Post on 07-Dec-2014
Pendahuluan
Elevasi atau peningkatan tekanan intrakranial (TIK) merupakan komplikasi
serius yang bisa didapat dari beberapa kondisi neurologis seperti trauma kepala,
perdarahan intrakranial, stroke emboli, kelainan produksi maupun absorbsi cairan
spinal, infeksi, dan keganasan (Josephson, 2004). Semua kondisi ini dikategorikan
sebagai peningkatan volume di intrakranial yang dapat menyebabkan kerusakan
otak maupun kematian. Mengenal secara cepat peningkatan TIK, pendekatan
dalam menggunakan monitor secara tepat guna, dan tatalaksana untuk mengurangi
TIK serta mencegah penyebabnya merupakan hal penting yang dilakukan untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien.
Pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial adalah hal yang paling
banyak dilakukan perawatan serius. Penanganan awal yang cepat dan efektif
untuk menyelamatkan pasien dari komplikasi tergantung dari pengamatan klinis
yang awas dan teliti (Arbor, 2004). Perawatan yang profesional harus memiliki
pengertian yang mendalam mengenai patofisiologi tekanan intrakranial dalam
mengobati pasien dengan kondisi neurologis yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial. Tujuan dari pengobatan dalam menurunkan
tekanan intrakranial pada dasarnya adalah memanipulasi dan pada akhirnya untuk
menurunkan volume salah satu dari tiga komponen pada ruang intrakranial: darah,
jaringan otak, atau cairan cerebrospinal (CSF).
Metode yang paling umum, akurat, efektif cost, dan dapat diandalkan oleh
paramedis adalah mengamati dan mengobati peningkatan tekanan intrakranial
yang berbahaya, yaitu ventrikulostomi. Perawat yang merawat pasien pasca
ventrikulostomi harus diajarkan teknik yang sesuai yang berhubungan dengan
mengamati dan mengukur TIK sebagaimana tugas mereka dalam merawat pasien
secara keseluruhan. Namun, perawat pun juga harus mengetahui metode dalam
menangani pasien TIK tinggi selain metode ventrikulostomi.
Patofisiologi Tekanan Intrakranial
Tekanan intrakranial adalah tekanan yang berada di dalam tulang tengkorak.
Berdasarkan hipotesi klasik dari Monroe-Kellie, volume intrakranial di dalam
tengkorak merupakan sistem tertutup yang berarti semua volume dari semua
komponen di dalamnya sudah tetap (Kellie, 1824; Monroe, 1783). Fungsi
mekanisme homeostatik adalah untuk mempertahankan volume tetap ini apabila
terjadi proses patologis yang mempengaruhi isi intrakranial. Terdapat tiga
komponen yang ada dalam ruang intrakranial:
- Jaringan Otak
- Cairan cerebrospinal (CSF)
- Darah
Terdapat beberapa tipe kondisi patologis yang dapat mengganggu proses
ekuilibrium volume di dalam dan diantara ketiga komponen. Saat seluruh volume
di dalam intrakranial tidak dapat berubah dan kondisi patologis mempengaruhi
proses ekuilibrium intrakranial dan diantara komponennya akan dapat
menyebabkan peningkatan TIK.
Selain itu, peningkatan level TIK terjadi ketika peningkatan volume dari
salah satu atau lebih komponen tidak dapat distabilkan dengan mengurangi atau
menghilangkan volume pada beberapa komponen.
Tekanan Intrakranial dan Tekanan perfusi Otak
Tekanan intrakranial orang dewasa berkisar 0-15 mmHg. Secara khusus,
peningkatan level TIK di atas 20 mmHg dapat menyebabkan cedera otak. Hal ini
penting untuk mengetahui pengertian dari peningkatan TIK tergantung patologi
yang mendasarinya. Misal pada kasus hidrosefalus, tekanan di atas 15 mmHg
dapat dianggap sama seperti terjadinya cedera kepala, penanganan cepat biasanya
dimulai pada + 25 mmHg (Czosynka & Pickard, 2004). TIK juga bisa berangkat
dari “ukuran normal” menurut faktor lain seperti usia, postur tubuh,, dan kondisi
klinis lainnya. Tekanan intrakranial biasanya didapat dari cairan cerebrospinal
(CSF) dan sirkulasi darah otak (dua dari tiga komponen intrakranial) (Czosynka &
Pickard, 2004).
Komponen lain di dalam ruang intrakranial yaitu jaringan otak merupakan
bagian terbesar dan volumenya konstan. Ada kalanya saat volume jaringan otak
dapat terganggu ketika ada suatu massa atau edema otak itu sendiri. Perubahan
TIK biasanya lebih dipengaruhi oleh perubahan volume cairan cerebrospinal dan
darah otak dibandingkan perubahan pada struktur jaringan otak. Cairan
cerebrospinal diproduksi secara terus-menerus dan normalnya akan diabsorbsi ke
sistem vena. Aliran darah otak yang akan menentukan volume darah otak di dalam
ruang intrakranial. Mekanisme kompensasi terjadi dengan menaikkan volume
cairan cerebrospinal dan darah otak jika TIK minimal. Saat fungsi mekanisme
tersebut menurun atau tidak berfungsi lagi, tekanan dapat meningkat walaupun
hanya terjadi sedikit peningkatan volume, sebagai akibatnya akan terjadi
peningkatan TIK. Sebagai tambahan, rata-rata perubahan cairan pada komponen
intrakranial memberi peranan yang berarti. Kondisi akut yaitu kondisi perubahan
volume yang terjadi dengan cepat biasanya menyebabkan peningkatan TIK lebih
cepat dibandingkan perubahan yang terjadi lambat. Penyebab yang umumnya
meningkatkan tekanan intrakranial termasuk:
a. Peningkatan Volume Cairan Cerebrospinal
Hidrosefalus Non Obstruktif
Hidrosefalus Obstruktif
Pseudotumor otak
b. Peningkatan Volume Darah
Asidosis
Peningkatan tekanan atrium kanan
PaCO2 arteri yang tinggi
Trombosis sinus dural
c. Peningkatan Volume Jaringan Otak
Iskemia dan nekrosis
Infeksi
Perdarahan
Tumor
Edema Sitotoksik
Edema Vasogenik
Tekanan Perfusi Otak
Tekanan perfusi otak (CPP) yang tidak adekuat adalah faktor utama yang
dapat mempengaruhi aliran darah ke otak. Pengukuran tekanan perfusi otak
diperlukan dalam menentukan jumlah volume darah yang ada di ruang
intrakranial. Hal ini penting digunakan sebagai indikasi klinis dari aliran darah
otak dan oksigenasi yang adekuat. Pengukuran tekanan perfusi otak bersatuan
mmHg dan ditentukan dengan mengukur perbedaan antara tekanan arteri rata-rata
(MAP) dan tekanan intrakranial pasien.
CPP = MAP – TIK
Tekanan perfusi otak normalnya di atas kisaran 70-80 mmHg untuk
mencegah komplikasi cedera neurologis (cedera sekunder) dan untuk mengurangi
risiko terjadinya iskemia (akibat trauma). Tercapainya aliran darah otak yang
adekuat dipengaruhi oleh tekanan perfusi otak. Tekanan perfusi otak dapat
menurun secara bermakna pada meningkatnya tekanan intrakranial.
Gejala dan Tanda Klinis Peningkatan TIK
Pasien dengan peningkatan TIK biasanya mengeluh sakit kepala, mual,
muntah, dan penurunan status kesadaran. Terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial biasanya menyebabkan penurunan aliran darah ke otak dan berpotensi
terjadinya herniasi. Herniasi akibat tekanan akan menyebabkan cedera otak dan
bisa terjadi kematian. Oleh karena itu, penting sekali untuk mengidentifikasi
pasien dengan peningkatan TIK secara cepat.
Trias Chusing’s
Trias Chusing adalah tampilan klasik pada peningkatan TIK yang
disebabkan oleh perdarahan intrakranial. Tiga gejala Chusing’s antara lain adanya
hipertensi, bradikardi, dan depresi pernapasan. Hal ini terjadi pada pasien dengan
peningkatan TIK yang sudah berlangsung lama dan jatuh pada kondisi gawat
darurat. Trias Chusing’s dapat menyebabkan defisit neurologis setempat yang
dapat berkembang menjadi massa atau herniasi. Pemeriksaan CT scan dapat
mengarahkan peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya suatu massa
atau perdarahan. Walaupun gejala dan tanda tersebut muncul pada pasien dan
hasil CT scan mendukung diagnosis perdarahan intrakranial, peningkatan TIK
secara akurat hanya dapat diukur secara langsung melalui monitor.
Trauma Tertutup pada Kepala
Pada pasien dengan trauma kepala yang tertutup dianjurkan untuk dilakukan
pengawasan TIK. Sebuah penelitian menjelaskan bahwa pengawasan TIK dapat
berkontribusi dalam menilai keadaan pasien. Beberapa literatur juga menyebutkan
guna pengawasan TIK saat pasien dicurigai perdarahan intrakranial dengan
multiple trauma kepala, terutama pada pasien-pasien koma. The Guidelines for the
Management of Severe Head Injury menyarankan pengawasan TIK pada pasien-
pasien koma dengan cedera kepala jika angka GCS berkisar pada 3-8 dan terdapat
hasil yang abnormal pada CT scan. Pada pasien dengan hasil CT scan normal,
pengawasan TIK tetap dianjurkan jika angka GCS antara 3-8 dan terdapat salah
satu tanda di bawah ini:
- Usia >40 tahun
- Kelainan motorik unilateral atau bilateral
- Tekanan darah sistolik <90mmHg
Seperti yang dijelaskan di atas, pengawasan TIK juga diindikasikan jika ada
kondisi neurologis yang menempatkan pasien pada kondisi TIK tinggi (seperti
stroke, hidrosefalus, perdarahan intrakranial). Adanya pengawasan TIK pada
kasus ini tergantung dari kondisi pasien itu sendiri. Saat pengawasan TIK
menunjukkan risiko kecil terjadinya komplikasi seperti pada infeksi dan
perdarahan intrakranial, maka pengawasan dilakukan jika pasien mengalami
peningkatan TIK yang mengancam.
Glasgow Coma Scale (GCS) menunjukkan nilai respon neurologis pasien
dengan beberapa kategori. Nilai 3 adalah nilai terendah yang berarti respon
terburuk dan 15 adalah nilai tertinggi yang berati tidak ada kelainan atau defisit
neurologis. Nilai diantara 9-12 menunjukkan cedera sedang. Nilai < 8
menunjukkan cedera otak berat.
Pengawasan TIK: Kepentingan dan Indikasi
Metode yang paling akurat dalam mendiagnosis peningkatan TIK adalah
dengan mengukur TIK secara langsung. TIK hanya dapat diukur secara langsung
dengan peralatan monitor TIK. Seperti penjelasan sebelumnya, TIK digunakan
untuk mengukur tekanan perfusi otak yang memberikan informasi tentang
tercukupinya aliran darah ke otak. Selain itu, level TIK penting untuk menentukan
adanya kemungkinan terjadi herniasi. Pengawasan TIK yang terus-menerus
penting dalam menentukan diagnosis awal peningkatan TIK yang bermakna. Hal
ini bermanfaat untuk menentukan algoritma penanganan dan pengobatan yang
terkait, dengan tujuan menurunkan volume dan tekanan di dalam ruang
intrakranial. Hal ini berguna juga untuk memonitor TIK karena penatalaksanaan
dalam menurunkan TIK pun terkadang dapat berbahaya. Pengawasan dan
pengukuran TIK juga dapat memberikan informasi penting dalam menentukan
prognosis pasien. Walaupun bisa mengidentifikasi adanya peningkatan TIK dari
gejala-gejala klinis, pengawasan TIK ini penting untuk mengetahui adanya
penurunan aliran darah ke otak atau adanya herniasi. Indikasi melakukan
pengawasan TIK antara lain:
- Perdarahan intrakranial
- Edema otak
- Cedera otak berat
- Post-craniotomi
- Adanya lesi di subdural atau epidural
- Hematom, abses, tumor, atau aneurisma yang menghalangi aliran cairan
serebrospinal
- Pasien dengan sindrom Reye yang menjadi koma, lumpuh, respon abnormal
- Ensefalopati akibat krisis hipertensi atau malfungsi hati
- Meningitis/ensefalitis yang menyebabkan malarbsorbsi cairan serebrospinal
Metode End Chart untuk Pengawasan TIK
Terdapat 4 metode standar untuk pengawasan TIK, meliputi:
- Ventrikulostomi
- Pembuatan lubang subarakhnoid
- Kateter subdural/epidural
- Intraparenchymal of a Fiberoptic Transducer Tipped Catheter
Terdapat keuntungan dan risiko pada masing-masing metode. Pada unit
perawatan saraf intensif, ventrikulostomi merupakan metode yang paling sering
digunakan.
Pembuatan Lubang Subarakhnoid dengan Sekrup
Pembuatan Lubang Subarakhnoid atau yang dikenal dengan nama bolt,
menghubungkan ke transducer eksternal melalui pipa. Ini diletakkan ke dalam
tengorak yang dikaitkan ke duramater. Ini merupakan sebuah sekrup yang
berlubang yang akan membuat CSF dapat dialrkan sehingga TIK menjadi
seimbang. Kelebihan dari metode ini adalah risiko infeksi dan perdarahan rendah.
Kekurangan metode ini meliputi kemungkinan terjadinya kesalahan penghitungan
TIK, berpindahnya sekrup, dan mampet oleh karena debris.
Kateter Subdural/Epidural
Kateter Subdural/Epidural merupakan metode lain untuk pengawasan TIK.
Metode ini tidak begitu invasif tetapi kurang akurat. Metode ini tidak dapat
digunakan untuk mengalirkan CSF, akan tetapi katetar ini mempunyai risiko
infeksi dan perdarahan lebih rendah.
Intraparenchymal of a Fiberoptic Transducer Tipped Catheter
Alat ini sering dijumpai di unit perawatan intensif. Metode ini adalah
metode paling akurat kedua dalam pengawasan TIK. Metode ini tidak dapat
digunakan untuk mengalirkan CSF, akan tetapi katetar ini mempunyai risiko
infeksi dan perdarahan lebih rendah.
Ventrikulostomi
Ventrikulostomi juga disebut kateter intraventrikular atau selang
vemtrikulostomi. Ini merupakan pipa lunak yang diletakkan di dalam ventrikel
lateral otak melalui pembuatan lubang. Pipa tersebut menghubungkan ke
transduser standar yang tidak pernah tertekan. Perawatan pasien dengan
ventrikulostomi membutuhkan pelatihan yang tepat tentang bagaimana cara
memasukkan transduser ke dalam Foramen Monroe untuk meminimallkan risiko
aliran yang tidak tepat. Ventrikulostomi adalah metode yang paling akurat untuk
pengawasan TIK (Zhong, 2003). Ventrikulostomi juga dapat digunakan sebagai
terapi CSF. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah adanya debris,
seperti sisa jaringan atau jendalan darah yang dapat menyumbat kateter. Apabila
hal ini terjadi akan menyebabkan gangguan pada kemampuan pengawasan TIK
secara akurat. Adanya sumbatan ini juga dapat menyimpangkan aliran CSF.
Insersi ventrikulostomi juga meningkatkan risiko infeksi karena prosedur yang
invasif. Seperti adanya benda asing di area steril, bisa menyebabkan risiko infeksi
intrakranial dan berkaitan dengan risiko pendarahan (Kocan, 2002). Komplikasi
lainnya meliputi:
- Kebocoran CSF
- Kebocoran udara ke dalam ruang subarakhnoid maupun ventrikel
- Kekeringan CSF yang menyebabkan herniasi maupun kolaps ventrikel.
- Terapi yang tidak benar berkaitan dengan pembacaan pada pengawasan TIK
yang ditandai dengan timbulnya uap, kegagalan elektromekanik, atau
kesalahan operator (NIH, 2000).
Kateter Ventrikulostomi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, diantara pengawasan TIK,
ventrikulostomi merupakan satu-satunya teknik pengawasan yang sekaligus
mengawasi TIK dan terapi CSF. Pengaliran CSF bisa membantu menurunkan TIK
dan bisa menjadi sampel laborat untuk membantu kesimpulan klinis.
Ventrikulostomi merupakan pilihan yang penting disaat pasien membutuhkan
penanganan segera yang diakibatkan adanya perdarahan intrakranial.
Tindakan Pencegahan TIK
Daftar tindakan pencegahan berikut ini merupakan informasi penting yang
dapat membantu menyediakan kualitas perawatan dan meningkatkan kondisi
pasien dengan ventrikulostomi. Tindakan ini berupa:
- Menurunkan risiko infeksi sistem saraf pusat, dengan menggunakan teknik
aseptik.
- Gunakan hanya NaCl 0,9% steril untuk mengisi tekanan pipa dan jangan
pernah menggunakan heparin.
- Pelihara hubungan yang rekat.
- Selalu memperhatikan pasien setiap waktu.
- Jaga sistem agar bebar udara untuk mendapatkan akurasi maksimal.
- Memelihara keutuhan dan kebersihan dari peralatan.
- Gunakan perawatan lebih ketika membalikkan atau memposisikan pasien, agar
pipa tidak terputus.
- Tempatkan pasien pada 30-45° posisi kepala tengadah, hindari posisi
Tredelenberg, hiperekstensi atau fleksi leher untuk menghindari peningkatan
TIK.
- Hindari terlalu keringnya CSF dengan mengalirkan + 2 ml dari cairan.
- Beritahu paramedis jika terdapat darah pada pipa tersebut.
Penatalaksanaan Tekanan Intrakranial yang Tinggi
Hal yang dilakukan pada pasien dengan perdarahan intrakranial adalah
untuk mengidentifikasi dan mengurangi terjadinya peningkatan TIK. Sejak
perdarahan intrakranial sangat berbahaya, penting untuk menurunkan TIK dengan
segera. Terdapat beberapa situasi gawat dimana TIK menurun, sedangkan
manifestasi klinis yang didapat mengarah ke peningkatan TIK. Apapun terapi
yang digunakan, tujuannya adalah untuk mempertahankan TIK <20 mmHg dan
tekanan perfusi otak pada kisaran 60-75 mmHg.
Drainase atau Pengaliran
Drainase cairan cerebrospinal adalah gold standar pada penatalaksanaan
TIK yang meningkat.
Positioning
Ada beberapa posisi pasien yang bisa menjadi terapi pada peningkatan TIK.
Sebagai contoh, memposisikan pasien duduk dengan kepala tengadah dapat
menurunkan TIK, namun juga dapat menurunkan tekanan perfusi otak. Penting
untuk tidak memposisikan kaki pasien di atas atau kepala miring ke kanan
maupun kiri. Fleksi leher pada pasien juga tidak dianjurkan pada kasus
peningkatan TIK. Menurut sebuah penelitian menunjukkan pasien dengan leher
fleksi atau kepala difleksikan ke kanan atau kiri, akan meningkatkan TIK. Pasien
dengan peningkatan TIK biasanya diminta untuk memposisikan kepala ke atas 30-
45° dari tempat tidur.
Perhatian dari Keluarga
Perhatian dari keluarga juga merupakan hal penting dalam penatalaksanaan
pasien dengan perdarahan intrakranial. Keluarga dan kerabatnya didorong untuk
menjenguk dan berbicara halus kepada pasien. Dorongan dari keluarga pasien
secara langsung maupun tidak langsung dapat membantu menurunkan TIK.
Edukasi keluarga pasien untuk memberikan kenyamanan bagi pasien dan tidak
membuat pasien tertekan, juga akan membantu menurunkan TIK yang meningkat.
Lingkungan
Pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial membutuhkan lingkungan
yang kondusif. Kamar pasien lebih aman jika gelap dan bebas dari kebisingan
untuk mengurangi stimulus yang dapat menaikkan TIK. Semua paramedis dan
pengunjung sebaiknya berbicara dengan pelan dan percakapan yang terbatas
dengan pasien. Keluarga pasien pun juga diedukasi untuk memberikan
kenyamanan lingkungan bagi pasien. Beritahukan kepada keluarga pasien untuk
memanggil perawat jika pasien ingin ditemani atau diperhatikan saat pasien lapar,
haus, berubah posisi, kontrol suhu, dan atau pergi ke toilet.
Hiperventilasi
Alasan dilakukan hiperventilasi adalah untuk menurunkan PCO2 sampai
angka 30. Turunnya PCO2 dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
sehingga menurunkan TIK. Namun, PCO2 di bawah 30 dapat menyebabkan
iskemi otak. Membuat pasien hiperventilasi sebenarnya masih kontroversial.
Beberapa tahun yang lalu, pasien yang diterapi dengan hiperventilasi sudah umum
dilakukan. Hal ini bisa menurunkan TIK tetapi membuat pembuluh darah otak
mengerut (terjadi iskemi) sehingga sekarang menjadi kontraindikasi.
Manitol
Manitol adalah diuretik osmotik. Manitol menghilangkan cairan
ekstraseluler dengan membuat tekanan osmotik lebih tinggi dibandingkan tekanan
kapiler. Manitol digunakan untuk mempertahankan osmolaritas serum lebih tinggi
sehingga bisa terjadi dehidrasi otak. Normal osmolaritas serum adalah 275-295
mos/mol. Angka yang umumnya harus dicapai adalah 310-320 mos/mol. Menurut
Doorman et al (1990), pemberian manitol secara intravena adalah pilihan terapi
untuk menurunkan TIK. Pemberian bolus awal 1gr/kgBB kemudian diberikan
0,25-1 gr/kgBB setiap 6 jam. Hentikan pada 4-6 jam pemberian karena dapat
menyebabkan peningkatan TIK. Manitol diberikan sampai awal memulai operasi.
Efek samping dari manitol adalah asidosis sistemik.
Cairan Intravena
Cairan intravena hipertonis maupun isotonis biasanya digunakan pada
pasien dengan perdarahan intrakranial. Cairan hipotonis justru akan meningkatkan
adanya edema. Contoh cairan-cairan intravena hipertonis atau isotonis adalah:
- NaCl
- Ringer Laktat
- Albumin
Menurut Dorman et al. (1990), NaCl dapat digunakan sebagai cairan utama
dengan catatan cairan hipotonis tidak boleh diberikan.
Steroid
Pemberian steroid berguna untuk mengurangi inflamasi. Steroid tidak umum
diberikan pada pasien dengan trauma kepala atau stroke. Sebagai contoh, steroid
memberi hasil baik dalam mengurangi bengkak pada daerah sekitar tumor.
Antikonvulsan
Antikonvulsan sering diberikan pada pasien untuk mencegah terjadinya
kejang. Paramedis harus selalu mengontrol pemberian obat antikonvulsan seperti
fenobarbital atau dilantin yang jika terakumulasi akan menyebabkan keracunan
pada pasien. Dosis terapi yang rendah tidak akan melindungi pasien dari kejang.
Sedangkan dosis yang tinggi dapat memberikan efek samping berupa penurunan
kesadaran.
Koma Barbiturat
Memberikan barbiturat kepada pasien dapat menurunkan TIK dengan cara
menurunkan proses metabolisme tubuh, konsumsi oksigen, dan produksi CO2.
Rendahnya metabolisme rata-rata dapat menurunkan kerja otak selama waktu
penyembuhan. Metode koma barbiturat hanya boleh dilakukan jika metode lain
dalam menurunkan tekanan intrakranial tidak berhasil.
Sedatif
Membuat pasien tertidur juga dapat menurunkan metabolisme dari otak.
Obat sedatif yang umum adalah infus propofol secara kontinyu karena durasi obat
yang pendek. Menghentikan propofol akan membuat pasien terbangun pada
beberapa menit sampai 1 jam.
Menyejukkan Pasien
Membuat pasien tetap sejuk dalam ruangan atau selimut ternyata berguna
pada pasien dengan TIK tinggi. Penurunan suhu 1° dapat menurunkan 7%
metabolisme otak. Ruangan tidak boleh terlalu dingin karena menyebabkan pasien
menggigil yang dapat menyebabkan peningkatan metabolisme secara drastis.
Oksigen
Walaupun ada kontroversi pada pemberian oksigen yang lebih dan
menyebabkan pengeluaran radikal bebas di dalam darah, pemberian oksigen tetap
dianjurkan. Perawat harus menjaga saturasi oksigen sekitar 95% sehingga akan
menjaga agar tidak terjadi iskemia otak.
Terapi Hipertensi/Hipotensi
Kontrol tekanan darah harus selalu diperhatikan untuk menjaga TIK. Ingat
bahwa tekanan perfusi otak = MAP-TIK. Pasien membutuhkan tekanan perfusi
otak 60-75, untuk itu tekanan darah sistolik dipertahankan pada kisaran dimana
iskemia tidak akan terjadi (Qureshi et al., 2001). Meningkatnya tekanan darah
dapat meningkatkan tekanan intrakranial, menurunkan aliran darah ke otak, atau
memperparah perdarahan. Pengobatan intravena seperti: Nipride, Nicarpidine, or
Labetalol bisa diberikan pada pasien dengan tekanan darah yang rendah (Lavin,
1986). Sebagai tambahan, jika tekanan arteri rata-rata terlalu rendah, pengobatan
intravena seperti neosynephrine, levophed, atau vasopresin dapat meningkatkan
tekanan arteri rata-rata sehingga dapat meningkatkan tekanan perfusi otak.
Koagulasi
Jika peningkatan TIK diakibatkan perdarahan intrakranial pada penggunaan
antikoagulasi, maka obat sebagai anti dotum diperlukan. Fresh Frozen
Plasma(FFP), Vitamin K, Trombosit, dan faktor koagulasi lainnya bisa diberikan.
Dokumentasi
Menurut AACN (2001), ada beberapa aspek penting sehingga perawat harus
mendokumentasikan selama pengawasan TIK dan penatalaksanaan perdarahan
intrakranial. Secara umum, TIK dan tekanan perfusi otak harus diukur setiap jam.
Deskripsi dari cairan serebrospinal (kejernihan, warna, karakteristik) harus dicatat
setiap saat ada perubahan. Perawat juga harus mencatat setiap intervensi perawat
dalam menangani TIK ataupun tekanan perfusi otak, dan juga baik buruknya
keadaan pasien.
Simpulan
Pasien dengan kelainan neurologis perlu dilakukan pengamatan yang
intensif untuk gejala dan tanda yang berkaitan dengan peningkatan TIK. Ketika
sangat terbukti adanya kecurigaan peningkatan tekanan intrakranial, penggunaan
ventrikulostomi adalah gold standar seperti dilakukannya pengawasan TIK.
Berhasilnya ventrikulostomi membutuhkan pengawasan yang intensif oleh
perawat ICU. Mengetahui dan memahami bagaimana menangani TIK yang tinggi
penting dengan tujuan mengurangi morbiditas dan mortalitas yang disebabkan
perdarahan intrakranial. Paramedis yang berpengalaman akan mengetahui
perlunya mengedukasi dan mengikutsertakan intervensi dari keluarga pasien
sehingga dapat berkontribusi dalam menjaga pasien dengan TIK yang tinggi.
Selalu lakukan sesuai prosedur dan dokumentasikan setiap penanganan untuk
pasien TIK tinggi. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan
untuk kesembuhan pasien.