IMUNISASI

Post on 22-Jan-2016

71 views 0 download

description

anak

Transcript of IMUNISASI

REFERATREFERATIMUNISASIIMUNISASI

Oleh :Nurida Widyaningsih 07700049

Pembimbing:dr. H. Ahmad Nuri, Sp. A

dr. Gebyar Tri Baskoro, Sp. Adr. Ramzy Syamlan Sp. A

dr. Saraswati, Sp. A

LAB/SMF ILMU KESEHATAN LAB/SMF ILMU KESEHATAN ANAKANAKRSD dr. Soebandi JemberRSD dr. Soebandi Jember

20120133

#

PENDAHULUAN

• Program imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit yang sudah tertera dalam undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992, “Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi)

#

PENDAHULUAN• Sasaran dan tujuan umum dari program imunisasi ini adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif, bermutu dan efisien.

• Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak Tahun 1956. Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak Tahun 1974. Mulai Tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.

PENDAHULUAN

IMUNISASI

Cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu Ag, sehingga bila ia terpapar pada

Ag yang serupa tidak terjadi penyakitUpaya Imunisasi dilakukan dengan pemberian vaksin:

Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenitas atau

toksisitasnya hilang tapi msih mengandung sifat antigenitas

Antigen dapat merangsang pembentukan antibodi dan sistem imun dalam tubuh

#

Pembagian Imunitas (Kekebalan):Kekebalan aktif• Kekebalan dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpapar pada Ag seperti pada imunisasi atau terpapar secara alamiah.• Berlangsung lama

#

Kekebalan Pasif • Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,

bukan oleh individu itu sendiri, misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu, setelah pemberian Ig serum

• Tidak berlangsung lama

Tujuan Immunisasi • Mencegah terjadinya penyakit tertentu• Menghilangkan penyakit tertentu

(transmisinya manusia)

#

RESPON IMUNRespon tubuh terhadap Ag,untuk mengeliminasi Ag tsb.Primer• Respon imun yang terjadi pada paparan pertama kali dengan Ag• Ab yang terbentuk IgM dengan titer yang rendahSekunder• Respon imun yang terjadi pada paparan setelah paparan pertama

kalinya dengan Ag yang serupa.• Ab yang terbentuk IgG dengan titer yang tinggi sel memori mengalami transformasi, prolifrasi, deferensiasi

#

Keberhasilan Imunisasi tergantung faktorStatus Imun pejamu• Adanya Ab spesifik pada pejamu keberhasilan

vaksinasi, mis: - Campak pada bayi - Kolustrum ASI IgA polio

• Maturasi gen imunologikNeonatus Fungsi makrofag , kadar komplemen, aktifasi opsonin

#

Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang, hasilvaksin ditunda sampai umur 2 bulanApabila diharapkan• Cakupan imunisasi semaksimal mungkin atau• Frekuensi penyakit , dampaknya pada

neonatus berat Imunisasi dapat diberikan pada neonatus

• Status imunologik respon terhadap vaksin kurang

#

• Faktor genetik– Secara genetik respon imun manusia terhadap

Ag tertentu baik, cukup, rendah keberhasilan vaksinasi tidak 100%

• Kualitas, Kuantitas VaksinCara pemberian– Polio oral imunitas lokal dan sistemik

Dosis Vaksin– Tinggi Menghambat respon

menimbulkan Efek Samping– Rendah Tidak merangsang sel

imunokompeten

#

Frekuensi Pemberian• Respon imun sekunder sel efektor aktif lebih cepat,

lebih tinggi produksinya,afinitas lebih tinggiFrekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi

Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi Ag dinetralkan oleh Ab spesifik tidak merangsang sel imunokompeten

#

AjuvanZat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag– mempertahankan Ag tidak cepat hilang– mengaktifkan sel imunokompeten

Jenis VaksinVaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik

Faktor epidemiologikMenentukan saat pemberian vaksinasi

#

Kandungan Vaksin1. Antigen virus, bakteri.

– Vaksin yang dilemahkan• Polio, Campak, BCG

– Vaksin mati• Pertusis

– Eksotoksin• Toksoid Dipteri, Tetanus

2. Ajuvan– Persenyawaan Aluminium Sulfat

3. Cairan pelarut– Air, Garam fisiologis cairan kultur jaringan, telur

#

Hal-hal yang merusak vaksin• Panas semua vaksin• Sinar matahari BCG• Pembekuan toxoid• Desinfeksi/antiseptik : sabun

Jadwal Imunisasi• Untuk keseragaman• Mendapatkan respon imun yang baik

berdasarkan keadaan epidemiologi, prioritas penyebab kematian, kesakitan

#

JADWAL IMUNISASI PADA ANAKImunisasi Rutin, pada bayi:

Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak Pada anak sekolah: DT/Td, Campak, ATS

BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah) diharuskan pada bulan Agustus (Campak) dan Nopember (DT)

#

Imunisasi tambahan:HIb MeningitisPneumokokus PneumoniaeRotavirus DiareInfluenze InfluenzaVarilrix VariselaMMR Measles, Mumps, RubellaTyphim TyphusHavrix Hepatitis A HPV Kanker cervix

Imunisasi ulangan:Sering tidak diperhatikanMeningkatkan titer Ab yang mulai turun

#

#

JADWAL IMUNISASI menurut IDAI

#

Imunisasi Hepatitis B

• Memberikan kekebalan terhadap infeksi virus Hepatitis B

• Vaksin berisi HbsAg murni • Diberikan sedini mungkin setelah lahir ok Indonesia

daerah endemis Hepatitis B• Suntikan secara Intra Muskular didaerah paha, dosis

0,5ml• Penyimpanan vaksin pada suhu 2 - 8 0C• Bayi lahir dari ibu HbsAg (+) diberikan imunoglobulin

hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B• Dosis kedua 1 bulan berikutnya

#

• Dosis ketiga 6 bulan berikutnya• Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian• Kadar pencegahan anti HbsAg > 10 Цg/ml• Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai

program imunisasi pada th 1997

#

Imunisasi Polio

• Memberikan kekebalan terhadap Polio • Vaksin dari virus Polio yang dilemahkan• Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1cc atau 2 cc dalam

flacon, pipet• Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1ml)• Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 - 6 minggu• Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI• Anak diare gangguan penyerapan vaksin

#

• Ada 2 jenis vaksin– IPV salk virus dimatikan– OPV Sabin virus hidup dilemahkan

Ig A lokal IPV diberikan 0,5 ml IM dan untuk pasien

imunocompromised• Penyimpanan pada suhu 2 - 8 0C

#

Imunisasi BCG

• Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M.tuberculosa 100% tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.

• Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan• Ditemukan oleh Calmette Guerin• Diberikan optimal pada usia 2-3 bulan• Disuntikkan Intra kutan di daerah insertio

M.Deltoid kanan dengan dosis 0,05ml, anak >1th 0,1 ml

• Imunisasi ulang tidak perlu

#

VAKSIN BCG

#

• Vaksin BCG berbentuk bubuk kuning harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%

• Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.

• Penyimpanan pada suhu < 5 0C terhindar dari sinar matahari

Cara penyuntikan BCG• Bersihkan lengan dengan kapas air• Letakkan jarum hampir sejajar dengan

lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang menghadap keatas

#

• Suntikkan 0,05 ml vaksin Intrakutan– merasakan tahanan– benjolan kulit yang pucat dengan pori-pori yang jelas

diameter 4 - 6 mm

Kenapa suntikan Intrakutan ?• Vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai

depo berkembang reaksi indurasi, erytema, pustula

• Setelah cukup berkembang subkutan kapiler-kel.limfe-peredaran darah

Bayi kulitnya tipis intrakutan sulit sering suntikan terlalu dalam (subkutan)

#

Reaksi sesudah imunisasi BCG1.Reaksi normal lokal

– 2 minggu indurasi, eritema kemudian menjadi pustula

– 3 - 4 minggu pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)

– 8 - 12 minggu ulkus menjadi scar diameter 3 - 7 mm

2.Reaksi pada kelenjar– Merupakan respon selular pertahanan tubuh– Kadang terjadi di kel.axilla dan supraklavikula

#

– Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi – Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)– Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa pengobatan

Komplikasi1. Abses ditempat suntikan

– Abses bersifat tenang (cold abses) tidak perlu terapi– Oleh karena suntikan sub kutan– Abses matang aspirasi

#

2. Limfadenitis Supurativa– Oleh karena suntikan subkutan atau dosis

tinggi– Terjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasi– Bila telah matang aspirasi– Terapi tuberkulostatika mempercepat

pengecilan

Reaksi pada yang pernah tertular TBC• Koch phenomen-Reaksi lokal BCG berjalan cepat

(2 - 3 hari sesudah imunisasi), 4 - 6 minggu timbul scar

#

Imunisasi bayi > 3 bulan tes Tuberkulin (Mantoux) atau PPD

• Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan kuman TBC

• Menyuntikkan 0,1 ml PPD didaerah flexor lengan bawah secara intrakutan

• Pembacaan dilakukan setelah 48 - 72 jam penyuntikan

• Diukur besarnya diameter indurasi ditempat suntikan

#

• < 5 mm negatif• 6 - 9 mm meragukan• > 10 mm positifTest Mantoux (-) Imunisasi (+) pemeriksaan TBC Meragukan Ulang 2 minggu

#

Imunisasi DPT

• Terdiri dari– Toxoid difteri Racun yang dilemahkan– Pertusis Bakteri yang dimatikan– Toxoid tetanus Racun yang dilemahkan

• Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut endapan putih didasarnya

• Shake test utk melihat vaksin sdh membeku , vaksin akan rusak dg pembekuan

• Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil

• Dosis 0,5 ml secara intra muskular dibagian luar paha ok ototnya paling besar pada bayi

#

• Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 – 6 minggu, ulangan usia 18 bulan, 6 tahun

• Vaksin mengandung Aluminium fosfat jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat

Reaksi Pasca imunisasi – Demam, nyeri pada tempat suntikan 1 - 2 hari

diberikan analgetik - antipiretik– Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi

demam > 40 0C kejang , syok imunisasi selanjutnya DT atau DPaT atau diberi antipiretik + antikonvulsan oral

#

VAKSIN DIFTERI TETANUS PERTUSIS ASELULER (DTPa)

#

VAKSIN KOMBINASI DTP ASELULER + HIB

#

VAKSIN KOMBINASI DTwP (whole cell) + Hib

#

Imunisasi Hib

• Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus Influenza tipe B• Diberikan pada umur 2-4-6 bulan ulangan 15-18 bulan, pada anak > 1

tahun. diberikan 1 kali• Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit• Dosis 0,5 ml diberikan intra muskular• Disimpan pada suhu 2 - 8 0C • Di Asia belum diberikan rutin• Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa, Amerika, Australia

#

VAKSIN HAEMOPHYLUS INFLUENZA

#

Imunisasi PCV

• Untuk mencegah Infeksi paru oleh Pneumokokus ( IPD)

• Diberikan pada umur 2-4-6 dan 15 bulan • Umur >2th diberikan 1 kali dosis 0,5 ml

IM• Sediaan ISyhflovix, Prevenar

#

VAKSIN PNEUMOKOKUS

#

Imunisasi Rotavirus

• Untuk mencegah diare karena Rotavirus• Diberikan 2 kali pada usia <6bulan• Dosis pertama diberikan pada umur 6-14

minggu• Diberikan secara oral (2ml)• Sediaan: Rotarix, Rotateq

#

IMUNISASI INFLUENZA

- Diberikan pada umur ≥ 6 bulan, setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6 bulan - < 9 tahun diberikan 2X dengan interval minimal 4 minggu. - Dosis 6-35 bulan: 0.25 ml, >3th: 0.5 ml - Diberikan secara IM di paha atau deltoid - Sediaan : Vaxigrip

#

Imunisasi Campak

• Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan• Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5cc

pelarut aquadest.• Diberikan pada bayi umur 9 bulan, oleh karena

masih ada antibodi bayi yang diperoleh dari ibu• Dosis 0,5 ml, diberikan sub kutan di lengan kiri• Disimpan pada suhu 2 - 8 0C

#

• Efek samping demam, ruam setelah 7 - 12 hari pasca imunisasi

• Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2 - 8 0C

• Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian

#

Imunisasi Varisela

• Mencegah penyebab cacar air • Bisa diberikan mulai umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun• Vaksin varisela (varilrix) berisi virus hidup yang dilemahkan • Kemasan beku kering disertai pelarut• Vaksin diberikan secara sub kutan dosis 0.5 ml• Penyimpanan pada suhu 2 - 8 0C

#

Imunisasi MMR

• Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari– Measles (campak)– Mumps (Parotitis)– Rubela (campak jerman)

• Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 5-6 tahun

• Dosis 0,5 ml secara sub kutan• Sediaan vaksin MMR, Trimovax

#

VAKSIN MMR

#

Imunisasi Typhus

• Tersedia 2 jenis vaksin– Suntikan (Typhim) > 2 tahun– Oral (Vivotif) > 6 tahun .3

dosis hari 1,3 dan 5, kapsul diminum 1 jam sebelum makan, ulangan tiap 5 tahun

• Typhim (Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara Intra muskular. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun

• Disimpan pada suhu 2 - 8 0C• Tidak mencegah salmonella para typhi A atau B

#

VAKSIN THYPUS SEDIAAN ORAL DAN INJEKSI

#

Imunisasi Hepatitis A

• Imunisasi diberikan pada anak umur > 2 tahun• Imunisasi dasar 2x dengan interval 6 bulan• Dosis vaksin 0,5 ml secara Intra muskular di paha

ataudaerah deltoid• Sediaan Vaksin : Havrix, Avaxim, Vaqta

#

Imunisasi HPV

• Mencegah penyakit Kanker cervix• Diberikan pada wanita usia ≥10 tahun• Diberikan dalam 3 dosis 0-1-6 bulan• Dosis 0,5 ml IM pada deltoid

#

Cold Chain (Rantai Dingin)

• Vaksin harus disimpan dalam keadaan dingin mulai dari pabrik sampai ke sasaran

• Simpan vaksin di lemari es pada suhu yang tepat 2 - 8 0C• Pintu lemari harus selalu tertutup, terkunci• Simpan termometer untuk memonitor lemari es• Taruh vaksin Polio, Campak pad rak I dekat freezer• Untuk membawa vaksin ke posyandu harus

menggunakan vaccine carrier/ termos yang berisi es

#

• Kerusakan VaksinVaksin sensitif beku

Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama

Hepatitis B, DPT-HB - 0,5°C Max ½ jam

DPT,DT,TT - 5°C s/d -10°C Max 1,5-2jam

DPT, DPT-HB, DT Beberapa °C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34°C)

14 hari

Hepatitis B dan TT Beberapa °C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34°C)

30 hari

#

Vaksin Sensitif Panas

Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama

Polio Beberapa °C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34°C)

2 hari

Campak dan BCG Beberapa °C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34°C)

7 hari

#

• Alat pemantau suhu untuk mengetahui kondisi vaksin– Vaccine Vial Monitor1.VVM adalah alat pemantau paparan suhu panas, fungsi:

untuk memantau suhu vaksin selama dalam perjalanan maupun dalam penyimpanan

2.VVM ditempelkan pada setiap vial vaksin3.Mempunyai bentuk lingkaran dengan bentuk

segiempat pada bagian dalamnya4.Diameter VVM sekitar 0,7 cm (7mm)5.VVM mempunyai karakteristik yang berbeda, spesifik

untuk tiap jenis vaksin.6.Setiap jenis vaksin mempunyai VVM tersendiri

#

Termometer Muller1. Suatu alat pengukur suhu tanpa menggunakan sensor

pengukur2. Dimasukkan ke dalam lemari es atau freezer, digunakan

untuk memantau suhu selama pengiriman vaksin atau pada saat penyimpanan

Freeze watch1. Suatu alat pemantau suhu dingin dibawah 0°C2. Alat ini menggunakan cairan berwarna biru sebagai

indikator, bila freeze watch terpapar suhu dibawah 0°C maka latar belakang putih yang ada berubah menjadi biru, kadaluarsa adalah 5 tahun dari tahun produksi.

#

Freeze Tag1. Suatu alat pemantau suhu dingin dibawah 0°C2. Digerakkan dengan baterai 1,5 volt yang dapat bertahan

selama 5 tahun, menggunakan sistem elektronik dengan menampilkan tanda rumput atau silang (X)

3. Bila tanda rumput pada monitor berubah menjadi tanda silang, hal ini menandakan bahwa sudah terpapar pada suhu dibawah 0°C selama lebih dari 1 jam.

Cara pemeriksaan vaksinUJI KOCOK (Shake Test)Dilakukan untuk meyakinkan apakah vaksin tersangka bekumasih layak digunakan atau tidak

#

Penanganan vaksin rusakVaksin yang disebut rusak adalah:1. Vaksin yang sudah menunjukkan indikator VVM pada

tingkat C dan D berarti sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi

2. Vaksin yang sudah lewat tanggal kadaluarsa3. Vaksin yang beku4. Vaksin yang pecahVaksin yang rusak dikeluarkan dari lemari es, kemudiandilaporkan kembali kepada atasan petugas. Jika sedikitdapatdimusnahkan sendiri oleh Puskesmas, tetapi bila banyak dapat dikumpulkan ke Dinkes kabupaten/Kota dengandibuat berita acara pemusnahan

#

Penanganan vaksin sisaSisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan Posyandu

tidak boleh digunakan lagi. Sedangkan pelyanan imunisasi statis (di Puskesmas, Poloklinik) sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebgai berikut:

1. Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa2. Tetap disimpan pada suhu +20C-+80C3. Kemasan tidak pernah tercampur atau terendam dengan

air4. VVM tidak menunjukkan indikasi terkena paparan panas

yang merusak vaksin5. Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali

dipakai/dibuka

#

6. Vaksin DPT, DT,TT Hepatitis B, dan DPT-HB dapat digunakan kembali hingga minggu sejak vial vaksin dibuka

7. Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka

8. Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan, sedangkan vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan

#

KIPI (KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI))

• Definisi KIPI– KIPI adalah semua kejadian sakit atau kematian

yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi– Pada kejadian tertentu, lama pengamatan KIPI

dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella) atau sampai enam bulan (infeksi virus campak vaccine strain pada resipien non immunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio)

#

ETIOLOGI KIPITidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi

karena sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu untuk menentukan KIPI, diperlukan keterangan mengenai:

1.Besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu

2.Sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik3.Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak

terbukti4.Apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan

dengan vaksin, kesalahan produksi atau kesalahan prosedur

#

• Reaksi vaksin (Vaccine Reaction)– Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin

umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian.

KLASIFIKASI KIPI (WHO, 1999)

#

• Kesalahan Program (Programmatic Error)– Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah

program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin.

– Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya: dosis antigen (terlalu banyak), lokasi dan cara penyuntikan , sterilisasi syringe dan jarum, jarum bekas pakai, tindakan aseptik dan antiseptik, kontaminasi vaksin dan alat suntik, penyimpanan vaksin, pemakaian sisa vaksin, jenis dan jumlah pelarut, tidak memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk pemakaian, indikasi, kontra, dll).

– Kecurigaan terhadap tatalaksana perlu diperhatikan apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.

#

• Kebetulan (coincidental)kejadian terjadi setelah imunisasi tapi tidak disebabkan oleh vaksin. Indikator faktor kebetulan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakter serupa tetap tidak mendapat imunisasi

o Reaksi suntikan (injection reaction)- kejadian yang diesebabkan oleh rasa takut atau gelisah atau sakit dari tindakan penyuntikan daan bukan dari vaksin.- reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengka dan kemerahan pada tempat suntik,sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual.

#

• Penyebab tidak diketahui- bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokan kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan kedalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut.- biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI

#

GEJALA KLINIS KIPITabel 1. Reaksi KIPI dan gejala KIPI

Reaksi KIPI Gejala KIPI

Lokal Abses pada tempat suntikanLimfadenitisReaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis

SSP Kelumpuhan akutEnsefalopatiEnsefalitis MeningitisKejang

Lain-lain Reaksi alergi, urtikaria, dermatitis, edemaReaksi anafilaksisSyok anafilaksisAtralgiaDemam tinggi > 38,5Osteomielitis Sindrom syok septik

#

Tabel 2. Reaksi vaksin, Interval kejadian dan Rasio KIPIVaksin Reaksi Interval kejadian Rasio per juta

dosis

BCG Limfadenitis supuratifBCG OstitisBCG it is diseminate

2-6 bulan1-12 bulan1-12 bulan

100-10001-7002

HiB Tidak ditemukan

Hepatitis B Anafilaksis 0-4 jam 1-2

Measles/MMR Kejang demamTrombositopeniaAnafilaktik

5-12 hari15-35 hari0-1 jam

333331-59

Tetanus Neuritis brakialisAnafilaktikAbses steril

2-28 hari0-4 jam1-6 minggu

5-101-66-10

Tetanus-diphteri Sama dengan tetanus

DPTT Menangis menjerit berkepanjangan >3jmKejang demam

0-24 jam

0-3 hari

1000-60000

570

#

• Keterangan:– Reaksi (kecuali anafilaksis) tidak terjadi bila anak sudah

kebal (kurang lebih 90% anak yang menerima dosis kedua) anak umur diatas 6 tajun jarang mengalami kejang demam

– Resiko VAPP (Vaccine associated paralitic poliomyelitis) lebih tinggi pada penerima dosis pertama ( 2 per 1,4,-3,4 juta dosis), sedangkan resiko penerima dosis-dosis selanjutnya 1 per 6,7 juta dosis.

– Kejang umumnya diawali dengan demam, frekuensinya tergantung pada riwayat kejang sebelumnya, riwayat dalam keluarga serta umur, dengan resiko lebih tingggi pada bayi-bayi diatas umur 4 bulan.

#

– Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping maka apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobservasi beberapa saat, sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat)

– Berapa lama observasi sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit untuk menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu timbulnya gejala klinis.

#

TERIMA KASIH