RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

18
RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGEMAS PRODUK BALUNG KETHEK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (Studi Kasus: UMKM “Plenet” Boyolali) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Oleh : BAGAS YOGA ADITAMA D 600 160 134 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

Transcript of RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

Page 1: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT

PENGEMAS PRODUK BALUNG KETHEK UNTUK

MENINGKATKAN

PRODUKSI DENGAN METODE QUALITY FUNCTION

DEPLOYMENT

(Studi Kasus: UMKM “Plenet” Boyolali)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Oleh :

BAGAS YOGA ADITAMA

D 600 160 134

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

Page 2: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

i

HALAMAN PERSETUJUAN

RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT

PENGEMAS PRODUK BALUNG KETHEK UNTUK

MENINGKATKAN

PRODUKSI DENGAN METODE QUALITY FUNCTION

DEPLOYMENT

(Studi Kasus: UMKM “Plenet” Boyolali)

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

BAGAS YOGA ADITAMA

D 600 160 134

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen

Pembimbing

Hari Prasetyo, S.T., M.T., Ph.D.

NIK. 887

Page 3: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT

PENGEMAS PRODUK BALUNG KETHEK UNTUK

MENINGKATKAN

PRODUKSI DENGAN METODE QUALITY FUNCTION

DEPLOYMENT

(Studi Kasus: UMKM “Plenet” Boyolali)

OLEH

BAGAS YOGA ADITAMA

D 600 160 134

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Sabtu, 14 November 2020

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Hari Prasetyo, S.T., M.T., Ph.D.

(Ketua Dewan Penguji) (..............................)

2. Much Djunaidi, S.T., M.T.

(Anggota I Dewan Penguji) (..............................)

3. Muchlison Anis, S.T., M.T.

(Anggota II Dewan Penguji) (..............................)

Dekan

Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D., IPM

NIK. 682

Page 4: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini da

disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan

saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 14 November 2020

Bagas Yoga Aditama

D 600 160 134

Page 5: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

1

RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT

PENGEMAS PRODUK BALUNG KETHEK UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKSI DENGAN METODE

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

(Studi Kasus: UMKM “Plenet” Boyolali)

Abstrak

Kemasan dengan fungsi dasarnya sebagai pelindung dari suatu produk memiliki beberapa peranan

penting dalam sarana pemasaran, salah satunya dengan memberikan dampak untuk peningkatan

penjualan. UMKM Plenet adalah salah satu UMKM makanan kemasan di Boyolali yang

memproduksi keripik singkong balung kethek. UMKM Plenet dalam penjualan hasil produk

makanan kemasannya menggunakan kemasan plastik bening dengan merek sederhana di dalamnya.

Penelitian menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) untuk meningkatkan produksi

UMKM Plenet dengan memberikan nilai tambah pada kemasan produk berdasarkan permintaan

pasar, serta mengembangan alat bantu pengemasannya. Hasil dari penelitian ini adalah alat bantu

pengemasan dan kemasan bermaterial alumunium foil dengan desain baru secara kategori fungsi,

estetika, dan informasi yang tercantum. Hasil dari pengukuran penilaian kualitas terhadap kemasan

baru dengan pembanding kemasan lama memiliki skala penilaian terhadap kemasan baru sebesar

4,48 dan kemasan lama sebesar 3,15, dan ditunjukkan dengan persentase minat beli responden

terhadap kemasan baru sebesar 57% dan kemasan lama sebesar 43%.

Kata Kunci: Alat Pengemas, Balung Kethek, Kemasan, QFD

Abstract

Packaging its basic function as a protector of a product has several important roles in marketing

means, one of which is by giving an impact to increase sales. SMME Plenet is one of the packaged

food SMME in Boyolali which produces cassava chips balung kethek. SMME Plenet in the sale of

packaged food products uses clear plastic packaging with a simple brand inside. This study uses the

Quality Function Deployment (QFD) method to increase the production of SMME Plenet by

providing added value to product packaging based on market demand, as well as developing

packaging aids. The result of this research is a tool for packaging and packaging with aluminum foil

material with a new design in the category of function, aesthetics, and information listed. The results

of the measurement of quality assessment for new packaging with comparison to old packaging have

an assessment scale for new packaging of 4.48 and old packaging of 3.15, and it is indicated by the

percentage of respondents' interest in buying new packaging by 57% and old packaging by 43%.

Keyword: Balung Kethek, Packaging, Packaging Tools, QFD

1. PENDAHULUAN

Keripik termasuk makanan yang praktis karena kering sehingga mudah disimpan dan

disajikan dengan olahan aneka bumbu dan bahan baku (Sriyono, S. 2012). Andriani, M. M.,

& Mahadjoeno, E. (2016) mengungkapkan data sentra industri kecil menengah pembuatan

keripik di Jawa Tengah terdapat pada daerah Solo Raya. Jenis keripik dapat dibedakan dari

pemilihan bahan baku (buah atau ubi – ubian) dan proses pembuatannya. Salah satu jenis

keripik yang mulai populer dengan bahan baku singkong di Solo Raya adalah keripik balung

kethek. Salah satu UMKM pangan dengan hasil produksi keripik balung kethek berada di

Page 6: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

2

Simo, Boyolali. Pembuatan keripik balung kethek memiliki beberapa tahap pengolahan dari

bahan mentah hingga siap dipasarkan, meliputi: penyiapan bahan baku, pencucian,

pemotongan, pengeringan, penggorengan, pembumbuan dan pengemasan. Proses penyiapan

bahan baku didapat dari pengepul atau petani singkong, dilanjutkan proses pengupasan dan

pencucian singkong. Singkong yang telah bersih dipotong manual sesuai ukuran, lalu

dilakukan proses pengeringan dengan sinar matahari. Potongan singkong yang telah kering

dilakukan proses penggorengan, kemudian dibumbui dan dikemas.

Proses penting dalam menjaga kualitas keripik balung kethek hingga ke tangan konsumen

terdapat pada proses pengemasan (packaging). Maflahah, I. (2012) menjelakan bahwa

packaging dari produk usaha kecil menengah didominasi dengan desain yang tidak menarik,

inovatif, dan kreatif. Produk makanan dari UMKM yang hanya dibungkus dengan plastik

tanpa informasi lengkap mengenai produk memberikan kesan tidak menarik untuk pembeli

dan kurang memiliki daya saing dengan kompetitornya. Kemasan dengan fungsi dasarnya

sebagai pelindung dari suatu produk memiliki beberapa peranan penting dalam sarana

pemasaran saat ini, salah satunya dengan memberikan dampak dalam peningkatan penjualan

atau permintaan pasar. Tanpa disadari kemasan memberikan kendali kepada para konsumen

dalam menentukan pilihan terhadap produk yang akan dibeli. Pemahaman dasar itu akan

membuat pihak produsen mempertimbangkan beberapa faktor dalam mendesain suatu

kemasan dari produknya, meliputi; ketahanan kemasan, informasi produk, identitas dan

estetika.

Masyarakat harus dilindungi dari penggunaan kemasan pangan yang tidak memenuhi

persyaratan keamanan pangan. Bahan yang digunakan untuk mewadahi atau membungkus

makanan baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak dapat

memperpanjang masa simpan makanan atau mempertahankan atau meningkatkan kondisi

makanan yang dikemas. Komponen bahan kemasan makanan yang digunakan dalam

pembuatan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan, yang jika dalam penggunaannya

tidak dimaksudkan untuk memberi efek teknik terhadap makanan (BPOM RI, 2011).

Tren baru dan terkini dalam teknik pengemasan makanan adalah hasil dari preferensi

konsumen terhadap produk makanan olahan yang lebih baik (Dobrucka, R., &

Cierpiszewski, R. 2014). Selain itu, tren modern dan perubahan gaya hidup berdampak pada

perubahan teknik pengemasan yang baru dan inovatif tanpa mengorbankan keamanan

kemasan dan kualitas pangan (Dainelli et al., 2008). Perkembangan jenis kemasan di bidang

makanan dikontribusikan oleh pelaku usaha pada makanan siap saji dan meningkatnya

Page 7: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

3

penggunaan berbagai jenis kemasan (Restuccia et al., 2010). Alasan penting lainnya untuk

kemasan makanan inovatif adalah jangkauan dan popularitas produk sebagian ditentukan

dari tampilan, kemasan memliki peran dalam hal tersebut.

Pengembangan dan inovasi dalam pengemasan makanan dimulai dari bentuk mesin

yang digerakkan secara elektrik, pengemasan dengan kaleng logam, aseptik, aluminium foil,

film plastik, selopan, metalized film, kertas, hingga teknik pencetakan flexografik. Selain

itu, pengenalan berbagai bahan meliputi; polimer poliester, polipropilen, dan etilena vinil

alkohol menyebabkan perubahan drastis pengemas dalam bentuk logam, kertas karton dan

kemasan gelas menjadi plastik dan kemasan fleksibel. Brody, A. L. (2006) menyatakan pada

abad ke 20 lebih banyak kemajuan dalam teknologi pengemasan muncul sebagai

pengemasan pintar dan pengemasan aktif seperti; penyerap oksigen, antimikroba, pengontrol

kelembaban, dan penyerap aroma/ bau. Perubahan yang muncul dalam industri makanan

akan memperkuat ekonomi dengan meningkatkan keamanan pangan, kualitas dan dengan

meminimalkan kerusakan produk. Dalam upaya mengubah peluang pasar, industri makanan

telah menghasilkan sejumlah peluang pasar. Karena ide - ide baru ini tentang kemasan

inovatif dan kreatif memiliki dampak yang lebih besar pada pemasaran makanan.

Proses perencanaan dan pengembangan suatu produk tentu harus memperhatikan

tahap – tahap penting yang mana akan mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan.

Tahapan dalam perencanaan dan pengembangan suatu produk yang pertama adalah

planning, proses untuk mengidentifikasi produk dan menganalisis potensi pengembangan.

Tahap kedua adalah concept design, tahapan pengembangan konsep yang disesuaikan

dengan kebutuhan dari pasar. Tahapan ketiga adalah system level design, merancang desain

awal dengan sistem bertingkat dimana pada tahap ini spesifikasi fungsional dari masing –

masing subsistem produk terdefinisikan dan flowchart proses pembuatan produk dari awal

hingga akhir. Tahap keempat adalah detailed design, pada tahap ini spesifikasi – spesifikasi

dari produk terdefinisikan secara rinci seperti bahan, dimensi, dan teknologi yang digunakan.

Tahap kelima adalah integration and test, pada tahap ini pengujian dilakukan dengan

melibatkan interaksi dari sistem hingga subsistem desain sehingga dapat dilakukan

perbaikan terhadap kekurangan dari rancangan desain. Tahap kelima adalah release, pada

tahap ini terjadi proses peluncuran produk baru untuk pasar atau pengguna tertentu setelah

lolos tahap pengujian dan perbaikan (Unger, D. W., & Eppinger, S. D. 2009).

Tahapan dalam perencanaan dan pengembangan suatu produk merupakan proses

menentukan karakteristik terbaik dari produk untuk memenuhi keinginan konsumen, yang

Page 8: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

4

mampu menambah daya jual produk dan mengurangi margin yang tidak menguntungkan.

Brunswick, G. J. (2014) menyatakan bahwa perencanaan produk mencakup kegiatan -

kegiatan yang memungkinkan produsen dan perantara menentukan apa yang seharusnya ada

dalam pengembangan produk. Idealnya, perencanaan produk akan memastikan bahwa

kelengkapan produk terkait dari keadaan sebenarnya, komponen yang dapat dikembangkan

untuk memperkuat posisi kompetitif dan keuntungan. Kurangnya perencanaan dan

pengembangan produk yang menyiratkan kebangkrutan managerial perusahaan (UMKM).

2. METODE

Proses pengembangan berdasarkan konsep pengendalian kualitas dengan kriteria yang

berorientasi terhadap pengguna alat, menyusun komunikasi secara ringkas, dan

menghubungkan informasi yang didapat. Metode untuk melakukan perencanaan dan

pengembangan produk dalam penelitian ini adalah Quality Function Deployment (QFD).

Penggunaan metode QFD sebagai alat manajemen yang menyediakan proses interaksi visual

yang fokus pada kebutuhan pelanggan di seluruh siklus dalam pengembangan produk,

menyediakan sarana untuk menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi persyaratan teknis

yang sesuai pada siklus hidup produk atau proses pengembangan, dan membantu

mengembangkan lebih banyak produk yang berorientasi pelanggan (Bouchereau, V.,

Rowlands, H. 2000).

Gambar 1. House of Quality

2.1 Customer Needs

Kebutuhan dan keinginan pelanggan diperoleh dari kuesioner yang telah disebarkan pada

responden, diperlukannya pengelompokkan untuk technical requirement pada tahap

selanjutnya.

2.2 Planning Matrix

Penentuan sarana dan tujuan produk yang didasarkan kepada interprestasi tim pengembang

terhadap riset pasar. Penetapan sasaran merupakan gabungan antara prioritas kebutuhan

pelanggan.

Page 9: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

5

a. Derajat kepentingan, digunakan untuk memprioritaskan keinginan dan kebutuhan

responden dalam bentuk data kuantitatif. Pengolahan data derajat kepentingan dapat

menggunakan perhitungan sebagai berikut.

𝑋 = ∑ (𝑥1)𝑛

𝑖=1

𝑛 (2.1)

b. Nilai target, dinyatakan dalam bentuk skala dari 1 hingga 5, di mana skala 1 merupakan

nilai target yang paling rendah dan skala 5 merupakan nilai target yang paling tinggi.

c. Rasio perbaikan, bertujuan mencapai nilai target yang ditetapkan oleh perancang, untuk

menjadikan acuan adanya perbaikan pada produk yang dikembangkan. Pengolahan data

rasio perbaikan dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut.

Rasio Perbaikan = Nilai target

Kinerja Produk (2.2)

d. Sales point, ditentukan oleh pihak perancang berdasarkan pada setiap atribut yang dapat

mempengaruhi pada nilai penjualan.

e. Pembobotan, digunakan untuk mengetahui prioritas pengembangan dari semua atribut

yang ada, maka dapat diketahui urutan atribut pada proses pengembangan. Pengolahan

data bobot pada atribut dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut.

Bobot = derajat kepentingan x rasio perbaikan x sales point.

f. Normalisasi pembobotan, digunakan untuk merubah nilai bobot dari setiap atribut

dalam bentuk persentase, memundahkan perancang untuk menentukan prioritas atribut

pada proses pengembangan. Pengolahan data normalisasi pembobotan pada atribut

dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut.

Normalisasi bobot = Bobot

Total Bobot × 100 (2.3)

g. Technical response, penterjemah keinginan dan kebutuhan konsumen kedalam bahasa

teknik yang dapat diukur untuk menentukan target yang akan dicapai.

h. Relationship, bertujuan untuk menghubungkan atribut produk dengan parameter teknik.

Tingkat kedekatan antara atribut produk dan parameter teknik secara kuat atau lemahnya

hubungan ditentukan dari sudut pandang perancang.

i. Technical correlation, bagian atap dari HOQ yang bertujuan mengkorelasikan antar

parameter teknik yang menggambarkan hambatan atau dorongan satu sama lain.

2.3 Technical Response

Penterjemah keinginan dan kebutuhan konsumen kedalam bahasa teknik yang dapat diukur

untuk menentukan target yang akan dicapai. Technical response ditentukan oleh perancang

dan pihak terkait dengan cara berdiskusi dan wawancara.

Page 10: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

6

2.4 Relationship

Menghubungkan atribut produk dengan parameter teknik. Tingkat kedekatan antara atribut

produk dan parameter teknik secara kuat atau lemahnya hubungan ditentukan dari sudut

pandang perancang. Hubungan interaksi dinyatakan dalam bentuk simbol dari skala nilai

kedekatannya.

2.5 Technical Correlation

Mengkorelasikan antar parameter teknik yang menggambarkan hambatan atau dorongan

satu sama lain. Technical correlation memuat simbol yang menyatakan keterangan korelasi

antar parameter, dari positif, negatif, dan tanpa korelasi. Hubungan antar matriks memiliki

karakteristik yang ditentukan arah perbaikannya (direction of improvement). Arah perbaikan

pada parameter teknik memuat simbol yang menyatakan besar atau kecilnya nilai dan nilai

maksimal pada target.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Quality Function Deployment

Technical response adalah penterjemah keinginan dan kebutuhan konsumen kedalam bahasa

teknik yang dapat diukur untuk menentukan target yang akan dicapai. Technical response

ditentukan oleh perancang dan pihak terkait dengan cara berdiskusi dan wawancara. Tingkat

kedekatan antara atribut produk dan parameter teknik secara kuat atau lemahnya hubungan

ditentukan dari sudut pandang perancang. Hubungan interaksi dinyatakan dalam bentuk

simbol dari skala nilai kedekatannya. Technical correlation memuat simbol yang

menyatakan keterangan korelasi antar parameter, dari positif, negatif, dan tanpa korelasi.

Hubungan antar matriks memiliki karakteristik yang ditentukan arah perbaikannya. Arah

perbaikan pada parameter teknik memuat simbol yang menyatakan besar atau kecilnya nilai

dan nilai maksimal pada target.

Page 11: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

7

Gambar 2. House of Quality Kemasan Balung Kethek

Gambar 2. House of Quality menjelaskan bahwa hasil pengembangan kemasan dengan

matrix HOQ, setiap atribut memiliki tingkatan hubungan yang berbeda dari beberapa faktor.

Atribut harga produk, fungsi melindungi produk, fungsi tahan kelembaban memiliki

hubungan kuat dengan faktor jenis material kemasan. Atribut harga produk, fungsi tahan

kelembaban memiliki hubungan moderat dengan faktor ketebalan bahan kemasan. Atribut

fungsi dapat ditutup kembali, fungsi melindungi produk, fungsi tahan kelembaban memiliki

hubungan kuat dengan faktor jenis segel kemasan. Atribut fungsi mudah dibawa memiliki

Page 12: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

8

hubungan kuat dengan faktor ukuran kemasan. Atribut penampilan dan bentuk menarik

memiliki hubungan kuat dengan faktor bentuk dan desain kemasan. Keseluruhan atribut

tentang informasi produk memiliki hubungan kuat jika faktor mencantumkannya.

Tabel 1. Perbedaan Kemasan Produk

No Keterangan Kemasan Sebelum

Pengembangan

Kemasan Setelah

Pengembangan

1 Harga terjangkau Rp 7.000 Rp 9.000

2 Dapat melindungi produk Press Press dan zipper

3 Mudah dibuka dan ditutup kembali Tidak ada Segel zipper

4 Kemasan mudah dibawa 14 cm x 22 cm 14 cm x 23 cm

5 Kemasan tahan terhadap kelembapan Plastik kemasan Alumunium foil

6 Kemasan kedap udara Tidak kedap udara Kedap udara

7 Bentuk kemasan menarik Standar Menarik

8 Terdapat gambar produk Tidak tercantum Tercantum

9 Identitas produk dicantumkan Tercantum Tercantum

10 Komposisi produk dicantumkan Tidak tercantum Tercantum

11 Neto produk dicantumkan Tercantum Tercantum

12 Tanggal kadaluwarsa produk Tercantum Tercantum

13 Informasi gizi produk dicantumkan Tidak tercantum Tercantum

14 Identitas produsen dicantumkan Tercantum Tercantum

15 Label izin produksi dicantumkan Tercantum Tercantum

16 Label halal dicantumkan Tercantum Tercantum

Tabel 1. Perbedaan Kemasan Produk menjelaskan bahwa kemasan setelah dikembangkan

memiliki nilai jual lebih mahal dibandingkan sebelum dikembangkan. Penambahan atribut

dan tampilan kemasan menyebabkan nilai jual lebih mahal. Segel zipper pada kemasan baru

memudahkan costumer membuka dan menutup kembali kemasan. Bahan baku kemasan baru

terbuat dari alumunium foil dan bersifat kedap udara bertujuan untuk menjaga kualitas

makanan pada masa simpan. Secara penampilan kemasan baru memiliki penambahan

informasi produk yang tercantum, meliputi gambar produk, komposisi dan informasi gizi.

Keseluruhan penampilan costumer menyimpulkan bahwa kemasan baru lebih menarik

dibandingkan kemasan sebelum dikembangkan.

3.2 Perancangan Alat Pengemas

Perancangan alat bantu pengemasan dibuat dengan menyesuaikan kemasan yang telah

dikembangkan dengan metode QFD dan brainstroming dengan pemilik UMKM sebagai

eksekutor. Cara kerja sederhana alat bantu pengemas adalah menempatkan kemasan di

antara teflon pabric strips dan handle yang terdapat silicon rubber. Lampu indikator akan

menyala untuk beberapa waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan lampu akan mati

Page 13: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

9

secara otomatis. Waktu dapat dirubah melalui timer knob sesuai jenis dan ketebalan

kemasan. Atur waktu yang lebih singkat jika hasil segel meleleh dan atur waktu yang lebih

lama jika hasil segel tidak cukup kuat.

Gambar 3. Hasil Perancangan Alat Pengemas

Tabel 2. Nama Part Alat Pengemas

No Nama Part No Nama Part

1 Handle arm 12 Timer knob

2 Spring 13 Control panel

3 Silicon rubber strip 14 Pilot lamp

4 Hinge 15 Wire connector

5 Hinge bracker 16 Internal wiring

6 Fuse 15/20 ampere 17 Heater transformer 400w

7 Strain relief bushing 18 Connectors

8 Power supply cord 19 Microswitch

9 Lower element 20 Switch lever spring

10 Teflon cloth 21 Switch bracket

11 Heating element 22 Switch lever bottom view

3.3 Perancangan Kemasan

Perancangan dan pengembangan kemasan produk balung kethek dibuat dengan

menyesuaikan permintaan pasar yang telah dikembangkan dengan metode QFD dan

brainstroming dengan pemilik UMKM sebagai eksekutor. Hasil kemasan memiliki tampilan

lebih menarik dengan segel press dan zipper. Segel pada kemasan dapat melindungi produk

makanan dan memudahkan penggunaan untuk ditutup kembali setelah dibuka. Jenis material

yang terbuat dari alumunium foil dengan kualifikasi food grade dan kedap udara mampu

melindungi makanan dengan baik, tahan terhadap kelembapan, dan menambah masa simpan

(kadaluwarsa) untuk produk makanan kemasan. Penyampaian informasi yang lengkap pada

desain kemasan dapat memberikan keamanan dan rasa percaya pada konsumen terhadap

produk makanan yang akan dikonsumsi. Beberapa value added yang terdapat pada hasil

Page 14: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

10

pengembangan kemasan, terdapat biaya akomodasi yang ditanggung pemilik UMKM

sebagai eksekutor atau disebut opportunity cost.

Gambar 4. Hasil Perancangan Kemasan

Tabel 3. Nama Bagian Kemasan

No Keterangan No Keterangan

1 Press 9 Gambar Produk

2 Zipper 10 Varian Rasa

3 Logo UMKM 11 Identitas Produsen

4 Tagline 12 Komposisi

5 Jenis Produk 13 Nilai Gizi

6 Nama Produk 14 No Halal & PIRT

7 Maskot Produk 15 Tanggal Kadaluwarsa

8 Neto

3.4 Analisis Hasil Alat Pengemas

Tabel 4. Skala Timer Knob

Skala Timer

Knob

Material Kemasan

Polyethylene Alumunium Foil

1 ≤ 0,05 mm -

2 ≤ 0,10 mm -

3 ≤ 0,15 mm -

4 ≤ 0,30 mm ≤ 0,30 mm

5 ≤ 0,40 mm ≤ 0,40 mm

6 ≤ 0,70 mm ≤ 0,70 mm

7 ≤ 1,00 mm ≤ 1,00 mm

Material kemasan yang digunakan pada uji coba pada alat pengemas adalah polyethylene

dan alumunium foil. Polyethylene adalah jenis material kemasan yang umumnya digunakan

pada kemasan makanan dari kemasan plastik. Penggunaan dua jenis material kemasan pada

uji coba alat pengemas disertai dengan ketebalan dari masing – masing kemasan. Hasil uji

coba dapat disimpulkan bahwa semakin tebal kemasan yang akan disegel dengan alat

pengemas, maka diikuti dengan skala timer yang semakin besar.

Page 15: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

11

Tabel 5. Perbandingan Alat Pengemas

Parameter Alat Pengemas yang Sudah Ada Alat Pengemas Baru

Kapasitas/ Menit 6 Kemasan 7 Kemasan

Waktu/ Proses 6 Detik 5 Detik

Jumlah Tenaga Kerja 1 Orang 1 Orang

Knob Timer Ada Ada

Fuse Tidak Ada Ada

Hasil perbandingan alat pengemas yang sudah ada dan alat pengemas baru dapat diketahui

memiliki persamaan pada parameter jumlah tenaga kerja dan knob timer. Kapasitas proses

yang lebih banyak dan waktu proses yang lebih singkat terdapat pada alat pengemas baru.

Pengembangan alat pengemas terdapat penambahan fuse jika terjadi hubungan pendek atau

korsleting pada kelistrikan.

3.5 Analisis Hasil Kemsan

Gambar 5. Persentase Penilaian

Kemasan Lama

Gambar 6. Persentase Penilaian

Kemasan Baru

Grafik menjelaskan bahwa penilaian kemasan baru lebih baik daripada kemasan lama secara

umum. Grafik menunjukkan persentase penilaian terhadap kemasan baru bahwa 6%

responden menyatakan cukup baik, 40% responden menyatakan baik, 54% responden

menyatakan sangat baik. Sehinggan dapat disimpulkan bahwa responden menilai bahwa

kemasan baru lebih baik daripada kemasan lama secara kategori fungsi, estetika, dan

informasi yang tercantum.

Gambar 7. Tingkat Penilaian Kemasan Gambar 8. Minat Beli Produk

Page 16: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

12

Grafik menunjukkan persentase minat beli responden terhadap kemasan baru sebesar 57%

dan kemasan lama sebesar 43%. Alasan responden untuk memilih produk dengan kemasan

baru adalah material dan segel kemasan yang mampu menjaga produk makanan di dalamnya,

memiliki tampilan yang menarik, memiliki informasi yang tercantum meyakinkan minat beli

produk dengan kemasan baru. Alasan responden lainnya untuk memilih produk dengan

kemasan lama adalah harga lebih murah dengan isi produk yang sama, mendapatkan jumlah

produk lebih banyak jika pembelian skala besar, belum terbiasa dengan kemasan baru

sebagai pelanggan tetap. Tingkat penilaian terhadap kemasan baru sebesar 4,48 dan tingkat

penilaian terhadap kemasan lama sebesar 3,15, sehingga gap tingkat penilaian kedua

kemasan tersebut sebesar 1,33.

Pemilik UMKM sebagai eksekutor menilai bahwa terjadinya peningkatan secara kualitas

pada kemasan produk balung kethek dari segi material kemasan, tampilan yang menarik, dan

kelengkapan informasi yang tercantum. Perubahan pada kemasan dinilai mampu untuk

mengikuti jaman atau tidak kuno, dan percaya bahwa hasil penelitian pada desain kemasan

mampu meningkatkan penjualan produk. Hasil pengembangan pada alat bantu pegemas

memiliki efisiensi waktu lebih baik, dan mudah beradaptasi untuk penggunaan karena

memiliki cara kerja yang sama dengan alat pengemas yang digunakan sebelumnya.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Penelitian menghasilkan kemasan baru untuk produk makanan balung kethek dan alat

pengemas dengan mempertimbangkan permintaan konsumen sebagai responden dan

brainstroming dengan pemilik UMKM sebagai eksekutor.

b. Atribut pengembangan desain kemasan telah melalui tahap pengujian yaitu uji validasi

dengan hasil bahwa 16 atribut dari 18 atribut yang diajukan valid dikarenakan nilai

𝑅ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑅𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang sebesar 0,304. Pengujian selanjutnya yang digunakan yaitu uji

reliabilitas dengan hasil nilai alpha sebesar 0,803 yang lebih dari 0,6 maka digolongkan

reliabel sebagai alat pengambilan data.

c. Perancangan dan pengembangan kemasan produk balung kethek dibuat dengan

menyesuaikan permintaan pasar yang telah dikembangkan dengan metode QFD dan

brainstroming dengan pemilik UMKM sebagai eksekutor. Hasil kemasan memiliki

material dan tampilan lebih baik dengan segel press dan zipper.

d. Perancangan alat bantu pengemasan berdaya 400w dibuat dengan menyesuaikan

kemasan yang telah dikembangkan dan brainstroming dengan pemilik UMKM sebagai

Page 17: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

13

eksekutor. Cara kerja sederhana alat bantu pengemas adalah menempatkan kemasan di

antara teflon pabric strips dan handle yang terdapat silicon rubber. Lampu indikator

akan menyala untuk beberapa waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan lampu akan

mati secara otomatis. Waktu dapat dirubah melalui timer knob sesuai jenis dan ketebalan

kemasan. Atur waktu yang lebih singkat jika hasil segel meleleh dan atur waktu yang

lebih lama jika hasil segel tidak cukup kuat.

e. Hasil pengukuran penilaian terhadap kemasan baru dengan pembanding kemasan lama

dari 42 responden memiliki skala penilaian terhadap kemasan baru sebesar 4,48 dan

kemasan lama sebesar 3,15, sehingga kemasan baru lebih baik daripada kemasan lama

secara kategori fungsi, estetika, dan informasi yang tercantum. Hasil pengukuran minat

beli produk makanan balung kethek dengan kemasan baru lebih besar dibandingkan

dengan kemasan lama, ditunjukkan dengan persentase minat beli responden terhadap

kemasan baru sebesar 57% dan kemasan lama sebesar 43%.

f. Hasil pengukuran minat beli produk makanan balung kethek dengan kemasan baru tidak

terlalu signifikan terhadap kemasan lama, dikarenakan harga lebih murah dengan isi

produk yang sama, mendapatkan jumlah produk lebih banyak jika pembelian skala

besar, belum terbiasa dengan kemasan baru sebagai pelanggan tetap.

g. Pemilik UMKM sebagai eksekutor menilai bahwa terjadinya peningkatan secara

kualitas pada kemasan produk balung kethek dari segi material kemasan, tampilan yang

menarik, dan kelengkapan informasi yang tercantum. Hasil pengembangan pada alat

bantu pegemas memiliki efisiensi waktu lebih baik.

4.2 Saran

a. Pemilik UMKM sebagai eksekutor akan lebih baik jika mampu meningkatkan dan

menjaga kualitas produk keripik singkong balung kethek selain bentuk dan tampilan

kemasan yang berfungsi untuk stimulus penjualan.

b. Pemilik UMKM akan lebih baik jika memunculkan identitas brand pada setiap inovasi

produknya sebagai atribut yang memberi manfaat non material seperti kepuasan

emosional kepada konsumen lama dan pertimbangan untuk konsumen baru.

c. Inovasi pada produk dan atribut yang melekat perlu dimulai dengan survei berkelanjutan

dikarenakan permintaan pasar yang selalu berubah, sehingga mempengaruhi penilaian

pada produk.

d. Perlunya perluasan pasar kepada konsumen baru karena produk telah memiliki potensi

dari hasil penelitian yaitu peningkatan kualitas produk.

Page 18: RANCANGAN DESAIN KEMASAN DAN PEMBUATAN ALAT …

14

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, M. M., & Mahadjoeno, E. (2016) Penerapan Teknologi Tepat Guna Sebagai

Upaya Peningkatan Usaha Grubi Ubi Ungu Tawang Mangu. Jurnal Kewirausahaan

dan Bisnis, 18(10).

Bouchereau, V., & Rowlands, H. (2000). Methods and Techniques to Help Quality Function

Deployment (QFD). Benchmarking: An International Journal.

Brody, A. L. (2006). Nano and Food Packaging Technologies Converge. Food Technology

(Chicago), 60(3), 92-94.

BPOM RI. (2011). Peraturan Pengawasan Kemasan Pangan Nomor HK.03.1.23.07.116664

Tahun 2011.

Brunswick, G. J. (2014). A Chronology of The Definition Of Marketing. Journal of Business

& Economics Research (JBER), 12(2), 105-114.

Dobrucka, R., & Cierpiszewski, R. (2014). Active and Intelligent Packaging Food–Research

and Development–A Review. Polish Journal of Food and Nutrition Sciences, 64(1), 7-

15.

Maflahah, I. (2012). Desain Kemasan Makanan Tradisional Madura dalam Rangka

Pengembagan IKM. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo

Madura, 6(2), 118-122.

Sriyono, S. (2012). Pembuatan Keripik Umbi Talas (Colocasia Giganteum) dengan

Variabel Lama Waktu Penggorengan Menggunakan Alat Vacuum Fryer. Semarang:

Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Dainelli, D., Gontard, N., Spyropoulos, D., Zondervan-van den Beuken, E., & Tobback, P.

(2008). Active and Intelligent Food Packaging: Legal Aspects and Safety

Concerns. Trends in Food Science & Technology, 19, S103-S112.

Restuccia, D., Spizzirri, U. G., Parisi, O. I., Cirillo, G., Curcio, M., Iemma, F., ... & Picci,

N. (2010). New EU Regulation Aspects and Global Market of Active and Intelligent

Packaging for Food Industry Applications. Food Control, 21(11), 1425-1435.

Unger, D. W., & Eppinger, S. D. (2009). Comparing Product Development Processes and

Managing Risk. International Journal of Product Development 8:382.