Post on 01-Dec-2015
description
BAB II
OBJEK KUNJUNGAN
A. KALIURANG
Gb. 1.1 Kaliurang
Kaliurang yang secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti “Sungai
Udang”, adalah sebuah tempat wisata yang terletak di provinsi Yogyakarta.
Persisnya Kaliurang terletak di Kabupaten Sleman, di perbatasan dengan provinsi
Jawa Tengah. Kaliurang merupakan sebuah tempat wisata yang terletak di
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak di kaki gunung
Merapi, dapat dicapai dari Jl. Kaliurang lurus terus ke arah gunung Merapi, atau
Timur Laut kota Yogyakarta. Kaliurang berada pada ketinggian ±878 m dpl
mengambil tempat di selatan Gunung Merapi atau sekitar 25 km dari Kota
Yogyakarta. Udaranya yang sejuk, antara 20°-25°C, cocok sebagai tempat untuk
beristirahat.
Akses menuju ke Kaliurang sangat mudah. Setidaknya dengan jalan kaki
atau menumpang angkutan bus, kol (Colt), taxi, ojek atau becak (jarang yang
mau), melewati Jalan Kaliurang. Kaliurang adalah sebuah resor atau tempat
peristirahatan karena sejuknya udaranya. Maka di sini didapatkan banyak vila-vila
penginapan, kebanyakan orang sektar menyebutnya wisma. Tempat yang paling
banyak dikunjungi oleh wisatawan baik dalam maupun luar negeri adalah Tlaga
Putri.
Tempat – tempat menarik yang ada di area obyek wisata Kaliurang antara lain :
1. Taman Bemain Anak
Taman Bermain memiliki luas sekitar 10.000 m² yang dilengkapi
fasilitas seperti ayunan, taman, mobil – mobilan untuk anak, jungkat –
jungkit, dan sebagainya.
2. Gardu Pandang
Gb. 1.2 Gardu Pandang
Gardu Pandang berlokasi ditepi Kali Boyong yang terkenal karena
terlanda awan panas dalam tahun 1994. Gunung Merapi dapat dilihat
dengan jelas oleh mata saat pagi hari. Menjelang siang Gunung Merapi
tertutup oleh kabut sehingga pengunjung tidak bisa melihat Gunung
Merapi.
3. Wisma Kaliurang
Wisma Kaliurang merupakan bangunan bersejarah, dimana terjadi
Perundingan Khusus antara Republik Indonesia dengan Komisi Tiga
Negara pada 13 Januari 1948. Perundingan Kaliurang ini melahirkan
Notulen Kaliurang. Republik Indonesia di wakili oleh Presiden Soekarno ,
Wapres Moh Hatta , PM Syahrir dan Jendral Soedirman. Sedangkan
Delegasi Belanda diwakili oleh Paul Van Zeelan (Belgia), Richard Kirby
(Ausralia), dan Dr Frank Graham (USA). Di dalam perundingan, Frank
Graham mengucapkan ungkapan populer, yaitu “You are what you are
from bullets to the ballots.”
4. Bukit Turgo dan Plawangan
Gb. 1.3 Bukit Turgo
Pemandangan Bukit Turgo dari Bukit Plawangan. Bukit Turgo dan
Plawangan menawarkan pemandangan alam yang asri dan arena olah raga
lintas alam. Wisatawan dapat menikmati hutan tropis yang masih tertata
rapi serta batuan Merapi tua yang berumur sekitar 40.000 tahun. Dicelah
dua bukit ini, sisi timur Turgo dan sisi barat Plawangan pernah dilanda
awan panas pada Letusan November 1994
5. Pos Pengamatan Kaliurang
Gb. 1.4 Pos Pengamatan
Pos Pengamatan Kaliurang terletak di sisi selatan memilki ketinggian
±864 m dpl. Jarak dari puncak 6,0 km Posisi geografi 7° 36,05’ LS & 110°
25,48’ BT. Terdapat alat pendeteksi gempa yang disebut seismograf.
Fungsinya untuk memonitor aktivitas Gunung Merapi. Selain itu, terdapat
menara dengan ketinggian ±50 meter untuk melihat Gunung Merapi. Di
dalam ruang pos pengamatan, terdapat foto – foto Gunung Merapi saat
erupsi dan pengungsian penduduk sekitar lereng Gunung Merapi.
6. Bukit Pronojiwo
Gb. 1.5 Bukit Pronojiwo
Melihat Gunung Merapi dari Bukit Pronojiwo. Berada di area hutan
wisata Kaliurang. Berjalan kearah timur di samping kiri kanan akan
melihat beberapa ekor monyet yang berloncatan dan berayun di dahan,
tangga batu yang memanjang sejauh 900 meter. Pada pagi hari di puncak
Pronojiwo akan melihat dengan jelas pemandangan Gunung Merapi di saat
cuaca cerah tanpa kabut.
Perjalanan menuju kaliurang dari arah Jogja akan mengingatkan kita pada
lukisan pemandangan saat masih di taman kanak-kanak. Sebuah gunung dengan
jalan di tengahnya serta hamparan hijau yang membentang di kedua sisinya
dihiasi dengan rumah penduduk, akan menghilangkan penat dalam bingkai
lukisan alam. Diselimuti angin yang berhembus sejuk, bahkan di saat mentari
tepat di atas kepala, kesejukan itu masih terasa. Udara yang menari melewati
pepohonan dan turun dengan gemulai, memberi rasa segar ketika menerpa tubuh.
Pemandangan Gunung Merapi memberi sensasi tersendiri di kawasan ini.
Bagaikan seorang gadis desa yang menutup tabirnya bila sengaja diperhatikan,
gunung ini akan tertutup kabut seolah malu bila sengaja datang untuk melihatnya.
Menyusur sisi barat Bukit Plawangan sejauh 1100 meter, menempuh perjalanan
lintas alam, melalui jalan tanah yang diapit pepohonan dan lereng rimbun, deretan
22 gua peninggalan Jepang menjadi salah satu keunikan wisata alam Kaliurang.
Di samping keindahan alamnya, Kaliurang juga mempunyai beberapa
bangunan peninggalan sejarah. Diantaranya adalah Wisma Kaliurang dan
Pesangrahan Dalem Ngeksigondo milik Kraton yang pernah dipakai sebagai
tempat berlangsungnya Komisi Tiga Negara. Atau Museum Ullen Sentalu yang
sebagian bangunannya berada di bawah tanah. Museum ini menguak misteri
kebudayaan dan nilai-nilai sejarah Jawa, terutama yang berhubungan dengan putri
Kraton Yogyakarta dan Surakarta pada abad ke-19.
Bersantai dengan keluarga, orang tua bisa bersantai sambil mengawasi
anak-anak bermain di Taman Rekreasi Kaliurang. Di dalam taman seluas 10.000
meter persegi anak-anak bisa bermain ayunan, perosotan, atau berenang di kolam
renang mini. Selain itu di taman yang dihiasi oleh patung jin ala kisah 1001
malam dan beberapa jenis hewan ini, anak-anak juga bisa bermain mini car atau
memasuki mulut patung seekor naga yang membentuk lorong kecil dan berakhir
di bagian ekornya.
Sekitar 300 meter ke arah timur laut dari taman rekreasi terdapat Taman
Wisata Plawangan Turgo. Di kawasan taman wisata ini terdapat kolam renang
Tlogo Putri yang airnya berasal dari mata air di lereng Bukit Plawangan. Bermain
ayunan atau bercanda bersama keluarga di taman bermain yang berada di dalam
taman wisata, rasa lelah akan lebur dalam rimbunnya taman perhutani.
Gb. 1.6 Monyet di Kaliurang
Melangkahkan kaki menyusuri sisi timur, melihat beberapa ekor monyet
yang berloncatan dan berayun di dahan, menikmati kicau burung di jalur berbatu
susun dan tangga berundak di jalan menanjak sejauh 900 meter; mungkin akan
sedikit melelahkan, tetapi pemandangan Gunung Merapi di saat cuaca cerah dari
Bukit Pronojiwo, akan menggantikan rasa lelah dengan kekaguman. Air minum
yang dijual oleh wanita penjaja minuman di puncak Pronojiwo bisa melepas rasa
dahaga sambil menikmati Merapi yang berdiri tegak di tengah rimbunnya
hamparan hijau. Setiap hari libur, Merapi bisa dilihat melalui teropong yang
disewakan dengan tarif Rp.3000 selama 30 menit.
Sesampainya kembali di lokasi taman bermain, bersantailah sejenak di
Tlogo Muncar. Meredakan letih sambil menikmati air yang terjun di sela-sela
bebatuan. Biasanya air akan mengalir dengan deras di musim penghujan.
Gb 1.7 Kereta Kelinci
Jika ingin menikmati pemandangan Kaliurang, para pengunjung bisa
berkeliling menggunakan kereta kelinci yang dikenal dengan istilah sepoer.
Kendaraan ini biasa mangkal di depan taman wisata yang dipenuhi dengan kios-
kios penjaja makanan. Jalur yang dilaluinya mengitari kawasan wisata Kaliurang
dari timur ke barat. Melewati gardu pandang yang terletak di sebelah barat,
Merapi akan terlihat jelas ketika cuaca cerah. Tarif untuk menaiki kendaraan ini
Rp.3.000 per orang jika yang naik minimal tujuh orang. Untuk perjalanan
eksklusif, Rp.20.000 akan membuat perjalanan layaknya seorang bangsawan.
Bila ingin merasakan sejuknya angin dan heningnya malam di Kaliurang,
berbagai villa, bungalow, pesanggrahan atau pondok wisata bisa menjadi pilihan.
Tarifnya juga beragam, mulai dari yang 25 ribuan hingga 200 ribuan. Beberapa
penginapan yang bisa anda nikmati, antara lain: Bukit Surya (paling disarankan),
Puri Indah Inn (bintang 3), Wisma Sejahtera, dll.
Sebelum pulang pastikan untuk membawa sedikit oleh-oleh yang
dijajakan. Mulai dari buah-buahan produksi petani lokal hingga makanan khas
yakni tempe dan tahu bacem serta jadah (makanan yang terbuat dari beras ketan
dan parutan kelapa).
Hamparan hijau di kaki gunung, udara sejuk dan segala paket kemewahan
alamnya, akan meredakan segala kepenatan dan memberikan kesegaran dari hiruk
pikuknya perkotaan.
Berbagai villa dan tempat peristirahatan lain tersedia di daerah ini.
Terletak sekitar 24 kilometer di sebelah utara kota Jogja, Kaliurang dapat menjadi
tempat pelarian dari penatnya kehidupan kota. Hawanya yang sejuk mampu
mengembalikan kesegaran badan dan pikiran. Namun, tak jarang pula Kaliurang
dijadikan lokasi untuk mengadakan rapat atau pertemuan penting. Selain tempat
beristirahat, Kaliurang juga menyediakan tempat untuk berkemah dan jalur-jalur
yang dapat dilalui untuk trekking.
Villa-villa yang ditawarkan di Kaliurang memiliki berbagai macam variasi
harga sewa mulai dari Rp 150.000,- per malam. Selain villa, ada pula motel-motel
yang menyewakan per kamar dengan harga bervariasi. Sebagai pelengkap,
tersedia pula restoran dan tempat makan yang menyediakan berbagai macam
masakan, baik tradisional maupun internasional.
Menggunakan kendaraan bermotor, perjalanan selama 45 menit dari Jogja
dapat ditempuh dengan mudah. Retribusi yang ditarik pun masih wajar dan tidak
terlalu mahal. Perjalanan ke Kaliurang pun tak akan mengecewakan walaupun
Anda tak mempunyai banyak waktu untuk menikmatinya.
Bila mengunjungi Kaliurang, jangan lupa untuk singgah sebentar dan
membeli makanan khas Kaliurang yang berupa jadah, yaitu makanan yang terbuat
dari ketan. Tempe dan tahu bacem akan menjadi pelengkap dari jadah, walaupun
jadah cukup lezat untuk dimakan tanpa pelengkap
B. MASJID AT-TIN
Gb. 2.1 Masjid At-Tin
Masjid At-Tin adalah satu di antara dua masjid megah di kawasan TMII.
Masjid lainnya adalah Masjid Diponegoro (TMII). Masjid yang mulai dibangun
pada April 1997 ini menempati area tanah seluas 70.000 meter persegi dengan
kapasitas sekitar 9.000 orang di dalam masjid dan 1.850 orang di selasar tertutup
dan plaza. Pembangunan Masjid At-Tin selesai pada tahun 1999 dan dibuka
secara umum pada tanggal 26 November 1999.
Nama At-Tin diambil dari salah satu surah dalam Al-Quran yang
merupakan wahyu ke-27 yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW, atau surah
ke-95 dalam urutan penulisan Al-Qur‘an. Nama surah itu adalah At-Tin yang
berarti sejenis buah yang sangat manis, lezat, dan penuh gizi. Buah ini dipercayai
mempunyai manfaat yang banyak, baik sebelum matang maupun sesudahnya.
Selain diinspirasi dari surah Al-Qur‘an, pemberian nama At-Tin
sebenarnya juga merupakan upaya untuk mengenang jasa-jasa istri mantan
Presiden Soeharto yang bernama Ibu Tien atau lengkapnya Hj. Fatimah Siti
Hartinah Soeharto. Memang, pendirian Masjid At-Tin sejak awal merupakan
usaha anak-cucu Presiden Soeharto untuk mengenang ibunda/nenek mereka.
Pendirian masjid ini terlaksana berkat bantuan Yayasan Ibu Tien Soeharto yang
merupakan yayasan milik anak-keturunan Ibu Tien Soeharto. Oleh karenanya,
nama At-Tin tentu dimaksudkan sebagai doa dan perwujudan rasa cinta yang tulus
dari anak/cucu kepada ibunda/nenek mereka.
Arsitektur Masjid At-Tin mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri,
baik dari segi arsitektur bangunan, hiasan ornamen, maupun desain dalam dan luar
ruangannya. Arsitek masjid ini adalah Fauzan Noe‘man dan Ahmad Noe‘man.
Fauzan Noe'man merupakan anak dari Ahmad Noe'man.
Gaya arsitektur masjid ini berusaha menonjolkan lekukan bentuk anak
panah pada dinding di hampir semua sudut dan ornamen yang menghiasinya.
Lekukan anak panah ini terlihat secara jelas pada bagian muka masjid dari arah
pintu masuk. Dengan begitu, wisatawan yang berkunjung ke masjid ini akan dapat
melihat dengan leluasa lekukan-lekukan panah yang ditampilkan, sebelum
memasuki ruang dalam masjid.
Pada bagian muka (sisi timur) masjid, terdapat taman luas dengan
pepohonan rindang yang mengitari plaza berbentuk lingkaran yang terbuat dari
marmer berwarna krem. Dari plaza menuju arah muka masjid, terdapat jalan yang
terletak di kanan dan kiri plaza. Bagian muka masjid tersebut secara terinci
menampilkan tiga lekukan anak panah yang bagian tengahnya didominasi dengan
warna abu-abu. Motif yang ditampilkan pada lekukan berbentuk anak panah ini
sepintas menyerupai tebaran bunga, karena dihiasi oleh sejumlah gambar bermotif
bunga di tengahnya. Selain tiga lekukan berbentuk anak panah tersebut, juga
terdapat dua lekukan anak panah lagi (ukurannya lebih kecil) pada sisi kanan dan
kiri dinding masjid.
Selain itu juga tampak dari bagian muka masjid sebuah kubah utama yang
diapit oleh empat kubah kecil. Pada bangunan kubah-kubah kecil ini juga
dipenuhi lekukan berbentuk anak panah yang lebih tinggi dan runcing.
Mencoloknya lekukan, konstruksi, dan ornamen yang berbentuk anak
panah pada tiap bagian masjid ini memberikan gambaran bahwa rancang bangun
masjid At-Tin didesain se-minimal mungkin untuk mengekspos elemen estetis
terputus dengan mengedepankan gerakan geometris yang terus bersambung
seperti yang tergambar dalam sudut masing-masing anak panah yang saling
berhubungan. Bentuk anak panah ini memiliki makna agar umat manusia tidak
pernah berhenti mensyukuri nikmat Allah—seperti terlukis dalam bentuk anak
panah—mulai dari titik awal hingga titik akhir.
Kekhasan lain yang terdapat pada masjid ini adalah pintu masuk utama
masjid yang terdiri dari dua dinding tanpa daun pintu. Pintu masuk ini juga
berbentuk seperti anak panah. Setelah melewati pintu utama, pengunjung akan
disuguhi kolam air mancur yang pada bagian pinggirnya dapat berfungsi sebagai
tempat duduk para pengunjung. Kolam air mancur dengan keramik warna hijau
muda ini juga berbentuk seperti anak panah. Dari arah pintu utama, pengunjung
dengan mudah dapat menuju ke arah lantai dasar yang digunakan untuk ruang
serbaguna, tempat wudu (pria/wanita), ruang mushaf, ruang rapat kecil,
perpustakaan, ruang audiovisual, dan ruang internet. Selain ruang-ruang tertutup
ini, area lantai dasar masjid ini dikelilingi teras terbuka di mana para pengunjung
dapat dengan leluasa melihat ke arah taman.
Lantai dasar masjid ini dikelilingi oleh tangga-tangga sebagai jalan
menuju ke arah lantai satu. Melalui pintu utama, para pengunjung dapat
menggunakan dua tangga utama dan sebuah eskalator pada sisi kanan menuju
lantai satu. Alternatif lainnya, pengunjung juga dapat menggunakan empat tangga
lain yang terdapat di sudut kanan kiri masjid serta satu tangga di bagian belakang
masjid.
Ruang utama untuk sholat terletak di lantai satu. Di ruang ini tampak tujuh
lekukan berbentuk anak panah dari keramik warna hijau tua pada bagian
dindingnya. Bagian tengahnya difungsikan sebagai mihrab dan mimbar. Pada
bagian sisi kanan dan kiri ruangan yang berhubungan dengan ruang teras samping
ini dibatasi oleh penyekat kayu ukir yang setiap saat bisa dibongkar-pasang.
Pengunjung yang berada di ruangan ini dapat melihat kerangka kubah dari dalam.
Saat pengunjung mengamati bagian dalam kubah akan tampak lempengan baja
tipis pada ketinggian tertentu dengan warna dasar hijau yang dikelilingi oleh kaca
patri berwarna hijau-merah-kuning dan biru. Sehingga, saat matahari bersinar,
cahaya yang masuk akan dipantulkan dan membentuk kombinasi warna yang
mengagumkan.
Berbeda dengan masjid pada umumnya, penggunaan ornamen kaligrafi
dalam masjid ini sangat minim. Ornamen kaligrafi hanya nampak pada dinding
bagian atas ruang solat utama (lantai satu) dan sepanjang dinding pada lekukan
anak panah di area mihrab dan mimbar. Dengan menggunakan cat warna hijau
muda, tampak tulisan ayat-ayat Al-Qur‘an mengitari dinding ruang sholat utama
yang juga bisa dilihat dari arah mezanin.
Secara umum, masjid At-Tin dikelilingi oleh koridor-koridor dengan atap
yang dibentuk seperti anak panah. Koridor ini merupakan sarana bagi para
pengunjung berjalan kaki menuju gedung utama masjid. Selain itu, koridor ini
juga sering digunakan untuk sholat, saat jemaah tidak lagi tertampung di dalam
masjid. Mungkin, tujuan lain dari pembuatan koridor ini juga untuk menghindari
rusaknya taman akibat diinjak oleh pengunjung. Taman ini memang banyak
ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman, seperti palm, tanaman merambat, dan
rerumputan. Sekilas taman ini nampak seperti padang rumput yang terpetak-petak
karena diberi jalur setapak bagi pejalan kaki. Di area rerumputan ini juga terdapat
empat kolam air mancur berbentuk bunga mekar yang pada bagian dindingnya
bisa difungsikan sebagai kran tempat wudu.
Masjid At-Tin memiliki berbagai fasilitas pendukung seperti warung
makan, ruang rekreasi/TV, ruang internet, perpustakaan, rumah dinas Imam
Besar, mess muazin, rumah penjaga, ruang kegiatan, ruang kelas, dan lahan parkir
yang dapat menampung 100 sepeda motor, 8 bus, dan 350 mobil. Di samping
fasilitas-fasilitas pendukung, masjid ini juga sering menyelenggarakan kegiatan
seperti diskusi tema khutbah sebelum sholat jumat, kuliah Ahad Duha berbentuk
cermah dan diskusi, pengajian tafsir Al-qur‘an (Tafsir Jalalain) setiap Minggu
pagi (08.00—11.00 WIB), pengajian karyawan, seminar keagaman, tablig akbar,
dan peringatan hari besar Islam.
C. UNIVERSITAS INDONESIA
Gb. 3.1 Balairung UI
Visi
"Menjadi Universitas Riset Kelas Dunia"
Misi
Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi berbasis riset untuk pengembangan
Ilmu, Teknologi, Seni dan Budaya.
Menyelenggarakan Pendidikan Tinggi yang mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf dan kualitas kehidupan
masyarakat Indonesia serta kemanusiaan.
Tujuan
Mempertahankan reputasi UI sebagai universitas terbaik di Indonesia
dengan menghasilkan kualitas lulusan yang mampu bersaing di pasar global dan
kualitas riset yang bertaraf internasional serta menghasilkan produk Research &
Design yang dapat mendukung daya saing Internasional.
Universitas Indonesia adalah kampus modern, komprehensif, terbuka,
multi budaya, dan humanis yang mencakup disiplin ilmu yang luas. UI saat ini
secara simultan selalu berusaha menjadi salah satu universitas riset atau institusi
akademik terkemuka di dunia. Sebagai universitas riset, upaya-upaya pencapaian
tertinggi dalam hal penemuan, pengembangan dan difusi pengetahuan secara
regional dan global selalu dilakukan. Sementara itu, UI juga memperdalam
komitmen dalam upayanya di bidang pengembangan akademik dan aktifitas
penelitian melalui sejumlah disiplin ilmu yang ada dilingkupnya.
UI berdiri pada tahun 1849 dan merupakan representasi institusi pendidikan
dengan sejarah paling tua di Asia. Telah menghasilkan lebih dari 400.000 alumni,
UI secara kontinyu melanjutkan peran pentingnya di level nasional dan dunia.
Bagaimanapun UI tidak bisa melepaskan diri dari misi terkininya menjadi institusi
pendidikan berkualitas tinggi, riset standar dunia dan menjaga standar gengsi di
sejumlah jurnal internasional nomor satu.
Dengan predikat sebagai kampus terbaik negeri ini, UI secara aktif
mengembangkan kerja sama global dengan banyak perguruan tinggi ternama
dunia. Beberapa universitas terkemuka yang saat ini tercatat memiliki perjanjian
dengan UI diantaranya adalah: Washington University, Tokyo University,
Melbourne University, Sydney University, Leiden University, Erasmus
University, Kyoto University, Peking University, Tsinghua University, Australian
National University, and National University of Singapore. Selain itu, UI saat ini
juga memperkuat kerjasamanya dengan beberapa asosiasi pendidikan dan riset
diantaranya: APRU (Association of Pacific Rim Universities) dengan peran
sebagai Board of Director, AUN (ASEAN University Network), and ASAIHL
(Association of South East Asia Institution of Higher Learning).
Secara geografis, posisi kampus UI berada di dua area berjauhan, kampus
Salemba dan kampus Depok. Mayoritas fakultas berada di Depok dengan luas
lahan mencapai 320 hektar dengan atmosfer green campus karena hanya 25%
lahan digunakan sebagai sarana akademik, riset dan kemahasiswaan. 75% wilayah
UI bisa dikatakan adalah area hijau berwujud hutan kota dimana di dalamnya
terdapat 8 danau alam. Sebuah area yang menjanjikan nuansa akademik bertradisi
yang tenang dan asri.
Sejarah
Gb. 3.2 Gedung UI Tempo Dulu
Universitas Indonesia mengalami banyak sekali perubahan dalam
sejarahnya yang relatif panjang. Dari perspektif subtantif, lembaga ini ditetapkan
melalui Keputusan Pemerintah Nomor: 22, tanggal 2 Januari 1849 dan selanjutnya
pendidikan tersebut dimulai pada bulan Januari 1851 dengan nama, "Sekolah
Dokter Jawa" (Dokter java school). Pada akhir abad ke-19, Sekolah Dokter Jawa
dikembangkan lebih lanjut menjadi School tot Opleiding Van Inlandsche Artsen
(STOVIA) (1898).
STOVIA ditutup di tahun 1927 pada usianya yang ke-75 tahun. Sebagai
penggantinya, didirikan Sekolah Tinggi Kedokteran di tahun 1927 melengkapi
kehadiran 4 Sekolah tinggi lainya yang tersebar di beberapa kota. Keempat
sekolah tersebut yaitu: Sekolah Tinggi Tehnik di Bandung (1920), Sekolah Tinggi
Hukum di Batavia (1924) dan Sekolah Tinggi Sastra dan Budaya di Batavia
(1929). Sementara itu, di Bogor dikembangkan Sekolah Tinggi Pertanian. Kelima
Sekolah Tinggi tersebut merupakan cikal bakal fakultas-fakultas di bawah
naungan Nood Universiteit (Universitas Darurat) yang didirikan pada tahun 1946
di Jakarta, pada masa awal pendudukan Belanda pasca Perang Dunia ke-2.
Nood Universiteit pada tahun 1947 berganti nama menjadi Universiteit van
Indonesie yang berkedudukan di Jakarta. Beberapa Guru Besar nasionalis
(diantaranya Prof. Mr. Djokosoetono), mengoperasikan Universiteit van Indonesie
di Ibu Kota Republik Indonesia yang pada saat itu berada di Jogjakarta. Kegiatan
akademik tersebut terpisah dari Induknya di Jakarta yang masih berada dalam
kekuasaan Belanda. Pada tahun 1949, pengakuan kedaulatan Rl oleh Belanda
berlangsung dan Ibu Kota kembali dipindahkan ke Jakarta. Universiteit van
Indonesie Jogjakarta dipindahkan kembali ke Jakarta. Hampir bersamaan dengan
hal tersebut didirikanlah Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta di tahun 1949.
Pada tahun 1950, melalui serangkaian "ketegangan" antara Guru Besar
Nasionalis dengan Guru Besar Belanda, akhirnya Universiteit van Indonesie
berganti nama menjadi "Universitas Indonesia". Perguruan Tinggi ini mempunyai
beberapa Fakultas dibeberapa kota yaitu: Jakarta (Kedokteran, Hukum, Sastra dan
Budaya), Bandung (Tehnik), Bogor (Pertanian), Surabaya (Kedokteran Gigi),
serta Makasar (Ekonomi). Fakultas-fakultas diluar Jakarta pada tahun 1960-an
berdiri sendiri. Universitas Indonesia di Jakarta mempunyai kampus di Salemba
dan terdiri dari beberapa Fakultas seperti: Kedokteran, Kedokteran Gigi,
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Sastra, Hukum, Ekonomi, dan Tehnik.
Pada perkembangan selanjutnya berdirilah Fakultas Psikologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, llmu Komputer dan kemudian
Fakultas Keperawatan.
Pada tahun 1970-an hingga awal 1980-an, Universitas Indonesia
mempunyai 2 kampus utama, yaitu di Salemba dan Rawamangun. Pada tahun
1987, Universitas Indonesia membangun kampus baru di Depok di area seluas
320 ha. Mulai tahun tersebut Universitas Indonesia melepaskan Kampus
Rawamangun namun masih menggunakan Kampus Salemba untuk kegiatan
akademik Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi. Jumlah seluruh
area yang menjadi aset tanah Universitas Indonesia adalah sekitar 350 ha atau
sekitar 3.500.000 M2 (di Jakarta Pusat, Depok, Tangerang, dan Jakarta Timur).
Pada tahun 2000 Universitas Indonesia menjadi salah satu Perguruan
Tinggi dengan status Badan Hukum di Indonesia. Hal ini mengawali
implementasi gagasan otonomi kampus yang meliputi dua hal sebagai berikut:
Pertama, otonomi dalam hal pengembangan akademik. Kedua, adalah otonomi
pengelolaan keuangan. Otonomi tersebut memberi ruang bagi Universitas
Indonesia untuk berkembang dan memainkan peranan yang mendasar di era
masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).
Dari catatan genealogis di atas, penting direnungkan bahwa kelangsungan
Ul seiring dengan perkembangan peradaban Indonesia khususnya dalam dunia
akademik. Dapat dikatakan bahwa Ul merupakan cikal bakal dan titik tolak
pencerahan untuk Indonesia modern. Ul menjunjung nama Indonesia dan hal ini
merupakan kebanggaan sekaligus tanggung jawab.
Dalam kaitan ini, Universitas Indonesia sebagai "universe", selayaknya
mempunyai kapasitas untuk menjadi motor peradaban dan kemanusian mencapai
"kemajuan" yang tidak abai pada keseimbangan antara orientasi nilai-nilai
akademik, dengan moralitas dan seni. Dengan demikian, peradaban bangsa dan
kemanusiaan di Republik ini di masa datang seyogyanya ditandai oleh terciptanya
kemajuan, keadaban, kemakmuran, keadilan, kedamaian, demokrasi, serta
keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia adalah kampus yang modern,
dinamis, dan bersahabat sebagai tempat menempa ilmu bagi calon-calon
pemimpin bangsa. Berlokasi di dua tempat, yakni kampus Depok dan Salemba.
FEUI berkomitmen penuh dalam memberikan pelayanan prima bagi setiap
proses pengajaran pendidikan tinggi yang didukung fasilitas lengkap dan
memadai serta pengajar yang kompeten di bidangnya.
FEUI merupakan fakultas ekonomi tertua di Indonesia. Berdiri sejak 1950,
menjadikan FEUI unggul dan terdepan dalam pengalaman dan perkembangan
ilmu ekonomi dan bisnis. Hingga kini FEUI telah berhasil mencetak lulusan-
lulusan terbaik negeri yang berpotensi memegang peranan penting di ranah
pemerintahan Indonesia.
Kegemilangan FEUI di tataran nasional menjadi pemicu untuk terus
meningkatkan kualitas dan prestasinya agar dapat bersaing di tataran
internasional. Dengan bertambahnya jumlah riset dan publikasi ilmiah FEUI
dalam jurnal internasional, membuktikan kapasitas FEUI sebagai fakultas riset
(research faculty) yang diakui. Perkembangan kapasista FEUI sebagai Fakultas
Ekonomi bertaraf Internasional membuka peluang kerja sama Akademik dengan
beberapa universitas partner diantaranya Australian National University,
Melbourne University, University of Groningen, Kobe University, Hiroshima
University, Yokohama National University, dan Paris University of Nanterre-
Paris X.
Berbekal semangat integrasi, FEUI kini siap untuk menjadi bagian dari
Universitas Indonesia menuju World Class University dengan mengusung
Fakultas Ekonomi sebagai research faculty and world class economics and
business faculty.
Sejarah FEUI
Gb 3.3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia merupakan gabungan dari Balai Perguruan Tinggi
Universitas Indonesia dan Universiteit van Indonesie. Pada awalnya, pendidikan
ekonomi masih merupakan jurusan sosial ekonomi pada Fakultas Hukum dan
Ilmu Pengetahuan Masyarakat. Namun tidak lama setelah UI didirikan,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan untuk membuka Fakultas
Ekonomi untuk memberi jawaban akan kebutuhan sendiri.
Berbeda dengan beberapa fakultas lain seperti Fakultas Kedokteran,
Fakultas Teknik atau Fakultas Hukum di lingkungan Universitas Indonesia (UI)
yang berasal dari beberapa sekolah tinggi yang sudah didirikan oleh pemerintah
Hindia Belanda sejak tahun 1920-an, embrio FEUI baru muncul setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. FEUI lahir ketika Republik Indonesia baru
berumur lima tahun, sehingga tak heran bila kelahiran FEUI masih dilingkupi
nuansa yang kental akan Indonesia yang baru saja merdeka. Untuk menjawab
tuntutan yang muncul pada masa awal kemerdekaan dan dirasa perlunya lembaga
pendidikan tinggi yang dapat mencetak ahli-ahli perekonomian dan pengelolaan
perusahaan untuk membangun Indonesia yang baru lepas dari penjajahan, maka
kemudian didirikanlah FEUI.
Jalinan kisah FEUI bermula tanggal 18 September 1950, ketika Jurusan
Sosial-Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) memisahkan diri
menjadi Fakultas Ekonomi-UI (FEUI). Pada saat yang bersamaan mahasiswa
Akademi Nasional yang juga mengkaji ilmu ekonomi bergabung dengan fakultas
baru tersebut. Maka jadilah mereka sebagai mahasiswa angkatan pertama di
FEUI. Uniknya, 300 mahasiswa tersebut diajar oleh staf pengajar yang jumlahnya
sangat terbatas, dan urusan administrasi pun ditangani oleh mahasiswa sendiri.
Bermula dari itu, maka 18 September 1950 resmi ditetapkan sebagai hari jadi
FEUI. Bisa dikatakan FEUI merupakan lembaga pendidikan tinggi ekonomi yang
tertua di Indonesia.
Gb. 3.4 Monumen Makara
Logo & Filosofi
Lambang Universitas Indonesia diciptakan pada tahun 1952 oleh
Sumaxtono (nama aslinya Sumartono), mahasiswa Angkatan 1951 Seni Rupa
Fakulteit Teknik Universiteit Indonesia, Bandung.
Ide dasar dari lambang tersebut adalah kala-makara, yang merupakan dua
kekuatan yang ada di alam: kala sebagai kekuatan di atas (kekuatan matahari) dan
makara sebagai kekuatan di bawah (kekuatan bumi). Kedua kekuatan itu
dipadukan dan distilir Sumaxtono menjadi makara yang melambangkan
Universitas Indonesia sebagai baik sumber ilmu pengetahuan, maupun hasilnya,
yang menyebar ke segala penjuru. Lambang Universitas Indonesia terdiri dari dua
unsur, yaitu: pohon dengan cabang- cabangnya dan makara.
Makna lambang Universitas Indonesia adalah sebagai berikut:
Pohon berikut cabang dan kuncup melambangkan pohon ilmu pengetahuan
dengan cabang-cabang ilmu pengetahuannya, sementara kuncup tersebut suatu saat
akan mekar dan menjadi cabang ilmu pengetahuan baru. Kuncup-kuncup itu akan
senantiasa mekar selama pohon ilmu pengetahuan itu hidup. Dengan demikian,
Sumaxtono ingin menyatakan bahwa cabang-cabang ilmu pengetahuan akan
berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan zaman.
Gb. 3.5 Logo Universitas Indonesia
Makara yang mengalirkan air melambangkan hasil yang memancar ke
segala penjuru. Makna yang diberikan Sumaxtono adalah Universitas Indonesia
sebagai sumber ilmu pengetahuan, akan menghasilkan sarjana-sarjana yang
cerdas, terampil, penuh ketakwaan, berbudi luhur, dan berkepribadian, serta
bersikap terbuka, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu dan teknologi
serta masalah yang dihadapi masyarakat, dan mampu menyelesaikannya sesuai
dengan kaidah-kaidah akademik, di mana pun mereka berada.
Rancangan desain berikut maknanya diperlihatkan oleh Sumaxtono
kepada Srihadi (mahasiswa Seni Rupa FT-UI, Bandung Angkatan 1952) pada
tahun 1952. Prof. KRHT H. Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo, M.A. - yang juga
pencipta lambang Institut Teknologi Bandung - tidak mengetahui kapan dan siapa
yang mengesahkan lambang UI tersebut. Yang pasti adalah, sampul buku
Universiteit Indonesia, Fakulteit Teknik, Bandung: Rentjana Untuk Tahun
Peladjaran 1952-1953 (Percetakan AID, BAndung, 120 hlm.) menggunakan
lambang Universitas Indonesia untuk pertama kali seperti yang dibuat oleh
Sumaxtono (tanpa bingkai segilima).
D. TAMAN MINI INDONESIA INDAH
Gb. 4.1 Istana Anak-Anak Indonesia Gb. 4.2 Logo TMII
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan wisata
budaya di Jakarta. Terletak pada koordinat 6°18”LU6.8″LS,106°53′47.2″BT, di
tengah-tengah TMII terdapat sebuah danau yang menggambarkan kepulauan
Indonesia yang besar dalam bentuknya yang kecil.
Sejarah
Adalah Siti Hartinah Soeharto—yang akrab dipanggil Ibu Tien Soeharto—
mempunyai gagasan membangun kawasan wisata Taman Mini “Indonesia Indah”.
Prakarsa itu diilhami oleh pidato Presiden Soeharto tentang keseimbangan
pembangunan antara bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual.
Selaku ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri pada tanggal 28 Agustus
1968, Ibu Tien Soeharto menyampaikan gagasan pembangunan Miniatur
Indonesia pada rapat pengurus YHK tanggal 13 Maret 1970 di Jl. Cendana No. 8,
Jakarta. Bentuk dan sifat isian proyek berupa bangunan utama bercorak rumah-
rumah adat daerah yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian, kekayaan flora-
fauna, dan unsur budaya lain dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia.
Gagasan itu dilandasi, antara lain, semangat untuk membangkitkan kebanggaan
dan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa serta untuk memperkenalkan
Indonesia dan wilayah Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.
Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja Gubernur, Bupati,
dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara yang juga dihadiri oleh Presiden,
Ibu Tien Soeharto dengan didampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud
untuk pertama kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur
Indonesia “Indonesia Indah” di depan umum. Berbagai saran, tanggapan, dan
pemikiran dari berbagai kelompok masyarakat pun muncul, yang sebagian besar
mendukung pembangunan proyek tersebut. Pada tanggal 11 Agustus 1971,
dengan surat YHK, Ibu Tien Soeharto menugaskan Nusa Consultans untuk
membuat rencana induk dan studi kelayakan. Tugas itu selesai dalam waktu 3,5
bulan.
Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah Cempaka Putih, di
atas tanah seluas + 14 hektar. Namun Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin
menyarankan lokasi di daerah sekitar Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo,
dengan luas tanah ± 100 hektar. Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti
perkembangan kota Jakarta di kemudian hari. Ibu Tien Soeharto menerima saran
tersebut, karena dengan lahan yang lebih luas memungkinkan proyek miniatur
Indonesia menampilkan rumah-rumah adat daerah dan bangunan-bangunan lain
dalam ukuran yang sebenarnya.
Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi tahap secara
bersinambung. Rancangan bangunan utama berupa peta relief Miniatur Indonesia
berikut penyediaan airnya, Tugu Api Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung
Pengelolaan disiapkan oleh Nusa Consultants berikut pembuatan jalan dan
penyediaan kaveling tiap-tiap bangunan. Rancangan bangunan lain, seperti
bangunan khas tiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek, sedang Nusa
Consultants hanya membantu menjaga keserasian secara keseluruhan.
Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional: masyarakat di sekitar
lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan berbagai unsur masyarakat
lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun pembangunan TMII tahap pertama
dinyatakan selesai. Pada tanggal 20 April 1975 Taman Mini “Indonesia Indah”
diresmikan pembukaannya oleh Presiden ke-2 Republik Indonesia, Presiden
Soeharto.
Gagasan dan Sumber IIham
Gb 4.3 Ibu Tin
Tiada ketenaran tanpa awal gagasan dan karya yang mewujudkannya.
Ketenaran Taman Mini "Indonesia Indah" di seluruh Nusantara dan di berbagai
bagian dunia, tidak dapat dilepaskan dari pangkal tolaknya yang berupa gagasan
yang terdengarnya sederhana tetapi mengandung nilai yang sangat tinggi.
Gagasan ini berupa keinginan atau cita-cita untuk membangkitkan rasa
bangga dan tebalnya rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, Indonesia. Gagasan
ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan
Ibu Tien Soeharto. Cita-cita ini diutarakan sebagai gagasan untuk mendirikan
suatu tempat rekreasi yang mampu menggambarlan kebesaran dan keindahan
Indonesia dalam bentuk miniatur. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di
Jalan Cendana no.8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970.
Sebagai pemrakarsa, Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara) telah melihat jauh ke
depan akan pentingnya menciptakan suatu bangunan miniatur yang memuat
kelengkapan Indonesia dengan segala isinya, kekayaan alam, kebudayaan dan
kekayaan lainnya. Bertekad cita-cita ini, dimulailah suatu proyek yang disebut
Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan
Harapan Kita.
Prakarsa Ibu Negara ini bersumber pada kenyataan bahwa Indonesia
dianugerahi kekayaan di berbagai segi dan sumber. Pulaunya yang berjumlah
belasan ribu. kelompok etnisnya yang memiliki ciri-ciri khas masing-masing,
dalam bahasa, adat istiadat, perilaku tutur kata dan sebagainya, serta sumber daya
alamnya yang sangat kaya ini tidak terlepas dari pengamatan Ibu Negara untuk
melahirkan gagasan yang mulia dan sangat bermanfaat bila terwujud.
Filsafat dan Asas Pendirian
Tentulah ada asas-asas filsafat yang dijadikan landasan pendirian proyek
miniatur ini. Kekokohan hasil proyek ini terbentuk berkat filsafat yang berpangkal
pada amanat-amanat Presiden Republik Indonesia yang pada intinya ialah
keseimbangan usaha pembangunan fisik dan ekonomi dengan pembangunan
mental spiritual. Filsafat inilah yang menjadi batu pijakan pembangunan dan
pengembangan Proyek Miniatur "Indonesia Indah". Filsafat ini dijadikan pilihan
landasan karena Ibu Negara sadar dan melihat bahwa pada awal pembangunan
yang dilaksanakan pada akhir tahun 1960-an belum mendapatkan perhatian
semestinya. Karena kesadaran dan perhatian beliau inilah, beliau berprakarsa
pelaksanaan pembangunan mental spiritual.
Secara lebih rinci ada lima aspek dan prospek yang dijadikan baik pijakan
pembangunannya maupun pandangan dalam pengembangannya. Kelimanya ini
ialah spiritual, pendidikan dan kebudayaan, teknologi, ekonomi, dan
kesejahteraan. Pegangan teguh pada aspek dan prospek ini dapat dirasakan dan
dilihat pada pengembangan yang telah berlangsung selama ini.
Aspek dan prospek spiritual serta pendidikan dan kebudayaan tidak
terlepas dari pandangan Presiden Soeharto. Mengenai aspek dan prospek spiritual
beliau menyatakan bahwa setiap usaha pembangunan ekonomi tidak mungkin
dilakukan tanpa pembangunan mental, spiritual, rohaniah dan sosial . Mengenai
pendidikan dan kebudayaan beliau mengungkapkan bahwa putra-putri harus
menyiapkan diri sejak sekarang. melatih diri dan mengasah otak belajar
berorganisasi dan mulai membaktikan diri kepada masyarakat, mencintai alam
dan bangsanya sendiri. bangga kepada kebudayaannyan sendiri dan mau belajar
hal-hal yang baik dari luar tanpa kehilangan kepribadian nasionalnya sendiri,
berusaha sendiri dan selalu ingin mengetahui hal-hal baru agar dapat maju,
mencintai kerja dan berusaha mencapai prestasi yang tinggi .
Mengenai aspek dan prospek teknologi, kata-kata Neil Armstrong,
angkasawan Amerika, manusia pertama yang menjejakkan kaki di bulan, a little
step of a man, a giant step of mankind yang artinya langkah kecil manusia tetapi
berupa loncatan raksasa kemanusiaan, merupakan dambaan dalam membangun
dan mengembangkan Proyek Miniatur "Indonesia Indah" ini. Hanya dengan
teknologi yang ditulang-punggungi ilmu, manusia dapat melangkah maju dalam
mewujudkan keinginan peningkatan ke arah ekonomi dan kesejahteraannya.
Selanjutnya mengenai aspek dan prospek ekonomi, kata-kata Presiden
Soeharto menjadi pegangannya. Dikatakan oleh beliau bahwa, "Pembangunan
ekonomi berarti pengolahan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan
ekonomi riil melalui pananaman modal, penggunaan teknologi, penambahan
kemampuan berorganisasi dan manajemen" . Aspek dan prospek ini tidak terlepas
dari aspek dan prospek berikutnya, yaitu kesejahteraan. Oleh Presiden Soeharto,
dikatakan bahwa "Cita-cita kita adalah suatu masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila, kita ingin kehidupan kita lebih baik, makin maju,
bertambah sejahtera dan adil" .
Kelima aspek dan prospek tersebut saling berkait. Kaitan inidalam
pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur "Indonesia Indah terlihat nyata
bila kita melihat taman miniatur ini secara keseluruhannya. Secara keseluruhan di
sini melibatkan penglihatan kita terhadap wujud fisik, yang berupa bangunan,
yang mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan kebudayaan,
teknologi, dan sarana dalam meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan, dan
wujud program pergelaran yang mengandung aspek dan prospek spiritual,
pendidikan dan kebudayaan, teknologi serta ekonomi dan kesejahteraan. Jelaslah
bahwa baik dari pandangan fisik maupun langkah operasional. Proyek Miniatur
ini erat berpegang pada aspek dan prospek pembangunannya.
Dengan filsafat ini sebagai landasan, ada sasaran yang ingin dijangkau
oleh pendiri taman miniatur, yaitu meningkatkan pengetahuan dan memberikan
pengertian kepada bangsa-bangsa lain tentang Indonesia yang sebenarnya. Ke
dalam sendiri, jangkauan pelaksanaan proyek ini ialah terjadinya proses
pendidikan dan peningkatan pengetahuan bangsa sendiri mengenai tanah airnya,
sehingga terpupuklah rasa cinta kepada tanah airnya. Inilah sebetulnya misi
didirikannya taman miniatur ini.
Arti TMII
Arti Taman Mini “Indonesia Indah” adalah satu proyek untuk mencitrakan
Indonesia yang lengkap dengan segala isinya dalam bentuk mini, berupa sebuah
taman di atas sebidang tanah yang menggambarkan Indonesia yang besar ke
dalam penampilan yang kecil.
Bangunan pokok berupa danau buatan dengan pulau-pulau yang
menggambarkan wilayah Indonesia. Kepulauan buatan tersebut merupakan bagian
terpenting dari proyek ini dan disebut Miniatur Arsipel Indonesia. Pulau-pulau
dibangun secara geografis di atas laut buatan sesuai dengan skala asli, dalam arti
tinggi rendah daratan, hutan, keadaan gunung-gunung, dan tumbuh-tumbuhannya
terlihat seperti perwujudan sesungguhnya.
Danau kepulauan ini, berikut bangunan-bangunan khas daerah di sekitarnya,
secara keseluruhan dinamakan Taman Mini “Indonesia Indah”.
Visi, Misi dan Tujuan
Visi proyek adalah menjadikan Taman Mini “Indonesia Indah” sebagai
kawasan wisata budaya yang terkemuka.
Dengan visi tersebut, TMII menetapkan misinya sebagai wahana pelestarian,
pengenalan, dan pengembangan budaya bangsa. Oleh karena itu, sasaran
pembangunannya tidak menitikberatkan pada keuntungan finansial melainkan
pengembangkan kebudayaan nasional.
Maksud dan tujuan pembangunan Taman Mini “Indonesia Indah”:
Membangun dan mempertebal rasa cinta bangsa dan tanah air.
Memupuk serta membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Menghargai serta menjunjung tinggi kebudayaan nasional Indonesia
dengan jalan menggali dan menghidupkan kembali kebudayaan yang
diwariskan oleh nenek moyang.
Memperkenalkan kebudayaan, kekayaan alam, dan warisan bangsa kepada
sesama anak bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia.
Memanfaatkan untuk menarik wisatawan, dengan demikian meningkatkan
kegiatan pariwisata, sarana promosi bagi tiap-tiap daerah di seluruh tanah
air, dan menghidupkan kerajinan rakyat di seluruh daerah, menampung
dan mengatur pemasarannya.
Ikut aktif membantu pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan dengan
mempersembahkan suatu tempat rekreasi yang bersifat pendidikan kepada
masyarakat Indonesia.
Logo menggunakan empat warna dasar, yakni merah, biru, kuning, dan hijau,
dengan pencitraan grafis huruf dan warna. Merah melambangkan semangat, biru
mencitrakan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, kuning lambang
kekayaan dan keragaman budaya, dan hijau mengacu pada kekayaan alam.
Motif logo menggunakan huruf lengkung untuk menggambarkan kedinamisan,
keragaman budaya, dan kekayaan alam Indonesia. Pewarnaan dari merah ”t”
menuju ke kuning “i” mengandung filosofi pergerakan terbit sampai terbenamnya
matahari, warna biru adalah waktu saat beraktivitas dari kedinamisan, dan warna
hijau adalah pencapaian dari sebuah kemakmuran. Grafis bulatan yang berputar
tiada henti di atas kedua huruf “i” melambangkan kesatuan makna dari kata
“Indonesia” dan kata “Indah”, serta melambangkan TMII sebagai tujuan terbaik
untuk melihat lebih dekat keindahan dan kekayaan budaya dan alam Indonesia.
Gb 4.4 Maskot TMII
Maskot berupa tokoh epos Ramayana, yakni Anjani Putra—disingkat NITRA
—nama lain Sang Hanoman. Tokoh NITRA menjadi icon TMII dan berperan
sebagai sarana pengenal yang mempunyai makna informatif agar mudah diingat
dan lekat di hati. Penggunaan maskot NITRA diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto
bertepatan dengan ulang tahun ke-16 TMII pada 20 April 1991.
Pemilihan tokoh NITRA didasarkan atas pertimbangan:
NITRA berwujud kera putih yang perkasa, mempunyai kepribadian
menonjol, seperti berjuang membela dan menegakkan kebenaran tanpa
pamrih, mahir berdiplomasi sehingga dipercaya sebagai duta.
NITRA memiliki berbagai kesaktian, sehingga mampu membasmi angkara
murka dan membela kebenaran.
NITRA merupakan kesayangan dewa yang dikaruniai usia sangat panjang
sebagai pembina generasi selanjutnya.
NITRA mempunyai watak yang dapat diteladani dan dapat menjadi
sumber inspirasi yang menyatu dengan misi TMII sebagai wahana
pelestarian, pengenalan dan pengembangan budaya, duta seni, serta
mewariskan segala sesuatunya untuk generasi yang akan datang.
NITRA mencerminkan budi luhur, diharapkan menjadi suri tauladan bagi
generasi muda dan menjadi pilihan idola yang bersumber dari nilai
budayanya sendiri.
Visualisasi NITRA mengarah pada bentuk fisik yang disesuaikan agar
menarik dan disenangi anak-anak, remaja, dan dewasa: ramah dan lucu
tetapi mempesona.
Sebagai maskot, NITRA dapat berbentuk dua dimensi dan tiga dimensi,
antara lain berwujud boneka, logo, ataupun produk cetak dan cenderamata
sesuai kebutuhan.
Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia
dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih
dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu
pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. Melalui
miniatur ini diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air
pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang disebut
Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan
Harapan Kita.TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20
April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai
pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 150 hektar.
TMII memiliki logo yang pada intinya terdiri atas dua huruf I dan I. Kedua
huruf ini mewakili nama "Indonesia Indah" sedangkan maskotnya berupa tokoh
wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra). Maskot Taman Mini
"Indonesia Indah" ini diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto,
bertepatan dengan dwi windu usia TMII, pada tahun 1991.
Anjungan daerah
Gb. 4.5 Anjungan Kalsel
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak
bangunan yang berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari
satu jenis bangunan tradisional. Bangunan atau arsitektur tradisional yang mereka
buat selalu dilatarbetakangi oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang
dimiliki. Di TMII, gambaran tersebut diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang
mewakili suku-suku bangsa yang berada di 33 propinsi Indonesia.
Di TMII terdapat berbagai macam taman yang menunjukkan keindahan
flora dan fauna Indonesia seperti taman anggrek, taman melati, kolam akuarium
air tawar dan taman burung.
Museum yang ada diperuntukkan untuk memamerkan sejarah, budaya dan
teknologi seperti Museum Indonesia, Museum Pusaka, Museum Transportasi, dan
Pusat Peragaan IPTEK.
E. OPERA VAN JAVA
Gb 5.1 OVJ
Opera Van Java adalah sebuah acara komedi di stasiun televisi
Indonesia, Trans 7. Ide acara ini adalah seperti pertunjukan wayang orang pada
kebudayaan Jawa. Para wayang itu diperankan oleh beberapa pelawak terkenal,
seperti Nunung Srimulat, Azis Gagap, dan Sule. Selain wayang, juga terdapat
dalang yang diperankan oleh Parto Patrio serta para pemain gamelan dan sinden.
Uniknya, hanya dalang yang mengetahui jalan ceritanya. Bintang tamu juga kerap
ditampilkan pada tiap episodenya.
Walaupun ide dasarnya adalah pewayangan, namun cerita yang diangkat
tak melulu cerita-cerita rakyat Indonesia, tapi bisa juga cerita dari negara lain,
seperti Cinderella dan Sun Go Kong. Pada akhir acara, Ki Dalang Parto Patrio
selalu mengucapkan kalimat terakhir khas Opera Van Java yang berbunyi: Di
sana gunung, di sini gunung, di tengahnya Pulau Jawa. Wayangnya bingung,
dalangnya juga bingung, yang penting bisa ketawa. Ketemu lagi di Opera Van
Java... Yaa... Eeee...!
Beberapa episode yang pernah ditayangkan
Bandung Bondowoso
Meteor Garmen
Manokara
Telaga Angker
Kisah Nyi Pelet
Si Buta dari Goa Hantu
Siti Ariah dan Mak Emper
Tarzan Pergi ke Kota
Romeo & Juliet
Kisah Pendekar Bergitar
Drakula Cari Mangsa
Lahirnya Gatot Kaca
Lutung Kasarung
Tangkuban Parahu
Legenda Keong Mas
Bawang Merah Bawang Putih
Akibat Lupa Ingatan
Kelahiran Wisanggeni
Pergaulan Bebas
F. SEAWORLD INDONESIA
Gb 6.1 Seaworld Logo
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari lebih 17.504
pulau terhampar sepanjang garis katulistiwa. Rentang garis pantai terbujur
sepanjang 81.290 km dan luas lautan 5.800.000 km menjadikan Indonesia sebagai
negara maritim dan laut adalah urat nadi kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam usaha memperkenalkan kehidupan biota yang hidup di alam maka
SeaWorld Indonesia memiliki berbagai koleksi mulai dari biota perairan tawar,
terdiri dari 22.000 ekor ikan (126 Jenis), 28 reptil (5 jenis) sampai biota perairan
laut yang terdiri dari 5180 ekor ikan (26 jenis), 79 avertebrata (13 jenis), 30 reptil
(5 jenis) dan 1 mamalia.
Wahana SeaWorld Indonesia hadir dalam satu kawasan yang lengkap
untuk memberikan hiburan, pendidikan dan nilai sejarah yang akan selalu diingat.
SeaWorld Indonesia dalam operasionalnya mengemban 3 misi besar yaitu:
Pendidikan, Konservasi dan Hiburan. Melalui misi ini SeaWorld Indonesia
menempatkan dirinya sebagai tempat hiburan berkualitas.
Seaworld Indonesia adalah sebuah taman biota laut yang terdapat dalam
kompleks wisata pertama di Telaga Golf dan kedua terpadu Ancol Jakarta
Baycity.
Pada tanggal 2 Oktober 1980, Presiden Depok Gubernur DKI, Wiyogo
Atmodarminto meletakkan batu pertama pembangunan Seaworld Indonesia. Dua
tahun kemudian, pada tanggal 3 Juni 1982 SeaWorld Indonesia sudah mulai
beroperasi. Area Seaworld seluas 3 hektar dengan luas bangunan utama 4.500 m2
berisi berbagai macam akuarium, lorong Antasena (lorong bawah air),
perpustakaan, tempat penjualan makanan, toko suvenir, dan dilengkap dengan
layar sentuh sebagai informasi satwa dan spesies di Seaworld.
Akuarium utama memelihara ribuan satwa laut Indonesia. Sebanyak 3500
spesis ikan laut Indonesia dipelihara disini (jumlah ini merupakan 37% dari
jumlah jenis spesies ikan laut di dunia).
Ukuran akuarium ini mencapai 36 x 24 m, dan dalamnya bervariasi dari
4.5 hingga 6 m dan menyimpan 5 juta liter air asin. Karena besarnya akuarium
utama ini tercatat sebagai akuarium air asin terbesar di Asia tenggara.
Area Air Tawar dilengkapi dengan koleksi koleksi satwa air tawar dari
seluruh dunia, termasuk diantaranya piranha dan Arapaima gigas dari sungai
Amazon dan belut listrik.
Gb 6.2 Terowongan Antasena
Lorong Antasena adalah lorong bawah air sepanjang 80m yang
dioperasikan dengan pinjakan berjalan otomatis dengan kubah tembus pandang.
Memungkinkan pengunjung untuk menikmati pemandangan "bawah laut" tanpa
harus khawatir tersandung saat menengadah keatas untuk melihat ikan.
Aquarium Dugong dan Akuarium ekosistem laut yang berisi koral dan
sponge yang memperlihatkan keindahan biota dalam laut.
Seaworld Indonesia juga memberi kesempatan untuk murid murid
mengerjakan pekerjaan sekolah, riset dan praktek kerja pada area area seperti
Layanan Pengunjung (Customer Service), marketing, kuratorial, dan arsitektur.
Seaworld Indonesia juga menawarkan program belajar, "Belajar di
Seaworld" , program ini dirancang khusus untuk mendukung mata pelajaran
biologi dan untuk memenuhi rasa ingin tahu pelajar akan dunia laut. Programnya
pertama di luncurkan pada bulan Agustus 1994 dan masih berjalan hingga kini
untuk membantu pendidikan sekolah sekolah di seluruh Indonesia.
Pengamatan ekosistem air pada ex situ dan pengelolaan lebih dari 500
biota, yang terbagi menjadi 350 spesies. Kertas kerja, dibagikan gratis untuk
murid murid dari tingkat SD hingga SMA. Guru, untuk membantu murid yang
menemukan kesulitan.
Presentasi untuk topik topik tertentu bisa dilakukan bila membuat janji
terlebih dahulu. Panduan mengenai biota Seaworld dengan bantuan pemandu
pendidikan (Education Guide).
Seaworld Indonesia juga mendatangi sekolah sekolah untuk membantu
mendidik anak agar lebih peduli tentang dunia laut. Beberapa dari program ini
disponsori oleh perusahaan lain. Tujuannya adalah untuk merangsang
keingintahuan dan kecintaan murid pada kehidupan laut dan usaha usaha
pelestariannya.Untuk mengajak murid melakukan permainan interaktif, presentasi,
tanya jawab kuis dan aktivitas lain yang mendidik.
Program pelestarian yang telah dilakukan seaworld adalah program
pelestarian penyu. Penyu yang dibesarkan di Seaworld Indonesia, dengan tujuan
pendidikan, secara berkesinambungan dilepaskan kembali ke habitat mereka.
Seaworld memiliki Klub Si Woli dimana anak anak dapat menjadi anggota
dari klub ini dengan membayar iuran tahunan sebesar Rp.10,000,-. Kemudian
kelompok anak anak ini akan diajak berjalan jalan dengan tujuan berlayar di laut
atau menjelajahi hutan. Perjalanan ini dimaksudkan agar anak anak tetap dekat
dengan alam dan pembelajaran untuk menemukan hal hal baru.
G. CIHAMPELAS
Gb 7.1 Cihampelas Mall
Kalau anda berkunjung ke Bandung belum lengkap rasanya kalau tidak
berbelanja di Jalan Cihampelas. Jalan ini sama dengan malioboro-nya Kota Jogya.
Jalan ini selalu ramai oleh pengunjung terutama pada hari libur.
Jalan ini memang telah melegenda sejak dahulu. Dulunya, jalan ini
merupakan sentra jeans terbesara di kota Bandung. Namun saat ini bukan hanya
terkenal dengan pakaian berbahan jeans, tapi puluhan took yang ada menawarkan
berbagai jenis sandang dengan berbagai bahan yang berbeda, dengan kaunikan
took ban jualannya masing-masing. Di jalan Cihampelas saat ini kita juga bias
dengan mudah tempat penjualan cinderamata khas Bandung, toko
oleh-oleh/jajanan, rumah makan, hotel, aneka aksesoris, aneka brownies, dan lain-
lain.
Tapi, kondisi jalan yang kecil membuat kemacetan di jalan ini tidak bisa
dihindari. Hampir setiap hari jalan ini macet parah, mungkin karena padatnya
pengunjung dan terlampau kecilnya fasilitas parkir dan jalan yang tersedia.
Jika anda membawa kendaraan, mungkin anda akan kesulitan mencari
tempat parkir. Sebagai alternatifnya anda bisa parkir di Cihampelas Walk
(Ciwalk), sebuah mall besar yang letaknya di jalan ini.
H. OBSERVATORIUM BOSSCHA
Gb 8.1 Teropong Bintang
Nama Teleskop : Zeiss
Diameter lensa : 60 cm
Panjang Fokus : 1080 cm
Fokus Rasio : f/18
Skala bayangan : 18,4"/mm
Teleskop ganda Zeiss 60 cm ini berada pada satu-satunya gedung kubah di
Observatorium Bosscha yang telah menjadi landmark Bandung utara selama lebih
dari 85 tahun. Bangunan teropong ini dirancang oleh arsitek Bandung ternama,
yaitu K. C. P. Wolf Schoemacher, yang juga guru Presiden Soekarno. Teleskop
dan gedung kubah ini merupakan sumbangan dari K. A. R. Bosscha yang secara
resmi diserahkan kepada Perhimpunan Astronomi Hindia-Belanda pada bulan
Juni 1928. Kubah gedung memiliki bobot 56 ton dengan diameter 14,5 m dan
terbuat dari baja setebal 2 mm.
Saat ini, Teropong Ganda Zeiss 60cm ini merupakan teleskop terbesar dan
tertua di Observatorium Bosscha. Tahun 2008, teleskop ini genap berusia 80
tahun. Sampai sejauh ini, teleskop ini masih berfungsi dengan baik berkat
perawatan yang konsisten. Sistem detektor fotografi pernah digunakan di teleskop
ini sampai dengan tahun 1980-an. Sejak awal 1990-an, teknologi detektor dijital
(menggunakan CCD astronomi) mulai digunakan di Observatorium Bosscha,
untuk meningkatkan tingkat sensitifitas pengamatan. Selain itu, instrumentasi
teleskop juga terus dimodernisasi.
Teleskop ini merupakan jenis refraktor (menggunakan lensa) dan terdiri
dari 2 teleskop utama dan 1 teleskop pencari (finder). Diameter teleskop utama
adalah 60 cm dengan panjang fokus hampir 11 m, dan teleskop pencari
berdiameter 40 cm. Medan pandang teleskop pencari adalah 1,5 derajat atau
sekitar 3 kali diameter citra bulan purnama. Medan pandang langit yang luas ini
memudahkan untuk mengidentifikasi bintang yang hendak diamati, dibandingkan
dengan citra bintang di langit melalui peta bintang. Teleskop ini dapat mengamati
bintang-bintang yang jauh lebih lemah, kurang lebih 100000 kali lebih lemah dari
bintang yang dapat dilihat oleh mata telanjang.
Instrumen utama ini telah digunakan untuk berbagai penelitian astronomi,
antara lain untuk pengamatan astrometri, yaitu untuk memperoleh informasi posisi
benda langit secara akurat dalam orde sepersepuluh detik busur, khususnya untuk
memperoleh orbit bintang ganda visual. Hingga saat ini terdapat koleksi sekitar
10000 data pengamatan bintang ganda visual yang diperoleh dengan
menggunakan teleskop ini. Selain itu, teleskop ini juga digunakan untuk
pengamatan gerak diri bintang dalam gugus bintang. Teleskop ini juga digunakan
untuk pengukuran paralak bintang guna penentuan jarak bintang. Pencitraan
dengan CCD juga digunakan untuk mengamati komet dan planet-planet, misalnya
Mars, Jupiter, dan Saturnus. Dengan menggunakan spektrograf BCS (Bosscha
Compact Spectrograph), teleskop ini secara kontinu melakukan pengamatan
spektrum bintang-bintang Be.
Observatorium Bosscha adalah sebuah lembaga penelitian dengan
program-program spesifik. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung,
obervatorium ini merupakan pusat penelitian dan pengembangan ilmu astronomi
di Indonesia. Sebagai bagian dari Fakultas MIPA - ITB, Observatorium Bosscha
memberikan layanan bagi pendidikan sarjana dan pascasarjana di ITB, khususnya
bagi Program Studi Astronomi, FMIPA - ITB. Penelitian yang bersifat
multidisiplin juga dilakukan di lembaga ini, misalnya di bidang optika, teknik
instrumentasi dan kontrol, pengolahan data digital, dan lain-lain. Berdiri tahun
1923, Observatorium Bosscha bukan hanya observatorium tertua di Indonesia,
tapi juga masih satu-satunya obervatorium besar di Indonesia.
Observatorium Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan
bintang tertua di Indonesia. Observatorium Bosscha berlokasi di Lembang, Jawa
Barat, sekitar 15 km di bagian utara Kota Bandung dengan koordinat geografis
107° 36' Bujur Timur dan 6° 49' Lintang Selatan. Tempat ini berdiri di atas tanah
seluas 6 hektar, dan berada pada ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut
atau pada ketinggian 630 m dari plato Bandung. Kode observatorium Persatuan
Astronomi Internasional untuk observatorium Bosscha adalah 299.
Observatorium Bosscha adalah lembaga penelitian astronomi moderen
yang pertama di Indonesia. Observatorium ini dikelola oleh Institut Teknologi
Bandung dan mengemban tugas sebagai fasilitator dari penelitian dan
pengembangan astronomi di Indonesia, mendukung pendidikan sarjana dan
pascasarjana astronomi di ITB, serta memiliki kegiatan pengabdian pada
masyarakat.
Observatorium Bosscha juga mempunyai peran yang unik sebagai satu-
satunya observatorium besar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara sampai sejauh
ini. Peran ini diterima dengan penuh tanggung-jawab: sebagai penegak ilmu
astronomi di Indonesia.
Dalam program pengabdian masyarakat, melalui ceramah, diskusi dan
kunjungan terpandu ke fasilitas teropong untuk melihat objek-objek langit,
masyarakat diperkenalkan pada keindahan sekaligus deskripsi ilmiah alam raya.
Dengan ini Observatorium Bosscha berperan sebagai lembaga ilmiah yang
bukan hanya menjadi tempat berpikir dan bekerja para astronom profesional,
tetapi juga merupakan tempat bagi masyarakat untuk mengenal dan menghargai
sains. Dalam terminologi ekonomi modern, Observatorium Bosscha berperan
sebagai public good.
Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar
Budaya oleh Pemerintah. Karena itu keberadaan Observatorium Bosscha
dilindungi oleh UU Nomor 2/1992 tentang Benda Cagar Budaya. Selanjutnya,
tahun 2008, Pemerintah menetapkan Observatorium Bosscha sebagai salah satu
objek vital nasional yang harus diamankan. Observatorium Bosscha berperan
sebagai homebase bagi penelitian astronomi di Indonesia.
Sejarah Bosscha
Gb 8.2 Bosscha
Observatorium Bosscha (dahulu bernama Bosscha Sterrenwacht) dibangun
oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau
Perhimpunan Bintang Hindia Belanda. Pada rapat pertama NISV, diputuskan akan
dibangun sebuah observatorium di Indonesia demi memajukan Ilmu Astronomi di
Hindia Belanda. Dan di dalam rapat itulah, Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang
tuan tanah di perkebunan teh Malabar, bersedia menjadi penyandang dana utama
dan berjanji akan memberikan bantuan pembelian teropong bintang. Sebagai
penghargaan atas jasa K.A.R. Bosscha dalam pembangunan observatorium ini,
maka nama Bosscha diabadikan sebagai nama observatorium ini.
Pembangunan observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih
5 tahun sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1928.
Publikasi internasional pertama Observatorium Bosscha dilakukan pada
tahun 1933. Namun kemudian observasi terpaksa dihentikan dikarenakan sedang
berkecamuknya Perang Dunia II. Setelah perang usai, dilakukan renovasi besar-
besaran pada observatorium ini karena kerusakan akibat perang hingga akhirnya
observatorium dapat beroperasi dengan normal kembali.
Kemudian pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan
observatorium ini kepada pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung
(ITB) berdiri pada tahun 1959, Observatorium Bosscha kemudian menjadi bagian
dari ITB. Dan sejak saat itu, Bosscha difungsikan sebagai lembaga penelitian dan
pendidikan formal Astronomi di Indonesia.
Observatorium Bosscha merupakan pilar utama integrasi penelitian dan
pendidikan astronomi di Indonesia. Perkembangan sumber daya manusia, ilmu
pengetahuan dan teknologi bidang astronomi melekat erat dengan sejarah
Observatorium Bosscha.
Untuk lebih memperkuat sumber daya manusia, maka Observatorium
Bosscha membuka dan mengundang para peneliti, baik dosen atau mahasiswa,
untuk bekerja sama mengembangkan keilmuan dan teknologi bidang astronomi
ataupun bidang yang terkait, baik teknologi informasi, instrumentasi, elektronika,
optik sampai lingkungan.
Fasilitas-fasilitas penelitian berupa teleskop refraktor dan reflektor,
teleskop radio, detektor CCD dan spektrograf dapat dipergunakan dalam
melakukan penelitan. Fasilitas pendukung berupa perpustakaan yang lengkap,
jaringan internet, komputer serta penginapan akan lebih memperkaya dan
menjamin kelancaran penelitian yang dilakukan
Adapun batas pemasukan Proposal Penelitian adalah 10 Mei 2010 dengan
format yang dapat diunduh di sini atau pada menu download sebelah kanan.
Proposal akan melalui proses review kelayakan dan berdasarkan urutan
pemasukan.
Fasilitas
Terdapat 5 buah teleskop besar, yaitu:
Teleskop Refraktor Ganda Zeiss
Teleskop ini biasa digunakan untuk mengamati bintang ganda visual,
mengukur fotometri gerhana bintang, mengamati citra kawah bulan,
mengamati planet, mengamati oposisi planet Mars, Saturnus, Jupiter, dan
untuk mengamati citra detail komet terang serta benda langit lainnya.
Teleskop ini mempunyai 2 lensa objektif dengan diameter masing-masing
lensa 60 cm, dengan titik api atau fokusnya adalah 10,7 meter.
Teleskop Schmidt Bima Sakti
Teleskop ini biasa digunakan untuk mempelajari struktur galaksi Bima
Sakti, mempelajari spektrum bintang, mengamati asteroid, supernova,
Nova untuk ditentukan terang dan komposisi kimiawinya, dan untuk
memotret objek langit. Diameter lensa 71,12 cm. Diameter lensa koreksi
biconcaf-biconfex 50 cm. Titik api/fokus 2,5 meter. Juga dilengkapi
dengan prisma pembias dengan sudut prima 6,10, untuk memperoleh
spektrum bintang. Dispersi prisma ini pada H-gamma 312A tiap malam.
Alat bantu extra-telescope adalah Wedge Sensitometer, untuk menera
kehitaman skala terang bintang , dan alat perekam film
Teleskop Refraktor Bamberg
Teleskop ini biasa digunakan untuk menera terang bintang, menentukan
skala jarak, mengukur fotometri gerhana bintang, mengamati citra kawah
bulan, pengamatan matahari, dan untuk mengamati benda langit lainnya.
Dilengkapi dengan fotoelektrik-fotometer untuk mendapatkan skala terang
bintang dari intensitas cahaya listrik yang di timbulkan. Diameter lensa 37
cm. Titik api atau fokus 7 meter.
Teleskop Cassegrain GOTO
Dengan teleskop ini, objek dapat langsung diamati dengan memasukkan
data posisi objek tersebut. Kemudian data hasil pengamatan akan
dimasukkan ke media penyimpanan data secara langsung. Teropong ini
juga dapat digunakan untuk mengukur kuat cahaya bintang serta
pengamatan spektrum bintang. Dilengakapi dengan spektograf dan
fotoelektrik-fotometer
Teleskop Refraktor Unitron
Teleskop ini biasa digunakan untuk melakukan pengamatan hilal,
pengamatan gerhana bulan dan gerhana matahari, dan pemotretan bintik
matahari serta pengamatan benda-benda langit lain. Dengan Diameter
lensa 13 cm, dan fokus 87 cm.
Karel Albert Rudolf Bosscha
Gb 8.3 K.A.R. Bosscha
Karel Albert Rudolf Bosscha (Den Haag, 15 Mei 1865 – Malabar
Bandung, 26 November 1928) merupakan orang yang peduli terhadap
kesejahteraan masyarakat pribumi pada masa itu dan juga merupakan seorang
pemerhati ilmu pendidikan khususnya astronomi.
Pada bulan Agustus 1896 Bosscha mendirikan Perkebunan Teh Malabar.
Dan pada tahun-tahun berikutnya, ia menjadi juragan seluruh perkebunan teh di
Kecamatan Pangalengan. Selama 32 tahun masa jabatannya di perkebunan teh ini,
ia telah mendirikan dua pabrik teh, yaitu Pabrik Teh Malabar yang saat ini dikenal
dengan nama Gedung Olahraga Gelora Dinamika dan juga Pabrik Teh Tanara
yang saat ini dikenal dengan nama Pabrik Teh Malabar.
Pada tahun 1901 Bosscha mendirikan sekolah dasar bernama Vervoloog
Malabar. Sekolah ini didirikan untuk memberi kesempatan belajar secara gratis
bagi kaum pribumi Indonesia, khususnya anak-anak karyawan dan buruh di
perkebunan teh Malabar agar mampu belajar setingkat sekolah dasar selama
empat tahun. Pada masa kemerdekaan Indonesia, nama sekolah ini berubah
menjadi Sekolah Rendah, kemudian berubah lagi menjadi Sekolah Rakyat. Dan
diganti lagi menjadi Sekolah Dasar Negeri Malabar II hingga saat ini.
Pada tahun 1923, Bosscha menjadi perintis dan penyandang dana
pembangunan Observatorium Bosscha yang telah lama diharapkan oleh
Nederlands-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV). Kemudian ia bersama
dengan Dr. J. Voute pergi ke Jerman untuk membeli Teleskop Refraktor Ganda
Zeiss dan Teleskop Refraktor Bamberg. Pembangunan Observatorium Bosscha
selesai dilaksanakan pada tahun 1928. Namun ia sendiri tidak sempat
menyaksikan bintang melalui observatorium yang didirikannya karena pada
tanggal 26 November 1928 ia meninggal beberapa saat setelah dianugerahi
penghargaan sebagai Warga Utama kota Bandung dalam upacara kebesaran yang
dilakukan Gemente di Kota Bandung.
Selama hidupnya, Bosscha memilih untuk tidak menikah. Pada akhir
hayatnya, karena kecintaannya pada Malabar, beliau meminta agar jasadnya
disemayamkan di antara pepohonan teh di Perkebunan Teh Malabar.
Planetoid Karelbosscha
Pada tanggal 28 September 2007 sebuah planetoid (11431) diberi nama
"Karelbosscha" untuk mengenangnya. Planet katai ini berdiameter sekitar 5 km
dan berorbit di antara Planet Mars dan Planet Jupiter, dengan jarak rata-rata dari
matahari 71 juta km. Kala revolusinya 5,58 tahun.
Observatorium Bosscha terletak di Lembang, sekitar 15 km ke arah Utara
Bandung dengan koordinat geografis 107° 36' Bujur Timur dan 6° 49' Lintang
Selatan. Lokasinya berada pada ketinggian 1310 m dari permukaan laut, atau pada
ketinggian 630 m dari plato Bandung. Nama Observatorium Bosscha itu sendiri
diambil dari nama sponsor utamanya, Karel Albert Rudolf Bosscha (1865-1928),
seorang tuan tanah yang memiliki perkebunan teh di daerah Malabar.
Observatorium ini dilengkapi dengan teleskop berbagai ukuran dan jenis.
Masing-masing teleskop memiliki sasaran objek pengamatan yang berbeda-beda.
Ada 5 teleskop yang aktif untuk penelitian astronomi. Kelima teleskop tersebut
adalah: teleskop refraktor Ganda Zeiss, teleskop Schmidt Bima Sakti, teleskop
Refraktor Bamberg, teleskop Cassegrain GOTO, dan teleskop refraktor Unitron.
Sebagai sebuah observatorium, observatorium Bosscha memang digunakan untuk
pengamatan dan penelitian astronomi. Dengan fasilitas yang ada ditambah posisi
yang menguntungkan (dekat khatulistiwa), astronom Indonesia dapat melakukan
penelitian astronomi di sini. Bahkan astronom luarpun bisa menggunakan fasilitas
ini untuk penelitian.
Penelitian rutin yang dilakukan di observatorium Bosscha adalah
pengamatan bintang ganda visual dengan refraktor Ganda Zeiss, sesuai dengan
misi utama pembangunan observatorium ini. Selain itu, jika ada objek menarik,
misalnya ada komet yang sedang mendekati matahari, ada nova, atau peristiwa
astronomi menarik lainnya, para peneliti Kelompok Keahlian Astronomi dan
observatorium Bosscha juga mengadakan pengamatan di sini. Dalam
penelitian/pengamatan ini, mahasiswa astronomi yang berminat bisa ikut terlibat.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan menyebarkan
ilmu astronomi lewat penerimaan kunjungan, baik keluarga maupun rombongan.
Dalam acara kunjungan ke observatorium ini, jumlah anggota satu rombongan
dibatasi sesuai dengan kapasitas ruang ceramah dan demi menjaga proses
komunikasi supaya dapat berjalan efektif. Setiap tahun pada bulan-bulan kering
(musim kemarau) April-November, diadakan acara malam umum. Dalam acara
malam umum ini, pengunjung diberi kesempatan mengintip objek langit (Bulan,
planet, gugus bola, bintang ganda, atau objek lain yang bisa diamati malam itu).
Acara pengamatan ini menggunakan dua teleskop: teleskop Unitron, dan teleskop
Bamberg.
Saat ini, memasuki dekade kedelapan usia observatorium Bosscha, kondisi
di sekitar observatorium Bosscha dianggap tidak layak untuk mengadakan
pengamatan. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan pemukiman di daerah
Lembang dan kawasan Bandung Utara yang tumbuh laju pesat sehingga banyak
daerah atau kawasan yang dahulunya rimbun ataupun berupa hutan-hutan kecil
dan area pepohonan tertutup menjadi area pemukiman, vila ataupun daerah
pertanian yang bersifat komersial besar-besaran. Akibatnya banyak intensitas
cahaya dari kawasan pemukiman yang menyebabkan terganggunya penelitian atau
kegiatan peneropongan yang seharusnya membutuhkan intensitas cahaya
lingkungan yang minimal. Sementara itu, kurang tegasnya dinas-dinas terkait
seperti pertanahan, agraria dan pemukiman dikatakan cukup memberikan andil
dalam hal ini. Dengan demikian observatorium yang pernah dikatakan sebagai
observatorium satu-satunya di kawasan khatulistiwa ini menjadi terancam
keberadaannya.
Data dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda
(DPKLTS) menyebutkan, selama kurun waktu 1994-2001 terjadi perubahan
besar-besaran terhadap Kawasan Bandung Utara (KBU). Hutan sekunder yang
semula luasnya 39.349,3 hektar tinggal 5.541,9 hektar pada tahun 2001.
Sebaliknya, kawasan permukiman di wilayah KBU mengalami peningkatan dari
29.914,9 hektar menjadi 33.025,1 hektar. Peningkatan juga terjadi untuk kawasan
industri, dari 2.356,2 menjadi 2.478,8 hektar.
Data dari Observatorium Bosscha menunjukkan, dalam radius 1 km atau
di lahan seluas 400 ha di sekitar Bosscha, terdapat lima lokasi yang sudah berubah
fungsi. Di arah barat laut terdapat kebun campuran seluas 187,36 ha atau 46,8%
dari luas wilayah. Di arah barat terdapat pemukiman penduduk seluas 61,88 ha
(15,40% luas wilayah). Di arah barat daya terdapat sawah/tegalan/kebun
campuran seluas 119,38 ha (29,8% luas wilayah). Di sekitar arah timur terdapat
peternakan seluas 1,8 ha (0,45% luas wilayah) dan emplasemen seluas 12,5 ha
(3,1% luas wilayah).
Observatorium Bosscha hanya memiliki luas 1,8 ha atau 0,45% luas
wilayah. Sedangkan Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) hanya memiliki 0,6
ha atau 0,15% luas wilayah. Sementara lahan milik PT BMP seluas 61,62 ha.
Bedasarkan Kepmenbudpar No. 51/2004, Bosscha telah ditetapkan sebagai
cagar budaya. Tetapi, Kepmen itu belum bergigi karena belum mendefinisikan
fungsi Bosscha sebagai tempat penelitian bintang yang memerlukan persyaratan
khusus.
Sebagai tindak lanjut, dengan dukungan Kemeneg Ristek, Depdiknas dan
Depbudpar, Kepmen itu akan ditingkatkan menjadi Kepres dengan menegaskan
definisi lingkup luas Bosscha sebagai cagar budaya dan definisi cagar budaya
yang memuat fungsinya sebagai tempat penelitian bintang dengan segala
persyaratannya. Nantinya, Kepres tersebut dapat digunakan sebagai aturan yang
kuat untuk menjaga kelestarian Observatorium Bosscha.
Observatorium Bosscha merupakan satu - satunya tempat pengamatan
bintang di Indonesia. Sebagai negara yang memiliki tiga zona waktu, akan lebih
baik jika Indonesia memiliki tiga buah Observatorium. Observatorium Bosscha
Sendiri memiliki sejarah yang panjang hingga sekarang dan masih terus
melakukan aktifitas penelitiannya.
Kendala yang dihadapi Observatorium Bosscha
Gb 8.4 Polusi Cahaya
Istilah polusi cahaya merujuk pada suatu keadaan cahaya berlebih, baik
dari sumber-sumber alamiah maupun dari sumber-sumber buatan, yang
menimbulkan rasa ketidaknyamanan. Dalam kondisi normal, polusi cahaya
banyak ditimbulkan oleh sumber-sumber cahaya buatan, misalnya dari lampu
penerangan jalan, lampu-lampu reklame, lampu dekorasi, lampu taman, lampu
dari stadion olahraga, lampu penerangan luar, dan lain-lain, yang umumnya akibat
penggunaan sistem penerangan yang tidak tepat.
Pencahayaan yang tidak tepat umumnya menyebabkan terhamburnya
cahaya ke atas (ke arah langit) secara percuma, sehingga cahaya terbuang secara
sia-sia. Karena itu, terjadinya polusi cahaya biasanya merupakan indikator dari
pemborosan energi.
Dewasa ini, kita sedang mengalami krisis listrik, namun kita masih saja
menghamburkan listrik melalui lampu peneangan yang tidak tepat.
Polusi cahaya tidak hanya menyebabkan "hilang"nya bintang-bintang di
langit malam, tetapi telah diketahui bahwa polusi cahaya juga mempunyai dampak
ekologis, misalnya menngganggu sistem reproduksi hewan, mengganggu navigasi
burung-burung, dan lain-lain.
Saat ini, kondisi di sekitar Observatorium Bosscha dianggap tidak layak
untuk mengadakan pengamatan. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan
pemukiman di daerah Lembang dan kawasan Bandung Utara yang tumbuh laju
pesat sehingga banyak daerah atau kawasan yang dahulunya rimbun ataupun
berupa hutan-hutan kecil dan area pepohonan tertutup menjadi area pemukiman,
vila ataupun daerah pertanian yang bersifat komersial besar-besaran. Akibatnya
banyak intensitas cahaya dari kawasan pemukiman yang menyebabkan
terganggunya penelitian atau kegiatan peneropongan yang seharusnya
membutuhkan intensitas cahaya lingkungan yang minimal. Sementara itu, kurang
tegasnya dinas-dinas terkait seperti pertanahan, agraria dan pemukiman dikatakan
cukup memberikan andil dalam hal ini. Dengan demikian observatorium yang
pernah dikatakan sebagai observatorium satu-satunya di kawasan khatulistiwa ini
menjadi terancam keberadaannya.
Perkembangan pemukiman di daerah Lembang dan kawasan Bandung
Utara yang tumbuh laju pesat membuat aktivitas pengamatan bintang terganggu.
Cahaya dari kawasan pemukiman yang terhambur ke angkasa membuat langit
menjadi lebih terang. Semakin lama, cahaya bintang yang redup semakin kalah
oleh cahaya lampu. Sehingga observatorium yang pernah disebut-sebut sebagai
observatorium satu-satunya di kawasan khatulistiwa ini menjadi terancam
keberadaannya.
I. INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Gb 9.1 ITB
Visi :
ITB menjadi lembaga pendidikan tinggi dan pusat pengembangan sains,
teknologi dan seni yang unggul, handal dan bermartabat di dunia, yang bersama
dengan lembaga terkemuka bangsa menghantarkan masyarakat Indonesia menjadi
bangsa yang bersatu, berdaulat dan sejahtera.
Misi 2000 – 2010 :
Memandu perkembangan dan perubahan yang dilakukan oleh masyarakat,
dengan jalan melaksanakan tridarma berupa penelitian, pendidikan dan
pengabdian masyarakat dengan cara yang inovatif dan bermutu tinggi, serta
tanggap terhadap perubahan global dan tantangan lokal.
Sasaran 2000 – 2010 :
Mewujudkan masyarakat akademik global yang terhormat, yang memiliki
kepakaran dan kemampuan untuk meningkatkan kompetisi, serta kemampuan
untuk mengembangkan system nilai berdasarkan kebenaran ilmiah.
Menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mempunyai kemampuan
untuk mengembangkan diri dalam lingkungan internasional, yang dicirikan oleh
kualitas moral dan akhlak, intelektualitas, kematangan emosional serta daya
inovasi dan kreativitas yang tinggi.
Menjadi perguruan tinggi penelitian dan pengembangan, agar selalu
berada di garis depan sains, teknologi dan seni, melalui peran aktif dalam
kemajuan keilmuan dunia dan kemampuan mengembangkan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas potensi dan keunikan bangsa.
Menjadi institusi yang dapat memandu perubahan yang terjadi di
masyarakat melalui wawasan nilai moral dan etika, serta karya pengabdian
masyarakat yang berkualitas.
Bahwa cepatnya pelipatgandaan informasi di abad baru akan menuntut
pelaksanaan pendidikan yang berpercepatan, tepat waktu, terpadu, berkelanjutan,
dan merupakan upaya investasi terbaik. Dalam upaya ini ITB ingin menegakkan
Program Sarjana di atas pondasi penguasaan ilmu-ilmu dasar yang kokoh
sehingga lulusannya senantiasa mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-
perubahan yang datang dengan cepat. Program Pasca Sarjana menjadi ujung
tombak peningkatan kualitas dan kuantitas, efisiensi dan efektivitas, serta
relevansinya terhadap kebutuhan, sehingga kontribusi ITB bagi pembangunan
nasional akan menjadi lebih besar dan tinggi nilainya.
Bahwa penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
perlu dilakukan secara utuh dan terpadu, dalam suatu kiprah sebagai Research and
Development University. Pengembangan keilmuan dan teknologi di ITB
didasarkan pada kebutuhan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan bangsa.
Dengan demikian ITB akan mengembangkan dirinya dalam riset dan manufaktur,
teknologi komunikasi dan informasi, transportasi darat-laut dan dirgantara,
lingkungan, serta bio-teknologi dan biosains.
Bahwa misi pengabdian kepada masyarakat diharapkan dapat membangun
wawasan bisnis untuk kemandirian yang merupakan modal awal untuk
menegakkan otonomi perguruan tinggi. Wawasan bisnis untuk kemandirian
tersebut diarahkan guna meraih prestasi pelaksanaan kewajiban dan tugas
pendidikan dan penelitian setinggi-tingginya.
Bahwa pengembangan ITB diharapkan berpijak pada kekuatan institusi
berupa penggunaan informasi sebaik-baiknya, terpeliharanya Staf Pengajar yang
kompeten yang tinggi mutu kemampuan dan pengabdiannya, sistem pendidikan
yang terintegrasi, dan kerjasama yang terjalin erat dengan pemerintah, industri
dan lembaga penelitian dan pendidikan di dalam dan luar negeri. Sehingga
pengembangan yang direncanakan dapat dipantau secara berkelanjutan dan
terukur menurut pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, pengembangan sumber
daya manusia, sarana fisik, kepranataan norma dan tata kerja, serta ekonomi,
sosial budaya dan keamanan.
Bahwa keinginan untuk mengembangkan ITB terungkap dengan semangat
dan sikap ITB yang mengakui adanya kebenaran keilmuan, kebenaran keilmuan
yang dapat didekati melalui observasi disertai analisis yang rasional. Bahwasanya
mengejar dan mencari kebenaran ilmiah tersebut adalah hak setiap insan di bumi,
dan ilmu pengetahuan serta teknologi agar dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
mensejahterakan umat manusia, dan masyarakat bangsa Indonesia pada
khususnya.
Kurun dasawarsa kelima tahun 2000-an Institut Teknologi Bandung yang
status hukumnya sebagai instansi pemerintah dalam bentuk jawatan negeri pada
tanggal 26 Desember 2000, Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 155
tahun 2000 telah menetapkan Institut Teknologi Bandung sebagai suatu Badan
Hukum Milik Negara.
Perguruan Tinggi Negeri dengan status Badan Hukum adalah sesuatu
tanpa preseden dalam sejarah Pendidikan Tinggi di Indonesia. Hal ini diawali
dengan terbitnya PP No. 61 tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi
Negeri sebagai Bahan Hukum yang kemudian disusul diterbitnya PP No. 155
tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung menjadi Bahan Hukum
Milik Negara. Maka dengan terbitnya PP 155 tersebut, sejak tanggal 26 Desember
2000 yang lalu ITB resmi menjadi Badan Hukum sebagaimana layaknya badan
hukum lainnya yang dibenarkan melaksanakan segala perbuatan hukum yang
tidak melanggar hukum serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pertimbangan pertama yang ditinjau dalam PP No. 61 secara singkat adalah
adanya globalisasi yang menimbulkan persaingan yang tajam. Maka untuk
meningkatkan daya saing nasional dibutuhkan PT yang dapat membangun
masyarakat madani yang demokratis dan mampu bersaing secara global. Untuk itu
PT, termasuk ITB, harus memperoleh kemandirian, otonomi dan tanggung jawab
yang lebih besar. Penekannya ada pada adanya proses globalisasi.
Kampus utama ITB, di utara kota Bandung, dan bagian kampus lainnya,
memiliki luas area 770.000 meter persegi.
Asrama mahasiswa, perumahan dosen, dan kantor pusat administrasi tidak
terletak di kampus utama namun masih dalam jangkauan yang mudah untuk
ditempuh. Fasilitas yang tersedia di kampus diantaranya toko buku, kantor pos,
kantin, dan klinik. Arsitektur ITB adalah perpaduan yang indah antara tradisi dan
modern, dan keindahan bangunannya dipercantik dengan lapangan rumput dan
taman-taman.
Selain ruangan kuliah, laboratorium, bengkel dan studio, ITB memiliki
sebuah galeri seni yaitu Galeri Soemardja, fasilitas olah raga, dan sebuah Campus
Center. Di dekat kampus juga terdapat Masjid Salman untuk beribadah dan
aktivitas keagamaan umat Islam di ITB. Untuk mendukung pelaksanaan aktivitas
akademik dan riset, terdapat fasilitas-fasilitas pendukung akademik, dintaranya
Perpustakaan Pusat (dengan koleksi sekira 150.000 buku dan 1000 judul jurnal),
Sarana Olah Raga Ganesha, Pusat Bahasa, dan Observatorium Boscha (salah satu
fasilitas dari Kelompok Keahlian Astronomi FMIPA), terletak 11 kilometer di
sebelah utara Bandung.
ITB didirikan pada 1920 dengan nama "Technische Hooge School (THS)"
te Bandoeng. ITB juga merupakan tempat di mana presiden Indonesia pertama,
Soekarno meraih gelar insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil.
Pada masa penjajahan Jepang, THS diubah namanya menjadi "Bandung
Kogyo Daigaku (BKD)". Kemudian pada masa kemerdekaan Indonesia, tahun
1945, namanya diubah menjadi "Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung". Pada
tahun 1946, STT Bandung dipindahkan ke Yogyakarta dan menjadi cikal bakal
lahirnya Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Pada tanggal 21 Juni 1946, NICA mendirikan Universiteit Van Indonesie
dengan Faculteit van Technische Wetenschap sebagai pengganti STT Bandung.
Dan pada 6 Oktober 1947, Faculteit van Exacte Wetenschap berdiri. Ini kemudian
menjadi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas
Indonesia.
Kemudian pada tanggal 2 Maret 1959, Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu
Pasti dan Ilmu Alam secara resmi memisahkan diri menjadi Institut Teknologi
Bandung (ITB). Kini, dengan suplai tahunan pelajar-pelajar Indonesia terbaik,
ITB merupakan pusat ilmu sains, teknologi, dan seni terbaik di Indonesia. ITB
juga mendukung para pelajar dan aktivitas sosial mereka dengan mendukung
himpunan mahasiswa yang ada di setiap departemen.
Setiap tahunnya, ITB memilih seorang mahasiswa terbaik untuk dikirim ke
pemilihan mahasiswa teladan nasional. Ganesha Prize adalah nama penghargaan
untuk mereka yang mendapatkan gelar mahasiswa terbaik ini. Penghargaan ini
biasanya diberikan secara resmi pada seremoni penerimaan mahasiswa baru.
Institut Teknologi Bandung (ITB), didirikan pada tanggal 2 Maret 1959. Kampus
utama ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di
Indonesia. Walaupun masing-masing institusi pendidikan tinggi yang mengawali
ITB memiliki karakteristik dan misi masing-masing, semuanya memberikan
pengaruh dalam perkembangan yang menuju pada pendirian ITB.
Sejarah ITB bermula sejak awal abad kedua puluh, atas prakarsa
masyarakat penguasa waktu itu. Gagasan mula pendirianya terutama dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang menjadi sulit karena terganggunya
hubungan antara negeri Belanda dan wilayah jajahannya di kawasan Nusantara,
sebagai akibat pecahnya Perang Dunia Pertama. De Techniche Hoogeschool te
Bandung berdiri tanggal 3 Juli 1920 dengan satu fakultas de Faculteit van
Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu jurusan de afdeeling der
Weg en Waterbouw.
Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat
perjuangan Proklamasi Kemerdekaan serta wawasan ke masa depan, Pemerintah
Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2
Maret 1959 . Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik
sebelumnya di kampus yang sama, Institut Teknologi Bandung lahir dalam
suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri bagi kehidupan
dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.
Kurun dasawarsa pertama tahun 1960-an ITB mulai membina dan
melengkapi dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini
dilakukan persiapan pengisian-pengisian organisasi bidang pendidikan dan
pengajaran, serta melengkapkan jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga
pengajar dengan penugasan belajar ke luar negeri.
Kurun dasawarsa kedua tahun 1970-an ITB diwarnai oleh masa sulit yang
timbul menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah dibentuk berubah
menjadi satuan kerja yang juga berfungsi sebagai satuan sosial-ekonomi yang
secara terbatas menjadi institusi semi-otonomi. Tingkat keakademian makin
meningkat, tetapi penugasan belajar ke luar negeri makin berkurang. Sarana
internal dan kepranataan semakin dimanfaatkan.
Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980-an ditandai dengan kepranataan dan
proses belajar mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik
kampus yang makin dilengkapi. Jumlah lulusan sarjana makin meningkat dan
program pasca sarjana mulai dibuka. Keadaan ini didukung oleh makin
membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi negara.
Kurun dasawarsa keempat tahun 1990-an perguruan tinggi teknik yang
semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini memiliki dua puluh
enam Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, tiga
puluh empat Program Studi S2/Magister dan tiga Bidang Studi S3/Doktor yang
mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu
kemanusiaan.
Dasawarsa ini akan menghantarkan ITB ke fajar abad baru yang ditandai
dengan munculnya berbagai gagasan serta pemikiran terbaik untuk
pengembangannya.
Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah sebuah perguruan tinggi negeri
yang berkedudukan di Kota Bandung. ITB didirikan pada tanggal 2 Maret 1959.
Saat ini status ITB adalah BHMN (Badan Hukum Milik Negara). Kampus utama
ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia.
Walaupun masing-masing institusi pendidikan tinggi yang mengawali ITB
memiliki karakteristik dan misi masing-masing, semuanya memberikan pengaruh
dalam perkembangan yang menuju pada pendirian ITB.
Sejarah ITB bermula seja awal abad kedua puluh, atas prakarsa
masyarakat penguasa waktu itu. Gagasan mula pendirianya terutama dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang menjadi sulit karena terganggunya
hubungan antara negeri Belanda dan wilayah jajahannya di kawasan Nusantara,
sebagai akibat pecahnya Perang Dunia Pertama. De Techniche Hoogeschool te
Bandung berdiri tanggal 3 Juli 1920 dengan satu fakultas de Faculteit van
Technische Wetenschap yang hanya mempunyai satu jurusan de afdeeling der
Weg en Waterbouw.
Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat
perjuangan Proklamasi Kemerdekaan serta wawasan ke masa depan, Pemerintah
Indonesia meresmikan berdirinya Institut Teknologi Bandung pada tanggal 2
Maret 1959 . Berbeda dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik
sebelumnya di kampus yang sama, Institut Teknologi Bandung lahir dalam
suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi sendiri bagi kehidupan
dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.
Kurun dasawarsa pertama tahun 1960-an ITB mulai membina dan
melengkapi dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini
dilakukan persiapan pengisian-pengisian organisasi bidang pendidikan dan
pengajaran, serta melengkapkan jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga
pengajar dengan penugasan belajar ke luar negeri.
Kurun dasawarsa kedua tahun 1970-an ITB diwarnai oleh masa sulit yang
timbul menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah dibentuk berubah
menjadi satuan kerja yang juga berfungsi sebagai satuan sosial-ekonomi yang
secara terbatas menjadi institusi semi-otonomi. Tingkat keakademian makin
meningkat, tetapi penugasan belajar ke luar negeri makin berkurang. Sarana
internal dan kepranataan semakin dimanfaatkan.
Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980-an ditandai dengan kepranataan dan
proses belajar mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik
kampus yang makin dilengkapi. Jumlah lulusan sarjana makin meningkat dan
program pasca sarjana mulai dibuka. Keadaan ini didukung oleh makin
membaiknya kondisi sosio-politik dan ekonomi negara.
Kurun dasawarsa keempat tahun 1990-an perguruan tinggi teknik yang
semula hanya mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini memiliki dua puluh
enam Departemen Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, tiga
puluh empat Program Studi S2/Magister dan tiga Bidang Studi S3/Doktor yang
mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu
kemanusiaan.
Asrama mahasiswa, perumahan dosen, dan kantor pusat administrasi tidak
terletak di kampus utama namun masih dalam jangkauan yang mudah untuk
ditempuh. Fasilitas yang tersedia di kampus di antaranya toko buku, kantor pos,
kantin, bank, dan klinik.
Selain ruangan kuliah, laboratorium, bengkel dan studio, ITB memiliki
sebuah galeri seni yaitu Galeri Soemardja, fasilitas olah raga, dan sebuah Campus
Center. Di dekat kampus juga terdapat Masjid Salman untuk beribadah dan
aktivitas keagamaan umat Islam di ITB. Untuk mendukung pelaksanaan aktivitas
akademik dan riset, terdapat fasilitas-fasilitas pendukung akademik, dintaranya
Perpustakaan Pusat (dengan koleksi sekira 150.000 buku dan 1000 judul jurnal),
Sarana Olah Raga Sasana Budaya Ganesha, Pusat Bahasa, Pusat layanan
komputer (ComLabs) dan Observatorium Bosscha (salah satu fasilitas dari
Kelompok Keahlian Astronomi FMIPA), terletak 11 kilometer di sebelah utara
Bandung.
Saat ini ITB memiliki 12 fakultas atau sekolah. Keduabelas
fakultas/sekolah tersebut adalah:
1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
1. Astronomi
2. Kimia
3. Matematika
4. Fisika
2. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)
1. Biologi
2. Mikrobiologi
3. Sekolah Farmasi (SF)
1. Sains dan Teknologi Farmasi
2. Farmasi Klinik dan Komunitas
4. Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM)
1. Teknik Metalurgi
2. Teknik Pertambangan
3. Teknik Perminyakan
4. Teknik Geofisika
5. Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)
1. Teknik Geodesi dan Geomatika
2. Teknik Geologi
3. Meteorologi
4. Oseanografi
6. Fakultas Teknologi Industri (FTI)
1. Teknik Kimia
2. Teknik Fisika
3. Teknik Industri
7. Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD)
1. Teknik Mesin
2. Aeronotika dan Astronotika
3. Teknik Material
8. Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)
1. Teknik Elektro
2. Teknik Tenaga Elektrik
3. Teknik Telekomunikasi
4. Teknik Informatika
5. Sistem dan Teknologi Informasi
9. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL)
1. Teknik Sipil
2. Teknik Lingkungan
3. Teknik Kelautan
10. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK)
1. Arsitektur
2. Perencanaan Wilayah dan Kota
11. Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)
1. Seni Rupa Murni
2. Desain Komunikasi Visual
3. Desain Interior
4. Desain Produk
5. Kriya Seni
12. Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)
1. Manajemen
Fakultas adalah unit pendidikan di ITB yang memiliki setidak-tidaknya 3
program studi tingkat Sarjana, sementara Sekolah adalah unit pendidikan yang
hanya memiliki 1 atau 2 program studi tingkat Sarjana. Namun ada
kecenderungan beberapa sekolah untuk mempertahankan nama mereka yang
sudah baku seperti STEI yang sudah memiliki 8 program kekhususan di tingkat
Sarjana, dan SBM yang memiliki 3 program kekhususan di tingkat Sarjana. Baik
Fakultas maupun Sekolah masing-masing dipimpin oleh seorang dekan.
Perbedaan Fakultas dengan Sekolah di ITB hanyalah sekadar terminologi belaka.
ITB adalah salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Menurut
pemeringkatan universitas berdasarkan tingkat kepopuleran suatu Institusi
pendidikan di dunia maya, dengan jumlah sampel sebanyak lebih dari 9200
institusi tahun 2010 oleh 4icu.org, ITB menduduki peringkat 30 dunia, jauh diatas
universitas di Indonesia yang lain seperti Universitas Gadjah Mada (686) ataupun
Universitas Indonesia (685), melewati universitas terkemuka seperti Tokyo
University (91), dengan MIT sebagai peringkat 1 dunia. Sedangkan menurut
penilaian lembaga pemeringkatan perguruan tinggi asal Inggris tahun 2009, THE-
QS, ITB menduduki peringkat 80 dunia di bidang Engineering dan IT, satu-
satunya perguruan tinggi di Indonesia yang mampu menembus 100 besar
pemeringkatan. Peringkat pertama sendiri diduduki oleh MIT. Sedangkan menurut
tingkat keketatan masuk, ITB merupakan perguruan tinggi dengan tingkat
kesulitan tertinggi di bidang IPA melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri) tahun 2009 dari 422.159 peserta ujian.