Post on 14-Aug-2015
JENIS PENGEMASAN PLASTIK
Paper
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Pengemasan
Penyimpanan dan Penggudangan
Dosen pengampu: Mustika NH., S.TP., M.Pd.
Disusun Oleh:
Andari Sulfaj NIM. 1000748
Anja Wulan Sari NIM. 1005182
Bangun Ambar Ekowati NIM. 1006572
Firman Ryan T NIM. 1000205
Hetty Restika Sari NIM. 1000497
Tedy Tarudin NIM. 1000684
Yatin Dwi Rahayu NIM 1006578
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt. yang dengan ijin-
Nyalah tugas paper ini dapat diselesaikan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mustika N H,S.TP, M.Pd
sebagai dosen mata kuliah Pengemasan Penyimpanan dan Penggudangan yang
telah memberikan bimbingan dalam penyusunan tugas paper dengan judul “Jenis
Pengemasan Plastik” ini, serta pihak-pihak lain yang telah ikut serta dalam proses
penyelesaiannya, sehingga salah tugas mata kuliah Pengemasan Penyimpanan dan
Penggudangan penyusun dapat terselesaikan.
Dalam proses penyusunan paper ini penyusun menyadari masih banyak
kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk perbaikan paper ini.
Penyusun juga berharap paper ini dapat bermanfaat bagi institusi pendidikan
maupun pihak lainnya, khususnya bagi penyusun.
Bandung, Februari 2013
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4
BAB II ISI..............................................................................................................5
A. Kemasan........................................................................................................5
B. Plastik............................................................................................................6
C. Karakteristik Plastik......................................................................................7
D. Jenis-Jenis Plastik.........................................................................................9
E. Teknologi Mutakhir Pada Kemasan Plastik............................................... 27
BAB IV KESIMPULAN ....………………………………...................................32
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan produksi pangan yang merupakan kebutuhan pokok
dalam kehidupan ternyata belum dapat mengimbangi pertambahan
penduduk dunia yang cukup pesat dewasa ini. Selain itu, kegagalan dalam
penanganan lepas panen di mana termasuk pula pengawetan dan
penyimpanan mengakibatkan kehilangan bahan pangan yang cukup
berarti.
Bahan pangan memiliki karakteristik mudah rusak atau perishable.
Untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya yaitu dengan pengemasan.
Pengemasan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk melindungi
bahan pangan dari penyebab-penyebab kerusakan baik fisik, kimia, biologi
maupun mekanis, sehingga dapat sampai ke tangan konsumen dalam
keadaanbaik dan menarik.
Saat ini banyak bahan kemasan yang dapat kita jumpai di pasaran,
mulai dari karton, kaca, dan yang tidak asing lagi yaitu plastik. Plastik
sangat mudah dijumpai dan mudah didapatkan dengan harga yang relatif
murah pula. Plastik sangat fleksibel dan ringan ketika digunakan.
Oleh karena itu, kami membuat paper agar mengetahui lebih jauh
mengenai plastik mulai dari karakteristik, jenis-jenis, kelebihan dan
kekurangan plastik serta teknologi mutakhir yang digunakan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam paper ini sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik plastik?
2. Apa saja jenis-jenis plastik itu?
3. Bagaimana dengan sifat, kelebihan dan kekurangan, teknologi mutahir dari
tiap jenis plastik tersebut?
3
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah mengetahui karakteristik
dan sifat-sifat dari kemasan yang berbahan plastik, mengetahui kelebihan
dan kekurangan dari plastik, mengetahui jenis-jenis plastik, serta
mengetahui teknologi mutakhir yang digunakan dalam kemasan berbahan
palstik
4
BAB II
ISI
A. Kemasan
Pada saat ini jenis-jenis kemasan yang sering digunakan tidak terlalu
berbeda dengan jenis-jenis kemasan pada masa lampau. Perkembangan
pengemasan memang dirasakan tidak terlalu pesat walaupun kegunaan semakin
terasa diperlukan. Bentuk kemasan mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan produk-produk hasil olah yang bervariasi.
Saccharrow dan Griffin (1970) menggolongkan jenis dan bentuk kemasan
dalm 3 golongan, yaitu: Pengemasan Tegar (Rigid), Pengemasan Semi Tegar
(Semi Rigid), dan Pengemasan Lentur (Flexible).
Pengemasan tegas (rigid) merupakan jenis dan bentuk kemasan yang
mempunyai ciri-ciri kaku (tegar), tidak mudah dirubah bentuknya, mudah diatur
dalam penyimpanan sesuai dengan bentuknya, dapat disusun dalam keadaaan
tegar(berdiri) atau miring dan tidur. Contoh jenis dan bentuk kemasan tegar:
a. Kemasan kaca dengan bentuk botol, jar, dll
b. Kemasan logam dengan bentuk kaleng
c. Kemasan kayu dalam bentuk kotak
d. Kemasan karton bergelombang, dll
Pengemasan semi tegar, jenis dan bentuk kemasan ini dapat dikatakan tegar
karena tidak terlalu mudah untuk diubah bentuknya dan dikatakan semi tegar
karena tidak dibuat untuk bentuk-bentuk kemasan yang tetap (definite) dan tidak
dipengaruhi oleh bentuk atau isinya, tetapi akan mudah menjadi bengkok,
berlekuk. Jenis dan bentuk kemasan ini adalah sebagai berikut:
a. Kemasan alumunium
b. Kemasan kotak kertas karton yang tegak
c. Kemasan akrton yang dapat dilipat
d. Kemasan kulit kayu dengan bentuk bervariasi untuk mengemas produk
seperti telur, dll.
5
Pengemasan lentur, kemasan ini terbuat dari kombinasi jenis-jenis kemasan
yang lentur. Pada kemasan ini termasuk kombinasi substid laminasi perlindnugan,
dekorasi dengan lapisan dan dekorasi dengan tinta, jenis kemasan ini antara lain:
a. Kertas (tisu, kertas minyak, kertas kraft, dll)
b. Films, selulosa asetat, polyethilen, dll
c. Kertas alumunium
d. Kertas logam
B. Plastik
Kata ‘plastik’ berasal dari bahasa Yunani ‘ plastikos’ yang berarti dapat
dibentuk menjadi ukuran yang berbeda-beda (Setyowati 2000). Bahan dasar untuk
pembuatan plastik berasal dari minyak bumi, gas alam, dan batubara (Setyowati
2000). Plastik memiliki densitas yang berbeda, tergantung pada monomer-
monomer penyusunnya. Polyethylene (PE) dan polypropylene (PP) memiliki
densitas yang lebih rendah sehingga dapat mengambang di atas permukaan air.
Lain dengan polyvinil chloride (PVC) yang densitasnya lebih tinggi
menyebabkan plastik ini tidak dapat mengambang di atas permukaan air
(Setyowati 2000). Perbedaan densitas pada berbagai jenis plastik disebabkan oleh
perbedaan bobot molekul penyusun serta derajat polimerisasinya. Adanya bahan
pengisi atau pemlastis yang mengisi ruangan antar molekul primer dapat
meningkatkan densitas plastik (Setyowati 2000).
Umumnya plastik bersifat tahan lama. Namun ada beberapa yang
mengalami penurunan karena sinar matahari dan beberapa jenis bahan kimia
tertentu. Misalnya minyak mineral (terbuat dari minyak mentah) membuat
polyethylene menggelembung dan akhirnya hancur (Setyowati 2000). Saat ini
telah ditemukan plastik biodegradabel sebagai solusi pencemaran plastik. Platik
ini terbuat dari pati sehingga mudah terurai dalam tanah. Plastik merupakan bahan
yang tidak baik dalam menghantarkan listrik maupun panas. Dalam dunia industri,
selain sebagai bahan kemasan plastik juga dimanfaaatkan untuk menutup dan
menyekat kawat tembaga serta sebagai bahan dasar pembuatan kontainer
penyimpan makanan dingin dan panas (Setyowati 2000).
6
Plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran-
lembaran yang mempunyai ketebalan yang berbeda-beda. Bahan pertama
pembuatan plastik adalah resin, baik alami atau sintetik. Resin alami misalnya
damar, oleoresin, terpentin, dll. Saat ini dasar pembuat plastik banyak dari resin
sintetik, seperti polietilena, polipropilena, polivinil chloride, dll. Di dalam
pembuatannya biasanya resin sintetik ditambah bahan lain untuk memperbaiki
sifat plastik yang diperoleh, misalnya filler, plasticizer, lubricant, antioksidan, zat
warna dan sebagainya.
Penggunaan plastik dapat dalam bentuk film atau lembaran dan bentuk
wadah yang dapat dicetak. Hal ini ada kaitannya dengan penggolongan kemasan
dimana plastik dapat dimasukkan sebagai kemasan tegar dan kemasan lentur
(flexibel) karena sifatnya yang termoplastis. Kelebihan dari kemasan plastik yaitu
ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat
termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah. Kelemahan
dari plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil dari plastik yang
mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas.
C. Karakteristik Plastik
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh
sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan
ekstruksi (Syarief, et al., 1989). Komponen utama plastik sebelum membentuk
polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan
gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat
panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak,
menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar
disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al., 1988).
Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur
kimianya terbagi atas dua macam yaitu:
1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka
akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada
7
suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik
(reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.
2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat
polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat
tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali
pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai
tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom
karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang
dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan
Trojan, 1975)
Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu maka plastik dibagi dua
yaitu:
1. Termoplastik
Plastik yang dapat dilumatkan dan dibentuk secara berulang-ulang dengan
bantuan panas. Plastik ini meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti
perubahan suhu, dan mempunyai sifat dapat balik kepada sifat aslinya yaitu
kembali mengeras bila didinginkan. yang biasanya diberi symbol panah
setigiga dan dialamnya terdapat angka tipe plastik
2. Termoset
Tipe plastik yang tidak dapat dilumatkan dengan bantuan panas. Bila
sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan
membentuk arang.
Plastik secara umum mempunyai sifat:
1. Sifat tembus pandang (clarity) yang baik
2. Stiffines yaitu kekakuan dinyatakan dalam psi/100, ASTM 0709
3. Permeabel terhadap gas
4. Mar resistance yaitu ketahanan terhadap segala bentuk benturan, gesekan,
dll.
8
5. Warpage yaitu dapat dilengkungkan atau dibengkokan, berhubungan
dengan sifat mengkerut dalam cetakan
6. Impact Strength yaitu berhubungan dengan ketahanan terhadap benturan
7. Tear Strength yaitu berhubungan dengan ketahanan terhadap sobekan
D. Jenis-Jenis Plastik
1. Plastik Selopan (Cellophane)
Selopan berasal dari kata cello dan phane yaitu cellulose dan diaphane
(Perancis) dimana cello artinya selulosa dan phane artinya transparan.
Gambar 1. Struktur Selopan
Selopan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. transparan dan sangat terang
b. tidak bersifat termoplastik, tidak bisa direkat dengan panas
c. tidak larut air atau minyak
d. mudah retak pada kelembaban dan suhu rendah
e. mudah dilaminasi sehingga merupakan pelapis yang baik
f. mudah robek sehingga perlu dihindarkan dari resiko tertusuk
g. mengkerut pada suhu dingin
Untuk dapat memberikan sifat kedap air dan dapat direkatkan dengan
panas, maka kedua permukaan selopan dilapisi dengan nitroselulosa atau
poliviniliden klorida (saran) dengan tebal 0.00125 mm.
Berdasarkan jenisnya, maka selopan diberi kode-kode sebagai berikut :
A atau B = anchored (dilapisi)
9
C = colored (berwarna)
D = Du Pont (sifat kedap air menurun)
L = sifat kedap air < dari standar (kedap air sedang)
M = Kedap uap air
O = dilapisi sebelah
P = tidak dilapisi
R = dilapisi dengan vinil
S = direkat dengan panas (sealable)
T = tembus pandang
V,X atau K = dilapisi dengan polimer saran
WO = white opaque (berwarna puih keruh)
Selopan banyak digunakan untuk kemasan berbagai produk, seperti
daging, keju, pickle, tekstil dan sebagainya seperti terlihat pada Tabel 1. Pada
udara kering kemasan selopan akan mengkerut, oleh karena itu dalam
pembungkusan perlu dilonggarkan sekitar 1,5-6,25 mm. Selopan disimpan pada
suhu 21-24oC dan RH 35- 50%.
Tabel 1. Beberapa jenis Selopan dan penggunaanya (Syarief et al., 1989)
Jenis Penggunaan Produk yang
Dikemas
Karakteristik
MST-44 Umum Umum Umm
MST-51 Pembungkus Roti Luwes
MST-52 Pita bercabik Produk
Minyak
Kaku
MSAT-87 Kantung Pangan Beku Tahan air
MT-33 Pembungkus Permen Luwes
MT-31 Pembungkus Rokok Merekat
dengan solven
T-79 Kantung Makanan Barrier
OOF-16 Pembungkus Daging segar Tidak
10
berkabut
V-4 Pembungkus Produk
berlemak
Tahan lemak
2. Sellulose Asetat (CA)
CA adalah bahan kristal termoplastik yang keras dan mudah diproses,
memiliki sifat sangat jernih dan kaku. Meskipun terbuat dari selulosa, tapi
sifatnya sangat berbeda dengan selopan, karena CA merupakan thermoplastik.
Cara pembuatan CA adalah menambahkan selulosa dengan asam asetat dan asetat
anhidrid melalui katalisa dan pelarut sehingga diperoleh selulosa triasetat yang
jernih. Kemudian dihidrolisa dengan air dan bahan penghidrolisa, dikeringkan dan
dihasilkan serpihan selulosa asetat. Persentase dari kombinasi asam asetat dan
panjang rantai molekul menentukan sifat fisik dari CA.
Beberapa sifat CA adalah :
a. Tidak mudah mengkerut bila dekat dengan api
b. Sangat jernih, mengkilap, agak kaku dan mudah sobek
c. CA lebih tahan terhadap benturan dibandingkan HDPE. Tapi lebih lemah
d. daripada selulosa propionat
e. Tahan abrasi
f. Peka terhadap cahaya matahari, oksigen dan uap air, sehingga perlu
dicegah dengan penambahan bahan penstabil asam tartarat 0.01%.
g. Tahan panas dan rapuh pada suhu rendah, tidak cocok untuk makanan
beku
h. Tahan minyak
i. Terurai oleh asam kuat, basa, alkohol, ester dan HCl
j. Mengembang pada RH tinggi
k. Barrier yang buruk terhadap uap air dan gas
Plastik CA sesuai untuk kemasan kembang gula karena penampakannya
yang jernih. Untuk menambah kekuatan CA maka ditambahkan dietil ptalat.
11
Dalam perdagangan, CA dikenal dengan nama Bexoid, Lumarith, Plastacele,
Sicaloid, Tenite I dan Vuepak.
Selain itu terdapat Cellulosa Acetate Phthalate. Selulosa Asetat ftalat
adalah selulosa dimana sebagian kelompok hidroksil yaitu diasetil dan esterifikasi
dengan satu atau dua kelompok asam menjadi ftalat asam, dimana kelompok asam
menjadi bebas.
Selulosa asetat ftalat (CAP) digunakan sebagai bahan salut film enterik
atau matriks mengikat untuk tablet dan kapsul. CAP biasanya diaplikasikan untuk
dosis solid oleh suatu penyalutan organik atau sistem pelarut kental atau
penkompresan langsung. Konsentrasi biasanya digunakan sekitar 0.5 – 9.0 % dari
berat inti.
CAP juga digunakan pada berbagai jenis plastik, termasuk asetilasi
monogliserida butil- phthalate glikol, dibutil tartat, dietil phthalate, dimetil
phthalate,etil phthalatil glikol, gliserin, propilen glikol, triasetin, sitrat triasetin,
dan tripropionin. Semuanya digunakan di dalam kombinasi dengan agen penyalut
lainnya seperti etil selulosa.
Secara terapetik CAP telah dilaporkan dalam percobaan aktifitas mikroba
penyakit patogen seperti HIV-1 retrovirus.
Selulosa Asetat ftalat bersifat higroskopik, putih hingga hampir tak
berwarna, granul atau kasar, tidak berasa dan berbau, dapat digunakan sebagai
pewangi asam asetat. Densitas : 0. 26 g/cm3. Titik Lebur : 192o C. Bahan
Pelembut : 2.22 % CAP sangat higroskopik.
Cara Pembuatan, alkaki selulosa dibuat dengan beberapa tahap. Selulosa
dari kayu dan fiber koton memakai larutan sodium hidroksi. Alkali
selulosa bereaksi dengan sodium monokloro asetat untuk menghasilkan karboksi
metilselulosa sodium dan sodium glikolat dihasilkan dari produk eter.
Karboksi metil selulosa sodium digunakan untuk pemakaian oral, topikal
dan formula parenteral. Ini digunakan untuk produk kosmetik, toilet dan makanan
dengan tidak ada bahan beracun yang dapat menyebabkan iritasi.
3. Poliamida (Nilon)
12
Terdiri dari molekul-molekul asam amino, sehingga disebut juga
polamida. Bahan kemas dari nilon bersifat lembab, tahan panas, dan mempunyai
sifat-sifat mekanis istimewa. Tersedia beberapa macam nilon, seperti nilon-6
mempunyai sifat mudah dibawa dan tahan abrasi (lecet, luka), nilon-11, dan nilon-
12 sangat baik sebagai penahan oksigen dan air serta dapat dikelim oleh panas.
Nilon banyak dipakai untuk mengemas produk yang dapat dimasak di dalam
kemasan, misalnya beras sesak, digunakan pula untuk kemasan susu dan produk
susu, daging, dan ikan.
Sifat-Sifat dari poliamida atau nilon adalah sebagai berikut:
a. Secara umum nilon bersifat keras, berwarna cream, sedikit tembus cahaya.
b. Berat molekul nilon bervariasi dari 11.000-34.000
c. Nilon merupakan polimer semi kristalin dengan titik leleh 350-570oF. titik
leleh erat kaitannya dengan jumlah atom karbon. Jumlah atom karbon
makin besar, kosentrasi amida makin kecil, titik lelehnyapun menurun.
d. Sedikit higroskopis : oleh karena itu perlu dikeringkan sebelum dipakai,
karena sifat mekanis maupun elektriknya dipengaruhi juga oleh
kelembaban relative dari admosfir.
e. Tahan terhadap solvent organic seperti alcohol, eter, aseton, petroleum
eter, benzene, CCl 4 maupun xylene.
f. Dapat bereaksi dengan phenol, formaldehida, alcohol, benzene panas dan
nitrobenzene panas.
g. Nilon relative tidak dipengaruhi oleh waktu simpan yang lama pada suhu
kamar. Tetapi pada suhu yang lebih tinggi akan teroksidasi menjadi
berwarna kuning dan rapuh.
h. Demikian juga sinar matahari yang kuat akan kurang baik terhadap sifat
mekanikalnya.
i. Penambahan aditif dalam nilon dimaksud untuk memperbaiki sifat-sifat
nilon.
Nilon tahan terhadap suhu tinggi, dan baik digunakan untuk kemasan
bahan yang dimasak di dalam kemasannya, seperti nasi instan, serta untuk
produk-produk yang disterilisasi, dan untuk kemas hampa. Nilon dilapiskan
13
secara kombinasi dengan bahan lain sehingga diperoleh sifat kemasan yang
inert dan permeabilitasnya rendah. Nilon dapat digunakan untuk semua jenis
makanan kecuali susu dan produk-produk susu. Nilon juga banyak digunakan
sebagai jala dan pembungkus amunisi.
Kemasan Stand-Up Pouch Plastik Nylon merupakan Kemasan yang terbuat
dari Jenis Plastik Nylon dengan ketebalan 0.8 Mikron. Kemasan Stand Up Pouch
Plastik Nylon yang sering dipakain untuk mengemas Saus, Kecap, & Minyak
Goreng.
Gambar 2. Kemasan berbahan PlastikNylon
Alat yang digunakan untuk menutup kemasan Stand up Pouch Plastik Nylon
adalah :
4. Polietilen
Polietilen adalah suatu bahan yang termasuk dalam golongan polimer,
dalam bahasa komersil lebih dikenal dengan nama plastik, karena bahan tersebut
bersifat termoplastik. Jika polietilen diradiasi, maka bahan tersebut akan
mengalami perubahan strukturnya, yang pada umumnya akan mengalami
14
perubahan sifat-sifat fisisnya. Perubahan sifat-sifat fisis yang paling menonjol
adalah terjadinya pembentukan ikat silang. Sejalan dengan pembentukan ikat
silang, beberapa informasi yang dapat diperoleh yaitu:
1. Harga derajat kristalinitas yang diuji dengan difraksi sinar-X
2. Kekuatan tarik, diuji dengan peralatan mesin instron-500
3. Titik leleh, diuji dengan alat DSC-40
Pengaruh radiasi terhadap pembentukan ikat silang lebih ditekankan pada
permasalahan yang berkaitan dengan struktur molekul, kekuatan tarik dan titik
leleh.
Polietilen dibuat dengan jalan polimerisasi gas etilen, yang dapat diperoleh
dengan member hydrogen gas petroleum pada pemecahan minyak (nafta), gas
alam atau asetilen. Yang digolongkan menjadi polietilen tekanan tinggi, tekanan
medium dan tekanan rendah oleh tekanan pada polimerisasinya, atau masing-
masing menjadi polietilen massa jenis rendah (LDPE) dengan massa jenis 0,910-
0,926, polietilen massa jenis medium (MDPE) dengan massa jenis 0,941-0,965.
Menurut massa jenisnya karena sifat-sifatnya erat hubungannya dengan massa
jenisnya (kristalinitas). Termasuk polipropilen yang semua disebut polyolefin.
Sebagai tambahan, semuanya adalah polietilen dengan berat molekul rendah
(1000-12000), polietilen dengan berat molekul sangat tinggi (1-4 juta) demikian
juga polietilen yang dikopolimerkan, polietilen yang diikat silangkan dan
polietilen dibusakan.
Sifat-sifat polietilen adalah:
a. Penampakannya bervariasi dari transparan, berminyak sampai keruh
(translusid) tergantung proses pembuatan dan jenis resin.
b. Fleksible sehingga mudah dibentuk dan mempunyai daya rentang yang
tinggi.
c. Heat seal (dapat dikelim dengan panas), sehingga dapat digunakan untuk
laminasi dengan bahan lain. Titik leleh 120oC.
d. Tahan asam, basa, alkohol, deterjen dan bahan kimia.
e. Kedap terhadap air, uap air dan gas.
f. Dapat digunakan untuk penyimpanan beku hingga suhu -50oC.
15
g. Transmisi gas tinggi sehingga tidak cocok untuk pengemasan bahan yang
beraroma.
h. Tidak sesuai untuk bahan pangan berlemak
i. Mudah lengket sehingga sulit dalam proses laminasi, tapi dengan bahan
antiblok sifat ini dapat diperbaiki.
Kemasan polietilen banyak digunakan untuk mengemas buah-buahan, sayur-
sayuran segar, roti, produk pangan beku dan tekstil.
Gambar 3. Contoh kemasan berbahan polietilen
5. Polypropylene (PP)
Polipropilen mempunyai nama populer yaitu: Bexophane, Dynafilm,
Luparen, Escon, Olefane dan Profax. Polipropilen adalah polimer dari propilen
dan termasuk jenis plastik olefin, dengan rumus bangun sebagai berikut :
(─CH2─ CH ─)n
│
CH3
Jenis dari polypropylene ini ada dua yaitu:
1) PP tipis (bening) Ketebalannya 0,0125 mm, warnanya putih transparan,
teksturnya mudah kusut, bagian bawah tertutup bagian atas terbuka, lebih
kesat daripada jenis LDPE, Untuk mengemas bahan pangan yang kering
16
2) PP tebal Ketebalannya 0,12 mm, warnanya transparan, lebih kaku
dibandingkan dengan PP tipis, lebih besar ukurannya, bagian bawah
tertutup, Untuk mengemas bahan pangan kering.
Ciri-ciri plastik jenis ini biasanya transparan tetapi tidak jernih atau
berawan, keras tetapi fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tahan terhadap bahan
kimia, panas dan minyak, melunak pada suhu 140oC. Merupakan pilihan bahan
plastik yang baik untuk kemasan pangan, tempat obat, botol susu, sedotan.
Polypropylene (PP) lebih kaku, kuat dan ringan dari pada Polyethylene
dengan daya tembus uap air yang rendah, ketahanan yang baik terhadap
lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Plastik tipis yang
tidak mengkilat mempunyai daya tahan yang cukup rendah terhadap suhu tetapi
bukan penahan gas yang baik.
Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya
juga serupa. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang
rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan
cukup mengkilap (Jenie dan Fardiaz, 1989). Monomer polipropilen diperoleh
dengan pemecahan secara thermal naphtha (distilasi minyak kasar) etilen, propilen
dan homo legues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur
renda h. Plastik ini cukup baik terhadap perlindungan keluar masuknya gas dan
uap air.
Beberapa sifat utama polipropilen menurut Syarief et al. , (1989) antara
lain :
a. Ringan (densitas 0.9 g/cm3) dan mudah dibentuk.
b. Mempunyai kekuatan tarik lebih besar daripada PE dan tidak bisa
digunakan pada kemasan beku karena rapuh pada suhu -300C.
c. Lebih kaku daripada PE dan tidak gampang sobek sehingga mudah dalam
penanganan distribusi.
d. Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang dan tidak baik
untuk mengemas produk yang mudah teroksidasi.
e. Tahan terhadap suhu tinggi (1500C), sehingga dapat digunakan untuk
produk yang harus disterilisasi.
17
f. Titik lebur tinggi sehingga tidak bisa dibuat kantong dengan sifat kelim
panas yang baik. Pada suhu yang tinggi mengeluarkan benang-benang
plastik.
g. Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak. Baik untuk kemasan sari
buah dan minyak., tidak terpengaruh pelarut pada suhu kamar kecuali HCl.
h. Pada suhu tinggi polipropilen da pat bereaksi denga n benzen, siklen,
toluen, terpektin, dan asam nitrat kuat.
Kelebihan dari polypropylene adalah termasuk bahan plastik terbaik,
terutama untuk tempat makanan dan minuman, bahan berjenis PP bila di tekan
akan kembali seperti semula. Kekurangan dari polypropylene yaitu tidak tahan
terhadap pelarut aromatik dan hidrokarbon klorida pada saat keadaan panas.
Gambar 4. Contoh kemasan Polypropylene
18
6. Rubber hydrochlorida (pliofilm) Poliofilm merupakan jenis plastik yang memiliki sifat dapat diregangkan,
tidak bersifat racun, tahan terhadap minyak dan lemak, tidak berubah oleh
asam atau basa, dan tidak mudah terbakar dan dapat ditutup dengan panas dan
tahan bau. Penyimpanan yang lama dapat mengakibatkan perubahan warna dan
kerapuhan.
Kekurangan dari plastik jenis ini adalah sebagai berikut: kecenderungan
memuai yaitu menjadi lebih panjang dengan adanya beban, Suhu diatas 2000 C
sifatnya menjadi kurang baik. Terjadi perubahan polimer selama pemakaian yang
kemungkinan sekali karena aksi dari sinar ultra violet. Transmisi gas co2 cukup
tinggi untuk kemasan sayuran segar, tidak dapat menahan gas, tidak dapat
digunakan untuk mengemas produk yang dipanaskan dalam kemasan.
Kelebihan poliofilm tahan terhadap asam, alkali, lemak, dan oli. Sehingga
cocok digunakan untuk mengemas daging dan olahanya.
Gambar 5. Contoh kemasan poliofilm
7. Poliester
Gambar 6. Contoh kemasan Poliester
19
Serat poliester dikembangkan oleh J.R. Whinfield dan J.T.Dickson dari
Printers Assosiation.I.C.I. di Inggris memproduksi serat poliester dengan nama
Terylene dan kemudian Du pont di Amerika pada tahun 1953 juga membuat serat
poliester berdasarkan patent dari Inggris dengan nama Dacron.\
Poliester adalah sebuah polimer (sebuah rantai dari unit yang berulang-ulang)
dimana masing-masing unit dihubungkan oleh sebuah sambungan ester.
Nama lazim dari poliester umum ini adalah poli(etilen tereftalat). Nama
sehari-harinya tergantung pada apakah digunakan sebagai serat atau sebagai
material untuk membuat produk seperti botol untuk minuman ringan. Jika
digunakan sebagai serat untuk membuat kain, biasanya sering hanya disebut
poliester. Terkadang juga dikenal dengan nama perdagangannya seperti Terilen.
Jika digunakan untuk membuat botol, misalnya, biasanya disebut PET.
Poliester termasuk zat kimia yang alami, seperti yang kutin dari kulit ari
tumbuhan, maupun zat kimia sintetis seperti polikarbonat dan polibutirat.
Poliester alami dan beberapa poliester sintetis dapat terbiodegradasi tetapi
kebanyakan poliester tidak dapat terbiodegradasi.
Poliester dideskripsikan sebagai berikut: Polyetilena Tereftalat CAS-No.:
25038-59-9 Sinonim / singkatan: poliester, PET, PES Sum Formula: H-
[C10H8O4]-n=60-120 OH. Berat unit mol: 192,17.
Serat poliester adalah serat sintetis yang terbuat dari hasil polimerisasi etilen
glikol dengan asam tereptalat melalui proses polimerisasi kondensasi. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
20
Serat poliester merupakan serat buatan yang paling banyak divariasikan
dalam bentuk penampangnya, mulai dari yang berbentuk bulat, segitiga ataupun
bergerigi seperti pada Rayon viskosa. Bentuk segitiga misalnya akan
menyebabkan serat berkilau seperti Sutera, sedangkan bentuk gerigi menyebabkan
serat lebih nyaman dipakai karena banyak menyimpan udara disela-sela
permukaanya. secara umum bentuk morfologi serat poliester berbentuk silinder
lurus untuk penampang membujur dan bulat untuk penampang melintangnya.
Sifat-sifat dari serat poliester adalah:
a. Tembus pandang (transparan), bersih dan jernih
b. Tahan terhadap suhu tinggi (300oc)
c. Permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah
d. Tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari
buah-buahan, sehingga dapat digunakan untuk mengemas minuman sari
buah.
e. Tidak tahan terhadap asam kuat, fenol dan benzil alkohol.
f. Kuat dan tidak mudah sobek
g. Tidak mudah dikelim dengan pelarut
21
8. Polistiren (PS)
Gambar 7. Contoh kemasan polistiren
Polystyrene adalah sebuah dengan monomer, sebuah hidrokarbon
cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Pada suhu ruangan,
polistirena biasanya bersifat padat, dapat mencair pada suhu yang lebih
tinggi. Stirena tergolong senyawa aromatik. Sifat-sifat umum polistiren
adalah :
a. kekuatan tariknya tinggi dan tidak mudah sobek
b. titik leburnya rendah (88◦C), lunak pada suhu 90-95◦C
c. tahan terhadap asam dan basa kecuali asam pengoksidasi
d. terurai dengan alkohol pada konsnetrasi tinggi, ester, keton,
hidrokarbon aromatik dan klorin
e. permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi, baik untuk kemasan bahan
segar
f. permukaan licin, jernih dan mengkilap serta mudah dicetak
g. bila kontak dengan pelarut akan keruh
h. mudah menyerap pemlastis, jika ditempatkan bersama-sama
dengan plastik lain
i. menyebabkan penyimpangan warna
j. mempunyai afinitas yang tinggi terhadap debu dan kotoran
k. baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium).
Polistiren termasuk kemasan sekali pakai, contoh: cup, sendok
plastik dan styrofoam. Kandungan kimia pada polistiren berbahaya bagi
kesehatan manusia. Styrene bisa bercampur dengan makanan saat
makanan panas dan berminyak dimasukkan ke dalam wadah ini (BPOM,
22
2009), hal ini disebabkan sifat styrene yang lunak pada suhu 90-95 C.⁰
Styrene berbahaya untuk jaringan otak, sistem saraf, dan dianggap sebagai
bahan pemicu kanker (karsinogenik) pada tubuh. Polystyrene digunakan
dalam pembuatan membran fuel cell dari polistirena tersulfonasi. Dimana
dapat meningkatkan kemampuan membran s-PS yang sifat mekanik dan
sifat hantaran elektriknya lebih baik dibandingkan dengan bahan dasar
yang lain.
9. Polivinil Klorida (PVC)
Polimer polivinil klorida (PVC) termasuk ke dalam jenis polimer
thermoplastic: suatu substansi yang kehilangan bentuknya ketika
dipanaskan dan menjadi rigid kembali ketika didinginkan. Proses ekstrusi
dan injection moulding bisa membentuk PVC ke bentuk yang diinginkan.
Karena sifatnya yang termoplastik, daur ulang secara fisik PVC dapat
dilakukan relatif mudah dimana material bisa dibentuk kembali dibawah
proses pemanasan.
Polivinil Klorida dibuat dari monomer yang mengandung gugus
vinil. PVC mempunyai sifat kaku, keras, namun jernih dan lengkap, sangat
sukar ditembus air dan permeabilitas gasnya rendah. Pemberian
plasticizers (biasanya ester aromatik) dapat melunakkan film yang
membuatnya lebih fleksibel tetapi regang putusnya rendah, tergantung
jumlah plasticizers yang ditambahkan.
Senyawa PVC ini dapat berwujud padatan dalam cairan dengan
perbandingan 50% yang tersuspensi yang umumnya digunakan dalam
bahan eksperimen dan penelitian, juga seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, wujudnya juga dapat berupa bubuk putih atau padatan krim
yang berwarna. PVC memiliki range berat molekul dari 60000 hingga
140000 gram/mol. Jika ditinjau dari segi kestabilan, senyawa ini sangat
stabil karena berbentuk polimer sehingga fasanya berbentuk padatan yang
keras sehingga hampir tidak berpengaruh (tak bereaksi) terhadap
kehadiran oksidator kuat. Dari segi safety, senyawa ini hampir tidak
23
berbahaya dan mengganggu lingkungan karen tidak berpotensi mencemari
udara, air maupun tanah. Selain itu, senyawa ini juga bersifat mudah
terbakar. PVC memiliki beberapa karakteristik dalam morfologi (bentuk)
sebagai sebuah polimer. Morfologi yang terbentuk selama polimerisasi
akan mempengaruhi kemampuan prosesnya (processability) dan properti
fisik yang dihasilkan.
Secara umum, plastisasi dapat dibedakanmenjadi PVC fleksibel dan
PVC rigid (kaku). PVC kaku, sesuai namanya, adalah PVC murni dan
memiliki kekakuan sangat tinggi. PVC murni lebih kuat dan lebih kaku
dari polipropylene (PP) dan polyethylene (PE). PVC fleksibel diperoleh
dengan menambahkan material dengan berat molekul lebih rendah
(plasticiser). PVC fleksibel dapat diformulasikan menjadi bersifat seperti
karet.
Sifat umumnya adalah tembus pandang; permeabilitas gas dan uap
air rendah; tahan terhadap minyak, alkohol dan petroleum; kekuatan tarik
tinggi, tidak mudah sobek; dapat dipengaruhi hidrokarbon aromatik, keton,
aldehid, ester, dan lain-lain; serta mempunyai densitas 1.35 – 1.4g/cm3.
PVC mempunyai sifat keras dan kaku, kekuatan benturannya baik, mudah
terdegradasi akibat panas dan cahaya, mudah disintesis, bentuknya serbuk
putih, sehingga lebih mudah diolah, mudah larut pada suhu kamar serta
tidak mudah terbakar (Bilmeyer, 1984).
Gambar 8. Serbuk putih PVC
PVC banyak digunakan dalam kehidupan sehari-sehari. Paling
banyak dijumpai pada pipa dan kabel. PVC juga ada digunakan untuk
24
botol dan plastik pembungkus, namun tidak baik digunakan untuk
makanan. PVC sering digunakan pada mainan anak-anak, bahan bangunan
dan kemasan untuk produk bukan makanan. PVC termasuk plastik yang
sulit didaur ulang dan dianggap sebagai jenis plastik yang paling
berbahaya. Kandungan plastik ini bisa lumer dan bercampur ke dalam
makanan pada suhu -15ºC. Untuk bidang pangan, penggunaan PVC
disarankan untuk membungkus daging segar agar dagingnya terlihat lebih
cerah.
Gambar 9. Contoh benda yang berbahan PVC
10. Poliviniliden Khlorida (PVDC)
Sifat umum PVDC antara lain adalah transparan, luwes, jernih,
beragam; tahan terhadap bahan kimia, asam, basa, minyak; sekat lintasan
yang baik untuk sinar UV; permeabilitas gas dan uap air sangat rendah;
tahan terhadap pemanasan kering atau basah; serta tidak baik untuk kemas
beku. Sedangkan sifat umum PVDC cryovac, yakni mempunyai
permeabilitas uap air dan gas rendah; mengkerut jika kena panas; tahan
suhu rendah (-40°C); tahan tekanan tinggi (vakum); mudah dicetak, licin,
transparan; tidak mudah dibakar; mudah dikelim panas. PVDC pada
bidang pangan digunakan untuk kemasan produk daging masak, bacon,
dan awetan, selain itu juga sebagai pelapis PVC dalam kemasan kopi
instan.
25
11. Film Baru Plastik
Merupakan film yang dapat dimakan dan larut dalam air, seperti film
amilosa terbuat dari pati jagung yang mempunyai sifat sangat lunak,
ringan, dapat direntangkan dan larut dalam air. Penggunaan jenis film ini
antara lain untuk membungkus produk beku, berbagai permen, dehydrated
soups, dan lain-lain. Nama dagangnya adalah ediplex. Jenis lain dari film
baru ini adalah Ethylene Vinyl Acetate Copolymers (EVA), Polipropylene
Copolymers Halogenates Polythylene, Phenoxy Films, Acrylic Films, dan
Polyurethane Films.
Sifat-sifat film baru plastik diantaranya:
a. Etilen-Vinil Asetat (EVA)
EVA mengandung 20% vinil asetat, dan mempunyai sifat yang mirip
dengan polietilen densitas rendah, tetapi lebih transparan dan luwes pada
suhu rendah. Kekurangan EVA adalah daya permeabilitasnya terhadap uap
air dan gas tinggi.
b. Akrilik
Akrilik adalah nama kristal termoplastik yang jernih dengan nama
dagang Lucie, Barex dan Plexiglas. Beberapa sifat akrilik adalah :
a) Kaku dan transparan
b) Penahan yang baik terhadap oksigen dan cahaya
c) Titik leburnya rendah (65.5oc)
d) Pada suhu rendah cenderung cair, mudah rusak tergantung formula
yang menyusunnya
e) Tahan terhadap petroleum, tapi terurai oleh alkohol rendah, hcl,
asam pengoksidasi, keton, ester dan pelarut aromatik
f) Tidak dapat ditumbuhi kapang
g) Peka terhadap asam kuat dan basa
Akrilik banyak digunakan sebagai bahan pelapis untuk bahan keras lain,
dan dahulu digunakan untuk gigi palsu dan kacamata. Kemasan pangan
yang menggunakan akrilik adalah botol-botol minuman.
26
Penggunaan pati sebagai bahan dasar pembuatan edible film
didasarkan pada biaya yang relatif murah dibandingkan dengan bahan lain
seperti protein ataupun lipid, kelimpahan bahan, dapat dimakan (edible)
dan sifat termoplastiknya (Mali et al., 2005). Kelebihan lainnya adalah
film memiliki struktur kekompakan dan kelarutannya yang rendah (Hugh
and Krochta, 1994; Arvanitoyannis et al., 1998). Salah satu kelemahan
edible film adalah bersifat rapuh (Mali et al., 2005).
Gambar 10. Contoh Kemasan EVA
Kemasan daging menggunakan Etilen-Vinil Asetat (EVA) dengan
modified atmosphere packaging (MAP) atau pengemasan berudara
termodofikasi. MAP adalah suatu cara memodifikasi susunan komponen
udara yang mengelilingi produk sebelum dikemas atau dalam sistem
pengemasan pangan agar kesegaran dan warna produk dapat
dipertahankan. Modifikasi tersebut dapat berupa penurunan persentase
oksigen dari 21% menjadi 0% untuk mencegah pertumbuhan organisme
anaerob atau yang memerlukan oksigen dan memperlambat reaksi
oksidasi. Modifikasi ini dilakukan dengan cara menggantikan oksigen di
udara dengan nitrogen (N2) sebagai gas “inert” (tidak bereaksi) sehingga
udara dalam kemasan terdiri dari 100% N2. Perlu kita ingat kembali
27
bahwa udara mengandung O2 sekitar 21%, N2 78%, dan gas lainnya
seperti CO2 dan uap air sekitar 1%.
E. Teknologi Mutakhir Pada Kemasan Plastik
1. Pengemas Plastik Kaku
Contoh kemasan plastik kaku yang ada di pasaran adalah botol,
jerigen, drum, komplang, gelas, ember dan wadah lainnya. Wadah kaku ini
dibuat dengan pencetakan injeksi atau dengan hembusan.
a. Pencetakan secara injeksi
Prinsip pencetakan secara injeksi terdiri tahap pelunakan bahan plastik
dalam silinder panas, dan kemudian diinjeksikan ke dalam cetakan yang lebih
dingin, sehingga plastik mengeras. Eadah yang telah dicetak dikeluarkan dari
cetakan oleh sebuah alat, kompresi udara atau alat lainnya. Teknik ini mahal
dan kurang ekonomis.
b. Pencetakan Secara Hembusan
Teknik dasar dari pencetakan secara hembusan adalah seperi pada
pembuatan gelas. Udara didorong di bawah tekanan ke plastik cair yang
tertutup yang dikelilingi oleh cetakan yang dingin dengan bentuk yang
diinginkan. Adanya tekanan udara menyebabkan plastik cair mengembang.
Plasik akan dingin dengan mendinginnya cetakan, dan kemudian cetakan
dibuka, sedangkan botolnya dikeluarkan. Proses hembusan ini dibedakan atas
hembus injeksi dan hembus ekstruksi.
a) Hembus Injeksi
Urutan proses hembusan injeksi adalah :
1) Bahan plastik yang akan dibentuk diinjeksikan pada cetakan
parison
2) Dalam keadaan masih cair kemudian dipindahkan ke cetakan
berikutnya
3) Setelah itu cetakan dibuka dan botol dikeluarkan
b) Hembus Eksruksi
28
Pada proses hembus ekstruksi, maka bahan plastik diekstrusi terlebih
dahulu, kemudian dihembus oleh udara yang bertekanan pada cetakan,
didinginkan dan tahap akhir cetakan dibuka.
c) Cetak hembus biaksial (Stretch Blow Moulding)
Cara ini menghasilkan botol-botol dengan arah atau orientasi yang
baik pada arah membujur dan melintang, sehingga sifatnya lebih baik
dari hembus injeksi, yaitu tahan terhadap benturan, dan barrier yang
baik terhadap gas dan uap air.
d) Botol Ko-ekstrusi
Cara ini merupakan pengembangan dari cetak hembus ekstrusi yang
berasal dari bidang ekstrusi film. Ko ekstrusi adalah suatu proses
dimana dua atau lebih ekstruder digabungkan dengan satu cekatan
(die) untuk menghasilkan film multilapis. Proses ini memungkinkan
untuk menghasilkan bahan dengan lapisan yang terdiri dari bahan
yang mahal dan diapit oleh dua lapisan bahan yang murah.
e) Cetakan Botol Multiproses
Cara ini disebut multiproses karena menggunakan peralatan cetak
yang sekaligus membentuk botol, kemudian mengisi dan menutupnya.
Proses ini dilakukan dalam satu jalur, sehingga proses pengisian
pangan dapat berlangsung secara aseptis. Teknik ini terutama
digunakan untuk wadah susu.
f) Cetak Hembus Kemasan Mulut Lebar
Cara ini digunakan untuk menghasilkan wadah plastik bermulut lebar
seperti kendi, jerigen, botol besar dan wadah lain yang mempunyai
diameter leher lebih sempit dibandingkan diameter wadahnya.
c. Thermofing
Proses thermofing adalah membentuk wadah dengan cetakan pada saat
plastik panas dan dalam keadaan lunak. Proses pemanasan dilakukan dengan
menggunakan radiasi infra merah, dan bahan plastik yang digunakan adalah
29
polietilen, polipropilen dan polistiren. Dalam proses ini ada 3 macam teknik
pencetakan, yaitu:
1) Teknik vakum : terdiri dari proses mengapit lembar plastik yang
dipasang pada sebuah rangka yang diletakkan pada kotak pencetak.
Kondisi hampa udara akan menarik lembar plastik pada cetakan.
2) Teknik tekanan : mirip dengan teknik vakum, tapi pembentukan wadah
menggunakan tekanan dari bagian atas plastik.
3) Teknik cetak berpasangan : lembaran plastik yang panas dipress di
antara dua lempeng, yang terdirid ari lempeng cetakan jantan dan
cetakan betina.
Wadah yang dihasilkan dari proses thermoforming di antaranya adalah
kemasan yoghurt, mentega, coklat dan biskuit.
d. Cetakan Fase Padat
Berbeda dengan teknik pencetakan yang telah diterangkan sebelumnya
yang memerlukan energi panas dua kali yaitu saat pencetakan lembaran palstik
dan saat membentuk wadah, maka proses cetakan fase pada hanya sekali
memerlukan energi panas. Cara ini banyak digunakan untuk pencetakan plastik
secara komersial.
e. Cetak Kompresi
Teknik ini merupakan metode tertua dalam pencetakan plastik, dan saat ini
masih digunakan untuk mencetak plastik termoset. Hasil cetak kompresi dapat
berupa tutup botol, jerigen dan lain-lain. Caranya adalah sebagai berikut :
1) Resin dalam bentuk serbuk yang telah ditimbang diletakkan di dalam
rongga
2) Cetakan terbuka yang telah dipanaskan
3) Kemudian cetakan ditutup dan ditekan dengan pres hidraulik
4) Serbuk resin akan melelh dan mengisi cetakan
5) Setelah wadah atau tutup plastik dicetak kemudian dikeluarkan
2. Kemas Bentuk (Flexible Packaging) dan Laminasi
30
Salah satu contoh pembuatan kemasan laminasi dalam bentuk kantung
plastik dikemukakan oleh Darmadi (1987) di dalam Syarief et al., (1989)
yang terdiri dari 3 tahap proses yaitu :
a. Tahap I : proses printing, dilakukan dengan cara rotogravure pada
permukaan lembaran OPP/kertas/PET/OPA/selo
b. Tahap II : Menambahkan lapisan-lapisan lain yang disebut dengan
laminasi dengan cara laminasi ekstrusi atau laminasi adhesif. Laminasi
ekstrusi menghasilkan kemasan yang tidak kuat dan kadang-kadang
menimbulkan bau plastik, api murah. Sedangkan laminasi adhesif
kekuatannya lebih baik dan tidak menimbulkan bau tetapi biayanya lebih
mahal.
c. Tahap III : yaitu tahap akhir, dilakukan pemotongan (slitting) sesuai
dengan ukuranukuran yang diinginkan dan bila perlu dapat dilanjutkan ke
proses pembentukan kantung.
31
BAB III
KESIMPULAN
Klasifikasi plastik menurut struktur kimianya terbagi atas linear dan
jaringan tiga dimensi. Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu maka
plastik dibagi dua yaitu termoplastik dan termoset. Kelebihan dari kemasan
plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan
bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah.
Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil dari plastik
yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas.
Jenis-jenis plastik diantaranya selopan, Cellulosa Acetat, Nilon, polietilen,
Ruber Hidrochlorida, polipropilen, poliester, polistirena, PVC, PVDC, dan film
baru plastik. Teknologi mutakhir yang digunakan dalam pembuatan kemasan dari
bahan plastik diantaranya pengemas plastik kaku, Kemas Bentuk (Flexible
Packaging) dan Laminasi.
32
Daftar Pustaka
Mohammad Sulchan, Endang Nur W. 2007. Keamanan Pangan Kemasan Plastik
dan Styrofoam. Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 2, Pebruari
2007.
Mujiarto, Iman. 2005. Sifat Dan Karakteristik Material Plastik Dan Bahan Aditif.
Traksi. Vol. 3. No. 2, Desember 2005.
--------------. 2004. Membran Fuel Cell dari Polistirena Tersulfonasi. Laporan
Teknik : Proyek Penelitian Teknologi Bahan Baru dan Energi Bersih,
Tahun Anggaran 2004.
Allok H. 1981. Contemporary Polymer Chemistry. Prentice Hall. New Jersey.
Bierley AW. 1988. Plastic Material Properties and Application. Chapman and
Hall Publishing. New York.
Davidson A., 1970. HandBook of Precision Engineering. Mc. Graw Hill Book Co.
Great Britain
Flin R.A. and P.K. Trojan. 1975. Engineering Materials and Their Aplications.
HonhTonMifflinCo.Boston.
Herudiyanto, M S. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Bandung: Widya
Padjadjaran
Mujiarto, I. 2005. Sifat Dan Karakteristik Material Plastik Dan Bahan Aditif.
AMNI Semarang
Nurminah, M.______. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik Dan
Kertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. Fakultas
Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian-Universitas Sumatera Utara
Setyowati K. 2000. Pengemasan 1 Departemen teknologi Industri Pertanian
Fateta. IPB. Bogor.
Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Umam, Khairul. Polivinil Klorida (PVC). Tersedia berkala di :
www.umam.web.id [11 Februari 2013]
Anonym. 2007. Pengemasan Bahan Pangan. Tersedia berkala di :
ebookpangan.com [11 Februari 2013]
33