Post on 24-Dec-2015
INFEKSI STAPHYLOCOCCUS
INFEKSI PROSTETIK
• S. aureus sebagian besar terjadi karena infeksi prostetik.
• Infeksi ini disebabkan kateter intravaskular, katup buatan, alat ortopedi,
kateter peritoneal, alat pacu jantung, dan cangkok vaskular.
• S. aureus menyebabkan infeksi akut dengan manifestasi lokal dan sistemik.
Hal ini terjadi pengumpulan piogenik dari alat prostetik.
• Pengumpulan aspirasi dan kultur darah merupakan komponen penting
membangun diagnosis.
• Infeksi S. aureus cenderung terjadi lebih sering setelah implantasi kecuali
alat sudah digunakan (misalnya, intravaskular atau hemodialisis kateter).
INFEKSI TERKAIT DENGAN CA-MRSA
• Kulit dan jaringan lunak adalah tempat yang paling umum terinfeksi
dengan CA-MRSA
• 5-10% dari infeksi ini invasif dan dapat mengancam jiwa.
• Infeksi yang termasuk nekrosis fasciitis, nekrosis pneumonia, sepsis dan
sindrom atau purpura Waterhouse-Friderichsen fulminans.
• Infeksi yang mengancam jiwa ini mencerminkan peningkatan virulensi dari
strain MRSA
PENYAKIT TOKSIN MEDIATED
KERACUNAN MAKANAN
• S. aureus menjadi penyebab keracunan makanan paling umum.
• Keracunan makanan stafilokokus hasil dari inokulasi produksi toksin S. aureus ke
makanan yang sudah dikontaminasi oleh tangan seperti custard, salad kentang, atau
daging olahan. Toksin ini tahan panas, tidak hancur.
• Onset penyakit berlangsung cepat, terjadi dalam 1-6 jamsesudah tertelan.
• Penyakit ini ditandai dengan mual dan muntah, demam, diare, hipotensi, dan
dehidrasi .
• Gejala umumnya diselesaikan dalam waktu 8-10 jam.
• Diagnosis ditegakkan dengan membiakkan kuman enterotoksin yang ada dalam
makanan terlibat.
TOXIC SHOCK SYNDROME TSS terjadi awal 1980-an, secara epidemiologi dikaitkan dengan penggunaan
tampon berdaya serap tinggi, peran TSST-1 dalam penyakit ini. Penyakit hanya terjadi pada orang yang tidak memiliki antibodi terhadap
TSST-1. Lebih dari 90% kasus menstruasi disebabkan oleh TSST-1, sedangkan non
menstrual disebabkan oleh enterotoksin. Dalam kasus menstruasi, onset biasanya datang 2 atau 3 hari setelah
dimulainya menstruasi. Gambaran klinis :
Dimulai dengan gejala flu, demam, hipotensi, dan eritroderma, mukosa (hiperemia misalnya, konjungtiva) selanjutnya diikuti muntah, diare, kebingungan, mialgia, dan sakit perut.
– Timbul penyakit multisistemik , dengan keterlibatan hati, ginjal, saluran pencernaan, dan / atau SSP. Deskuamasi kulit terjadi selama masa pemulihan, biasanya 1-2 minggu setelah onset penyakit.
– Hasil laboratorium : azotemia, leukositosis, hipoalbuminemia, trombositopenia, dan fungsi kelainan hati.
Staphylococcal Scalded-Skin Syndrome
• SSSS paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
• SSSS jarang di kalangan orang dewasa, tetapi infeksi terjadi
disebabkan oleh toksin eksfoliatif-strain yang diproduksi
• Terjadi pengelupasan permukaan kulit, biasanya rapuh dan
mudah rusak dengan dinding tipis dan bula berisi cairan.
Apabila ada tekanan bula akan pecah dan menimbulkan lesi
menyebar ke lapisan kulit dibawahnya.
• Timbul gejala, demam, lesu, dan iritasi.
PENCEGAHAN
• Pencegahan penyebaran infeksi S. aureus di rumah sakit dengan mencuci
tangan dan memperhatikan peraturan ruang isolasi .
• Melakukan pemeriksaan yang cermat untuk MRSA dan diisolasikan
• Penggunaan agen antimikroba topikal (misalnya, mupirocin) untuk
menghilangkan kolonisasi dihidung atau klorheksidin untuk
menghilangkan kolonisasi dikulit dengan S. aureus.
• Imunisasi untuk mencegah infeksi S. aureus aktif (misalnya, capsular
polysaccharide–protein conjugate vaccine) dan pasif (misalnya, faktor
penggumpalan antibodi).
Coagulase-Negative Staphylococcal Infections
• CoNS adalah salah satu penyebab paling umum dari infeksi prostetik. • S. epidermidis adalah patogen ditubuh namun dikulit, orofaring, dan vagina menjadi flora
normal sedangkan S. saprophyticus, kuman patogen yang menyebabkan ISK
• Infeksi adalah proses dua langkah, dengan adhesi awal untuk perangkat diikuti oleh penjajahan. S. epidermidis secara unik disesuaikan untuk menjajah perangkat ini dengan kapasitasnya untuk menguraikan polisakarida ekstraseluler (glycocalyx atau lendir) yang memfasilitasi pembentukan biofilm pelindung pada permukaan perangkat.
• Material implan prostetik dilapisi dengan serum host atau bahan jaringan seperti fibrinogen atau fibronectin. Molekul ini bekerja sebagai potensial ligan penghubung memfasilitasi permulaan penempelan bakteri pada permukaan device. Beberapa protein yang berhubungan dengan permukaan seperti autolysin (Atle), fibrinogen protein-binding, dan accumulation associated protein (AAP) dapat juga memegang peranan dalam penempelan pada permukaan prostetik yang sudah dimodifikasi atau belum dimodifikasi. Adesin intraseluler polisakarida memfasilitasi kolonisasi S.aureus dan akumulasi pada permukaan device. pada S.epidemidis, adesin interseluler (ICA) gen lebih sering ditemukan pada strain-strain yang berhubungan dengan infeksi device dibandingkan strain-strain yang berhubungan kolonisasi pada permukaan mukosa. Biofilm dapat bertindak sebagai sawar pelindung bakteri dari mekanisme imun host atau antibiotik, sembari menyediakan lingkungan yang cocok untuk kelangsungan hidup bakteri. Poly-gamma-DL-glutamic acid disekresikan oleh S.epidermidis dan melalukan proteksi melawan fagositosis neutrofil
• Dua spesies staphylococcal tambahan, S. lugdunensis dan S.
schleiferi, menghasilkan infeksi yang lebih serius (mative-
valve endokarditis dan osteomielitis) daripada CoNS lainnya
misalnya, faktor penggumpalan dan lipase)
• S. saprophyticus menyebabkan ISK pada wanita muda yang
menempel di uroepithelial sel. A 160-kDa hemagglutinin /
adhesin dapat menyebabkan peningkatan afinitas.
DIAGNOSA• Deteksi CoNS dari bahan biakan atau dari dalam aliran darah dengan
metode kultur mikrobiologis.
• Hanya 10-25% dari kultur darah berhasil.
• Gejala klinis yang menunjukkan bakteremia seperti demam, infeksi lokal
(misalnya, eritema atau drainase purulen di kateter IV), leukositosis, dan
tanda sepsis.
• Hasil Laboratorium : bakteremia, pertumbuhan strain DNA bakteri dalam
waktu 48 jam, dan pertumbuhan bakteri baik secara aerobik dan anaerobik
SINDROM KLINIS• CoNS menyebabkan infeksi alat prostetik, termasuk katup prostetik jantung dan
sendi, cangkok vaskular, alat prostetik intravaskular, dan VP shunt.
• Tanda-tanda infeksi lokal perkembangan penyakit lambat sedangkan tanda sistemik
jarang terjadi
• Tanda-tanda infeksi menyebabkan drainase purulen, nyeri di lokasi, atau dapat
melonggarnya implan prostetik.
• Tanda : demam, leukositosis, sedimentasi eritrosit meningkat, dan konsentrasi
protein C-reaktif meningkat.
• S. lugdunensis, kuman patogen menyebabkan kematian yang lebih banyak dan
penyebab kerusakan katup lebih cepat dengan pembentukan abses.
TREATMENT• Insisi bedah dan drainase supuratif merupakan terapi penting untuk
infeksi stafilokokus.
• MRSA, kultur kuman untuk mengidentifikasi patogen dan menentukan
kerentanan antimikroba.
• Melepas alat prostetik yang terinfeksi S. aureus karena komplikasi
yang terkait dengan S. aureus bakteremia (misalnya, endokarditis,
fokus infeksi metastatik)
• Terapi umumnya 4-8 minggu kecuali pasien diidentifikasi sebagai
individu yang beresiko rendah terkena komplikasi.
• Durasi terapi untuk infeksi S. aureus bakteremik tergantung kultur darah
positif dalam 48-96 jam setelah dilakukan terapi
• Dapat terjadi kegagalan untuk melepas fokus infeksi (misalnya, kateter
intravaskular), dan infeksi kulit atau terjadi emboli.
• Untuk pasien imunokompeten, terapi jangka pendek direncanakan,
transesophageal echocardiography untuk menyingkirkan endokarditis.
Selain itu, investigasi radiologis untuk mengidentifikasi potensi metastasis.
• Pilihan obat antimikroba untuk mengobati infeksi stafilokokus koagulase-
baik positif dan koagulase-negatif banyak resisten.
• Resistensi stafilokokus kebanyakan antibiotik, termasuk β-lactam,
aminoglikosida, fluoroquinolones, dan glikopeptide.
• CoNS > 80% dari nosokomial resisten terhadap methicillin.
TERAPI KHUSUS• S. aureus endokarditis biasanya infeksi yang mengancam jiwa. Dilakukan kultur
darah dan segera diikuti dengan terapi antimikroba empiris.
• S. aureus native-valve endocarditis diterapi 3 sampai 5 hari dengan β-lactam dan
aminoglikosida (gentamisin, 1 mg / kg IV setiap 8 jam). Jika strain MRSA terisolasi,
vankomisin (15-20 mg / kg setiap 8-12 jam, diberikan dalam dosis yang sama hingga
total 2 g).
• Dalam prostetik-valve endokarditis, operasi dan terapi antibiotik sering diperlukan.
Kombinasi agen β-lactam atau resisten β-lactam, vankomisin (30 mg / kg setiap 24
jam, diberikan dalam dosis hingga total 2 g) atau dengan aminoglikosida (gentamisin
1 mg / kg IV setiap 8 jam) dan rifampisin (300 mg per oral atau IV setiap 8 jam).
Kombinasi ini digunakan untuk menghindari kemungkinan munculnya resistensi
rifampisin selama terapi jika hanya dua obat yang digunakan.
• Untuk osteomyelitis hematogen atau septic arthritis pada anak-
anak, diterapi 4 minggu. Osteomyelitis kronis, didebridement
dan kombinasi terapi antimikroba. Kombinasi rifampisin
dengan ciprofloxacin digunakan untuk mengobati infeksi sendi
buatan. Peningkatan terjadi pad infeksi kulit dan jaringan
lunak, CA-MRSA.
• Obat oral yang efektif termasuk klindamisin, trimetoprim-
sulfametoksazol, doxycycline, dan linezolid
• Pasien umumnya dirawat selama 4-6 minggu, dengan durasi
tergantung pada apakah ada komplikasi.
TREATMENT TOXIC SHOCK SYNDROME
• Terapi suportif dengan memperbaiki hipotensi.
• Beberapa peneliti merekomendasikan kombinasi klindamisin dan penisilin
semisintetik atau vankomisin (jika pasien yang resisten terhadap
methicillin).
• Klindamisin dianjurkan sebagai sintesis protein inhibitor, mengurangi
sintesis toksin in vitro.
• Linezolid juga efektif sebagai sintesis toksin inhibitor. Termasuk penisilin
semisintetik atau glycopeptide untuk menghilangkan fokus potensi infeksi
serta untuk mengurangi kemungkinan penyakit berulang.
TERIMAKASIH