Post on 25-Jun-2015
PENDAHULUAN
Landasan Teori
Desain merupakan seluruh proses pemikiran dan perasaan
yang akan menciptakan sesuatu, dengan menggabungkan fakta,
konstruksi, fungsi dan estetika, untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Desain adalah suatu konsep pemecahan masalah rupa,
warna, bahan, teknik, biaya, guna dan pemakaian yanq
diungkapkan dalam gambar dan bentuk. Kegiatan desain
mencakup berbagai bidang, seperti bidang produksi, tekstil,
interior, mebel, benda-benda pakai dan segala macam
penciptaan benda yang membutuhkan paduan artistik fungsionil
dan ekonomis dari yang mempergunakan teknologi rendah
sampai dengan yang mempergunakan teknologi tinggi (Anonim1,
2007).
Kemasan adalah pelindung dari suatu barang, baik barang
biasa mau pun barang-barang hasil produksi industri. Dalam
dunia industri kemasan merupakan pemenuhan suatu
kebutuhan akibat adanya hubungan antara penghasil barang
dengan masyarakat pembeli. Untuk keperluan ini kemasan
harus dapat menyandang beberapa fungsi yang harus
dimilikinya seperti:
- Tempat atau wadah dalam bentuk tertentu dan dapat
melindungi barang dari kemungkinan rusak, sejak keluar dari
pabrik sampai ke tangan pembeli, bahkan masih dapat
digunakan sebagai wadah setelah isi barang habis terpakai,
(dalam hal ini wadah tersebut masih menyandang fungsi
iklannya). Kemasan bukan hanya sebuah bungkus, tapi juga
pelengkap rumah tangga; sebush botol kecap bagus dengan
etiketnya yang menarik dapat menyemarakkan suasana tertentu
di meja makan atau lemari di dapur; sebuah tempat kertas lap
“Klenex” yang didesain menarik dapat memperindah kamar
12
mandi dan botol parfum yang cantik memberikan kekhasan meja
berhias seorang gadis.
- Mutu kemasan dapat menumbuhkan kepercayaan dan
pelengkap citradiri dan mempengaruhi calon pembeli untuk
menjatuhkan pilihan terhadap barang yang dikemasnya
(bungkus rokok yang berwibawa).
- Kemasan mempunyai kemudahan dalam pemakaiannya (buka,
tutup, pegang, bawa) tanpa mengurangi mutu ketahanannya
dalam melindungi barang.
- Rupa luar kemasan harus sesegera mungkin menimbulkan
kesan yang benar tentang jenis isi barang yang dikemas.
- Perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk, sehingga
efisien dan tidak sulit dalam hal pengepakan, pengiriman serta
penempatan, demikian pula penyusunan dalam lemari pajang.
- Melalui bentuk dan tata rupa yang dimilikinya kemasan
berfungsi sebagai alat pemasar untuk mempertinggi daya jual
barang. Dalam fungsi ini desain bentuk-kemasan harus
mendapat dukungan penuh dari unsur desain-grafisnya,
sehingga bentuk kemasan selain menarik harus dapat
menyampaikan keterangan dan pesan-pesannya sendiri
(Anonim1, 2007).
Desain kemasan menguraikan mulai dari mendesain suatu
kemasan sampai maksud yang terkandung didalamnya agar
tercapai sasaran. Ada tiga kategori untuk menentukan desain
kemasan. Pertama, soal makna kemasan. Kemasan sebaiknya
bermakna personal, sosial, dan publik. Berdasarkan sifat
komunikasi antara pengirim ke penerima pesan atau dari
produsen ke konsumen, kemasan harus punya nilai intimacy.
Apa itu? Maksudnya produk tersebut hanya ingin diketahui oleh
pelakunya, tidak ingin orang lain tahu apa isi produk dalam
kemasan itu. Sedang kemasan yang bermakna sosial, biasanya
untuk penghargaan atau penghormatan atas prestasi atau hasil
12
yang dicapai. Sementara kemasan yang bernilai publik, biasanya
untuk produk untuk komersial, jadi pesan kemasannya harus
dapat dimengerti oleh semua orang yang membacanya. Kedua,
kemasan dalam bentuk fisik. Terdiri dari kemasan primer
melekat pada produknya), kemasan sekunder (melindungi
produk), kemasan tersier (fungsi kemudahan dan praktis
pembawaannya), kemudian kemasan transport dan sebagainya.
Ketiga, mendesain kemasan yang baik harus mencakup 5 fungsi
yaitu fungsi protektif, fungsi praktis, fungsi informasi, fungsi
komunikasi dan fungsi lingkungan (Anonim2, 2007).
Bahasa desain grafis adalah bahasa visual, bahasa simbol
yang diungkapkan melalui gambar, bentuk, warna dan aksara.
Grafis harus dapat mengantarkan pesan yang ingin disampaikan
oleh produsen barang lewat kemasan yang diciptakan; baik
informasi mengenai isi maupun penjelasan mengenai cara
pemakaian produk tersebut. Pemilihan tipe huruf yang
berkarakter sesuai dengan jenis barang, dipadu saling
menunjang dengan gambar ilustrasi yang tepat dan dicetak
dengan teknik percetakan yang baik, akan membawakan pesan
yang langsung ataupun yang tidak langsung dari barang
tersebut terhadap kualitas dan nilainya. Gambar dan tulisan
(teks), tidak saja penting sebagai daya tarik tetapi terutama
cergas untuk berkomunikasi dengan konsumen tentang
keterangan-keterangan yang diinginkan. Teks haruslah jelas,
singkat, benar, mudah terbaca dan menyatu dengan desain
keseluruhan (Anonim1, 2007).
Kendala terbesar dalam memasarkan sebuah produk
adalah kemasan. Hal ini kurang disadari oleh sebagian besar
pelaku usaha kecil di Indonesia. Umumnya mereka tidak sadar
atau kurang memahami bahwa kemasan yang baik dan menarik
akan mendatangkan nilai lebih pada produk yang dijual.
Umumnya pengusahan kecil kita masih berpikir tradisional yang
12
hanya mengandalkan pada produk yang dijual, sementara
pembungkusnya biasa saja (plastik biasa). Mereka tidak sadar
bahwa nilai produk mereka dapat bertambah berlipat-lipat jika
membalutnya dengan kemasan yang menarik. Di luar negeri
tren kemasan kreatif bukan hal yang baru lagi. Produk makanan
bahkan kerajinan pun dibungkus dengan kemasan menarik,
yang eye catching. Tak dapat disangkal, konsumen umumnya
akan tertarik dengan produk-produk yang dibungkus dengan
cantik. Ini perilaku umum konsumen, hal pertama yang
membuat mereka tertarik membeli suatu barang adalah
kemasan barang tersebut (Anonim3, 2007).
Perilaku konsumen ini sangat disadari oleh pelaku usaha
di luar negeri, entah itu pengusaha kecil ataupun besar.
Karenanya model-model kemasan cantik dan kreatif banyak
bermunculan. Mereka berlomba-lomba membuat kemasan
sekreatif mungkin (Anonim3, 2007).
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum desain kemasan ini adalah untuk
mengasah inovasi para mahasiswa untuk mendesain suatu
kemasan yang inovatif, menarik, mudah digunakan dan
harganya murah dari bebrapa bahan kemasan.
TATA CARA PENELITIAN
Waktu dan Tempat
12
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 20 Mei – 3 Juni
2010 di tempat masing-masing mahasiswa.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat desain kemasan
ini adalah :
1. Kertas karton (Kuning dan hijau)
2. Plastik mika
3. Tali
4. Plastik bermotif
5. Permen
Alat
Alat-alat yang digunakan untuk membuat desain kemasan ini
adalah :
1. Gunting
2. Penggaris
3. Pensil
4. Doble tape
Prosedur Kerja
1. Ditentukan bahan kemasan, bahan yang akan dikemas,
dan desain kemasannya.
2. Diberi penjelasan bahan kemasan dan bahan yang akan
dikemas.
3. Diberi alasan mengapa menggunakan bahan kemasan
tersebut untuk mengemas bahan yang sudah ditentukan.
4. Dibuat desain kemasan dengan cara menggambarkan
bagian secara keseluruhan dan detil-detilnya.
5. Diberi alasan yang tepat mengapa membuat desain
kemasan seperti di atas.
6. Dibuat desain kemasan dengan menggunakan bahan
kemasan yang telah ditentukan.
12
12
Pembahasan
Praktikum Teknologi Pengemasan dan Penyimpanan kali
ini adalah tentang Desain Kemasan, praktikum ini dilaksanakan
selama dua minggu di tempat masing-masing mahasiswa.
Praktikum ini bertujuan untuk mengasah inovasi dari mahasiswa
untuk mendesain suatu kemasan yang inovatif, menarik, mudah
digunakan dan harganya murah dari beberapa bahan kemasan.
Berdasarkan tujuan tersebut maka saya membuat desain
kemasan dengan bahan yang akan dikemas adalah permen
dengan kasturi flavour, yang merupakan buah khas kalimantan
selatan. Tapi sebenarnya permen yang saya kemas ini tidak ada
dipasaran atau dijual karena ini hanya imajinasi saya saja.
Menurut saya, suatu kemasan yang didesain inovatif dan
menarik sangat cocok untuk jenis produk yang sifatnya khas
atau untuk oleh-oleh karena produk khas (oleh-oleh) akan
dibawa oleh pembeli yang berasal jauh dari kalsel bahkan oleh
orang yang berasal dari luar negeri (misalnya), dengan kemasan
yang menarik maka mereka akan tertarik untuk membelinya dan
jika permen tersebut diproduksi dengan rasa yang enak maka
mereka akan ketagihan dan ingin membelinya lagi selain itu
juga merupakan bagian dari promosi sehingga desain kemasan
yang menarik akan mendatangkan nilai lebih pada produk yang
dijual. Selain itu buah kasturi tidak terdapat sepanjang tahun
yaitu hnaya pada awal musim hujan atau sekitar bulan Januari,
sehingga dapat diolah pada saat musimnya dan pada saat
kasturi tidak musim lagi dengan adanya permen tersebut kita
masih tetap bisa merasakan kasturi.
Untuk bahan kemasan yang saya gunakan untuk
mengemas permen katuri ini adalah kertas. Kemasan yang saya
buat adalah kemasan tersier atau kemasan terluar untuk
mengemas produk permen kasturi ini. Saya memilih kertas
karena murah, mudah diperoleh, mudah didaur ulang, mudah
12
dibentuk, serta saat ini sekarang sangat banyak modifikasi
proses pembuatan dan aditif yang digunakan, dilakukan untuk
memperoleh kertas dengan sifat khusus. Contohnya: Kertas
tahan minyak (grease proof) mempunyai permukaan seperti
gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi
terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air
walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti
lak dan lilin. Kertas perkamen mempunyai ketahanan lemak
yang baik, mempunyai kekuatan basah yang baik, tidak
berbau/berasa, tidak memberikan penghambatan yang baik
terhadap gas, kecuali jika dilapisi dengan bahan tertentu dan
dapat digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti
mentega, margarin, keju, teh, kopi. Kertas lilin memiliki lapisan
lilin dengan bahan dasar parafin; sifatnya dapat menghambat
air, tahan minyak dan memiliki daya rekat panas yang baik.
Desain kemasan yang saya buat untuk kemasan tersier
permen kasturi ini adalah berbentuk tas atau model amplop atau
kantong, yang berdasarkan dalam paper diklat packaging (210)
oleh Hanlon (1971) merupakan model amplop atau kantong
membuka sendiri dengan pola model perekatan ujung.
Kemudian pada bagian atas kantong tersebut saya beri tali
berwarna kuning cerah untuk pegangan sehingga mudah untuk
dibawa-bawa. Kemasan tersier yang saya buat dari kertas
karton berwarna kuning muda, saya memilih warna ini karena
menyesuaikan dengan bahan yang dikemas yaitu permen kasturi
yang berwarna kuning atau orange gelap juga bertujuan agar
menarik dengan menggunakan warna-warna cerah karena tidak
membuat mata mengantuk serta warna kuning diartikan hangat.
Kemudian dipinggiran bagian depan kemasan saya tempel
desain sasirangan berwarna kuning cerah, ini bertujuan agar
kemasan terlihat khas dan sangat kalimantan selatan dan selain
memperkenalkan permen juga memperkenalkan sasirangan.
12
Pada label saya menggunakan kertas berwarna hijau, saya
memilih warna ini tujuannya hanya menyesuaikan dengan warna
kuning dan karena saya suka warna hijau. Tulisan pada label
saya gunakan warna hitam dengan font garamond agar jelas
terlihat dan mudah dibaca tapi tidak terlalu kaku. Juga saya
tempel gambar buah kasturi pada bagian depan kantong agar
konsumen tau bagaimana bentuk buah kasturi sebelum di
ekstrak dan dibuat permen. Label kemasan ini saya buat dua
bahasa yaitu bahasa indonesia dan english agar jika yang
membeli bukan orang indonesia tetap bisa berkomunikasi
dengan produk tersebut. Yang terdapat pada lebel kemasan ini
adalah nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat
bersih, nama dan alamat yang memproduksi, keterangan halal
dan tanggal bulan dan tahun kadaluarsa ini merupakan sesuai
dengan hal-hal yang sekurang-kurangnya yang dicantumkan
pada label kemasan (undang-undang RI No.7 tahun 1996
tentang pangan. Kemudian saya juga menambahkan saran
penyimpanan serta bar code pada label kemasan ini. Adanya
lebel ini sangat penting yaitu untuk identifikasi produk serta
dapat lebih menjual produk, dengan hal-hal yang terdapat pada
lebel lengkap maka akan memberi informasi pada konsumen
tanpa haru smembuka kemasan, memberi petunjuk,
mempromosikan, memberikan rasa aman dan menentukan kelas
produk ynag intinya adalah sebagai saran komunikasi antara
proodusen dengan konsumen.
Pada kemasan tersier permen kasturi yang saya buat,
pada bagian depan bawah kemasan saya juga membuat seperti
jendela atau lubang transparan yang saya buat dari plastik mika
sehingga konsumen dapat melihat permen langsung tanpa
membuka kemasan dengan tujuan untuk memberikan
kemudahan pada konsumen.
12
Saya membuat desain kemasan tersier untuk permen
kasturi ini berbentuk tas atau kantong selain dengan alasan
bahan kemasan yang murah juga merupakan sebagai alat
promosi dan bonus untuk konsumen. Tas atau kantong ini tetap
dapat digunakan dan dibawa kemana-mana oleh konsumen
walaupun permen didalamnya sudah habis, karena tas atau
kantong didesain menarik dan cantik. Saat dibawa oleh
konsumen tersebut maka dapat terjadi promosi antara satu
konsumen dengan yang lain.
Pada dalam kemasan ini saya menggunakan permen asli
tapi tidak rasa kasturi karena tidak ada. Saya menggunakan
chewy candy dengan mango flavour yang kemudian saya
keluarkan dari bungkus aslinya dan saya bungkus kembali
dengan plastik bermotif. Permen pun tidak saya isi penuh,
sekiranya menurut saya cukup terlihat pada jendela tas yang
saya buat sehingga pada bagian dasar kantong saya beri gabus.
Saya tidak terlalu bagus dan rapi mengemas permen dengan
plastik ini karena yang saya utamakan adalah kemasan kantong
tersiernya. Permen yang saya masukkan hanya sebagai display
sehingga sebaiknya tidak dimakan karena sudah saya pegang-
pegang sewaktu membungkus dengan plastik bermotif jadi tidak
bersih lagi dan sebaiknya segera dibuang.
Tas atau kantong kemasan tersier ini saya buat semuanya
dengan melipat dan menempel dengan menggunakan double
tape, saya menggunakan itu karena sangat rekat dan mudah
penggunaanya serta tidak basah. Pada tas atau kantong
terdapat sedikit cacat pada bagian atas yaitu terdapat lubang
yang salah saat saya melubangi untuk membuat lubang tali
untuk tas atau kantong tersebut serta penempelan motif
sasirangan yang kurang rapi.
Biaya yang saya gunakan atau keluarkan untuk mendesain
kemasan ini cukup murah yaitu sejumlah Rp. 13.000, tapi tidak
12
semuanya terpakai dan masih terdapat banyak sisa. Serta masih
ada beberapa bahan atau sisa-sisa dan peralatan yang sudah
ada dirumah saya yang saya pakai.
12
Tabel 1. Hasil pengamatan hari ke-1
No.
Nama Bahan Pengamatan hari ke-
Perubahan yang terjadi
1. Sawi C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
2 Agak layu
2. Sawi B (Cling + sterof + kulkas)
2 Agak layu
3. Sawi (Cling + sterof + lubang + ruangan)
2 -
4. Sawi (Cling + sterof + ruangan) 2 -
5. Sawi B (koran + kulkas) 2 Tidak ada perubahan
6. Sawi B (koran + ruangan) 2 Daun layu, bau tidak sedap
7. Wortel utuh 1 (Cling + sterof + lubang + kulkas)
2 Segar
8. Wortel utuh 2 (Cling + sterof + kulkas)
2 Segar
9. Wortel utuh 3 (Cling + sterof + lubang + ruangan)
2 Busuk sebagian
10. Wortel utuh 4 (Cling + sterof + kulkas)
2 Agak layu
11. Wortel utuh 6 (koran + kulkas) 2 Segar, tidak ada perubahan
12. Wortel utuh 5 (koran + ruangan)
2 Warna agak pucat, kemasan basah
13. Wortel potong C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
2 Segar
14. Wortel potong B (Cling + sterof + kulkas)
2 Segar
15. Wortel potong D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
2 Busuk berair
16. Wortel potong A (Cling + sterof + ruangan)
2 Busuk berair
17. Wortel potong X (koran + kulkas)
2 Tidak ada perubahan
18. Wortel potong X (koran + ruangan)
2 Berlendir, bau tidak sedap, kemasan basah
19. Langsat C (Cling + sterof + 2 Segar
12
lubang + kulkas)
20. Langsat B (Cling + sterof + kulkas)
2 Segar
21. Langsat D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
2 Layu
22. Langsat A (Cling + sterof + ruangan)
2 Busuk, berjamur sebagian
23. Langsat A (koran + kulkas) 2 Tidak ada perubahan
24. Langsat A (koran + ruangan) 2 Tidak ada perubahan, basah
Tabel 2. Hasil pengamatan hari ke-4
No.
Nama Bahan Pengamatan hari ke-
Perubahan yang terjadi
1. Sawi C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
4
2. Sawi B (Cling + sterof + kulkas)
4 Layu, busuk sebagian, berwarna kuning dan coklat sebagian
3. Sawi (Cling + sterof + lubang + ruangan)
4
4. Sawi (Cling + sterof + ruangan) 4
5. Sawi B (koran + kulkas) 4
6. Sawi B (koran + ruangan) 4
7. Wortel utuh 1 (Cling + sterof + lubang + kulkas)
4 Baik, masih segar
8. Wortel utuh 2 (Cling + sterof + kulkas)
4 Baik, masih segar
9. Wortel utuh 3 (Cling + sterof + lubang + ruangan)
4 Busuk, berjamur, berlendir
10. Wortel utuh 4 (Cling + sterof + kulkas)
4 Agak layu, tumbuh tunas.
11. Wortel utuh (koran + kulkas) 4
12. Wortel utuh 5 (koran + ruangan)
4 Baik, tekstur keras
13. Wortel potong C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
4 Tekstur keras, keriput
14. Wortel potong B (Cling + sterof + kulkas)
4 Tekstur keras, keriput
15. Wortel potong D (Cling + sterof 4 Busuk, berair, tumbuh
12
+ lubang + ruangan) jamur
16. Wortel potong A (Cling + sterof + ruangan)
4 Busuk, berair, tumbuh jamur
17. Wortel potong X (koran + kulkas)
4
18. Wortel potong X (koran + ruangan)
4
19. Langsat C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
4 Agak layu
20. Langsat B (Cling + sterof + kulkas)
4 Agak layu
21. Langsat D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
4 Busuk, berjamur, berwarna coklat
22. Langsat A (Cling + sterof + ruangan)
4 Busuk, berjamur, berwarna coklat
23. Langsat A (koran + kulkas) 4
24. Langsat A (koran + ruangan) 4
Tabel 3. Hasil pengamatan hari ke-6
No.
Nama Bahan Pengamatan hari ke-
Perubahan yang terjadi
1. Sawi C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
6 Baik, masih segar
2. Sawi B (Cling + sterof + kulkas)
6 Busuk
3. Sawi (Cling + sterof + lubang + ruangan)
6
4. Sawi (Cling + sterof + ruangan) 6
5. Sawi C (koran + kulkas) 6 Busuk
6. Sawi B (koran + ruangan) 6 Busuk
7. Wortel utuh 1 (Cling + sterof + lubang + kulkas)
6 Baik, masih segar
8. Wortel utuh 2 (Cling + sterof + kulkas)
6 Baik, masih segar
9. Wortel utuh 3 (Cling + sterof + lubang + ruangan)
6 Busuk, berjamur, berlendir
10. Wortel utuh 4 (Cling + sterof + kulkas)
6 Agak layu, tumbuh tunas.
11. Wortel utuh (koran + kulkas) 6 Agak layu
12
12. Wortel utuh (koran + ruangan) 6 Agak layu
13. Wortel potong C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
6 Agak mengkerut, sdikit berwarna coklat
14. Wortel potong B (Cling + sterof + kulkas)
6 Agak mengkerut, sdikit berwarna coklat
15. Wortel potong D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
6 Busuk, berair, tumbuh jamur
16. Wortel potong A (Cling + sterof + ruangan)
6 Busuk, berair, tumbuh jamur
17. Wortel potong (koran + kulkas) 6 mengkerut
18. Wortel potong (koran + ruangan)
6 mengkerut
19. Langsat C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
6 Terdapat bintik hitam pada kulit
20. Langsat B (Cling + sterof + kulkas)
6 Terdapat bintik hitam pada kulit
21. Langsat D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
6 Busuk, berjamur
22. Langsat A (Cling + sterof + ruangan)
6 Busuk, berjamur
23. Langsat A (koran + kulkas) 6 Terdapat bintik hitam pada kulit
24. Langsat A (koran + ruangan) 6 Terdapat bintik hitam
Tabel 4. Hasil pengamatan hari ke-8
No.
Nama Bahan Pengamatan hari ke-
Perubahan yang terjadi
1. Sawi C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
8
2. Sawi B (Cling + sterof + kulkas)
8
3. Sawi (Cling + sterof + lubang + ruangan)
8
4. Sawi (Cling + sterof + ruangan) 8
5. Sawi (koran + kulkas) 8
6. Sawi (koran + ruangan) 8
7. Wortel utuh 1 (Cling + sterof + lubang + kulkas)
8
8. Wortel utuh 2 (Cling + sterof + kulkas)
8
12
9. Wortel utuh 3 (Cling + sterof + lubang + ruangan)
8
10. Wortel utuh 4 (Cling + sterof + kulkas)
8
11. Wortel utuh (koran + kulkas) 8
12. Wortel utuh (koran + ruangan) 8
13. Wortel potong C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
8
14. Wortel potong B (Cling + sterof + kulkas)
8
15. Wortel potong D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
8
16. Wortel potong A (Cling + sterof + ruangan)
8
17. Wortel potong (koran + kulkas) 8
18. Wortel potong (koran + ruangan)
8
19. Langsat C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
8
20. Langsat B (Cling + sterof + kulkas)
8
21. Langsat D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
8
22. Langsat A (Cling + sterof + ruangan)
8
23. Langsat (koran + kulkas) 8
24. Langsat (koran + ruangan) 8
Tabel 5. Hasil pengamatan hari ke-10
No.
Nama Bahan Pengamatan hari ke-
Perubahan yang terjadi
1. Sawi C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
10 Agak layu
2. Sawi B (Cling + sterof + kulkas)
10 Agak laayu
3. Sawi (Cling + sterof + lubang + ruangan)
10
4. Sawi (Cling + sterof + ruangan) 10
12
5. Sawi (koran + kulkas) 10 Layu
6. Sawi (koran + ruangan) 10 Layu
7. Wortel utuh 1 (Cling + sterof + lubang + kulkas)
10 Busuk
8. Wortel utuh 2 (Cling + sterof + kulkas)
10 Masih segar
9. Wortel utuh 3 (Cling + sterof + lubang + ruangan)
10
10. Wortel utuh 4 (Cling + sterof + kulkas)
10
11. Wortel utuh (koran + kulkas) 10 Agak lembek
12. Wortel utuh (koran + ruangan) 10 Agak lembek
13. Wortel potong C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
10 Masih segar
14. Wortel potong B (Cling + sterof + kulkas)
10 Agak busuk, berair
15. Wortel potong D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
10
16. Wortel potong A (Cling + sterof + ruangan)
10
17. Wortel potong (koran + kulkas) 10 Lebih keriput
18. Wortel potong (koran + ruangan)
10 Lebih keriput
19. Langsat C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
10 Busuk, berair
20. Langsat B (Cling + sterof + kulkas)
10 Busuk, berair
21. Langsat D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
10 Busuk, berair
22. Langsat A (Cling + sterof + ruangan)
10 Busuk, berair
23. Langsat (koran + kulkas) 10 Kulit hitam, Busuk, berair
24. Langsat (koran + ruangan) 10 Busuk, berair
Tabel 6. Hasil pengamatan hari ke-12
No.
Nama Bahan Pengamatan hari ke-
Perubahan yang terjadi
12
1. Sawi C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
12
2. Sawi B (Cling + sterof + kulkas)
12 Layu, warna kekuningan
3. Sawi (Cling + sterof + lubang + ruangan)
12 Layu, warna kekuningan
4. Sawi (Cling + sterof + ruangan) 12
5. Sawi (koran + kulkas) 12
6. Sawi (koran + ruangan) 12
7. Wortel utuh 1 (Cling + sterof + lubang + kulkas)
12 Masih segar, warna jingga, keras
8. Wortel utuh 2 (Cling + sterof + kulkas)
12 Masih segar, keras
9. Wortel utuh 3 (Cling + sterof + lubang + ruangan)
12
10. Wortel utuh 4 (Cling + sterof + kulkas)
12
11. Wortel utuh (koran + kulkas) 12 Layu, warma memudar, agak lembek
12. Wortel utuh (koran + ruangan) 12
13. Wortel potong C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
12 Keras, masih segar
14. Wortel potong B (Cling + sterof + kulkas)
12 Keras, agak kehitaman
15. Wortel potong D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
12
16. Wortel potong A (Cling + sterof + ruangan)
12
17. Wortel potong (koran + kulkas) 12 Layu, warma memudar, agak lembek
18. Wortel potong (koran + ruangan)
12
19. Langsat C (Cling + sterof + lubang + kulkas)
12 Keras. Kulit kecoklatan
20. Langsat B (Cling + sterof + kulkas)
12 Lembek, layu, kulit kecoklatan
21. Langsat D (Cling + sterof + lubang + ruangan)
12
22. Langsat A (Cling + sterof + 12
12
ruangan)
23. Langsat (koran + kulkas) 12 Busuk, Lembek, kulit coklat
24. Langsat (koran + ruangan) 12
Pembahasan
Kehilangan mutu dan kerusakan pangan disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut, yaitu :
1) Pertumbuhan dan aktivitas mikroba yang menggunakan
pangan sebagai substrat untuk memproduksi toksin
didalam pangan;
2) Katabolisme dan pelayuan (senescence) yaitu proses
pemecahan dan pematangan yang dikatalisis enzim indigenus;
3) Reaksi kimia antar komponen pangan dan/atau bahan-
bahan lainnya dalam lingkungan penyimpanan;
4) Kerusakan fisik oleh faktor lingkungan (kondisi proses
maupun penyimpanan)
5) Kontaminasi serangga, parasit dan tikus atau binatang
pengerat
6) Aktivitas enzim yang terdapat dalam bahan pangan
7) Kandungan air dalam bahan pangan
8) Suhu, baik suhu tinggi maupun rendah
9) Udara khususnya oksigen
10) Sinar
11) Waktu penyimpanan
Makanan yang dikemas mempunyai tujuan untuk
mengawetkan makanan, yaitu mempertahankan mutu
kesegaran, warnanya yang tetap, untuk menarik konsumen,
memberikan kemudahan penyimpanan dan distribusi, serta yang
lebih penting lagi dapat menekan peluang terjadinya
kontaminasi dari udara, air, dan tanah baik oleh
mikroorganisme pembusuk, mikroorganisme yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, maupun bahan kimia yang
12
bersifat merusak atau racun. Beberapa faktor yang penting
diperhatikan dalam pengemasan bahan pangan adalah sifat
bahan pangan tersebut, keadaan lingkungan dan sifat bahan
pengemas. Sifat bahan pangan antara lain adalah adanya
kecenderungan untuk mengeras dalam kadar air dan suhu yang
berbeda- beda, daya tahan terhadap cahaya, oksigen dan
mikroorganisme (Winarno, et al. 1986).
Pada praktikum teknologi pengemasan dan penyimpanan
kali ini dilakukan pengamatan terhadap pengaruh beberapa
jenis kemasan terhadap penyimpanan pangan, dimana dalam
praktikum ini digunakan beberapa kemasan yaitu Styrofoam
yang ditutup dengan cling wrap dan kertas Koran. Dilakukan
beberapa perlakuan berbeda pada masing-masing jenis
kemasan, pada cling wrap yaitu ada yang dilubangi dan tidak,
kemudian kertas Koran ada yang dilubangi dan tidak serta
tempat penyimpanannya yaitu pada suhu ruang dan suhu
kulkas. Pada bahan yang dikemas pun berbeda-beda, ada bahan
yang dipotong-potong dan ada yang tidak. Masing-masing
menghasilkan perubahan yang berbeda-beda pada setiap dua
hari nya selama 12 hari. Namun dapat disimpulkan secara
umum yaitu, sayuran dan buah yang disimpan dalam kemasan
styrofoam dengan tutup cling wrap tanpa lubang lebih tahan
lama dibandingkan sayuran yang disimpan dalam kemasan
styrofoam dengan tutup cling wrap yang berlubang dan kertas
koran. Pada sayuran yang dipotong-potong, tidak akan dapat
bertahan lama untuk disimpan, hal tersebut terlihat pada
sayuran yang dipotong khususnya yang disimpan pada suhu
ruang dan dibungkus dengan koran mengalami kerusakan yang
lebih dulu dibandingkan dengan sayuran yang dipotong lainnya,
dapat dilihat pula bahwa sayuran buah potong lebih rentan
terhadap kontaminasi mikroba, dan tumbuhnya jamur. Untuk
sayuran yang disimpan pada suhu ruangan akan mengalami
12
kerusakan yang lebih cepat dibandingkan dengan sayuran yang
disimpan di dalam suhu kulkas (lemari pendingin).
Hal tersebut diatas diakibatkan oleh beberapa sebab
yaitu, kemasan Styrofoam dengan tutup cling wrap yang
tertutup rapat dan tanpa lubang bersifat impermeable yang
dapat mencegah masuknya oksigen dari luar (yang dapat
memicu reaksi oksidasi yang merusak bahan ataupun membawa
mikroba dari luar). Hal ini berbeda dengan kemasan Styrofoam
dengan tutup cling wrap berlubang maupun kertas koran yang
bersifat permeable yang dapat memudahkan pemasukan
oksigen, dimana beberapa reaksi penyebab kerusakan pangan
dipicu oleh oksigen, dan penghilangan udara akan
mengeluarkan semua oksigen sehingga mencegah
berlangsungnya reaksi kimiawi dan enzimatis yang dipicu oleh
oksigen, juga menghambat pertumbuhan mikroorganisme
aerobic. Plastik cocok digunakan untuk mengemas bahan
pangan segar karena sifatnya yang kuat, bentuk fleksibel,
dibandingkan dengan kertas koran yang bersifat mudah robek,
tidak dapat untuk produk cair sedangkan bahan pangan segar
memiliki kadar air yang cukup tinggi. Maka dari itu, biasanya
orang membungkus sayuran dengan plastik rapat-rapat agar
segar. Salah satu sifat sayuran (produk hortikultura) adalah
dipanen dalam keadaan hidup/segar. Produk tersebut (sayuran
atau buah) masih melakukan aktivitas respirasi (bernapas)
sebagai bagian dari metabolisme. Hasil dari respirasi tersebut
antara lain adalah air (dalam bentuk uap). Untuk mencegah uap
air terakumulasi dalam kemasan plastik sayuran dan buah dapat
dilakukan dengan membuat lubang-lubang kecil secukupnya
pada plastik pembungkus. Jadi sebaiknya bungkusan sayuran
dilubangi agar tidak terjadi kerusakan pada sayuran akibat air
yang dihasilkan dari respirasi. Pada sayuran yang dipotong-
potong, tidak akan dapat bertahan lama untuk disimpan karena
12
akibat dari pemotongan tersebut dapat mempercepat penetrasi
mikrobia kontaminan ke dalam jaringan, yang juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu suhu, kelembaban relatif (RH) dan
nutrisi yang sesuai.
Untuk sayuran yang disimpan pada ruangan akan
mengalami kerusakan yang lebih cepat dibandingkan dengan
sayuran yang disimpan di dalam lemari pendingin, hal ini
dikarenakan pada suhu rendah merupakan penyimpanan yang
paling baik karena pada suhu rendah dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, bahan pangan masih dapat
mempertahankan kesegarannya, sehingga menghambat
terjadinya respirasi serta mengurangi terjadinya penguapan,
dimana penguapan berkurang maka RH rendah. Timbulnya titik
titik uap air pada kemasan disebabkan terjadinya respirasi dan
penguapan. Kontaminasi mikroba pada bahan pangan dapat
dilihat pada beberapa sayuran yang busuk berair dan airnya
berwarna gelap. Kontaminasi yang terjadi pada bahan pangan
tersebut disebabkan oleh serangan bakteri pada sayuran.
Kontaminasi ini sangat nampak pada sayuran daun dan wortel
potong yang disimpan pada kemasan Styrofoam dengan tutup
cling wrap, khususnya yang berlubang dan disimpan di ruangan.
Pada serealia yaitu beras dalam pengamatan yang
dilakukan tidak medapatkan hasil karena pada saat pengamatan
banyak objek pengamatan yang hilang dan beberapa yang
pecah. Sehingga pengamatan tidak dilanjutkan.
Pada hasil pengamatan juga ada beberapa hasil
pengamatan yang kosong atau tidak ada, hal ini dikarenakan
busuk, hilang atau kurangnya penelitian dari praktikan.
12
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum desain kemasan
kali ini adalah :
1. Bahan kemasan saya gunakan adalah kertas yang menurut
saya murah dan mudah didapat serta dibentuk.
2. Bahan yang saya kemas adalah permen dengan spesifik
adalah untuk oleh-oleh atau cindera mata.
3. Desain kemasan yang saya buat adalah kemasan amplop
atau kantong dengan model membuka sendiri
4. Desain kemasan yang menarik dan unik akan menambah
nilai jual suatu produk.
Saran
Pada praktikum kali ini praktikan diharapkan untuk lebih
inovatif dan rapi dalam pengerjaan kemasan sehingga akan
maksimal hasil yang didapatkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2007. Desain Grafis pada Kemasan. http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/. Diakses pada
tanggal 30 mei 2010 pukul 11.00 am
Anonim2. 2007. Desain Kemasan Menentukan Nilai Produk.
http://ikm.depperin.go.id/Publikasi/KumpulanArtikel/tabid/67/ctl/Login/ Default.aspx. Diakses pada tanggal 30 mei 2010 pukul 11.00 am
Anonim3. 2009. Delli Gunarsa Kemasan yang Unik dan Kreatif Gandakan Keuntungan.
http://www.cybertokoh.com/index.php?option=com_content&task=view& id=125&Itemid=94. Diakses pada tanggal 30 mei 2010 pukul 11.00 am
12