Infeksi Staphylococcus

22
INFEKSI STAPHYLOCOCCUS

Transcript of Infeksi Staphylococcus

Page 1: Infeksi Staphylococcus

INFEKSI STAPHYLOCOCCUS

Page 2: Infeksi Staphylococcus

INFEKSI PROSTETIK

• S. aureus sebagian besar terjadi karena infeksi prostetik.

• Infeksi ini disebabkan kateter intravaskular, katup buatan, alat ortopedi,

kateter peritoneal, alat pacu jantung, dan cangkok vaskular.

• S. aureus menyebabkan infeksi akut dengan manifestasi lokal dan sistemik.

Hal ini terjadi pengumpulan piogenik dari alat prostetik.

• Pengumpulan aspirasi dan kultur darah merupakan komponen penting

membangun diagnosis.

• Infeksi S. aureus cenderung terjadi lebih sering setelah implantasi kecuali

alat sudah digunakan (misalnya, intravaskular atau hemodialisis kateter).

Page 3: Infeksi Staphylococcus

INFEKSI TERKAIT DENGAN CA-MRSA

• Kulit dan jaringan lunak adalah tempat yang paling umum terinfeksi

dengan CA-MRSA

• 5-10% dari infeksi ini invasif dan dapat mengancam jiwa.

• Infeksi yang termasuk nekrosis fasciitis, nekrosis pneumonia, sepsis dan

sindrom atau purpura Waterhouse-Friderichsen fulminans.

• Infeksi yang mengancam jiwa ini mencerminkan peningkatan virulensi dari

strain MRSA

Page 4: Infeksi Staphylococcus

PENYAKIT TOKSIN MEDIATED

Page 5: Infeksi Staphylococcus

KERACUNAN MAKANAN

• S. aureus menjadi penyebab keracunan makanan paling umum.

• Keracunan makanan stafilokokus hasil dari inokulasi produksi toksin S. aureus ke

makanan yang sudah dikontaminasi oleh tangan seperti custard, salad kentang, atau

daging olahan. Toksin ini tahan panas, tidak hancur.

• Onset penyakit berlangsung cepat, terjadi dalam 1-6 jamsesudah tertelan.

• Penyakit ini ditandai dengan mual dan muntah, demam, diare, hipotensi, dan

dehidrasi .

• Gejala umumnya diselesaikan dalam waktu 8-10 jam.

• Diagnosis ditegakkan dengan membiakkan kuman enterotoksin yang ada dalam

makanan terlibat.

Page 6: Infeksi Staphylococcus

TOXIC SHOCK SYNDROME TSS terjadi awal 1980-an, secara epidemiologi dikaitkan dengan penggunaan

tampon berdaya serap tinggi, peran TSST-1 dalam penyakit ini. Penyakit hanya terjadi pada orang yang tidak memiliki antibodi terhadap

TSST-1. Lebih dari 90% kasus menstruasi disebabkan oleh TSST-1, sedangkan non

menstrual disebabkan oleh enterotoksin. Dalam kasus menstruasi, onset biasanya datang 2 atau 3 hari setelah

dimulainya menstruasi. Gambaran klinis :

Dimulai dengan gejala flu, demam, hipotensi, dan eritroderma, mukosa (hiperemia misalnya, konjungtiva) selanjutnya diikuti muntah, diare, kebingungan, mialgia, dan sakit perut.

– Timbul penyakit multisistemik , dengan keterlibatan hati, ginjal, saluran pencernaan, dan / atau SSP. Deskuamasi kulit terjadi selama masa pemulihan, biasanya 1-2 minggu setelah onset penyakit.

– Hasil laboratorium : azotemia, leukositosis, hipoalbuminemia, trombositopenia, dan fungsi kelainan hati.

Page 7: Infeksi Staphylococcus
Page 8: Infeksi Staphylococcus

Staphylococcal Scalded-Skin Syndrome

• SSSS paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak.

• SSSS jarang di kalangan orang dewasa, tetapi infeksi terjadi

disebabkan oleh toksin eksfoliatif-strain yang diproduksi

• Terjadi pengelupasan permukaan kulit, biasanya rapuh dan

mudah rusak dengan dinding tipis dan bula berisi cairan.

Apabila ada tekanan bula akan pecah dan menimbulkan lesi

menyebar ke lapisan kulit dibawahnya.

• Timbul gejala, demam, lesu, dan iritasi.

Page 9: Infeksi Staphylococcus
Page 10: Infeksi Staphylococcus

PENCEGAHAN

• Pencegahan penyebaran infeksi S. aureus di rumah sakit dengan mencuci

tangan dan memperhatikan peraturan ruang isolasi .

• Melakukan pemeriksaan yang cermat untuk MRSA dan diisolasikan

• Penggunaan agen antimikroba topikal (misalnya, mupirocin) untuk

menghilangkan kolonisasi dihidung atau klorheksidin untuk

menghilangkan kolonisasi dikulit dengan S. aureus.

• Imunisasi untuk mencegah infeksi S. aureus aktif (misalnya, capsular

polysaccharide–protein conjugate vaccine) dan pasif (misalnya, faktor

penggumpalan antibodi).

Page 11: Infeksi Staphylococcus

Coagulase-Negative Staphylococcal Infections

• CoNS adalah salah satu penyebab paling umum dari infeksi prostetik. • S. epidermidis adalah patogen ditubuh namun dikulit, orofaring, dan vagina menjadi flora

normal sedangkan S. saprophyticus, kuman patogen yang menyebabkan ISK

• Infeksi adalah proses dua langkah, dengan adhesi awal untuk perangkat diikuti oleh penjajahan. S. epidermidis secara unik disesuaikan untuk menjajah perangkat ini dengan kapasitasnya untuk menguraikan polisakarida ekstraseluler (glycocalyx atau lendir) yang memfasilitasi pembentukan biofilm pelindung pada permukaan perangkat.

• Material implan prostetik dilapisi dengan serum host atau bahan jaringan seperti fibrinogen atau fibronectin. Molekul ini bekerja sebagai potensial ligan penghubung memfasilitasi permulaan penempelan bakteri pada permukaan device. Beberapa protein yang berhubungan dengan permukaan seperti autolysin (Atle), fibrinogen protein-binding, dan accumulation associated protein (AAP) dapat juga memegang peranan dalam penempelan pada permukaan prostetik yang sudah dimodifikasi atau belum dimodifikasi. Adesin intraseluler polisakarida memfasilitasi kolonisasi S.aureus dan akumulasi pada permukaan device. pada S.epidemidis, adesin interseluler (ICA) gen lebih sering ditemukan pada strain-strain yang berhubungan dengan infeksi device dibandingkan strain-strain yang berhubungan kolonisasi pada permukaan mukosa. Biofilm dapat bertindak sebagai sawar pelindung bakteri dari mekanisme imun host atau antibiotik, sembari menyediakan lingkungan yang cocok untuk kelangsungan hidup bakteri. Poly-gamma-DL-glutamic acid disekresikan oleh S.epidermidis dan melalukan proteksi melawan fagositosis neutrofil

Page 12: Infeksi Staphylococcus

• Dua spesies staphylococcal tambahan, S. lugdunensis dan S.

schleiferi, menghasilkan infeksi yang lebih serius (mative-

valve endokarditis dan osteomielitis) daripada CoNS lainnya

misalnya, faktor penggumpalan dan lipase)

• S. saprophyticus menyebabkan ISK pada wanita muda yang

menempel di uroepithelial sel. A 160-kDa hemagglutinin /

adhesin dapat menyebabkan peningkatan afinitas.

Page 13: Infeksi Staphylococcus

DIAGNOSA• Deteksi CoNS dari bahan biakan atau dari dalam aliran darah dengan

metode kultur mikrobiologis.

• Hanya 10-25% dari kultur darah berhasil.

• Gejala klinis yang menunjukkan bakteremia seperti demam, infeksi lokal

(misalnya, eritema atau drainase purulen di kateter IV), leukositosis, dan

tanda sepsis.

• Hasil Laboratorium : bakteremia, pertumbuhan strain DNA bakteri dalam

waktu 48 jam, dan pertumbuhan bakteri baik secara aerobik dan anaerobik

Page 14: Infeksi Staphylococcus

SINDROM KLINIS• CoNS menyebabkan infeksi alat prostetik, termasuk katup prostetik jantung dan

sendi, cangkok vaskular, alat prostetik intravaskular, dan VP shunt.

• Tanda-tanda infeksi lokal perkembangan penyakit lambat sedangkan tanda sistemik

jarang terjadi

• Tanda-tanda infeksi menyebabkan drainase purulen, nyeri di lokasi, atau dapat

melonggarnya implan prostetik.

• Tanda : demam, leukositosis, sedimentasi eritrosit meningkat, dan konsentrasi

protein C-reaktif meningkat.

• S. lugdunensis, kuman patogen menyebabkan kematian yang lebih banyak dan

penyebab kerusakan katup lebih cepat dengan pembentukan abses.

Page 15: Infeksi Staphylococcus

TREATMENT• Insisi bedah dan drainase supuratif merupakan terapi penting untuk

infeksi stafilokokus.

• MRSA, kultur kuman untuk mengidentifikasi patogen dan menentukan

kerentanan antimikroba.

• Melepas alat prostetik yang terinfeksi S. aureus karena komplikasi

yang terkait dengan S. aureus bakteremia (misalnya, endokarditis,

fokus infeksi metastatik)

• Terapi umumnya 4-8 minggu kecuali pasien diidentifikasi sebagai

individu yang beresiko rendah terkena komplikasi.

Page 16: Infeksi Staphylococcus

• Durasi terapi untuk infeksi S. aureus bakteremik tergantung kultur darah

positif dalam 48-96 jam setelah dilakukan terapi

• Dapat terjadi kegagalan untuk melepas fokus infeksi (misalnya, kateter

intravaskular), dan infeksi kulit atau terjadi emboli.

• Untuk pasien imunokompeten, terapi jangka pendek direncanakan,

transesophageal echocardiography untuk menyingkirkan endokarditis.

Selain itu, investigasi radiologis untuk mengidentifikasi potensi metastasis.

• Pilihan obat antimikroba untuk mengobati infeksi stafilokokus koagulase-

baik positif dan koagulase-negatif banyak resisten.

• Resistensi stafilokokus kebanyakan antibiotik, termasuk β-lactam,

aminoglikosida, fluoroquinolones, dan glikopeptide.

• CoNS > 80% dari nosokomial resisten terhadap methicillin.

Page 17: Infeksi Staphylococcus
Page 18: Infeksi Staphylococcus
Page 19: Infeksi Staphylococcus

TERAPI KHUSUS• S. aureus endokarditis biasanya infeksi yang mengancam jiwa. Dilakukan kultur

darah dan segera diikuti dengan terapi antimikroba empiris.

• S. aureus native-valve endocarditis diterapi 3 sampai 5 hari dengan β-lactam dan

aminoglikosida (gentamisin, 1 mg / kg IV setiap 8 jam). Jika strain MRSA terisolasi,

vankomisin (15-20 mg / kg setiap 8-12 jam, diberikan dalam dosis yang sama hingga

total 2 g).

• Dalam prostetik-valve endokarditis, operasi dan terapi antibiotik sering diperlukan.

Kombinasi agen β-lactam atau resisten β-lactam, vankomisin (30 mg / kg setiap 24

jam, diberikan dalam dosis hingga total 2 g) atau dengan aminoglikosida (gentamisin

1 mg / kg IV setiap 8 jam) dan rifampisin (300 mg per oral atau IV setiap 8 jam).

Kombinasi ini digunakan untuk menghindari kemungkinan munculnya resistensi

rifampisin selama terapi jika hanya dua obat yang digunakan.

Page 20: Infeksi Staphylococcus

• Untuk osteomyelitis hematogen atau septic arthritis pada anak-

anak, diterapi 4 minggu. Osteomyelitis kronis, didebridement

dan kombinasi terapi antimikroba. Kombinasi rifampisin

dengan ciprofloxacin digunakan untuk mengobati infeksi sendi

buatan. Peningkatan terjadi pad infeksi kulit dan jaringan

lunak, CA-MRSA.

• Obat oral yang efektif termasuk klindamisin, trimetoprim-

sulfametoksazol, doxycycline, dan linezolid

• Pasien umumnya dirawat selama 4-6 minggu, dengan durasi

tergantung pada apakah ada komplikasi.

Page 21: Infeksi Staphylococcus

TREATMENT TOXIC SHOCK SYNDROME

• Terapi suportif dengan memperbaiki hipotensi.

• Beberapa peneliti merekomendasikan kombinasi klindamisin dan penisilin

semisintetik atau vankomisin (jika pasien yang resisten terhadap

methicillin).

• Klindamisin dianjurkan sebagai sintesis protein inhibitor, mengurangi

sintesis toksin in vitro.

• Linezolid juga efektif sebagai sintesis toksin inhibitor. Termasuk penisilin

semisintetik atau glycopeptide untuk menghilangkan fokus potensi infeksi

serta untuk mengurangi kemungkinan penyakit berulang.

Page 22: Infeksi Staphylococcus

TERIMAKASIH