Post on 05-Jul-2018
8/16/2019 JalannyaProgramBPJS&Hambatan.docx
1/5
Jalannya program BPJS kesehatan dan hambatannya.
Sudah dua tahun lebih program BPJS Kesehatan berjalan. Layanan asuransi kesehatan nasional
ini diakui telah membantu sebagian besar rakyat Indonesia dalam akses kesehatan yang dulu
terlampau mahal dan sulit dijangkau. Dengan adanya BPJS Kesehatan maka akses kesehatan
yang dulu hanya bisa dijangkau oleh kelas-kelas menengah atau pun menengah atas, makahadirnya BPJS Kesehatan telah membuat akses kesehatan menjadi mudah dan terjangkau bagi
golongan menengah baah di Indonesia. BPJS Kesehatan ini tidak sepenuhnya berjalan dengan
baik, karena masih ditemukan hambatan dalam pelaksanaannya. !asih banyak "a"at disana-sini
dalam pelaksanaan program asuransi kesehatan nasional ini. #ambatan dapat di uraikan sebagai
berikut
Defisit
Permasalahan utama adalah defisit yang terjadi dalam penyelenggaraan program BPJS
Kesehatan. De$isit yang terjadi adalah biaya kesehatan lebih besar daripada penerimaan iuran peserta BPJS Kesehatan. !inimnya jumlah iuran yang terkumpul menyulitkan BPJS Kesehatan
membayar klaim kepada pihak penyelenggara pengobatan seperi rumah sakit atau pun industry
obat-obatan. De$isit yang terjadi ditutupi oleh Pemerintah melalui mekanisme Penyertaan !odal
%egara&P!%', padahal dalam pelaksaan program asuransi %era"a pengeluaran dan pendapatan
haruslah seimbang. Dalam konteks ini, BPJS Kesehatan beroperasi layaknya suatu perusahaan
komersial. Bahkan digunakan indikator kinerja keuangan & financial soundness' untuk mengukur
kinerja BPJS Kesehatan seperti likuiditas, sol(abilitas dan hasil in(estasi yang memadai. BPJS
Kesehatan yang merupakan Badan )saha !ilik %egara&B)!%', seharusnya bertidak Seperti
B)!% lainnya !eningkatkan hasil in(estasi, mengelola likuiditas dan beroperasi se"ara e$isien.
BPJS Kesehatan diharapkan pula* mendapatkan iuran se"epatnya dan semaksimal mungkin,
memegang "ash, sambil memutar uang pada instrumen in(etasi yang tersedia, dan menyusun
laporan yang dipersyaratkan.
Direktur )tama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial &BPJS' Kesehatan +a"hmi Idris
mengatakan, de$isit terjadi karena se"ara aktuaria besaran iuran peserta lebih rendah
dibandingkan dengan biaya kesehatan yang dikeluarkan. Itu dikatakan +a"hmi dalam Pemaparan
Publik BPJS Kesehatan ahun /0, 1abu &/234', di Jakarta. !eski ada potensi de$isit 1p 5
triliun, pemerintah telah mengalokasikan dana "adangan 1p 6,7 triliun untuk menutup de$isit.8Komitmen pemerintah agar JK% berlanjut tinggi,8 ujarnya. Direktur Peren"anaan dan
Pengembangan BPJS Kesehatan !undiharno menambahkan, sebenarnya potensi de$isit BPJS
Kesehatan /6 men"apai 1p 9, triliun. %amun, adanya penyesuaian atau kenaikan iuran
peserta mandiri sesuai dengan Peraturan Presiden &Perpres' %omor 7 ahun /6 diproyeksikan
memberikan tambahan pendapatan 1p ,/9 triliun. Dengan demikian, potensi de$isit yang tersisa
sekitar 1p 5 triliun. !undiharno men"ontohkan, menurut para pakar, besaran iuran peserta
mandiri atau pekerja bukan penerima upah &PBP)' dan peserta bukan pekerja seharusnya 1p
8/16/2019 JalannyaProgramBPJS&Hambatan.docx
2/5
8/16/2019 JalannyaProgramBPJS&Hambatan.docx
3/5
tahun terakhir ini. :ngka de$isit dalam dua tahun terakhir dikalkulasikan sebesar 5.59 riliun
1upiah. :ngka de$isit yang "ukup besar yang dialami Badan )saha !ilik %egara tersebut.
Kepatuhan rendah
Persoalan keberlanjutan pembiayaan JK% menjadi salah satu $okus utama BPJS Kesehatan tahun
ini. )ntuk mengatasi masalah itu, BPJS Kesehatan berupaya menegakkan kepatuhan badan
usaha untuk menda$tarkan pekerjanya dan kepatuhan badan usaha serta perseorangan dalam
membayar iuran. #ingga 2/ Desember /0, jumlah peserta JK% /06,5 juta jia. Dari jumlah
itu, peserta mandiri juta jia. :dapun jumlah peserta pekerja $ormal 27,2 juta orang &2,2 juta
pekerja $ormal sasta dan /0 juta pegaai negeri sipil, %I, dan Polri', termasuk keluarganya.
Sebagai perbandingan, peserta akti$ &pekerja tanpa keluarga' Jaminan #ari ua di BPJS
Ketenagakerjaan sebanyak /9, juta jia. #ingga kini, ribuan badan usaha skala besar,
menengah, dan ke"il belum menda$tarkan pekerjanya sebagai peserta JK%. Padahal, badan usaha
besar, menengah, dan ke"il, serta badan usaha milik negara3daerah harus sudah menda$tarkan
pekerjanya per / Januari /0.
ahun /0, BPJS Kesehatan memeriksa /4.457 badan usaha besar, menengah, dan ke"il yang
belum menda$tarkan pekerjanya menjadi peserta JK%. Dari jumlah itu, /.60 badan usaha &52,0
persen' kemudian patuh menda$tarkan pekerjanya, sedangkan 2.76 badan usaha &6,4 persen'tidak patuh. ahun /0, lima badan usaha diusulkan tidak mendapatkan layanan publik. Karena
itu, dari target peserta baru JK% /6 sekitar 2 juta jia, 0 juta orang di antaranya merupakan
pekerja $ormal. Itu berarti penambahan jumlah peserta dari pekerja $ormal menjadi prioritas.
Moral Hazard
Kepatuhan ini juga men"akup masalah !oral #a;ard. !oral #a;ard sendiri se"ara sederhana
kenakalan para Klien dalam sistem asuransi. !oral #a;ard yang tejadi dalam penyelenggaraan
BPJS Kesehatan adalah dimana para pasien berbuat nakal dengan "ara, Pasien membayar hanyasedikit atau hanya bayar iuran dalam tempo satu sampai tiga bulan namun mempunyai penyakit
kronis. Penyakit kronis ini biasanya memerlukan biaya yang besar dan perlu untuk melakukan
tindakan operasi untuk menyembuhkan penyakit kronis ini.
8/16/2019 JalannyaProgramBPJS&Hambatan.docx
4/5
Padahal penyakit kronis ini diperkirakan menanggung 2= dari anggaran BPJS. Jumlah tersebut
termasuk besar, menelan sepertiga anggaran BPJS Kesehatan. Ini merupakan perilaku yang
berbahaya dan dapat mengan"am keberlangsungan program BPJS Kesehatan. Jika tidak
dihentikan perilaku seperti ini maka bukannya tidak mungkin program yang di"anangkan
pemerintah Kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia akan menemui kegagalan, dikarenakan ulah
rakyatnya sendiri. Diperlukan tindakan tegas serta atuaran dari pemerintah sendiri untuk
men"egah terjadinya !oral #a;ard dalam pelaksanaan program BPJS Kesehatan. Selain itu
perlunya memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak melakukan tindakan yang
merugikan tersebut.
Pelayanan Kesehatan yang Buruk
Buruknya layanan kesehatan yang terjadi, seringkali didapati terjadi di berbagai daerah-daearah,
bahkan juga terjadi di ibu kota %egara sendiri. Pelayanan kesehatan ini sendiri men"akup
pelayanan yang disediakan oleh instansi kesehatan dan $asilitas kesehatan. Buruknya pelayanan
instansi kesehatan seperti rumah sakit berkaitan dengan beban tanggungan yang "ukup besar
ditanggung oleh rumah sakit. Beban tanggungan ini men"akup beban pasien yang membludak.
Sebelum diadakannya program BPJS Kesehatan rumah sakit tidak menanggung pasien yang
begitu besar, namun ketika diadakan program BPJS kesehatan masyarakat mulai berbondong-
bondong kerumah sakit. Ini disebabkan masyarakat yang sebelumnya takut untuk kerumah sakit,
namun kini mulai memberanikan diri kerumah sakit sebab BPJS Kesehatan menanggung biaya
pengobatannya. Banyaknya pasien membuat palayanan kesehatan rumah sakit menurun. Beban
rumah sakit yang terlalu besar tidak sebanding dengan kapasitas rumah sakit yang ada, akibatnya
banyak pasien yang terlantar dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Pelayanan kesehatan yang tidak baik sering kali membaa kepada kematian pasien.
Berkaitan dengan pelayanan buruk yang diberikan, Pemerintah terus berusaha membenahi hal
tersebut. Pelayanan kesehatan yang buruk erat kaitannya dengan In$rastruktur kesehatan yang
ada. In$rastruktur ini berkaitan dengan adanya rumah sakit, puskesmas, peralatan kesehatan, dll.idak meratanya keberadaan in$rastruktur yang ada membuat pelayanan kesehatan menjadi
buruk dan mahal. Salah satu kun"i dalam mengatasi de$isit anggaran BPJS adalah dengan
melakukan kerjasama dengan instansi kesehatan seperti Kementrian Kesehaan dalam
membangun $asilitas kesehatan yang baru. Pembangunan jalan dan in$rastruktur transportasi juga
diperlukan dalam menunjang pelayanan kesehatan. Sebab semakin mudah jalan yang dilalui
8/16/2019 JalannyaProgramBPJS&Hambatan.docx
5/5
maka se"ara otomatis akan mengurangi biaya logisti" kesehatan yang mahal, dan pembagunan
tersebut juga berdampak multiplier bagi masyarakat. Perlu adanya komitmen serius dari %egara
untuk membangun In$rastruktur kesehatan %asional.
Minimnya Industri Kesehatan
Industri kesehatan ini men"akup industry $armasi dan alat-alat kesehatan. Pasar alat kesehatan
indonesia hampir seluruhnya &95.= pada tahun /2' disuplai dengan impor dan nilainya terus
meningkat &0.4= per tahun'. Diperkirakan pada tahun /7 nilai impor alat kesehatan Indonesia
akan men"apai /.74 billion )SD. Sementara itu total ekspor alat kesehatan dari Indonesia
men"apai 24.6 juta dollar pada pertengahan tahun /2 yang didominasi oleh produk surgi"al
glo(es, perban, dan alat-alat orthopedi. Sebagian besar produk ekspor ini diproduksi oleh
perusahaan multinasional yang membangun pabrik di Indonesia karena upah buruh yang masih
relati$ lebih rendah &>spi"om #ealth"are Intelligen"e, /4'. !inimnya Industri kesehatan
membuat alat-alat kesehatan dalam negeri menjadi mahal karena ketergantungan oleh produksi
asing. Selain alat kesehatan, Industri $armasi Indonesia kurang berkembang dan masih
ketergantungan oleh produksi asing. Ketergantungan akan produksi industry kesehatan asing
membuat biaya pengeluaran yang tinggi dan membuat berkurangnya "adangan de(isa negara
karena pembayaran menggunakan dolar sebagai standar.