beberapa informan atau narasumber yang berasal dari beberapa kalangan
yang berbeda. Penentuan informasi didasarkan pada kriteria masing-
masing narasumber yang tentunya memiliki kompetensi dan juga
memahami secara relevan menyangkut masalah tentang legenda Ora
(Komodo). Syarat pelaku ritual atau pembuat ritual harus memiliki
pengalaman dan juga pengetahuan tentang budaya masyarakat. Adapun
data informasi dalam penelitian adalah :
57
1). Tokoh Adat
Tokoh adat sebagai pemimpin masyarakat tidak lain juga
merupakan orang yang lebih paham akan sejarah maupun legenda
Ora (Komodo). Hal ini didasari pemahaman bahwa si tokoh adat
lebih memahami akan ceritanya.
2). Tokoh Masyrakat
Tokoh masyarakat dalam penelitian ini adalah bpk H. Amin
yang berumur 60 tahun berdomisilin di tempat penelitian yang
penulis melakukan penelitian, beliau merupakan asli pulau
Komodo yang menurut sejarah beliau adalah suku keturuan asli
dari Ora ( Komodo) yang terdapat dalam di pulau Komodo .
3). Pemerintah Setempat.
Pemerintah tentu memiliki peran dan fungsi terhadap
sesuatu yang terjadi pada masyarakatnya
4). Pemuda Setempat
Pemudah setempat dalam hal ini adalah bapak Rizal yang
berprofesi sebagi Nelayan namun juga mengerti tentang cerita
Legenda Ora (Komodo)
5). Guide setempat.
Guide atau pemandu yang peneliti wawancarai adalah anak dari
kepala adat setempat yang memang memiliki peran penting dan
paham akan semua seluk beluk mengenai Ora ( Komodo)
57
Sejarah Ora (Komodo) ini, diceritakan pada zaman dahulu kala,
hiduplah seorang putri yang diberi nama Putri Naga yang hidup
dan tinggal disebuah pulau. Kemudian sang putri menikah dengan
seorang pemuda dari seberang yang bernama Moja. Tidak lama
kemudian sang Putri hamil dan melahirkan anak kembar (2)
berjenis kelamin laki-laki. Namun kedua anak kembar tersebut
mempunyai bentuk yang berbeda. Satu berbentuk manusia dan satu
lagi berbentuk kadal. Hal ini membuat Putri Naga dan Moja malu.
Kemudian bayi yang berbentuk kadal diberi nama Sebae (Ora)
tersebut diasingkan disebuah hutandi pulau yang berbeda.
Sedangkan bayi manusia diasuh dan diberi nama Gerong. Hari
berlalu dan tahun demi tahun berganti, gerong tumbuh menjadi
seorang pemuda yang tangkas dan gagah berani. Diceritakan suatu
saat Gerong hendak berburu rusa di sebuah hutan , dan dia bertemu
dengan sebuah kadal raksasa. Gerong lantas mengejar kadal
raksasa itu, dan hendak membunuhnya dengan tombak. Tiba-tiba si
Putri Naga muncul dan mencegah Gerong menghunuskan
tombaknya kearah kadal raksasa tersebut. Si Putri Naga
memberitahu Gerong bahwa kadal raksasa itu adalah Komodo
yang merupakan saudara kembar Gerong. Selepas dari kejadian itu,
masyarakat sekitar memperlakukan Komodo dengan baik.
Komodo hidup di hutan dengan makanan utamanya hewan lain
seperti Rusa, Kambing atau Babi hutan. Kadal raksasa itupun
57
hidup berdampingan dengan penduduk lokal yang hidup tinggal di
pulau Komodo sampai saat ini.
Menurut Kepala adat Desa Komodo, asal-usul Ora
(Komodo), sejarah yang diceritakan secara turun temurun menurut
keyakinan masyarakat setempat bahwa Ora ini merupakan anak
manusia. “Sejarah Ora/Komodo itu adalah kembaran dari manusia.
Dulu ada pasangan suami istri yang tinggal di daerah komodo,
kemudian sang istri melahirkan anak kembar, akan tetapi wujudnya
berbeda, yang satu berwujud manusia, tetapi satu lagi berwujud
binatang, yang berwujud manusia diberi nama Sebae/Ora, Sebae
dalam bahasa Komodo yang artinya Sebelah” . Demikianlah yang
dikatakan oleh Kepala adat Desa Komodo. (H.Hamsi, kamis 03
April 2018).
Hal ini juga dikatakan oleh narasumber lain yaitu kepala
desa Komodo yang mengatakan “Menurut sejarah yang di
ceritakan secara turun temurun oleh orang-orang terdahulu bahwa
Ora ini merupakan anak manusia. Konon dlu critanya putri Naga,
nama ibu dari Ora ini melahirkan anak kmbar, yang satu berwujud
manusia, dan satunya lagi berwujud binatang” (H.Aksan, Jum’at,
04 April 2018)
Tidak hanya itu, beberapa nasumber lain mengatakan hal
yang sama, sepeti yang dikatakan oleh tokoh masyarakat di desa
Komodo bahwa “sejarah asal-usul Sebae ini adalah sebenarnya
57
lahir dari manusia, sebae ini artinya sebelah, orang sering
menyebutnya Ora, namun karena perkembangan jaman namanya
berubah menjadi Komodo. Dahulu ada sepasang suami istri di
kampung Komodo ini, kemudian melahikan anak kembar, yang
satunya manusia diberi nama Gerong dan satunya binatang , nah
yang binatang inilah yang disebut sebagai Sebae, atau Ora,
kemudian orang menyebutnya Komodo” (H.Amin, Sabtu 05 April
2018).
Pemandu wisata (Aziz) juga mengungkapkan hal yang
sama, “Kalau sejarah yang kami pahami dan dengar dari orang tua
dulu dan sekarang, sejarahnya itu adalah Komodo tersebut berasal
dari seorang manusia, artinya dilahirkan oleh seorang manusia.
Komodo tersebut lahir pada zaman peradaban, artinya Komodo ada
setelah manusia itu ada” (Aziz, selasa 07 April 2018).
3. Struktur Prosesi Ritual Ora (Komodo)
Secara umum, ada beberapa struktur ritual utama sebagai
masyarakat yang percaya akan kekuatan gaib Komodo, akan tetapi
prosesi ritual tersebut tidak di lakukan setiap hari.
Kepala adat Desa Komodo menyatakan “Kami sebagai
masyarakat meyakini bahwa semua mahluk hidup perlu di hargai,
begitupun Ora/Komodo yang ada di desa Komodo. Kami meyakini
bahwa salah satu cara menghormati mereka adalah melakukan ritual.
Ritual yang kami lakukan tidak setiap hari, akan tetapi tunggu ada
57
kepentingan tertentu. prosesinya adalah yang pertama harus membawa
kain putih sebagai lambang kebesaran hati, telur ayam, sirih dan
pinang sebagai lambang penghormatan, prosesi ritual ini di lakukan di
prafu , akan tetapi tunggu waktu tertentu. Contohnya ketika ada yang
sakit parah, maka di bawa ke prafu dengan membawa sesajian dan
bendera putih. Salah satu bahan yang terpenting dalam ritual kami
adalah kain putih yang di ikat seperti bendera di prafu, prafu ini adalah
nama tempat untuk kami melakukan prosesi ritual. Kemudian
membawa seluruh saudara, atau keluarga ke prafu tersebut” (H.Hamsi,
Kamis 03 April 2018).
Kepala Desa Komodo juga mengatakan “sebagai masyarakat
yang masih percaya akan hal yang mistis tentu ada prosesi-prosesi
ritual yang dilakukan, akan tetapi karna Ora (Komodo) ini merupakan
binatang yang modern , prosesi ritual dilakukan hanya saat tertentu
saja. Contohnya ketika ada yang sakit, maka dilakukan prosesi ritual,
yakni menemui leluhur Ora ( komodo) di suatu tempat yang namanya
prafu, akan tetapi biasanya ada juga ritual memegang kayu bercabang
setiap wisatawan yang datang mengunjungi Ora tersebut” (H.Aksan,
Jum’at 04 April 2018).
Tokoh masyarakat (H.Amin) menyatakan bahwa “dengan
mengunjungi prafu, kemudian membawa kain putih ,dan ini tidak di
lakukan setiap hari, hanya pada waktu tertentu saja, contohnya saat
Komodo turun berkeliaran di rumah warga dan sampai turun ke laut,
57
itu artinya dia membawa suatu pesan, nah saat itulah kami
mengunjungi prafu untuk mengetahui kira-kira apa yang di sampaikan
oleh Komodo tersebut, apakah ada bencana di kampung ataukah dia
ingi turun memberitahu bahwa ada orang yang menyakiti dia.
Kemudian prosesi kayu cabang bahwa setiap pengunjung dating akan
ada pemandu yang memandu dan membawa kayu cabang yang telah
disediakan di area taman wisata”(H.Amin, Sabtu 05 April 2018)
Pemandu wisata (Azis) mengatakan “Kalau prosesi ritual itu
yang saya tau adalah ketika ada Ora atau Komodo yang turun ke
pemukiman warga hingga ke laut itu artinya masyarakat harus ke prafu
untuk mengetahui ada hal apa sehingga Komodo sampai dating ke
kampung, apakah ada musibah, nah prafu itu adalah nama tempat
untuk melakukan prosesi ritual, kemudian yang sering di lakukan yaitu
memegang kayu cabang ketika ada pengunjung yang ingin keliling
melihat komodo di area konservasi” (Aziz, Selasa 07 April 2018).
Pernyataan juga diungkapkan oleh pemuda setempat (Rizal)
menyatakan “Prosesinya yaitu kami cukup memegang kayu cabang itu
saat ingin melihat Komodo, ketika Komodo mendekat arahkan kayu
Cabang tersebut ke bagian leher atau kepalanya, makan dia akan tau
bahwa yang dating adalah saudaranya” (Rizal, Senin 06 April 2018).
57
4. Peran legenda Ora (Komodo) terhadap masyarakat
“Dampak bagi masyarakat sangat banyak salah satunya adalah
masyarakat biasa lebih mengerti dan menghargai terhadap binatang.
contoh, masyarakat tidak menyakiti Ora/ Komodo karena masyarakat
sangat percaya bahwa ketika mereka menyakiti Ora/Komodo, akan ada
kesialan di desa tersebut (H. Hamsi, Kamis, 03 April 2018).
Menurut pernyataan kepala Desa Komodo (H.Aksan) “peran
bagi masyaraka sangat bayak salah satunya adalah sebagai penambah
ekonomi, sebagian besar masyarakat disini yang sebelumnya
berprofesi sebagai ibu rumah tangga, mereka membuka warung makan
di Loh Liang untuk wisatawan ataupun orang-orang yang mau
meneliti.Bahkanada juga yang menjadi pawang/guiude bagi wisatawan
asing”(H.Aksan, 04 April 2018).
Kepala adat desa Komodo juga menyampakan “perannya ya
sekarang sebagai tempat anak-anak muda cari uang dengan menjadi
pemandu, kemudian sudah di perhatikan oleh pemerintah, dan yang
tidak kalah penting adalah ini sebagai acuan masyarakat dalam hidup
sehari-hari, contohnya tidak boleh menyakiti binatang tersebut karna
dari dulu kami percaya bahwa kapan kami menyakiti binatang itu aka
nada musibah yang menimpa kampung kami”.
Pemandu wisata juga menyampaikan bahwa “Kalau kami
sebagai pemuda tentu banyak dampaknya, seperti kalau kami dulunya
hanya sebagai nelayan sekarang kami bisa jadi guide bagi turis-turis
57
luar negri, hasilnya juga sangat memuaskan”(Aziz, Selasa 07 April
2018).
Pemuda setempat juga mengatakan “Dampaknya sangat bagus ,
dari kami tidak punya pekerjaan sekarang bisa berjualan souvenir khas
Komodo, seperti baju, patung Komodo, dan souvenir lainnya. Jadi
dengan adanya cerita ini dan sekarang sudah mendunia binatang
Komodo ini, kami sangat senang, bisa jadi ladang mencari uang untuk
kami, kemudian ada dampak lain bahwa sebagai patokan untuk kami
hidup bermasyarakat yang tidak boleh menyakiiti satu sama lain,
apalagi berhubungan dengan Komodo. Karena kapan kami menyakiti
Komodo, itu artinya kami memanggil musibah untuk kampung kami”
(Rizal, Senin,06 April 2018).
Masyarakat setempat meyakini bahwa Ora (Komodo) harus di
perlakukan baik, apabila masyarakat menyakiti Ora, maka akan datang
bencana atau sial pada masyarakat setempat. Masyarakat juga
meyakini bahwa ketika Ora (Komodo) sampai turun di kolong rumah
masyarakat itu artinya akan ada berita buruk di kampung tersebut, dan
untuk mengetahuinya masyarakat harus mengunjungi Prafu(dalam
bahasa Komodo) yang artinya tempat leluhur mereka.
B. Pembahasan
Berdasarkan beberapa data di atas, masyarakat setempat
meyakini bahwa Ora (Komodo) merupakan binatang yang terlahir dari
Rahim manusia. Masyarakat sangat yakin bahwa Ora (Komodo)
57
merupakan kembaran dari manusia, namun dia terlahir sebagai
binatang. Meskipun Ora (Komodo) berwujud seperti binatang,
masyarakat Pulau Komodo tetap memperlakukannya layaknya seperti
manusia, hidup berdampingan tanpa saling menyakiti.
Kehidupan masyarakat Komodo, sangat erat dengan
kepercayaan yang bernuansa mitos. Masyarakat Komodo dianggap
sebagai masyarakat yang masih kuat memegang teguh akan
kepercayaan tentang legenda ini dilihat pada masyarakat yang sangat
meyakini akan Ora (Komodo).
Ora (Komodo) adalah binatang purba yang penuh akan mitos
dan juga kekuatan mistis. Terdapat sejumlah aktifitas ritual yang
merupakan syarat akan makna simbolis dan mengandung baik secara
verbal. Sebagaiman pesan simbolis seluruh rangkain ritual memiki
makna dan pesan khusus yang tentu tidak nampak begitu saja, terutam
bagi orang-orang diluar masyarakat Komodo. Namun makna simbolik
tersebut dapat dipahami melalui pengamatan seksama yang lebih jauh.
Dari data hasil wawancara beberapa narasumber di atas jelas
bahwa struktur prosesi ritual Ora (Komodo) semakin lama akan
semakin tidak diketahui oleh generasi berikutnya, hal ini dapat dilihat
dari hasi wawancara antara tokoh masyarakat dan pemuda setempat
bahwa pemuda setempat tidak mengetahui prosesi ritual yang lain
selain membawa kayu cabang.
57
Prosesi ritual akan dilakukan apabila ada salah satu masyarakat
yang mengalami sakit keras dan susah di obati, maka akan di lakukan
prosesi ritual yaitu dengan mengunjungi Prafu(Leluhur) dari Komodo
tersebut. Selain itu, prosesi ritual dilakukan apabila Komodo turun
sampai di pemukiman warga. Masyarakat meyakini bahwa Komodo
yang turun di Pemukiman warga merupan tanda akan ada bencana,
maka di lakukan sebuah prosesi ritual mengunjungi prafu.
Seperti pada umumnya penyelenggara ritual, selalu ada bahan-
bahan pelengkap yang menjadi persyaratan utama, bahan-bahan
tersebut memiliki makna, nilai simbolik atau makna husus diantaranya :
a. Kain putih. Salah satu syarat utama dalam prosesi ritual ini
memiliki symbol kebesaran hati.
b. Sajian makanan dan minuman memiliki symbol atau makna bahwa
apa yang kita bawa merupakan makanan yang di senangi oleh
leluhur tersebut.
c. Kayu cabang, memiliki makna bahwa yang melakukan atau
mengusir Komodo dengan kayu cabang adalah masyarakat
Komodo asli, karna sudah terbiasa dari lahir Komodo di usir
dengan menggunakan kayu cabang.
Tentu dalam semua cerita rakyat memiliki model ataupun
prosesi ritual yang berbeda yang diyakini secara masing-masing
pada masyarakat. Seperti symbol-simbol yang terkandung yang
memiliki makna berbeda. Berangkat dari pemahaman tersebut,
57
para masyarakat meyakini semua tidak terlepas dari adanya
kekuatan besar yang mengusai segalanya. Para masyarakat juga
meyakini adanya kekuatan mahluk gaib yang di ciptakan Allah
SWT.
Bagi masyarakat setempat dengan adannya cerita legenda
Ora (Komodo) memiliki peran diantaranya adalah sebagai sarana
pendidikan, sebagai penambah ekonomi, sebagai ajaran-ajaran
tentang etika dan moral bisa dipake sebagai pedoman bagi
masyarakat dalam lingkungan hidup. Selain itu didalamnya juga
terdapat larangan dan pantangan yang perlu di hindari, misal tidak
boleh menyakiti binatang Komodo tersebut karna diyakini sebagai
saudara mereka. Cerita rakyat bagi masyarakat menjadi tuntunan
pendukung dalam bertingkah laku ataupun pergaulan.
Sebagai sarana pendidikan memberikan kesadaran
pentingnya menghargai ciptaan Tuhan. Asal-usul kelahiran Ora
(Komodo) sebagaimana diceritakan dalam legenda bahwa
kelahiran suatu mahluk mempunyai proses dari Rahim seorang ibu
yang harus dihargai. Ora (Komodo) sebagai mahluk ciptaan
Tuhhan perlu mendapat perlindungan karena akan mempengaruhi
makna hidup manusia.
Secara ekonomi, Legenda Ora (Komodo) berdampak
terhadap terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat, terutama
sebagai objek pariwisata yang banyak dikunjungi wisatawan local
57
maupun mancanegara. Hal ini berarti meningkatkan penghasilan
dari matapencaharian sebagai nelayan dan juga sebagai Guide
(Pemandu Wisata).
Legenda Ora (Komodo) menginspirasi tentang pentingnya
menjaga kelestarian alam terutama pelestarian binatang , terutama
Ora (Komodo). Ora (Komodo) sekalipun dikenal sebagai binatang
buas, jika diperlakukan dengan baik, maka dapat memberikan
informasi tentang baik dan buruknya kehidupan manusia.
Mitos menyadarkan manusia akan adanya kekuatan gaib,
melalui mitos, manusia di bantu untuk dapat menghayati daya-daya
itu sebagai sesuatu kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai
alam dan kehidupannya (Alimuddin 2014:100 ).
Susance K. Langer dalam mulyana (2013:92) menyebut
kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambing merupakan
kebutuhan pokok manusia. Melihat dari serangkaian asal usul
legenda Orah (Komodo) dan juga rangkaian ritual serta fungsi bagi
masyarakat yang sudah di jelaskan diatas, hal ini terlihat jelas dari
rangkaian peroses semuanya yang dari awal asal usul sampai
kepada yang lainya. Dalam masyarakat memiliki arti dan makna
tertentu yang berbeda dengan setiap masyarakat lain terhadap
cerita masyarakat pada umumnya, begitupun akan sejarah dan juga
asal-usul semua cerita rakyat.
57
Devito (1997:122) mengatakan bahwa pemberian makna
merupakan proses yang aktif,karna makna diciptakan dengan kerja
sama diantara sumber dan penerima. Makna yang kita berikan pada
symbol merupakan produk dari intraksi sosial dan menggambarkan
kesepakatan kita untuk menerapkan makna tertentu pada symbol
tertentu pula ( wes dan H. Tuner 2008:98 ). Hal ini juga berimbas
pada terjadinya legenda Orah (Komodo). Namun begitu, bagi
masyarakat setempat semua prosesi masi tetap dilakukan guna
melestarikan dan menjaga akan budaya dan kepercayaan
masyarakat setempat.
Berdasarkan hasil penelitian dan juga pembahasan di atas,
ditemukan beberapa makna atau pesan-pesan yang terkandung
dalam cerita legenda asal-usul Ora (Komodo), struktur prosesi
ritual dan juga peran terhadap masyarakat setempat. Hal ini
singkron dengan pengertian Hermeneutik yang dikemukakan Oleh
Paul Ricoeur yang mengatakan bahwa hermeneutika adalah sebuah
cara untuk memahami teks yang pada akhirnya ujung dari proses
itu adalah ditemukannya makna atau pesan.
Yang perlu dipahami dari semuanya adalah semua yang
terkait dengan legenda Orah (Komodo) merupakan berdasarkan
keyakinan masyarakat setempat akan keadaanya, begitupun symbol
dan proses yang lainya. Namun demilian tidak menutup
kemungkinan semuanya akan mengikuti perkembangan zaman.
57
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Kajian
Hermeneutika Legenda Asal-Usul Ora (Komodo) di Desa Komodo
Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat, dapat disimpulkan
bahwa :
Asal-Usul Ora (Komodo) berdasarkan hasil wawancara
memberikan kesamaan pada pendapat. Ora (Komodo) merupakan binatang
purba yang di percayai oleh masyarakat setempat merupakan kembaran
dari manusia, namun Ora (Komodo) tersebut lahir dengan wujud kadal
raksasa. Dengan demikian, masyarakat yakin bahwa semua Ora (Komodo)
yang ada di pulau Komodo merupakan keluarga dari keturunan
masyarakat desa Komodo.
StrukturProsesi ritual Ora (Komodo) akan dilakukan apabila ada salah satu
masyarakat yang mengalami sakit keras dan susah di obati, maka akan dilakukan
prosesi ritual, yaitu dengan mengunjungi Prafu (Leluhur) dari Komodo tersebut.
Selain itu, prosesi ritual dilakukan apabila Komodo turun sampai di pemukiman
warga. Masyarakat meyakini bahwa Komodo yang turun di Pemukiman warga
merupan tanda akan ada bencana, maka di lakukan sebuah prosesi ritual
mengunjungi prafu. Adapun sesajian yang di bawa saat melakukan prosesi ritual
yaitu ; kain putih sebagai lambing kebesaran hati, kemudian makanan sejenis
57
telur, sirih, pinang merupakan.symbol bahwa makanan atau sesajian tersebut
merupakan kesukaan dari leluhur mereka.
Peran Legenda Ora ( Komodo) Bagi masyarakat setempat dengan
adannya cerita legenda Ora (Komodo) memiliki fungsi di antaranya adalah
sebagai sarana pendidikan, sebagai penambah ekonomi, sebagai ajaran-
ajaran tentang etika dan moral bisa dipake sebagai pedoman bagi
masyarakat dalam lingkungan hidup.
masyarakat dalam lingkungan hidup.
Saran
1. Untuk masyarakat setempat
Legenda Ora (Komodo) merupakan sebuah legenda yang
memiliki hubungan dengan kehidupan masyarakat yang di yakini
secara bersama. Salah satu cara agar tetap menjadikan tempat tersebur
sebagai tempat yag memiliki mitos ataupun hubungan dengan
masyarakat maka, perlunya bagi semua elemen masyarakat
menjaga,baik, menjaga akan keaslianya maupun menjaga akan semua
yang diyakini dan juga prosesi ritualnya.
2. Untuk Pemerintah
Sebagi pemerintah yang memiliki salah satu tanggung jawab
terhadap tempat legenda yang bertempat di wilayah tersebut tentu
pemerintah menjadi peran utama dalam menjaga dan melestarikannya.
57
Pemerintah harus mampu menjadi panutan dalam menjaga tempat
yang memiliki mitos dan sejarah tersebut karna, terjaga dengan baik
dan tidaknya tergantung bagaimana pemerintah dapat mengelolanya
dengan baik.
60
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dafito.1997:122.Pemberian Makanan Merupakan Proses Yang Aktif Karna
Makna Diciptakan Dengan Kerjasama. Jakarta
Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Cetakan V. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Depdikbud. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamilthon, Edith (2009).Hermeneutika Yogyakarta: Lagung Pustaka.
http://www.sentra-edukasi.com/2011/06/pengertian-ciri-ciri-dan-jenis jenis.htm
Ibrahim,N.2014.“Studi Upaya Meningkatkan Cerita Danau Sanonggoang”.
Skripsitidak di terbitkan. Program studi pendidikan Bahasa Indonesia.
Universitas Muhammadiyah Mataram: Mataram Lestari.2009. Struktur
Tata Ruang Kota. Bandung, Jakarta: Gramedia
Irwan. P. 2008. Fungsi Cerita Rakyat Bagi Masyrakat. Jakarta
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyono, Edi. dkk (2012). Belajar Hermeneutika.(Online)
http://meitanun.blogspot.co.id/2013/06/ruang-lingkup-hermeneutika.html
Nurjumiati. S. 2016. Prospek Pengembangan ObjekWisata Goa Ular di tinjau
Dari Unsur Geografi Program Studi Geografi Universitas
Muhammadiyah Mataram di Desa Weto Kecamatan Welak Kabupaten
Manggarai Barat Tahun 2016
Palmquist, Stephen (2000). Hongkong. pekan VI. Filsafat bahasa. Kuliah 18.
Hermeneutika.
Pasumah, Heni Evangelis. 2013. Makna Pesan Simbolik Dalam Prosesi
Pertunangan Adat Pamona Di Kabupaten Poso. Makassar Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Sumaryanto. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: UNY.
Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
61
Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNSS
61
L
A
M
P
I
R
A
N
57
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Data Informan
Format Pertanyaan
Kontrol Pelaksanaan Penelitian
Dokumentasi
Riwayat Hidup
57
Data Informan
1. Nama : H. Hamsi
Umur : 55 tahun
Jabatan : Kepala adat
Hari/tgl wawancara : Kamis ,03April 2018
Tempat : Rumah Adat
2. Nama : H. Aksan
Umur :56 tahun
Jabatan : Kepala Desa Komodo
Hari/tgl wawancara : Jum’at,04 April 2018
Tempat : Kantor Desa Komodo
3. Nama : H. Amin
Umur :65 tahun
Jabatan : Orang Tua
Hari/tgl wawancara : Sabtu,05 April 2018
Tempat : Desa Komodo
4. Nama : Rizal
Umur : 24 tahun
Jabatan : Anak Remaja
Hari/tgl wawancara : Senin,06 April 2018
Tempat : Desa Komodo
57
5. Nama : Azis
Umur : 26 tahun
Jabatan : Pawang/ guide
Hari/tgl wawancara : Selasa, 07 April 2018
Tempat : Desa Komodo
57
Format Pertanyaan
1. Bagaimana sejarah asal-usul Legenda Ora/ Komodo yang bapak/ ibu ketahui?
2. Apa dampak bagi masyarakat Pulau Komodo dengan adanya Legenda
Ora/Komodo tesebut?
3. Apakah ada prosesi ritual yang dilakukan took masyarakat terhadap Legenda
Komodo?
4. Bagaimana prosesi ritual yang dilakukan oleh toko masyarakat terhadap Legenda
Ora/Komodo tersebut?
5. Apakah dalam ritual yang dilakukan semua sesajian memiliki makna?
6. apa harapan bapak ke depannya terhadap Legenda Komodo tersebut?
57
1. Nama : H. Hamsi
Jabatan : kepala Adat Desa Komodo
Hari/tgl wawancara : kamis, 03 April 2018
Tempat : Rumah Adat
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah asal-usul
Legenda Ora/ Komodo yang
bapak/ ibu ketahui?
Menurut sejarah Ora/ Komodo itu adalah
kembaran dari manusia. Dulu ada pasangan
suami istri yang tinggal di daerah komodo,
kemudian sang istri melahirkan anak kembar,
akan tetapi wujudnya berbeda, yang satu
berwujud manusia, tetapi satu lagi berwujud
binatang , yang berwujud manusia di beri
nama Sebae/Orah, Sebae dalam bahasa
Komodo yang artinya Sebelah.
2. Menurut bapak Bagaimana peran
Legenda Ora (Komodo) tersebut
terhadap masyarakat setempat?
Selaku kepala adat dampak bagi masyarakat
sangat banyak salah satunya adalah
masyarakat biasa lebih mengerti dan
menghargai terhadap binatang. contoh,
masyarakat tidak menyakiti Ora/ Komodo
karena masyarakat sangat percaya bahwa
ketika mereka menyakiti Ora/Komodo, akan
ada kesialan di desa tersebut.
57
3. Apakah ada prosesi ritual yang
dilakukan untuk masyarakat
terhadap Legenda Komodo?
Kami sebagai masyarakat meyakini bahwa
semua mahluk hidup perlu di
hargai,begitupun Ora/Komodo yang ada di
desa Komodo. Kami meyakini bahwa salah
satu cara menghormati mereka adalah
melakukan ritual. Ritual yang kami lakukan
tidak setiap hari, akan tetapi tunggu ada
kepentingan tertentu. prosesinya adalah yang
pertama harus membawa kain putih sebagai
lambang kebesaran hati, telur ayam, sirih dan
pinang sebagai lambang penghormatan,
prosesi ritual ini di lakukan di prafu, akan
tetapi tunggu waktu tertentu. Contohnya
ketika ada yang sakit parah, maka di bawa ke
prafu dengan membawa sesajian dan bendera
putih .
4. Bagaimana prosesi ritual yang
dilakukan oleh toko masyarakat
terhadap Legenda Ora/Komodo
tersebut?
Salah satu bahan yang terpenting dalam ritual
kami adalah kain putih yang di ikat seperti
bendera di prafu, prafu ini adalah nama
tempat untuk kami melakukan prosesi ritual.
Kemudian membawa seluruh saudara, atau
keluarga ke prafu tersebut.
57
5. Apakah dalam ritual yang
dilakukan semua sesajian
memiliki makna?
Tentu saja memiliki makna tersendiri,
contohnya kain putih, memiliki makna
kebesaran hati, kemudian sirih, pinang dan
telur merupakan sebagai lambang bahwa itu
adalah makanan kesukaan leluhur kami.
6. Apa harapan bapak ke depannya
terhadap legenda Komodo
tersebut?
Selaku kepala adat menghimbau kepada
masyarakat agar kiranya selalu
menghargai,menghormati,kepercayaan yang
sama-sama kami yakini agar kedepanya anak
cucu kita bisa juga merasakan ataupun
melihat cerita asli dari Ora/ komodo
tersebut.Masyarakat harus mampu menjaga
dan juga melindungi Ora/ Komodo tersebut
yang diyakini sebagai leluhur kami.
57
2. Nama : H. Aksan
Jabatan : Kepala Desa Komodo
Hari/tgl wawancara : Jum’at,04 April 2018
Tempat : Kantor Desa Komodo
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah asal-usul
Legenda Ora/Komodo yang
bapak/ ibu ketahui?
Menurut sejarah yang di ceritakan secara turun
temurun oleh orang-orang terdahulu bahwa
Ora ini merupakan anak manusia. Konon dlu
critanya putri Naga, nama ibu dari Ora ini
melahirkan anak kmbar, yang satu berwujud
manusia, dan satunya lagi berwujud binatang
seperti kadal raksasa, yang berwujud binatang
ini di lepas di hutan sedangkan yang wujud
manusia di asuh oleh Putri Naga Komodo.
Konon ketika mereka sudah dewasa yang
berwujud manusia ini pergi berburu ke hutan,
sedangkan dan bertemu dengan Ora, ketika
mereka saling berebut binatang buruan , sang
manusia ini hampir membunuh Ora/ Komodo,
akan tetapi di cegah oleh ibunya, dan
menjelaskan kepada mereka bahwa mereka
bersaudara, dari situlah manusia dan Komodo
atau Ora hidup berdampingan dan tdk saling
57
menyakiti dengan masyarakat komodo.
2. Menurut bapak bagaimana peran
legenda Ora (Komodo) tersebut
terhadap masyarakat setempat?
Selaku pemerintah desa peran bagi masyaraka
sangat bayak salah satunya adalah sebagai
penambah ekonomi, sebagian besar
masyarakat disini yang sebelumnya berprofesi
sebagai ibu rumah tangga, mereka membuka
warung makan di Loh Liang untuk wisatawan
ataupun orang-orang yang mau
meneliti.Bahkanada juga yang menjadi
pawang/guiude bagi wisatawan asing.
3. Apakah ada prosesi ritual yang
dilakukan masyarakat terhadap
legenda Ora (Komodo) tersebut?
Kalau bicara soal prosesi ritual tentu saja ada,
sebagai masyarakat yang masih percaya akan
hal yang mistis tentu ada prosesi-prosesi ritual
yang dilakukan, akan tetapi karna Ora
(Komodo) ini merupakan binatang yang
modern , prosesi ritual dilakukan hanya saat
tertentu saja. Contohnya ketika ada yang sakit,
maka dilakukan prosesi ritual, yakni menemui
leluhur Ora ( komodo) di suatu tempat yang
namanya prafu, akan tetapi biasanya ada juga
ritual memegang kayu bercabang setiap
wisatawan yang datang mengunjungi Ora
tersebut , itu tujuannya agar tidak digigit
57
Komodo. Karena masyarakat percaya bahwa
Ora ( Komodo) akan tau yang mendekati dia
dengan membawa kayu cabang adalah
saudaranya, yakni masyarakat asli pulau
komodo.
4. Bagaimana prosesi ritual yang
dilakukan oleh toko masyarakat
terhadap Legenda Ora/Komodo
tersebut?
Seperti yang saya katakana tadi, bahwa prosesi
ritual dilakukan ketika ada yang sakit, nah
ketika ada yang sakit parah kami
membawanya ke prafu tersebut beserta seluruh
keluarga, dan meminum air disana, karna
seperti yang sudah di katakana oleh leluhur
tadi bahwa , kami tandai jejak kakinya dan
minumlah air disana, dan air nya pun tidak
asin, meski itu air laut tapi rasanya tawar.
Kalau prosesi ritual kayu cabang tentu saja di
pegang saat mengunjungi Ora (Komodo)
supaya ketika Komodo menghampiri kita
tinggal mengusirnya dengan kayu cabang
tersebut.
5. Apakah dalam ritual yang
dilakukan semua sesajian
memiliki makna?
Dalam ritual selama ini tentu saja ada makna
dari semuanya ,contohnya kain putih itu
lambang dari kesucian hati.Orang disini
percaya bahwa ketika mengunjungi prafu atau
melakukan prosesi ritual kita harus bersih,
57
maka di lambangkan dengan kain putih
tersebut.
6. Apa harapan bapak ke depannya
terhadap Legenda Komodo
tersebut?
Harapan saya selaku pemerintah desa, untuk
masyarakat agar kiranya sama-sama kita jaga
salah satu tempat tersebut sehingga tidak
menjadi rusak,dan juga selalu menjadi panutan
bagi wisata-wisatan yang datang.
57
5. Nama : Azis
Jabatan : Pawang/Guide
Hari/tgl wawancara : Selasa ,07 April 2018
Tempat : Desa Komodo
NO Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah asal-usul
Legenda Ora/ Komodo yang
bapak/ ibu ketahui?
Kalau sejarah yang kami pahami dan dengar dari
orang tua dulu dan sekarang, sejarahnya itu
adalah Komodo tersebut berasal dari seorang
manusia, artinya dilahirkan oleh seorang
manusia. Komodo tersebut lahir pada zaman
peradaban, artinya Komodo ada setelah manusia
itu ada. Sejarahnya dahulu ada sepasang suami
isteri menetap di pulau komodo, kemudia
berikutnya sang istri melahirkan anak kembar,
dan bayi yang di lahirkan satu berupa manusia
dan satu lagi berupa kadal raksasa yang sering di
sebut Orah/ Komodo,dan mereka biasa di sebut
SEBAE (Terpisah). Yang manusia di beri nama
Gerong, dan yang terlahir sebagai komodo di beri
nama Orah. Akhirnya Orah / Komodo ini di lepas
oleh orang tuanya di hutan, berselang beberapa
tahun kemudian, si gerong dan Ora tersebut baru
mengetahui mereka ternyata bersaudara ketika
57
Gerong berburu ke hutan dan berebut binatang
buruan .
2. Apa peran bagi masyarakat
PulauKomodo dengan
adanya legenda Ora/
Komodo tesebut?
Kalau kami sebagai pemuda tentu banyak
dampaknya, seperti kalau kami dulunya hanya
sebagai nelayan sekarang kami bisa jadi guide
bagi turis-turis luar negri, hasilnya juga sangat
memuaskan.
3. Apakah ada prosesi ritual
yang dilakukan masyarakat
terhadap legenda Ora
(Komodo) tersebut?
Kalau prosesi ritual itu yang saya tau adalah
ketika ada Ora atau Komodo yang turun ke
pemukiman warga hingga ke laut itu artinya
masyarakat harus ke prafu untuk mengetahui ada
hal apa sehingga Komodo sampai dating ke
kampung, apakag ada musibah, nah prafu itu
adalah nama tempat untuk melakukan prosesi
ritual, kemudian yang sering di lakukan yaitu
memegang kayu cabang ketika ada pengunjung
yang ingin keliling melihat komodo di area
konservasi .
4. Bagaimana prosesi ritual
yang dilakukan oleh toko
masyarakat terhadap legenda
Ora/Komodo tersebut?
Ya itu tadi, seperti yang saya katakana ketika ada
yg ingin melakukan prosesi ritual ya mereka
mengunjungi prafu , dan prafu ini letaknya di
laut, dan di tandai oleh kain putih, kami percaya
bahwa prafu itu meskipun di air laut maka, air
sekeliling prafu itu terasa hambar, dan memang
57
airnya tidak asin. Ketika ingin melakukan prosesi
ritual itu ,maka tua adat akan mengunjungi prafu
dan membawa kain putih sebagai bentuk
kesucian hati.
5. apakah dalam prosisi ritual
semua sesajian memiliki
makna menurut bapak ?
Ada maknanya, kain putih itulah tanda kesucian
hati, sementara kayu bercabang tadi adalah agar
supaya Komodo tau bahwa yang dating adalah
masyarakat asli Komodo yang berarti
saudaranya, sehingga dia tidak menggigit. Karna
kami percaya bahwa yang melakukan ritual
dengan membawa kayu cabang hanyalah
masyarakat local disini dan kami percaya bahwa
Ora/Komodo mengetahui hal itu, sehingga kami
sebagai guide juga disini bias lindungi wisatawan
yang berkunjung .
6. Apa harapan bapak ke
depannya terhadap Legenda
Komodo tersebut?
Sebagai Guide di sini tentu harapanx adalah
supaya nilai luhur dari Ora/ Komodo ini tetap
terjaga dan tidak punah, supaya kami juga tidak
tinggal dan hanya nganggur..
57
3. Nama : H. Amin
Jabatan : Tokoh Masyarakat
Hari/tgl wawancara : Sabtu ,05 April 2018
Tempat : Desa Komodo
NO Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah asal-usul
Legenda Ora/ Komodo yang
bapak/ ibu ketahui?
Sebagai tokoh masyarakat disini, sejarah asal-
usul Sebae ini adalah sebenarnya lahir dari
manusia, sebae ini artinya sebelah, orang sering
menyebutnya Ora, namun karena perkembangan
jaman namanya berubah menjadi Komodo.
Dahulu ada sepasang suami istri di kampung
Komodo ini, kemudian melahikan anak kembar,
yang satunya manusia diberi nama Gerong dan
satunya binatang , nah yang binatang inilah yang
disebut sebagai Sebae, atau Ora, kemudian orang
menyebutnya Komodo, sementara yang wujud
manusia tinggal bersama orang tuanya,
sedangkan yang Sebae tdi di lepas ke hutan,
namun bukan berarti orang tuanya membuang
Sebae. Setelah beberapa tahun kemudian, setelah
keduanya besar si Gerong sudah pintar berburu
binatang di hutan, dan tiba suatu hari Gerong
57
berburu ke hutan, dan tiba-tiba Sebae beebutan
binatang buruan yang di buru oleh si Gerong.
Ketika Gerong ingin arahkan tombaknya ke
Sebae , tiba-tiba ibu nya dan untuk menghentikan
dan menjelaskan bahwa Sebae adalah
saudaranya. Ketika itu masyarakat pun tidak ada
lagi yang ingin menyakiti sebae karena sebae
merupakan saudara mereka. Akhir cerita, sebae
meninggal sekitar tahun 1981-1982. Dan yang
sekarang hidup adalah anak, cucu dari sebae,
itulah sekarang yang orang sebut Komodo.
2. Apa peran bagi masyarakat
Pulau Komodo dengan
adanya legenda Ora/Komodo
tesebut?
perannya ya sekarang sebagai tempat anak-anak
muda cari uang dengan menjadi pemandu,
kemudian sudah di perhatikan oleh pemerintah,
dan yang tidak kalah penting adalah ini sebagai
acuan masyarakat dalam hidup sehari-hari,
contohnya tidak boleh menyakiti binatang
tersebut karna dari dulu kami percaya bahwa
kapan kami menyakiti binatang itu aka nada
musibah yang menimpa kampung kami.
3. Apakah ada prosesi ritual
yang dilakukan tokoh
masyarakat terhadap legenda
Komodo?
Kalau prosesi ritual itu tetap ada. Dari dulu ada
satu prosesi ritual yaitu ritual mengunjungi
prafu,yang merupakan tempat untuk melakukan
prosesi ritual. Kemudian ada prosesi seperti
57
kayu cabang.
4. Bagaimana prosesi ritual
yang dilakukan oleh toko
masyarakat terhadap legenda
Ora/Komodo tersebut?
Seperti yang saya katakana tadi, dengan
mengunjungi prafu, kemudian membawa kain
putih ,dan ini tidak di lakukan setiap hari, hanya
pada waktu tertentu saja, contohnya saat
Komodo turun berkeliaran di rumah warga dan
sampai turun ke laut, itu artinya dia membawa
suatu pesan, nah saat itulah kami mengunjungi
prafu untuk mengetahui kira-kira apa yang di
sampaikan oleh Komodo tersebut, apakah ada
bencana di kampung ataukah dia ingi turun
memberitahu bahwa ada orang yang menyakiti
dia. Kemudian prosesi kayu cabang bahwa setiap
pengunjung dating akan ada pemandu yang
memandu dan membawa kayu cabang yang telah
disediakan di area taman wisata. Kalau kayu
cabang ini memang tidak ad abaca-baca, akan
tetapi bahwa kami percaya kalau Komodo
melihat kayu cabang tersebut berarti dia tahu
yang melakukan ini adalah saudaranya di pulau
Komodo. Apalagi kalau sudah menyebut
namanya Sebae. percaya dan tidaknya memang
seperti itu adanya, bahwa ketika giginya sdah
tancap di kaki kami untuk gigit, cukup kami bisik
57
nama aslinya , langsung melepas gigitannya
bahkan racun yang sudah menyebarpun ditarik
kembali. Itulah mistisnya binatang Ora atau
Sebae tadi.
5. Apakah dalam prosesi ritual
semua sesajian memiliki
makna menurut bapak ?
Tentu ada. Kalau kain putih yang bawa ke prafu
tadi maknanya adalah kesucin, kebesaran hati.
Sementara ada juga sesajian lain yaitu seperti
siri, pinang, telur, ini merupakan sebagai
penghormatan kepada mereka bahwa itu di
anggap sebagai makanan yang sering mereka
makan dahulu. Kemudian kayu cabang sebagai
lambing bahwa yang melakukan hal tersebut
untuk mendekati Komodo hanya masyarakat
komodo asli yang artinya adalah saudara dari
komodo itu sendiri. itulah alasannya bahwa
pemandu selalu membawa kayu cabang tersebut
ketika mengantar pengunjung.
6. Apa harapan bapak ke
depannya terhadap legenda
Komodo tersebut?
Sebagai tokoh masyarakat tentunya banyak
harapan saya yaitu terkhususnya bagi pemandu
yang merupan asli dari kampung Komodo ini,
bahwa jangan sampai cerita rakyat ini akan
hilang seiring berjalannya waktu, dan bisa
semakin lebih baik lagi.
57
4. Nama : Rizal
Jabatan : Pemuda Setempat
Hari/tgl wawancara : Senin ,06 April 2018
Tempat : Desa Komodo
NO Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah asal-usul
Legenda Ora/ Komodo yang
bapak/ ibu ketahui?
Kalau cerita yang kami tau bahwa Komodo itu
adalah saudara kami, dimana bahwa Komodo ini
terlahir dari seorang ibu yang melahirkan anak
kembar, yang satunya manusia dan satunya lagi
adalah Komodo. Makanya kami semua dilarang
untuk menyakiti binatang Komodo karena dia
adalah saudara kami.
2. Apa peran bagi masyarakat
Pulau Komodo dengan
adanya legenda Ora/Komodo
tesebut?
Dampaknya sangat bagus , dari kami tidak punya
pekerjaan sekarang bisa berjualan souvenir khas
Komodo, seperti baju, patung Komodo, dan
souvenir lainnya. Jadi dengan adanya cerita ini
dan sekarang sudah mendunia binatang Komodo
ini, kami sangat senang, bisa jadi ladang mencari
uang untuk kami, kemudian ada dampak lain
bahwa sebagai patokan untuk kami hidup
bermasyarakat yang tidak boleh menyakiiti satu
sama lain, apalagi berhubungan dengan Komodo.
Karena kapan kami menyakiti Komodo, itu
57
artinya kami memanggil musibah untuk
kampung kami.
3. Apakah ada prosesi ritual
yang dilakukan tokoh
masyarakat terhadap legenda
Komodo?
Kalau prosesi ritual yang saya ketahui hanya
kayu cabang , orang terdahulu selalu bilang kalau
ingin pergi melihat Komodo harus membawa
kayu cabang. Karena itu merupakan cara yang
dilakukan agar Komodo tau bahwa yang
berkunjung adalah saudaranya.
4. Bagaimana prosesi ritual
yang dilakukan oleh toko
masyarakat terhadap legenda
Ora/Komodo tersebut?
Prosesina yaitu kami cukup memegang kayu
cabang itu saat ingin melihat Komodo, ketika
Komodo mendekat arahkan kayu Cabang
tersebut ke bagian leher atau kepalanya, makan
dia akan tau bahwa yang dating adalah
saudaranya.
5. Apakah dalam prosesi ritual
semua sesajian memiliki
makna menurut bapak ?
kalau kayu cabang kan tidak pakai sesajian ya,
hanya saja kepercayaan kami terhadap hal mistik
seperti Komodo akan Peka kalau akan diarahkan
kayu cabang itu sangat kuat, karena memang
kami tidak bisa pungkiri bahwa Komodo ini
adalah saudara kami. Paling kayu cabang itu
maknanya ya seperti tadi, bahwa agar Komodo
tau bahwa yang dating adalah saudaranya ,
makanya dia tidak akan menggigit.
57
6. Apa harapan bapak ke
depannya terhadap legenda
Komodo tersebut?
Harapannya semoga dengan adanya Komodo ini
kampung ini makin ramai di kunjungi wisatawan,
dan kami juga tidak lupa akan cerita asli dari
Komodo tersebut.
57
Gambar. 1 Foto Ora/Komodo yang berada di Loh Liang Pulau Komodo, Flores Nusa
Tenggara Timur.
57
Gambar.2Gambar ilustrasi Putri Naga Komodo atau ibu yang melahirkan
Ora/Komodo, yang terpampang di Loh Liang, Pulau Komodo, Flores Nusa
Tenggara Timur.
57
57
Gambar.3Foto Prafu (tempat melakukan prosesi ritual ) Terlihat Tumpukan batu
dan kain putih yang di ikat di bagian atas tumpukan batu.
57
Gambar.4 foto saat melakukan wawancara kepala adat desa Komodo, Pulau
Komodo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
57
Gambar .5 Foto saat mewawancarai salah satu Guide di lokasi penelitian
Gambar.5 Foto saat wawancara pemuda setempat.
57
RIWAYAT HIDUP
Dewi Astuti, lahir di Pandang pada tanggal 26 Maret 1995.Anak ke 2 dari 4
bersaudara, buah hati dari pasangan Achmad Said dengan Siti Halima M.Penulis
memasuki jenjang pendidikan formal di bangku SDI Cambir Bendera pada tahun
2002 dan tamat pada tahun 2008,
pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Lembor
dan tamat tahun 2011,pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
Madrasah Aliyah Negeri Labuan Bajo dan tamat tahun 2014. Kemudian penulis
terdaftar sebagai mahasiswa pada tahun 2014 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar,program studi Strata satu ( SI ) dan menyelesikan
studi pada tahun 2018 dengan diterimanya skripsi yang berjudul “ Kajian
Hermeneutika Legenda Asal-Usul Ora (Komodo) Flores Nusa Tenggara Timur
NTT”.
57