Post on 23-Jan-2018
INVESTIGASI K3
TAMBANG, MIGAS,
DAN PANAS BUMIM. REKAR SUDIRMAN (P1800214010)
GRACE FLORENSIA PARINDING (P1800214008)
PENDAHULUAN
Terjadinya kecelakaan kerja masalah besar bagi kelangsungan suatu
usaha. Kerugian yang diderita dapat berupa materi serta korban jiwa
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja dilakukan dengan
penerapan K3 yang bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas kerja
sehingga dapat meningkatkan hasil produksi
Kecelakaan dalam industry tambang akan selalu mengakibatkan kerugian
terhadap manusia, peralatan dan produksi, sehingga diperlukan investigasi
secara baik dan benar.
lnvestigasi kecelakaan tambang dimaksudkan untuk mengetahui, mencari
penyebab kecelakaan, rnengambil langkah-langkah perbaikan atau koreksi,
mencegah terulangnya kejadian yang sama, mengetahui komitmen, dan
kesungguhan perusahaan dalam menerapkan pengelolaan K3.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah proses investigasi yang dilakukan
dalam industri pertambangan, migas, dan panas
bumi.
INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA
Kegiatan Inspeksi
Ketika terjadi kecelakaan kerja, sering kali semua orang saling
menunjuk dan menyalahkan. Maka diperlukanlah proses investigasi
sehingga penyebab masalah dapat diketahui. Investigasi ini dapat
dilakukan oleh :
a. Jajaran Supervisor
b. Jajaran Manajer
c. Staf/ karyawan tertentu
KEGIATAN INVESTIGASI
Pra investigasi
Sebelum memulai investigasi perlu dilakukan pengamanan lokasi
kecelakaan dengan memblok lokasi dari akses orang, melakukan
pengamanan terhadap saksi langsung, serta mengumpulkan data penunjang
(foto, sketsa, riwayat, kondisi lingkungan, dll)
Investigasi
Dilakukan oleh Petugas Investigasi Tambang (PIT) untuk menganalisis
kecelakaan yang terjadi dengan mengadakan rapat, pengumpulan semua
bukti, penampungan informasi, dan pembagian tugas kepada semua
anggota tim Investigasi.
LANGKAH-LANGKAH
INVESTIGASI INTERNAL
Langkah/ metode investigasi, meliputi;
Merespon kondisi emergensi secara cermat dan berfikir positif
Mengumpulkan informasi yang relevan [Gather the evidence –
photos, interview]
Menganalisa seluruh penyebab yang signifikan [Analyze the
information- write report] dan melakukan tindakan perbaikan
Mereview temuan dan rekomendasi tindak lanjut efektifitas tindakan
korektif yang diaplikasikan.
Tindakan awal bila terjadi kecelakaan :
Mengendalikan situasi pada tempat kejadian
Memberikan pertolongan pertama dan menghubungi pos pelayanan
emergensi
Mencegah potensi kecelakaan merembet
Mengidentifikasi sumber-sumber bukti informasi di tempat kerjadian
Mengamankan bukti dari perubahan dan pemindahan
Melakukan investigasi untuk menentukan potensi kerugian
Memberitahukan kepada pengurus atau manajer perusahaan
LAPORAN INVESTIGASI
KECELAKAAN KERJA
Laporan investigasi merupakan media komunikasi formal tentang
fakta-fakta penting untuk diketahui oleh orang-orang yang
berkepentingan terhadap peristiwa kecelakaan yang terjadi. Juga
merupakan suatu catatan peristiwa kecelakaan yang akan digunakan
di dalam program pengendalian kerugian yang dapat memberikan
umpan balik untuk membantu kinerja supervisor di dalam pemecahan
masalah yang terjadi.
Setiap kegiatan investigasi harus dibuat laporan secara tertulis.
Laporan kecelakaan dan analisis penyebab kecelakaan, sebaiknya
menggunakan standar formulir yang baku
SISTEMATIKA TEKNIK ANALISIS
PENYEBAB KECELAKAAN (STAPK)
Sistematika teknik analisis penyebab kecelakaan merupakan suatu alat yang
dapat digunakan untuk menyelidiki atau menginvestigasi kecelakaan atau
insiden dengan potensi kerugian dan kerusakan besar dilakukan dengan
mengecek secara cermat pada setiap tahapan proses investigasi kecelakaan
atau insiden potensial tinggi yang melibatkan kerugian besar (Major loss) atau
bencana besar (Catastrophe).
Teknik analisis penyebab kecelakaan terfokus pada penyebab dasar
kecelakaan yang meliputi 2 (dua) faktor penyebab yaitu : Faktor personal
pekerja (Ketidak-mampuan, kekurang-pengetahuan, stress, kurang motivasi)
dan Faktor pekerjaan (Tehnik, kepemimpinan, system pembelian, standar
kerja)
PERATURAN PENGELOLAAN DAN
PENGAWASAN
Pengawasan Pertambangan
Berdasarkan Pasal 140 Ayat 1, UU No. 4 Tahun 2009, pengawasan
pertambangan mineral dan batubara menjadi tanggung jawab menteri dimana
menteri melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha
pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Pengawasan tersebut meliputi
administarasi/tata laksana; operasional; kompetensi aparatur; dan pelaksanaan
program pengelolaan usaha pertambangan.
Sedangkan menurut pasal 141, hal yang menjadi aspek pengawasan seperti :
teknis pertambangan, keuangan, pemasaran, pengelolaan, dst.
Pengawasan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan
Pengawasan K3 Pertambangan dilaksanakan dengan tujuan
menghindari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sedangkan
pengawasan Keselamatan Operasi Pertambangan dilaksanakan dengan
tujuan menciptakan kegiatan operasi pertambangan yang aman dan
selamat. Ruang lingkup Operasi Pertambangan meliputi:
Evaluasi laporan hasil kajian,
Pemenuhan standardisasi instalasi,
Pengamanan instalasi,
Kelayakan sarana, prasarana dan instalasi peralatan pertambangan
Kompetensi tenaga teknik.
Pelaksanaan pengawasan K3 dan keselamatan operasi
pertambangan bukan hanya dilakukan oleh pemerintah pusat,
tetapi juga dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi
(Dekonsentrasi) dan Pemerintah Kabupaten/Kota
(Desentralisasi). Upaya dekonsentrasi pengawasan K3 dan
keselamatan operasi pertambangan yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Provinsi.
SISTEM MANAJEMEN K3
Dalam rangka menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja diperlukan suatu Sistem Manajemen
K3.
Secara umum, Sistem Manajemen K3 mensyaratkan :
Adanya suatu Kebijakan K3
Struktur organisasi untuk menerapkan kebijakan di atas
Program implementasi
Metode untuk mengevaluasi keberhasilan sehingga memerlukan
adanya perbaikan yang berkelanjutan secara terus menerus.
RISIKO DAN KERUGIAN AKIBAT
TERHENTINYA OPERASIONAL
Karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan
memiliki risiko yang besar.
Contoh resiko di tambang terbuka : Longsor, sumber-sumber energy berbahaya
di lokasi tambang, interaksi antara kendaraan kecil dan besar, gangguan
mesin.
Contoh resiko di tambang tertutup : tertimpa batu, jatuh dari ketinggian,
runtuhnya panel, kebakaran/ledakan dalam tambang, dst.
Risiko – risiko tersebut apabila tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik
dapat mengakibatkan kecelakaan, penyakit akibat kerja, kejadian berbahaya,
atau terhentinya proses operasional yang mengakibatkan kerugian yang sangat
besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik
oleh pemerintah maupun oleh perusahaan.
2. Pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan
dilakukan dalam rangka PREVENTION dan ASSURANCE.
3. Pembinaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik
kepada dinas ESDM Provinsi, Kabupaten/Kota maupun kepada
pemegang IUP, IPK dan IUPK
4. Dalam rangka menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif maka diperlukan penerapan Sistem Manajemen K3 yang
terintegrasi secara menyeluruh dengan system manajemen
perusahaan.
5. Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat
modal, padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Risiko
yang besar tersebut harus dikelola dan dikendalikan agar
terhindar dari kecelakaan, penyakit akibat kerja, kejadian
berbahaya, atau terhentinya proses operasional yang
mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
Terima Kasih